Skripsi
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
AYU SABRINA SUSILO
15310033
i
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 15310033
Tanggal Ujian :
Mengetahui
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Korelasi antara Nilai HbA1c dengan Kadar Kolesterol Total pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung Tahun 2019
NPM : 15310033
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
NPM : 15310033
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang telah saya buat ini adalah hasil
pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum atau tidak
diterbitkan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademika Universitas Malahayati, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
NPM : 15310033
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royaliti/Non-eksklusif ini
Universitas Malahayati berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasi karya ilmiah saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Yang Menyatakan,
v
BIODATA PENULIS
A. Identitas
B. Riwayat Pendidikan
1. TK Al – Mabrur (2001-2002)
2. SDN Lontar 1 (2002-2008)
3. SMPN 1 Mauk (2008-2011)
4. SMAN 2 Kab. Tangerang (2011-2014)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati (2015-sekarang)
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronik akibat sel β
pankreas mengalami penurunan produksi insulin, atau tubuh mengalami inefektifitas insulin.
Berdasarkan data IDF jumlah penderita DM di Indonesia dari 9,1 juta jiwa pada tahun 2014
diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2035 dengan jumlah 14,1 juta jiwa. Dengan data
tersebut peringkat ke-5 penderita DM di dunia diduduki oleh Indonesia.
Tujuan: Untuk mengetahui korelasi antara nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada pasien
DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2019. Metode
Penelitian: Jenis Penelitian ini adalah analitik korelatif dengan metode cross sectional
menggunakan purposive sampling sebanyak 48 sampel pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria
inkulsi. Pengambilan data dimulai pada bulan Januari-Februari 2020. Data yang digunakan yaitu
data sekunder berupa rekam medik. Data dievaluasi dengan uji Spearman. Hasil Penelitian:
Didapatkan sampel penelitian berjumlah 48 pasien DM tipe 2 dengan nilai HbA1c ≥9% yaitu
sebanyak 30 pasien (62,5%), untuk nilai HbA1c <9% yaitu sebanyak 18 pasien (37,5%) dan kadar
kolesterol total ≥200mg/dl yaitu sebanyak 29 pasien (60,4%), untuk kadar kolesterol total
<200mg/dl yaitu sebanyak 19 pasien (39,6%). Hasil korelasi Spearman didapatkan nilai p=0,030
dan nilai r=+0,314, karena nilai p=0,030 <0,05 sehingga dapat dinyatakan Ha diterima dan Ho
dinyatakan ditolak atau terdapat korelasi yang bermakna, dengan r=0,314 dapat diartikan kekuatan
korelasi sedang positif antara nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada pasien DM tipe 2.
Kesimpulan: Terdapat korelasi yang bermakna antara Nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total
pada pasien DM tipe 2 dengan p-value= 0,030.
vii
FACULTY OF MEDICAL MEDICINE
OF MALAHAYATI UNIVERSITY
ABSTRACT
Background of study: Diabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic disease due to pancreatic β
cells that having decreased insulin production, or when insulin in body experiencing
ineffectiveness. Based on IDF data, in 2015 the number of DM sufferers in Indonesia is 9.1
million, and it expected will continue to increase in 2035 with a total of 14.1 million. With these
data, Indonesia ranked 5th of DM sufferers in the world.
Purpose: To determine the correlation between the HbA1c value and total cholesterol levels in type
2 DM patients at Pertamina Bintang Amin Hospital in Bandar Lampung in 2019.
Research Method: This research design is correlative analytic with cross sectional method using
purposive sampling as many as 48 samples of type 2 DM patients who match with the inculsion
criteria. Data collecting begin in January-February 2020. The data on this research used
secondary data in the form of medical records. After the dat collected, data will evaluated by the
Spearman test.
Research Results: In this study, the sample obtained 48 patients with type 2 DM with a HbA1c
value of ≥9%, as many as 30 patients (62.5%), for a HbA1c value <9% ie as many as 18 patients
(37.5% ) and total cholesterol level ≥200mg / dl as many as 29 patients (60.4%), for total
cholesterol levels <200mg / dl as many as 19 patients (39.6%). Spearman correlation results
obtained p value = 0.030 and r = + 0.314, because the value of p = 0.030 <0.05 so that it can be
declared Ha accepted and Ho declared rejected or there is a significant correlation, with r = 0.314
it can be interpreted that the strength of the correlation is positive between HbA1c value with total
cholesterol level in type 2 DM patients.
Conclusion: This study conclude there is a significant correlation between HbA1c value and total
cholesterol level in type 2 DM patients with p-value = 0.030.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang maha pengasih dan maha
penyayang yang senantiasa melimpahkan rahmat dan berkah-Nya, sehingga penulis dapat
LAMPUNG TAHUN 2019”. Yang bertujuan untuk memenuhi tugas dan persyaratan
dalam menempuh program Sarjana Srata -1 Kedokteran Umum. Shalawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang di
jalan Allah.
Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak.
1. Dr. Achmad Farich, M.M selaku Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung
3. dr. Sri Maria Puji Lestari, M.Pd.Ked selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
4. dr. Zulfian, Sp.PK selaku dosen Pembimbing I yang selalu meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi dan semangat serta nasehat skripsi
ix
5. dr. Ika Artini, M.Kes selaku Pembimbing II yang banyak memberikan kemudahan,
semangat, bimbingan dan petunjuk serta nasehat sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
6. dr. Firhat Esfandiari, Sp.PD., FINASIM selaku Penguji, yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan masukan serta bimbingan berkaitan dengan skripsi ini.
7. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Sumarno Susilo dan Ibunda Puji Dwi Mulyani
serta saudara/i kandung penulis, Ajeng Ishelina Susilo, Muhammad Sahal Fauzan
Susilo dan Ayesha Dinar Susilo yang tak pernah berhenti memberikan do’a serta
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL............................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN...................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI..................................................... v
BIODATA PENULIS..................................................................................... vi
ABSTRAK....................................................................................................... vii
ABSTRACT...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR.................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 4
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan..................................................... 4
1.4.2 Bagi Masyarakat................................................................... 4
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya..................................................... 4
1.4.4 Bagi Peneliti......................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 5
1.5.1 Judul Penelitian..................................................................... 5
1.5.2 Metode Penelitian................................................................. 5
1.5.3 Subjek Penelitian.................................................................. 5
1.5.4 Tempat Penelitian................................................................. 5
1.5.5 Waktu Penelitian................................................................ 5
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Halaman
2.1 Diabetes Melitus........................................................................… 6
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus.................................................… 6
2.1.2 Etiologi Diabetes Melitus.................................................… 6
2.1.3 Faktor Risiko Diabetes Melitus.......................................… 7
2.1.4 Klasifikasi Diabetes Melitus............................................… 8
2.1.5 Gejala Klinis Diabetes Melitus........................................… 9
2.1.6 Patofisiologi Diabetes Melitus.........................................… 10
2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus...........................................… 13
2.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus...................................… 16
2.2 HbA1c............................................................................................ 19
2.2.1 Definsi HbA1c...................................................................... 19
2.2.2 Pembentukan HbA1c............................................................ 20
2.2.3 Pemeriksaan HbA1c............................................................. 21
2.2.4 Kelebihan HbA1c................................................................. 22
2.2.5 Kekurangan HbA1c.............................................................. 23
2.2.6 HbA1c dalam Manajemen Diabetes Melitus........................ 23
2.3 Kolesterol....................................................................................... 24
2.3.1 Definisi Kolesterol................................................................ 24
2.3.2 Pembentukan Kolesterol....................................................... 24
2.3.3 Transpor Kolesterol.............................................................. 25
2.3.4 Fungsi Kolesterol.................................................................. 26
2.4 Hubungan HbA1c dengan Kadar Kolesterol Total pada DM tipe 2 26
2.5 Kerangka Teori.............................................................................. 28
2.6 Kerangka Konsep........................................................................... 28
2.7 Hipotesis........................................................................................ 29
xii
Halaman
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian............................................................................... 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 30
3.2.1 Tempat Penelitian.................................................................. 30
3.2.2 Waktu Penelitian................................................................... 30
3.3 Subjek Penelitian............................................................................ 30
3.3.1 Populasi................................................................................. 30
3.3.2 Sampel................................................................................... 31
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel................................................. 31
3.4 Kriteria Penelitian........................................................................... 31
3.4.1 Kriteria Inklusi....................................................................... 31
3.4.2 Kriteria Ekslusi...................................................................... 32
3.5 Variabel.......................................................................................... 32
3.5.1 Variabel Independen............................................................. 32
3.5.2 Variabel Dependen................................................................ 32
3.6 Definisi Operasional....................................................................... 32
3.7 Alat Ukur........................................................................................ 33
3.8 Pengumpulan Data.......................................................................... 33
3.9 Pengolahan Data............................................................................. 33
3.10 Analisis Data.................................................................................. 34
3.10.1 Analisis Univariat................................................................ 34
3.10.2 Analisis Bivariat.................................................................. 34
3.11 Alur Penelitian................................................................................ 36
3.11.1 Alur Penelitian..................................................................... 36
xiii
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Struktur Molekul Kolesterol...................................................................... 26
2.2 Kerangka Teori........................................................................................... 28
2.3 Kerangka Konsep....................................................................................... 28
3.2 Alur Penelitian........................................................................................... 36
4.1 Nilai HbA1c pada DM tipe 2..................................................................... 39
4.2 Kadar Kolesterol Total pada DM tipe 2 .................................................... 40
xvi
DAFTAR SINGKATAN
DM Diabetes Melitus
xvii
Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
ND Neuropati Diabetik
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I
PENDAHULUAN
insulin. Insulin merupakan hormon yang menurukan kadar glukosa darah, sehingga
sebagai silent killer karena pada penderita DM sering kali tidak merasakan gejala
(Boedisantoso, 2010).
manfaat HbA1c bukan hanya untuk melakukan pemantauan terapi, juga untuk
kadar glukosa darah dalam rentang waktu 3 bulan karena usia eritrosit adalah 120
1
Menurut WHO secara global, pada tahun 2014 terdapat 422 juta orang yang
berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Di seluruh dunia, jumlah penderita
DM telah meningkat empat kali lipat, dari tahun 1980 berjumlah 108 juta jiwa dan
DM pada tahun 2000 yang berjumlah 8,4 juta jiwa, dan diprediksikan pada tahun
Berdasarkan data dari IDF jumlah penderita DM di Indonesia dari 9,1 juta
jiwa pada tahun 2014 diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2035 dengan
jumlah 14,1 juta jiwa. Dengan data tersebut peringkat ke-5 diduduki oleh Indonesia
Jumlah penduduk Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 240 juta jiwa.
di atas 15 tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, pada tahun 2013
dengan jumlah 6,9% dan pada tahun 2018 menjadi sebesar 8,5%. (PERKENI,
2015).
Provinsi Lampung tahun 2013 sebesar 0,7% dan mengalami peningkatan sebesar
Study (UKPDS) menyatakan bahwa nilai HbA1c yang semakin tinggi pada
2
3
mengontrol nilai HbA1c dapat dilakukan dengan cara menjaga kadar
glukosa darah agar tetap normal. Nilai HbA1c digolongkan menjadi tiga bagian,
tidak DM yaitu 3,5% - 5,0%, pasien pradiabetes yaitu antara 5,7% - 6,4%, dan
mempengaruhi kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2. Sebesar 77% pasien
dengan kadar HbA1c ≥7,0% memiliki rata-rata kolesterol total lebih tinggi (256,68
mg/dL) dari pada pasien dengan kadar HbA1c <7,0% memiliki rata-rata kolesterol
antara nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada pasien DM tipe 2 di Rumah
yaitu apakah terdapat korelasi antara nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada
pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun
2019.
Diketahui korelasi antara nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada
pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun
2019.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
3. Diketahui distribusi frekuensi nilai HbA1c pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
5. Diketahui korelasi antara nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada pasien
DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2019.
5
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Korelasi antara nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada pasien DM
tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2019.
sectional.
6
Penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2020 sampai dengan bulan februari 2020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
ada tidaknya gejala khas DM. Gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia,
polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak
khas DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita). Apabila ditemukan gejala khas
DM, pemeriksaan glukosa darah yang abnormal satu kali saja sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka
mg/dl, gula darah 2 jam setelah tes ttoleransi glukosa oral (TTGO) ≥200 mg/dl, dan
gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dengan gejala khas DM (PERKENI, 2015).
7
Diabetes mellitus (DM) secara umum disebabkan oleh defisiensi insulin dan
gangguan resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi karena reseptor yang berikatan
oleh sel hati. Defisiensi insulin terjadi karena sel β pankreas tidak mampu
1. Umur
2. Jenis Kelamin
Secara prevalensi, wanita dan pria mempunyai peluang yang sama terkena
DM. Hanya saja, dari faktor risiko, wanita lebih berisiko mengidap DM karena
secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
2010).
3. Tingkat Pendidikan
8
sekolah prevalensi DM sangat besar yaitu 8,9%, tidak tamat SD sebesar 8,0%, tamat
SD sebesar 5,5%, tamat SMP sebesar 4,4%, tamat SMA sebesar 4,9%, dan tamat
4. Pekerjaan
5. Kebiasaan Merokok
meningkatkan tekanan darah dan dapat meningkatkan kadar gula darah sebagai
akibat dari terjadinya resistensi insulin yang merupakan awal dari terjadinya DM
kerusakan sel β pankreas (reaksi autoimun). Sel β pankreas merupakan sel yang
menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah. Bila
kerusakan sel β pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul.
Penderita DM tipe 1 sebagian besar oleh karena proses autoimun dan sebagian kecil
9
2. Diabetes mellitus (DM) tipe 2
karena resistensi insulin dan disfungsi sel β pankreas. Resistensi insulin terjadi
karena reseptor sel-sel sasaran insulin tidak mampu merespon insulin secara normal,
mulai ditemukan pada kehamilan trimester kedua atau ketiga. Faktor risiko GDM
biasanya disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai kekurangan protein yang nyata
dalam jangka panjang. Diduga zat sianid atau cassava atau singkong yang menjadi
1. Gejala Akut
makan), nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg
2. Gejala Kronik
10
Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas
di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi
1. Fisiologi Insulin
Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan
endokrin. Pulau Langerhans merupakan sel endokrin yang terdiri dari sel β yang
mensintesis insulin, sel α yang mensintesis glukagon, dan sel D yang mensintesis
dan protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino
darah. Insulin mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel, insulin
2013).
2. Patofisiologi DM tipe 1
11
DM tipe 1 terjadi oleh karena proses autoimun yang merusak sel β pankreas
3. Patofisiologi DM tipe 2
resistensi insulin dan defek fungsi sel β pankreas. Resistensi insulin merupakan
kondisi umum bagi orang-orang dengan obesitas, insulin tidak dapat bekerja secara
optimal di sel otot, lemak, dan hati sehingga memaksa pankreas mengkompensasi
untuk memproduksi insulin lebih banyak, ketika produksi insulin oleh sel β
2. Liver
Pada penderita DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
3. Otot
12
Pada penderita DM tipe 2 didapatkan gangguan yang multiple di
transpor glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan penurunan
oksidasi glukosa.
4. Sel Lemak
FFA juga akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh
5. Usus
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding
kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini
dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh
beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat kinerja DPP-4 adalah kelompok
13
menjadi monosakarida yang kemudian diserap oleh usus dan berakibat
6. Sel α Pankreas
HGP dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding individu yang
normal.
7. Ginjal
tipe 2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. 90% dari glukosa
terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-
akan di absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden,
sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM terjadi
peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini
8. Otak
insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru meningkat akibat adanya
14
Diabetes Gestasional terjadi karena plasenta seorang ibu hamil
insulin yang terlihat dalam kehamilan. Resistensi insulin biasanya dimulai pada
trimester kedua dan memaju ke seluruh sisa kehamilan. Faktor risiko diabetes
gestasional yaitu akibat kelebihan berat badan sebelum atau pada saat hamil,
riwayat DM dalam keluarga, dan sebelumnya pernah melahirkan bayi dengan berat
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
adalah makan yang kurang dari aturan yang ditentukan, berat badan turun,
suntikan insulin yang tidak tepat. Tanda hipoglikemia mulai muncul bila
b. Hiperglikemia
15
KAD ditandai oleh adanya hiperglikemia, asidosis metabolik, dan
2. Komplikasi Kronik
organ tubuh. Secara umum komplikasi kronis DM dibagi dua kelompok, yaitu
A. Komplikasi Mikrovaskular
dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam atau >200 ig/menit) pada
minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Komplikasi
16
Neuropati diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi kronis paling
sering terjadi pada DM. Resiko yang dihadapi pasien dengan ND antara lain
B. Komplikasi Makrovaskular
jantung koroner yang merupakan salah satu penyulit makrovaskular pada DM.
b. Otak (Stroke)
60% pasien stroke akut. DM dapat meningkatkan risiko sebesar dua sampai tiga
kali lipat unntuk terjadinya stoke. Stroke pertama maupun stroke berulang.
2015).
1. Diet
17
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan
adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-
70%, lemak 20-25% dan protein 10-15%. Untuk menentukan status gizi,
dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
BMI merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk menentukan status gizi
berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus.
IMT = ----------------------------------------------
2. Olahraga/Latihan Fisik
kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olahraga ringan jalan kaki biasa
selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-
malasan.
18
3. Pendidikan Kesehatan
4. Obat
sesudah asupan makan. Metformin biasanya diberikan dua sampai tiga kali
tahun 1950-an. Obat ini digunakan bila konsentrasi glukosa tinggi dan
sesudah terjadi gangguan pada sekresi insulin. Golongan obat ini bekerja
insulin. Golongan obat ini tidak dapat dipakai pada DM tipe 1. (Setiawati,
2015).
19
5. Terapi Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5,808 kDa pada
manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai
kedua rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau
pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat
pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen,
Terapi pilihan dari preparat insulin awal nya berasal dari hewan dan saat
sumber sintetik. Pemberian insulin harus dilakukakan secara hati hati karena
biasanya diberikan dalam 2-3 kali injeksi per hari, disekitar waktu makan.
(PERKENI, 2015).
2.2 HbA1c
20
Hemoglobin A1 (HbA1) adalah derivat adult hemoglobin (HbA), dengan
ditemukan pada orang dewasa dengan 91-95 % dari jumlah total hemoglobin.
Hemoglobin A terdiri atas dua rantai α dan dua rantai β. Sekitar 6% dari total HbA
disebut HbA1. HbA1 terdiri atas tiga fraksi yaitu HbA1a, HbA1b, dan HbA1c.
adalah ikatan hemoglobin dengan glukosa dimana satu rantai beta molekul
secara spontan dalam sirkulasi dan glikosilasi ini meningkat apabila kadar glukosa
dalam darah tinggi. 4-6% hemoglobin pada orang normal akan mengalami
HbA1c kembali ke normal dalam waktu 3 minggu berikutnya jika kadar glukosa
juga Maillard reaction yang terjadi terus menerus secara in vivo. Proses glikasi non-
enzimatik diawali ketika glukosa dalam format rantai terbuka berikatan dengan N-
base) yang tidak stabil. Schiff base melakukan penyusunan membentuk ketoamine
21
yang lebih stabil yang kemudian menghasilkan produk Amadori (HbA1c). Proses
glikasi non enzimatik akan meningkat saat kadar gula darah tinggi pada pasien DM.
Pada tahap akhir glikasi, AGE dapat terbentuk secara ireversibel melalui reaksi
sepanjang waktu hidup eritrosit. Hemoglobin glikosilat memiliki umur yang cukup
panjang yaitu 120 hari sesuai dengan usia eritrosit dan tidak dipengaruhi oleh
fluktuasi gula darah harian. Eritrosit yang tua memiliki kadar HbA1c lebih tinggi
dari pada eritrosit muda. Hal ini disebabkan karena eritrosit yang tua berada dalam
sirkulasi pembuluh darah lebih lama daripada eritrosit yang masih muda (Suryathi,
2015). Nilai HbA1c dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan penyakit hematologi.
Pasien hemolisis episodik atau kronis, gagal ginjal kronis, anemia menyebabkan
darah mengandung lebih banyak eritrosit muda sehingga kadar HbA1c dapat
dan indikator pengendalian gula darah pasien DM. Kontrol kadar glukosa darah
pasien DM baik apabila kurang <6,5%, sedang 6,5-8% dan buruk >8%. Pasien DM
tipe 2 dianjurkan melakukan pemeriksaan HbA1c setiap enam bulan sekali. (WHO,
2011).
22
Nilai HbA1c dapat mencerminkan rata-rata kadar gula darah harian selama
8-12 minggu dan menjadi penanda spesifik untuk komplikasi diabetes seperti
menghemolisis darah dan diperiksa dengan alat cobas 501 (Suryathi, 2015).
menangkap paparan glikemik jangka panjang memberikan penanda yang lebih baik
dibandingkan kadar gula darah puasa yaitu 12-15% (Mahajan dan Mishra, 2011).
biasa dilakukan bersamaan dengan pengambilan glukosa darah. Sampel darah yang
2014).
chromatography).
23
B. Metode pemeriksaan berdasarkan reaktivitas kimia.
1. Affin chromatography.
3. Specimen hemolisis.
a. Terstandardisasi.
b. Memiliki indeks paparan glukosa keseluruhan yang lebih baik dan dapat
c. Relatif tidak terpengaruh oleh keadaan akut (misalnya stress atau penyakit
yang terkait).
24
e. Tidak dipengaruhi oleh variasi akibat pembebanan jumlah glukosa yang sama
pada individu dengan ukuran tubuh yang berbeda seperti pada TTGO.
f. Dapat dilakukan kapan saja dan tidak membutuhkan puasa atau tes khusus.
glukosa.
h. Satu jenis pemeriksaan yang dapat digunakan untuk diagnosis dan penilaian
kontrol glikemik.
a. Memiliki variabilitas biologis yang rendah (<2% dari hari ke hari untuk
15%).
darah. Hal ini penting diketahui karena dapat menyebabkan under- atau over
tidak dipengaruhi oleh diet sebelum pengambilan sampel darah. HbA1c merupakan
alat pemantauan yang penting dalam penatalaksanaan pasien dengan DM. Kontrol
glikemik pada pasien DM tipe 2 secara skematik dapat digambarkan sebagai ‘triad
glukosa’, dengan komponen A1c, kadar glukosa puasa, dan kadar glukosa
25
postprandial, kontrol glikemik terbaik ditentukan oleh ketiga komponen tersebut.
Pada pasien DM yang tidak mendapat terapi insulin, nilai glukosa plasma setelah
makan siang dan beberapa lama setelah makan siang menunjukkan hubungan yang
lebih baik terhadap A1c dari pada kadar glukosa sebelum makan pagi dan sebelum
2.3 Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu senyawa lipid plasma yang terdapat dalam
jaringan dalam bentuk lipoprotein plasma. Kolesterol dapat berada dalam keadaan
sebagai kolesterol bebas atau tergabung dengan asam lemak rantai panjang
komponen struktural penting yang membentuk membran sel serta lapisan terluar
tubuh berasal dari proses sintesis (700mg/hari) dan sisanya diperoleh dari makanan.
Hati dan usus masing-masing menghasilkan sekitar 10% dari sintesis total pada
manusia. Hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti mampu membentuk
terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas dan bentuk simpanan, yang
2014).
26
Rumus molekul kolesterol adalah C27H46O dengan berat molekul 386,64 dan
Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati
dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk
digunakan dan disimpan. Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid
(30%), kolesterol (14%), ester kolesterol (36%) dan asam lemak bebas (4%). Lipid
penting yaitu : kilomikron, VLDL (Very Low Density Lipoprotein), LDL (Low
diekskresikan dalam proses yang dikenal sebagai transpor kolesterol terbalik (rev
27
2.3.4 Fungsi Kolesterol
Pada DM tipe 2 terjadi resistensi insulin dan defek sel β pankreas yang
tinggi kadar glukosa darah maka semakin tinggi pula nilai HbA1c yang terbentuk dan
lipoprotein lipase yang terdapat di sel lemak. Kerja dua enzim tersebut sangat
tergantung dari jumlah insulin. Di jaringan adiposa, insulin menekan kerja enzim
hormone sensitive lipase, makin rendah kadar insulin makin aktif kerja hormon
tersebut. Dalam keadaan normal, tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber energi.
Pada keadaan resistensi insulin, hormon sensitive lipase akan menjadi aktif sehingga
menghasilkan asam lemak bebas yang berlebihan. Asam lemak bebas akan memasuki
aliran darah, sebagian akan digunakan sebagai sumber energi dan sebagian akan
dibawa ke hati sebagai bahan baku pembentukan trigliserida. Di hati asam lemak
bebas akan menjadi trigliserida kembali dan menjadi bagian dari VLDL. Oleh karena
28
itu VLDL yang dihasilkan pada keadaaan resistensi insulin akan sangat kaya
trigliserid, disebut VLDL kaya trigliserida atau VLDL besar. Trigliserida yang
banyak di VLDL akan bertukar dengan kolesterol ester dari kolesterol-LDL di dalam
sirkulasi. Hal ini akan menghasilkan LDL yang kaya trigliserida tetapi kurang
kolesterol ester. Trigliserida yang dikandung oleh LDL akan dihidrolisis oleh enzim
menghasilkan LDL yang kecil padat, yang dikenal dengan LDL kecil padat. Partikel
LDL kecil padat ini sifatnya mudah teroksidasi, oleh karena itu sangat aterogenik.
Trigliserida VLDL besar juga dipertukarkan dengan kolesterol ester dari HDL
dan dihasilkan HDL miskin kolesterol ester tapi kaya trigliserida. Kemudian HDL
dengan bentuk demikian menjadi lebih mudah dikatabolisme oleh ginjal sehingga jumlah
HDL serum menurun. Oleh karena itu pada pasien-pasien dengan diabetes terjadi
kelainan profil lipid serum yang khas yaitu kadar trigliserida yang tinggi, kolesterol–
HDL rendah dan meningkatnya subfraksi LDL kecil padat, dikenal dengan nama fenotipe
lipoprotein aterogenik atau lipid triad, keadaan ini akan menyebabkan asam lemak
dalam jaringan adiposa menurun sedangkan asam lemak dan gliserol dalam sirkulasi
darah meningkat. Kelebihan asam lemak di plasma dapat mengacu pengubahan asam
lemak menjadi fosfilipid dan kolesterol di hati, kemudian dilepas kedalam darah
dalam bentuk lipoprotein. Oleh karena itu terjadi peningkatan kadar kolesterol total
DM tipe 2
29
Defek sel β pankreas
Keterangan : = diteliti
= tidak diteliti
30
2.7 Hipotesis
Ha: Terdapat korelasi antara nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada
tahun 2019.
Ho: Tidak terdapat korelasi antara nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total
BAB III
METODE PENELITIAN
31
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelatif karena
Dan untuk desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional yakni jenis
penelitian yang melakukan pengukuran atau observasi data variabel independen dan
Penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2020 sampai dengan bulan
februari 2020.
3.3.1 Populasi
RS. Populasi pada penelitian ini berjumlah 94 pasien DM tipe 2 yang diambil
datanya pada bulan Januari tahun 2018 sampai bulan september tahun 2019 di
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitan ini adalah pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria
inkulsi.
32
Untuk menentukan ukuran sampel menggunakan rumus Slovin:
N
n=
1+ N (e)2
Keterangan:
n = Sampel
N = Populasi
94
n= 2
1+ 94(0,10)
n=48
purposive sampling.
33
b. Pasien DM tipe 2 yang rutin mengonsumsi obat anti lipidemia
3.5 Variabel
Variabel independen dalam penelitian ini adalah nilai HbA1c pada pasien
DM tipe 2.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol total pada
pasien DM tipe 2.
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. HbA1c pada Proses glikasi non Rekam Imunochro- 0 = ≥ 9% Numerik
dengan hemoglobin
2.
2. Kolesterol Kadar kolesterol Rekam Fotometer 0 = ≥200 mg/dl Numerik
kolesterol total
34
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil rekam medik
pasien DM tipe 2 yang melakukan pemeriksaan nilai HbA1c dan kadar kolesterol
total pada tahun 2018 sampai 2019 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung.
Data yang dikumpulkan berasal dari data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari hasil rekam medik pasien DM tipe 2 yang melakukan pemeriksaan
nilai HbA1c dan kadar kolesterol total di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung.
Data yang telah didapatkan, maka dilakukan tahap pengolahan data dengan
1. Editing
di dapatkan dari rekam medik pasien yang sesuai dengan kriteria penelitian.
2. Coding
3. Processing
4. Cleaning
35
Pengecekan kembali data yang dimasukaan kedalam program SPPS.
(Notoatmodjo, 2010).
Hasil dari analisis univariat adalah distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel.
apakah normal atau tidak. Uji normalitas data berupa uji Kolmogorov Smirnov
besar sample ≤50. Pada penelitian ini digunakan uji Shapiro-Wilk. Distribusi
normal baku adalah data yang telah ditransformasikan kedalam bentuk p dan
diasumsukan normal. Jika nilainya > 0,05 maka dinyatakan data memenuhi
asumsi normalitas, dan jika nilainya < 0,05 maka dinyatakan sebagai tidak
b. Uji Pearson
hubungan linier antara dua variabel. Koefesien korelasi adalah ukuran yang
36
dipakai untuk mengetahui derajat hubungan anatara variabel, ‘r’ jika diukur
c. Uji Spearman
suatu metode untnuk mencari korelasi, nilai kemaknaan ‘p’, nilai interval
kepercayaan (IK), dan nilai koefesien koelasi Spearman Rho ‘r’. nilai r yang
value, dimana dinyatakan memiliki hubungan apabaila p≤0,05, bila p>0,05 tidak
37
3.11 Alur Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, diperlukan adanya suatu desain atau skema langkah penelitian sebagai
acuan dalam penatalaksanaan penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini dibuat
Mengurus perizinan
Pengolahan data
Input data
Analisis data
Hasil
38
BAB IV
Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung pada bulan Januari 2020 - Februari
2020. Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data dari rekam medik pasien
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rerata umur pasien DM
tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin yaitu 60 tahun, dengan usia tertua
81 tahun dan usia termuda 24 tahun. Tabel di atas juga memperlihatkan bahwa
kebanyakan pasien berusia >45 tahun yaitu sebanyak 42 orang (87,5%), dan pasien
39
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N %
Laki-Laki 28 58,3
Perempuan 20 41,7
Jumlah 48 100
Pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa responden dengan nilai HbA1c
≥9% yaitu sebanyak 30 pasien (62,5%), untuk nilai HbA1c <9% yaitu sebanyak 18
pasien (37,5%). Nilai minimal dari nilai HbA1c yang terdapat di data 6,7%, nilai
maksimal dari nilai HbA1c yang terdapat di data 14% dan rerata nilai HbA1c yaitu
40
10,3%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penderita DM
Gambar 4.1 Nilai HbA1c pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina
Bintang Amin
Pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa pasien dengan kadar kolesterol
total ≥200mg/dl yaitu sebanyak 29 pasien (60,4%), untuk kadar kolesterol total
<200mg/dl yaitu sebanyak 19 pasien (39,6%). Nilai maksimal kadar kolesterol total
yang terdapat di data yaitu 456mg/dl, nilai minimal kadar kolesterol total yang
41
terdapat di data 118mg/dl dan nilai rerata kadar kolesterol total adalah 220mg/dl.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penderita DM tipe 2
Gambar 4.2 Kadar kolesterol total pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin
terlebih dahulu, dikarenakan sampel <50 orang maka mengunakan uji Shapiro-Wilk
untuk nilai p = ≥0,05 maka data dapat dinyatakan berdistribusi normal, setelah itu
kita melakukan outline data, lalu transform data, dan uji ulang normalitas data yang
42
Shapiro-Wilk p value N
HbA1c 0,008 <0,05 (tidak normal) 48
Kolesterol Total 0,730 >0,05 (normal) 48
Berdasarkan tabel 4.5 di atas didapatkan variabel idependen yaitu HbA1c memiliki nilai p
= 0,008 maka data dinyatakan tidak terdistribusi normal, untuk variabel dependen yaitu
kolesterol total memiliki niai p = 0,730 maka data dinyatakan terdistribusi normal, karena
data HbA1c tidak terdistribusi normal, maka uji bivariat menggunakan uji Spearman.
b. Uji Spearman
Tabel 4.6 Hasil uji korelasi Spearman nilai HbA1c dengan kadar kolesterol
total pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina
Bintang Amin
Spearman N p value r
HbA1c 48 0,030 0,314
Kolesterol total 48 0,030 0,314
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa hasil korelasi Spearman
didapatkan nilai p=0,030 dan nilai r=0,314, karena nilai p=0,030 <0,05 sehingga
dapat dinyatakan Ha diterima dan Ho dinyatakan ditolak atau terdapat korelasi yang
bermakna, dengan r=0,314 dapat diartikan kekuatan korelasi sedang positif antara
nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada pasien DM tipe 2. Didapatkan nilai
4.2.1 Univariat
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rerata umur pasien DM tipe 2 di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin yaitu 60 tahun, dengan usia tertua 81 tahun
43
dan usia termuda 24 tahun. Tabel di atas juga memperlihatkan bahwa kebanyakan
pasien berusia >45 tahun yaitu sebanyak 42 orang (87,5%), dan pasien yang
darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi DM tipe 2 dan gangguan
toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua yang berlangsung pada usia 45
Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya
tubuh yang dapat mengalami perubahan adalah sel β pankreas yang menghasilkan
hormon insulin, dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa. (Fahrudini,
2015).
yang ditandai dengan penurunan produksi hormon tertosteron untuk laki-laki dan
estrogen untuk perempuan, kedua hormon ini tidak hanya berperan dalam
pengaturan hormon seks, tetapi juga pengaturan proses metabolisme tubuh, salah
satu fungsi dua hormon tersebut adalah mendistribusikan lemak keseluruh tubuh,
perempuan < 80cm dan untuk laki-laki < 90cm. Membesarnya lingkaran
pinggang akan diikuti dengan peningkatan gula darah dan kolesterol yang akan
44
b. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung
Berdasarkan tabel 4.2 untuk karakteristik responden berdasarkan jenis
penderita perempuan.
Begitu juga pada penelitian yang dilakukan di Manado pada tahun 2011
ini bisa terjadi disebabkan karena adanya perbedaan jumlah ataupun kondisi
HbA1c ≥9% yaitu sebanyak 30 pasien (62,5%), untuk nilai HbA1c <9% yaitu
sebanyak 18 pasien (37,5%). Nilai minimal dari nilai HbA1c yang terdapat di
data 6,7%, nilai maksimal dari nilai HbA1c yang terdapat di data 14% dan rerata
45
nilai HbA1c yaitu 10,3%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
(62,5%).
(IDF, 2010) yang memasukkan nilai HbA1c dalam kriteria diagnosis DM tipe 2.
HbA1c telah digunakan secara luas sebagai indikator kontrol glikemik, karena
dan tes toleransi glukosa 2 jam, namun terdapat beberapa keadaan yang dapat
memengaruhi nilai HbA1c. Nilai HbA1c lebih tinggi didapatkan pada individu
yang memiliki kadar glukosa darah tinggi sejak lama, seperti pada DM tipe 2.
kadar kolesterol total yang terdapat di data yaitu 456mg/dl, nilai minimal kadar
kolesterol total yang terdapat di data 118mg/dl dan nilai rerata kadar kolesterol
total adalah 220mg/dl. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
29 pasien (60,4%).
46
Pada DM tipe 2 terjadi resistensi insulin dan defek sel β pankreas yang
semakin tinggi kadar glukosa darah maka semakin tinggi pula nilai HbA1c yang
enzim lipoprotein lipase yang terdapat di sel lemak. Keadaan ini akan
lemak dan gliserol dalam sirkulasi darah meningkat, sehingga terjadi peningkata
4.2.2. Bivariat
didapatkan nilai p=0,030 dan nilai r=0,314, karena nilai p=0,030 <0,05 sehingga
dapat dinyatakan Ha diterima dan Ho dinyatakan ditolak atau terdapat korelasi yang
bermakna, dengan r=0,314 dapat diartikan kekuatan korelasi sedang positif antara
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani
tentang Hubungan nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada Pasien DM Tipe
2 di RSI Sultan Agung Semarang tahun 2014. Hasil yang didapatkan bahwa nilai
HbA1c yang tinggi mempengaruhi kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2.
Sebesar 77% pasien dengan kadar HbA1c ≥7,0% memiliki rata-rata kolesterol total
lebih tinggi (256,68 mg/dL) dari pada pasien dengan kadar HbA1c <7,0% memiliki
47
Pengaruhan nilai HbA1c terhadap kolesterol total pada penderita DM tipe 2
aktivitas enzim lipase sensitif hormone dan enzim lipoprotein lipase yang terdapat di
sel lemak. Kerja dua enzim tersebut sangat tergantung dari jumlah insulin. Di
jaringan adiposa, insulin menekan kerja enzim sensitive lipase hormone, makin
rendah kadar insulin makin aktif kerja hormon tersebut. Dalam keadaan normal,
tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Pada keadaan resistensi insulin,
sensitive lipase hormone akan menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserida di jaringan
adiposa semakin meningkat. Keadaan ini akan menghasilkan asam lemak bebas yang
berlebihan. Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah, sebagian akan digunakan
sebagai sumber energi dan sebagian akan dibawa ke hati sebagai bahan baku
pembentukan trigliserida. Di hati asam lemak bebas akan menjadi trigliserida kembali
dan menjadi bagian dari VLDL. Oleh karena itu VLDL yang dihasilkan pada
keadaaan resistensi insulin akan sangat kaya trigliserid, disebut VLDL kaya
trigliserida atau VLDL besar. Trigliserida yang banyak di VLDL akan bertukar
dengan kolesterol ester dari kolesterol-LDL di dalam sirkulasi. Hal ini akan
menghasilkan LDL yang kaya trigliserida tetapi kurang kolesterol ester. Trigliserida
yang dikandung oleh LDL akan dihidrolisis oleh enzim hepatic lipase (yang biasanya
meningkat pada resistensi insulin) sehingga menghasilkan LDL yang kecil padat,
yang dikenal dengan LDL kecil padat. Partikel LDL kecil padat ini sifatnya mudah
Trigliserida VLDL besar juga dipertukarkan dengan kolesterol ester dari HDL
dan dihasilkan HDL miskin kolesterol ester tapi kaya trigliserida. Kemudian HDL
48
dengan bentuk demikian menjadi lebih mudah dikatabolisme oleh ginjal sehingga jumlah
HDL serum menurun. Oleh karena itu pada pasien-pasien dengan diabetes terjadi
kelainan profil lipid serum yang khas yaitu kadar trigliserida yang tinggi, kolesterol–
HDL rendah dan meningkatnya subfraksi LDL kecil padat, dikenal dengan nama fenotipe
lipoprotein aterogenik atau lipid triad, keadaan ini akan menyebabkan asam lemak
dalam jaringan adiposa menurun sedangkan asam lemak dan gliserol dalam sirkulasi
darah meningkat. Kelebihan asam lemak di plasma dapat mengacu pengubahan asam
lemak menjadi fosfilipid dan kolesterol di hati, kemudian dilepas kedalam darah
dalam bentuk lipoprotein. Oleh karena itu terjadi peningkatan kadar kolesterol total
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah,
1. Penelitian ini hanya melihat apakah ada korelasi antara nilai HbA1c dengan kadar
kolesterol total pada pasien DM tipe 2, sedangkan nilai HbA1c dan kadar kolesterol
total dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti DM terkontol dan tidak terkontrol,
dalam penelitian ini tidak menjelaskan apakah sampel dari pasien DM tipe 2 ini
kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir sebesar 10%, hal ini
49
BAB V
5.1 Kesimpulan
total pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung tahun 2019 dan didapatkan total sampel 48 orang, maka dapat
1. Diketahui kelompok usia responden terbanyak adalah kelompok usia >45 tahun,
orang (58,3%).
(37,5%).
50
5. Diketahui terdapat korelasi yang bermakna antara nilai HbA1c dengan kadar
kolesterol total pada pasien DM tipe 2 dengan p-value = 0,030 dan memiliki
5.2 Saran
komplikasi DM tipe 2 yang bisa kapan saja terjadi, disamping itu juga menyediakan
Sebaiknya juga agar dapat melakukan pemeriksaan HbA1c dan kadar profil
51
Diharapkan masyarakat terutama pasien DM tipe 2 agar melakukan
agar menjaga pola hidup yang sehat sehingga terhindar dari risiko DM tipe 2.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan dan
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J, M., dan Wilson, L, M. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing.
Afdal., Rini, E, A. 2012. Neglected-noncompliant type 1 diabetes mellitus with
complications. Fakultas kedokteran Universitas Andalas.
Boedisantoso, R. 2010. Komplikasi Akut Diabetes Melitus dalam Buku
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu (Panduan Penatalaksanaan
Diabetes Melitus bagi Dokter dan Edukator). Edisi II, Cetakan ke VII.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Chugh, S. Jaypee. 2011. Gold Standart Mini Atlas Series Diabetes. India: Jaypee Brothers
Medical Publishers.
52
Guyton, A.C. Hall, J.e. 2016. Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi XII. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
John, MF Adam. 2015. Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus yang
Baru. Cermin Dunia Kedokteran.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes R.I]. 2019. Pusat Data dan
Informasi. Jakarta Selatan.
Khudin, A, M. 2014. Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Kejadian Store
Iskemik Ulang di RSUD Sukoharjo.Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Mahajan, R, D. dan Mishra, B. 2011. Original article using glycated hemoglobin HbA1c
for diagnosis of Diabetes Mellitus: An Indian Perspective. Interna Journal Biologi
Medical Research. 2(2): 508-512.
Maharani, I, F. 2014. Hubungan Kadar HbA1c dengan Kadar Koleserol Total pada Pasien
Dianetes Melitus tipe 2 di RSI Sultan Agung Semarang. Semarang. Universitas
Islam Sultan Agung.
Rahmawati, F. dan Natosba, J. 2016. Skrining Diabetes Melitus Gestasional dan Faktor
Risiko yang Mempengaruhinya. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Setiawati, S. (Eds). 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. Jakarta
Pusat: InternaPublishing: hal: 2321, 2326, 2321-2334.
53
Sherwood, L. 2013. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal: 780-781.
54
55
56
57
58
59
Lampiran 5: Data Pasien DM Tipe 2 di Laboratorium Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung
60
42 ZN 40 Laki-Laki 8,4 154
43 NH 41 Laki-Laki 9,8 230
44 MG 72 Laki-Laki 13,0 148
45 S 78 Perempuan 10,0 456
46 EF 41 Laki-Laki 6,9 128
47 DS 56 Laki-Laki 9,3 278
48 ME 59 Laki-Laki 8,5 220
Analisis Univariat
Valid 48
N
Missing 0
Mean 59,75
Median 59,00
Mode 56a
Minimum 24
Maximum 81
Umur
61
59 2 4,2 4,2 52,1
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada pasien DM tipe
2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
Statistics
Jenis_Kelamin
Valid 48
N
Missing 0
Mean ,42
Median ,00
Mode 0
Minimum 0
Maximum 1
Jenis_Kelamin
62
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan HbA1c pada pasien DM tipe 2 di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
Statistic
HbA1c
Valid 48
N
Missing 0
Mean 10.298
Median 10.100
Mode 14.0
Minimum 6.7
Maximum 14.0
HbA1c
63
9.7 1 2.1 2.1 41.7
Valid 48
N
Missing 0
Mean 219.52
Median 216.50
Mode 148a
Minimum 118
Maximum 456
64
Kolestrol_Total
65
247 2 4.2 4.2 75.0
Analisis Bivariat
Cases
Descriptives
Median 1.0043
Variance .011
66
Std. Deviation .10316
Minimum .83
Maximum 1.15
Range .32
Variance .014
Minimum 2.07
Maximum 2.66
Range .59
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Uji Spearman
Correlations
67
LOG_HBA1C LOG_KOLETR
OL_TOTAL
N 48 48
Spearman's rho
Correlation Coefficient .314* 1.000
N 48 48
68
MOTTO
69
PERSEMBAHAN
kepada:
Ayah dan Mama tercinta, Sumarno Susilo dan Puji Dwi Mulyani yang telah sabar
menuntun dan mengarahkan kebaikan kepada saya sampai saat ini, tanpa kalian saya
tidak berarti.
Adik saya Ajeng Ishelina Susilo, M. Sahal Fauzan Susilo, dan Ayesha Dinar Susilo
Ibu/bapak guru, dosen, ustadz, ustadzah yang telah mengajarkan saya banyak hal.
Adik, teman kamar, kakak-kakak tingkat, kelompok kuliah dan teman seatap KKN.
Sahabat dan teman – teman yang telah mewarnai lika-liku kehidupan kuliah.
Semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan skripsi ini saya ucapkan
terimakasih banyak.
70
KORELASI ANTARA NILAI HbA1c DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA
PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG
AMIN BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019
ABSTRACT
71
correlation between HbA1c value and total cholesterol level in type 2 DM patients with
p-value = 0.030.
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronik akibat
sel β pankreas mengalami penurunan produksi insulin, atau tubuh mengalami
inefektifitas insulin. Berdasarkan data IDF jumlah penderita DM di Indonesia dari 9,1
juta jiwa pada tahun 2014 diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2035
dengan jumlah 14,1 juta jiwa. Dengan data tersebut peringkat ke-5 penderita DM di
dunia diduduki oleh Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui korelasi antara nilai HbA1c
dengan kadar kolesterol total pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang
Amin Bandar Lampung tahun 2019. Metode Penelitian: Jenis Penelitian ini adalah
analitik korelatif dengan metode cross sectional menggunakan purposive sampling
sebanyak 48 sampel pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inkulsi. Pengambilan
data dimulai pada bulan Januari-Februari 2020. Data yang digunakan yaitu data
sekunder berupa rekam medik. Data dievaluasi dengan uji Spearman. Hasil
Penelitian: Didapatkan sampel penelitian berjumlah 48 pasien DM tipe 2 dengan nilai
HbA1c ≥9% yaitu sebanyak 30 pasien (62,5%), untuk nilai HbA1c <9% yaitu
sebanyak 18 pasien (37,5%) dan kadar kolesterol total ≥200mg/dl yaitu sebanyak 29
pasien (60,4%), untuk kadar kolesterol total <200mg/dl yaitu sebanyak 19 pasien
(39,6%). Hasil korelasi Spearman didapatkan nilai p=0,030 dan nilai r=+0,314,
karena nilai p=0,030 <0,05 sehingga dapat dinyatakan Ha diterima dan Ho dinyatakan
ditolak atau terdapat korelasi yang bermakna, dengan r=0,314 dapat diartikan
kekuatan korelasi sedang positif antara nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada
pasien DM tipe 2.Kesimpulan: Terdapat korelasi yang bermakna antara Nilai HbA1c
dengan kadar kolesterol total pada pasien DM tipe 2 dengan p-value= 0,030.
PENDAHULUAN
72
kadar glukosa darah, sehingga ketika Menurut WHO secara global,
produksi ataupun kerjanya terganggu pada tahun 2014 terdapat 422 juta
akan terjadi hiperglikemia. DM dikenal orang yang berusia diatas 18 tahun
sebagai silent killer karena pada terdiangnosis DM. Jumlah terbesar
penderita DM sering kali tidak orang terdiangnosis DM berasal dari
merasakan gejala tersebut. 90% dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Di
seluruh penderita DM merupakan DM seluruh dunia, jumlah penderita DM
tipe 2. Resistensi insulin serta telah meningkat empat kali lipat, dari
kegagalan sel β pankreas untuk tahun 1980 berjumlah 108 juta jiwa
memproduksi insulin merupakan dan pada tahun 2014 berjumlah 422
patofisiologi dari DM tipe 2. (Kemenkes juta jiwa.
RI, 2014).
Prediksi menurut WHO,
Salah satu faktor terjadinya Indonesia mengalami kenaikan jumlah
komplikasi pada DM tipe 2 yaitu penderita DM pada tahun 2000 yang
hiperkolesterolemia, komplikasi dari DM berjumlah 8,4 juta jiwa, dan
dengan hiperkolesterolemia yaitu diprediksikan pada tahun 2030 menjadi
retinopati diabetik, nefropati diabetik, 21,3 juta jiwa.
stroke, dan penyakit jantung koroner.
(Boedisantoso, 2010). Berdasarkan data dari IDF
jumlah penderita DM di Indonesia dari
Ikatan antara hemoglobin 9,1 juta jiwa pada tahun 2014
dengan glukosa dinamakan HbA1c. diperkirakan akan terus meningkat
Selama ini HbA1c dikenal untuk pada tahun 2035 dengan jumlah 14,1
pemantauan terapi, beberapa penelitian juta jiwa. Dengan data tersebut
terbaru menyatakan manfaat HbA1c peringkat ke-5 diduduki oleh Indonesia
bukan hanya untuk melakukan dengan penderita DM di dunia.
pemantauan terapi, juga untuk (PERKENI, 2015).
menegakkan diagnosis ataupun skrining
DM tipe 2. HbA1c dapat Jumlah penduduk Indonesia saat
menggambarkan kadar glukosa darah ini diperkirakan mencapai 240 juta
dalam rentang waktu 3 bulan karena jiwa. Menurut Riset Kesehatan Dasar
usia eritrosit adalah 120 hari. (Chugh, (Riskesdas) prevalensi DM di Indonesia
2011). untuk usia di atas 15 tahun mengalami
peningkatan yang cukup signifikan,
pada tahun 2013 dengan jumlah 6,9%
dan pada tahun 2018 menjadi sebesar
8,5%. (PERKENI, 2015).
Sedangkan prevalensi DM
berdasarkan diagnosis pada umur ≥15
tahun di Provinsi Lampung tahun 2013
sebesar 0,7% dan mengalami
peningkatan sebesar 1,4% pada tahun
2018. (Kemenkes RI, 2014).
73
Berdasarkan penelitian oleh lebih rendah (187,36 mg/dL).
United Kindom Prospective Diabetes (Maharani, 2014).
Mellitus Study (UKPDS) menyatakan
bahwa nilai HbA1c yang semakin tinggi Berdasarkan uraian latar
pada penderita DM meningkatkan risiko belakang diatas, maka penulis ingin
terjadinya komplikasi pada pasien DM, mengetahui “Korelasi antara nilai
untuk mengontrol nilai HbA1c dapat HbA1c dengan kadar kolesterol total
dilakukan dengan cara menjaga kadar pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
glukosa darah agar tetap normal. Nilai Pertamina Bintang Amin Bandar
HbA1c digolongkan menjadi tiga Lampung tahun 2019”.
bagian, tidak DM yaitu 3,5% - 5,0%,
pasien pradiabetes yaitu antara 5,7% -
6,4%, dan penderita DM yaitu diatas METODE PENELITIAN
6,5%.
Jenis Penelitian ini adalah
Data penelitian sebelumnya analitik korelatif dengan metode cross
menyatakan bahwa nilai HbA1c yang sectional menggunakan purposive
tinggi mempengaruhi kadar kolesterol sampling sebanyak 48 sampel
total pada penderita DM tipe 2. Sebesar merupakan pasien DM tipe 2 yang
77% pasien dengan kadar HbA1c memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan
≥7,0% memiliki rata-rata kolesterol data dimulai pada bulan Januari-
total lebih tinggi (256,68 mg/dL) dari Februari 2020. Data yang digunakan
pada pasien dengan kadar HbA1c yaitu data sekunder berupa rekam
<7,0% memiliki rata-rata kolesterol medik. Data dievaluasi dengan uji
spearman.
HASIL PENELITAN
Analisis Univariat
Jumlah 48 100
74
memperlihatkan bahwa kebanyakan pasien yang berusia <45 tahun yaitu
pasien berusia >45 tahun yaitu sebanyak 6 orang (12,5%)
sebanyak 42 orang (87,5%), dan
Jenis Kelamin N %
Laki-Laki 28 58,3
Perempuan 20 41,7
Jumlah 48 100
≥9% 30 62,5
<9% 18 37,5
Jumlah 48 100
75
Tabel 4 merupakan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kadar
kolesterol total pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung
≥200mg/dl 29 60,4
<200mg/dl 19 39,6
Jumlah 48 100
Analisis Bivariat
Tabel 5 Hasil uji korelasi Spearman nilai HbA1c dengan kadar kolesterol total pada
pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
76
PEMBAHASAN
77
menyebabkan asam lemak dalam 2. Diketahui jenis kelamin responden
jaringan adiposa menurun sedangkan terbanyak adalah pria, yaitu
asam lemak dan gliserol dalam sirkulasi sebanyak 28 orang (58,3%).
3. Diketahui sebanyak 30 pasien DM
darah meningkat. Kelebihan asam
tipe 2 (62,5%) memiliki nilai
lemak di plasma dapat mengacu HbA1c ≥9%, sedangkan pasien
pengubahan asam lemak menjadi DM tipe 2 dengan nilai HbA1c
fosfilipid dan kolesterol di hati, <9% sebanyak 18 orang
kemudian dilepas kedalam darah dalam (37,5%).
bentuk lipoprotein. Oleh karena itu 4. Diketahui sebanyak 29 pasien DM
terjadi peningkatan kadar kolesterol tipe 2 (60,4%) memiliki kadar
kolesterol total ≥200mg/dl,
total pada penderita DM tipe 2. (Adam,
sedangkan pasien DM tipe 2
2010). dengan kadar kolesterol total
<200mg/dl sebanyak 19 orang
(39,6%).
KESIMPULAN 5. Diketahui terdapat korelasi yang
bermakna antara nilai HbA1c
Berdasarkan penelitian korelasi antara dengan kadar kolesterol total
nilai HbA1c dengan kadar kolesterol pada pasien DM tipe 2 dengan p-
total pada pasien DM tipe 2 di Rumah value = 0,030 dan memiliki
Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar kekuatan korelasi sedang positif
Lampung tahun 2019 dan didapatkan dengan nilai r = 0,314.
total sampel 48 orang, maka dapat
SARAN
disimpulkan sebagai berikut : Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan acuan pengetahuan tentang
1. Diketahui kelompok usia
korelasi nilai HbA1c dengan kadar
responden terbanyak adalah
kolestterol total pada pasien DM tipe 2.
kelompok usia >45 tahun,
Diharapkan pula agar dapat melakukan
yaitu sebanyak 42 orang
penelitian dengan jumlah sampel yang
(87,5%).
lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
78
Emma, JG. 2012. HbA1c (glycated diagnosis of Diabetes
haemoglobin). ACB. Mellitus: An Indian Perspective.
Interna Journal Biologi Medical
Fitriyani. 2012. Faktor risko diabetes Research. 2(2): 508-512.
melitus tipe 2 di puskesmas
kecamatan citangkil dan Maharani, I, F. 2014. Hubungan Kadar
puskesmas kecamatan pulo HbA1c dengan Kadar Koleserol
merak kota cilegon. Fakultas Total pada Pasien Dianetes
Melitus tipe 2 di RSI Sultan
kesehatan masyarakat.
Agung Semarang. Semarang.
Universitas Indonesia Universitas Islam Sultan
Gotera, W., Budiyasa, D, G, A. 2010.
Agung.Mayes A, P. dan Botham, K, M.
Penatalaksanaan ketoasidosis
2012. Harper's
diabetikum. Ilmu penyakit illustrated biochemistry:
dalam. Universitas Udayana. Cholesterol synthesis, transport,
and excretion. New York: Lange
Guyton, A.C. Hall, J.e. 2016. Buku Ajar Medical Books/McGraw-Hill.
Fisiologi kedokteran Edisi XII.
Jakarta: Penerbit Buku Murray, R, K. 2014. Biokimia Harper.
Kedokteran EGC. Edisi 29. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2010, 2012.
John, MF Adam. 2015. Klasifikasi dan Metodologi Penelitian
Kriteria Diagnosis Diabetes Kesehatan. Jakarta: Rineka
Melitus yang Baru. Cermin Cipta.
Dunia Kedokteran.
Paputangan, S, R., Sanusi, H. 2014.
Kementerian Kesehatan Republik Peranan pemeriksaan
Indonesia [Kemenkes R.I]. HbA1c pada pengelolaan
2014. Infodatin. Jakarta diabetes melitus. Sub
Selatan. endokrin metabolik.
badan ilmu penyakit dalam.
Kementerian Kesehatan Republik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia [Kemenkes R.I]. Hasanuddin.
2019. Pusat Data dan
Informasi. Jakarta Selatan. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
[PERKENI]. 2015.
Khudin, A, M. 2014. Hubungan Kadar Konsensus Pengelolaan dan
Gula Darah Sewaktu dengan Pencegahan Diabetes Melitus
Kejadian Store Iskemik Ulang di Tipe 2 di Indonesia.
RSUD Sukoharjo.Fakultas Jakarta : Pengurus Besar
Kedokteran Universitas Perkumpulan Endokrinologi
Muhammadiyah Surakarta. Indonesia.
79
Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. WHO. 2011. Use of glycated
haemoglobin (HbA1C)
Riset Kesehatan Dasar [RIKESDAS]. in the diagnosis of diabetes
2018. Hasil Utama RIKESDAS mellitus.Geneva: Abbreviated
2018. Report of a WHO Consultation.
80
3