Oleh :
Oleh :
Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing Skripsi Prodi S1 Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
Pembimbing I Pembimbing II
Hafifatul Auliya Rahmy, SKM, MKM Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD, Sp.GK
NIP. 196305071990012001
PERNYATAAN PENGESAHAN
DATA MAHASISWA:
Nama Lengkap : Yosi Irene Putri
Nomor Buku Pokok : 1411226027
Tanggal Lahir : 13 Februari 1993
Tahun Masuk : 2014
Prodi : S1 Gizi
Nama Pembimbing Akademik : Putri Nilam Sari, SKM, M.Kes
Nama Pembimbing I : Hafifatul Auliya Rahmy, SKM, MKM
Nama Pembimbing II : Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD, Sp.GK
Nama Penguji I : Ice Yolanda Puri, S.SiT, M.Kes
Nama Penguji II : Vivi Triana, SKM, MPH
Nama Penguji III : Ratno Widoyo, SKM, MKM
JUDUL PENELITIAN:
HUBUNGAN KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER INDEKS
GLIKEMIK TINGGI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK KHUSUS PENYAKIT DALAM
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2016
skripsi, ujian usulan skripsi, dan ujian hasil skripsi untuk memenuhi persyaratan
akademik dan administrasi untuk mendapatkan gelar Sarjana Gizi Prodi S1 Gizi
Mengetahui, Mengesahakan,
Dekan FKM UNAND Ketua Prodi S1 Gizi
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Riwayat Pendidikan
1. 2011 – 2014 : Jurusan DIII Gizi, Poltekkes Kemenkes Padang
2. 2008 – 2011 : SMA Negeri 5 Padang
3. 2005 – 2008 : SMP IT Adzkia Padang
4. 1992 – 1998 : SD Negeri 03 Alai, Padang
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
ABSTRAK
Tujuan Penelitian
Penyakit DM sangat terkait dengan pola perilaku, termasuk pola makan. Konsumsi
makanan yang mengandung Indeks Glikemik (IG) tinggi dapat meningkatkan kadar
glukosa darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan konsumsi bahan
makanan sumber indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien
diabetes melitus di Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil Padang
tahun 2016.
Metode
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain crossectional. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 94
orang. Data yang diambil adalah karakteristik responden, hasil pemeriksaan
laboratorium dan konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi. Analisis
dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi.
Hasil
Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah 186,68 mg/dl,
konsumsi karbohidrat (KH) IG tinggi 518,44 gr/hari, konsumsi minuman IG tinggi
175,12 ml/hari dan konsumsi buah-buahan IG tinggi 49,95 gr/hari. Hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan bermakna antara konsumsi karbohidrat IG tinggi
(p=0,000, r=0,407), konsumsi minuman IG tinggi (p=0,001, r=0,333) dan konsumsi
buah-buahan IG tinggi (p=0,001, r=0,335) dengan kadar glukosa darah.
Kesimpulan
Konsumsi KH, minuman dan konsumsi buah-buahan yang mengandung IG tinggi
berhubungan dengan kadar glukosa darah. Diharapkan pada ahli gizi dapat
memberikan edukasi tentang makanan yang mengandung IG tinggi.
ABSTRACT
Objective of Research
Diabetet Mellitus (DM) is very related with behaviour, dietary habit. The
consumption of meal with high of Glicemic Index (GI) can increase the amount of
glucose in the blood (or blood glucose). The purpose of this research is to know the
correlation between the consumption of meal with high level of Glicemic Index with
blood glucose level in patients with diabetes mellitus at Interne Polyclinic of Dr. M.
Djamil Padang 2016.
Method
The kind of this research is analytic with crossectional study. Sampling that has been
done with accidental sampling method with 94 respondences. Data contains
respondence characteristic, laboratorium test result, and consumption of meals with
high glicemic index. The analysis was with univariate and bivariate. Bivariate
analysis use correlation test.
Result
Result of the study got the average of blood glucose levels was 186.68 mg/dl,
consumption of carbohydrate with high GI was 518.44 gr/day, beverage consumption
with high GI 175.12 ml/day, and fruits consumption with high GI was 49.95 gr/day.
The statistic test show that those have correlation between consumption of
carbohydrate with high GI (p=0.000, r=0.374), beverage consumption with high GI
(p=0.001, r=0.333), and fruits consumption with high GI (p=0.001, r=0.335) with
blood glucose levels.
Conclusion
Consumption of carbohydrate, beverage, and fruits with high GI are correlated with
blood glucose levels. We expected that nutritionists could give an education about
meals with high level of glicemic index.
Puji syukur kehadiran Allah SWT penulis haturkan karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Konsumsi Bahan Makanan Sumber Indeks Glikemik Tinggi Dengan Kadar Glukosa
Darah Di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2016”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Dalam mengerjakan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.
2. Bapak Dr. Denas Symond, MCN selaku ketua Prodi S1 Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.
3. Ibu Hafifatul Auliya Rahmy, SKM, MKM selaku pembimbing pertama
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan
nasehat untuk membimbing penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD, Sp.GK selaku
pembimbing kedua yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran serta
memberikan nasehat untuk membimbing penelitian dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Ice Yolanda Puri, S.SiT, M.Kes selaku penguji I yang telah
memberikan masukkan dan saran kepada penulis dalam skripsi ini.
6. Ibu Vivi Triana, SKM, MPH selaku penguji II yang telah memberikan
masukkan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini
7. Bapak Ratno Widoyo, SKM, MKM selaku penguji III yang telah
memberikan masukkan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi
ini
8. Ibu Putri Nilam Sari, SKM, M.Kes selaku pembimbing akademik yang
telah membantu dan memberikan arahan dalam proses perkuliahan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
i
9. Keluarga, terutama orang tua, kakak dan adik yang telah memberikan
motivasi, semangat dan do’a yang tulus tak ternilai.
10. Para dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini,
atas saran dan kritikan yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.4 Glukosa.............................................................................................................22
2.4.1 Metabolisme Glukosa................................................................................22
2.4.2 Regulasi Kadar Glukosa Darah..................................................................23
2.5 Indeks Glikemik................................................................................................24
2.5.1 Pengertian Indeks Glikemik.......................................................................24
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik...........................................26
2.6 Hubungan Konsumsi Bahan Sumber Indeks Glikemik Terhadap Diabetes
Melitus.............................................................................................................31
2.7 Telaah Sistematis..............................................................................................33
2.8 Kerangka Teori.................................................................................................38
2.9 Kerangka Konsep..............................................................................................39
2.10 Hipotesis ........................................................................................................40
BAB 3 : METODE PENELITIAN.............................................................................41
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................41
3.2 Waktu dan Tempat............................................................................................41
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................41
3.4 Pengumpulan Data............................................................................................43
3.5 Definisi Operasional.........................................................................................44
3.6 Pengolahan data................................................................................................45
3.7 Analisis Data.....................................................................................................46
BAB 4 : HASIL PENELITIAN..................................................................................48
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................48
4.2 Karakteristik Responden...................................................................................48
4.3 Analisis Univariat.............................................................................................50
4.3.1 Rata-Rata Kadar Glukosa Darah................................................................50
4.3.2 Rata-Rata Konsumsi Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi.......................51
4.3.3 Rata-Rata Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi..........................52
4.3.4 Rata-Rata Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi....................52
4.4 Analisis Bivariat...............................................................................................53
4.4.1 Hubungan Konsumsi Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi dengan
Kadar Glukosa Darah...............................................................................53
4.4.2 Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar Glukosa
Darah........................................................................................................55
4.4.3 Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar
Glukosa Darah..........................................................................................55
BAB 5 : PEMBAHASAN..........................................................................................57
5.1 Keterbatasan Penelitian....................................................................................57
5.2 Karakteristik Responden...................................................................................57
iv
5.3 Analisis Univariat.............................................................................................60
5.3.1 Glukosa Darah...........................................................................................60
5.3.2 Konsumsi Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi........................................61
5.3.3 Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi...........................................64
5.3.4 Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi.....................................65
5.4 Analisis Bivariat...............................................................................................66
5.4.1 Hubungan Konsumsi Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi dengan
Kadar Glukosa Darah...............................................................................66
5.4.2 Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar Glukosa
Darah........................................................................................................70
5.4.3 Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar
Glukosa Darah..........................................................................................72
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................74
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................74
6.2 Saran.................................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kadar Gula Darah Normal, IFG, IGT, dan Diabetes........................ 10
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2 Skema penyerapan glukosa dari pangan ber-IG rendah (A) atau
tinggi (B) pada saluran pencernaan (atas) beserta kurva respon
glukosa dalam darah (bawah) .............................................. 22
Gambar 2.4 Skema kerangka teori hubungan pola konsumsi makanan sumber
indeks glikemik tinggi terhadap kadar glukosa darah.............. 39
Gambar 2.5 Skema konsep hubungan pola konsumsi makanan sumber indeks
glikemik tinggi terhadap kadar glukosa darah......................... 40
vii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
1. DM : Diabetes Melitus
2. IG : Indeks Glikemik
3. KH : Karbohidrat
4. ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut
5. WHO : World Health Organization
6. PERKENI : Persatuan Endokrinologi Indonesia
7. Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
8. TTGO : Test Toleransi Glukosa Oral
9. IDF : Internasional Diabetes Federal
10. ADA : American Diabetes Association
11. IFG : Impaired Fasting Glucose
12. TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
13. IGT : Impared Glucose Tolerance
14. IMT : Indeks Massa Tubuh
15. GDP : Glukosa Darah Puasa
16. Sdm : Sendok Makan
17. URT : Ukuran Rumah Tangga
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Informed Consent
2 Kuesioner Penelitian
4 Master Tabel
7 Jadwal Penelitian
ix
BAB 1 : PENDAHULUAN
pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab
timbulnya penyakit seperti infeksi cacing dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA),
bergeser menjadi faktor perilaku (gaya hidup). Selain perubahan gaya hidup,
kemajuan zaman juga mengubah sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun
melitus menempati posisi keempat yang merupakan risiko kematian terbesar di dunia
dengan jumlah penderita diabetes melitus didunia mencapai 347 juta orang dan lebih
dari 80% kematian yang diakibat diabetes melitus terjadi pada negara miskin dan
berkembang.(2)
terutama disebabkan oleh sistem arteri dan saraf. Komplikasi meliputi retinopati
terjadinya gagal ginjal, ulserasi kaki yang dapat menyebabkan gangren dan penyakit
1
2
mencapai 21,3 juta orang dan mayoritas kelompok usia yang terkena DM sekitar 45
tahun 2007 dan 2013 adalah 1,1 % menjadi 2,4 %. Data Riskesdas tahun 2007
kematian terbanyak di Kota Padang pada tahun 2013.(7) Data yang didapatkan dari
Dinas Kesehatan Kota Padang, penderita DM yang berobat ke rumah sakit pada
tahun 2012 tercatat kasus baru rawat jalan sebanyak 1.349 orang dan jumlah pasien
insulin baik absolut maupun relatif.(9) Peningkatan glukosa dalam darah terjadi akibat
Cilegon didapatkan rata-rata kadar glukosa darah puasa 202,97 mg/dl ± 73,353 mg/dl
dengan nilai terendah 102 mg/dl dan nilai tertinggi 377 mg/dl. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian responden memiliki kadar glukosa darah puasa diatas nilai normal.
(10)
Penyakit DM sangat terkait dengan pola perilaku, termasuk pola makan dan
aktifitas fisik. Konsumsi makanan yang mengandung indeks glikemik (IG) tinggi
3
dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Dalam pengontrolan kadar gula darah
rendah.(1)
kadar glukosa darah. Penelitian yang dilakukan oleh Rinnelya menyatakan bahwa IG
yang tinggi bila dikonsumsi akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah dengan
cepat dalam jumlah yang tinggi.(11) Sebaliknya, pangan dengan IG rendah dapat
menunjukkan bahwa karbohidrat yang berbeda akan memberikan efek berbeda pada
kadar glukosa darah dan respon insulin, walaupun diberikan dalam jumlah (gram)
yang sama.
IG yang rendah. Peran pangan yang IG rendah akan dicerna dan diubah menjadi
glukosa secara bertahap dan perlahan sehingga puncak kadar glukosa dalam darah
juga akan rendah yang fluktuasi meningkat. Hal ini akan mempengaruhi sekresi
insulin dan pemakaian glukosa di sel hati sehingga glukosa darah akan berkurang.
Data yang didapatkan dari rekam medik pasien rawat jalan RSUP. Dr. M.
Djamil Padang mengalami peningkatan dari tahun 2014 sampai 2015, dengan jumlah
pasien rawat jalan tahun 2014 berjumlah 784 dan pada tahun 2015 berjumlah 849
Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Khusus Penyakit
tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di Poliklinik khusus
glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di
Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016.
Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016.
Padang tentang hubungan konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi
Ruang lingkup penelitian ini tentang konsumsi bahan makanan sumber indeks
glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di
poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016. Variabel
dependen pada penelitian ini adalah kadar glukosa darah sedangkan variabel
Penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2016 dengan menggunakan desain
crossectional.
7
zat-zat lain yang bukan KH (protein dan lemak). Glukosa adalah pusat dari semua
khusus seperti laktosa, antigen pembentuk sel dan nukleotida. Glukosa juga
merupakan prekursor pokok bagi senyawa non KH; glukosa dapat diubah menjadi
Pada keadaan normal glukosa darah di atur oleh hormon insulin yang
diproduksi oleh sel β-pankreas, sehingga kadar glukosa darah selalu dibatas normal,
baik dalam keadaan puasa dan sesudah makan. Pengaturan fisiologi kadar glukosa
darah sebagian besar tergantung dari ekstraksi glukosa, sintersis glikogen dan
glikogenolisis dalam hati. Selainnya itu, jaringan-jaringan perifer otot dan adiposit
juga menggunakan glukosa darah sebagai sumber energi. Jaringan-jaringan ini juga
sistem metabolisme dalam tubuh, terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin atau
kerja insulin. Peningkatan kadar glukosa ini yang disebut dengan hiperglikemia.(16)
8
Diabetes Melitus (DM) atau biasa disebut diabetes adalah penyakit kronik
yang timbul karena terlalu banyak glukosa dalam darah.(1) DM merupakan kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif.(17)
karbohidrat.(18)
Mengontrol kadar glukosa darah agar tetap stabil merupakan salah satu
mekanisme homeostasis. Sekitar 40-50 unit (15-20% jumlah total yang disimpan)
insulin di produksi setiap harinya.sekresi insulin distimulasi oleh kadar glukosa darah
yang naik dan juga asam amino, asam lemak bebas, benda keton, glukagon dan
glukosa darah ke dalam jaringan yang sensitif terhadap insulin. Insulin juga
1. Diabetes tipe 1
gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini
9
diakibatkan oleh kerusakan sel-β pankreas baik oleh proses autoimun maupun
2. Diabetes tipe 2
usia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini di kalangan remaja dan anak-anak
kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu
merespons insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut resistensi insulin.
3. Diabetes gestational
DM ini adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau mulai diketahui
selama pasien hamil. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai
keadaan diabetogenik.(20)
4. Diabetes spesifik
DM ini disebabkan kelainan genetik fungsi sel-sel beta, kelainan genetik kerja
insulin, penyakit pankreas, gangguan endokrin, efek obat-obat, infeksi virus, dan
sindrom genetik.(20)
poliuria, polidipsia, polifagia, lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang
10
mungkin ditemukan pada pasien DM adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan
(Perkeni), kadar gula darah normal, IFG, IGT dan diabetes sebagai berikut (Tabel
2.1).(22)
Tabel 2.1 Kadar Gula Darah Normal, IFG, IGT, dan Diabetes
a. Faktor Keturunan
terkena DM. Faktor keturunan merupakan faktor pemicu diabetes yang tidak dapat
terkena penyakit gula darah ini menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang
ada hubungan antara genetik terhadap kejadian diabetes melitus tipe II (p=0,000)
dengan nilai OR= 25 sehingga dapat disimpulkan bahwa responden dengan riwayat
keluarga diabetes memiliki 25 kali lipat risiko terhadap kejadian diabetes melitus tipe
II.(23)
Setelah keturunan, faktor resiko DM adalah gaya hidup. Gaya hidup dapat
menentukan besar kecilnya risiko seseorang untuk terkena DM. Hal ini berkaitan
Gaya hidup di perkotaan dengan pola makan yang tinggi lemak, garam, dan
berlebihan, selain itu pola makanan yang serba instan saat ini sangat digemari oleh
melitus meningkat sangat tajam. Perubahan pola penyakit ini diduga berhubungan
ada hubungan antara kejadian diabetes melitus tipe II (p=0,000) dengan nilai OR=
10,0 dapat disimpulkan bahwa responden yang dengan pola makan yang buruk
memiliki 10 kali lipat risiko terhadap kejadian diabetes melitus tipe II.(23)
Selain pola makan yang mempengaruhi gaya hidup adalah aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang dilakukan minimal 3 sampai 4 kali dalam seminggu dalam kurun
waktu minimal 30 menit. Aktivtas fisik tidak harus aktivitas yang berat cukup
dengan berjalan kaki di pagi hari selama 30 menit atau lebih, ini sudah termasuk
dalam kriteria aktivitas fisik yang baik. Aktivitas fisik ini harus dilakukan secara
12
rutin agar kadar glukosa darah tetap pada batas normal. Namun, aktivitas yang
kurang akan menyebabkan penurunan sensistifitas sel pada insulin yang telah terjadi
menjadi bertambah parah karena tujuan dari dilakukannya aktivitas fisik adalah utuk
merangsang kembali sensitifitas dari sel terhadap insulin serta pengurangan lemak
faktor), kronik dan dianggap merupakan suatu penyakit epidemik yang mengglobal.
jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan
antara asupan dengan penggunaan energi, dimana asupan lebih banyak dari pada
bahwa ada hubungan antara obesitas dengan DM tipe II pada pasien rawat jalan DM
d. Faktor Usia
Faktor usia merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau direkayasa.
Orang dengan usia 40 tahun mulai memiliki risiko terkena DM. Selanjutnya, semakin
bertambah usia maka semakin besar pula risiko seseorang mengalami DM tipe 2. Hal
ini terjadi karena usia bertambah membuat kondisi tubuh berkurang vitalitasnya.(20)
kehilangan secara progresif jaringan aktif tubuh yang sudah dimulai sejak usia 40
13
bahwa responden yang memiliki umur ≥45 tahun merupakan responden dengan
persentase paling besar (56,3%) dan terdapat hubungan antara umur dengan kejadian
DM Tipe 2 (p=0,000).(27)
e. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapatkan sejak lahir yang
memiliki risiko yang sama besar untuk terkena DM sampai usia dewasa awal.
Setelah usia 30 tahun, perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan
laki-laki.(28)
Dari hasil penelitian yang dilakukan Jelantik dan Haryati pada tahun 2013
f. Pendidikan
dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
serta berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih
tepat. Dengan pendidikan yang tinggi diharapkan dapat berperilaku sehat yaitu
risiko DM.(30)
sebagian besar responden adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (46,7%), dan
14
sekitar 29% merupakan lulusan Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan
berarti ada kemungkinan semakin baik pula pengetahuan seseorang dalam mencegah
g. Pekerjaan
pekerjaan sebagai pensiunan. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat
secara bertahap setelah mencapai usia 50 tahun. Untuk menurunkan kadar gula darah
tersebut perlu dilakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, sebab otot menggunakan
Pada penelitian yang dilakukan Kekenusa, dkk tahun 2014 didapatkan jenis
gangguan terhadap produksi insulin oleh pankreas. Merokok tidak hanya bisa
yang lebih berbahaya. Komplikasi DM yang paling mematikan adalah tekanan darah
tinggi yang bisa menyebabkan penyakit jantung. Beberapa kandungan rokok dapat
merusak dinding pembuluh darah yang mengakibatkan adanya tekanan darah tinggi
15
diamputasi.(20)
Sama halnya dengan rokok, alkohol juga memiliki efek yang tidak beda jauh,
dengan risiko DM adalah daya rusak alkohol terhadap organ-organ tubuh, khususnya
organ pankreas. Kerusakan pada organ ini menyebabkan produksi insulin terhambat
berpotensi memicu sakit diberbagai bagian tubuh. Alkohol yang masuk kedalam
pasokan glukosa dalam tubuh. Konsumsi yang berlebih bisa menggangggu pasokan
DM yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa darah yang tinggi cendrung
karena bentuknya lebih padat dan ukurannya lebih kecil sehingga mudah masuk dan
menempel pada lapiran pembuluh darah yang lebih dalam. Sehingga pada penderita
DM sangat penting untuk menekan kolesterol khususnya LDL hingga <100 mg/dl.(20)
j. Stres
Stres merupakan faktor yang dapat membuat seseorang menjadi rentan dan
lemah, bukan secara mental tetapi fisik juga. Penelitian terbaru membuktikan
komponen kecemasan, depresi, dan gangguan tidur malam hari adalah faktor pemicu
cendrung memiliki gaya hidup dan pola makan yang buruk. Dua hal ini merupakan
tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.
(32)
Infeksi organisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
2.3 Karbohidrat
Karbohidrat (KH) merupakan sumber energi yang didapat dari makanan yang
jagung, singkong, ubi jalar, gandum, maizena, rye, oatmeal (havermut) dan lain-lain.
KH dibentuk oleh tiga unsur, yaitu karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)
dengan perbandingan 1:2:1 dengan rumus empiris glukosa (gula sederhana) adalah
Disakarida terbentuk dari dua molekul gula sederhana. Kedua molekul gula
glukosa).(1)
rafinosa, stakiosa dan verbaskosa terdiri dari atas unit-unit glukosa, fruktosa dan
tanaman dan hewan. Polisakarida ini disebut juga KH kompleks yang mengandung
sampai 3000 unit gula sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai bercabang dan
tidak bercabang. Jenis polisakarida adalah pati, selulosa, dekstrin, glikogen dan
Pati banyak terdapat pada umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar, kentang
dan biji-bijian (padi, gandum dan jagung). Berdasarkan ada atau tidaknya cabang
pada rantai polimer glukosa, pati dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amilosa (rantai
didalam tubuh manusia dan hewan yang terutama terdapat pada hati dan otot.
18
Glikogen terdiri atas unit-unit glukosa dalam bentuk rantai lebih bercabang dari
amilopektin. Struktur yang lebih bercabang ini membuat lebih mudah dipecah.(33)
sel tumbuhan dan permukaan dalam sel hewan. Selulosa dibentuk oleh rantai tidak
bercabang dari 10.000 atau lebih molekul glukosa. Selulosa tidak larut didalam air
dan tidak dapat dihidrolisis oleh enzim yang terdapat disaluran pencernaan manusia.
Sementara, pati dan glikogen dapat dicerna dengan mudah oleh enzim amilase
Dekstrin merupakan produk antara pada pencernaan pati atau bentuk melalui
hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan sumber utama KH dalam makanan lewat
tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat diserap oleh saluran
pencernaan. Ada dua golongan serat, yaitu yang tidak dapat larut dan yang dapat
larut dalam air. Serat yang tidak larut adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pektin, gum, mukilase, glukan dan algal.
(1, 33)
dicerna dulu menjadi ukuran yang kecil (KH tereduksi). Tujuan pencernaan KH
Semua sistem pencernaan, mulut dan lumen usus berperan dalam pencernaan
KH. Pencernaan KH kompleks dimulai dari usus. Dimulut terdapat enzim amilase
19
(air ludah) yang dapat memecah KH rantai panjang. KH dengan struktur yang lebih
yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan enzim amilase tidak dapat bekerja.
keasamaan tinggi dari lambung, kemudian masuk ke usus halus yang akan
Pencernaan diakhiri di sel mukosa usus halus. Sel mukosa usus halus dapat
pendek. Enzim-enzim yang dihasilkan oleh sel mukosa usus diantaranya isomaltase
(untuk menguraikan laktosa). Hasil pencernaan ini KH pada tahap ini adalah glukosa,
fruktosa dan galaktosa. Ketiga jenis KH sederhana ini siap diserap melalui usus
halus. Kemudian akan di bawa ke hati oleh darah untuk disimpan atau diproses lebih
lanjut.(1)
Respon gula darah terhadap jenis pangan (KH) ini cepat dan tinggi. Sehingga
glukosa dalam darah meningkat cepat. Sebaliknya, KH yang dipecah dengan lambat
memiliki IG rendah sehingga melepaskan glukosa kedalam darah lebih lambat .(1)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Azka Amanina tahun 2015 menunjukkan
bahwa ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan kejadian DM tipe II (p=
0,004) dengan nilai OR=3,85 sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
asupan karbohidratnya tinggi berisiko sebesar 3,85 kali lebih tinggi untuk mengalami
tetapi, untuk tujuan praktis pangan rujukan selain glukosa, seperti roti putih dapat
digunakan. Untuk uji IG pangan, sebaiknya takaran saji yang digunakan setara
diturunkan menjadi 25 g untuk menghindari takaran saji yang terlalu besar (tidak
Gambar 2.2 Skema penyerapan glukosa dari pangan ber-IG rendah (A)
atau tinggi (B) pada saluran pencernaan (atas) beserta kurva respon
glukosa dalam darah (bawah) (35)
dalam darah (Gambar 2.2). Pangan ber-IG rendah (Gambar 2.2A) diantaranya
berjalan lambat, sehingga laju pengosongan perut (gastric emptying rate) pun
berlangsung lambat. Hal ini mengakibatkan suspensi pangan yang telah mengalami
pencernaan di perut (chyme) lebih lambat mencapai usus kecil, sehingga pencernaan
karbohidrat lebih lanjut dan penyerapan glukosa di usus kecil terjadi secara lambat.
Demikian pula, pada pangan ber-IG rendah, sebagian besar penyerapan glukosa
terjadi di usus kecil bagian atas (duodenum) dan bagian tengah (jejunum).(35)
Pada akhirnya, fluktuasi kadar glukosa darah pun relatif kecil yang
metabolik tersebut, pangan ber-IG rendah dapat mengurangi respon glikemik dan
insulin, sehingga secara keseluruhan dapat memperbaiki kadar glukosa dan lemak
22
darah, baik pada pasien DM maupun pada orang sehat, proses sebaliknya terjadi pada
terjadi di usus kecil bagian atas sehingga kurva respon glikemik dicirikan dengan
2.4 Glukosa
makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula lain diubah
menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah prekursor untuk sintesis semua karbohidrat
lain di tubuh, termasuk glikogen untuk penyimpanan; ribosa dan deoksiribosa dalam
asam nukleat; galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan sebagai kombinasi
terjadi secara anaerob, dengan produk akhir yaitu laktat. Jaringan aerobik
memetabolisme piruvat menjadi asetil-KoA, yang dapat memasuki siklus asam sitrat
untuk oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O, berhubungan dengan pembentukan
Glukosa dan metabolitnya juga ambil bagian dalam beberapa proses lain,
seperti: konversi menjadi polimer glikogen di otot rangka dan hepar; jalur pentosa
fosfat yang merupakan jalur alternaltif dalam glikolisis untuk biosintesis molekul
pereduksi (NADPH) dan sumber ribosa bagi sintesis asam nukleat; triosa fosfat
membentuk gugus gliserol dari triasilgliserol ; serta piruvat dan zat-zat antara dalam
siklus asam sitrat yang menyediakan kerangka karbon untuk sintesis asam amino,
digunakan oleh otak, retina, dan epitel germinal dari gonad. Kadar glukosa darah
harus dijaga dalam konsentrasi yang cukup untuk menyediakan nutrisi bagi organ –
organ tubuh. Namun sebaliknya, konsentrasi glukosa darah yang terlalu tinggi juga
dapat memberikan dampak negatif seperti diuresis osmotik dan dehidrasi pada sel.
Oleh karena itu, glukosa darah perlu dijaga dalam konsentrasi yang konstan.(37)
Pada orang normal, konsentrasi glukosa darah dikontrol dalam rentang yang
cukup sempit, biasanya antara 80 dan 90 mg/100ml darah dalam keadaan puasa
setiap pagi sebelum sarapan. Konsentrasi ini meningkat menjadi 120 sampai 140 mg/
100 ml selama sekitar satu jam pertama setelah makan, namun sistem umpan balik
Baik insulin maupun glukagon berfungsi sebagai sistem kontrol umpan balik
penurunan kadar glukosa darah, glukagon yang memiliki fungsi berlawanan dari
Hepar berfungsi sebagai sistem buffer yang penting untuk glukosa darah.
Ketika kadar glukosa darah meningkat setelah makan dan laju sekresi insulin juga
meningkat, dua pertiga dari glukosa yang diabsorpsi usus langsung disimpan di
dalam hepar dalam bentuk glikogen. Kemudian, ketika konsentrasi glukosa darah
dan laju sekresi insulin mulai menurun, hepar akan melepaskan kembali glukosa ke
aliran darah.(37)
terhadap glukosa darah dan respon insulin. IG memberikan cara yang lebih mudah
dan efektif untuk mengendalikan fluktuasi kadar glukosa darah. (1) Respon glikemik
merupakan kondisi fisiologis kadar glukosa darah selama periode tertentu setelah
Sebaliknya pangan yang meningkatkan kadar glukosa darah dengan lambat memiliki
IG rendah.(1)
makanan yang tidak menaikan glukosa darah secara drastis sehingga glukosa darah
dapat dikontrol.(1)
3 Sukrosa 73
Minuman
1 Minuman yang manis >70
mengandung gula murni
2 Es krim 53-83
Buah
1 Semangka 72
2 Kurma 80
3 Sukun >70
4 Kismis >70
5 Leci >70
6 Buah Kaleng >70
Sumber : Rimbawa dan Albiner S, 2004 dan Dwi Hantoro, 2012 (1, 39)
serat, perbandingan amilosa dan amilopektin, daya cerna pati, kadar lemak dan
a. Komposisi Gula
karbohidrat utama yang terdapat dalam buah. Namun demikian, setiap jenis buah
mengandung komponen gula dan gula total yang berbeda. Di samping monosakarida
(glukosa, fruktosa) dan disakarida (sukrosa), sorbitol yang merupakan polyols (gula
alkohol) juga terkandung dalam buah khususnya yang tergolong keluarga Rosaceae,
seperti apel, aprikot, ceri, pir dan Ampelidaceae, seperti anggur. Campuran
dikonsumsi.(35)
Gula yang dikandung dalam pangan akan mengalami pencernaan yang cepat
dan sebagian besar gula diserap oleh usus kecil dengan mudah. Oleh karena itu,
sejumlah Penelitian telah melakukan studi korelasi antara komposisi gula dan nilai
27
karena proses penyerapan glukosa di usus kecil terjadi melalui transport aktif.
karena proses penyerapan fruktosa diusus kecil terjadi lebih lambat dibandingkan
monosakarida lainnya, yaitu melalui proses difusi. Fruktosa yang telah diserap secara
cepat “ditarik” dari peredaran darah dan mengalami metabolisme di hati, sehingga
sweetnes) yang lebih tinggi dibandingkan jenis gula lainnya. Sehingga, buah dengan
kandungan gula utama berupa fruktosa selain memiliki IG yang relatif rendah, juga
seperti pada buah-buahan, sayuran, serealia, dan aneka umbi. Komponen serat
hemiselulosa, oligosakarida, pektin, gum dan waxes . Keberadaan serat pangan dapat
memengaruhi kadar glukosa darah. Secara umum, kandungan serat pangan yang
Kandungan energi serat per unit bobot pangan adalah rendah. Oleh karena itu,
penambahan serat pada diet efektif menurunkan kerapatan (densitas) energi, terutama
serat larut tersebut mengikat air. Selain itu, pangan yang mengandung serat yang
hormon usus yang berkaitan dengan sinyal lapar. Dengan demikian, serat yang lebih
28
larut yang terfermentasikan dari buah dan sayur dapat menurunkan penyerapan
Amilosa adalah polimer gula sederhana yang tidak bercabang. Struktur yang tidak
bercabang ini membuat amilosa terikat lebih kuat sehingga sulit tergelatinisasi dan
akibatnya sulit dicerna. Sedangkan, amilopektin adalah polimer gula sederhana yang
bercabang yang memiliki ukuran molekul lebih besar dan lebih terbuka. Dengan
demikian, amilopektin lebih mudah tergelatinisasi dan akhirnya lebih mudah dicerna.
(1)
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pangan yang memiliki proporsi
amilosa lebih tinggi dibanding amilopektin memiliki nilai IG yang lebih rendah,
bahwa varietas padi dengan amilosa semakin tinggi mempunyai IG yang semakin
rendah.(35)
Kadar amilosa yang tinggi pada beras dapat memperlambat pencernaan pati
mengonsumsi nasi dari beras berkadar amilosa tinggi diduga pada saat pengolahan
pera dan rasa nasi yang kurang enak, namun memiliki nilai IG yang cenderung
rendah. Jagung merupakan serealia lain yang sering dikonsumsi sumber karbohidrat.
(38)
29
Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dihidrolisis
oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana. Enzim pemecah
pati dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu endo-amilase dan ekso-amilase. Enzim
Proses pencernaan pati dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik menyebabkan pati dicerna pada usus halus. Faktor
intrinsik berkaitan erat dengan sifat alami pati, seperti ukuran granula,
keberadaannya pada matrik pangan, serta jumlah dan ukuran pori pada permukaan
pati. Ukuran granula pati berkaitan dengan luas penampang permukaan totalnya.
Semakin kecil ukuran granula pati, semakin besar luas permukaan total granula pati
tersebut. Dengan luas permukaan yang lebih besar, enzim pemecah pati memiliki
area yang lebih luas untuk menghidrolisis pati menjadi glukosa. Semakin mudah
Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh yang lebih efektif daripada
karbohidrat dan protein. Satu gram lemak menghasilkan 9 kkal energi, sedangkan
karbohidrat dan protein hanya menghasilkan energi 4 kkal. Protein adalah sumber
adalah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah
ada. Protein juga berfungsi sebagai zat pengatur proses metabolisme tubuh.(38)
pengosongan lambung, sehingga laju pencernaan makanan pada usus halus juga
lambat. Sementara itu, kadar protein yang tinggi diduga merangsang sekresi insulin
30
sehingga glukosa dalam darah tidak berlebih dan terkendali. Oleh karena itu, pangan
dengan kandungan lemak dan protein tinggi cenderung memiliki IG lebih rendah
dibandingkan dengan pangan sejenis yang berkadar lemak dan protein rendah.(1)
menghasilkan banyak energi jika mengandung banyak lemak dan protein. Namun,
pangan berlemak harus dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan. Total konsumsi lemak
tidak boleh melebihi 30% dari total energi dan total konsumsi lemak jenuh tidak
f. Cara Pengolahan
Salah satu faktor yang memengaruhi nilai IG suatu produk pangan adalah cara
dapat mengubah sifat fisikokimia suatu bahan pangan seperti kadar lemak dan
protein, daya cerna, serta ukuran pati maupun zat gizi lainnya.(38)
keracunan bila jumlahnya besar. Zat yang berpotensi menyebabkan efek merugikan
terhadap status gizi disebut zat anti gizi. Misalnya, kacang polong mengandung
enzim penghambat yang dapat menyebabkan rasa sakit pada lambung bila pangan ini
tidak dimasak dengan matang. Beberapa zat anti gizi tetap aktif walaupun sudah
melalui proses pemasakan. Zat anti gizi pada biji-bijian dapat memperlambat
Melitus
dikonsumsi oleh seseorang dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah yang
disebut dengan istilah Indeks Glikemik (IG). Makanan dengan IG yang lebih rendah
akan menimbulkan rasa kenyang yang lebih besar. Perubahan yang berbeda pada
kadar glukosa dan/atau insulin dapat memberikan efek lebih lanjut pada asupan
menjadi salah satu cara yang efektif untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah
dan menurunkan kadar glukosa darah, antara lain dapat dengan mengkonsumsi
makanan tinggi serat dan berindeks glikemik rendah. Peran pangan yang berindeks
glikemik rendah yaitu akan dicernanya dan diubah menjadi glukosa secara bertahap
dan perlahan sehingga puncak kadar glukosa darah juga akan rendah. Hal ini akan
berpengaruh terhadap peningkatan sekresi insulin dan pemakaian glukosa oleh sel
akan mengakibatkan kadar glukosa darah tidak terkontrol begitupun sebaliknya jika
indeks glikemik rendah dan kadar glukosa darah terkontrol. Begitu pula yang
peningkatan kadar glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu makanan.
glukosa darah dalam darah dengan cepat dalam jumlah yang tinggi.(41)
32
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sinta Mukti Permatasari tahun 2014,
33
34
Nilai Indeks Glikemik 1. Abdullah Studi literatur - Nilai IG produk pangan dipengaruhi oleh
Produk Pangan dan Bin Arif sejumlah faktor, antara lain kadar serat
Faktor-Faktor 2. Agus pangan, kadar amilosa dan amilopektin,
yang Memengaruhinya Budiyanto kadar lemak
3. Hoerudin dan protein, daya cerna pati, dan cara
pengolahan. Semakin tinggi nilai/
kadar serat pangan total, rasio
amilosa/amilopektin, serta lemak dan
protein, maka nilai IG semakin rendah.
Sementara itu, daya cerna pati yang tinggi
menyebabkan nilai IG yang tinggi. Cara
pengolahan produk pangan dapat
menurunkan atau menaikkan nilai IG produk
pangan tersebut.
Asupan Zat Gizi Makro, Dwi Hantoro Cross 1. Lokasi : di Polres dan 1. Tidak ada hubungan yang bermakna
Serat, Indeks Glikemik Adhi Sectional seluruh polsek antara karakteristik individu (usia dan
Pangan Hubungannya Kabupaten Purworejo golingan kerja) dan asupan serat dengan
Dengan Persentase 2. Populasi : seluruh persentase lemak tubuh
Lemak Tubuh Pada polisi laki-laki di 2. Ada hubungan yang bermakna antara
Polisi Laki-Laki Kabupaten Purworejo asupan zat gizi makro (total energi,
Kabupaten Purworejo 3. Sampel : polisi laki- protein, lemak dan karbohidrat) dengan
Tahun 2012 laki di Kabupaten persentase lemak tubuh
Purworejo 3. Ada hubungan yang bermakna antara
indeks glikemik pangan campuran
dengan persentase lemak tubuh
4. Ada hubungan yang bermakna antara
aktifitas fisik dengan persentase lemak
36
tubuh
Pengaruh Indeks 1. Albiner Studi 1. Lokasi : di Medan, 1. Mengonsumsi pangan yang memiliki IG
Glikemik, Komposisi, Siagian eksperimental Sumatera Utara yang rendah pada pagi hari dapat
dan Cara 2. Rimbawan 2. Populasi : seluruh menurunkan nafsu makan pada siang
Pemberian Pangan 3. Hidayat yang berumur 18-30 hari. Itu berarti bahwa pangan IG rendah
Terhadap Nafsu Makan Syarief tahun di Medan, dapat menunda rasa lapar,sebaliknya
Pada Subyek Obes dan 4. Darwin Sumatera Utara untuk pangan IG tinggi.
Normal Dalimunth 3. Sampel : berumur 2. Penderita obesitas cenderung
e 18-30 tahun di lebihmcepat lapar daripada orang normal
Medan, Sumatera Penderita obes akan merasa lapar dua
Utara terdiri atas 2 jam pasca-mengonsumsi pangan, apapun
kelompok (obes dan jenis pangan dan berapa pun nilai IG
normal) pangannya. Pemberian pangan secara
bertahap pada pagi hari dapat
memperbaiki respons gklikemik dan
menurunkan nafsu makan pada siang
hari. Sementara itu, wanita memiliki
skor nafsu makan yang relatif lebih
rendah dibandingkan dengan pria.
Pengaruh Diet Indeks 1. Sarah Studi 1. Lokasi : di Persatuan1. Rerata usia pada kelompok IG tinggi 15,33
Glikemik Tinggi dan Djuned eksperimental Atletik tahun ± 0,50 sedangkan pada IG rendah
Rendah Terhadap Kadar 2. Fillah 2. Populasi : semua atlet 15,56 tahun ± 0,72.
Glukosa Darah Atlet Fithra lari laki-laki usia 15-2. Rerata persen lemak tubuh pada kelompok
Lari Dieny 18 tahun di Persatuan IG tinggi 14,98% ± 2,38, sedangkan pada IG
Atletik Purbalingga. rendah 14,76% ± 2,63.
3. Sampel : 18 atlet lari3. Rerata KGD 1 pada kelompok diet IG tinggi
laki-laki usia 15-18 130,56 mg/dl ± 14,22 dan IG rendah 112,78
tahun di Persatuan mg/dl ± 10,24.
37
Riwayat Keluarga
DM(20)
Usia(20)
Jenis kelamin(32)
Gaya Hidup(20)
- Pola Makan
o Frekuensi
Konsumsi
(KH,
minuman,
buah dengan
Kadar
indeks glikemi
Glukosa Darah
tinggi)
- Aktifitas
Obesitas (32)
Rokok dan
Alkohol (20)
Stress(20)
Bahan-bahan Kimia
dan Obat-Obatan(32)
Keterangan :
o Tidak diteliti
Diteliti
39
hanya dapat dikontrol agar gula darah tetap normal dan juga untuk mencegah
makan (diet) sangat diperhatikan karena secara langsung akan mempengaruhi kadar
gula darah penderita DM. Pengaturan makan dalam memilih bahan makanan sangat
penting, karena ada beberapa bahan makanan yang memiliki IG tinggi yang sangat
variabel yang diduga mempunyai hubungan kuat dengan pengendalian kadar glukosa
Konsumsi karbohidrat
indeks glikemik tinggi :
- Padi-padian dan bijian
- Roti
- Biskuit dan cracker
- Umbi-umbian
- Pasta dan mie
- Gula dan coklat
olahan Kadar glukosa darah
Konsumsi Minuman
indeks glikemik tinggi
Konsumsi buah-buahan
indeks glikemik tinggi
Gambar 2.5 Skema konsep hubungan konsumsi bahan makanan sumber indeks
glikemik tinggi terhadap kadar glukosa darah
40
study, yaitu seluruh variabel yang diukur pada saat yang bersamaan pada waktu
penelitian berlangsung. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kadar glukosa
indeks glikemik.
Djamil Padang. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Juli 2016.
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang datang ke
poliklinik khusus penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016 dengan
3.3.2 Sampel
a. Besar sampel
dan dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi(43). Sampel dalam penelitian
ini yaitu semua yang menderita DM yang berkunjung di poliklinik khusus penyakit
dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan uji hipotesis koefisien korelasi (44) dengan
δ =0,5 ln ( 1−r
1+ r
)
42
Keterangan:
δ = Koefisien Fisher
( )
❑ ❑ 2
Z α + Z1− β
1−
n=
2 +3
δ
Keterangan:
n = Jumlah sampel
δ = Koefisien Fisher
❑ ❑
Z α = Derajat kepercayaan sebesar 95% ( Z1− α = 1,96)
1−
2 2
Z❑
1− β
❑
= Nilai Z untuk kekuatan uji 1-β yaitu 90%( Z1− β = 1,28
δ =0,5 ln ( 1−r
1+ r
) = 0,5 ln ( 1−0,345
1+ 0,345
) = 0,5 ln (2,05) = 0,359
( )
❑ ❑ 2
Z + Z1− β
( ) + 3 = 81,4 + 3 = 84,45
2
1−
α 1,96+1,28
n=
2 +3=
δ 0,359
Djamil Padang menggunakan metode accidental sampling, yaitu semua subyek yang
sabagai sampel penelitian ini sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria ekslusi
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui
yang diambil meliputi mencatat data hasil pemeriksaan kadar glukosa darah di
laboratorium Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil Padang dengan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Poliklinik khusus penyakit
dalam RSUP dr. M. Djamil Padang meliputi data jumlah pasien yang terdiagnosa
DM, jumlah pengunjung atau pasien yang berobat di Poliklinik penyakit dalam
RSUP dr. M. Djamil Padang. Data prevalensi penyakit diabetes melitus dari profil
kesehatan Kota Padang, hasil riset kesehatan dasar dan hasil penelitian-penelitian
lainnya.
44
3.6.1 Editing
glukosa darah dan konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi.
Tujuannya untuk melengkapi data yang kurang lengkap dan memeriksa kesalahan
untuk diperbaiki.
3.6.2 Entry
Tahap memasukkan data penelitian ke komputer. Data dari hasil FFQ semi
kuantitatif untuk konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi terlebih
SPSS versi 16. Data dari kuesioner langsung dientrikan kedalam SPSS versi 16.
3.6.3 Coding
Tahap memberikan kode dari kuesioner yang terkumpul pada setiap
3.6.4 Processing
Pada tahap ini dilakukan analisis data, yaitu menganalisis data univariat dari
variabel penelitian yang meliputi konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik
tinggi dan kadar glukosa darah disajikan dalam bentuk mean, median, nilai
maksimum dan minimum serta simpangan baku. Sedangkan data umur, kebiasaan
olahraga dan penggunaan obat/suntik insulin, disajikan dalam bentuk frekuensi dan
persentase.
bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah. Uji
statistik yang digunakan yaitu uji Correlate (korelasi) dengan tingkat kemaknaan
korelasi dapat juga untuk mengetahui sejauh mana kekuatan hubungan indeks
1. Bila nilai p ≤ 0,05 maka Ho ditolak berarti ada hubungan antara indeks glikemik
2. Bila nilai p> 0,05 maka Ho gagal ditolak perhitungan statistik tidak bermakna,
ini berarti tidak ada hubungan antara indeks glikemik tinggi dengan kadar
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil Padang terletak di Jalan
Perintis Kemerdekaan Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat dengan luas area 8.576
hektar dan luas bangunan 58.079 m2. RSUP Dr. M. Djamil Padang didirikan tahun
1953 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 800 dan jumlah pegawai yang bekerja
sebanyak 2.054 yang terdiri dari 268 orang dokter/medik, 152 orang bagian sub
spesialis, 834 orang bagian keperawatan, 260 orang bagian non keperawatan, dan
Pendidikan dan rumah sakit pusat di Sumatera (Top Regional Referal Hospital)
dengan keunggulan RSUP DR. M. Djamil Padang adalah dibidang Cardio Vascullar
Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. djamil Padang. Subyek penelitian
datang, kemudian langsung dijadikan sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi
dan ekslusi sehingga memenuhi jumlah yang memenuhi syarat analisis. Penelitian ini
Padang.
49
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
Karakteristik f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 36,2
Perempuan 60 63,8
Umur
<45 tahun 6 6,4
≥45 tahun 88 93,6
Tingkat Pendidikan
Tamat SD 6 6,4
Tamat SMP 21 22,3
Tamat SMA 41 43,6
Tamat PT 26 27,7
Pekerjaan
Tidak bekerja/IRT 36 38,3
PNS/Pegawai 15 16
Wiraswasta 8 8,5
Pedagang 5 5,3
Pensiunan 30 31,9
Lama Menderita DM
<5 tahun 41 43,6
5-10 tahun 37 39,4
>10 tahun 16 17
Penyakit Lain Responden
Tanpa komplikasi 37 39,4
Dengan komplikasi 57 60,6
Kebiasaan olahraga
Tidak pernah 20 21,3
Tidak rutin 57 60,6
Rutin 17 18,1
Konsumsi obat/insulin
Tidak 11 11,7
Ya 83 88,3
Khusus Penyakit Dalam di RSUP Dr. M. Djamil Padang, persentasenya lebih banyak
selama <5 tahun 41 orang (43,6%) dengan komplikasi 57 orang (60,6%). Penyakit
(88,3%).
variabel yang diteliti yaitu kadar glukosa darah puasa dan KH (padi-padian dan
bijian, roti, biskuit dan cracker, umbi-umbian, pasta dan mie, gula dan coklat
Distribusi rata-rata glukosa darah responden dapat dilihat dari tabel 4.2
berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Responden
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
adalah 186,68 mg/dl ± 76,62 mg/dl dengan nilai terendah 46 mg/dl dan nilai tertinggi
487 mg/dl.
51
bijian, roti, biskuit dan cracker, umbi-umbian, pasta dan mie, gula dan coklat olahan)
Tabel 4.3
Distribusi Rata-Rata Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi Responden
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
dan bijian adalah 398,2 gr/hari ± 124,4gr/hari dengan nilai terendah 200 gr/hari dan
nilai tertinggi 784 gr/hari. Rata-rata konsumsi roti adalah 46,65gr/hari ± 33,07gr/hari
dengan nilai terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 237 gr/hari. Rata-rata konsumsi
biskuit dan cracker adalah 19,04 gr/hari ± 13,73 gr/hari dengan nilai terendah 0
gr/hari dan nilai tertinggi 54 gr/hari. Rata-rata konsumsi umbi-umbian adalah 35,06
gr/hari ± 31,43 gr/hari dengan nilai terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 185 gr/hari.
Rata-rata konsumsi pasta dan mie adalah 12,07 gr/hari ± 18,33 gr/hari dengan nilai
terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 134 gr/hari. Rata-rata konsumsi gula dan coklat
52
olahan adalah 5,45gr/hari ± 6,05 gr/hari dengan nilai terendah 0 gr/hari dan nilai
adalah 518,44 gr/hari ± 125,89 gr/hari dengan nilai terendah 289 gr/hari dan nilai
Tabel 4.4
Distribusi Rata-Rata Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi Responden
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
minuman indeks glikemik tinggi adalah 175,12 ml/hari ± 89,4 ml/hari dengan nilai
Tabel 4.5
Distribusi Rata-Rata Konsumsi Buah-buahan Indeks Glikemik Tinggi
Responden di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
indeks glikemik tinggi adalah 49,95 gr/hari ± 40,82 gr/hari dengan nilai terendah 0
padian dan bijian, roti, biskuit dan cracker, umbi-umbian, pasta dan mie, gula dan
coklat olahan), minuman dan buah-buahan yang mengandung Indeks glikemik tinggi
biskuit dan cracker, umbi-umbian, pasta dan mie, gula dan coklat olahan) dengan
Tabel 4.6
Hubungan Karbohidrat Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar Glukosa Darah
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna
antara konsumsi padi-padian dan bijian dengan kadar glukosa darah, diperoleh nilai p
sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil uji statistik diperoleh juga nilai r sebesar 0,395 (CI
95%) berarti konsumsi padi-padian dan bijian dengan kadar glukosa darah memiliki
hubungan rendah.
Pada konsumsi biskuit dan cracker terdapat hubungan yang bermakna antara
konsumsi biskuit dan cracker dengan kadar glukosa darah, diperoleh nilai p-value
sebesar 0,03 (p<0,05). Hasil uji statistik diperoleh juga nilai r sebesar 0,307 (CI 95%)
yang berarti konsumsi biskuit dan cracker dengan kadar glukosa darah memiliki
hubungan rendah.
Pada konsumsi jenis makanan dengan sumber IG tinggi yang tidak terdapat
hubungan adalah roti, umbi-umbian, roti, pasta dan mie, gula dan coklat dengan
kadar glukosa darah yaitu pada konsumsi roti tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara konsumsi roti dengan kadar glukosa darah, diperoleh nilai p-value
sebesar 0,156 (p>0,05). Pada konsumsi umbi-umbian tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara konsumsi umbi-umbian dengan kadar glukosa darah, diperoleh nilai
Pada konsumsi pasta dan mie tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
konsumsi pasta dan mie dengan kadar glukosa darah, diperoleh nilai p-value sebesar
0,352 (p>0,05). Serta, pada konsumsi gula dan coklat olahan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara konsumsi gula dan coklat olahan dengan kadar
antara konsumsi KH indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah, diperoleh
nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil uji statistik diperoleh juga nilai r sebesar
55
0,407 (CI 95%) yang berarti konsumsi KH indeks glikemik tinggi dengan kadar
Tabel 4.7
Hubungan Konsumsi Minuman Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar
Glukosa Darahdi RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna
antara konsumsi minuman indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah,
diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 (p<0,05). Hasil uji statistik diperoleh juga nilai
r sebesar 0,333 (CI 95%) yang berarti konsumsi minuman indeks glikemik tinggi
Tabel 4.8
Hubungan Konsumsi Buah-Buahan Indeks Glikemik Tinggi dengan Kadar
Glukosa Darah di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna
antara konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah,
diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 (p<0,05). Hasil uji statistik diperoleh juga nilai
r sebesar 0,335 yang berarti konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi dengan
BAB 5 : PEMBAHASAN
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah dari segi waktu, dimana pengisian
kuesioner dilakukan pada saat pasien menunggu antrian. Kuesioner yang digunakan
adalah FFQ semi kuantitatif dengan bahan makanan yang IG tinggi. Kemudian,
kurangnya hasil penelitian yang sejenis yang digunakan sebagai pembanding dari
glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus ini
menjadikan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM,
(36,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukkan Jelantik dan Haryati pada
penelitian ini bahwa lebih banyak responden yang memiliki GDP tinggi adalah
perempuan.
Sedangkan, hanya sebagian kecil responden yang berumur <45 tahun (6,4%). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kekenusa, dkk tahun 2014 menunjukkan
58
bahwa responden yang memiliki umur ≥45 tahun merupakan responden dengan
persentase paling besar (56,3%).(27) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih
banyak responden yang memiliki GDP tinggi adalah responden berumur ≥45 tahun.
responden yang memiliki tingkat pendidikan lulusan SMA (43,6%) dan sekitar
27,7% merupakan lulusan perguruan tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Kekenusa, dkk tahun 2014 didapatkan sebagian besar responden adalah
lulusan Sekolah Menengah Atas (46,7%), dan sekitar 29% merupakan lulusan
Perguruan Tinggi.(27) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih banyak responden
yang tidak bekerja/IRT (38,3%), kemudian diikuti dengan responden yang sudah
pensiun (31,9%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kekenusa, dkk
tahun 2014 didapatkan jenis pekerjaan responden yang terbanyak adalah responden
yang tidak memiliki pekerjaan (27,9%), kemudian responden yang pensiun (25,9%).
(27)
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih banyak responden yang memiliki
dalam kurun waktu 4,852 -11,90 tahun.(47) Selain itu, juga dapat menimbulkan
ulserasi kaki yang dapat menyebabkan gangren dan penyakit kadiovaskular (penyakit
jantung koroner dan stroke).(3) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih banyak
59
responden yang memiliki GDP tinggi adalah responden menderita DM selama 5-10
tahun.
lainnya penderita DM perlu diobati dengan pengobatan medis dan terapi diet agar
dapat meningkatkan angka harapan hidup. Kadar glukosa darah tinggi dan terus
menerus dapat menyebabkan suatu keadaan gangguan pada berbagai organ tubuh.
tubuh sehingga timbul berbagai komplikasi.(48) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa
lebih banyak responden yang memiliki GDP tinggi adalah responden dengan
komplikasi.
responden tidak rutin berohraga (60,6%), sedangkan yang paling sedikit responden
yang rutin berolahraga (18,1%). Aktivitas fisik yang dilakukan minimal 3 sampai 4
kali dalam seminggu minimal 30 menit, ini merupakan kebiasaan olahraga yang
rutin. Aktivitas fisik ini harus dilakukan secara rutin agar dapat mengontrol glukosa
darah tetap normal.(25) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih banyak responden
kronis pada umumnya rendah. Penelitian yang melibatkan pasien berobat jalan
60
menunjukkan bahwa lebih dari 70% pasien tidak minum obat sesuai dengan dosis
yang seharusnya.(49) Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa lebih banyak responden
Pada keadaan normal glukosa darah diatur insulin yang diproduksi oleh sel β-
Pankreas, sehingga kadar insulin dalam darah selalu dibatas aman, baik dalam
karbohidrat.(18)
glukosa darah puasa <190 mg/dl. Adapun rata-rata kadar glukosa darah puasa
responden adalah 186,68 mg/dl ± 76,62 mg/dl dengan nilai terendah 46 mg/dl dan
nilai tertinggi 487 mg/dl. Jika dibandingkan dengan kriteria kadar glukosa darah
puasa yang baik untuk penderita DM adalah ≤126 mg/dl, maka hasil rata-rata kadar
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hanum pada pasien
DM tipe 2 di RSUD Kota Cilegon didapatkan rata-rata kadar glukosa darah puasa
202,97 mg/dl ± 73,353 mg/dl dengan nilai terendah 102 mg/dl dan nilai tertinggi 377
mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki kadar glukosa
dengan usia 40 tahun mulai memiliki risiko terkena DM. Selanjutnya, semakin
bertambah usia maka semakin besar pula risiko seseorang mengalami DM tipe 2. Hal
ini terjadi karena usia bertambah membuat kondisi tubuh berkurang vitalitasnya.(20)
basal sebesar 2% setiap tahunnya yang disertai dengan perubahan disemua sistem
glikemik tinggi adalah 518,44 gr/hari yang terdiri dari padi-padian dan bijian, roti,
biskuit dan cracker, umbi-umbian, pasta dan mie, gula dan coklat olahan. bahan
makanan sumber indeks glikemik tinggi yang paling banyak dikonsumsi responden
adalah jenis padi-padian dan bijian. Responden mengkonsumsi makanan dari padi-
padian dan bijian yang memiliki IG tinggi sebanyak < 400 gr/hari. Adapun rata-rata
konsumsi padi-padian dan bijian adalah 398,2 gr/hari ± 124,4 gr/hari dengan nilai
adalah nasi putih dan bubur nasi. Beras merupakan makanan pokok masyarakat
Indonesia yang di konsumsi 3 kali sehari yang biasa di konsumsi dalam bentuk nasi.
Bubur nasi merupakan bentuk pengolahan lain dari nasi dengan bentuk yang lebih
dilaporkan Hu et al., bahwa varietas padi dengan amilosa semakin tinggi mempunyai
Setelah padi-padian dan bijian yang paling banyak dikonsumsi adalah roti.
konsumsi roti adalah 46,65 gr/hari ± 33,07 gr/hari dengan nilai terendah 0 gr/hari dan
nilai tertinggi 237 gr/hari. Jenis roti dengan IG tinggi yang sering di konsumsi
responden adalah roti manis dan roti tawar. Bahan baku pembuatan roti adalah
terigu. Tepung terigu juga memiliki kandungan Indeks Glikemik tinggi sebesar
>70%.
rata konsumsi umbi-umbian adalah 35,06 gr/hari ± 31,43 gr/hari dengan nilai
terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 185 gr/hari. Umbi-umbian dengan IG tinggi
yang sering di konsumsi responden adalah wortel dan pregedel kentang. Jenis umbi-
Setelah itu yang paling banyak di konsumsi responden adalah biskuit dan
cracker. Sebagian besar responden mengkonsumsi biskuit dan cracker < 20 gr/hari.
Adapun rata-rata konsumsi biskuit dan cracker adalah 19,04 gr/hari ± 13,73 gr/hari
dengan nilai terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 54 gr/hari. Jenis biskuit dengan IG
tinggi yang banyak di konsumsi responden adalah creacker dan biskuit manis.
tepung terigu dan gula. Pengggunaan terigu sebaiknya tidak secara berlebihan karena
63
kandungan gluten tinggi yang menyebabkan kerusakan usus 2 halus sehingga terjadi
gangguan penyerapan zat gizi secara umum yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu
tepung terigu juga memiliki kandungan Indeks Glikemik tinggi sebesar >70%.(50)
Pasta dan mie adalah konsumsi responden yang paling sedikit setelah gula
dan coklat olahan. Sebagian besar responden mengkonsumsi pasta dan mie < 13
gr/hari. Adapun rata-rata konsumsi pasta dan mie adalah 12,07 gr/hari ± 18,33 gr/hari
dengan nilai terendah 0 gr/hari dan nilai tertinggi 135 gr/hari. Pasta dan mie yang
Konsumsi bahan makanan sumber indeks glikemik tinggi yang paling sedikit
dikonsumsi responden adalah gula dan coklat olahan. Sebagian besar responden
mengkonsumsi gula dan coklat olahan < 6 gr/hari. Adapun rata-rata konsumsi gula
dan coklat olahan adalah 5,45 gr/hari ± 6,05 gr/hari dengan nilai terendah 0 gr/hari
dan nilai tertinggi 28 gr/hari. Hampir sebagian besar responden tidak mengkonsumsi
gr/hari. Adapun rata-rata konsumsi KH indeks glikemik tinggi adalah 518,44 gr/hari
± 125,89 gr/hari dengan nilai terendah 289 gr/hari dan nilai tertinggi 1053 gr/hari.
serat, perbandingan amilosa dan amilopektin, daya cerna pati, kadar lemak dan
Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dihidrolisis
oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana. Enzim pemecah
pati dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu endo-amilase dan ekso-amilase.
64
karbohidrat pati.(38)
pengosongan lambung, sehingga laju pencernaan makanan pada usus halus juga
lambat. Sementara itu, kadar protein yang tinggi diduga merangsang sekresi insulin
sehingga glukosa dalam darah tidak berlebih dan terkendali. Oleh karena itu, pangan
dengan kandungan lemak dan protein tinggi cenderung memiliki IG lebih rendah
dibandingkan dengan pangan sejenis yang berkadar lemak dan protein rendah.(1)
suatu bahan pangan seperti kadar lemak dan protein, daya cerna, serta ukuran pati
Minuman yang manis yang menggunakan gula murni secara berlebihan atau
karena penggunaan gula sederhana yang mengalami pencernaan yang cepat dan
sebagian besar gula diserap oleh usus kecil dengan mudah. (35)
minuman indeks glikemik tinggi < 180 ml/hari. Adapun rata-rata konsumsi minuman
indeks glikemik tinggi adalah 175,12 ml/hari ± 89,4 ml/hari dengan nilai terendah 28
ml/hari dan nilai tertinggi 428 ml/hari. Jenis minuman yang sering di konsumsi
Dalam pembuatan minuman seperti teh, kopi dan lainnya untuk 1 gelas (200
ml) bisa menggunakan 1 sampai 3 sdm (13 – 39 gram) dengan 50 – 150 kalori dan 12
Anjuran konsumsi gula untuk orang Indonesia baik yang normal maupun
pasien diabetes yang memerlukan adalah tidak lebih dari 5% total kalori (3 – 4 sdm)
sehari. Bagi pasien diabetes yang memerlukan gula, kalori gula diperhitungkan
vitamin, mineral, serat, dan senyawa fenolat yang berfungsi sebagai antioksidan.
kronis seperti obesitas dan diabetes. Oleh karena itu, peningkatan konsumsi buah
telah menjadi strategi dan prioritas global dalam memperbaiki tingkat kesehatan
buah indeks glikemik tinggi < 50 gr/hari. Adapun rata-rata konsumsi buah indeks
glikemik tinggi adalah 49,95 gr/hari ± 40,82 gr/hari dengan nilai terendah 0 gr/hari
dan nilai tertinggi 298 gr/hari. Buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi
Pada buah ketersediaan gula untuk penyerapan di usus kecil tergantung pada
efektivitas pelepasan gula dari sel tanaman. Selain itu, buah umumnya dikonsumsi
66
dalam bentuk segar, sedangkan pangan berkadar pati tinggi umumnya dikonsumsi
dalam bentuk olahan dimana pati sudah mengalami gelatinisasi. Namun demikian,
sejumlah faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi IG terdapat pada kedua jenis
pangan tersebut. Sebagai contoh, buah dan pangan berkadar pati tinggi mengandung
serat pangan yang menurut hasil penelitian berpengaruh terhadap nilai IG. Penelitian
intrinsik yang mempengaruhi IG pada buah, yaitu komposisi gula, struktur dan serat
pangan, konsentrasi solut dan asam organik, kandungan senyawa polifenol, dan
tingkat kematangan.(35)
Glukosa Darah
terhadap glukosa darah dan respon insulin. IG memberikan cara yang lebih mudah
dan efektif untuk mengendalikan fluktuasi kadar glukosa darah. (1) Respon glikemik
merupakan kondisi fisiologis kadar glukosa darah selama periode tertentu setelah
makanan yang tidak menaikan glukosa darah secara drastis sehingga glukosa darah
dapat dikontrol.(1)
diantaranya beberapa jenis padi-padian dan bijian, roti, biskuit dan cracker, umbi-
kadar glukosa darah, sesuai dengan teori bahwa konsumsi bahan makanan ini dapat
meningkatkan glukosa darah. Hal ini terlihat dari pola hubungan konsumsi padi-
padian dan bijian dengan kadar glukosa darah adalah positif, artinya semakin tinggi
konsumsi padi-padian dan bijian, semakin tinggi juga kadar glukosa darah. Terdapat
hubungan yang bermakna antara konsumsi padi-padian dan bijian dengan kadar
konsumsi bahan makanan ini dapat meningkatkan glukosa darah. Hal ini terlihat dari
pola hubungan konsumsi biskuit dan cracker dengan kadar glukosa darah adalah
positif, artinya semakin tinggi konsumsi biskuit dan cracker, semakin tinggi juga
kadar glukosa darah. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi biskuit dan
cracker dengan kadar glukosa darah (p=0,03) dengan kekuatan hubungan rendah
(r=0,307).
darah, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi roti dengan kadar
dengan kadar glukosa darah. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umbi-
68
umbian dengan kadar glukosa darah (p=0,61). Pada hasil penelitian konsumsi pasta
dan mie hubungannya dengan kadar glukosa darah. Tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara pasta dan mie dengan kadar glukosa darah (p=0,352). Pada hasil
penelitian konsumsi gula dan coklat olahan hubungannya dengan kadar glukosa
darah. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara gula dan coklat olahan dengan
kadar glukosa darah, sesuai dengan teori bahwa konsumsi bahan makanan ini dapat
meningkatkan glukosa darah. Hal ini terlihat dari pola hubungan konsumsi
karbohidrat IG tinggi dengan kadar glukosa darah adalah positif, artinya semakin
tinggi konsumsi karbohidrat IG tinggi, semakin tinggi juga kadar glukosa darah.
Terdapat hubungan yang bermakna antara total konsumsi makanan IG tinggi dengan
kadar glukosa darah (p=0,000) dengan kekuatan hubungan rendah (r=0,407), hasil
bahwa IG yang tinggi bila dikonsumsi akan meningkatkan kadar glukosa dalam
sesuai kebutuhan penderita DM, jika konsumsi KH berlebih maka energi yang
didapatkan juga berlebih dan akan mempengaruhi kadar glukosa darah. Dalam syarat
Data asupan energi dan KH responden penelitian ini dapat dilihat pada
penelitian lainnya dengan rata-rata asupan energi 1403 kkal, sedangkan rata-rata
asupan KH 273,75 gr. Berdasarkan rata-rata asupan energi (1403 kkal) responden,
jika dilihat standar diet DM konsumsi nasi dalam sehari sebanyak 3 kali sehari 100
69
gr untuk 1 kali makan. Konsumsi padi-padian dan bijian yang merupakan kontribusi
terbesar dari rata-rata konsumsi KH indeks glikemik tinggi didapatkan sekitar > 400
KH dalam makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula
lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah prekursor untuk sintesis semua
glikolisis, yang dapat terjadi secara anaerob, dengan produk akhir yaitu laktat.
memasuki siklus asam sitrat untuk oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O,
Glukosa dan metabolitnya juga ambil bagian dalam beberapa proses lain,
seperti: konversi menjadi polimer glikogen di otot rangka dan hepar; jalur pentosa
fosfat yang merupakan jalur alternaltif dalam glikolisis untuk biosintesis molekul
pereduksi (NADPH) dan sumber ribosa bagi sintesis asam nukleat; triosa fosfat
membentuk gugus gliserol dari triasilgliserol; serta piruvat dan zat-zat antara dalam
siklus asam sitrat yang menyediakan kerangka karbon untuk sintesis asam amino,
Kadar glukosa darah harus dijaga dalam konsentrasi yang cukup untuk
glukosa darah yang terlalu tinggi juga dapat memberikan dampak negatif seperti
diuresis osmotik dan dehidrasi pada sel. Oleh karena itu, glukosa darah perlu dijaga
dalam konsentrasi yang konstan. Ketika terjadi peningkatan kadar glukosa darah,
Hepar berfungsi sebagai sistem buffer yang penting untuk glukosa darah.
Ketika kadar glukosa darah meningkat setelah makan dan laju sekresi insulin juga
meningkat, dua pertiga dari glukosa yang diabsorpsi usus langsung disimpan di
dalam hepar dalam bentuk glikogen. Kemudian, ketika konsentrasi glukosa darah
dan laju sekresi insulin mulai menurun, hepar akan melepaskan kembali glukosa ke
aliran darah.(37)
dapat meningkatkan kadar glukosa darah secara cepat. Oleh karena itu, untuk
DM harus mengetahui jenis KH yang memiliki IG tinggi, sedang dan rendah. Untuk
membantu pemilihan jenis makanan sesuai prinsip dan syarat diet DM.
Glukosa Darah
Pada hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa konsumsi minuman yang
mengandung IG tinggi dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Hal ini terlihat dari
pola hubungan konsumsi minuman dengan kadar glukosa darah adalah positif,
artinya semakin tinggi konsumsi minuman, semakin tinggi juga kadar glukosa darah.
Terdapat hubungan yang bermakna antara minuman indeks glikemik tinggi dengan
Dalam syarat diet penyakit DM penggunaan gula murni dalam minuman atau
mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari energi total. (17) Pada penelitian ini
didapatkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah responden tinggi, maka pada dietnya
71
tidak diperbolehkan penggunaan gula murni pada minuman responden. Hal ini
menyebabkan, bahwa responden tidak patuh pada diet yang dilakukkan. Jika kadar
glukosa darah terkontrol atau masih dibatas nilai normal (≤126 mg/dl), pasien DM
dapat mengkonsumsi gula murni sebanyak 5% yaitu 70,15 kkal dan17,53 gr KH,
dalam ukuran rumah tangga (URT) sekitar 1 ½ sdm gula yang dapat dikonsumsi
penyerapan beberapa zat gizi terhambat, dan terjadinya intoleransi glukosa yang
menunjukkan adanya masalah tubuh dalam mengatur kadar gula darah. Ketika
glukosa darah melebihi kadar tersebut, insulin dilepaskan dan bekerja menurunkan
konsentrasi glukosa. Pada orang dewasa normal, setiap hari insulin dikeluarkan oleh
sel β pankreas sebanyak 20-60 unit. Bila kebutuhan insulin dalam satu hari melebihi
insulin atau terjadi penurunan efektivitas insulin, maka sebagian glukosa darah tidak
glukosa darahnya meningkat. Selain itu, penggunaan gula murni memiliki efek yang
sangat cepat dalam peningkatan glukosa darah. Oleh itu, penderita DM menghindari
penggunaan gula murni dalam minuman atau penderita DM dapat menggunakan gula
kalori.
72
Glukosa Darah
Buah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diet sehat dan telah
pengaturan pola asupan karbohidrat pangan (dietary carbohydrates). Oleh karena itu,
pemahaman mengenai indeks glikemik dari ragam buah yang ada sangat penting
meningkatkan kadar glukosa darah. Hal ini terlihat dari pola hubungan konsumsi
buah-buahan dengan kadar glukosa darah adalah positif, artinya semakin tinggi
konsumsi buah-buahan indeks glikemik tinggi, semakin tinggi juga kadar glukosa
darah. Terdapat hubungan yang bermakna antara buah-buahan indeks glikemik tinggi
dengan kadar glukosa darah (p=0,001) dengan kekuatan hubungan rendah (r=0,335),
hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sinta Mukti
Permatasari tahun 2014, mengetahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara
dan frekuensi. Dalam pemilihan jenis makan salah satunya pada buah-buahan yang
yang memiliki IG tinggi pemberiannya dibatasi atau dihindari bagi penderita DM. .(9,
17)
Tetapi, responden masih mengkonsumsinya dalam jumlah sedikit yaitu <50 gr.
Tingginya rata-rata kadar glukosa darah responden dipengaruhi oleh konsumsi bahan
makanan yang menggandung IG tinggi yang lain yaitu dari konsumsi KH dan
sukun, leci dan lainnya dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Buah-buahan ini
memiliki respon glikemik yang tinggi. Respon gula darah terhadap jenis pangan ini
cepat dan tinggi. Peningkatan glukosa darah yang cepat akan menaikkan kebutuhan
insulin. Selama insulin dapat mengimbangi, peningkatan kadar glukosa darah dalam
jangka pendek tidak menjadi masalah. Namun bila peningkatan ini berlangsung
lama, insulin tidak mampu lagi menjaga kadar glukosa darah tetap normal. Toleransi
tubuh terhadap glukosa darah menurun dan akibatnya terjadinya penyakit DM.(1)
darah menjadi tinggi. Oleh karena itu, penderita DM harus dapat memilih jenis buah
yang tidak memiliki IG tinggi untuk dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
74
SARAN
6.1 Kesimpulan
berikut:
1. Rata-rata kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus adalah 186,68 mg/dl.
3. Rata-rata konsumsi minuman indeks glikemik tinggi pada pasien diabetes melitus
glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah dengan kekuatan hubungan rendah.
6.2 Saran
pemeriksaan rutin kadar glukosa darah dan berkonsultasi dengan dokter untuk
makanan yang memiliki IG tinggi dan penggunaan gula murni dalam minuman,
tentang jenis-jenis makanan yang mengandung IG tinggi, sedang, rendah dan efek
control study dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk melihat seberapa besar
DAFTAR PUSTAKA
3. Hartono A, Rachmat M, Agustin CA, Rezkina E. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
EGC; 2014.
7. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2013.
Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang; 2014.
8. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2012.
Dinas Kesehatan Kota Padang: Padang; 2013.
10. Hanum NN. Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa dengan Profilipid pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit UmumDaerah Cilegon Periode
Januari-April 2013. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta; 2013.
13. RSUP dr. M. Djamil Padang. Data Pasien DM di Poliklinik Penyakit Dalam.
Padang RSUP dr. M. Djamil Padang; 2015.
18. Hasneli. Hubungan Asupan Medium Chain Fatty Acid (MCFA) dengan Kadar
Glukosa darah Padang: Universitas Andalas; 2006.
23. Frankilawati DAM. Hubungan Antara Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan
Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Nusukan, Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta; 2013.
24. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007.
27. John S. Kekenusa BTR, Gloria Wuwungan. Analisis Hubungan Antara Umur
dan Riwayat Keluarga Menderita DM Dengan Kejadian Penyakit DM Tipe 2
Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Penyakit Dalam Blu Rsup Prof. Dr. R.D
Kandou Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi Manado; 2014.
28. Irawan D. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di
daerah Urban di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia; 2010.
78
29. Jelantik GMG, Haryati E. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin,
Kegemukan dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di
Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. 2014;8(1):41.
30. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta; 2003.
31. Adib. M. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling Sering
Menyerang Kita. Jogjakarta: Buku Biru; 2011.
33. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2003.
35. Hoerudin. Indeks Glikemik Buah dan Implikasinya Dalam Pengendalian Kadar
Glukosa Darah. Balai Besar Penelitian dan Pengambangan Pascapanen
Pertanian. 2012;8(2):81-98.
36. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2009.
37. AC. G, JE. H. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2006.
38. Arif AB, Budiyanto A, Hoerudin. Nilai Indeks Glikemik Produk Pangan dan
Faktor-Faktor Yang Memengaruhinya. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2013;32(3):91-9.
39. Adhi DH. Asupan Zat Gizi Makro, serat, Indeks Glikemik Pangan Hubungannya
dengan Persen Lemak Tubuh Pada Polisi Laki-laki Kabupaten Purworejo Tahun
2012. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
40. Nisviaty A. Pemanfaatan tepung ubi jalar sebagai bahan dasar produk olahan
kukus serta evaluasi mutu gizi dan indeks glikemiknya. Pertanian Bogor: Institut
Pertanian Bogor; 2006.
41. Taqwa AA, Hadju V, Jafar N. Pola Konsumsi Pangan Berdasarkan Indeks
Glikemik Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II
Di Puskesmas Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2014.
42. Permatasari SM. Hubungan Estimasi Nilai Indeks Glikemik Dan Beban
Glikemik Asupan Makan Dengan Kontrol Gula Darah Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2rawat Jalan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada; 2014.
79
43. Sutanto Priyo Hastono Ls. Statistik Kesehatan. Depok: Rajawali Pres; 2013.
44. Ariawan I. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Universitas Indonesia; 1998.
45. Fitri RI, Wirawanni Y. Asupan Energi, Karbohidrat, Serat, Beban Glikemik,
Latihan Jasmani dan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
2012;46(2):121.
47. Sahid QAU. Hubungan Lama Diabetes Melitus Dengan Terjadinya Gagal Ginjal
Terminal Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2012.
48. Permana H. Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta Pada Diabetesi.
Bandung: Hasan Sadikin Hospital; 2009.
49. Basuki. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Gangguan Kesehatan Perawat di
IRD RSVP DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2009.
52. Syauqy A. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus
Berdasarkan Pengetahuan Gizi, Sikap dan Tindakan Di Poli Penyakit Dalam
Rumah Sakit Islam Jakarta. Gizi Indonesia. 2015;3(2).
53. Waspaji S, Suyono S, Sukadji K, Nofi LS, Muliany RM, Rahimy R, et al. Daftar
Bahan Penukar. Jakarta: RSCM/FKUI; 2011.
80
LAMPIRAN
81
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yosi Irene Putri
No. BP : 1411226027
Nama :
Alamat :
No. HP :
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang
berjudul “Hubungan Konsumsi Bahan Makanan Sumber Indeks Glikemik
Tinggi Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di
Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang Tahun 2016”.
Saya akan berusaha menjawab pertanyaan yang saudara berikan dan memberi
informasi yang sebenarnya.
Responden
(...................................)
82
KUESIONER PENELITIAN
No. Responden :
A. Karakteristik Responden
1. Nama :
.............................................................
2. Jenis Kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
3. Umur : ........... Tahun
4. Alamat : .............................................................
5. No Telp./Hp : .............................................................
6. Tingkat Pendidikan : 1. Tidak sekolah
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat PT
Kode sampel :
FREKUENSI PORSI
INTAKE
NO NAMA BAHAN MKN JML
Hari MG BLN URT GRAM (GRAM)
(./bln)
KARBOHIDRAT
A. Padi-padian dan bijian
1 Nasi putih
2 Nasi bubur
3 Ketan putih
4 Ketan hitam
5 Beras rendang
6 Dodol/galamai
7 Klepon
8 Pop corn
9 Sereal sarapan olahan
B. Roti
1 Roti polos
2 Roti gulung
3 Pizza
4 Roti Tawar
5 Donat
6 Cupcake
D. Umbi-umbian
1 Wortel
2 Kentang goreng
3 Pregedel Kentang
4 Getuk
84
MINUMAN
1 Teh + gula
2 Kopi + gula
3 Susu + gula
4 Kopi + susu + gula
5 Coklat + susu + gula
6 Orange juice + gula
7 Juice buah lain + gula :
8 Sirop
9 Cocacola/sprite
10 Es Cream
11 Es cendol
12 Kolak + pisang
13 Kolak + ubi
14 Kolak + pisang +ubi
BUAH-BUAHAN
1 Sukun
2 Semangka
3 Kismis
4 Leci
5 Buah kaleng
6 Durian
7 Kurma
Pewawancara :
Tanggal Wawancara :