TRAUMA OKULI
Oleh :
Wahyu Darmawan
1510070100056
Pembimbing :
SMFMATA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
ini dengan judul “Trauma okuli” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan
Dalamkesempataninipenulismenyampaikan rasa
sempurna, karenaitupenulismengharapkanmasukandansaran
penulismengucapkanterimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
2.1Trauma Okuli..........................................................................................3
1. Definisi..............................................................................................3
2. Epidemiologi.....................................................................................3
3. Patogenesis........................................................................................4
5. Gejala Klinis.....................................................................................8
6. Diagnosis...........................................................................................9
8. Penatalaksaan....................................................................................10
9. Pencegahan.......................................................................................10
BAB IV PENUTUP..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
iii
Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra
penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu penyebab yang sering menyebabkan
kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, karena kelompok usia inilah yang sering
mengalami trauma okuli yang parah. Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakan
kelompok yang paling sering mengalami trauma okuli. Penyebabnya dapat bermacam-
macam, diantaranya kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, dan
kecelakaan lalu lintas.1
Prevalensi kebutaaan akibat trauma okuli secara nasional belum diketahui dengan
pasti, namun pada Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran pada tahun
1993-1996 didapatkan bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam penyebab kebutaan
lain-lain sebesar 0,15% dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%. Trauma
okuli juga bukan merupakan 10 besar penyakit mata yang menyebabkan kebutaan. 2
Secara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans dan
trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli berdasarkan mekanisme
trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan trauma tajam), trauma radiasi
(sinar inframerah, sinar ultraviolet, dan sinar X) dan trauma kimia (bahan asam dan basa).
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
v
2.1.1 Klasifikasi Trauma Okuli
Menurut BETT klasifikasi trauma okuli dapat digambarkan menurut bagan
berikut:
Menurut klasifikasi BETT trauma okuli dibedakan menjadi closed globe dan
open globe. Closed globe adalah trauma yang hanya menembus sebagian kornea,
sedangkan open globe adalah trauma yang menembus seluruh kornea hingga masuk lebih
dalam lagi. Selanjutnya closed globeinjury dibedakan menjadi contusio dan lamellar
laceration. Sedangkan open globe injury dibedakan menjadi rupture dan laceration yang
dibedakan lagi menjadi penetrating, IOFB, dan perforating.5
vi
Menurut skema diatas, secara garis besar trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu
trauma okuli non perforans dan perforans, yang keduanya memiliki potensi menimbulkan
ruptur pada perlukaan kornea, iris dan pupil. Trauma tumpul mampu menimbulkan
trauma okuli non perforans yang dapat menimbulkan komplikasi sepanjang bagian mata
yang terkena (bisa meliputi mulai dari bagian kornea hingga retina).
Selain berdasarkan efek perforasi yang ditimbulkan trauma okuli juga juga bisa
diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya yaitu:
2.1.2 PATOFISIOLOGI
Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu coup,
countercoup,equatorial, global reposititioning: 4
Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan luar bola
mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda asing. Meskipun demikian kebanyakan
trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea dan pembetukan infeksi yang
vii
berasal dari terputusnya atau perlengketan pada kornea yang mana hal ini dapat menjadi
serius. Benda asing dan aberasi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat
dirasakan sewaktu mata dan kelopak mata digerakkan. Defek epitel kornea dapat
menimbulkan keruhan serupa. Fluoresens akan mewarnai membran basal epitel yang
terpajan dan dapat memperjelas kebocoran cairan akibat luka tembus (uji Seidel positif) 2
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut tentang beberapa manifestasi klinis yang dapat
muncul akibat trauma benda tumpul pada okuli diantaranya antara lain:
Hematoma palpebra
viii
rongga orbita melalui fisura orbita. Penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin
untuk menghentikan perdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsi darah dapat
dilakukan kompres hangat pada palpebra. 2,6,7
Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik (edema) pada
setiap kelainan termasuk akibat trauma tumpul. Bila palpebra terbuka dan konjungtiva
secara langsung terekspose dengan dunia luar tanpa dapat mengedip maka keadaan ini
telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva. Edema konjungtiva yang berat dapat
mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap
konjungtiva. 2,6,7
Hematoma subkonjungtiva
ix
yang mudah pecah. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam
penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan
eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli. 2,6,7
Edema kornea
Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh
gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal.
Dalam waktu singkat epitel sekitar dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek
epitel tersebut. Erosi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan
sewatu mata dan kelopak mata digerakkan. Pola tanda goresan vertikal di kornea
mengisyaratkan adanya benda asing tertanam di permukaan konjungtiva tarsalis di
kelopak mata atas. Pemakaian berlebihan lensa kontak menimbulkan edema kornea.Pada
erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat
sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media
yang keruh. Pada kornea akan terlihat adanya defek epitel kornea yang bila diberi
fuorosein akan berwarna hijau . 2,3,6,7
Iridoplegia
x
Kelumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul pada
uvea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan sukar
melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan
pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan
3,6,7
bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.
Iridodialisis
Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk
pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang. Saat mata kita berkontak dengan
benda asing, maka mata akan bereaksi dengan menutup kelopak mata dan mata memutar
ke atas. Ini alasannya mengapa titik cedera yang paling sering terjadi adalah pada
temporal bawah pada mata. Pada daerah inilah iris sering terlihat seperti peripheral iris
tears (iridodialisis). Saat mata tertekan maka iris perifer akan robek pada akarnya dan
meninggalkan crescentic gap yang berwarna hitam tetapi reflek fundus masih dapat
10
diobservasi. Hal ini mudah terjadi karena bagian iris yang berdekatan dengan badan
silier gampang robek. Lubang pupil pada pangkal iris tersebut merupakan lubang
permanen karena iris tidak mempunyai kemampuan regenerasi. 1
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk
pupil menjadi berubah. Perubahan bentuk pupil maupun perubahan ukuran pupil akibat
trauma tumpul tidak banyak mengganggu tajam penglihatan penderita. Pasien akan
melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong.
Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan
demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi
pangkal iris yang terlepas. 1,3,4
Hifema
Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan (camera okuli anterior/COA) yang
dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga merobek pembuluh darah iris atau badan
siliar. Trauma tumpul sering merobek pembuluh-pembuluh darah iris atau badan siliar
dan merusak sudut kamera okuli anterior. Darah di dalam cairan dapat membentuk suatu
lapisan yang dapat terlihat (hifema). Glaukoma akut terjadi apabila jaringan trabekular
tersumbat oleh fibrin dan sel atau apabila pembentukan bekuan darah menyebabkan
sumbatan pupil. 1,3,4
xi
1. grade I: menutupi < 1/3 COA (Camera Okuli Anterior)
2. grade II: menutupi 1/3-1/2 COA
3. grade III: menutupi 1/2-3/4 COA
4. grade IV: menutupi 3/4-seluruh COA
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan
pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul
dibagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Tanda-tanda klinis lain berupa
tekanan intraokuli (TIO) normal/meningkat/menurun, bentuk pupil
normal/midriasis/lonjong, pelebaran pembuluh darah perikornea, kadang diikuti erosi
kornea. 6,7,11
Iridosiklitis
Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea pada post
trauma. Pada mata akan terlihat mata merah, akbat adanya darah yang berada di dalam
bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang
mengakibatkan visus menurun. Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk
persiapan memeriksa fundus dengan midriatika. 3
Subluksasi Lensa
Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian
zonula zinii ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinii yang rapuh
(sindrom Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Akibat
pegangan lensa pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan mata akan
menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan
sehingga bisa mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder. 3
Yaitu bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga
lensa masuk ke dalam bilik mata depan. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun
mendadak. Muncul gejala-gejala glaukoma kongestif akut yang disebabkan karena lensa
terletak di bilik mata depan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran keluar
cairan bilik mata. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik
mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. 1,3
xii
Luksasi Lensa Posterior
Yaitu bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga
lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah fundus okuli. Pasien
akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena lensa mengganggu
kampus. Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. 1,4
Edema Retina
Terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh trauma tumpul.
Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat
jaringan koroid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul
mengakibatkan edema makula (edema berlin) sehingga tidak terdapat cherry red spot.
Penglihatan pasien akan menurun. Penanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat.
Penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga
penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen epitel. 3,4
Edema makular
Edema makular (edema berlin) adalah suatu kondisi dimana terjadi pembengkakan
atau penebalan dari pusat retina yaitu makula dan biasanya berhubungan dengan
penglihatan sentral yang kabur atau distorsi. 3,7 Edema makula terjadi ketika deposit cairan
dan protein terkumpul didalam makula, menyebabkan penebalan dan pembengkakan
sehingga mengakibatkan distorsi penglihatan sentral. Makula adalah bagian retina yang
bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan sentral karena kaya akan sel fotoreseptor
kerucut. Akumulasi cairan makula mengubah fungsi sel di retina serta memprovokasi
respon inflamasi.4,6
Ablasi Retina
Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanya
pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Pada pasien akan terdapat
keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang seperti tabir pada
pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina berwarna abu-abu
dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.
Ruptur Koroid
xiii
Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris
di sekitar papil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari ruptur
koroid.Bila ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi
penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang bisa diakibatkan
karena trauma tumpul. Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang
sangat drastis dan dapat terjadi kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk menilai kelainan
fungsi retina dan saraf optiknya (Ilyas, 2003; Jack J, 2005).
Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses terjadi trauma,
benda apa yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah datangnya benda yang
mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, bawah dan bagaimana
kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa besar benda yang
mengenai mata dan bahan benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lain.
Apabila terjadi penurunan penglihatan, ditanyakan apakah penurunan penglihatan itu
terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan. Ditanyakan juga kapan terjadinya trauma.
Apakah trauma disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit dan apakah sudah dapat
pertolongan sebelumnya. 12
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum terlebih dahulu diperiksa, karena 1/3
hingga ½ kejadian trauma mata bersamaan dengan cedera lain selain mata. Untuk itu
perlu pemeriksaan neurologis dan sistemik mencakup tanda-tanda vital, status mental,
fungsi, jantung dan paru serta ekstremitas. Selanjutnya pemeriksaan mata dapat dimulai
dengan12:
1. Menilai tajam penglihatan, bila parah: diperiksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua
titik dan defek pupil aferen.
xiv
2. Pemeriksan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita. Lakukan palpasi untuk
mencari defek pada tepi tulang orbita.
3. Pemeriksaan permukaan kornea : benda asing, luka dan abrasi
4. Inspeksi konjungtiva: perdarahan/tidak
5. Kamera okuli anterior: kedalaman, kejernihan, perdarahan
6. Pupil: ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya (dibandingkan dengan mata yang
lain)
7. Oftalmoskop: menilai lensa, korpus vitreus, diskus optikus dan retina.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain USG mata, CT scan,
hingga MRI. Pemeriksaan darah lengkap, status kardiologi, radiologi dapat ditambahkan
jika akan dilakukan tindakan tertentu yang membutuhkan pemeriksaan penunjang
tersebut.1
- Memperbaiki penglihatan.
- Mencegah terjadinya infeksi.
- Mempertahankan arsitektur mata.
- Mencegah sekuele jangka panjang.
Penanganan Trauma Oculus Non Perforans :
xv
Anak juga lebih baik diperiksa awal dengan bantuan anstetik umum yang bersifat singkat
untuk memudahkan pemeriksaan. Pada trauma yang berat, seorang dokter harus selalu
mengingat kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak
perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan bola mata lengkap. Yang tak kalah
pentingnya yaitu kesterilan bahan atau zat seperti anastetik topical, zat warna, dan obat
lain maupun alat pemeriksaan yang diberikan ke mata. 1
Benda berbentuk partikel kecil harus dikeluarkan dari abrasi kelopak untuk
mengurangi resiko pembentukan tato kulit. Laserasi palpebra yang superfisial hanya
memerlukan jahitan pada kulit saja. Untuk mengelakkan terjadinya jaringan parut yang
tidak diinginkan, perlu dilakukan debridement konservatif, menggunakan jahitan eversi
yang berkaliber kecil dan membuka jahitan dengan cepat. 9,10
xvi
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. W
Usia : 17 tahun
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
penglihatan gelap total,sekarang mata kanan pasien hanya bisa melihat cahaya.
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit selama 5 hari setelah terkena trauma
tumpul.
Tidak ada
Riwayat pengobatan
Tidak ada
1
3.3 Status Generalisata
OD OS
Palpebra superior Normal Normal
Pemeriksaan Slitlamp
3.5 Diagnosis
3.6 Terapi
2
Noncort 4x1 OD
3.7 Prognosis
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
3
Pasien datang dengan keluhan penglihatan mata kanan kabur, pada anamnesa
pasien mengatakan pasien terkena hantaman langsung ke mata. Pada pemeriksaan
fisik tampak iridodialisis dan lensa yang agak keruh.
Pasien di terapi dengan obat tetes noncort 4x1 hari, pasien kontrol kembali ke
poli mata jika obat habis. Belum ada rencana lanjutan untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Putu AS Karakteristik Pasien Trauma Okuli di RSUP Sanglah Denpasar pada Bulan
Juli 2011 – Februari 2015 [Skripsi]. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana;
2016.
4
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit FKUI; 2014