Anda di halaman 1dari 100

UNIVERSITAS ANDALAS

HUBUNGAN KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER


INDEKS GLIKEMIK TINGGI DENGAN KADAR GLUKOSA
DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK
KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG TAHUN 2016

Oleh :

YOSI IRENE PUTRI


No. BP. 1411226027

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan


Penelitian Skripsi Sarjana Gizi

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER INDEKS


GLIKEMIK TINGGI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK
KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG TAHUN 2016

Oleh :

YOSI IRENE PUTRI


No. BP : 1411226027

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing Skripsi Prodi S1 Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

Padang, Juli 2016


Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Hafifatul Auliya Rahmy, SKM, MKM Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD, Sp.GK
NIP. 196305071990012001
PERNYATAAN PENGESAHAN

DATA MAHASISWA:
Nama Lengkap : Yosi Irene Putri
Nomor Buku Pokok : 1411226027
Tanggal Lahir : 13 Februari 1993
Tahun Masuk : 2014
Prodi : S1 Gizi
Nama Pembimbing Akademik : Putri Nilam Sari, SKM, M.Kes
Nama Pembimbing I : Hafifatul Auliya Rahmy, SKM, MKM
Nama Pembimbing II : Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD, Sp.GK
Nama Penguji I : Ice Yolanda Puri, S.SiT, M.Kes
Nama Penguji II : Vivi Triana, SKM, MPH
Nama Penguji III : Ratno Widoyo, SKM, MKM

JUDUL PENELITIAN:
HUBUNGAN KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER INDEKS
GLIKEMIK TINGGI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2016

Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah melakukan proses penelitian

skripsi, ujian usulan skripsi, dan ujian hasil skripsi untuk memenuhi persyaratan

akademik dan administrasi untuk mendapatkan gelar Sarjana Gizi Prodi S1 Gizi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

Padang, Juli 2016

Mengetahui, Mengesahakan,
Dekan FKM UNAND Ketua Prodi S1 Gizi

Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D Dr. Denas Symond, MCN


NIP. 198008052005011004 NIP. 195802201982011001
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama Lengkap : Yosi Irene Putri


Nomor Buku Pokok : 1411226027
Tanggal Lahir : 13 Februari 1993
Tahun Masuk : 2014
Prodi : S1 Gizi
Nama Pembimbing Akademik : Putri Nilam Sari, SKM, M.Kes
Nama Pembimbing I : Hafifatul Auliya Rahmy, SKM, MKM
Nama Pembimbing II : Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD
Nama Penguji I : Ice Yolanda Puri, S.SiT, M.Kes
Nama Penguji II : Vivi Triana, SKM, MPH
Nama Penguji III : Ratno Widoyo, SKM, MKM

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


skripsi saya yang berjudul :
“HUBUNGAN KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER INDEKS
GLIKEMIK TINGGI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM RSUP
DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2016”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, Juli 2016

Materei Rp. 6000

Yosi Irene Putri


No.BP: 1411226027
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yosi Irene Putri


NIM : 1411226027
Tempat/Tgl lahir : Padang/ 13 Februari 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. Taruko 1 Blok Q 11 B Kelurahan Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Kota Padang
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
No. HP : 081275054618
Email : yireneputri@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. 2011 – 2014 :  Jurusan DIII Gizi, Poltekkes Kemenkes Padang
2. 2008 – 2011 :   SMA Negeri 5 Padang
3. 2005 – 2008      :   SMP IT Adzkia Padang
4. 1992 – 1998      :   SD Negeri 03 Alai, Padang
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, Juli 2016

YOSI IRENE PUTRI, No. BP. 1411226027

HUBUNGAN KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER INDEKS


GLIKEMIK TINGGI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2016

ix + 73 halaman, 11 tabel, 5 gambar

ABSTRAK

Tujuan Penelitian
Penyakit DM sangat terkait dengan pola perilaku, termasuk pola makan. Konsumsi
makanan yang mengandung Indeks Glikemik (IG) tinggi dapat meningkatkan kadar
glukosa darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan konsumsi bahan
makanan sumber indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien
diabetes melitus di Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil Padang
tahun 2016.

Metode
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain crossectional. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 94
orang. Data yang diambil adalah karakteristik responden, hasil pemeriksaan
laboratorium dan konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi. Analisis
dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi.

Hasil
Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah 186,68 mg/dl,
konsumsi karbohidrat (KH) IG tinggi 518,44 gr/hari, konsumsi minuman IG tinggi
175,12 ml/hari dan konsumsi buah-buahan IG tinggi 49,95 gr/hari. Hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan bermakna antara konsumsi karbohidrat IG tinggi
(p=0,000, r=0,407), konsumsi minuman IG tinggi (p=0,001, r=0,333) dan konsumsi
buah-buahan IG tinggi (p=0,001, r=0,335) dengan kadar glukosa darah.

Kesimpulan
Konsumsi KH, minuman dan konsumsi buah-buahan yang mengandung IG tinggi
berhubungan dengan kadar glukosa darah. Diharapkan pada ahli gizi dapat
memberikan edukasi tentang makanan yang mengandung IG tinggi.

Daftar Pustaka : 53 (1998-2015)

Kata Kunci : Konsumsi Makanan Indeks Glikemik Tinggi, Kadar


Glukosa Darah, Diabetes Melitus
NUTRITION DEPARTEMENT FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY

Undergraduate thesis, July 2016

YOSI IRENE PUTRI, No. BP. 1411226027

THE RELATION OF CONSUMPTION OF MEALS WITH HIGH GLICEMIC


INDEX WITH THE BLOOD GLUCOSE LEVEL IN PATIENTS WITH
DIABETES MELLITUS AT INTERNE POLYCLINIC OF DR. M. DJAMIL
PADANG 2016.

ix + 73 page, 11 table, 5 picture

ABSTRACT

Objective of Research
Diabetet Mellitus (DM) is very related with behaviour, dietary habit. The
consumption of meal with high of Glicemic Index (GI) can increase the amount of
glucose in the blood (or blood glucose). The purpose of this research is to know the
correlation between the consumption of meal with high level of Glicemic Index with
blood glucose level in patients with diabetes mellitus at Interne Polyclinic of Dr. M.
Djamil Padang 2016.

Method
The kind of this research is analytic with crossectional study. Sampling that has been
done with accidental sampling method with 94 respondences. Data contains
respondence characteristic, laboratorium test result, and consumption of meals with
high glicemic index. The analysis was with univariate and bivariate. Bivariate
analysis use correlation test.

Result
Result of the study got the average of blood glucose levels was 186.68 mg/dl,
consumption of carbohydrate with high GI was 518.44 gr/day, beverage consumption
with high GI 175.12 ml/day, and fruits consumption with high GI was 49.95 gr/day.
The statistic test show that those have correlation between consumption of
carbohydrate with high GI (p=0.000, r=0.374), beverage consumption with high GI
(p=0.001, r=0.333), and fruits consumption with high GI (p=0.001, r=0.335) with
blood glucose levels.

Conclusion
Consumption of carbohydrate, beverage, and fruits with high GI are correlated with
blood glucose levels. We expected that nutritionists could give an education about
meals with high level of glicemic index.

Daftar Pustaka (Bibliography) : 53 (1998-2015)

Keywords : Consumption of Meals with High Level Glicemic Index,


Blood Glucose Index, Diabetes Mellitus
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT penulis haturkan karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Konsumsi Bahan Makanan Sumber Indeks Glikemik Tinggi Dengan Kadar Glukosa
Darah Di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2016”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Dalam mengerjakan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.
2. Bapak Dr. Denas Symond, MCN selaku ketua Prodi S1 Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.
3. Ibu Hafifatul Auliya Rahmy, SKM, MKM selaku pembimbing pertama
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan
nasehat untuk membimbing penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD, Sp.GK selaku
pembimbing kedua yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran serta
memberikan nasehat untuk membimbing penelitian dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Ice Yolanda Puri, S.SiT, M.Kes selaku penguji I yang telah
memberikan masukkan dan saran kepada penulis dalam skripsi ini.
6. Ibu Vivi Triana, SKM, MPH selaku penguji II yang telah memberikan
masukkan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini
7. Bapak Ratno Widoyo, SKM, MKM selaku penguji III yang telah
memberikan masukkan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi
ini
8. Ibu Putri Nilam Sari, SKM, M.Kes selaku pembimbing akademik yang
telah membantu dan memberikan arahan dalam proses perkuliahan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

i
9. Keluarga, terutama orang tua, kakak dan adik yang telah memberikan
motivasi, semangat dan do’a yang tulus tak ternilai.
10. Para dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini,
atas saran dan kritikan yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.

Padang, Juli 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING


PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN..........................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................ix
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................5
1.4.1 Bagi Peneliti.................................................................................................5
1.4.2 Bagi Responden...........................................................................................5
1.4.3 Bagi Institusi................................................................................................6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................6
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................7
2.1 Kadar Glukosa Darah.........................................................................................7
2.2 Diabetes Melitus.................................................................................................8
2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus........................................................................8
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus........................................................................8
2.2.3 Gejala dan Diagnosis Diabetes Melitus.......................................................9
2.2.4 Faktor Risiko Diabetes Melitus.................................................................11
2.3 Karbohidrat.......................................................................................................16
2.3.1 Pengertian Karbohidrat..............................................................................16
2.3.2 Klasifikasi Karbohidrat..............................................................................16
2.3.3 Pencernaan Karbohidrat.............................................................................18
2.3.4 Penentuan Indeks Glikemik Pangan..........................................................20

iii
2.4 Glukosa.............................................................................................................22
2.4.1 Metabolisme Glukosa................................................................................22
2.4.2 Regulasi Kadar Glukosa Darah..................................................................23
2.5 Indeks Glikemik................................................................................................24
2.5.1 Pengertian Indeks Glikemik.......................................................................24
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik...........................................26
2.6 Hubungan Konsumsi Bahan Sumber Indeks Glikemik Terhadap Diabetes
Melitus.............................................................................................................31
2.7 Telaah Sistematis..............................................................................................33
2.8 Kerangka Teori.................................................................................................38
2.9 Kerangka Konsep..............................................................................................39
2.10 Hipotesis ........................................................................................................40
BAB 3 : METODE PENELITIAN.............................................................................41
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................41
3.2 Waktu dan Tempat............................................................................................41
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................41
3.4 Pengumpulan Data............................................................................................43
3.5 Definisi Operasional.........................................................................................44
3.6 Pengolahan data................................................................................................45
3.7 Analisis Data.....................................................................................................46
BAB 4 : HASIL PENELITIAN..................................................................................48
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................48
4.2 Karakteristik Responden...................................................................................48
4.3 Analisis Univariat.............................................................................................50
4.3.1 Rata-Rata Kadar Glukosa Darah................................................................50
4.3.2 Rata-Rata Konsumsi Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi.......................51
4.3.3 Rata-Rata Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi..........................52
4.3.4 Rata-Rata Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi....................52
4.4 Analisis Bivariat...............................................................................................53
4.4.1 Hubungan Konsumsi Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi dengan
Kadar Glukosa Darah...............................................................................53
4.4.2 Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar Glukosa
Darah........................................................................................................55
4.4.3 Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar
Glukosa Darah..........................................................................................55
BAB 5 : PEMBAHASAN..........................................................................................57
5.1 Keterbatasan Penelitian....................................................................................57
5.2 Karakteristik Responden...................................................................................57

iv
5.3 Analisis Univariat.............................................................................................60
5.3.1 Glukosa Darah...........................................................................................60
5.3.2 Konsumsi Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi........................................61
5.3.3 Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi...........................................64
5.3.4 Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi.....................................65
5.4 Analisis Bivariat...............................................................................................66
5.4.1 Hubungan Konsumsi Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi dengan
Kadar Glukosa Darah...............................................................................66
5.4.2 Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar Glukosa
Darah........................................................................................................70
5.4.3 Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar
Glukosa Darah..........................................................................................72
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................74
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................74
6.2 Saran.................................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kadar Gula Darah Normal, IFG, IGT, dan Diabetes........................ 10

Tabel 2.2 Kategori pangan Menurut Indeks Glikemik..................................... 21

Tabel 2.3 Daftar Bahan Makanan yang mengandung Indeks Glikemik


tinggi............................................................................................. 27

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden di RSUP Dr. M. Djamil Padang


Tahun 2016....................................................................................... 50

Tabel 4.2 Distribusi Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Responden di RSUP


Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016................................................... 51

Tabel 4.3 Distribusi Rata-Rata Bahan Makanan Sumber Indeks Glikemik


Tinggi Responden di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016..... 52

Tabel 4.4 Distribusi Rata-Rata Konsumsi Minuman di RSUP Dr. M. Djamil


Padang Tahun 2016.......................................................................... 53

Tabel 4.5 Distribusi Rata-Rata Konsumsi Buah-buahan di RSUP Dr. M.


Djamil Padang Tahun 2016............................................................. 54

Tabel 4.6 Hubungan Bahan Makanan Sumber Indeks Glikemik Tinggi


dengan Kadar Glukosa Darah di RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2016....................................................................................... 55

Tabel 4.7 Hubungan Konsumsi Minuman dengan Kadar Glukosa Darah di


RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016....................................... 56

Tabel 4.8 Hubungan Konsumsi Buah-Buahan dengan Kadar Glukosa Darah


di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016................................... 57

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Area peningkatan dibawah kurva respon glukosa darah


merupakan jumlah A, B, C, D, E, F. Area di bawah garis dasar
tidak diperhitungkan........................................................... 22

Gambar 2.2 Skema penyerapan glukosa dari pangan ber-IG rendah (A) atau
tinggi (B) pada saluran pencernaan (atas) beserta kurva respon
glukosa dalam darah (bawah) .............................................. 22

Gambar 2.3 Gambaran metabolisme karbohidrat; jalur-jalur utama dan produk


akhir................................................................................. 24

Gambar 2.4 Skema kerangka teori hubungan pola konsumsi makanan sumber
indeks glikemik tinggi terhadap kadar glukosa darah.............. 39

Gambar 2.5 Skema konsep hubungan pola konsumsi makanan sumber indeks
glikemik tinggi terhadap kadar glukosa darah......................... 40

vii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

1. DM : Diabetes Melitus
2. IG : Indeks Glikemik
3. KH : Karbohidrat
4. ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut
5. WHO : World Health Organization
6. PERKENI : Persatuan Endokrinologi Indonesia
7. Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
8. TTGO : Test Toleransi Glukosa Oral
9. IDF : Internasional Diabetes Federal
10. ADA : American Diabetes Association
11. IFG : Impaired Fasting Glucose
12. TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
13. IGT : Impared Glucose Tolerance
14. IMT : Indeks Massa Tubuh
15. GDP : Glukosa Darah Puasa
16. Sdm : Sendok Makan
17. URT : Ukuran Rumah Tangga

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1 Informed Consent

2 Kuesioner Penelitian

3 Hasil Analisa Data

4 Master Tabel

5 Surat Izin Penelitian

6 Surat Keterangan Selesai Penelitian

7 Jadwal Penelitian

8 Kartu Kontak Penelitian

ix
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya

pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

timbulnya penyakit seperti infeksi cacing dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA),

bergeser menjadi faktor perilaku (gaya hidup). Selain perubahan gaya hidup,

kemajuan zaman juga mengubah sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun

di negara berkembang.(1) Hal tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah

masyarakat yang terkena penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif.

Organisasi kesehatan dunia tahun 2012 menjelaskan bahwa penyakit diabetes

melitus menempati posisi keempat yang merupakan risiko kematian terbesar di dunia

dengan jumlah penderita diabetes melitus didunia mencapai 347 juta orang dan lebih

dari 80% kematian yang diakibat diabetes melitus terjadi pada negara miskin dan

berkembang.(2)

Penyakit diabetes melitus (DM) berhubungan dengan hipertensi dan

gangguan metabolik lainnya atau yang disebut DM dengan komplikasi. Komplikasi

terutama disebabkan oleh sistem arteri dan saraf. Komplikasi meliputi retinopati

diabetes yang dapat menyebabkan kebutaan, nefropati diabetes yang berpotensi

terjadinya gagal ginjal, ulserasi kaki yang dapat menyebabkan gangren dan penyakit

kadiovaskular (penyakit jantung koroner dan stroke).(3)

Masalah DM di negara-negara berkembang menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi pada jumlah penderita DM di negara Asia Tenggara termasuk

Indonesia. Meningkatnya prevalensi DM di beberapa negara berkembang terjadi

karena peningkatan kemakmuran di negara tersebut.(4)

1
2

Penderita DM di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi

mencapai 21,3 juta orang dan mayoritas kelompok usia yang terkena DM sekitar 45

sampai 64 tahun.(5) Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, DM menduduki

peringkat keenam sebagai penyebab kematian.(6) Peningkatan prevalensi DM pada

tahun 2007 dan 2013 adalah 1,1 % menjadi 2,4 %. Data Riskesdas tahun 2007

menunjukkan proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54

tahun di daerah perkotaan penderita DM sebanyak 14,7%. Sedangkan daerah

pedesaan, penderita DM sebanyak 5,8%.(5)

Prevalensi kejadian DM di Sumatera Barat adalah 1,3 % dan diabetes yang

terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,8%. DM termasuk dalam 10 penyebab

kematian terbanyak di Kota Padang pada tahun 2013.(7) Data yang didapatkan dari

Dinas Kesehatan Kota Padang, penderita DM yang berobat ke rumah sakit pada

tahun 2012 tercatat kasus baru rawat jalan sebanyak 1.349 orang dan jumlah pasien

yang keluar dari rawat inap 4.818 orang.(8)

DM merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kekurangan

insulin baik absolut maupun relatif.(9) Peningkatan glukosa dalam darah terjadi akibat

adanya gangguan pada sistem gangguan metabolisme tubuh.

Penelitian yang dilakukan Hanum pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota

Cilegon didapatkan rata-rata kadar glukosa darah puasa 202,97 mg/dl ± 73,353 mg/dl

dengan nilai terendah 102 mg/dl dan nilai tertinggi 377 mg/dl. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian responden memiliki kadar glukosa darah puasa diatas nilai normal.
(10)

Penyakit DM sangat terkait dengan pola perilaku, termasuk pola makan dan

aktifitas fisik. Konsumsi makanan yang mengandung indeks glikemik (IG) tinggi
3

dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Dalam pengontrolan kadar gula darah

perlu dilaksanakan diet dengan pemilihan bahan makanan yang mengandung IG

rendah.(1)

IG adalah tingkatan pangan yang mempunyai efek terhadap peningkatan

kadar glukosa darah. Penelitian yang dilakukan oleh Rinnelya menyatakan bahwa IG

yang tinggi bila dikonsumsi akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah dengan

cepat dalam jumlah yang tinggi.(11) Sebaliknya, pangan dengan IG rendah dapat

memperbaiki pengendalian metabolik pada penderita DM tipe 2.(1) Hal tersebut

menunjukkan bahwa karbohidrat yang berbeda akan memberikan efek berbeda pada

kadar glukosa darah dan respon insulin, walaupun diberikan dalam jumlah (gram)

yang sama.

Upaya untuk mengendalikan kadar glukosa darah agar terhindar dari

penyakit-penyakit metabolik adalah dengan cara pemilihan makanan yang memiliki

IG yang rendah. Peran pangan yang IG rendah akan dicerna dan diubah menjadi

glukosa secara bertahap dan perlahan sehingga puncak kadar glukosa dalam darah

juga akan rendah yang fluktuasi meningkat. Hal ini akan mempengaruhi sekresi

insulin dan pemakaian glukosa di sel hati sehingga glukosa darah akan berkurang.

Banyak masyarakat yang belum memahami tentang pentingnya pengaruh IG

terhadap kadar glukosa darah seseorang.(12)

Data yang didapatkan dari rekam medik pasien rawat jalan RSUP. Dr. M.

Djamil Padang mengalami peningkatan dari tahun 2014 sampai 2015, dengan jumlah

pasien rawat jalan tahun 2014 berjumlah 784 dan pada tahun 2015 berjumlah 849

orang.(13) DM merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan

masyarakat. DM tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk

penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler dan geriatri.(1)


4

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang

“Hubungan Konsumsi Bahan Makanan Sumber Indeks Glikemik Tinggi dengan

Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Khusus Penyakit

Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016”.

1.2 Perumusan Masalah


Apakah ada hubungan konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik

tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di Poliklinik khusus

penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan konsumsi bahan makanan sumber indeks

glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di

Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui rata-rata kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di

Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016.

2. Mengetahui rata-rata konsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi pada

pasien diabetes melitus di Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M.

Djamil Padang tahun 2016.

3. Mengetahui rata-rata konsumsi minuman indeks glikemik tinggi pada pasien

diabetes melitus di Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang tahun 2016.


5

4. Mengetahui rata-rata konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi pada

pasien diabetes melitus di Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M.

Djamil Padang tahun 2016.

5. Mengetahui hubungan konsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi dengan

kadar glukosa darah pasien diabetes melitus di poliklinik khusus penyakit

dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016.

6. Mengetahui hubungan konsumsi minuman indeks glikemik tinggi dengan

kadar glukosa darah di poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M.

Djamil Padang tahun 2016.

7. Mengetahui hubungan konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi dengan

kadar glukosa darah di poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M.

Djamil Padang tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman serta dapat

mengembangkan kemampuan di bidang penelitian gizi klinik khususnya DM. Dapat

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh penulis selama mengikuti pendidikan di

S1 Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

1.4.2 Bagi Responden

Sebagai masukan bagi pasien DM mengenai konsumsi bahan makanan

sumber indeks glikemik tinggi hubungannya terhadap penyakit DM agar pasien

dapat mengontrol kadar glukosa darah dan mencegah terjadinya komplikasi.


6

1.4.3 Bagi Institusi

Dapat menambah informasi Poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang tentang hubungan konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi

dengan penyakit DM.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini tentang konsumsi bahan makanan sumber indeks

glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di

poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016. Variabel

dependen pada penelitian ini adalah kadar glukosa darah sedangkan variabel

independennya adalah konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi.

Penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2016 dengan menggunakan desain

crossectional.
7

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kadar Glukosa darah

Glukosa dalam darah didapatkan dari makanan yang mengandung KH dan

zat-zat lain yang bukan KH (protein dan lemak). Glukosa adalah pusat dari semua

metabolisme guna menghasilkan energi. Glukosa juga merupakan prekursor untuk

sintesis bermacam-macam gula lain yang diperlukan untuk pembentukan senyawa

khusus seperti laktosa, antigen pembentuk sel dan nukleotida. Glukosa juga

merupakan prekursor pokok bagi senyawa non KH; glukosa dapat diubah menjadi

lemak, asam amino dan nukleat.(14, 15)

Pada keadaan normal glukosa darah di atur oleh hormon insulin yang

diproduksi oleh sel β-pankreas, sehingga kadar glukosa darah selalu dibatas normal,

baik dalam keadaan puasa dan sesudah makan. Pengaturan fisiologi kadar glukosa

darah sebagian besar tergantung dari ekstraksi glukosa, sintersis glikogen dan

glikogenolisis dalam hati. Selainnya itu, jaringan-jaringan perifer otot dan adiposit

juga menggunakan glukosa darah sebagai sumber energi. Jaringan-jaringan ini juga

ikut berperan dalam mempertahankan kadar glukosa darah, meskipun secara

kuantitatif tidak sebesar hati.(16)

Peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan

sistem metabolisme dalam tubuh, terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin atau

kerja insulin. Peningkatan kadar glukosa ini yang disebut dengan hiperglikemia.(16)
8

2.2 Diabetes Melitus

2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) atau biasa disebut diabetes adalah penyakit kronik

yang timbul karena terlalu banyak glukosa dalam darah.(1) DM merupakan kumpulan

gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif.(17)

Penderita DM mengalami kerusakan dalam produksi maupun sistem kerja

insulin, sedangkan insulin sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme

karbohidrat. Akibatnya, penderita DM akan mengalami gangguan pada metabolisme

karbohidrat.(18)

Mengontrol kadar glukosa darah agar tetap stabil merupakan salah satu

mekanisme homeostasis. Sekitar 40-50 unit (15-20% jumlah total yang disimpan)

insulin di produksi setiap harinya.sekresi insulin distimulasi oleh kadar glukosa darah

yang naik dan juga asam amino, asam lemak bebas, benda keton, glukagon dan

sekretin. Insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan memfasilitasi masuknya

glukosa darah ke dalam jaringan yang sensitif terhadap insulin. Insulin juga

menstimulasi penyimpanan glukosa sebagai glikogen (glikogenesis) dan

meningkatkan metabolisme glukosa (glikolisis).(3)

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association tahun 2008, terbagi

4 bagian yaitu sebagai berikut.(19)

1. Diabetes tipe 1

DM tipe 1 (tergantung insulin) adalah kelainan sistemik akibat terjadinya

gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini
9

diakibatkan oleh kerusakan sel-β pankreas baik oleh proses autoimun maupun

idioptaik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti.(20)

2. Diabetes tipe 2

DM tipe 2 (tidak tergantung insulin) adalah DM yang lebih umum,

penderitanya lebih banyak dibandingkan DM tipe 1. Penderita DM tipe 2 mencapai

90 - 95 % dari keseluruhan populasi penderita diabetes. DM tipe 2 sering terjadi pada

usia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini di kalangan remaja dan anak-anak

populasi penderita DM tipe 2 meningkat. DM tipe 2 bukan disebabkan oleh

kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu

merespons insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut resistensi insulin.

Obesitas atau kegemukan sering dikaitkan dengan penderita DM tipe 2.(20)

3. Diabetes gestational

DM ini adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau mulai diketahui

selama pasien hamil. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai

pengaruh metaboliknya terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan merupakan

keadaan diabetogenik.(20)

4. Diabetes spesifik

DM ini disebabkan kelainan genetik fungsi sel-sel beta, kelainan genetik kerja

insulin, penyakit pankreas, gangguan endokrin, efek obat-obat, infeksi virus, dan

sindrom genetik.(20)

2.2.3 Gejala dan Diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala khas berupa

poliuria, polidipsia, polifagia, lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang
10

mungkin ditemukan pada pasien DM adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan

impotensia pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita.(21)

Menurut kriteria Internasional Diabetes Federation (IDF), American

Diabetes Association (ADA) dan Pekumpulan Endokrin Indokrinologi Indonesia

(Perkeni), kadar gula darah normal, IFG, IGT dan diabetes sebagai berikut (Tabel

2.1).(22)

Tabel 2.1 Kadar Gula Darah Normal, IFG, IGT, dan Diabetes

Kadar Gula Darah mg/dl mmol/dl


Normal
Puasa <100 <5,6
2 jam sesudah makan <140 <7,8
Impaired Fasting Glucose (IFG)
Puasa
≥100 dan <126 ≥5,6 dan <7,0
2 jam sesudah makan
<140 <7,8
Impaired Glucose Tolerance (IGT)
Puasa <126 ≤7,0
2 jam sesudah makan ≥140 dan <200 ≥7,8 dan <11,1
Diabetes
Puasa ≤126 ≥7,0
2 jam sesudah makan ≤200 ≥11,1
Sumber : Tandra H, 2014(22)

2.2.4 Faktor Risiko Diabetes Melitus

a. Faktor Keturunan

DM merupakan penyakit yang memiliki faktor risiko genetik. Gen adalah

faktor yang menentukan pewarisan sifat-sifat tertentu dari seseorang kepada

keturunannya. Seseorang yang memiliki kedua orang tua menderita DM beresiko

terkena DM. Faktor keturunan merupakan faktor pemicu diabetes yang tidak dapat

dimodifikasi. Memiliki riwayat DM dalam keluarga, maka risiko seseorang untuk

terkena penyakit gula darah ini menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang

lain yang tidak memiliki riwayat DM dalam keluarga.(20)


11

Penelitian yang dilakukan oleh Frankilawati tahun 2013 menunjukkan bahwa

ada hubungan antara genetik terhadap kejadian diabetes melitus tipe II (p=0,000)

dengan nilai OR= 25 sehingga dapat disimpulkan bahwa responden dengan riwayat

keluarga diabetes memiliki 25 kali lipat risiko terhadap kejadian diabetes melitus tipe

II.(23)

b. Gaya Hidup yang Salah

Setelah keturunan, faktor resiko DM adalah gaya hidup. Gaya hidup dapat

menentukan besar kecilnya risiko seseorang untuk terkena DM. Hal ini berkaitan

dengan pola makan dan aktivitas fisik yang dilakukan seseorang.(20)

Gaya hidup di perkotaan dengan pola makan yang tinggi lemak, garam, dan

gula mengakibatkan masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan secara

berlebihan, selain itu pola makanan yang serba instan saat ini sangat digemari oleh

sebagian masyarakat, tetapi dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah.

Penyakit menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif seperti diabetes

melitus meningkat sangat tajam. Perubahan pola penyakit ini diduga berhubungan

dengan cara hidup yang berubah.(24)

Penelitian yang dilakukan oleh Frankilawati tahun 2013 menunjukkan bahwa

ada hubungan antara kejadian diabetes melitus tipe II (p=0,000) dengan nilai OR=

10,0 dapat disimpulkan bahwa responden yang dengan pola makan yang buruk

memiliki 10 kali lipat risiko terhadap kejadian diabetes melitus tipe II.(23)

Selain pola makan yang mempengaruhi gaya hidup adalah aktivitas fisik.

Aktivitas fisik yang dilakukan minimal 3 sampai 4 kali dalam seminggu dalam kurun

waktu minimal 30 menit. Aktivtas fisik tidak harus aktivitas yang berat cukup

dengan berjalan kaki di pagi hari selama 30 menit atau lebih, ini sudah termasuk

dalam kriteria aktivitas fisik yang baik. Aktivitas fisik ini harus dilakukan secara
12

rutin agar kadar glukosa darah tetap pada batas normal. Namun, aktivitas yang

kurang akan menyebabkan penurunan sensistifitas sel pada insulin yang telah terjadi

menjadi bertambah parah karena tujuan dari dilakukannya aktivitas fisik adalah utuk

merangsang kembali sensitifitas dari sel terhadap insulin serta pengurangan lemak

sentral dan perubahan jaringan otot.(25)

c. Obesitas dan Pengaruhnya Terhadap Glukosa Darah

Obesitas adalah suatu penyakit yang multifaktorial (dipengaruhi banyak

faktor), kronik dan dianggap merupakan suatu penyakit epidemik yang mengglobal.

Kondisi obesitas sendiri didefinisikan sebagai suatu kelainan akibat penimbunan

jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan

antara asupan dengan penggunaan energi, dimana asupan lebih banyak dari pada

energi yang dikeluarkan.(20)

Penelitian yang dilakukan oleh Anugrah, dkk tahun 2013 menunjukkan

bahwa ada hubungan antara obesitas dengan DM tipe II pada pasien rawat jalan DM

Tipe 2 di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.(26)

d. Faktor Usia

Faktor usia merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau direkayasa.

Orang dengan usia 40 tahun mulai memiliki risiko terkena DM. Selanjutnya, semakin

bertambah usia maka semakin besar pula risiko seseorang mengalami DM tipe 2. Hal

ini terjadi karena usia bertambah membuat kondisi tubuh berkurang vitalitasnya.(20)

Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti diri dan mempertahankan

struktur serta fungsi normalnya. Dengan demikian, menua ditandai dengan

kehilangan secara progresif jaringan aktif tubuh yang sudah dimulai sejak usia 40
13

tahun disertai dengan menurunnya metabolisme basal sebesar 2% setiap tahunnya

yang disertai dengan perubahan disemua sistem didalam tubuh manusia.(20)

Pada penelitian yang dilakukan Kekenusa, dkk tahun 2014 menunjukkan

bahwa responden yang memiliki umur ≥45 tahun merupakan responden dengan

persentase paling besar (56,3%) dan terdapat hubungan antara umur dengan kejadian

DM Tipe 2 (p=0,000).(27)

e. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapatkan sejak lahir yang

dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki ataupun perempuan

memiliki risiko yang sama besar untuk terkena DM sampai usia dewasa awal.

Setelah usia 30 tahun, perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan

laki-laki.(28)

Dari hasil penelitian yang dilakukan Jelantik dan Haryati pada tahun 2013

didapatkan penderita DM lebih banyak berjenis kelamin perempuan (64,0 %)

dibandingkan berjenis kelamin laki-laki (36,0 %).(29)

f. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan mendewasakan seseorang

serta berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih

tepat. Dengan pendidikan yang tinggi diharapkan dapat berperilaku sehat yaitu

mencegah atau mengontrol penyakit DM pada dirinya dan meghindari faktor-faktor

risiko DM.(30)

Pada penelitian yang dilakukan Kekenusa, dkk tahun 2014 didapatkan

sebagian besar responden adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (46,7%), dan
14

sekitar 29% merupakan lulusan Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan

berarti ada kemungkinan semakin baik pula pengetahuan seseorang dalam mencegah

terjadinya peyakit termasuk DM Tipe 2.(27)

g. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan setiap hari dalam kehidupan.

Akumulasi aktivitas fisik sehari-hari merupakan faktor utama yang menentukan

sensitivitas insulin. Dalam sebuah penelitian, sebagian besar responden memiliki

pekerjaan sebagai pensiunan. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat

secara bertahap setelah mencapai usia 50 tahun. Untuk menurunkan kadar gula darah

tersebut perlu dilakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, sebab otot menggunakan

glukosa yang terdapat dalam darah sebagai energi.(31)

Pada penelitian yang dilakukan Kekenusa, dkk tahun 2014 didapatkan jenis

pekerjaan responden, yang terbanyak adalah responden yang tidak memiliki

pekerjaan (27,9%), kemudian responden yang pensiun (25,9%).(27)

h. Rokok dan Alkohol

Merokok dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terserang DM tipe 2

dibandingkan orang yang tidak merokok. Merokok dan DM memiliki keterkaitan,

merokok dapat menyebabkan DM dan merokok akan memperparah penyakit DM

yang telah diderita.(20)

Hubungan rokok dengan DM terkait dengan terjadinya resistensi insulin dan

gangguan terhadap produksi insulin oleh pankreas. Merokok tidak hanya bisa

meningkatkan risiko seseorang terserang DM tetapi juga komplikasi DM lainnya

yang lebih berbahaya. Komplikasi DM yang paling mematikan adalah tekanan darah

tinggi yang bisa menyebabkan penyakit jantung. Beberapa kandungan rokok dapat

merusak dinding pembuluh darah yang mengakibatkan adanya tekanan darah tinggi
15

dan stroke. Selain itu, aktivitas merokok dapat menyebabkan peradangan.

Peradangan ini akan susah diatasi sehingga penderita DM kemungkinan besar

diamputasi.(20)

Sama halnya dengan rokok, alkohol juga memiliki efek yang tidak beda jauh,

mengkonsumsi alkohol berlebih dapat meningkatkan resiko DM. Kaitan alkohol

dengan risiko DM adalah daya rusak alkohol terhadap organ-organ tubuh, khususnya

organ pankreas. Kerusakan pada organ ini menyebabkan produksi insulin terhambat

bahkan berhenti. Disamping itu, dapat mengakibatkan kerusakan saraf yang

berpotensi memicu sakit diberbagai bagian tubuh. Alkohol yang masuk kedalam

tubuh membuat hati kesulitan mendistribusikan insulin. Alkohol juga mengacaukan

pasokan glukosa dalam tubuh. Konsumsi yang berlebih bisa menggangggu pasokan

glukosa ke otak. (20)

i. Diabetes dan Kolesterol

DM yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa darah yang tinggi cendrung

meningkatkan kadar kolesterol. Kolesterol LDL pada penderita DM lebih ganas

karena bentuknya lebih padat dan ukurannya lebih kecil sehingga mudah masuk dan

menempel pada lapiran pembuluh darah yang lebih dalam. Sehingga pada penderita

DM kematian utama disebabkan oleh penyakit kardioserebrovaskular. Bagi pasien

DM sangat penting untuk menekan kolesterol khususnya LDL hingga <100 mg/dl.(20)

j. Stres
Stres merupakan faktor yang dapat membuat seseorang menjadi rentan dan

lemah, bukan secara mental tetapi fisik juga. Penelitian terbaru membuktikan

komponen kecemasan, depresi, dan gangguan tidur malam hari adalah faktor pemicu

terjadinya penyakit DM khususnya dikalangan pria. Seseorang yang mengalami stres

cendrung memiliki gaya hidup dan pola makan yang buruk. Dua hal ini merupakan

faktor resiko timbulnya DM.(20)


16

k. Bahan-bahan Kimia dan Obat-Obatan

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang

pankreas, radang pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga

tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.
(32)

l. Penyakit dan Infeksi Pankreas

Infeksi organisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang

pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada

sektesi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.(32)

2.3 Karbohidrat

2.3.1 Pengertian Karbohidrat

Karbohidrat (KH) merupakan sumber energi yang didapat dari makanan yang

berasal dari tumbuh-tumbuhan (sereal, umbi-umbian dan biji-bijian) seperti beras,

jagung, singkong, ubi jalar, gandum, maizena, rye, oatmeal (havermut) dan lain-lain.

KH dibentuk oleh tiga unsur, yaitu karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)

dengan perbandingan 1:2:1 dengan rumus empiris glukosa (gula sederhana) adalah

C6H12O6 atau (CH2O)6 . (1, 3, 33)

Kebutuhan KH sebanyak 60-70% dari kebutuhan energi manusia. KH

Setiap satu gram karbohidrat dapat menghasilkan energi sekitar 4 kilokalori.

Konversikan 1 kalori = 4,2 joule, maka 1 gram karbohidrat menghasilkan energi

sebesar 16,8 kilojoule.

2.3.2 Klasifikasi Karbohidrat

Berdasarkan jumlah molekul gula sederhana pembentuk KH digolongkan

menjadi monosakarida (1 molekul), disakarida (2 molekul), oligosakarida (3 – 10


17

molekul), dan polisakarida (10 molekul). beberapa buku membagi KH menjadi 3

golongan dengan memasukkan disakarida menjadi bagian dari oligosakarida.(1)

Monosakarida adalah bentuk KH paling sederhana. Monosakarida hanya

memiliki satu molekul gula sederhana. Gula sederhana umumnya pembentuk KH

adalah galaktosa, glukosa dan fruktosa.(1)

Disakarida terbentuk dari dua molekul gula sederhana. Kedua molekul gula

sederhana tersebut dihubungkan dengan ikatan kovalen. Contoh disakarida adalah

sukrosa (glukosa + fruktosa), laktosa (glukosa + galaktosa) dan maltosa (glukosa +

glukosa).(1)

Oligosakarida disusun oleh 3-10 gula sederhana. Contoh oligosakarida antara

lain raffinose (3 molekul) dan stachyose (4 molekul).(1) Oligosakarida lainnya adalah

rafinosa, stakiosa dan verbaskosa terdiri dari atas unit-unit glukosa, fruktosa dan

galaktosa. Ketiga jenis ini terdapat dalam biji-bijian dan kacang-kacangan.(33)

Polisakarida adalah golongan KH yang paling banyak ditemukan pada

tanaman dan hewan. Polisakarida ini disebut juga KH kompleks yang mengandung

sampai 3000 unit gula sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai bercabang dan

tidak bercabang. Jenis polisakarida adalah pati, selulosa, dekstrin, glikogen dan

polisakarida nonpati.(1, 33)

Pati banyak terdapat pada umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar, kentang

dan biji-bijian (padi, gandum dan jagung). Berdasarkan ada atau tidaknya cabang

pada rantai polimer glukosa, pati dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amilosa (rantai

tidak bercabang) dan amilopektin (rantai bercabang).(1)

Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan simpanan KH

didalam tubuh manusia dan hewan yang terutama terdapat pada hati dan otot.
18

Glikogen terdiri atas unit-unit glukosa dalam bentuk rantai lebih bercabang dari

amilopektin. Struktur yang lebih bercabang ini membuat lebih mudah dipecah.(33)

Selulosa adalah salah satu polisakarida struktural ekstraselular pada dinding

sel tumbuhan dan permukaan dalam sel hewan. Selulosa dibentuk oleh rantai tidak

bercabang dari 10.000 atau lebih molekul glukosa. Selulosa tidak larut didalam air

dan tidak dapat dihidrolisis oleh enzim yang terdapat disaluran pencernaan manusia.

Sementara, pati dan glikogen dapat dicerna dengan mudah oleh enzim amilase

didalam saluran pencernaan manusia.(1)

Dekstrin merupakan produk antara pada pencernaan pati atau bentuk melalui

hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan sumber utama KH dalam makanan lewat

pipa (tube feeding).(33)

Polisakarida nonpati/serat adalah komponen dalam makanan yang tidak

tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat diserap oleh saluran

pencernaan. Ada dua golongan serat, yaitu yang tidak dapat larut dan yang dapat

larut dalam air. Serat yang tidak larut adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin.

Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pektin, gum, mukilase, glukan dan algal.
(1, 33)

2.3.3 Pencernaan Karbohidrat


Strukur KH yang panjang (KH kompleks) sebelum masuk ke usus harus

dicerna dulu menjadi ukuran yang kecil (KH tereduksi). Tujuan pencernaan KH

adalah membentuk molekul-molekul kecil sehingga dapat diserap melalui dinding

usus. Pencernaan KH untuk persiapan proses metabolisme. Proses perubahan KH

kompleks menjadi gula sederhana disebut hidrolisis.(1)

Semua sistem pencernaan, mulut dan lumen usus berperan dalam pencernaan

KH. Pencernaan KH kompleks dimulai dari usus. Dimulut terdapat enzim amilase
19

(air ludah) yang dapat memecah KH rantai panjang. KH dengan struktur yang lebih

pendek melewati mulut tanpa mengalami proses pencernaan.(1)

Di lambung, pencernaan KH berhenti sementara karena keasaaman lambung

yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan enzim amilase tidak dapat bekerja.

Pencernaan KH selanjutnya berlangsung diusus halus. Campuran KH yang memiliki

keasamaan tinggi dari lambung, kemudian masuk ke usus halus yang akan

dinetralkan keasamaanya oleh bikarbonat yang disekresikan oleh pankreas.

Mengakibatkan enzim amilase aktif kembali.(1)

Pencernaan diakhiri di sel mukosa usus halus. Sel mukosa usus halus dapat

mensintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk memecah KH menjadi lebih

pendek. Enzim-enzim yang dihasilkan oleh sel mukosa usus diantaranya isomaltase

(untuk menguraikan isomaltosa), sukrase (untuk menguraikan sukrosa), dan laktase

(untuk menguraikan laktosa). Hasil pencernaan ini KH pada tahap ini adalah glukosa,

fruktosa dan galaktosa. Ketiga jenis KH sederhana ini siap diserap melalui usus

halus. Kemudian akan di bawa ke hati oleh darah untuk disimpan atau diproses lebih

lanjut.(1)

KH yang dipecah secara cepat selama proses pencernaan memiliki IG tinggi.

Respon gula darah terhadap jenis pangan (KH) ini cepat dan tinggi. Sehingga

glukosa dalam darah meningkat cepat. Sebaliknya, KH yang dipecah dengan lambat

memiliki IG rendah sehingga melepaskan glukosa kedalam darah lebih lambat .(1)

Kategori pangan menurut rentangan IG dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Kategori pangan Menurut Indeks Glikemik

Kategori Pangan Indeks Glikemik (%)


IG rendah <55
IG sedang 55 – 70
IG tinggi >70
Sumber : Rimbawa dan Albiner S, 2004(1)
20

Pada penelitian yang dilakukan oleh Azka Amanina tahun 2015 menunjukkan

bahwa ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan kejadian DM tipe II (p=

0,004) dengan nilai OR=3,85 sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang yang

asupan karbohidratnya tinggi berisiko sebesar 3,85 kali lebih tinggi untuk mengalami

kejadian DM tipe II.(34)

2.3.4 Penentuan Indeks Glikemik Pangan

Pangan rujukan yang direkomendasikan untuk uji IG yaitu glukosa. Akan

tetapi, untuk tujuan praktis pangan rujukan selain glukosa, seperti roti putih dapat

digunakan. Untuk uji IG pangan, sebaiknya takaran saji yang digunakan setara

dengan 50 g karbohidrat tersedia. Namun, untuk pangan dengan kandungan

karbohidrat tersedia rendah sampai sedang, takaran karbohidrat tersedia dapat

diturunkan menjadi 25 g untuk menghindari takaran saji yang terlalu besar (tidak

realistis) untuk dikonsumsi.(35)

luasarea dibawah kurva dari pangan uji


IG= x 100 %
luas area dibawah kurva dari panganrujukan

Gambar 2.1 Area peningkatan dibawah kurva respon glukosa darah


merupakan jumlah A, B, C, D, E, F. Area di bawah garis dasar tidak
diperhitungkan(35)
21

Gambar 2.2 Skema penyerapan glukosa dari pangan ber-IG rendah (A)
atau tinggi (B) pada saluran pencernaan (atas) beserta kurva respon
glukosa dalam darah (bawah) (35)

Secara metabolik, pangan ber-IG rendah dan tinggi dapat dibedakan

berdasarkan kecepatan pencernaan dan penyerapan glukosa, serta fluktuasi kadarnya

dalam darah (Gambar 2.2). Pangan ber-IG rendah (Gambar 2.2A) diantaranya

memiliki karakteristik yang dapat menyebabkan proses pencernaan di dalam perut

berjalan lambat, sehingga laju pengosongan perut (gastric emptying rate) pun

berlangsung lambat. Hal ini mengakibatkan suspensi pangan yang telah mengalami

pencernaan di perut (chyme) lebih lambat mencapai usus kecil, sehingga pencernaan

karbohidrat lebih lanjut dan penyerapan glukosa di usus kecil terjadi secara lambat.

Demikian pula, pada pangan ber-IG rendah, sebagian besar penyerapan glukosa

terjadi di usus kecil bagian atas (duodenum) dan bagian tengah (jejunum).(35)

Pada akhirnya, fluktuasi kadar glukosa darah pun relatif kecil yang

ditunjukkan dengan landainya kurva respon glikemik. Dengan karakteristik

metabolik tersebut, pangan ber-IG rendah dapat mengurangi respon glikemik dan

insulin, sehingga secara keseluruhan dapat memperbaiki kadar glukosa dan lemak
22

darah, baik pada pasien DM maupun pada orang sehat, proses sebaliknya terjadi pada

pangan ber-IG tinggi (Gambar 2.2B).(35)

Dalam hal ini, laju pengosongan perut, pencernaan karbohidrat dan

penyerapan glukosa berlangsung cepat. Sebagian besar penyerapan glukosa hanya

terjadi di usus kecil bagian atas sehingga kurva respon glikemik dicirikan dengan

tingginya fluktuasi kadar glukosa darah.(35)

2.4 Glukosa

2.4.1 Metabolisme Glukosa

Glukosa adalah karbohidrat terpenting, kebanyakan karbohidrat dalam

makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula lain diubah

menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah prekursor untuk sintesis semua karbohidrat

lain di tubuh, termasuk glikogen untuk penyimpanan; ribosa dan deoksiribosa dalam

asam nukleat; galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan sebagai kombinasi

dengan protein dalam glikoprotein dan proteoglikan.(36)

Gambar 2.3 Gambaran metabolisme karbohidrat; jalur-jalur utama dan


produk akhir(36)
23

Glukosa dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis, yang dapat

terjadi secara anaerob, dengan produk akhir yaitu laktat. Jaringan aerobik

memetabolisme piruvat menjadi asetil-KoA, yang dapat memasuki siklus asam sitrat

untuk oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O, berhubungan dengan pembentukan

ATP dalam proses fosforilasi oksidatif.(36)

Glukosa dan metabolitnya juga ambil bagian dalam beberapa proses lain,

seperti: konversi menjadi polimer glikogen di otot rangka dan hepar; jalur pentosa

fosfat yang merupakan jalur alternaltif dalam glikolisis untuk biosintesis molekul

pereduksi (NADPH) dan sumber ribosa bagi sintesis asam nukleat; triosa fosfat

membentuk gugus gliserol dari triasilgliserol ; serta piruvat dan zat-zat antara dalam

siklus asam sitrat yang menyediakan kerangka karbon untuk sintesis asam amino,

dan asetil-KoA sebagai prekursor asam lemak dan kolesterol.(36)

2.4.2 Regulasi Kadar Glukosa Darah

Glukosa adalah satu-satunya nutrisi yang dalam keadaan normal dapat

digunakan oleh otak, retina, dan epitel germinal dari gonad. Kadar glukosa darah

harus dijaga dalam konsentrasi yang cukup untuk menyediakan nutrisi bagi organ –

organ tubuh. Namun sebaliknya, konsentrasi glukosa darah yang terlalu tinggi juga

dapat memberikan dampak negatif seperti diuresis osmotik dan dehidrasi pada sel.

Oleh karena itu, glukosa darah perlu dijaga dalam konsentrasi yang konstan.(37)

Pada orang normal, konsentrasi glukosa darah dikontrol dalam rentang yang

cukup sempit, biasanya antara 80 dan 90 mg/100ml darah dalam keadaan puasa

setiap pagi sebelum sarapan. Konsentrasi ini meningkat menjadi 120 sampai 140 mg/

100 ml selama sekitar satu jam pertama setelah makan, namun sistem umpan balik

untuk kontrol glukosa darah mengembalikan kadar glukosa ke rentang normal


24

dengan cepat, biasanya dalam 2 jam setelah absorpsi karbohidrat terakhir.

Sebaliknya, dalam keadaan starvasi, fungsi glukoneogenesis dari hepar menyediakan

glukosa yang diperlukan untuk mempertahankan kadar glukosa darah puasa.(37)

Baik insulin maupun glukagon berfungsi sebagai sistem kontrol umpan balik

yang penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah. Ketika terjadi

peningkatan kadar glukosa darah, insulin disekresikan. Sebaliknya, ketika terjadi

penurunan kadar glukosa darah, glukagon yang memiliki fungsi berlawanan dari

insulin akan disekresikan.(37)

Hepar berfungsi sebagai sistem buffer yang penting untuk glukosa darah.

Ketika kadar glukosa darah meningkat setelah makan dan laju sekresi insulin juga

meningkat, dua pertiga dari glukosa yang diabsorpsi usus langsung disimpan di

dalam hepar dalam bentuk glikogen. Kemudian, ketika konsentrasi glukosa darah

dan laju sekresi insulin mulai menurun, hepar akan melepaskan kembali glukosa ke

aliran darah.(37)

2.5 Indeks Glikemik

2.5.1 Pengertian Indeks Glikemik

Indeks glikemik (IG) memberi petunjuk pengaruh makanan (pangan)

terhadap glukosa darah dan respon insulin. IG memberikan cara yang lebih mudah

dan efektif untuk mengendalikan fluktuasi kadar glukosa darah. (1) Respon glikemik

merupakan kondisi fisiologis kadar glukosa darah selama periode tertentu setelah

seseorang mengkonsumsi makanan. KH yang berasal dari tanaman yang berbeda

memiliki respon indeks glikemik yang berbeda pula.(38)

Tingkatan IG pangan terdiri dari IG tinggi, IG sedang dan IG rendah. Pangan

yang meningkatkan kadar glukosa darah dengan cepat memiliki IG tinggi.


25

Sebaliknya pangan yang meningkatkan kadar glukosa darah dengan lambat memiliki

IG rendah.(1)

IG merupakan cara ilmiah untuk menentukan makanan bagi penderita DM.

IG membantu penderita memilih jenis karbohidrat yang tepat untuk mengendalikan

glukosa darahnya. Dengan mengetahui IG pangan, penderita DM dapat memilih

makanan yang tidak menaikan glukosa darah secara drastis sehingga glukosa darah

dapat dikontrol.(1)

Tabel 2.3 Daftar Bahan Makanan yang mengandung Indeks


Glikemik tinggi

No Jenis/nama makanan IG (%)


Padi-padian dan bijian
1 Nasi putih 98
2 Ketan (hitam/putih) 91-105
3 Pop corn 89
4 Sereal dengan bahan baku biji- 93
bijian
Roti
1 Donat 76
2 Roti Tawar 70
3 Kue beras 82
4 Pizza 80
5 Cupcake 73
Biskuit dan creckers
1 Roti kering dengan bahan 74
pengembang (bahan utama
tepung terigu)
2 Wafer 77
Umbi-umbian
1 Kentang 75
2 Wortel 72-112
3 Singkong 70
Pasta dan mie
1 Jeli kacang 80
2 Macaroni 71
3 Bihun >70
Gula
1 Glukosa 92
2 Maltosa 93
26

3 Sukrosa 73
Minuman
1 Minuman yang manis >70
mengandung gula murni
2 Es krim 53-83
Buah
1 Semangka 72
2 Kurma 80
3 Sukun >70
4 Kismis >70
5 Leci >70
6 Buah Kaleng >70
Sumber : Rimbawa dan Albiner S, 2004 dan Dwi Hantoro, 2012 (1, 39)

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik

Faktor-faktor yang mempengaruhi IG pada pangan antara lain adalah kadar

serat, perbandingan amilosa dan amilopektin, daya cerna pati, kadar lemak dan

protein, dan cara pengolahan. Masing-masing komponen bahan pangan memberikan

kontribusi dan saling berpengaruh hingga menghasilkan respons glikemik tertentu.(38)

a. Komposisi Gula

Gula sederhana yang terdiri atas monosakarida dan disakarida merupakan

karbohidrat utama yang terdapat dalam buah. Namun demikian, setiap jenis buah

mengandung komponen gula dan gula total yang berbeda. Di samping monosakarida

(glukosa, fruktosa) dan disakarida (sukrosa), sorbitol yang merupakan polyols (gula

alkohol) juga terkandung dalam buah khususnya yang tergolong keluarga Rosaceae,

seperti apel, aprikot, ceri, pir dan Ampelidaceae, seperti anggur. Campuran

komponen-komponen gula tersebut yang menentukan derajat kemanisan buah yang

dikonsumsi.(35)

Gula yang dikandung dalam pangan akan mengalami pencernaan yang cepat

dan sebagian besar gula diserap oleh usus kecil dengan mudah. Oleh karena itu,

sejumlah Penelitian telah melakukan studi korelasi antara komposisi gula dan nilai
27

IG buah. Meningkatnya IG buah dengan tingginya konsentrasi glukosa total diduga

karena proses penyerapan glukosa di usus kecil terjadi melalui transport aktif.

Sebaliknya, rendahnya IG buah yang memiliki kandungan fruktosa tinggi diduga

karena proses penyerapan fruktosa diusus kecil terjadi lebih lambat dibandingkan

monosakarida lainnya, yaitu melalui proses difusi. Fruktosa yang telah diserap secara

cepat “ditarik” dari peredaran darah dan mengalami metabolisme di hati, sehingga

tidak menimbulkan respon glikemik yang tinggi.(35)

Kelebihan fruktosa lainnya yaitu memiliki derajat kemanisan (degree of

sweetnes) yang lebih tinggi dibandingkan jenis gula lainnya. Sehingga, buah dengan

kandungan gula utama berupa fruktosa selain memiliki IG yang relatif rendah, juga

rasanya manis. (35)

b. Kadar Serat Pangan

Serat pangan merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman

seperti pada buah-buahan, sayuran, serealia, dan aneka umbi. Komponen serat

pangan meliputi polisakarida yang tidak dapat dicerna, seperti selulosa,

hemiselulosa, oligosakarida, pektin, gum dan waxes . Keberadaan serat pangan dapat

memengaruhi kadar glukosa darah. Secara umum, kandungan serat pangan yang

tinggi berkontribusi pada nilai IG yang rendah.(38)

Ada beberapa efek fisiologis serat yang memepengaruhi pengaturan energi.

Kandungan energi serat per unit bobot pangan adalah rendah. Oleh karena itu,

penambahan serat pada diet efektif menurunkan kerapatan (densitas) energi, terutama

serat larut tersebut mengikat air. Selain itu, pangan yang mengandung serat yang

tinggi dapat meningkatkan pelebaran (distensi) lambung yang berkaitan dengan

peningkatan rasa kenyang. Serat terfermentasi mendorong peningkatan produksi

hormon usus yang berkaitan dengan sinyal lapar. Dengan demikian, serat yang lebih
28

larut yang terfermentasikan dari buah dan sayur dapat menurunkan penyerapan

seluruh lemak dan protein.(1)

c. Kadar Amilosa dan Amilopektin

Ada 2 kelompok pati di dalam pangan, yaitu amilosa dan amilopektin.

Amilosa adalah polimer gula sederhana yang tidak bercabang. Struktur yang tidak

bercabang ini membuat amilosa terikat lebih kuat sehingga sulit tergelatinisasi dan

akibatnya sulit dicerna. Sedangkan, amilopektin adalah polimer gula sederhana yang

bercabang yang memiliki ukuran molekul lebih besar dan lebih terbuka. Dengan

demikian, amilopektin lebih mudah tergelatinisasi dan akhirnya lebih mudah dicerna.
(1)
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pangan yang memiliki proporsi

amilosa lebih tinggi dibanding amilopektin memiliki nilai IG yang lebih rendah,

begitu juga sebaliknya. (38)

Hasil penelitian Indrasari et al., menunjukkan beras berkadar amilosa rendah

cenderung mempunyai IG tinggi, beras beramilosa sedang memiliki IG sedang, dan

beras beramilosa tinggi mempunyai IG rendah. Hasil serupa dilaporkan Hu et al.,

bahwa varietas padi dengan amilosa semakin tinggi mempunyai IG yang semakin

rendah.(35)

Kadar amilosa yang tinggi pada beras dapat memperlambat pencernaan pati

sehingga menyebabkan IG rendah. Laju pencernaan yang lebih lambat setelah

mengonsumsi nasi dari beras berkadar amilosa tinggi diduga pada saat pengolahan

atau pemanasan, amilosa membentuk kompleks dengan lipid, sehingga menurunkan

kerentanan terhadap hidrolisis enzimatik. Beras beramilosa tinggi mempunyai tekstur

pera dan rasa nasi yang kurang enak, namun memiliki nilai IG yang cenderung

rendah. Jagung merupakan serealia lain yang sering dikonsumsi sumber karbohidrat.
(38)
29

d. Daya Cerna Pati

Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dihidrolisis

oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana. Enzim pemecah

pati dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu endo-amilase dan ekso-amilase. Enzim

alfa-amilase termasuk ke dalam golongan endo-amilase yang bekerja memutus ikatan

di dalam molekul amilosa dan amilopektin.(38)

Proses pencernaan pati dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik menyebabkan pati dicerna pada usus halus. Faktor

intrinsik berkaitan erat dengan sifat alami pati, seperti ukuran granula,

keberadaannya pada matrik pangan, serta jumlah dan ukuran pori pada permukaan

pati. Ukuran granula pati berkaitan dengan luas penampang permukaan totalnya.

Semakin kecil ukuran granula pati, semakin besar luas permukaan total granula pati

tersebut. Dengan luas permukaan yang lebih besar, enzim pemecah pati memiliki

area yang lebih luas untuk menghidrolisis pati menjadi glukosa. Semakin mudah

enzim bekerja, semakin cepat pencernaan dan penyerapan karbohidrat pati.(38)

e. Kadar Lemak dan Protein

Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh yang lebih efektif daripada

karbohidrat dan protein. Satu gram lemak menghasilkan 9 kkal energi, sedangkan

karbohidrat dan protein hanya menghasilkan energi 4 kkal. Protein adalah sumber

asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N. Fungsi utama protein

adalah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah

ada. Protein juga berfungsi sebagai zat pengatur proses metabolisme tubuh.(38)

Pangan dengan kadar lemak yang tinggi cenderung memperlambat laju

pengosongan lambung, sehingga laju pencernaan makanan pada usus halus juga

lambat. Sementara itu, kadar protein yang tinggi diduga merangsang sekresi insulin
30

sehingga glukosa dalam darah tidak berlebih dan terkendali. Oleh karena itu, pangan

dengan kandungan lemak dan protein tinggi cenderung memiliki IG lebih rendah

dibandingkan dengan pangan sejenis yang berkadar lemak dan protein rendah.(1)

Oku et al. menyatakan bahwa pangan dengan IG rendah dapat

menghasilkan banyak energi jika mengandung banyak lemak dan protein. Namun,

pangan berlemak harus dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan. Total konsumsi lemak

tidak boleh melebihi 30% dari total energi dan total konsumsi lemak jenuh tidak

melebihi 10% dari total energi.(40)

f. Cara Pengolahan

Salah satu faktor yang memengaruhi nilai IG suatu produk pangan adalah cara

pengolahan, seperti pemanasan (pengukusan, perebusan, penggorengan) dan

penggilingan (penepungan) untuk memperkecil ukuran partikel. Cara pengolahan

dapat mengubah sifat fisikokimia suatu bahan pangan seperti kadar lemak dan

protein, daya cerna, serta ukuran pati maupun zat gizi lainnya.(38)

g. Kadar Anti Gizi Pangan

Beberapa pangan secara ilmiah mengandung zat yang dapat menyebabkan

keracunan bila jumlahnya besar. Zat yang berpotensi menyebabkan efek merugikan

terhadap status gizi disebut zat anti gizi. Misalnya, kacang polong mengandung

enzim penghambat yang dapat menyebabkan rasa sakit pada lambung bila pangan ini

tidak dimasak dengan matang. Beberapa zat anti gizi tetap aktif walaupun sudah

melalui proses pemasakan. Zat anti gizi pada biji-bijian dapat memperlambat

pencernaan karbohidrat di dalam usus halus. Akibatnya, IG pangan menurun.(1)


31

2.6 Hubungan Konsumsi Bahan Sumber Indeks Glikemik Terhadap Diabetes

Melitus

Diabetes biasanya berhubungan dengan pola makanan. Makanan yang

dikonsumsi oleh seseorang dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah yang

disebut dengan istilah Indeks Glikemik (IG). Makanan dengan IG yang lebih rendah

akan menimbulkan rasa kenyang yang lebih besar. Perubahan yang berbeda pada

kadar glukosa dan/atau insulin dapat memberikan efek lebih lanjut pada asupan

makanan atau pada peningkatan berat badan serta obesitas.(41)

Sebagai upaya untuk mencegah peningkatan prevalensi DM pengaturan diet

menjadi salah satu cara yang efektif untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah

dan menurunkan kadar glukosa darah, antara lain dapat dengan mengkonsumsi

makanan tinggi serat dan berindeks glikemik rendah. Peran pangan yang berindeks

glikemik rendah yaitu akan dicernanya dan diubah menjadi glukosa secara bertahap

dan perlahan sehingga puncak kadar glukosa darah juga akan rendah. Hal ini akan

berpengaruh terhadap peningkatan sekresi insulin dan pemakaian glukosa oleh sel

hati sehingga kadar gula darah akan menjadi berkurang.(41)

KH yang cepat menjadi glukosa bertanda bahwa indeks glikemiknya tinggi

akan mengakibatkan kadar glukosa darah tidak terkontrol begitupun sebaliknya jika

lambat dalam menjadi glukosa, maka makanan berkarbohidrat tersebut mengandung

indeks glikemik rendah dan kadar glukosa darah terkontrol. Begitu pula yang

dikatakan bahwa indeks glikemik ialah angka yang menunjukkan potensi

peningkatan kadar glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu makanan.

Makanan yang mempunyai IG tinggi bila dikonsumsi akan meningkatkan kadar

glukosa darah dalam darah dengan cepat dalam jumlah yang tinggi.(41)
32

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sinta Mukti Permatasari tahun 2014,

mengetahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara Asupan IG terhadap

pengontrolan gula darah. Asupan IG pada pasien DM tipe 2 berhubungan dengan

kontrol gula darah.(42)


2.7 Telaah Sistematis

Judul Skripsi/Tesis/ Nama Desain Lokasi/Populasi/


Hasil Penelitian
Disertasi peneliti Penelitian Sampel
Hubungan Estimasi Nilai Sinta Mukti Cross Sectional 1. Lokasi : RSUP 1. Terdapat hubungan antara asupan IG, BG,
Indeks Glikemik Dan Permatasari Dr.Sardjito dan jadwal makan terhadap kontrol gula
Beban Glikemik Asupan Yogyakarta darah
Makan Dengan Kontrol 2. Populasi : semua 2. Tidak terdapat hubungan antara lama
Gula Darah pasien rawat jalan terdiagnosis DM, status gizi, aktivitas fisik,
Pasien Diabetes Melitus diabetes melitus tipe 2 dan tingkat pendidikan dengan kontrol
Tipe 2rawat Jalan Rsup 3. Pemilihan sampel : gula darah
Dr. Sardjito Yogyakarta menggunakan
consecutive sampling
dengan jumlah sampel
79 orang
Indeks Glikemik Buah Hoerudin Studi literatur - Berdasarkan hasil penelitian pada 25 jenis
dan Implikasinya Dalam buah selama tiga dekade terakhir diketahui
Pengendalian Kadar bahwa buah memiliki nilai (tengah) IG yang
Glukosa Darah sangat bervariasi yaitu dari IG 19 untuk
jambu biji hingga IG 68 untuk nenas, yang
berarti tergolong rendah hingga sedang, baik
pada diabetesi maupun orang sehat.
Dengan demikian, orang dengan gangguan
toleransi glukosa, seperti diabetesi, tetap
memiliki pilihan jenis buah yang cukup
beragam untuk dikonsumsi sesuai kondisi
kesehatannya. Namun demikian,
ketersediaan data IG buah tropis, seperti

33
34

buah lokal Indonesia, masih sangat terbatas


dan memerlukan penelitian lebih intensif.
Bervariasinya nilai IG buah dipengaruhi
oleh sifat-sifat intrinsik yang meliputi
komposisi gula, struktur dan serat pangan,
konsentrasi solut dan asam organik,
kandungan senyawa polifenol, dan tingkat
kematangan buah.
Penurunan Indeks 1. Sri Studi - Proses pratanak dapat meningkatkan kadar
Glikemik Berbagai Widowati eksperimental amilosa (15,44-26,32% menjadi 19,35-
Varietas Beras 2. 27,23%) dan serat pangan (4,67-7,57%
Melalui Proses Pratanak B.A.Susila menjadi 8,19-10,27%), tetapi menurunkan
Santosa daya cerna pati in vitro (62,21-78,63%
3. Made menjadi 36,40-49,74%).
Astawan Proses pratanak menunjukkan hasil positif
4. Akhyar untuk memproduksi beras ig rendah, karena
kemampuannya dalam menurunkan ig
(54,43-97,29 menjadi 44,22- 76,32)
Pengaruh Konsumsi 1. Vivekenan Studi 1. Lokasi : di Divisi 1. Diantara 24 pasien didapatkan 11/24
Beras Indeks Glikemik d Pateda prospektif Endokrinologi memiliki riwayat keluarga DM, 19/24
Rendah Terhadap 2. Lora Sri Departemen Ilmu memiliki riwayat ketoasidosis diabetes,
Pengendalian Metabolik Nofi Kesehatan Anak 21/24 memakai insulin suntik secara
Diabetes Melitus Tipe-1 3. A. Nanis RSUPN Cipto teratur, dan hanya 9/24 anak yang
SM Mangunkusumo mengawasi kadar gula darahnya secara
4. Aman 2. Populasi : Semua teratur.
Pulungan pasien DMT1 yang 2. Rerata kadar fruktosamin sebelum
5. Bambang berusia ≥2 tahun pemberian beras herbal ponni
Tridjaja 3. Sampel : pasien (506,6±134,2) sedangkan rerata kadar
6. Jose RL DMT1 yang berusia fruktosamin sesudah pemberian beras
35

Batubara ≥2 tahun herbal ponni (458,1±106,7) (p< 0,01)

Nilai Indeks Glikemik 1. Abdullah Studi literatur - Nilai IG produk pangan dipengaruhi oleh
Produk Pangan dan Bin Arif sejumlah faktor, antara lain kadar serat
Faktor-Faktor 2. Agus pangan, kadar amilosa dan amilopektin,
yang Memengaruhinya Budiyanto kadar lemak
3. Hoerudin dan protein, daya cerna pati, dan cara
pengolahan. Semakin tinggi nilai/
kadar serat pangan total, rasio
amilosa/amilopektin, serta lemak dan
protein, maka nilai IG semakin rendah.
Sementara itu, daya cerna pati yang tinggi
menyebabkan nilai IG yang tinggi. Cara
pengolahan produk pangan dapat
menurunkan atau menaikkan nilai IG produk
pangan tersebut.
Asupan Zat Gizi Makro, Dwi Hantoro Cross 1. Lokasi : di Polres dan 1. Tidak ada hubungan yang bermakna
Serat, Indeks Glikemik Adhi Sectional seluruh polsek antara karakteristik individu (usia dan
Pangan Hubungannya Kabupaten Purworejo golingan kerja) dan asupan serat dengan
Dengan Persentase 2. Populasi : seluruh persentase lemak tubuh
Lemak Tubuh Pada polisi laki-laki di 2. Ada hubungan yang bermakna antara
Polisi Laki-Laki Kabupaten Purworejo asupan zat gizi makro (total energi,
Kabupaten Purworejo 3. Sampel : polisi laki- protein, lemak dan karbohidrat) dengan
Tahun 2012 laki di Kabupaten persentase lemak tubuh
Purworejo 3. Ada hubungan yang bermakna antara
indeks glikemik pangan campuran
dengan persentase lemak tubuh
4. Ada hubungan yang bermakna antara
aktifitas fisik dengan persentase lemak
36

tubuh

Pengaruh Indeks 1. Albiner Studi 1. Lokasi : di Medan, 1. Mengonsumsi pangan yang memiliki IG
Glikemik, Komposisi, Siagian eksperimental Sumatera Utara yang rendah pada pagi hari dapat
dan Cara 2. Rimbawan 2. Populasi : seluruh menurunkan nafsu makan pada siang
Pemberian Pangan 3. Hidayat yang berumur 18-30 hari. Itu berarti bahwa pangan IG rendah
Terhadap Nafsu Makan Syarief tahun di Medan, dapat menunda rasa lapar,sebaliknya
Pada Subyek Obes dan 4. Darwin Sumatera Utara untuk pangan IG tinggi.
Normal Dalimunth 3. Sampel : berumur 2. Penderita obesitas cenderung
e 18-30 tahun di lebihmcepat lapar daripada orang normal
Medan, Sumatera Penderita obes akan merasa lapar dua
Utara terdiri atas 2 jam pasca-mengonsumsi pangan, apapun
kelompok (obes dan jenis pangan dan berapa pun nilai IG
normal) pangannya. Pemberian pangan secara
bertahap pada pagi hari dapat
memperbaiki respons gklikemik dan
menurunkan nafsu makan pada siang
hari. Sementara itu, wanita memiliki
skor nafsu makan yang relatif lebih
rendah dibandingkan dengan pria.
Pengaruh Diet Indeks 1. Sarah Studi 1. Lokasi : di Persatuan1. Rerata usia pada kelompok IG tinggi 15,33
Glikemik Tinggi dan Djuned eksperimental Atletik tahun ± 0,50 sedangkan pada IG rendah
Rendah Terhadap Kadar 2. Fillah 2. Populasi : semua atlet 15,56 tahun ± 0,72.
Glukosa Darah Atlet Fithra lari laki-laki usia 15-2. Rerata persen lemak tubuh pada kelompok
Lari Dieny 18 tahun di Persatuan IG tinggi 14,98% ± 2,38, sedangkan pada IG
Atletik Purbalingga. rendah 14,76% ± 2,63.
3. Sampel : 18 atlet lari3. Rerata KGD 1 pada kelompok diet IG tinggi
laki-laki usia 15-18 130,56 mg/dl ± 14,22 dan IG rendah 112,78
tahun di Persatuan mg/dl ± 10,24.
37

Atletik Purbalingga. 4. Rerata KGD 2 pada kelompok diet IG tinggi


Dilakukan skrining 101,2 mg/dl ± 9,40 dan IG rendah 105,78
VO2max sebelum mg/dl ± 10,20.
pengambilan sampel,5. Rerata KGD setelah pada kelompok diet IG
pengambilan sampel tinggi 83,78 mg/dl ± 10,83 dan IG rendah
dilakukan secara 97,33 mg/dl ±5,83.
purposive sampling. 6. Ada pengaruh diet IG terhadap KGD 1 (p <
Subjek dibagi 0,05). Tidak ada pengaruh diet IG terhadap
menjadi dua KGD 2 (p > 0,05), dan ada pengaruh diet IG
kelompok : kelompok terhadap KGD setelah latihan (p < 0,05).
IG-tinggi 7. Rerata selisih penurunan KGD 1 dan KGD 2
dan kelompok IG- pada kelompok IG tinggi 29,33 mg/dl + 9,34
rendah. dan IG rendah 7 mg/dl + 5,92.
8. Rerata selisih penurunan KGD 2 dan KGD
setelah pada kelompok IG tinggi 17,44
mg/dl + 7,61 dan IG rendah 8,44 mg/dl +
5,22.
2.8 Kerangka Teori

Berdasarkan dasar teori yang telah diuraikan, maka dikembangkan suatu

kerangka teori yaitu:

Riwayat Keluarga
DM(20)

Usia(20)

Jenis kelamin(32)

Gaya Hidup(20)

- Pola Makan
o Frekuensi
 Konsumsi
(KH,
minuman,
buah dengan
Kadar
indeks glikemi
Glukosa Darah
tinggi)
- Aktifitas

Obesitas (32)

Rokok dan
Alkohol (20)

Stress(20)

Bahan-bahan Kimia
dan Obat-Obatan(32)

Penyakit dan Infeksi


Pada Pankreas(32)
Gambar 2.4 Skema kerangka teori hubungan konsumsi bahan makanan
sumber indeks glikemik tinggi terhadap Kadar Glukosa Darah (20, 32)

Keterangan :

o Tidak diteliti

 Diteliti
39

2.9 Kerangka Konsep

Penyakit DM merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi

hanya dapat dikontrol agar gula darah tetap normal dan juga untuk mencegah

terjadinya komplikasi akibat penyakit DM. Dalam penatalaksanaan DM, pengaturan

makan (diet) sangat diperhatikan karena secara langsung akan mempengaruhi kadar

gula darah penderita DM. Pengaturan makan dalam memilih bahan makanan sangat

penting, karena ada beberapa bahan makanan yang memiliki IG tinggi yang sangat

berpotensi meningkatkan kadar gula darah.

Berdasarkan kerangka teori yang merupakan dari hasil penelitian didapatkan

variabel yang diduga mempunyai hubungan kuat dengan pengendalian kadar glukosa

darah yang dapat digambarkan dalam skema di bawah ini:

Konsumsi karbohidrat
indeks glikemik tinggi :
- Padi-padian dan bijian
- Roti
- Biskuit dan cracker
- Umbi-umbian
- Pasta dan mie
- Gula dan coklat
olahan Kadar glukosa darah

Konsumsi Minuman
indeks glikemik tinggi

Konsumsi buah-buahan
indeks glikemik tinggi

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 2.5 Skema konsep hubungan konsumsi bahan makanan sumber indeks
glikemik tinggi terhadap kadar glukosa darah
40

2.10 Hipotesis Penelitian

1. Adanya hubungan konsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi dengan kadar

glukosa darah di poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang tahun 2016.

2. Adanya hubungan konsumsi minuman indeks glikemik tinggi dengan kadar

glukosa darah di poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang tahun 2016.

3. Adanya hubungan konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi dengan

kadar glukosa darah di poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M.

Djamil Padang tahun 2016.


41

BAB 3 : METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain penelitian crossectional

study, yaitu seluruh variabel yang diukur pada saat yang bersamaan pada waktu

penelitian berlangsung. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kadar glukosa

darah, sedangkan variabel independennya adalah konsumsi bahan makanan sumber

indeks glikemik.

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M.

Djamil Padang. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Juli 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang datang ke

poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016 dengan

estimasi jumlah populasi tahun 2015 sebesar 839 orang.

3.3.2 Sampel

a. Besar sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya akan diukur

dan dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi(43). Sampel dalam penelitian

ini yaitu semua yang menderita DM yang berkunjung di poliklinik khusus penyakit

dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan uji hipotesis koefisien korelasi (44) dengan

perhitungan sebagai berikut:

δ =0,5 ln ( 1−r
1+ r
)
42

Keterangan:

δ = Koefisien Fisher

r = Koefisien korelasi 0,345(45)

( )
❑ ❑ 2
Z α + Z1− β
1−
n=
2 +3
δ

Keterangan:

n = Jumlah sampel

δ = Koefisien Fisher
❑ ❑
Z α = Derajat kepercayaan sebesar 95% ( Z1− α = 1,96)
1−
2 2

Z❑
1− β

= Nilai Z untuk kekuatan uji 1-β yaitu 90%( Z1− β = 1,28

δ =0,5 ln ( 1−r
1+ r
) = 0,5 ln ( 1−0,345
1+ 0,345
) = 0,5 ln (2,05) = 0,359

( )
❑ ❑ 2
Z + Z1− β
( ) + 3 = 81,4 + 3 = 84,45
2
1−
α 1,96+1,28
n=
2 +3=
δ 0,359

Berdasarkan perhitungan didapatkan besar sampel adalah 85 orang dan

dilakukan penambahan 10 %, sehingga total jumlah sampel yang diperlukan dalam

penelitian ini sebanyak 94 orang.

b. Cara pengambilan sampel

Pengambilan sampel di Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M.

Djamil Padang menggunakan metode accidental sampling, yaitu semua subyek yang

datang (berobat) secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan

sabagai sampel penelitian ini sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

Pemilihan sampel dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut.


43

1. Kriteria inklusi

- Bersedia menjadi sampel dalam penelitian dengan menanda tangani surat

persetujuan menjadi responden.

- Pasien DM yang berobat ke Poliklinik Khusus Penyakit Dalam

- Mampu berkomunikasi dengan baik

2. Kriteria ekslusi

- Pasien sedang hamil atau menyusui

- Tidak selesai melakukan wawancara pada sampel

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui

wawancara langsung dengan responden yang menggunakan kuesioner. Data primer

yang diambil meliputi mencatat data hasil pemeriksaan kadar glukosa darah di

laboratorium Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil Padang dengan

menggunakan kuesioner. Sedangkan, data konsumsi bahan makanan sumber indeks

glikemik tinggi dalam 1 bulan terakhir didapat melalui wawancara dengan

menggunakan format FFQ semi kuantitatif.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Poliklinik khusus penyakit

dalam RSUP dr. M. Djamil Padang meliputi data jumlah pasien yang terdiagnosa

DM, jumlah pengunjung atau pasien yang berobat di Poliklinik penyakit dalam

RSUP dr. M. Djamil Padang. Data prevalensi penyakit diabetes melitus dari profil

kesehatan Kota Padang, hasil riset kesehatan dasar dan hasil penelitian-penelitian

lainnya.
44

3.5 Definisi Operasional

Definisi Alat Cara


Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Pengukuran
Kadar Jumlah glukosa Kuesioner Data hasil mg/dl Rasio
Glukosa di dalam darah laboratorium
Darah pada pasien DM
di lihat dari
catatan rekam
medik dalam
satuan mg/dl
Konsumsi Kebiasaan Format Wawancara gram/hari Rasio
karbohidr makan yang FFQ semi
at indeks meliputi jumlah kuantitatif
glikemik makanan yang
tinggi mengandung
KH indeks
glikemik tinggi
pada
kelompok :
- Padi-padian
dan bijian
- Roti
- Biskuit dan
cracker
- Umbi-
umbian
- Pasta dan
mie
- Gula dan
coklat
olahan
Minuman Kebiasaan Format Wawancara ml/hari Rasio
indeks mengkonsumsi FFQ semi
glikemik jenis minuman kuantitatif
tinggi yang
menggunakan
gula sederhana
dan minuman
berkarbonasi
(bersoda)
Buah- Kebiasaan Format Wawancara gram/hari Rasio
buahan mengkonsumsi FFQ semi
indeks buah-buahan kuantitatif
glikemik yang mendung
tinggi IG tinggi
45

3.6 Pengolahan data

Pengolahan data yang telah diperoleh dilakukan secara komputerisasi dengan

menggunakan program software pengolahan data. Adapun tahap-tahap dalam

pengolahan data yaitu sebagai berikut.

3.6.1 Editing

Tahap memeriksa kembali kuesioner jawaban responden tentang kadar

glukosa darah dan konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi.

Tujuannya untuk melengkapi data yang kurang lengkap dan memeriksa kesalahan

untuk diperbaiki.

3.6.2 Entry

Tahap memasukkan data penelitian ke komputer. Data dari hasil FFQ semi

kuantitatif untuk konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi terlebih

dahulu dimasukkan kedalam Format excel kemudian dientri menggunakan program

SPSS versi 16. Data dari kuesioner langsung dientrikan kedalam SPSS versi 16.

3.6.3 Coding
Tahap memberikan kode dari kuesioner yang terkumpul pada setiap

pertanyaan dalam kuesioner. Coding bertujuan mempermudah saat analisis dan

mempercepat pemasukan data.

3.6.4 Processing

Pada tahap ini dilakukan analisis data, yaitu menganalisis data univariat dari

masing-masing variabel dan menganalisis data bivariat untuk melihat hubungan

anatara variabel independen dangan variabel dependen.


46

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi dari masing-masing

variabel penelitian yang meliputi konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik

tinggi dan kadar glukosa darah disajikan dalam bentuk mean, median, nilai

maksimum dan minimum serta simpangan baku. Sedangkan data umur, kebiasaan

olahraga dan penggunaan obat/suntik insulin, disajikan dalam bentuk frekuensi dan

persentase.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan konsumsi

bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah. Uji

statistik yang digunakan yaitu uji Correlate (korelasi) dengan tingkat kemaknaan

alpha 5%. Korelasi di samping dapat untuk mengetahui derajat/keeratan hubungan,

korelasi dapat juga untuk mengetahui sejauh mana kekuatan hubungan indeks

glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah.

Nilai Korelasi (r):


a. Semakin mendekati -1, semakin kuat hubungan linear negatifnya

b. Semakin mendekati 1, semakin kuat hubungan linear positifnya

c. Semakin mendekati 0, semakin lemah hubungan linearnya

Interpretasi dari nilai r yaitu:

r=0 Tidak ada hubungan

r = 0,01 – 0,20 Hubungan sangat rendah

r = 0,21 – 0,40 Hubungan rendah

r = 0,41 – 0,60 Agak Rendah

r = 0,61 – 0,80 Cukup


47

r = 0,81 – 0,99 Tinggi

r=1 Sangat Tinggi

Sumber : Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2011(46)

Keputusan uji statistik Korelasi:

1. Bila nilai p ≤ 0,05 maka Ho ditolak berarti ada hubungan antara indeks glikemik

tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien DM.

2. Bila nilai p> 0,05 maka Ho gagal ditolak perhitungan statistik tidak bermakna,

ini berarti tidak ada hubungan antara indeks glikemik tinggi dengan kadar

glukosa darah pada pasien DM.


48

BAB 4 : HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil Padang terletak di Jalan

Perintis Kemerdekaan Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat dengan luas area 8.576

hektar dan luas bangunan 58.079 m2. RSUP Dr. M. Djamil Padang didirikan tahun

1953 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 800 dan jumlah pegawai yang bekerja

sebanyak 2.054 yang terdiri dari 268 orang dokter/medik, 152 orang bagian sub

spesialis, 834 orang bagian keperawatan, 260 orang bagian non keperawatan, dan

544 orang bagian non medis.

RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit dengan tipe B+

Pendidikan dan rumah sakit pusat di Sumatera (Top Regional Referal Hospital)

dengan keunggulan RSUP DR. M. Djamil Padang adalah dibidang Cardio Vascullar

dan Tissue Bank Nuclear Medicine.

4.2 Karakteristik Responden

Pengumpulan data telah dilaksanakan pada bulan Maret–April 2016 di

Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. djamil Padang. Subyek penelitian

ditentukan secara accidental sampling yaitu dengan mendata pasien DM yang

datang, kemudian langsung dijadikan sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi

dan ekslusi sehingga memenuhi jumlah yang memenuhi syarat analisis. Penelitian ini

didapatkan jumlah sampel sebanyak 94 orang responden. Dalam tabel berikut

ditampilkan distribusi frekuensi karakteristik responden di RSUP Dr. M. Djamil

Padang.
49

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016

Karakteristik f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 36,2
Perempuan 60 63,8
Umur
<45 tahun 6 6,4
≥45 tahun 88 93,6
Tingkat Pendidikan
Tamat SD 6 6,4
Tamat SMP 21 22,3
Tamat SMA 41 43,6
Tamat PT 26 27,7
Pekerjaan
Tidak bekerja/IRT 36 38,3
PNS/Pegawai 15 16
Wiraswasta 8 8,5
Pedagang 5 5,3
Pensiunan 30 31,9
Lama Menderita DM
<5 tahun 41 43,6
5-10 tahun 37 39,4
>10 tahun 16 17
Penyakit Lain Responden
Tanpa komplikasi 37 39,4
Dengan komplikasi 57 60,6
Kebiasaan olahraga
Tidak pernah 20 21,3
Tidak rutin 57 60,6
Rutin 17 18,1
Konsumsi obat/insulin
Tidak 11 11,7
Ya 83 88,3

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa responden di Poliklinik

Khusus Penyakit Dalam di RSUP Dr. M. Djamil Padang, persentasenya lebih banyak

responden yang berjenis kelamin perempuan 60 orang (63,8%), dimana hampir

semua responden berumur ≥45 tahun 88 orang (93,6%) dengan responden


50

berpendidikan SMA 41 orang (43,6%) dengan responden yang tidak bekerja/IRT 36

orang (38,3%). Responden persentasenya lebih banyak responden menderita DM

selama <5 tahun 41 orang (43,6%) dengan komplikasi 57 orang (60,6%). Penyakit

komplikasi yang banyak diderita responden adalah dislipidemia, jantung dan

hipertensi. Kebiasaan olahraga adalah sebanyak 57 orang (60,6%) responden tidak

rutin berolahraga dengan responden yang mengkonsumsi obat/insulin 83 orang

(88,3%).

4.3 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi dari variabel-

variabel yang diteliti yaitu kadar glukosa darah puasa dan KH (padi-padian dan

bijian, roti, biskuit dan cracker, umbi-umbian, pasta dan mie, gula dan coklat

olahan), minuman dan buah-buahan yang mengandung indeks glikemik tinggi.

4.3.1 Rata-Rata Kadar Glukosa Darah

Distribusi rata-rata glukosa darah responden dapat dilihat dari tabel 4.2

berikut:

Tabel 4.2
Distribusi Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Responden
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016

Variabel Mean ±SD Min Max


Kadar glukosa
186,68 76,62 46 487
Darah (mg/dl)

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah

responden di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam di RSUP Dr. M. Djamil Padang

adalah 186,68 mg/dl ± 76,62 mg/dl dengan nilai terendah 46 mg/dl dan nilai tertinggi

487 mg/dl.
51

4.3.2 Rata-Rata Konsumsi Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi

Distribusi rata-rata konsumsi KH indeks glikemik tinggi (padi-padian dan

bijian, roti, biskuit dan cracker, umbi-umbian, pasta dan mie, gula dan coklat olahan)

responden dapat dilihat dari tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Rata-Rata Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi Responden
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016

Variabel Mean ±SD Min Max


Konsumsi padi-padian
398,2 124,4 200 784
dan bijian (gr/hari)
Konsumsi roti
46,65 33,07 0 237
(gr/hari)
Konsumsi biskuit dan
19,04 13,73 0 54
cracker (gr/hari)
Konsumsi umbi-umbian
35,06 31,43 0 185
(gr/hari)
Konsumsi pasta dan mie
12,07 18,33 0 134
(gr/hari)
Konsumsi gula dan coklat
5,45 6,05 0 28
olahan (gr/hari)
Konsumsi KH Indeks
518,44 125,89 289 1053
glikemik tinggi (gr/hari)

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi padi-padian

dan bijian adalah 398,2 gr/hari ± 124,4gr/hari dengan nilai terendah 200 gr/hari dan

nilai tertinggi 784 gr/hari. Rata-rata konsumsi roti adalah 46,65gr/hari ± 33,07gr/hari

dengan nilai terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 237 gr/hari. Rata-rata konsumsi

biskuit dan cracker adalah 19,04 gr/hari ± 13,73 gr/hari dengan nilai terendah 0

gr/hari dan nilai tertinggi 54 gr/hari. Rata-rata konsumsi umbi-umbian adalah 35,06

gr/hari ± 31,43 gr/hari dengan nilai terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 185 gr/hari.

Rata-rata konsumsi pasta dan mie adalah 12,07 gr/hari ± 18,33 gr/hari dengan nilai

terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 134 gr/hari. Rata-rata konsumsi gula dan coklat
52

olahan adalah 5,45gr/hari ± 6,05 gr/hari dengan nilai terendah 0 gr/hari dan nilai

tertinggi 28 gr/hari. Didapatkan bahwa rata-rata konsumsi KH indeks glikemik tinggi

adalah 518,44 gr/hari ± 125,89 gr/hari dengan nilai terendah 289 gr/hari dan nilai

tertinggi 1053 gr/hari.

4.3.3 Rata-Rata Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi

Distribusi rata-rata konsumsi minuman indeks glikemik tinggi dapat dilihat

dari tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4
Distribusi Rata-Rata Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi Responden
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016

Variabel Mean ±SD Min Max


Konsumsi minuman
175,12 89,4 28 428
(ml/hari)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi

minuman indeks glikemik tinggi adalah 175,12 ml/hari ± 89,4 ml/hari dengan nilai

terendah 28 ml/hari dan nilai tertinggi 428 ml/hari.

4.3.4 Rata-Rata Konsumsi Buah-buahan Indeks Glikemik Tinggi

Distribusi rata-rata konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi dapat

dilihat dari tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5
Distribusi Rata-Rata Konsumsi Buah-buahan Indeks Glikemik Tinggi
Responden di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016

Variabel Mean ±SD Min Max

Konsumsi buah (gr/hari) 49,95 40,82 0 298


53

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi buah-buahan

indeks glikemik tinggi adalah 49,95 gr/hari ± 40,82 gr/hari dengan nilai terendah 0

gr/hari dan nilai tertinggi 298 gr/hari.

4.4 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan konsumsi KH (padi-

padian dan bijian, roti, biskuit dan cracker, umbi-umbian, pasta dan mie, gula dan

coklat olahan), minuman dan buah-buahan yang mengandung Indeks glikemik tinggi

dengan kadar glukosa darah.

4.4.1 Hubungan Konsumsi Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi dengan


Kadar Glukosa Darah

Hubungan konsumsi KH indeks glikemik tinggi (padi-padian dan bijian, roti,

biskuit dan cracker, umbi-umbian, pasta dan mie, gula dan coklat olahan) dengan

kadar glukosa darah dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6
Hubungan Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar Glukosa Darah
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016

Variabel Sig (2-tailed) Pearson Correlation


Konsumsi Padi-Padian
0,000 0,395
dan Bijian
Konsumsi roti 0,156 0,147
Konsumsi biskuit dan
0,030 0,307
cracker
Konsumsi umbi-umbian 0,610 0,053
Konsumsi pasta dan mie 0,352 0,097
Konsumsi gula dan coklat
0,100 0,171
olahan
Konsumsi KH indeks
0,000 0,407
glikemik tinggi
54

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna

antara konsumsi padi-padian dan bijian dengan kadar glukosa darah, diperoleh nilai p

sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil uji statistik diperoleh juga nilai r sebesar 0,395 (CI

95%) berarti konsumsi padi-padian dan bijian dengan kadar glukosa darah memiliki

hubungan rendah.

Pada konsumsi biskuit dan cracker terdapat hubungan yang bermakna antara

konsumsi biskuit dan cracker dengan kadar glukosa darah, diperoleh nilai p-value

sebesar 0,03 (p<0,05). Hasil uji statistik diperoleh juga nilai r sebesar 0,307 (CI 95%)

yang berarti konsumsi biskuit dan cracker dengan kadar glukosa darah memiliki

hubungan rendah.

Pada konsumsi jenis makanan dengan sumber IG tinggi yang tidak terdapat

hubungan adalah roti, umbi-umbian, roti, pasta dan mie, gula dan coklat dengan

kadar glukosa darah yaitu pada konsumsi roti tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara konsumsi roti dengan kadar glukosa darah, diperoleh nilai p-value

sebesar 0,156 (p>0,05). Pada konsumsi umbi-umbian tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara konsumsi umbi-umbian dengan kadar glukosa darah, diperoleh nilai

p-value sebesar 0,61 (p>0,05).

Pada konsumsi pasta dan mie tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

konsumsi pasta dan mie dengan kadar glukosa darah, diperoleh nilai p-value sebesar

0,352 (p>0,05). Serta, pada konsumsi gula dan coklat olahan tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara konsumsi gula dan coklat olahan dengan kadar

glukosa darah, diperoleh nilai p-value sebesar 0,1 (p>0,05).

Pada konsumsi KH indeks glikemik tinggi terdapat hubungan yang bermakna

antara konsumsi KH indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah, diperoleh

nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil uji statistik diperoleh juga nilai r sebesar
55

0,407 (CI 95%) yang berarti konsumsi KH indeks glikemik tinggi dengan kadar

glukosa darah memiliki hubungan rendah.

4.4.2 Hubungan Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar


Glukosa Darah

Hubungan konsumsi minuman indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa

darah dapat dilihat dari tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7
Hubungan Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar
Glukosa Darahdi RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016

Variabel Sig (2-tailed) Pearson Correlation


Konsumsi minuman 0,001 0,333

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna

antara konsumsi minuman indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah,

diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 (p<0,05). Hasil uji statistik diperoleh juga nilai

r sebesar 0,333 (CI 95%) yang berarti konsumsi minuman indeks glikemik tinggi

dengan kadar glukosa darah memiliki hubungan rendah.

4.4.3 Hubungan Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi dengan


Kadar Glukosa Darah

Hubungan konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi dengan kadar

glukosa darah responden dapat dilihat dari tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8
Hubungan Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar
Glukosa Darah di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016

Variabel Sig (2-tailed) Correlation Coefficient


Konsumsi buah 0,001 0,335
56

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna

antara konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah,

diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 (p<0,05). Hasil uji statistik diperoleh juga nilai

r sebesar 0,335 yang berarti konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi dengan

kadar glukosa darah memiliki hubungan rendah.


57

BAB 5 : PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah dari segi waktu, dimana pengisian

kuesioner dilakukan pada saat pasien menunggu antrian. Kuesioner yang digunakan

adalah FFQ semi kuantitatif dengan bahan makanan yang IG tinggi. Kemudian,

kurangnya hasil penelitian yang sejenis yang digunakan sebagai pembanding dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

5.2 Karakteristik Responden

Penelitian tentang hubungan antara konsumsi bahan makanan sumber Indeks

glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus ini

menjadikan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM,

Penyakit lain, kebiasaan olahraga dan konsumsi obat/insulin sebagai karakteristik

responden. Pada penelitian menunjukkan lebih banyak responden berjenis kelamin

perempuan (63,8%) dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki

(36,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukkan Jelantik dan Haryati pada

tahun 2013 didapatkan penderita DM lebih banyak berjenis kelamin perempuan

(64,0%) dibandingkan berjenis kelamin laki-laki (36,0%).(29) Berdasarkan hasil

penelitian ini bahwa lebih banyak responden yang memiliki GDP tinggi adalah

perempuan.

Karakteritik selanjutnya adalah umur responden, dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur ≥45 tahun (93,6%).

Sedangkan, hanya sebagian kecil responden yang berumur <45 tahun (6,4%). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kekenusa, dkk tahun 2014 menunjukkan
58

bahwa responden yang memiliki umur ≥45 tahun merupakan responden dengan

persentase paling besar (56,3%).(27) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih

banyak responden yang memiliki GDP tinggi adalah responden berumur ≥45 tahun.

Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan lebih banyak

responden yang memiliki tingkat pendidikan lulusan SMA (43,6%) dan sekitar

27,7% merupakan lulusan perguruan tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Kekenusa, dkk tahun 2014 didapatkan sebagian besar responden adalah

lulusan Sekolah Menengah Atas (46,7%), dan sekitar 29% merupakan lulusan

Perguruan Tinggi.(27) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih banyak responden

yang memiliki GDP tinggi adalah responden lulusan SMA.

Karakteristik berdasarkan pekerjaan menunjukkan lebih banyak responden

yang tidak bekerja/IRT (38,3%), kemudian diikuti dengan responden yang sudah

pensiun (31,9%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kekenusa, dkk

tahun 2014 didapatkan jenis pekerjaan responden yang terbanyak adalah responden

yang tidak memiliki pekerjaan (27,9%), kemudian responden yang pensiun (25,9%).
(27)
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih banyak responden yang memiliki

GDP tinggi adalah responden yang tidak bekerja/IRT.

Karakteristik berdasarkan lama menderita DM menunjukkan lebih banyak

responden menderita DM selama <5 tahun (43,6%). Seseorang yang menderita

Diabetes Melitus dapat menimbulkan komplikasi salah satunya Nefropatik Diabetik

dalam kurun waktu 4,852 -11,90 tahun.(47) Selain itu, juga dapat menimbulkan

komplikasi pada hipertensi, retinopati diabetes yang dapat menyebabkan kebutaan,

ulserasi kaki yang dapat menyebabkan gangren dan penyakit kadiovaskular (penyakit

jantung koroner dan stroke).(3) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih banyak
59

responden yang memiliki GDP tinggi adalah responden menderita DM selama 5-10

tahun.

Karakteristik berdasarkan penyakit lain menunjukkan bahwa lebih banyak

responden dengan komplikasi (60,6%) dibandingkan dengan responden tanpa

komplikasi (39,4%). Komplikasi yang paling banyak diderita responden adalah

dislipidemia, jantung dan hipertensi. Untuk menghindari komplikasi-komplikasi

lainnya penderita DM perlu diobati dengan pengobatan medis dan terapi diet agar

dapat meningkatkan angka harapan hidup. Kadar glukosa darah tinggi dan terus

menerus dapat menyebabkan suatu keadaan gangguan pada berbagai organ tubuh.

Akibat keracunan yang menetap ini, timbul perubahan-perubahan pada organ-organ

tubuh sehingga timbul berbagai komplikasi.(48) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa

lebih banyak responden yang memiliki GDP tinggi adalah responden dengan

komplikasi.

Karakteristik berdasarkan kebiasaan olahraga menunjukkan lebih banyak

responden tidak rutin berohraga (60,6%), sedangkan yang paling sedikit responden

yang rutin berolahraga (18,1%). Aktivitas fisik yang dilakukan minimal 3 sampai 4

kali dalam seminggu minimal 30 menit, ini merupakan kebiasaan olahraga yang

rutin. Aktivitas fisik ini harus dilakukan secara rutin agar dapat mengontrol glukosa

darah tetap normal.(25) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih banyak responden

yang memiliki GDP tinggi adalah responden tidak rutin berolahraga.

Karakteristik berdasarkan Konsumsi obat/insulin menunjukkan lebih banyak

responden yang mengkonsumsi obat/insulin (88,3%) dibandingkan dengan

responden yang tidak mengkonsumsi obat/insulin (11,7%). Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa kepatuhan penderita pada pengobatan penyakit yang bersifat

kronis pada umumnya rendah. Penelitian yang melibatkan pasien berobat jalan
60

menunjukkan bahwa lebih dari 70% pasien tidak minum obat sesuai dengan dosis

yang seharusnya.(49) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih banyak responden

yang memiliki GDP tinggi adalah responden yang menkonsumsi oabat/insulin.

5.3 Analisis Univariat

5.3.1 Glukosa Darah

Glukosa adalah pusat dari semua metabolisme guna menghasilkan energi.

Pada keadaan normal glukosa darah diatur insulin yang diproduksi oleh sel β-

Pankreas, sehingga kadar insulin dalam darah selalu dibatas aman, baik dalam

keadaan puasa maupun setelah makan.(18)

Penderita DM mengalami kerusakan dalam produksi maupun sistem kerja

insulin, sedangkan insulin sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme

karbohidrat. Akibatnya, penderita DM akan mengalami gangguan pada metabolisme

karbohidrat.(18)

Pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden mempunyai kadar

glukosa darah puasa <190 mg/dl. Adapun rata-rata kadar glukosa darah puasa

responden adalah 186,68 mg/dl ± 76,62 mg/dl dengan nilai terendah 46 mg/dl dan

nilai tertinggi 487 mg/dl. Jika dibandingkan dengan kriteria kadar glukosa darah

puasa yang baik untuk penderita DM adalah ≤126 mg/dl, maka hasil rata-rata kadar

glukosa darah puasa responden yang di teliti adalah tinggi.(22)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hanum pada pasien

DM tipe 2 di RSUD Kota Cilegon didapatkan rata-rata kadar glukosa darah puasa

202,97 mg/dl ± 73,353 mg/dl dengan nilai terendah 102 mg/dl dan nilai tertinggi 377

mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki kadar glukosa

darah puasa diatas nilai normal.(10)


61

Pasien DM tipe 2 cenderung memiliki kadar glikemik yang buruk. Orang

dengan usia 40 tahun mulai memiliki risiko terkena DM. Selanjutnya, semakin

bertambah usia maka semakin besar pula risiko seseorang mengalami DM tipe 2. Hal

ini terjadi karena usia bertambah membuat kondisi tubuh berkurang vitalitasnya.(20)

Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti diri dan mempertahankan

struktur serta fungsi normalnya. Dengan demikian, menua menurunnya metabolisme

basal sebesar 2% setiap tahunnya yang disertai dengan perubahan disemua sistem

didalam tubuh manusia.(20)

5.3.2 Konsumsi KH indeks glikemik tinggi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi KH indeks

glikemik tinggi adalah 518,44 gr/hari yang terdiri dari padi-padian dan bijian, roti,

biskuit dan cracker, umbi-umbian, pasta dan mie, gula dan coklat olahan. bahan

makanan sumber indeks glikemik tinggi yang paling banyak dikonsumsi responden

adalah jenis padi-padian dan bijian. Responden mengkonsumsi makanan dari padi-

padian dan bijian yang memiliki IG tinggi sebanyak < 400 gr/hari. Adapun rata-rata

konsumsi padi-padian dan bijian adalah 398,2 gr/hari ± 124,4 gr/hari dengan nilai

terendah 200 gr/hari dan nilai tertinggi 784 gr/hari.

Padi-padian dan bijian dengan IG tinggi yang sering dikonsumsi responden

adalah nasi putih dan bubur nasi. Beras merupakan makanan pokok masyarakat

Indonesia yang di konsumsi 3 kali sehari yang biasa di konsumsi dalam bentuk nasi.

Bubur nasi merupakan bentuk pengolahan lain dari nasi dengan bentuk yang lebih

lunak serta mudah untuk dicerna.


62

Faktor-faktor yang mempengaruhi IG pada beras adalah kadar amilosa. Kadar

amilosa rendah cenderung mempunyai IG tinggi, beras beramilosa sedang memiliki

IG sedang, dan beras beramilosa tinggi mempunyai IG rendah. Hasil serupa

dilaporkan Hu et al., bahwa varietas padi dengan amilosa semakin tinggi mempunyai

IG yang semakin rendah.(35)

Setelah padi-padian dan bijian yang paling banyak dikonsumsi adalah roti.

sebagian besar responden mengkonsumsi roti < 47 gr/hari. Adapun rata-rata

konsumsi roti adalah 46,65 gr/hari ± 33,07 gr/hari dengan nilai terendah 0 gr/hari dan

nilai tertinggi 237 gr/hari. Jenis roti dengan IG tinggi yang sering di konsumsi

responden adalah roti manis dan roti tawar. Bahan baku pembuatan roti adalah

terigu. Tepung terigu juga memiliki kandungan Indeks Glikemik tinggi sebesar

>70%.

Umbi-umbian adalah konsumsi responden yang terbanyak setelah roti.

Sebagian besar responden mengkonsumsi umbi-umbian < 36 gr/hari. Adapun rata-

rata konsumsi umbi-umbian adalah 35,06 gr/hari ± 31,43 gr/hari dengan nilai

terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 185 gr/hari. Umbi-umbian dengan IG tinggi

yang sering di konsumsi responden adalah wortel dan pregedel kentang. Jenis umbi-

umbian ini memiliki IG tinggi yang tinggi (>70%).

Setelah itu yang paling banyak di konsumsi responden adalah biskuit dan

cracker. Sebagian besar responden mengkonsumsi biskuit dan cracker < 20 gr/hari.

Adapun rata-rata konsumsi biskuit dan cracker adalah 19,04 gr/hari ± 13,73 gr/hari

dengan nilai terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 54 gr/hari. Jenis biskuit dengan IG

tinggi yang banyak di konsumsi responden adalah creacker dan biskuit manis.

Komposisi pembuatan biskuit dan roti hampir sama yaitu menggunakan

tepung terigu dan gula. Pengggunaan terigu sebaiknya tidak secara berlebihan karena
63

kandungan gluten tinggi yang menyebabkan kerusakan usus 2 halus sehingga terjadi

gangguan penyerapan zat gizi secara umum yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu

tepung terigu juga memiliki kandungan Indeks Glikemik tinggi sebesar >70%.(50)

Pasta dan mie adalah konsumsi responden yang paling sedikit setelah gula

dan coklat olahan. Sebagian besar responden mengkonsumsi pasta dan mie < 13

gr/hari. Adapun rata-rata konsumsi pasta dan mie adalah 12,07 gr/hari ± 18,33 gr/hari

dengan nilai terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 135 gr/hari. Pasta dan mie yang

sering dikonsumsi responden adalah bihun.

Konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi yang paling sedikit

dikonsumsi responden adalah gula dan coklat olahan. Sebagian besar responden

mengkonsumsi gula dan coklat olahan < 6 gr/hari. Adapun rata-rata konsumsi gula

dan coklat olahan adalah 5,45 gr/hari ± 6,05 gr/hari dengan nilai terendah 0 gr/hari

dan nilai tertinggi 28 gr/hari. Hampir sebagian besar responden tidak mengkonsumsi

olahan gula dan coklat.

Konsumsi KH indeks glikemik tinggi yang dikonsumsi responden < 520

gr/hari. Adapun rata-rata konsumsi KH indeks glikemik tinggi adalah 518,44 gr/hari

± 125,89 gr/hari dengan nilai terendah 289 gr/hari dan nilai tertinggi 1053 gr/hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi IG pada pangan antara lain adalah kadar

serat, perbandingan amilosa dan amilopektin, daya cerna pati, kadar lemak dan

protein, dan cara pengolahan. Masing-masing komponen bahan pangan memberikan

kontribusi dan saling berpengaruh hingga menghasilkan respons glikemik tertentu.(38)

Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dihidrolisis

oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana. Enzim pemecah

pati dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu endo-amilase dan ekso-amilase.
64

Semakin mudah enzim bekerja, semakin cepat pencernaan dan penyerapan

karbohidrat pati.(38)

Pangan dengan kadar lemak yang tinggi cenderung memperlambat laju

pengosongan lambung, sehingga laju pencernaan makanan pada usus halus juga

lambat. Sementara itu, kadar protein yang tinggi diduga merangsang sekresi insulin

sehingga glukosa dalam darah tidak berlebih dan terkendali. Oleh karena itu, pangan

dengan kandungan lemak dan protein tinggi cenderung memiliki IG lebih rendah

dibandingkan dengan pangan sejenis yang berkadar lemak dan protein rendah.(1)

Cara pengolahan juga mempengaruhi IG pada makanan, seperti pemanasan

(pengukusan, perebusan, penggorengan) dan penggilingan (penepungan) untuk

memperkecil ukuran partikel. Cara pengolahan dapat mengubah sifat fisikokimia

suatu bahan pangan seperti kadar lemak dan protein, daya cerna, serta ukuran pati

maupun zat gizi lainnya.(38)

5.3.3 Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi

Minuman yang manis yang menggunakan gula murni secara berlebihan atau

minuman berkarbonasi (minuman bersoda) dapat mempengaruhi kadar glukosa darah

karena penggunaan gula sederhana yang mengalami pencernaan yang cepat dan

sebagian besar gula diserap oleh usus kecil dengan mudah. (35)

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden mengkonsumsi

minuman indeks glikemik tinggi < 180 ml/hari. Adapun rata-rata konsumsi minuman

indeks glikemik tinggi adalah 175,12 ml/hari ± 89,4 ml/hari dengan nilai terendah 28

ml/hari dan nilai tertinggi 428 ml/hari. Jenis minuman yang sering di konsumsi

responden adalah teh manis.


65

Dalam pembuatan minuman seperti teh, kopi dan lainnya untuk 1 gelas (200

ml) bisa menggunakan 1 sampai 3 sdm (13 – 39 gram) dengan 50 – 150 kalori dan 12

– 36 gram karbohidrat.(17) Sedangkan, minuman berkarbonasi pada umumnya

mengandung gula 40-50 gram. (51)

Anjuran konsumsi gula untuk orang Indonesia baik yang normal maupun

pasien diabetes yang memerlukan adalah tidak lebih dari 5% total kalori (3 – 4 sdm)

sehari. Bagi pasien diabetes yang memerlukan gula, kalori gula diperhitungkan

sebagai bagian dari perencanaan makan.(52)

5.3.4 Konsumsi Buah-Buahan indeks glikemik tinggi

Buah merupakan pangan penting yang dapat menjadi sumber karbohidrat,

vitamin, mineral, serat, dan senyawa fenolat yang berfungsi sebagai antioksidan.

Sejumlah studi epidemiologi menunjukkan bahwa tingginya konsumsi buah

berkorelasi negatif dengan risiko penyakit-penyakit kardiovaskular, kanker dan

kronis seperti obesitas dan diabetes. Oleh karena itu, peningkatan konsumsi buah

telah menjadi strategi dan prioritas global dalam memperbaiki tingkat kesehatan

masyarakat dan buah direkomendasikan menjadi komponen penting dalam setiap

jenis diet. (35)

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden mengkonsumsi

buah indeks glikemik tinggi < 50 gr/hari. Adapun rata-rata konsumsi buah indeks

glikemik tinggi adalah 49,95 gr/hari ± 40,82 gr/hari dengan nilai terendah 0 gr/hari

dan nilai tertinggi 298 gr/hari. Buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi

responden adalah semangka dan sukun.

Pada buah ketersediaan gula untuk penyerapan di usus kecil tergantung pada

efektivitas pelepasan gula dari sel tanaman. Selain itu, buah umumnya dikonsumsi
66

dalam bentuk segar, sedangkan pangan berkadar pati tinggi umumnya dikonsumsi

dalam bentuk olahan dimana pati sudah mengalami gelatinisasi. Namun demikian,

sejumlah faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi IG terdapat pada kedua jenis

pangan tersebut. Sebagai contoh, buah dan pangan berkadar pati tinggi mengandung

serat pangan yang menurut hasil penelitian berpengaruh terhadap nilai IG. Penelitian

sebelumnya juga menunjukkan bahwa respon glikemik dipengaruhi oleh laju

pencernaan dan penyerapan karbohidrat tercerna (digestible carbohydrates). Hal ini

mengindikasikan bahwa faktor-faktor intrinsik (baik pada buah maupun pangan

berkadar pati tinggi) yang mempengaruhi laju pencernaan dan penyerapan

karbohidrat dapat digunakan untuk mengendalikan respon glikemik. Faktor-faktor

intrinsik yang mempengaruhi IG pada buah, yaitu komposisi gula, struktur dan serat

pangan, konsentrasi solut dan asam organik, kandungan senyawa polifenol, dan

tingkat kematangan.(35)

5.4 Analisis Bivariat

5.4.1 Hubungann Konsumsi KH Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar

Glukosa Darah

Indeks glikemik (IG) memberi petunjuk pengaruh makanan (pangan)

terhadap glukosa darah dan respon insulin. IG memberikan cara yang lebih mudah

dan efektif untuk mengendalikan fluktuasi kadar glukosa darah. (1) Respon glikemik

merupakan kondisi fisiologis kadar glukosa darah selama periode tertentu setelah

seseorang mengkonsumsi makanan. KH yang berasal dari tanaman yang berbeda

memiliki respon indeks glikemik yang berbeda pula.(38)

IG merupakan cara ilmiah untuk menentukan makanan bagi penderita DM.

IG membantu penderita memilih jenis karbohidrat yang tepat untuk mengendalikan


67

glukosa darahnya. Dengan mengetahui IG pangan, penderita DM dapat memilih

makanan yang tidak menaikan glukosa darah secara drastis sehingga glukosa darah

dapat dikontrol.(1)

Karbohidrat merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada

penelitian ini konsumsi KH yang dilihat adalah jenis KH mengandung IG tinggi

diantaranya beberapa jenis padi-padian dan bijian, roti, biskuit dan cracker, umbi-

umbian, pasta dan mie, gula dan coklat olahan.

Pada hasil penelitian konsumsi padi-padian dan bijian hubungannya dengan

kadar glukosa darah, sesuai dengan teori bahwa konsumsi bahan makanan ini dapat

meningkatkan glukosa darah. Hal ini terlihat dari pola hubungan konsumsi padi-

padian dan bijian dengan kadar glukosa darah adalah positif, artinya semakin tinggi

konsumsi padi-padian dan bijian, semakin tinggi juga kadar glukosa darah. Terdapat

hubungan yang bermakna antara konsumsi padi-padian dan bijian dengan kadar

glukosa darah (p=0,000) dengan kekuatan hubungan rendah (r=0,395).

Pada hasil penelitian konsumsi biskuit dan dijelaskan sebelumnya bahwa

konsumsi bahan makanan ini dapat meningkatkan glukosa darah. Hal ini terlihat dari

pola hubungan konsumsi biskuit dan cracker dengan kadar glukosa darah adalah

positif, artinya semakin tinggi konsumsi biskuit dan cracker, semakin tinggi juga

kadar glukosa darah. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi biskuit dan

cracker dengan kadar glukosa darah (p=0,03) dengan kekuatan hubungan rendah

(r=0,307).

Pada hasil penelitian konsumsi roti hubungannya dengan kadar glukosa

darah, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi roti dengan kadar

glukosa darah (p=0,156). Pada hasil penelitian konsumsi umbi-umbian hubungannya

dengan kadar glukosa darah. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umbi-
68

umbian dengan kadar glukosa darah (p=0,61). Pada hasil penelitian konsumsi pasta

dan mie hubungannya dengan kadar glukosa darah. Tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara pasta dan mie dengan kadar glukosa darah (p=0,352). Pada hasil

penelitian konsumsi gula dan coklat olahan hubungannya dengan kadar glukosa

darah. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara gula dan coklat olahan dengan

kadar glukosa darah (p=0,100).

Pada hasil penelitian konsumsi karbohidrat IG tinggi hubungannya dengan

kadar glukosa darah, sesuai dengan teori bahwa konsumsi bahan makanan ini dapat

meningkatkan glukosa darah. Hal ini terlihat dari pola hubungan konsumsi

karbohidrat IG tinggi dengan kadar glukosa darah adalah positif, artinya semakin

tinggi konsumsi karbohidrat IG tinggi, semakin tinggi juga kadar glukosa darah.

Terdapat hubungan yang bermakna antara total konsumsi makanan IG tinggi dengan

kadar glukosa darah (p=0,000) dengan kekuatan hubungan rendah (r=0,407), hasil

penelitian ini didukung oleh penelitianyang dilakukan oleh Rinnelya menyatakan

bahwa IG yang tinggi bila dikonsumsi akan meningkatkan kadar glukosa dalam

darah dengan cepat dalam jumlah yang tinggi.(11)

Pada penderita DM kebutuhan energi dan KH sangat perlu dipertimbangkan

sesuai kebutuhan penderita DM, jika konsumsi KH berlebih maka energi yang

didapatkan juga berlebih dan akan mempengaruhi kadar glukosa darah. Dalam syarat

diet penyakit DM kebutuhan energi diberikan 25-30 kkal/kg BB normal, sedangkan

kebutuhan KH diberikan 60-70% dari kebutuhan energi.(17)

Data asupan energi dan KH responden penelitian ini dapat dilihat pada

penelitian lainnya dengan rata-rata asupan energi 1403 kkal, sedangkan rata-rata

asupan KH 273,75 gr. Berdasarkan rata-rata asupan energi (1403 kkal) responden,

jika dilihat standar diet DM konsumsi nasi dalam sehari sebanyak 3 kali sehari 100
69

gr untuk 1 kali makan. Konsumsi padi-padian dan bijian yang merupakan kontribusi

terbesar dari rata-rata konsumsi KH indeks glikemik tinggi didapatkan sekitar > 400

gr nasi. Dapat dilihat bahwa konsumsi KH responden berlebih dari proporsi

pemenuhan kebutuhan energi.(17)

KH dalam makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula

lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah prekursor untuk sintesis semua

karbohidrat lain di tubuh. Glukosa dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur

glikolisis, yang dapat terjadi secara anaerob, dengan produk akhir yaitu laktat.

Jaringan aerobik akan dimetabolisme piruvat menjadi asetil-KoA, yang dapat

memasuki siklus asam sitrat untuk oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O,

berhubungan dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi oksidatif.(36)

Glukosa dan metabolitnya juga ambil bagian dalam beberapa proses lain,

seperti: konversi menjadi polimer glikogen di otot rangka dan hepar; jalur pentosa

fosfat yang merupakan jalur alternaltif dalam glikolisis untuk biosintesis molekul

pereduksi (NADPH) dan sumber ribosa bagi sintesis asam nukleat; triosa fosfat

membentuk gugus gliserol dari triasilgliserol; serta piruvat dan zat-zat antara dalam

siklus asam sitrat yang menyediakan kerangka karbon untuk sintesis asam amino,

dan asetil-KoA sebagai prekursor asam lemak dan kolesterol.(36)

Kadar glukosa darah harus dijaga dalam konsentrasi yang cukup untuk

menyediakan nutrisi bagi organ – organ tubuh. Namun sebaliknya, konsentrasi

glukosa darah yang terlalu tinggi juga dapat memberikan dampak negatif seperti

diuresis osmotik dan dehidrasi pada sel. Oleh karena itu, glukosa darah perlu dijaga

dalam konsentrasi yang konstan. Ketika terjadi peningkatan kadar glukosa darah,

insulin disekresikan. Sebaliknya, ketika terjadi penurunan kadar glukosa darah,

glukagon yang memiliki fungsi berlawanan dari insulin akan disekresikan.(37)


70

Hepar berfungsi sebagai sistem buffer yang penting untuk glukosa darah.

Ketika kadar glukosa darah meningkat setelah makan dan laju sekresi insulin juga

meningkat, dua pertiga dari glukosa yang diabsorpsi usus langsung disimpan di

dalam hepar dalam bentuk glikogen. Kemudian, ketika konsentrasi glukosa darah

dan laju sekresi insulin mulai menurun, hepar akan melepaskan kembali glukosa ke

aliran darah.(37)

Beberapa makanan yang berasal dari jenis KH memiliki IG yang tinggi.

Makanan yang memiliki IG tinggi dibatasi penggunaannya atau dihindari karena

dapat meningkatkan kadar glukosa darah secara cepat. Oleh karena itu, untuk

penderita DM sebaiknya mengkonsumsi makanan yang memiliki IG rendah. IG

rendah dapat memperbaiki pengendalian metabolik pada penderita DM. Penderita

DM harus mengetahui jenis KH yang memiliki IG tinggi, sedang dan rendah. Untuk

membantu pemilihan jenis makanan sesuai prinsip dan syarat diet DM.

5.4.2 Hubungan Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar

Glukosa Darah

Pada hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa konsumsi minuman yang

mengandung IG tinggi dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Hal ini terlihat dari

pola hubungan konsumsi minuman dengan kadar glukosa darah adalah positif,

artinya semakin tinggi konsumsi minuman, semakin tinggi juga kadar glukosa darah.

Terdapat hubungan yang bermakna antara minuman indeks glikemik tinggi dengan

kadar glukosa darah (p=0,001) dengan kekuatan hubungan rendah (r=0,333).

Dalam syarat diet penyakit DM penggunaan gula murni dalam minuman atau

makanan tidak diperbolehkan. Bila kadar glukosa sudah terkendali, diperbolehkan

mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari energi total. (17) Pada penelitian ini

didapatkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah responden tinggi, maka pada dietnya
71

tidak diperbolehkan penggunaan gula murni pada minuman responden. Hal ini

menyebabkan, bahwa responden tidak patuh pada diet yang dilakukkan. Jika kadar

glukosa darah terkontrol atau masih dibatas nilai normal (≤126 mg/dl), pasien DM

dapat mengkonsumsi gula murni sebanyak 5% yaitu 70,15 kkal dan17,53 gr KH,

dalam ukuran rumah tangga (URT) sekitar 1 ½ sdm gula yang dapat dikonsumsi

responden dari rata-rata energi (1403kkal).(17, 53)

Mengkonsumsi gula dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan

penyerapan beberapa zat gizi terhambat, dan terjadinya intoleransi glukosa yang

menunjukkan adanya masalah tubuh dalam mengatur kadar gula darah. Ketika

glukosa darah melebihi kadar tersebut, insulin dilepaskan dan bekerja menurunkan

konsentrasi glukosa. Ketika kadar glukosa darah turun, glukagon meningkatkan

konsentrasi glukosa. Pada orang dewasa normal, setiap hari insulin dikeluarkan oleh

sel β pankreas sebanyak 20-60 unit. Bila kebutuhan insulin dalam satu hari melebihi

60 unit, maka kemungkinan terjadi kekurangan insulin. Apabila tubuh kekurangan

insulin atau terjadi penurunan efektivitas insulin, maka sebagian glukosa darah tidak

dapat masuk kedalam jaringan tubuh akibatnya glukosa darah meningkat.(51)

Penggunaan gula murni pada minuman yang manis dan minuman

berkarbonasi sangat berbahaya bagi penderita DM, karena Penderita DM mengalami

kekurangan insulin atau terjadi penurunan efektivitas insulin yang menyebabkan

glukosa darahnya meningkat. Selain itu, penggunaan gula murni memiliki efek yang

sangat cepat dalam peningkatan glukosa darah. Oleh itu, penderita DM menghindari

penggunaan gula murni dalam minuman atau penderita DM dapat menggunakan gula

alternatif/pemanis buatan dalam menyajikan minuman yang mengandung rendah

kalori.
72

5.4.3 Hubungan Konsumsi Buah-buahan Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar

Glukosa Darah

Buah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diet sehat dan telah

menjadi pangan alternatif utama, khususnya pada orang-orang yang memerlukan

pengaturan pola asupan karbohidrat pangan (dietary carbohydrates). Oleh karena itu,

pemahaman mengenai indeks glikemik dari ragam buah yang ada sangat penting

dalam pengendalian respon glikemik dan optimalisasi sifat fungsional karbohidrat

dan senyawa fitokimia lain yang dikandungnya.(35)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi buah-buahan dapat

meningkatkan kadar glukosa darah. Hal ini terlihat dari pola hubungan konsumsi

buah-buahan dengan kadar glukosa darah adalah positif, artinya semakin tinggi

konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi, semakin tinggi juga kadar glukosa

darah. Terdapat hubungan yang bermakna antara buah-buahan indeks glikemik tinggi

dengan kadar glukosa darah (p=0,001) dengan kekuatan hubungan rendah (r=0,335),

hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sinta Mukti

Permatasari tahun 2014, mengetahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara

Asupan IG terhadap pengontrolan gula darah.(42)

Pengaturan makan untuk penderita DM dikenal dengan 3 J, yaitu jenis jumlah

dan frekuensi. Dalam pemilihan jenis makan salah satunya pada buah-buahan yang

memiliki IG tinggi yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Buah-buahan

yang memiliki IG tinggi pemberiannya dibatasi atau dihindari bagi penderita DM. .(9,
17)
Tetapi, responden masih mengkonsumsinya dalam jumlah sedikit yaitu <50 gr.

Tingginya rata-rata kadar glukosa darah responden dipengaruhi oleh konsumsi bahan

makanan yang menggandung IG tinggi yang lain yaitu dari konsumsi KH dan

minuman yang manis.


73

Konsumsi buah-buahan yang mengandung IG tinggi seperti buah semangka,

sukun, leci dan lainnya dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Buah-buahan ini

memiliki respon glikemik yang tinggi. Respon gula darah terhadap jenis pangan ini

cepat dan tinggi. Peningkatan glukosa darah yang cepat akan menaikkan kebutuhan

insulin. Selama insulin dapat mengimbangi, peningkatan kadar glukosa darah dalam

jangka pendek tidak menjadi masalah. Namun bila peningkatan ini berlangsung

lama, insulin tidak mampu lagi menjaga kadar glukosa darah tetap normal. Toleransi

tubuh terhadap glukosa darah menurun dan akibatnya terjadinya penyakit DM.(1)

Buah-buahan yang memiliki IG tinggi dapat mempengaruhi kadar glukosa

darah menjadi tinggi. Oleh karena itu, penderita DM harus dapat memilih jenis buah

yang tidak memiliki IG tinggi untuk dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
74

BAB 6 : KESIMPULAN DAN

SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Rata-rata kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus adalah 186,68 mg/dl.

2. Rata-rata konsumsi KH indeks glikemik tinggi pada pasien diabetes melitus

adalah 518,4 gr/hari.

3. Rata-rata konsumsi minuman indeks glikemik tinggi pada pasien diabetes melitus

adalah 175,12 ml/hari.

4. Rata-rata konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi pada pasien diabetes

melitus adalah 49,95 gr/hari.

5. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi KH indeks glikemik tinggi

dengan kadar glukosa darah dengan kekuatan hubungan rendah.

6. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi minuman indeks glikemik

tinggi dengan kadar glukosa darah dengan kekuatan hubungan rendah.

7. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi buah-buahan indeks

glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah dengan kekuatan hubungan rendah.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Masyarakat


Masyarakat terutama bagi penderita DM disarankan untuk melakukan

pemeriksaan rutin kadar glukosa darah dan berkonsultasi dengan dokter untuk

mengetahui untuk mengetahui perkembangan penyakit dan untuk mencegah

komplikasi lanjut. Penderita DM disarankan untuk dapat membatasi dan menghindari


75

makanan yang memiliki IG tinggi dan penggunaan gula murni dalam minuman,

penderita DM dapat menggunakan gula alternatif/pemanis buatan dalam menyajikan

minuman yang mengandung rendah kalori.

6.2.2 Bagi RSUP Dr. M. Djamil Padang

Perlu ditingkatkan pemberian konseling atau penyuluhan bagi penderita DM

tentang jenis-jenis makanan yang mengandung IG tinggi, sedang, rendah dan efek

serta manfaatnya terhadap kadar glukosa darah.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan desain case

control study dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk melihat seberapa besar

risiko dalam mengkonsumsi makanan sumber IG tinggi terhadap penyakit DM.


76

DAFTAR PUSTAKA

1. Rimbawan AS. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya; 2004.

2. WHO. Diabetes Melitus 2014 [cited 2015 28 Oktober]. Available from:


http://www.who.int/medicentre/fact-sheets/fs312/en/.

3. Hartono A, Rachmat M, Agustin CA, Rezkina E. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
EGC; 2014.

4. WHO. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate


Hyperglycemia. Geneva, Switzerland, IDF. 2006;5.

5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes


Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang 2009 [cited 2015 23 Okteber].
Available from: http://www.depkes.go.id/.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2013.

7. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2013.
Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang; 2014.

8. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2012.
Dinas Kesehatan Kota Padang: Padang; 2013.

9. Wahyuningsih R. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien. Yogyakarta: Graha Ilmu;


2013.

10. Hanum NN. Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa dengan Profilipid pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit UmumDaerah Cilegon Periode
Januari-April 2013. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta; 2013.

11. Rinnelya A. Efek Hiperglikemia Postprandial Terhadap Kemampuan Memori


Jangka Pendek Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Cipondoh
Tangerang. Depok: Universitas Indonesia; 2013.

12. Arinisa F. Pengaruh Pemberian Buncis (Phaseolus vulgaris) Terhadap Kadar


Glukosa Darah Postprandial. Semarang: Universitas Diponegoro; 2011.

13. RSUP dr. M. Djamil Padang. Data Pasien DM di Poliklinik Penyakit Dalam.
Padang RSUP dr. M. Djamil Padang; 2015.

14. Dawn B Marks D. Biolkimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC; 2000.


77

15. Waspadji S, Sukarji K, Octarina M. Pedoman Diet Diabetes Melitus Jakarta:


Depkes RI; 2002.
16. Price SA. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses penyakit. Jakarta: EGC;
1995.

17. Almatsier S. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2004.

18. Hasneli. Hubungan Asupan Medium Chain Fatty Acid (MCFA) dengan Kadar
Glukosa darah Padang: Universitas Andalas; 2006.

19. American Diabetes Association. Dystipidemia Management in Adults with


Diabetes. Diabetes Care. 2008;27:68-71.

20. Sutanto T. Diabetes Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama; 2013.

21. PERKENI. Konsesus Pengelolaan Diabetes Millitus Tipe 2 Di Indonesia 2002.


Jakarta: PB PERKENI; 2002.

22. Tandra H. Strategi Mengalahkan Komplikasi Diabetes. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama; 2014.

23. Frankilawati DAM. Hubungan Antara Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan
Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Nusukan, Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta; 2013.

24. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007.

25. Ramadhanisa A, Larasati T, Mayasari D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan


Kadar HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Laboratorium Patologi Klinik
RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Kedokteran: Universitas
Lampung; 2013.

26. Anugrah, Hasbullah S, Suarnianti. Hubungan Obesitas, Aktivitas Fisik, dan


Kebiasaan Merokok Dengan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Pasien
Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2013;1(6):2302-1721.

27. John S. Kekenusa BTR, Gloria Wuwungan. Analisis Hubungan Antara Umur
dan Riwayat Keluarga Menderita DM Dengan Kejadian Penyakit DM Tipe 2
Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Penyakit Dalam Blu Rsup Prof. Dr. R.D
Kandou Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi Manado; 2014.

28. Irawan D. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di
daerah Urban di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia; 2010.
78

29. Jelantik GMG, Haryati E. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin,
Kegemukan dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di
Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. 2014;8(1):41.
30. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta; 2003.

31. Adib. M. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling Sering
Menyerang Kita. Jogjakarta: Buku Biru; 2011.

32. Maulana M. Mengenal Diabetes Melitus Panduan Praktis Menangani Penyakit


kencing Manis. Jogjakarta: Katahati; 2008.

33. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2003.

34. Amanina A. Hubungan Asupan Karbohidrat dan Serat Dengan Kejadian


Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2015.

35. Hoerudin. Indeks Glikemik Buah dan Implikasinya Dalam Pengendalian Kadar
Glukosa Darah. Balai Besar Penelitian dan Pengambangan Pascapanen
Pertanian. 2012;8(2):81-98.

36. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2009.

37. AC. G, JE. H. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2006.

38. Arif AB, Budiyanto A, Hoerudin. Nilai Indeks Glikemik Produk Pangan dan
Faktor-Faktor Yang Memengaruhinya. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2013;32(3):91-9.

39. Adhi DH. Asupan Zat Gizi Makro, serat, Indeks Glikemik Pangan Hubungannya
dengan Persen Lemak Tubuh Pada Polisi Laki-laki Kabupaten Purworejo Tahun
2012. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.

40. Nisviaty A. Pemanfaatan tepung ubi jalar sebagai bahan dasar produk olahan
kukus serta evaluasi mutu gizi dan indeks glikemiknya. Pertanian Bogor: Institut
Pertanian Bogor; 2006.

41. Taqwa AA, Hadju V, Jafar N. Pola Konsumsi Pangan Berdasarkan Indeks
Glikemik Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II
Di Puskesmas Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2014.

42. Permatasari SM. Hubungan Estimasi Nilai Indeks Glikemik Dan Beban
Glikemik Asupan Makan Dengan Kontrol Gula Darah Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2rawat Jalan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada; 2014.
79

43. Sutanto Priyo Hastono Ls. Statistik Kesehatan. Depok: Rajawali Pres; 2013.

44. Ariawan I. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Universitas Indonesia; 1998.
45. Fitri RI, Wirawanni Y. Asupan Energi, Karbohidrat, Serat, Beban Glikemik,
Latihan Jasmani dan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
2012;46(2):121.

46. Husaini Usman PSA. Pengantar Statistik. Bumi Aksara2011.

47. Sahid QAU. Hubungan Lama Diabetes Melitus Dengan Terjadinya Gagal Ginjal
Terminal Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2012.
48. Permana H. Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta Pada Diabetesi.
Bandung: Hasan Sadikin Hospital; 2009.

49. Basuki. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Gangguan Kesehatan Perawat di
IRD RSVP DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2009.

50. Muchtadi D. Kedelai: Komponen Bioaktif untuk Kesehatan. Bandung: Alfabeta;


2010.

51. Erlianawati. Pengaruh Minuman Berkarbonasi Terhadap Kadar Glukosa Darah


Mencit (Mus musculus). Surakarta: Universitas Muhammmadiyah Surakarta;
2014.

52. Syauqy A. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus
Berdasarkan Pengetahuan Gizi, Sikap dan Tindakan Di Poli Penyakit Dalam
Rumah Sakit Islam Jakarta. Gizi Indonesia. 2015;3(2).

53. Waspaji S, Suyono S, Sukadji K, Nofi LS, Muliany RM, Rahimy R, et al. Daftar
Bahan Penukar. Jakarta: RSCM/FKUI; 2011.
80

LAMPIRAN
81

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yosi Irene Putri
No. BP : 1411226027

Akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Konsumsi Bahan


Makanan Sumber Indeks Glikemik Tinggi Dengan Kadar Glukosa Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP dr. M.
Djamil Padang Tahun 2016”.
Untuk keperluan tersebut, saya membutuhkan beberapa informasi tentang
pola konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi dari Bapak/Ibu yang
saya harapkan dapat diperoleh dari wawancara. Penelitian ini tidak akan merugikan
Bapak/Ibu sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan
dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Oleh sebab itu, saya harap
Bapak/Ibu bersedia untuk diwawancarai.
Demikian saya sampaikan, atas kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Penulis

Yosi Irene Putri

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Alamat :
No. HP :
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang
berjudul “Hubungan Konsumsi Bahan Makanan Sumber Indeks Glikemik
Tinggi Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di
Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang Tahun 2016”.
Saya akan berusaha menjawab pertanyaan yang saudara berikan dan memberi
informasi yang sebenarnya.
Responden

(...................................)
82

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Konsumsi Bahan Makanan Sumber Indeks Glikemik Tinggi Dengan

Kadar Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Di Poliklinik Khusus

Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang Tahun 2016

Tanggal wawancara : .........................................

No. Responden :

A. Karakteristik Responden

1. Nama :
.............................................................
2. Jenis Kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
3. Umur : ........... Tahun
4. Alamat : .............................................................
5. No Telp./Hp : .............................................................
6. Tingkat Pendidikan : 1. Tidak sekolah
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat PT

7. Pekerjaan : 1. Tidak bekerja


2. TNI/POLRI
3. PNS/Pegawai
4. Wiraswasta
5. Petani
6. Nelayan
7. Pedagang
8. Lain-lain (.......................................)

8. Lama DM : .......... Tahun

9. Olahraga : 0. Tidak pernah


1. Tidak rutin
2. Rutin

10. Obat/suntik insulin :


0. Tidak
1. Ya
83

FORM FOOD FREKUENSI SEMI KUANTITATIF KUESIONER

Kode sampel :

FREKUENSI PORSI
INTAKE
NO NAMA BAHAN MKN JML
Hari MG BLN URT GRAM (GRAM)
(./bln)
KARBOHIDRAT
A. Padi-padian dan bijian
1 Nasi putih
2 Nasi bubur
3 Ketan putih
4 Ketan hitam
5 Beras rendang
6 Dodol/galamai
7 Klepon
8 Pop corn
9 Sereal sarapan olahan

B. Roti
1 Roti polos
2 Roti gulung
3 Pizza
4 Roti Tawar
5 Donat
6 Cupcake

C. Biskuit dan cracker


1 Roti kering
2 cracker
3 Biskuit manis
4 Wafer

D. Umbi-umbian
1 Wortel
2 Kentang goreng
3 Pregedel Kentang
4 Getuk
84

E. Pasta dan mie


1 Jeli kacang
2 Jam
3 Bihun
4 Macaroni

F. Gula dan coklat olahan


1 Permen
2 Gulali
3 Karamel
4 Coklat batang olahan

MINUMAN
1 Teh + gula
2 Kopi + gula
3 Susu + gula
4 Kopi + susu + gula
5 Coklat + susu + gula
6 Orange juice + gula
7 Juice buah lain + gula :
8 Sirop
9 Cocacola/sprite
10 Es Cream
11 Es cendol
12 Kolak + pisang
13 Kolak + ubi
14 Kolak + pisang +ubi

BUAH-BUAHAN
1 Sukun
2 Semangka
3 Kismis
4 Leci
5 Buah kaleng
6 Durian
7 Kurma

Pewawancara :

Tanggal Wawancara :

Anda mungkin juga menyukai