MASTOIDITIS
Pembimbing:
dr. Dewi
Disusun Oleh:
Rakha Muhammad Buchori 20360153
Muhamad Rizki Arahman
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses
penyusunan referat ini dengan judul “Mastoiditis”. Penyelesaian referat ini banyak
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu adanya kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang sangat tulus kepada dr. Dewi selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, petunjuk, nasehat dan memberi
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini tentu tentu tidak lepas dari
kekurangan karena kebatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka
sangat diperlukan masukan dan saran yang membangun. Semoga referat ini dapat
memberikan manfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHU
LUAN
1.1 Latar Belakang
2.1. Definisi
Tahap 2 - Transudation dan eksudasi cairan dan / atau nanah dalam sel-sel
2.3. Epidemiologi
Masih belum diketahui secara pasti, tetapi biasanya terjadi pada pasien-
pasien muda dan pasien dengan gangguan sistem imun.
a. Di Amerika Serikat
Sebelum masa antimikroba, mastoidektomi dilakukan sebanyak 20% dari
pasien dengan AOM. Insiden mastoiditis telah menurun sejak berkembangnya
antimikroba dan telah menjadi langka. Pada tahun 1948, tingkat ini menurun
sampai kurang dari 3% dan saat ini diperkirakan kurang dari 5 kasus per
100.000 orang di Amerika Serikat atau negara-negara maju lainnya. Insiden
mastoiditis lebih tinggi di negara-negara berkembang daripada di tempat lain,
terutama sebagai konsekuensi dari otitis media yang tidak diobati. Walaupun
insiden penyakit ini telah menurun secara substansial di Amerika Serikat, namun
masih merupakan infeksi yang signifikan secara klinis dengan potensi
komplikasi yang mengancam jiwa.
Yang menjadi perhatian besar adalah dilaporkannya peningkatan tajam
insiden mastoiditis akut pada dekade terakhir di beberapa lokasi. Peningkatan ini
mungkin karena meningkatnya tingkat infeksi yang disebabkan oleh organisme
yang tahan antibiotic, virulensi patogen yang meningkat dan penurunan
penggunaan antibiotika untuk mengobati otitis media akut. Kejadian ini
kemungkinan besar menurun dengan ketersediaan dan pemberian vaksin
pneumokokus terkonjugasi, yang telah diizinkan untuk penggunaan klinis pada
tahun 2000.
b. Internasional
Negara-negara berkembang dan negara-negara di mana AOM tidak
diobati dengan antibiotik memiliki peningkatan insiden mastoiditis, mungkin
dihasilkan dari otitis media yang tidak diobati. Sebagai contoh, insiden
mastoiditis akut di Belanda, yang memiliki tingkat peresepan antibiotik rendah
untuk AOM, dilaporkan terdapat 3,8 kasus per 100.000 orang per tahun. Di
semua negara lain dengan tingkat peresepan antibiotik tinggi, kejadian ini jauh
lebih rendah dari pada ini, yaitu 1,2-2 kasus per 100.000 orang per tahun.
2.4. Patofisiologi / Etiologi
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus.
Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air
ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat
menyebabkan infeksi traktus respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan
menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk akibat infeksi traktus
respiratorius.
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah,
bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang
didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negatif dan St. aureus adalah
beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah
disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari
sistem imun dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis.
Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang
menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah
sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S.
Pnemonieae
Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat
dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu
sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di
bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya
seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada
dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotik dan kekuatan penetrasi bakteri
terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya
penyakit.2
Pasien memiliki gejala unik dari mastoiditis akut dan kronis. Mastoiditis
akut umumnya timbul setelah episode baru atau terjadi bersamaan dengan
otitis media akut (AOM) dan sering menyebabkan demam.
Presentasinya bervariasi menurut usia dan tahap infeksi.
1. Penyakit kronis, yang dapat subklinis, sering terjadi sekunder pada
pengobatan sebagian AOM dengan antibiotik.
2. Otorrhea yang berlangsung lebih dari 3 minggu adalah tanda yang
paling konsisten yang menunjukkan bahwa proses kronis yang
melibatkan mastoideus telah terjadi.
Demam bisa ditemukan. Suhu pasien dapat tinggi.
2. Lebih dari 80% pasien tidak memiliki riwayat otitis media yang
berulang.
3. Fluktuasi postauricular
Pemeriksaan Laboratorium
Spesimen dari sel-sel mastoid yang diperoleh selama operasi dan cairan
myringotomy, ketika diperoleh, harus dikirim untuk kultur bakteri aerobik dan
anaerobik, jamur, mikobakteri dan basil tahan asam.
1. Jika membran timpani sudah perforasi, saluran eksternal dapat
dibersihkan, dan sampel cairan drainase segar diambil.
2. Ketelitian adalah penting untuk mendapatkan cairan dari
telinga tengah dan bukan saluran eksternal.
3. Kultur dan pengujian kepekaan terhadap isolat dapat
membantu dalam memodifikasi terapi inisial antibiotik.
4. Hasil kultur yang dikumpulkan dengan benar untuk bakteri
aerobik dan anaerobik sangat membantu untuk pilihan terapi
definitif.
2.7. Tatalaksana
Biasanya gejala umum berhasil, diatasi dengan pemberian antibiotik,
kadang diperlukan miringotomi. Jika terdapat kekambuhan akibat nyeri tekan
persisten, demam, sakit kepala, dan telinga mungkin perlu dilakukan
mastoidektomi. Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri,
anti peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan
mastoiditis. Tetapi pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test
kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan
pada mastoid. Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan
jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang
normal.
Pengobatan berupa antibiotika sistemik dan operasi mastoidektomi.
Meliputi dua hal penting:
1. Pembersihan telinga (menyedot/mengeluarkan debris telinga dan sekret)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang
terletak pada tulang temporal. Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan
infeksi telinga tengah ke dalam pneumatic system selulae mastoid melalui
antrum mastoid.
Pembuatan foto radiologik untuk mastoiditis akut biasanya dipakai
posisi Schuller atau Owen, sedangkan posisi Chausse III dipakai untuk
melihat ruang telinga tengah.
Aboet, A. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun. Universitas Sumatra Utara: Medan
Adams, G., 2012. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. EGC: Jakarta
Djaafar, Z,. 2007. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi VI. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta
Farida. 2009. Alergi Sebagai Faktor Risiko terhadap Kejadian Otitis Media Supuratif
Kronik Tipe Benigna. Fakultas Kedokteran Hasanuddin
Richard, S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi VI. EGC: Jakarta
Shafiqul, I., dkk. 2010. Pattern and Degree of Hearing Loss in Chronic Suppurative Otitis
Media. Journal of Bangladesh J Otorhinolaryngol
Soepardi, A,. dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Vol VI(6). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Widodo, P., dkk. 2005. Pola Sebaran Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotika Sekret
Telinga Tengah Penderita Mastoiditis Akutdi RS Dr Kariadi Semarang.
Semarang