Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


HARDEOLUM

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.

Fajar Ibnu Sabi


Reny Afni Putri
Fenika Nikmatul Rizki
Efrizal Fikri Harlianto

P27820714004
P27820714016
P27820714026
P27820714032

PRODI DIV GAWAT DARURAT KAMPUS SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk menyusun
makalah ini dengan tidak ada halangan dan tepat pada waktunya . Dalam makalah
ini saya membahas tentang Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
Hordeolum. Makalah ini dibuat melalui bantuan beberapa pihak untuk
menyelesaikan tugas salah satu mata kuliah yaitu, Keperawatan Medikal Bedah
II. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran dari pihak pembaca dan Ibu/Bapak pengajar yang bersangkutan,
agar makalah ini dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi seluruh pihak
pembaca.
Akhir kata saya sebagai penyusun mengucapkan terimakasih sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Surabaya, 31 Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Hordeolum............................................................................3
2. Etiologi Hordeolum..............................................................................4
3. Patofisiologi Hordeolum.......................................................................7
4. Manifestasi Klinis Hordeolum..............................................................8
5. Pemeriksaan Penunjang Hordeolum ....................................................9
6. Komplikasi Hordeolum ........................................................................1
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien...................................................................................3
2. Riwayat Kesehatan................................................................................4
3. Pemeriksaan Fisik.................................................................................7
4. Data.......................................................................................................8
5. Diagnosa Keperawatan ........................................................................9
6. Perencanaan Keperawatan ...................................................................
7. Intervensi pada klien dengan pre dan post op operasi .........................
8. Implementasi ........................................................................................
9. Evaluasi ................................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Hordeolum
Hordeolum yakni benjolan dikelopak mata yang disebabkan oleh
peradangan di folikel atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang
terdapat di akar bulu mata. Bila terjadi di daerah ini, penyebab utamanya
adalah infeksi akibat bakteri.(Sidarta Ilyas,2010:92)
Merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum
biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak
mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat.
Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses. Hordeolum
adalah infeksi supuratif akut kelenjar kelopak mata yang biasanya disebabkan
oleh stafilokokkus(Indriana Istiqomah,2004).
2. Etiologi Hordeolum
Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan
oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokkus).
Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul
besamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum bisa timbul secara
berulang.(Sidarta Ilyas,2004)
3. Patofisiologi Hordeolum
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri stafilokokus
aureus yang akan menyebabkan proses inflamasi pada kelenjar kelopak mata.
Infeksi bakteri stafilokokkus pada kelenjar yang sempit dan kecil, biasanya
menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan
pembentukan abses (kantong nanah) kearah kulit kelopak mata dan
konjungtiva biasanya disebut hordeolum internum. Apabila infeksi pada
kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat
menyebabkan komplikasi konjungtiva.
Apabila bakteri stafilokokkus menyerang kelenjar Zeis atau moll maka
akan membentuk abses kearah kulit palbebra yang biasanya disebut hordeolum

eksternum. Setelah itu terjadi pembentukan chalazion yakni benjolan di


kelopak mata yang disebabkan peradangan di kelenjar minyak (meibom), baik
karena infeksi maupun reaksi peradangan akibat alergi. (Indriana Istiqomah,
2004).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Sidarta Ilyas, 2004, tanda dan gejala hordeolum antara lain:
1. Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri
bila ditekan.
2. Adanya pseudoptosis atau ptosis yang mengakibatkan kelopak sukar
diangkat.
3. Terjadi pembesaran pada kelenjar preaurikel
4. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar
5. Adanya abses yang dapat pecah dengan sendirinya.
5. Penatalaksanaan Hordeolum
a. Medis
1) Diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali
sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus
dibagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama.
2) Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah
3) Pemberian salep antibiotic pada saccus conjunctivalis setiap 3 jam.
Antibiotic sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis.
4) Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,
Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain.
Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama
pada fase peradangan.
5) Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin,
Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak
menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan
selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya
atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
6) Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan
sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya
hordeolum.
7) Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk
meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat,
ibuprofen, dan sejenisnya.

8) Dilakukan insisi hordeolum untuk mengeluarkan nanah pada daerah


abses dengan fluktuasi terbesar, jika keadan tidak membaik selama 48
jam. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anesthesia topical
dengan patokain tetes mata. Dilakukan anesthesia filtrasi dengan prokain
atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi bila:
a. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak
lurus pada margo palpebra
b. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
9) Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotic. (Sidarta Ilyas, 2004 )
b. Keperawatan
1) Kompres hangat 3 kali sehari selama 10-15 menit sampai nanah keluar.
2) Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit, tanda gejala penyakit,
pengobatan dan penatalaksanaannya pada pasien. (Sidarta Ilyas, 2004)
6. Pemeriksaan Penunjang
Cara menemukan tungau:
a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul
atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu
tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.
b. Dengan cara menikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar
c. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: jepit lesi dengan 2 jari kemudian
buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya
d. Dengan biopsy oksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE. (Arief, M,
Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)
7. Komplikasi
Komplikasi dari hordeolum antara lain :
a. Selulitis preseptal
b. Konjungtivitis adenovirus
c. Granuloma pyogenik ( Sidarta Ilyas, 2004 )
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Pada Identitas ini berisi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal periksa / MRS, dan disertai dengan
diagnose.
3

Hordeolum terjadi karena adanya infeksi atau peradangan pada


kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh kuman. Infeksi ini
menyerang di semua umur tetapi terutama menyerang pada anak-anak dan
dewasa muda.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya mengeluh nyeri pada mata bagian atas, serta bengkak.

Apakah klien mengalami gangguan pada fungsi penglihatannya?


Dan dilakukan koreksi visus.

Apakah pandangan klien sering kabur?

Apakah klien merasa gatal pada matanya?

Apakah mata klien sering mengeluarkan air mata?

2) Riwayat penyakit sekarang


Biasanya klien mengeluh penglihatan kabur, rasa mengganjal, gatal
dan kurang nyaman.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Biasanya klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti
ini sebelumnya. Dan apakah klien pernah mengalami operasi atau
belum
4) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien mengatakan terdapat anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit tersebut.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada daerah mata klien.
a. Head to toe
Mata
Inspeksi
: - mata bagian atas tampak kemerahan
- Mata bagian atas tampak bengkak / edema, tampak
warna kekuningan atau putih ditengah kulit atau kelopak
mata yang bengkak.
Palpasi

: - Rasa nyeri timbul saat kelopak mata disentuh atau


ditekan, kadang-kadang nyeri saat mengedip.
Ditemukan nodul kecil yang tak nyeri pada hordeolum
internal

b.
1.

Pengkajian fungsional Gordon


Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Keluarga mengatakan selalu menjaga kebersihan lingkungan agar


2.
3.
4.

5.

6.
7.

8.
9.
10.

11.

terhindar dari penyakit.


Pola nutrisi dan metabolic
Makan dan minum : tidak mengalami gangguan
Pola eliminasi
BAK dan BAB : tidak mengalami gangguan
Pola aktivitas dan latihan
Terganggunya aktivitas sehari-hari. Karena klien merasa tidak nyaman
dengan keadaan matanya.
Pola istirahat tidur
Pola istirahat tidur biasanya terganggu karena tidak nyaman saat
memejamkan mata
Pola persepsi sensori dan kognitif
Mengalami gangguan persepsi sensori visual
Pola hubungan dengan orang lain
Klien malu bertemu dengan orang dan cenderung menyembunyikan
penyakitnya karena tidak percaya diri akan perubahan pada matanya.
Pola reproduksi / seksual
Tidak mengalami gangguan genetalia / organ reproduksi
Pola persepsi diri dan konsep diri
Mengalami gangguan konsep diri atau gangguan citra tubuh
Pola mekanisme koping
Merasa tidak nyaman dengan dirinya dan lebih menutup diri dengan
orang lain.
Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Klien yakin bahwasanya penyakitnya segera sembuh.
4. Data
Dalam data ini dilakukan apabila pasien akan dilakukan tindakan operasi
atau setelah dilakukan tindakan operasi
Data objektif
Pre operasi

Adanya pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga


retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

Tidak ada reflex fundus


Post operasi

Pasien nampak meringis

Skala nyeri pasien : terjadi pada rentang 4-6

5. Analisa Data
Nama pasien
Umur
Ruang / kelas
No.Reg
No
1

:
:
:
:

Data
Ds : pasien mengatakan nyeri

Etiologi
Kuman

Problem
Gangguan rasa

pada tepi kelopak mata, tepi

streptokokkus

nyaman (nyeri)

kelopak mata merah.


Do :
P : Terjadi inflasi
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Di tepi kelopak mata
S : Sedang (4-6)
T : nyeri hilang timbul

Membentuk purulan
Inflamasi
Pembengkakan atau
tonjolan pada
palpebral

Ds : pasien mengatakan tidak


percaya diri dengan
penampilannya
Do : - tampak menutup diri
- Kurang berinteraksi

Nyeri
Kuman

Gangguan konsep

streptokokkus

diri (citra tubuh)

Membentuk purulen
Inflamasi

sosial
Pembengkakan atau
tonjolan pada
palpebral
Nyeri

6. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berubungan dengan penurunan
penglihatan akibat edema pada kelopak mata
6

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan


palpebral akibat proses peradangan.
3. Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan
bentuk kelopak mata yang mempengaruhi penampilan.
Diagnosa pada klien dengan pre dan post operasi hordeulum
Pre op
1. Nyeri akut b/d pembesaran hordeolum d/d nyeri pada daerah disekitar
benjolan, jika menunduk rasa sakit bertambah.
2. Perubahan citra tubuh b/d penonjolan pada palpebra d/d pasien malu
dengan keadaannya
3. Ansietas b/d prognosis penyakit d/d pasien gelisah dan cemas dengan
keadaannya
4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi d/d pasien bertanyatanya tentang keadaannya

Post op
1. Nyeri akut b/d hilangnya efek anestesi post operasi d/d pasien
meringis, skala nyeri 4-6
2. Resiko infeksi b/d masuknya mikroorganisme sekunder akibat proses
penyakit
3. Kerusakan integritas kulit b/d rusaknya kontinuitas jaringan sekunder
akibat insisi pada daerah mata.

7. Perencanaan Keperawatan
Nama pasien
:
Umur
:
Ruang / kelas
:
No.Reg
:
No. Tujuan dan KH
Dx
1.

NOC
Setelah dilakukan

Intervensi

Rasional

NIC
1. Kaji adanya

1. Dapat mengetahui

TTD

tindakan keperawatan 3 x

kemerahan pada

kondisi atau keadaan

24 jam diharapkan

mata cairan

dari mata

edema klien dapat

eksudat, atau

teratasi, dengan kriteria


hasil :
1. Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab dari
ketidaknormalan
penglihatan
2. Klien
mengungkapkan
penglihatannya
kembali normal
3. Klien dapat
melakukan aktifitas

ulserasi
2. Instruksikan

2. Menghindarkan mata
dari infeksi

klien untuk tidak


menyentuh
matanya
3. Pindahkan
kontak lensa
apabila klien
memakainya.
4. Berika HE untuk
menambah
pengetahuan
klien tentang

dengan normal
4. Klien dapat melihat

penyakitnya
5. Kolaborasikan

dengan normal

dengan tim

3. Tetap menjaga
kondisi mata, serta
meminimalkan
terjadinya infeksi
4. Menambah
pengetahuan serta
mengetahui
penyakitnya
5. Pemberian obat
sebagai terapi
meminimalkan luka
pada mata

medis lain untuk


pemberian obat
1.

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam di
harapkan nyeri
berkurang.
Dengan KH :
1. Klien mengetahui
penyebab nyeri
2. Klien dapat
mengetahui cara
untuk mengontrol
nyeri
3. Klien dapat

tetes mata
1. Monitor dan kaji
karakteristik
nyeri
2. Ajarkan pada
klien cara
melakukan
kompres hangat
pada tepi
palpebral dan
beritahu klien
agar
mengompres

1. Mengetahui skala
nyeri klien
2. Mempercepat
supurasi sehingga
purulent dapat keluar
dan nyeri reda

mengatasi rasa

tepi palpebral

nyeri akibat

selama 20 menit,

pada kelopak

3-4 kali setiap

palpebral

inflamasi
4. Klien merasa

3. Mengurangi iritasi

hari
nyaman dan skala 3. Pada klien
nyeri berkurang

wanita, beritahu
agar tidak
memakai tata
rias (khususnya

4. Mengeluarkan
(drainase) material
purulen

tata rias mata)


untuk sementara
4. Beri anti
antibiotika salep
setiap 3 jam
setelah
pemberian
2

Setelah dilakukan

kompres
1. Beritahu klien

tindakan keperawatan

bahwa

selama 3 x 24 jam di

penyakitnya bisa

harapkan gangguan citra


diri dapat teratasi
Dengan KH :
1. Klien melakukan
pola-pola
penanggulangan
yang baru
2. Menyatakan dan
menunjukkan
penerimaan atas
penampilan
3. Menunjukkan
keinginan dan
kemampuan
untuk melakukan

disembuhkan
2. Anjurkan klien

1. Agar timbul rasa


percaya diri
2. Mempercepat
penyembuhan

untuk
melaksanakan
anjuran yang
telah diberikan
(kompres hangat
dan penggunaan
antibiotika)

3. Mengurangi
kecemasan klien

secara teratur
3. Beritahu klien
bahwa salep
mata dapat
membuat

4. Dapat menyebabkan
infeksi

perawatan diri

pandangan

atau tanggung

kabur.
4. Beritahu klien

jawab terhadap
peran
4. Meningkatkan
penyembuhan,
bebas drainage

5. Buruknya status

jangan pernah

predisposisi

menekan

berulangnya

pembengkakan
5. Beritahu klien

purulen, eritema
dan demam

kesehatan merupakan

hordeolum.

untuk
meningkatkan
status kesehatan

8. Intervensi pada klien dengan pre dan post op operasi


Pre op
Dx Kep
Nyeri

Rencana Tujuan
Setelah diberikan

Rencana Tindakan
1. Jelaskan dan bantu

Rasional
1.Pendekatan dengan

akut

askep selama 324

klien dengan tindakan

menggunakan relaksasi

jam diharapkan nyeri

pereda nyeri

dan nonfarmakologi

pasien berkurang,

nonfarmakologi dan non

lainnya telah menunjukkan

dengan KH :

invasif

keefektifan dalam

tidak meringis

mengurangi nyeri.

tidak mengeluh

2. Ajarkan tekhnik

2.Akan melancarkan

nyeri

Relaksasi.

peredaran darah, sehingga


kebutuhan O2 oleh
jaringan akan terpenuhi,
sehingga akan mengurangi
nyerinya.

3. Ajarkan metode

3.Mengalihkan perhatian

distraksi selama nyeri

nyerinya ke hal-hal yang

akut.

menyenangkan.

10

4. Observasi tingkat

4.Pengkajian yang optimal

nyeri

akan memberikan perawat


data untuk mencegah
kemungkinan komplikasi
dan melakukan intervensi
yang tepat.

5. Kolaborasi dengan

5.Analgetik memblok

dokter, pemberian

lintasan nyeri, sehingga

analgetik.

nyeri akan berkurang.

Dx Kep.
Perubahan citra

Rencana Tujuan
Setelah diberikan

Rencana Tindakan
1. Identifikasi

Rasional
1. Mengetahui

tubuh

askep selama 324

pandangan pasien

bagaimana pandangan

jam diharapakan

terhadap keadaan

pasien terhadap

perubahan citra

tubuhnya

perubahan tubuhnya.

diatasi.

2. Anjurkan orang

2. Menghidupkan

Kriteria hasil :

terdekat untuk

kembali perasaan

1.Mampu

mengizinkan klien

kemandirian dan

menyatakan atau

melakukan hal-hal

membantu

mengomunikasikan

untuk dirinya.

perkembangan harga diri

tubuh pasien dapat

dengan orang

serta mempengaruhi

terdekat tentang

proses rehabilitasi.

situasi dan
perubahan yang

3. Anjurkan

3. Keluarga merupakan

sedang terjadi

keluarga untuk

orang terdekat dalam

2. Pasien dapat

memberikan

kehidupan pasien,

menerima

dukungan dan

sehingga suport dari

keadaannya

motivasi kepada

keluarga akan memiliki

pasien

arti yang sangat besar


dari pasien

11

4.Klien dapat beradaptasi


4.

Dukungan

terhadap perubahan dan

perilaku atau usaha

pengertian tentanng

seperti peningkatan

peran individu masa

minat atau

mendatang.

partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi.
5. Dapat memfasilitasi
5.

Kolaborasi

perubahan yang

rujukan pada ahli

penting untuk

neuropsikologi dan

perkembangan

konseling bila ada

perasaan.

indikasi.

Dx Kep.
Ansietas

Rencana Tujuan
Setelah diberikan

Rencana Tindakan
1. Anjurkan

Rasional
1. kehadiran keluarga

askep selama 324

keluarga pasien

dapat mengurangi

jam diharapkan

untuk menemani

kecemasan pasien

pasien tidak cemas,

pasien

dengan KH :
1. Pasien mampu

2. Kaji tingkat

2.

tingkat kecemasan

mengungkapkan

kecemasan pasien

yang tinggi menyebabkan

pemahaman tentang

penyakit pasien

kondisi yang dialami

bertambah

2. Pasien tidak
cemas lagi.

3. Berikan

3. Dengan teratasinya

pengobatan untuk

sakit yang dirasakan

menurunkan cemas

pasien, pasien akan

dengan cara yang

merasa lebih tenang

tepat

12

Dx Kep.
Kurang

Rencana Tujuan
Setelah diberikan

Rencana Tindakan
1. Bantu pasien mengerti

Rasional
1.Menyiapkan

pengetahuan

askep selama 324

tentang tujuan jangka

pasien untuk

jam diharapkan

pendek dan jangka

mengatasi

pasien tahu, mengerti, panjang

kondisi serta

dan patuh dengan

memperbaiki

program terapeutik.

kualit

Kriteria hasil :
1. Pasien mengerti

2.

Jelaskan tentang

2.Pengetahuan

tentang penyakitnya

pengobatan dan mengapa

yang diharapkan

dan apa yang

terjadinya penyakit.

akan membantu

mempengaruhinya

mengembangka

2. Pasien dapat

n kepatuhan

mengungkapkan

klien terhadap

pentingnya fungsi

rencana

otak dengan

teraupetik.

mematuhi program

3.

Ajarkan pasien

yang diharuskan

tentang penyakit dan

3.Membantu

perawatannya

meningkatkan
pengetahuan dan
memberikan
sumber

tambahan untuk
referensi
perawatan di
rumah.

4. Libatkan orang

13

terdekat dalam program

4.Mengajarkan

pengajaran, sediakan

pasien tentang

materi pengajaran/

kondisinya

instruksi tertulis

adalah salah satu

aspek yang
paling penting
dari
perawatannya

Post op
Dx
Nyeri akut

Rencana Tujuan
Setelah diberikan

Rencana Tindakan
1. Jelaskan dan bantu

Rasional
1.Pendekatan

askep selama 224

klien dengan tindakan

dengan

jam diharapkan nyeri

pereda nyeri

menggunakan

pasien berkurang,

nonfarmakologi dan non

relaksasi dan

dengan KH :

invasif.

nonfarmakologi

1.

tidak meringis

lainnya telah

2.

tidak mengeluh

menunjukkan

nyeri

keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
2. Ajarkan tekhnik

2. Akan

Relaksasi.

melancarkan
peredaran darah

3.Ajarkan metode

3. Mengalihkan

distraksi selama nyeri

perhatian nyerinya

akut.

ke hal-hal yang
menyenangkan.

14

4. Observasi tingkat

4. Pengkajian

nyeri

yang optimal akan


memberikan
perawat data untuk
mencegah
kemungkinan
komplikasi dan
melakukan
intervensi yang
tepat.
5. Analgetik

5. Kolaborasi dengan

memblok lintasan

dokter, pemberian

nyeri, sehingga

analgetik

nyeri akan
berkurang.

Dx
Resiko Infeksi

Rencana Tujuan
Setelah diberikan

Rencana Tindakan
1.
Pantau suhu

Rasional
1.
mendeteksi

askep selama 3 X 24

dengan teliti dan

kemungkinan infeksi

jam tidak terjadi

tanda-tanda infeksi

infeksi dengan kriteria

lainnya

2. mencegah

hasil :

2. Kaji keadaan luka

terjadinya infeksi

1.Keadaan temperatur

dan lakukan

normal

perawatan luka

2.tidak terdapat tanda-

3. meminimalkan
terpaparnya pasien

tanda infeksi

3. Tempatkan pasien

(kalor,lubor,tumor,

dalam ruangan khusus

dari sumber infeksi

dolor,fungsiolaesa)

15

4. Anjurkan semua

4. meminimalkan

pengunjung dan staff

pajanan pada

rumah sakit untuk

organisme infektif

menggunakan teknik
mencuci tangan
dengan baik
5. Gunakan teknik

5. untuk mencegah

aseptik yang cermat

kontaminasi

untuk semua prosedur

silang/menurunkan

invasive

resiko infeksi

Dx Kep.
Kerusakan

Rencana Tujuan
Setelah diberikan askep

Rencana Tindakan
1. Observasi keadaan

Rasional
1. Mengetahui

Integritas kulit

selama 324 jam

lesi sebelum

keadaan lesi pasien,

diharapkan kerusakan

mendapat pengobatan

sehingga dapat

integritas kulit dapat

: luas, warna, bau,

menentukan

teratasi, dengan KH :

keluaran.

intervensi dan dapat

Lesi kulit dapat

digunakan sebagai

diatasi

acuan dalam

Tidak terdapat luka

mengevaluasi hasil

pada kulit

pengobatan.

Pasien tidak
mengeluh perih pada

2. Lakukan

2. Meminimalkan lesi

kulit

perawatan pada lesi

dari pajanan

Menunjukkan kulit

pasien dengan tehnik

mikroorganisme yang

dan jaringan kulit yang

steril.

dapat memperparah

utuh

keadaan lesi pasien.


3. Gunakan pakaian

3. menurunkan iritasi

tipis dan alat tenun

garis jahitan dan

yang lembut.

tekanan dari baju,


membiarkan insisi
terbuka terhadap
udara meningkat

16

proses penyembuhan
dan menurunkan
resiko infeksi.

9.

Implementasi
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
kedalam renana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup kolaborasi dan
independent. Tindakan independent/mandiri adalah aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan sendiri bukan merupakan petunjuk/perintah dari
petugas kesehatan yang lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
didasarkan oleh hasil keputusan antara dokter, perawat, dan petugas kesehatan
yang lain.

10.

Evaluasi
Pada diagnose Umum
1. Edema menurun, penglihatan kembali normal.
2. Nyeri dapat berkurang
3. klien tidak mengalami gangguan konsep diri dan kepercayaan diri tumbuh
PRE OP
1. Nyeri dapat berkurang
2. Dapat menerima tubuhnya
3. Pasien tidak mersakan cemas lagi
4. Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat
POST OP
1. Nyeri dapat berkurang
2. Tidak terjadi infeksi
3. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

17

18

DAFTAR PUSTAKA
Eva, Paul Riordan dan John P.Whitcher. 2009. Oftalmologi Umum Vaughan &
Ashury. Edisi 17.
Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.
Jakarta: EGC.
NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 20092010. Penerbit
Buku Kedokteran: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai