HORDEOLUM
Oleh
Fitria Novita
Preseptor:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat yang berjudul “Hordeolum” ini.
Adapun Case Report sSession ini penulis ajukan sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti kepaniteraan klinik rotasi 2 di Puskesmas Padang Pasir. Pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada preseptor yang
telah membimbing selama jalannya kepaniteraan klinik rotasi 2 yaitu Dr. dr. Satya
Widya Yenny, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV.
Penulisan Case Report Session ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak. Semoga Case Report Session ini dapat bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Batasan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Metoda Penulisan 6
1.5 Manfaat Penulisan 6
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 25
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi Palpebra 8
Gambar 2. Hordeolum Eksternum 10
Gambar 3. Hordeolum Internum 11
Gambar 4. Kalazion 13
Gambar 5. Selulitis Preseptal 13
Gambar 6. Dakriosistitis 14
Gambar 7. Hordeolum pasien 20
Gambar 8. Teras rumah pasien 25
Gambar 9. Ruang tamu dan 2 pintu rumah pasien 25
Gambar 10. Kondisi kamar pasien 25
Gambar 11. Kamar mandi pasien 26
BAB 1
4
PENDAHULUAN
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjer yang membentuk film air mata di depan kornea.
Kelopak mata merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola
mata dari trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Pada kelopak mata
terdapat beberapa kelenjer, seperti kelenjer sebasea, kelenjer Moll atau kelenjer
keringat, kelenjer Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjer Meibom pada tarsus.1
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada
praktik kedokteran. Insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin. Hordeolum
lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak, kemungkinan
karena tingkat hormon androgenik yang lebih tinggi (dan peningkatan viskositas
sebum). Namun, hordeolum dapat terjadi pada anak-anak. Pada kebanyakan kasus,
5
Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk pada
berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1 ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Mekanisme berkedip melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata,
palpebra inferior menyatu dengan pipi. 1,2
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).
a. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
c. Jaringan areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan dengan
lapisan subaponeurotik dari kulit kepala.
7
e. Konjungtiva palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel
rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat
yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak
dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar
sebasea yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait
ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm
8
dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia
di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan
tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior
dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian
otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan
berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih
dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis
superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang
menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan
berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari
retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus
inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V (Trigeminus),
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Trogeminus).1,2
2.2 HORDEOLUM
2.2.1Definisi
Hordeolum adalah infeksi satu atau lebih kelenjar pada palpebra. Bila
kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan yang disebut hordeolum
internum. Sedangkan hordeolum eksternum yang lebih superfisial adalah
infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.1
2.2.2 Klasifikasi
Terdapat 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum eksternum dan hordeolum
internum.1,2
a. Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau
Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak mata. Pada
9
hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut.
Tonjolannya ke arah kulit, mengikuti pergerakkan kulit dan mengalami
supurasi serta dapat pecah dengan sendirinya.
b. Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang
terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah
konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar
dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan
menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan
kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak pecah dengan sendirinya.
2.2.3 Epidemiologi
10
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan
pada praktik kedokteran. Prevalensi hordeolum tidak diketahui karena pada
kebanyakan kasus tidak dilaporkan. Insidensi tidak tergantung pada ras dan
jenis kelamin. Hordeolum lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan
pada anak-anak, kemungkinan karena tingkat hormon androgenik yang lebih
tinggi (dan peningkatan viskositas sebum). Namun, hordeolum dapat terjadi
pada anak-anak. Pada kebanyakan kasus, hordeolum dapat sembuh dengan
sendirinya.3,4
2.2.4 Etiologi
Etiologi dari hordeolum adalah infeksi oleh bakteri Staphylococcus
aureus pada 90-95% kasus hordeolum. Selain itu bisa juga disebabkan oleh
Staphylococcus epidermidis.5
2.2.6 Patogenesis
Patogenesis terjadinya hordeolum eksternum diawali dengan
pembentukan pus dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus.
Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan
lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi
11
sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam
lumen kelenjar.
2.2.8 Diagnosis
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan anamnesis dari gejala-
gejala dan manifestasi klinis yang ditemukan pada pemeriksaan oftalmologis.
12
Gambar 4. Kalazion
b. Selulitis preseptal
Selulitis preseptal adalah infeksi pada kelopak mata dan jaringan
lunak periorbital yang ditandai dengan eritema kelopak mata akut dan
edema. Dapat disertai dengan konjungtivitis dan penurunan visus. Infeksi
bakteri ini biasanya terjadi akibat penyebaran lokal dari sinusitis atau
dakriosistitis, dari infeksi okular eksternal, atau trauma pada kelopak
mata.7
c. Dakriosistitis
Merupakan infeksi akut atau kronik pada saccus lakrimalis. Pasien
mengalami gejala nyeri, bengkak, dan kemerahan pada kantus medialis.
Dapat disertai demam, diplopia, konjungtivitis, serta leukositosis.8
13
Gambar 6. Dakriosistitis
2.2.10Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.3 Terapi
hordeolum meliputi terapi non farmakologi, farmakologi, dan terapi
pembedahan.2
a. Non farmakologi2
- Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
- Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun
atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal
ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata
tertutup.
- Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
- Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi.
- Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke
kornea.
b. Farmakologi2
14
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikandan bila proses peradangan menyebar ke sekitar
daerah hordeolum.
- Antibiotik topical
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama
7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus
hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang ringan.
- Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum
internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan
cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7
hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan
clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau
klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
c. Pembedahan2
- Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka
prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase
pada hordeolum.
- Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi
topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi
dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan
insisi yang bila:
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus,
tegak lurus pada margo palpebra. Hordeolum eksternum dibuat
insisi sejajar dengan margo palpebra.
- Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase
seluruhisi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian
diberikan salep antibiotik.
15
2.2.11Komplikasi
Komplikasi hordeolum diantaranya:2
a. Kalazion
b. Selulitis preseptal
c. Selulitis orbital
d. Konjungtivitis
2.2.12Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa
mengalami penyembuhan dengan sendirinya. Namun pada banyak kasus,
hordeolum dapat terjadi berulang. Oleh karena itu, kebersihan daerah mata
harus tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta
terapi yang sesuai.2
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
16
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur :Nn.SK /Perempuan/ 36 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Pedagang / SMA
c. Alamat : Jalan Olo Ladang No.14 Padang
17
bergurau bersama tetangga terutama pagi saat para tetangga makan
lontong atau kerupuk kuah di teras pasien. Pasien juga mengikuti
julo-julo (arisan) dengan tetangga sekitar rumah.
5. Keluhan utama : Benjolan pada kelopak mata kiri bawah sejak 3 hari yang lalu
- Benjolan pada kelopak mata kiri sejak 3 hari yang lalu. Benjolan
tersebut awalnya merah dan berukuran kecil, kemudian semakin merah
dan membesar seukuran biji jagung dan bermata. Benjolan terasa gatal
dan nyeri.
- Pasien sering mengucek mata karena gatal.
- Pasien tidak menggunakan contact lens.
18
- Pasien tidak ada menukar kosmetik.
- Pasien mengatakan tidak memperhatikan tanggal kadaluarsa kosmetik
yang dipakai.
- Bengkak dan kemerahan pada mata kanan sebelumnya tidak ada.
- Pada mata kiri yang bengkak kadang-kadang mengeluarkan cairan
putih dalam jumlah sedikit
- Penglihatan kabur tidak ada
- Mata merah dan berarir tidak ada
- Riwayat pengobatan pada mata kiri sebelumnya tidak ada
- Pasien juga demam sejak 3 hari yang lalu, tidak terlalu tinggi, tidak
menggigil, dan tidak berkeringat.
- Nafsu makan berkurang.
- Pasien sering mengendarai motor tanpa helm.
6. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 80x/ menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 37,70C
BB : 50 kg
TB : 158 cm
BMI : 20,02
Status Gizi : Gizi cukup
19
Gambar 7. Hordeolum Pasien
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus dengan koreksi - -
Reflek fundus - -
Silia/ Supersilia Madarosis (-), Trikiasis (-) Madarosis (-), Trikiasis (-)
Palpebra superior Udem (-), Hiperemis (-) Udem (-), Hiperemis (-)
Palpebra inferior Udem (-), Hiperemis (-) Udem (-), Hiperemis (+)
Margo palpebral Benjolan (-) Benjolan (+)
Aparat lakrimalis Lakrimasi normal Lakrimasi sedikit
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-), Papil (-), Hiperemis (+), Papil (-),
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva forniks Khemosis (-) Khemosis (-)
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), Injeksi Hiperemis (-), Injeksi
Konjungtiva (-), Injeksi Konjungtiva (-), Injeksi
Siliaris (-), Sekret (-) Siliaris (-), Sekret (-)
Sclera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera okuli anterior Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Iris Rugae (+), coklat Rugae (+), Coklat
Pupil Bulat, diameter 3 mm, reflex Bulat, diameter 3 mm, reflek
(+) (+)
Lensa Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Korpus vitreum Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Fundus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Papil optikus
Retina
Macula
Aa/Vv retina
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah
20
KGB : Pembesaran KGB preaurikular tidak ada
Hidung : Septum deviasi (-), sekret -/-, konka hiperemis -/-
Mulut : Tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : Cor dan Pulmo tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Tidak ditemukan kelainan
Anggota gerak : Akral hangat
7. LaboratoriumAnjuran :-
9. Diagnosis Banding : -
10. Manajemen :
a. PREVENTIF
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur terutama sayuran hijau
(bayam, kankung, brokoli) yang kaya antioksidan vitamin C.
- Hindari kebiasaan mengucek mata.
- Hindari paparan debu dan kotoran terutama saat mengendarai motor
dengan helm atau pakai kaca mata.
- Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih ataupun dengan sabun
yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat
mempercepat proses penyembuhan. Tindakan dilakukan dengan
mata tertutup.
- Jangan menekan atau menusuk benjolan, karena dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
- Hindari sementara waktu penggunaan make up pada mata, karena
bisa menambah iritasi dan mengecek tanggal kadaluarsa kosmetik
setiap kali penggunaan.
21
- Hindari menyentuh mata yang sehat untuk mencegah penularan
kuman.
- Menjaga kebersihan tangan, dengan cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah makan, serta setelah buang air kecil dan buang air besar.
b. PROMOTIF
- Menjelaskan bahwa penyakit pasien merupakan infeksi bakteri pada
kelenjer yang berada pada kelopak mata yang mengakibatkan
bengkak. Bengkak semakin membesar dapat dikarenakan pasien
sering mengucek mata dengan tangan ketika gatal.
- Menjelaskan bahwa penyakit ini juga dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh yang rendah. Pasien demam seharusnya mengonsumsi
makanan bergizi lebih dari orang sehat, dengan menu makanan
sehat seimbang (karbohidrat, protein, lemak, sayur, dan buah).
Menjelaskan jika pasien tidak melawan nafsu makan yang kurang
maka proses penyembuhan menjadi lama.
- Menjelaskan bahwa penyakit ini terkait kebersihan, sehingga
diharapka ibu juga mengingatkan keluarga untuk membiasakan diri
menjaga kebersihan.
- Menjelaskan penangananan penyakit ini dengan menggunakan obat
topikal dan sistemik, namun jika tidak membaik dilakukan insisi.
- Menjelaskan bahwa penggunaan antibiotik harus habis.
- Menjelaskan bahwa obat demam dipakai hanya sampai demam
hilang.
- Menjelaskan cara penggunaan obat salep mata:
1. Tarik kelopak mata kiri bawah dengan lembut dan mata
pasien disuruh melirik ke atas.
2. Tekan tube salep mata sampai salep keluar sekitar 1 cm,
dioleskan pada kelopak mata. Kemudian pasien disuruh
berkedip supaya salep mata tersebar.
22
3. Saat menggunakan salep mata, hati-hati jangan sampai
kepala tube menyentuh bola mata.
c. KURATIF
- Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit perkalinya
dengan cara membasahi kain kasa atau handuk bersih dengan air
hangat atau memasukkan nasi hangat ke dalam kain bersih untuk
membantu drainase. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
- Amoxicilin tablet 500 mg, 3x1, No. XV
- Paracetamol tablet 500 mg, 3x1, No. X
- Loratadin tablet 10 mg, 1x1, No. V
- Oxytetrasiklin salep mata, 3x1, No. I
d. REHABILITATIF
Kontrol kembali setelah 5 hari pengobatan. Jika benjolan tidak mengecil,
direncanakan insisi untuk drainase.
Pro : Ny. SK
Umur : 36 tahun
Alamat : Jalan Olo Ladang No.14 Padang
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Lids and Lacrimal Apparatus. In:
General Ophthalmology. 18th ed. 2013. p.67-8.
2. Ilyas Sidarta, Yulianti Sri Rahayu. Ilmu Penyakit Mata. 4 th ed. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI ; 2013.
3. Lindsley K, Nichols JJ, Dickersin K. Interventions for acute internal
hordeolum. Cochrane Database of Systematic Reviews 2013.
4. American Academy of Ophthalmology. Infectious diseases of the external eye:
clinical aspects. In:External Disease and Cornea. 8. San Francisco, CA: LEO;
2006-2007.
5. Destafeno JJ, Kodsi SR, Primack JD. Recurrent Staphylococcus aureus chalazia
in hyperimmunoglobulinemia E (Job's) syndrome. Am J Ophthalmol. Dec
2004;138(6):1057-8.
6. Lederman C, Miller M. Hordeola and chalazia. Pediatr Rev. Aug
1999;20(8):283-4.
7. Babar TF, Zaman M, Khan MN, Khan MD. Risk factors of preseptal and orbital
cellulitis. J Coll Physicians Surg Pak. Jan 2009;19(1):39-42.
8. Pinar-Sueiro S, Sota M, Lerchundi TX, Gibelalde A, Berasategui B, Vilar B, et
al. Dacryocystitis: Systematic Approach to Diagnosis and Therapy. Curr Infect
Dis Rep. Jan 29 2012.
LAMPIRAN
25
Gambar 8. Teras rumah
26
Gambar 11.Kamar mandi pasien
27