DI SUSUN OLEH :
Kelompok 1, kelas D
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu bersama dalam segala hal dan atas petunjuk serta
restu-Nyalah Makalah ini bias terselesaikan.
2. Lembaga Pendidikan Stikes BinaSehat PPNI
3. Ibu Enny Firda yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah
ini.
4. Orang tua yang tak pernah lelah mendoakan, memberikan support dan
materi untuk serta mencurahkan kasih sayangnya.
5. Sahabat sekelas dan seperjuangan, kekompakan kalian yang membuat
bangga.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Laporan Pendahuluan Hordeolum .............................................. 2
A. Definisi ................................................................................... 2
B. Etiologi ................................................................................... 2
C. Klasifikasi .............................................................................. 2
D. Manifestasi Klinis.................................................................. 3
E. Faktor Resiko ........................................................................ 3
F. Komplikasi ............................................................................. 3
G. Pemerksaan Penunjang ........................................................ 3
H. Penatalaksanaan ................................................................... 4
I. Patofisiologi ........................................................................... 5
J. Diagnosa Keperawatan ......................................................... 7
2.2. Konsep Askep Hrdeolum .............................................................. 7
A. Pengkajian ............................................................................ 7
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................ 8
C. Intervensi .............................................................................. 8
2.3. Laporan Pendahuluan Entropion ................................................
A. Definisi................................................................................... 10
B. Etiologi .................................................................................. 10
C. Manifestasi Klinis ................................................................. 10
D. Klasifikasi ............................................................................. 10
E. Komplikasi ............................................................................ 11
F. Penatalaksanaan................................................................... 12
iii
G. Diagnosa Keperawatan ........................................................ 12
2.4. Konsep Askep Entropion ............................................................. 13
A. Pengkajian ............................................................................ 13
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................ 15
C. Intervensi .............................................................................. 15
BAB III PENUTP
3.1. Kesimpulan ................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang
disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri
stafilokokus).
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum. Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum
kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum
bisa timbul secara berulang.
C. Klasifikasi
1. Hordeolum interna
Infeksi pada kelenjar meibom sebasea. Hordeolum yang terbentuk
pada kelenjar yang lebih dalam. Gejalanya lebih berat dan jarang
pecah sendiri, karena itu biasanya dikter akan menyayatkan supaya
nanah keluar.
2
2. Hordeolum eksterna
Infeksi yang terjadi dekat kelenjar zeis damn moll, tempat keluarnya
bulu mata (pada batas palpebra dan bulu mata).
D. Manifestasi Klinis
Adanya rasa mengganjal pada mata
Nyeri bila ditekan
Nyeri bertambah bila menunduk
Tampak benjolan pada kelopak mata atas dan bawah
Kemerahan (Ns. Anas Tamsuri)
E. Faktor Resiko
1. Penyakit kronik
2. Kesehatana atau daya tahan tubuh yang buruk
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis
4. Diabetes
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia
6. Riwayat hordeolum sebelumnya
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
8. Kondisi kulit seperti dermatitis serboroik
F. Komplikasi
1. Selulitis palpebral
2. Abses palpebral
3. Konjungtivitis.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Carilah mula-mula trowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat
papul atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca
3
objek, lalu tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan microscope
cahaya.
2. Dengan cara mengikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsy irisan.
Caranya : jepit lesi dengan dua jari kemudian buat irisan tipis dengan
pisau dan periksa dengan microscope cahaya.
4. Dengan biopsy oksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE. (
Arif, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S.2000)
H. Penatalaksanaan
1. Umum
a. Dengan kompres hangat 4-6x sehari selama 15 menit tiap kalinya
untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
b. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun
atau dengan shampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti
sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
c. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
d. Hindari pemakaian make up pada mata, karena kemungkinan hal
itu menjadi penyebab infeksi.
e. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi
ke kornea.
2. Obat
a. Antibiotik topical
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam
selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep
mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna
ringan.
4
b. Antibiotic sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterinia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe dipreauricular. Pada kasus hordeolum
internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat
diberikan cehpalxin atau dicloxacilin 500mg/oral 4 kali sehari
selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dfapat
diberikan clindamycin 300mg/oral 4 kali sehari selama 7 hari
atau klaritomycin 500mg 2 kali sehari selama 7 hari.
3. Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka
prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat darinase
pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anastesi
tropical dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi
dengan prokain atau lidokain didaerah hordeolum dan dilakukan
insisi dan bila :
Hordeolum internumdibuat insisi pada daerah fluktuasi pes,
tegak lurus pada margo palpebra.
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo
palpebra setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau
kuritase seluruh isi jaringan meradang didalam kantonya dan
kemudian diberikan salep antibiotic.
I. Patofisiologi
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari
kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada
kelenjar Meibom yang terletak di dalam usus.
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada
tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari
komplikasi blefaritis.
5
Bagan Patofisiologi
Infeksi bakteri stafilokokkus pada kelenjar yang sempit dan
kecil, biasanya menyerang kelenjar minyak (meibomian)
Nyeri b.d proses inflamasi ditandai dengan edema pada kelopak mata
dan kemerahan
6
J. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d proses inflamasi ditandai dengan edema pada kelopak mata
dan kemerahan
b. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d penurunan penglihatan
akibat edema pada kelopak mata
c. Gangguan citra tubuh b.d proses inflamasi ditandai dengan edema
pada kelopak mata
7
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Inspeksi :
Mata tampak kemerahan
Mata tampak bengkak/ odema, tampak warna kekuningan
b. Palpasi :
Rasa nyeri timbul saat kelopak mata disentuh atau ditekan
Ditemukan nodul kecil yang tak nyeri pada hordeolum
internal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d proses inflamasi ditandai dengan edema pada kelopak mata
dan kemerahan
2. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d penurunan penglihatan
akibat edema pada kelopak mata
3. Gangguan citra tubuh b.d proses inflamasi ditandai dengan edema
pada kelopak mata
C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri b.d proses Setelah 1. Kaji nyeri klien 1. Menentukan
inflamasi dilakukan seperti lokasi, tingkat
ditandai dengan tindakan karakteristik, nyeri klien
edema pada asuhan durasi,
kelopak mata keperawatan frekuensi,
dan kemerahan diharapkan kualitas,
nyeri klien intensitas serta
dapat teratasi factor
dengan presipitasinya.
kriteria hasil: 2. Observasi pada 2. Membantu
8
Nyeri nyeri non klien
terkontrol verbal mendapatka
Puss n intervensi
hilang 3. Anjurkan klien 3. Mengurangi
untuk nyeri
mengkompres
matanya
dengan air
hangat
4. Kolaborasi 4. Mengurangi
dengan tim inflamasi
medis lain yang
untuk mengakibat
menghilangkan kan nyeri
nyeri pada timbul
matanya.
9
2.3 Laporan Pendahuluan Entropion
A. Definisi
Entropion adalah inversi atau membaliknya margo palpebra (tepi
kelopak mata) kedalam yang menyebabkan trikiasis dengan segala
akibatnya pada kornea. Entropion trbagi dalam tiga jenis, yaitu
entropion involusi, sikatrik, dan kongenital.
B. Etiologi
1. Nyeri
2. Lakrimasi
3. Ftofobia
C. Manifestasi Klinis
1. Iritasi atau ada benda asing yang masuk ke mata
2. Mata berair terus
3. Pandangan kabur
D. Klasifikasi
1. Entropion involusi (spastik)
10
atas. Sering terjadi pada orang tua, terdapat relaksasi dari kulit
palpebra dan letak bola mata yang lebih dalam, karena berkurangnya
jaringan lemak. Spasme M. Orbikularis okuli dapat dijumpai pula
pada peradangan konjungtiva, palpebra dan kornea. Pemakaian
prban mata yang terlalu lama pada lansia dapat juga menyebabkan
entropion spastika.
2. Entropion sikatrik
3. Entropion kongenital
E. Komplikasi
a. Konjungtivitis
Peadangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisa putih yang
transparan pada mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat
menyebabkan konjungtiva menjadi merah dan meradang, dan
menimbulkan infeksi.
b. Kreatitis
Suatu kondisi dimana kornea meradang. Masuknya bulu mata dan
tepi kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit.
Jaringan parut akan terbentuk dan dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan.
11
c. Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya
disebabkan oleh kreatitis. Kondisi ini sangat serius karena dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan. Sangat penting untuk segara
berobat ke dokter jika mata menjadi merah, mata terasa sakit atau
seperti ada yang mengganjal di dalam mata.
d. Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa
sakit, dan posisi tarsal yang buruk.
F. Penatalaksanaan
Tindakan sementara :dapat menarik kelopak mata bawah mendekati
pipi dan fiksasi dengan ‘tape’.
Yang paling efektif : korektif bedah.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d iritasi atau infeksi pada mata
2. Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan: adanya
nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan
3. Gangguan sensori perseptual: penglihata b.d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
4. Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d kontak sekret dengan mata
sehat atau mata orag lain
12
2.4 Konsep Askep Entropion
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Tanyakan kepada klien adanya keluhan seperti nyeri, mata berair,
mata merah, silau dan sekret pada mata.
2. Riwayat penyakit sekarang
Informais yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai
penurunan tajam penglihatan, trauma pada mata, riwayat gejala
penyakit mata seperti nyeri meliputi lokasi, awitan, durasi, upaya
menurangi dan beratnya, pusing, silau.
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien riwayat penyakit yang dialami klien seperti
diabetes melitus, herpez zoster, herpes simpleks
4. Pemeriksaan fisik penglihatan
Ketajaman penglihatan
Uji formal ketajaman penglihatan harus merupakan bagian dari
setiap data dasar pasien. Tajam penglihatan diuji dengan kartu
mata (snellen) yang diletakkan 6 meter.
Palpebra superior
Merah, sakit jika ditekan
Palpebra inferior
Bengkak, merah, ditekan keluar secret
Konjungtiva tarsal superior dan inferior
Inspeksi adanya:
Papil, timbunan sel radang sub konjungtiva yang berwarna
merah dengan pembuluh darah ditengahnya
Membran, sel radang di depan mukosa konjungtiva yang bila
diangkat akan berdarah, membran merupakan jaringan
nekrotik yang terkoagulasi dan bercampur dengan fibrin,
menembus jaringan yang lebih dalam dan berwarna abu-abu
13
Pseudomembran, membran yang bila diangkat tidak akan
berdarah
Litiasis, pembentukan batu senyawa kalsium berupa
perkapuran yang terjadi pada konjungtiviti kronis
Sikatrik, terjadi pada trakoma
Konjungtiva bulbi
Sekresi
Injeksi konjungtival
Injeksi siliar
Kemosis konjungtiva bulbi,edema konjungtiva berat
Flikten peradangan disertai neovaskularisasi
Kornea
Erosi kornea, uji fluoresin positif
Infiltrat, tertibunnya sel radang
Pannus, terdapat sel radang dengan adanya pembuluh darah
yang membentuk tabir kornea
Flikten ulkus
Sikatrik
Bilik depan mata
Hipopion, penimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata
depan
Hifema, perdarahan pada bilik mata depan
Iris
Rubeosis, radang pada iris
Gambaran kripti pada iris
Pupil
Reaksi sinar, isokor
Pemeriksaan fundus okuli dengan optalmoskop untuk
melihat
14
Adanya kekeruhan pada media penglihatan yang keruh
seperti pada kornea, lensa, dan badan kaca.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d iritasi atau infeksi pada mata
2. Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan: adanya
nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan
3. Gangguan sensori perseptual: penglihata b.d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
4. Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d kontak sekret dengan mata
sehat atau mata orag lain
C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan 1. Anjurkan 1. Untuk
iritasi atau tindakan asuhan klien untuk megurangi
infeksi pada keperawatan mengompres nyeri
mata diharapkan nyeri mata dengan
klien dapat air hangat
teratasi dengan 2. Anjurkan 2. Untuk
kriteria hasil: pasien untuk mencegah
Nyeri tidak terjadinya
berkurang menggosok- iritasi pada
Pasien merasa gosok mata mata
nyaman yang sakit
terutama
dengan tangan
3. Anjurkan 3. Untuk
pasien menghindari
15
menggunakan adanya debu
kacamata yang masuk
pelindung jika pada mata
bepergian
4. Kolaborasi 4. Untuk
dengan tim mengurangi
medis untuk nyeri
pemberian
analgetik
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
Daftar Pustaka
Sidarti, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
2004: Hal 92-94
Sidarti, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta 2003: Hal 15-16
Tamsuri, Ns. Anas. 2012. Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan
Medikal-Bedah. EGC: Jakarta
18