Anda di halaman 1dari 21

Case Report Session

TRAUMA OKULI

Oleh :

Wahyu Darmawan
1510070100056

Pembimbing :

dr. Romi Yusardi, Sp. M

SMFMATA

RSUD Dr. ACHMAD MOCHTARBUKITTINGGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus

ini dengan judul “Trauma okuli” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan

klinik dari Bagian mata.

Dalamkesempataninipenulismenyampaikan rasa

terimakasihkepadadr.Romi Yusardi, Sp.M

selakupembimbingsehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenulisan laporan kasus

initepatwaktu demi memenuhitugasKepaniteraanKlinik Senior.

Penulismenyadaribahwapenulisanlaporan kasus inimasihjauhdari kata

sempurna, karenaitupenulismengharapkanmasukandansaran

daripembacauntukpenyempurnaan laporan kasus ini. Akhirkata

penulismengucapkanterimakasih.

Bukittinggi, 25 Juli 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3

2.1Trauma Okuli..........................................................................................3

1. Definisi..............................................................................................3

2. Epidemiologi.....................................................................................3

3. Patogenesis........................................................................................4

4. Klasifikasi dan Etiologi.....................................................................4

5. Gejala Klinis.....................................................................................8

6. Diagnosis...........................................................................................9

8. Penatalaksaan....................................................................................10

9. Pencegahan.......................................................................................10

BAB III LAPORAN KASUS..............................................................................11

BAB IV PENUTUP..............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

BAB 1

PENDAHULUAN

iii
Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra
penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu penyebab yang sering menyebabkan
kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, karena kelompok usia inilah yang sering
mengalami trauma okuli yang parah. Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakan
kelompok yang paling sering mengalami trauma okuli. Penyebabnya dapat bermacam-
macam, diantaranya kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, dan
kecelakaan lalu lintas.1

Prevalensi kebutaaan akibat trauma okuli secara nasional belum diketahui dengan
pasti, namun pada Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran pada tahun
1993-1996 didapatkan bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam penyebab kebutaan
lain-lain sebesar 0,15% dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%. Trauma
okuli juga bukan merupakan 10 besar penyakit mata yang menyebabkan kebutaan. 2

Secara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans dan
trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli berdasarkan mekanisme
trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan trauma tajam), trauma radiasi
(sinar inframerah, sinar ultraviolet, dan sinar X) dan trauma kimia (bahan asam dan basa).

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Trauma Okuli Tumpul


Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras
dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau
lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya. 3,4
Trauma tumpul biasanya terjadi karena kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera
olahraga, dan kecelakaan lalu lintas. 1Trauma tumpul dapat bersifat Coupe maupun
Counter Coupe, yaitu terjadinya tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di
sisi yang berseberangan sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan
sampai dengan makula.3,4

Gambar 2.1. Gambar anatomi bola mata

v
2.1.1 Klasifikasi Trauma Okuli
Menurut BETT klasifikasi trauma okuli dapat digambarkan menurut bagan
berikut:

Bagan 2.1. Klasifikasi Trauma Okuli Menurut BETT 5

Menurut klasifikasi BETT trauma okuli dibedakan menjadi closed globe dan
open globe. Closed globe adalah trauma yang hanya menembus sebagian kornea,
sedangkan open globe adalah trauma yang menembus seluruh kornea hingga masuk lebih
dalam lagi. Selanjutnya closed globeinjury dibedakan menjadi contusio dan lamellar
laceration. Sedangkan open globe injury dibedakan menjadi rupture dan laceration yang
dibedakan lagi menjadi penetrating, IOFB, dan perforating.5

Klasifikasi trauma okuli dapat dijabarkan dalam skema sebagai berikut:

Bagan 2.2 Skema diagram alur trauma okuli

vi
Menurut skema diatas, secara garis besar trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu
trauma okuli non perforans dan perforans, yang keduanya memiliki potensi menimbulkan
ruptur pada perlukaan kornea, iris dan pupil. Trauma tumpul mampu menimbulkan
trauma okuli non perforans yang dapat menimbulkan komplikasi sepanjang bagian mata
yang terkena (bisa meliputi mulai dari bagian kornea hingga retina).

Selain berdasarkan efek perforasi yang ditimbulkan trauma okuli juga juga bisa
diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya yaitu:

 Trauma tumpul (contusio okuli) (non perforans)


 Trauma tajam (perforans)
 Trauma Radiasi
- Trauma radiasi sinar inframerah, Trauma radiasi sinar ultraviolet,
Trauma radiasi sinar X dan sinart terionisasi
 Trauma Kimia
- Trauma asam, Trauma basa
Trauma okuli non perforans akibat benda tumpul dimana benda tersebut dapat
mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat, mampu menimbulkan efek atau
komplikasi jaringan seperti pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina,
papil saraf optik dan orbita secara terpisah atau menjadi gabungan satu kejadian trauma
jaringan mata.

2.1.2 PATOFISIOLOGI

Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu coup,
countercoup,equatorial, global reposititioning: 4

Coup adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup


merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui okuler
dan struktur orbita. Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mata cenderung
mengambang dan merubah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata akan
kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang diharapkan. 4

Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan luar bola
mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda asing. Meskipun demikian kebanyakan
trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea dan pembetukan infeksi yang

vii
berasal dari terputusnya atau perlengketan pada kornea yang mana hal ini dapat menjadi
serius. Benda asing dan aberasi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat
dirasakan sewaktu mata dan kelopak mata digerakkan. Defek epitel kornea dapat
menimbulkan keruhan serupa. Fluoresens akan mewarnai membran basal epitel yang
terpajan dan dapat memperjelas kebocoran cairan akibat luka tembus (uji Seidel positif) 2

Direct impact Compression Reflected Rebound compression


wave force compression wave force

Gambar 2.2 Patofisiologi pada trauma tumpul dikutip dari kepustakaan 6

2.1.3 Manifestasi Trauma Okuli


Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lainperdarahan atau keluar
cairan dari mata, memar pada sekitar mata, penurunan visus dalam waktu yang
mendadak, penglihatan ganda, mata bewarna merah, nyeri dan rasa menyengat pada mata,
sakit kepala, mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata, dan fotopobia. 6,7,8

Berikut ini dijelaskan lebih lanjut tentang beberapa manifestasi klinis yang dapat
muncul akibat trauma benda tumpul pada okuli diantaranya antara lain:

1. Trauma Tumpul Kelopak Mata

Hematoma palpebra

Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah


kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma palpebra merupakan
kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul okuli. Bila perdarahan terletak lebih
dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam (racoon eye)
yang sedang dipakai, terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda
fraktur basis kranii. Pada pecahnya arteri oftalmika maka darah masuk kedalam kedua

viii
rongga orbita melalui fisura orbita. Penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin
untuk menghentikan perdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsi darah dapat
dilakukan kompres hangat pada palpebra. 2,6,7

Gambar 2.3 Edema palpebra

2. Trauma tumpul Konjungtiva

Edema konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik (edema) pada
setiap kelainan termasuk akibat trauma tumpul. Bila palpebra terbuka dan konjungtiva
secara langsung terekspose dengan dunia luar tanpa dapat mengedip maka keadaan ini
telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva. Edema konjungtiva yang berat dapat
mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap
konjungtiva. 2,6,7

Gambar 2.4 Edema konjungtiva

Hematoma subkonjungtiva

Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat


dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh
darah ini bisa akibat dari batuk rejan, trauma tumpul atau pada keadaan pembuluh darah

ix
yang mudah pecah. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam
penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan
eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli. 2,6,7

Gambar 2.5 Hematoma subkonjungtiva

3. Trauma Tumpul pada Kornea

Edema kornea

Trauma tumpul dapat mengenai membran descement yang mengakibatkan edema


kornea. Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya
pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea dapat terlihat keruh.
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan
neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea. 2,6,7

Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh
gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal.
Dalam waktu singkat epitel sekitar dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek
epitel tersebut. Erosi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan
sewatu mata dan kelopak mata digerakkan. Pola tanda goresan vertikal di kornea
mengisyaratkan adanya benda asing tertanam di permukaan konjungtiva tarsalis di
kelopak mata atas. Pemakaian berlebihan lensa kontak menimbulkan edema kornea.Pada
erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat
sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media
yang keruh. Pada kornea akan terlihat adanya defek epitel kornea yang bila diberi
fuorosein akan berwarna hijau . 2,3,6,7

4. Trauma Tumpul pada Uvea

Iridoplegia

x
Kelumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul pada
uvea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan sukar
melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan
pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan
3,6,7
bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.

Iridodialisis

Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk
pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang. Saat mata kita berkontak dengan
benda asing, maka mata akan bereaksi dengan menutup kelopak mata dan mata memutar
ke atas. Ini alasannya mengapa titik cedera yang paling sering terjadi adalah pada
temporal bawah pada mata. Pada daerah inilah iris sering terlihat seperti peripheral iris
tears (iridodialisis). Saat mata tertekan maka iris perifer akan robek pada akarnya dan
meninggalkan crescentic gap yang berwarna hitam tetapi reflek fundus masih dapat
10
diobservasi. Hal ini mudah terjadi karena bagian iris yang berdekatan dengan badan
silier gampang robek. Lubang pupil pada pangkal iris tersebut merupakan lubang
permanen karena iris tidak mempunyai kemampuan regenerasi. 1

Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk
pupil menjadi berubah. Perubahan bentuk pupil maupun perubahan ukuran pupil akibat
trauma tumpul tidak banyak mengganggu tajam penglihatan penderita. Pasien akan
melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong.
Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan
demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi
pangkal iris yang terlepas. 1,3,4

Hifema

Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan (camera okuli anterior/COA) yang
dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga merobek pembuluh darah iris atau badan
siliar. Trauma tumpul sering merobek pembuluh-pembuluh darah iris atau badan siliar
dan merusak sudut kamera okuli anterior. Darah di dalam cairan dapat membentuk suatu
lapisan yang dapat terlihat (hifema). Glaukoma akut terjadi apabila jaringan trabekular
tersumbat oleh fibrin dan sel atau apabila pembentukan bekuan darah menyebabkan
sumbatan pupil. 1,3,4

Hifema dibagi dalam 4 grade berdasarkan tampilan klinisnya 11 :

xi
1. grade I: menutupi < 1/3 COA (Camera Okuli Anterior)
2. grade II: menutupi 1/3-1/2 COA
3. grade III: menutupi 1/2-3/4 COA
4. grade IV: menutupi 3/4-seluruh COA
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan
pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul
dibagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Tanda-tanda klinis lain berupa
tekanan intraokuli (TIO) normal/meningkat/menurun, bentuk pupil
normal/midriasis/lonjong, pelebaran pembuluh darah perikornea, kadang diikuti erosi
kornea. 6,7,11

Iridosiklitis

Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea pada post
trauma. Pada mata akan terlihat mata merah, akbat adanya darah yang berada di dalam
bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang
mengakibatkan visus menurun. Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk
persiapan memeriksa fundus dengan midriatika. 3

5. Trauma tumpul pada Lensa

Subluksasi Lensa

Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian
zonula zinii ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinii yang rapuh
(sindrom Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Akibat
pegangan lensa pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan mata akan
menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan
sehingga bisa mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder. 3

Luksasi Lensa Anterior

Yaitu bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga
lensa masuk ke dalam bilik mata depan. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun
mendadak. Muncul gejala-gejala glaukoma kongestif akut yang disebabkan karena lensa
terletak di bilik mata depan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran keluar
cairan bilik mata. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik
mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. 1,3

xii
Luksasi Lensa Posterior

Yaitu bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga
lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah fundus okuli. Pasien
akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena lensa mengganggu
kampus. Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. 1,4

6. Trauma tumpul Retina dan Koroid

Edema Retina

Terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh trauma tumpul.
Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat
jaringan koroid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul
mengakibatkan edema makula (edema berlin) sehingga tidak terdapat cherry red spot.
Penglihatan pasien akan menurun. Penanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat.
Penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga
penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen epitel. 3,4

Edema makular

Edema makular (edema berlin) adalah suatu kondisi dimana terjadi pembengkakan
atau penebalan dari pusat retina yaitu makula dan biasanya berhubungan dengan
penglihatan sentral yang kabur atau distorsi. 3,7 Edema makula terjadi ketika deposit cairan
dan protein terkumpul didalam makula, menyebabkan penebalan dan pembengkakan
sehingga mengakibatkan distorsi penglihatan sentral. Makula adalah bagian retina yang
bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan sentral karena kaya akan sel fotoreseptor
kerucut. Akumulasi cairan makula mengubah fungsi sel di retina serta memprovokasi
respon inflamasi.4,6

Ablasi Retina

Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanya
pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Pada pasien akan terdapat
keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang seperti tabir pada
pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina berwarna abu-abu
dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.

Ruptur Koroid

xiii
Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris
di sekitar papil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari ruptur
koroid.Bila ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi
penurunan ketajaman penglihatan.

Avulsi papil saraf optik

Saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang bisa diakibatkan
karena trauma tumpul. Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang
sangat drastis dan dapat terjadi kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk menilai kelainan
fungsi retina dan saraf optiknya (Ilyas, 2003; Jack J, 2005).

2.1.4 Diagnosis Trauma Okuli


Untuk menegakkan diagnosis trauma okuli sama dengan penegakan diagnosis pada
umumnya, yaitu dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah
cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau timbul
mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat
memalu, mengasah, atau ledakan. 1

Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses terjadi trauma,
benda apa yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah datangnya benda yang
mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, bawah dan bagaimana
kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa besar benda yang
mengenai mata dan bahan benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lain.
Apabila terjadi penurunan penglihatan, ditanyakan apakah penurunan penglihatan itu
terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan. Ditanyakan juga kapan terjadinya trauma.
Apakah trauma disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit dan apakah sudah dapat
pertolongan sebelumnya. 12

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum terlebih dahulu diperiksa, karena 1/3
hingga ½ kejadian trauma mata bersamaan dengan cedera lain selain mata. Untuk itu
perlu pemeriksaan neurologis dan sistemik mencakup tanda-tanda vital, status mental,
fungsi, jantung dan paru serta ekstremitas. Selanjutnya pemeriksaan mata dapat dimulai
dengan12:

1. Menilai tajam penglihatan, bila parah: diperiksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua
titik dan defek pupil aferen.

xiv
2. Pemeriksan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita. Lakukan palpasi untuk
mencari defek pada tepi tulang orbita.
3. Pemeriksaan permukaan kornea : benda asing, luka dan abrasi
4. Inspeksi konjungtiva: perdarahan/tidak
5. Kamera okuli anterior: kedalaman, kejernihan, perdarahan
6. Pupil: ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya (dibandingkan dengan mata yang
lain)
7. Oftalmoskop: menilai lensa, korpus vitreus, diskus optikus dan retina.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain USG mata, CT scan,
hingga MRI. Pemeriksaan darah lengkap, status kardiologi, radiologi dapat ditambahkan
jika akan dilakukan tindakan tertentu yang membutuhkan pemeriksaan penunjang
tersebut.1

2.1.5 Penatalaksanaan Trauma Okuli


Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma
ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular adalah :

- Memperbaiki penglihatan.
- Mencegah terjadinya infeksi.
- Mempertahankan arsitektur mata.
- Mencegah sekuele jangka panjang.
Penanganan Trauma Oculus Non Perforans :

Setiap pasien trauma mata seharusnya mendapatkan pengobatan antitetanus toksoid


untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus dikemudian hari terutama trauma yang
menyebabkan luka penetrasi. Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi
lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anastesi umum. Sebelum
pembedahan jangan diberi obat siklopegik ataupun antibiotic topical karena kemungkinan
toksisitas pada jaringan intraocular yang terpajan.

Berikan antibiotik sistemik spectrum luas dan upayakan memakai pelindung


mata(bebat mata). Analgetik dan antiemetik diberikan sesuai kebutuhan, dengan retriksi
makanan dan minum. Induksi anastesi umum dengan menggunakan obat-obat
penghambat depolarisasi neuron muscular, karena dapat meningkatkan secara transient
tekanan di dalam bola mata sehingga meningkatkan kecendrungan herniasi isi intraocular.

xv
Anak juga lebih baik diperiksa awal dengan bantuan anstetik umum yang bersifat singkat
untuk memudahkan pemeriksaan. Pada trauma yang berat, seorang dokter harus selalu
mengingat kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak
perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan bola mata lengkap. Yang tak kalah
pentingnya yaitu kesterilan bahan atau zat seperti anastetik topical, zat warna, dan obat
lain maupun alat pemeriksaan yang diberikan ke mata. 1

Benda berbentuk partikel kecil harus dikeluarkan dari abrasi kelopak untuk
mengurangi resiko pembentukan tato kulit. Laserasi palpebra yang superfisial hanya
memerlukan jahitan pada kulit saja. Untuk mengelakkan terjadinya jaringan parut yang
tidak diinginkan, perlu dilakukan debridement konservatif, menggunakan jahitan eversi
yang berkaliber kecil dan membuka jahitan dengan cepat. 9,10

xvi
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. W

Usia : 17 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

3.2 Anamnesis

Keluhan utama

Pasien kontrol poli mata dengan penglihatan mata kanan kabur

Riwayat Penyakit Sekarang

Penglihatan kabur sejak 10 tahun SMRS, Awalnya pasien sedang bermain,lalu

pasien terkena pukulan di mata kanan dengan keras. Pasien mengatakan

penglihatan gelap total,sekarang mata kanan pasien hanya bisa melihat cahaya.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit selama 5 hari setelah terkena trauma

tumpul.

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada

Riwayat pemakaian kacamata

Ada riwayat pemakaian kacamata selama 1 tahun

Riwayat pengobatan

Tidak ada

1
3.3 Status Generalisata

Kesadaran : Composmentis cooperative

3.4 Status Oftalmologis

OD OS
Palpebra superior Normal Normal

Palpebra inferior Normal Normal

Konjungtiva Normal Normal


Kornea Jernih Jernih
Iris Coklat ,Iridodialisis (+) Coklat
Pupil Bulat,sentral, Bulat,sentral,
Lensa Keruh Jernih
Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
Visus 1/tak terhingga 20/25

Pemeriksaan Slitlamp

3.5 Diagnosis

Diagnosa kerja : Iridodialisis e.c Trauma tumpul okuli (OD)

3.6 Terapi

2
Noncort 4x1 OD

3.7 Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad malam

Quo ad sanam : Dubia ad bonam

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

3
Pasien datang dengan keluhan penglihatan mata kanan kabur, pada anamnesa
pasien mengatakan pasien terkena hantaman langsung ke mata. Pada pemeriksaan
fisik tampak iridodialisis dan lensa yang agak keruh.
Pasien di terapi dengan obat tetes noncort 4x1 hari, pasien kontrol kembali ke
poli mata jika obat habis. Belum ada rencana lanjutan untuk pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Putu AS Karakteristik Pasien Trauma Okuli di RSUP Sanglah Denpasar pada Bulan
Juli 2011 – Februari 2015 [Skripsi]. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana;
2016.

4
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit FKUI; 2014

3. Khaeriah A Evaluasi Penatalaksanaan Penderita Trauma Mata di Rumah Sakit Umum


Pusat Dokter Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2016 [Skripsi]. Bali:
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar; 2017

Anda mungkin juga menyukai