Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HORDEOLUM

Oleh :

Nama : Risa Hartati


NIM : P07120216083
Semester :V
Prodi : Diploma IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARMASIN
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Risa Hartati


NIM : P07120216083
Judul : Laporan Pendahuluan Hordeolum

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Endang Sri P, M.Kep,SpMB


LAPORAN PENDAHULUAN HORDEOLUM

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Hordeolum yakni benjolan dikelopak mata yang disebabkan oleh
peradangan di folikel atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang
terdapat di akar bulu mata. Bila terjadi di daerah ini, penyebab utamanya
adalah infeksi akibat bakteri.(Sidarta Ilyas,2010)
Merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum
biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak
mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat.
Hordeolum adalah infeksi yang meradang, purulen, dan terlokalisir pada
satu atau lebih kelenjar sebasea (meibomian atau zeisian) kelopak mata.
Bakteri Staphylococcus aureus yang tedapat di kulit 90-95% ditemukan
sebagai penyebab hordeolum. Kuman lain yang dapat menyebabkan
hordeolum antara lain Staphylococcus epidermidis, Streptococcus, dan
Eschericia coli.

2. Penyebab
Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata
yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri
stafilokokkus). Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum
kadang timbul besamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum bisa
timbul secara berulang. (Sidarta Ilyas,2004)

3. Tanda dan Gejala


Menurut Sidarta Ilyas, 2004, tanda dan gejala hordeolum antara lain:
a. Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan
nyeri bila ditekan
b. Adanya pseudoptosis atau ptosis yang mengakibatkan kelopak sukar
diangkat
c. Terjadi pembesaran pada kelenjar preaurikel
d. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar
e. Adanya abses yang dapat pecah dengan sendirinya
4. Patofisiologi
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri stafilokokus
aureus yang akan menyebabkan proses inflamasi pada kelenjar kelopak mata.
Infeksi bakteri stafilokokkus pada kelenjar yang sempit dan kecil, biasanya
menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan
pembentukan abses (kantong nanah) kearah kulit kelopak mata dan
konjungtiva biasanya disebut hordeolum internum. Apabila infeksi pada
kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat
menyebabkan komplikasi konjungtiva.
Apabila bakteri stafilokokkus menyerang kelenjar Zeis atau moll maka
akan membentuk abses kearah kulit palbebra yang biasanya disebut
hordeolum eksternum. Setelah itu terjadi pembentukan chalazion yakni
benjolan di kelopak mata yang disebabkan peradangan di kelenjar minyak
(meibom), baik karena infeksi maupun reaksi peradangan akibat alergi.
(Indriana Istiqomah, 2004 )
Pathway
Bakteri
stafilokokus Gangguan rasa
Nyeri
nyaman

Infeksi pada
kelenjar kelopak Inflamasi
mata

Abses kearah Pembentukan


Kelenjar Abses kearah
kelopak mata dan nanah dalam Kelenjar zeis
meibomia kulit palpebra
konjungtiva lumen kelenjar

Hordeolum Pembengkakan Hordeolum


internum kelopak mata eksternum

Kelopak mata
sukar diangkat

Gangguan Gangguan citra


Resiko injury
persepsi sensori tubuh
5. Penatalaksanaan Hordeolum
a. Medis
1) Diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali
sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus
dibagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama.
2) Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase
nanah
3) Pemberian salep antibiotic pada saccus conjunctivalis setiap 3 jam.
Antibiotic sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis.
4) Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin,
Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid,
dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai
anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
5) Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin,
Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum
tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini
diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis
antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil
pemeriksaan.
6) Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat
badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat
ringannya hordeolum.
7) Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk
meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat,
ibuprofen, dan sejenisnya.
8) Dilakukan insisi hordeolum untuk mengeluarkan nanah pada daerah
abses dengan fluktuasi terbesar, jika keadan tidak membaik selama
48 jam. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anesthesia
topical dengan patokain tetes mata. Dilakukan anesthesia filtrasi
dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan
insisi bila:
9) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak
lurus pada margo palpebra
10) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
11) Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh
isi jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi
salep antibiotic. (Sidarta Ilyas, 2004)
b. Keperawatan
1) Kompres hangat 3 kali sehari selama 10-15 menit sampai nanah
keluar
2) Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit, tanda gejala
penyakit, pengobatan dan penatalaksanaannya pada pasien. (Sidarta
Ilyas, 2004 )

6. Pendidikan Kesehatan Hordeolum


Hindari mengucek-ucek atau menekan hordeolum, jangan memencet
hordeolum. biarkan hordeolum pecah dengan sendirinya, kemudian
bersihkan dengan kasa steril ketika keluar nanah atau cairan dari hordeolum.
Tutup mata pada saat membersihkan hordeolum, untuk sementara hentikan
pemakaian make-up pada mata. Lepaskan lensa kontak (contact lenses)
selama masa pengobatan. Memang pada awalnya infeksi hanya memerah,
saat itulah sel-sel darah putih yang berfungsi menghancurkan kuman sedang
aktif bekerja. Kalau kondisi tubuh kita sedang dalam keadaan bagus, sel-sel
darah akan dapat bekerja dengan baik sehingga kuman akan kalah dan
dengan sendirinya bintitan akan hilang. Tapi jika sel darah yang kalah, lama
kelamaan akan melembek dan menimbulkan nanah.
Dianjurkan insisi (penyayatan) dan drainase pada hordeolum, apabila
Hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan obat-obat antibiotika
topikal dan antibiotika oral dalam 2-4 minggu. Hordeolum yang sudah besar
atau sudah menunjukkan fase abses, setelah insisi dianjurkan kontrol dalam
seminggu atau lebih untuk penyembuhan luka insisi agar benar-benar
sembuh sempurna.
Memang jika didiamkan saja pun lama kelamaan bintitan akan membesar
dan pecah sendiri, tapi, pecahnya bukan berarti telah sembuh, melainkan
hanya bagian luarnya saja yang pecah, isinya tidak ikut keluar sehingga akan
meninggalkan bekas yang menonjol pada bagian yang pecah tersebut.
Berbeda jika dilakukan insisi, karena prosesnya dilakukan melalui bagian
dalam kelopak mata yang panjangnya hanya berkisar 1 hingga 2 mm,
kemudian baru dilakukan kuretase, pengeluaran isinya. Tindakan ini tak akan
menimbulkan bekas.
Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang, usap kelopak mata
dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi
kelenjar lemak. Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak
terkontaminasi oleh kuman. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di
daerah berdebu.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
Identitas Pasien
Nama : Tidak berpengaruh
Umur : (semua umur bisa terkena penyakit hordeolum)
JenisKelamin : (laki-laki dan perempuan bisa terserang
penyakit hordeolum)
Agama : tidak berpengaruh
Status : tidak berpengaruh
Pendidikan : tidak berpengaruh
Pekerjaan : pekerjaan yang sering menghadap komputer
beresiko terkena hordelum
Suku : tidak berpengaruh
Alamat : tidak berpengaruh

Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
kllien biasanya mengeluh nyeri pada kelopak mata
Riwayat Penyakit Sekarang
klien mengalami penglihatan sedikit terganggu dengan benjolan pada
kelopak mata

Keluhan Penyakit Dahulu


pasien pernah masuk Rumah Sakit karena penyakit ini
Riwayat Penyakit Keluarga
dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami
yaitu Hordeolum
Pemeriksaan Fisik:
a. Tanda-tanda vital:
Tekanandarah :-
Prernafasan :-
Nadi :-
IramaNadi :-
Suhu :-

b. Head to toe
Kepala :-
Mata : nyeri, tampak merah dan bengkak di sekitar mata
Hidung :-
Telinga :-
Leher :-
Dada :-
Paru-paru :-
Abdomen :-
Genetalia :-
Ekstremitas :-

c. Pengkajian Fungsional Gordon


1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting,
sehinggaanggota keluarga selalu menjaga kebersihan lingkungan
agar terhindar dari penyakit
2) Pola nutrisi dan metabolic
Makan dan minum: tidak mengalami gangguan
3) Pola eliminasi
BAK dan BAB tidak mengalami gangguan
4) Pola aktivitas dan latihan
Terganggunya aktifitas sehari-hari. Biasanya klien cendenrung
menyembunyikan penyakitnya karena malu.
5) Pola istirahat tidur
Pola istirahat tidur biasanya terganggu dan tidak nyaman saat
memejamkan mata
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Mengalami gangguan persepsi sensori visual
7) Pola hubungan dengan orang lain
Klien cenderung menyembunyikan penyakitnya karena malu akan
perubahan pada matanya
8) Pola reproduksi / seksual
Tidak mengalami gangguan genetalia / organ reproduksi
9) Pola persepsi diri dan konsep diri
Mengalami gangguan konsep diri atau gannguan citra tubuh
10) Pola mekanisme koping
Merasa tidak nyaman akan menutup diri
11) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Klien yakin bahwasanya penyakitnya akan segera sembuh

Pemeriksaan Penunjang
Eversi (pembalikan) palpebra untuk memeriksa permukaan bawah
palpebra superior dapat dilakukan bersama slitlamp atau tanpa bantuan
alat ini. Pemeriksaan ini harus selalu dilakukan bila diduga ada benda
asing. Setelah diberi anestesi lokal, pasien duduk didepan slitlamp dan
diminta melihat kebawah. Pemeriksaan dengan hati-hati memegang bulu
mata atas dengan jari telunjuk dan jempol sementara tangan yang lain
meletakkan tangkai aplikator tepat diatas tepi superior tarsus. Palpebra
dibalik dengan sedikit menekan aplikator kebawah, serentak dengan
pengangkatan tepian bulu mata. Pasien tetap melihat kebawah, dan bulu
mata ditahan dengan menekannya pada kulit diatas tepian orbita superior
saat aplikator ditarik kembali. Konjungtiva tarsal kemudian diamati
dengan pembesaran. Untuk mengembalikannya, tepian palpebra dengan
lembut diiusap kebawah sementara pasien melihat keatas. ( Paul Riordan
& John Witcher, 2009)

2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Inflamasi
b. Penurunan penglihatan berhubungan dengan Gangguan persepsi
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Pembengkakan kelopak mata
3. Rencana Asuhan
Tujuan Intervensi rasional

Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. Untuk


keperawatan selama 1x30 menit klien setiap 4 jam mengetahui
diharapkan 2. Kaji sekala nyeri keadaan umum
1. Klien dapat mengidentifikasi 3. Berikan terapi klien
penyebab rasa tidak nyaman nyeri kompres hangat. 2. Untuk
2. Klien mengungkapkan nyeri 4. Berikan HE pada mengetahui
berkurang klien untuk dapat berapa sekala
3. Klien dapat melakukan teknik menangani nyeri nyeri yang
relaksasi untuk mengurangi nyeri secara sederhana dihadapi klien
dengan mandiri dan gunakan sehingga kita
4. Nyeri berkurang/hilang komunikasi dapat
terapeutik dengan memberikan
klien penanganan
5. Kolaborasi lanjut.
dengan tenaga 3. Untuk
kesehatan lainnya mengurangi
untuk pembengkakan
memberikan obat pada mata.
peredam nyeri 4. Agar klien
dapat
menyembuhka
n nyerinya
sendiri dengan
sederhana.
5. Untuk
memberikan
obat analgesik
agar nyeri pada
klien teratasi.
Setelah dilakukan tidakan keperawatan 1. Kaji adanya 1. Menentukan
selama 1x30 menit diharapkan kemerahan pada intervensi
1. Klien dapat mengidentifikasi mata, cairan selanjutnya
penyebab dari ketidaknormalan eksudat atau 2. Terhindar dari
penglihatan ulserasi iritasi mata
2. Klien mengungkapkan 2. Instruksi klien selanjutnya
penglihatannya kembali normal untuk tidak 3. Kontak lensa
3. Klien dapat melakukan aktifitas menyentuh dapat merusak
dengan normal matanya mata
4. Klien dapat melihat dengan normal 3. Pindahkan kontak 4. Untuk
lensa apabila menambah
klien pengetauan
memakainya klien.
4. Berikan HE 5. Untuk
untuk menambah mengurangi
pengetahuan infeksi dan
klien tentang mencegah
penyakitnya infeksi
5. Kolaborasi sekunder, dan
dengan tenaga membersihkan
kesehatan lain mata
untuk pemberian
tetes mata
Setelah melakukan tindakan keperawatan 1. Kaji pengetahuan 1. Mengetahui
1x30 menit diharapkan klien tentang penyebab dan
1. Klien dapat mengidentifikasi hordeolum, gejala gejala dari
penyebab darai gangguan citra tubuh dan penyebab hordeolum
2. Klien mengungkapkan sudah dapat 2. Bantu klien untuk untuk
bersosialisasi dengan baik mengungkapkan melanjutkan
3. Klien dapat beraktifitas dengan perasaannya tindakan
normalPercaya diri klien meningkat tentang sakit selanjutnya
yang dideritanya 2. Untuk
3. Bantu klien untuk mengurangi
mengerti , beban dari
memahami gangguan citra
,menerima tubuh, rasa
keadaannya cemas, malu
4. Kolaborasi pada orang lain
dengan psikiatri tentang
untuk membantu penyakitnya
menyelelesaikan 3. Menambah
masalahnya rasa percaya
diri klien
bahwa
hordeolum
bukan penyakit
yang parah
4. Membantu
menyelesaikan
masalahnya
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisna, L.T.A. 2010. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Dalam


Penatalaksanaan Hordeolum Di Bagian Mata Rsup Dr.
Kariadi Semarang Tahun 2010. Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


EGC

Doenges, Marilyyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai