Anda di halaman 1dari 30

Faktor-Faktor Risiko Kejadian Hiperglikemia pada Kyai dan Guru di Pondok Pesantren di

Yogyakarta (dana Yayasan Alma Ata, Rp. 8.000.000,-, anggota peneliti: Yulinda, tanggal
pembuatan alporan akhir: September 2017)
LAPORAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERGLIKEMIA PADA KYAI


DAN GURU DI PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

OLEH :
YULINDA KURNIASARI
AFRIDA NURHIDAYATI
ISMI LESTARI MAAJID

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul :

Peneliti
Nama Lengkap :
NIDN :
Jabatan Fungsional :
Program Studi :
Alamat email :
Anggota (1)
Nama Lengkap :
NIDN :
Program Studi :
Anggota (2)
Nama Lengkap :
NIDN :
Program Studi :

Tahun pelaksanaan :
Biaya keseluruhan : Rp.

Mengetahui, Yogyakarta,
Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Ketua,

Dr. Sri Werdati, SKM, M.Kes Yulinda Kurniasari, S.Gz., MPH

Menyetujui,
Kepala LPPM Alma Ata

Veriani Aprilia, STP, M.Sc


ABSTRAK

Latar Belakang : Rikesdas 2013 menunjukkan provinsi DIY merupakan salah satu provinsi
dengan tingkat prevalensi penyakit DM tertinggi yaitu 3,0%. Konsumsi junk food dan
hiperglikemia merupakan faktor risiko terjadinya DM. Riskedas 2007 menunjukkan prevalensi
konsumsi makanan yang berisiko seperti junk food penduduk berusia ≥10 tahun provinsi DIY
yaitu 69,2% konsumsi makanan ≥1 kali. Hiperglikemia merupakan tanda dari adanya penyakit
DM. Aktivitas fisik merupakan salah satu program penatalaksanaan pada pasien hiperglikemia.
Aktivitas fisik berperan dalam mengontrol atau mengendalikan gula darah tubuh dengan cara
mengubah glukosa menjadi energi.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan konsumsi junk food sebagai
faktor risiko terhadap terjadinya hiperglikemia pada kyai dan guru pada pondok pesantren DIY.

Metode : Penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan Cross


Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru di pondok pesantren DIY yang berjumlah
579 orang. Jumlah sampel minimal yang diperoleh sebanyak 184 responden dengan teknik
pengambilan sampel probability proportional to size (PPS). Data kadar glukosa darah
menggunakan Easy Touch dan data aktivitas fisik menggunakan kuesioner International
Physical Activity Questionaire (IPAQ). Analisis data berupa distribusi frekuensi, uji beda rata-
rata (T-test) dan uji Chi Square dilakukan dengan menggunakan software SPSS.

Hasil Penelitian : Berdasarkan uji T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan glukosa
darah antara kelompok aktivitas fisik kurang dengan kelompok aktivitas cukup tetapi perbedaan
tersebut tidak signifikan dengan nilai t = 0,446 dan p-value= 0,656 serta mean different = 3,127,
serta hasil uji chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik
dengan hiperglikemia dengan nilai p-value = 0,969. Dari hasil uji chi square hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi junk food
terhadap kejadian hiperglikemia, dilihat dari p=0,033 (p<0,05). Ada hubungan yang signifikan
antara usia, dan lemak terhadap kejadian hiperglikemia. Namun, tidak ada hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin, status gizi, dan energi total terhadap kejadian hiperglikemia.

Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi junk food, usia, lemak
terhadap kejadian hiperglikemia sementara itu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik dengan hiperglikemia.
PRAKATA

Assalamualaikum wr wb
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk dan rahmat-Nya sehingga penelitian berjudul Faktor-Faktor Risiko
Kejadian Hiperglikemia pada Kyai dan Guru di Pondok Pesantren di Yogyakarta ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
mendukung dan berpartisipasi dalam penelitian ini, terutama kepada Pimpinan Universitas Alma
Ata dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada tim peneliti untuk
melaksanakan penelitian. Kepada Pondok Pesantren yang terpilih sebagai lokasi penelitian,
kami juga ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, karena telah memberikan ijin bagi
kami dan selalu memberikan dukungan agar proses penelitian dapat selalu berjalan dengan
lancar.
Halangan dan rintangan mungkin peneliti sempat hadapi dalam proses pelaksanaan
penelitian, namun demikian semoga tidak menjadikan peneliti berputus asa, melainkan justru
semakin tertantang dan bersemangat dalam memperoleh sumber-sumber kebenaran hasil.
Insya Allah dan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat seperti yang
diharapkan.Amien.
Wassalamualaikum wr wb

Yogyakarta,
Ketua Peneliti

Yulinda Kurniasari, S.Gz., MPH


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ismi biru
Afrida hitam
Hiperglikemia adalah suatu kondisi medis berupa peningkatan kadar glukosa darah
yang melebihi normal. Kondisi ini merupakan salah satu tanda yan sangat khas pada
penyakit diabetes mellitus (DM) (1). Kadar glukosa darah pada toleransi glukosa yang
terganggu akan menyebabkan keadaan hiperglikemia dengan kadar glukosa darah puasa
100-125 mg/dl dan 140-199 mg/dl pada saat 2 jam setelah makan (2). Proporsi toleransi
glukosa darah terganggu (TGT) di Indonesia sebesar 29,9% dan glukosa darah puasa
terganggu (GPT) sebesar 36,6% (3). DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin,
kerja insulin ataupun keduanya (1).
World Health Organization (WHO), memprediksi bahwa kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
tahun 2030 (2). Senada dengan WHO,berdasarkanestimasi terkahir IDF (International
Diabetes Federation), terdapat 382 juta orang di dunia yang hidup dengan diabetes pada
tahun 2013. Pada tahun 2035 akan ada peningkatan diperkirakan menjadi 592 juta orang.
Dari 382 juta orang tersebut, 175 juta di antaranya belum terdiagnosis, sehingga akan
terancam berkembang progresif menjadi komplikasi dengan tanpa disadari dan tanpa
pencegahan (3).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 menunjukan terjadi
peningkatan kejadian DM di Indonesia dari 1,1% tahun 2007 menjadi 2,4% tahun 2013.
Peningkatan prevalensi kejadian DM salah satunya terjadi di DIY (Daerah Istimewa
Yogyakarta) yaitu 1,1 % pada tahun 2007 menjadi 2,6% pada tahun 2013(3,4).Sedangkan
berdasarkan kabupaten DIYprevalensi penderita DM usia ≥ 15 tahun sebagai berikut
penderita DM terdiagnosis dokter kabupaten Kulonprogo 2,3%, Bantul 2,0%, Gunungkidul
2,0%, Sleman 3,1%, Kota Yogyakarta 3,4% dan penderita DM tidak terdiagnosis dokter
atau gejala kabupaten Kulonprogo 2,7%, Bantul 2,4%, Gunungkidul 2,9%, Sleman 3,3%,
Kota Yogyakarta 4,2%(5).
Faktor resiko hiperglikemia adalah gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya
aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang serta obesitas (5). Junk food
merupakan makanan cepat saji yang dikonsumsi secara instan tanpa membutuhkan
proses memasak yang lama. Junk food mempunyai ciri kandungan gizi yang tidak
seimbang (6).Mengonsumsi junk food secara berlebihan akan meningkatkan dopamin
sehingga merangasang otak untuk selalu mengonsumsi junk food. Selain itu, merangsang
pankreas mengeluarkan jumlah insulin yang tinggi (7). Prevalensi konsumsi makanan
yang berisiko seperti junk foodpenduduk berusia ≥10 tahun provinsi DIY yaitu 69,2%
konsumsi makanan ≥1 kali(4). Penelitian Mohan (8) dengan judul Epidemiology of Type 2
Diabetes- Indian Scenario menunjukkan bahwa semua individu berusia >20 tahun yang
mengonsumsi junk food sebagai faktor risiko meningkatnya kejadian diabetes dan
penyakit degeneratif lainnya seperti kardiovaskular.
Kurangnya aktivitas fisik yang terus meningkat sebagai akibat dari adanya transisi
atau perubahan gaya hidup, dahulu segala aktivitas memerlukan tenaga fisik tetapi kini
semua dipermudah dengan adanya tekhnologi (6). Aktivitas fisik berperan dalam
mengontrol atau mengendalikan gula darah dalam tubuh dengan cara mengubah gluosa
menjadi energi (7). Maka hal yang paling terpenting dari pengendalian hiperglikemia
adalah mengendalikan faktor resikonya. Perilaku aktivitas fisik yang kurang pada usia ≥
10 tahun di Indonesia hingga tahun 2013 mencapai 26,1%, sedangkan di provinsi
Yogyakarta hingga tahun 2013 mencapai 72,5% (3). Penelitian yang dilakukan oleh
Andrea D. Smith et al (8) dengan judul Physical Activity and Incident Type 2 Diabetes
Mellitus didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
diabetes mellitus artinya semakin rendah aktivitas fisik maka semakin besar pula faktor
resiko kejadian DM tipe 2.
Berdasarkan uraian tersebut, kejadian penyakit tidak menular seperti DM banyak
terjadi pada orang dewasa dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi pada guru.
Sehingga penulis tertarik untuk mengetahui faktor risiko yang menyebabkan DM pada
kyai dan guru di pondok pesantren Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa hubungan konsumsi junk food terhadap kejadian hiperglikemia pada kyai dan
guru pondok pesantren di Daerah Istimewa Yogyakarta ?
2. Apakah terdapat hubungan aktivitas fisik dengan hiperglikemia pada kyai dan guru di
pondok pesantren daerah Yogyakarta ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ismi biru
Afrida hitam
1. Hiperglikemia
Hiperglikemiaa merupakan keadaan meningkatnya kadar gula darah yang melebihi
normal. Hal ini terjadi karena adanya defisiensi insulin akibat sel beta dan atau terjadinya
resistensi insulin pada hati dan otot. Hiperglikemiaa dapat disebabkan oleh keadaan stress,
infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hal tersebut dapat ditandai dengan poliuria
(banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan), kelelahan yang
parah (fatigue), dan pandangan kabur. Hiperglikemia dapat dicegah agar tidak menjadi
parah, apabila tanda dan gejala dapat diketahui dengan cepat. Kadar gula darah yang tinggi
dapat memperburuk keadaan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi
jamur pada vagina. Hiperglikemiaa yang terjadi terus menerus dan berlangsung lama dapat
berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis
diabetik (Diabetic Ketoacidosis = DKA) dan (HHS), yang akan berakibat fatal dan akan
terjadi kematian. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara kontrol gula darah secara rutin.
Oleh krena itu, penderita harus mengatur gaya hidupnya, termasuk mengontrol berat badan
ideal, diet dengan gizi seimbang, olahraga secara teratur, tidak merokok, dan mengurangi
stress (13).
2. Diabetes Melitus
a. Definisi
Menurut WHO (14), DM ialah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
memproduksi insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini yang menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemiaa). Sedangkan menurut Afifah (15), DM
merupakan penyakit gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan hiperglikemiaa
yang disebabkan oleh kekurangan insulin yang dihasilkan sel β-pankreas, sehingga
menimbulkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, serta cenderung
menimbulkan komplikasi.
DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemiaa
(peningkatan kadar gula darah) yang terus menerus terutama setelah makan karena
kekurangan insulin yang diproduksi kelenjar pankreas. DM diklasifikasikan menjadi dua
tipe yaitu DM type 1 dan DM type 2. Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang
mirip (16).
Diabetes type 1 sebelumnya dikenal sebagai diabetes insulin independent atau
masa onset yang ditandai oleh kurangnya produksi insulin. Sedangkan diabetes type 2
sebelumnya disebut non insulin dependent atau orang dewasa onset diabetes yang
disebabkan oleh penggunaan yang tidak efektif tubuh insulin. Ini sering terjadi hasil dari
kelebihan berat badan dan aktivitas fisik (14)
b. Etiologi
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan
insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui tiga jalan
yaitu :
1) Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar seperti virus, zat kimia, dan
lain-lain.
2) Desensitasi atau adanya penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
3) Adanya kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer (17).
Klasifikasi etiologi menurut American Diabetes Association (ADA), dibagi menjadi empat
jenis yaitu (18):
1) Diabetes melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun. Pada DM tipe 1 ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin
dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak
terdekteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis.
2) Diabetes melitus tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Melitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe 2 ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa
membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang
merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh sebab
itu, terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap
kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal
tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa
bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami
desensitasi terhadap adanya glukosa.
Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena gejalanya asimtomatik. Adanya
resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan
glukosa berkurang. DM tipe 2 sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
3) Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakitmetabolik
endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
4) Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati
pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM
gestasional behubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM
gestasional memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam
jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.
Tabel 2. Klasifikasi DM menurut ADA 2010
Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus
1. Diabetes tipe 1 (Destruksi sel, umumnya mengarah kepada defisiensi insulin
absolut)
a) Immune mediated
b) Idiopathik
2. Diabetes tipe 2 (dari predominan resistensi insulin dengan defisiensi insulin
relativ hingga predominan defek sekresi dengan resistensi insulin)
3. Tipe lain
a) Defek genetik dari fungsi sel beta
b) Defek gentik kerja insulin
c) Penyakit eksokrine pankreas
d) Endokrinopati
e) Imbas obat atau zat kimia
f) Infeksi
g) Jenis tidak umum dari diabetes yang diperantarai
h) imun
i) Sindrom genetik lainnya yang kadang berhungan
j) dengan DM
4. Diabetes melitus gestasional
Sumber : Perkeni, 2015
c. Gejala Diabetes Melitus
Gejala umum sebagian besar yang serupa pada kedua jenis diabetes, tetapi
keduanya berbeda dalam derajatnya dan mengembangkan lebih cepat pada diabetes
tipe 1 dan lebih khas. Gejala pada diabetes tipe 1 meliputi beberapa gejala penurunan
berat badan, poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), polidipsia (banyak
minum), polifagia (banyak makan), sembelit kelelahan, kram, penglihatan kabur, dan
kandidiasis. Sedangakan pada diabetes tipe 2, dari kebanyakan kasus yang didiagnosis
disebabkan karena komplikasi atau hanya kebetulan (19).
d. Faktor Risiko Diabetes Melitus
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor
lain. Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor
risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (fist degree relative),
umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000
gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat
badan rendah (<2,5 kg). Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah yaitu obesitas
berdasarkan IMT ≥25 kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada
laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia dan diet tidak sehat (19)z
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindom metabolik yang memiliki riwayat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau sebelumnya glukosa darah puasa terganggu (GDPT),
memiliki riwayat penyakit kardiovaskular seperti stroke, PJK (Penyakit jantung koroner),
atau peripheral arterial disease (PAD), konsumsi alkohol, faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi dan kafein (19).
e. Patofisiologi Diabetes Melitus
Pada DM tipe 1, kerusakan autoimun dari sel-β pankreas menyebabkan defisiensi
sekresi insulin yang mengakibatkan gangguan metabolik terkait dengan DM tipe 1. Selain
hilangnya sekresi insulin, fungsi sel-α pankreas juga tidak normal dan ada sekresi
glukagon yang berlebihan pada pasien DM tipe 1. Biasanya hiperglikemiaa
menyebabkan berkurangnya sekresi glukagon. Namun pada pasien DM tipe 1, sekresi
glukagon tidak di tekan oleh hiperglikemiaa. Resultan peningkatan kadar glukagon yang
tidak tepat memperburuk metabolik akibat defisiensi insulin. Meskipun kekurangan insulin
adalah kerusakan utama dalam DM tipe 1, ada juga kerusakan dalam pemberian insulin.
Kekurangan insulin menyebabkan lipolisis yang tidak terkendali dan peningkatan kadar
lemak bebas dalam plasma, yang akan menekan metabolisme glukosa di jaringan perifer
seperti otot rangka. Ini akan mengganggu pemanfaatan glukosa dan kekurangan insulin
juga menurunkan ekspresi dari sejumlah gen yang diperlukan untuk jaringan target untuk
merespon secara normal terhadap insulin seperti glukokinase di hati dan kelas GLUT 4
trasnporter glukosa dalam jaringan adiposa, yang menjelaskan bahwa gangguan
metabolik utama sehingga hasil kekurangan insulin di DM tipe 1 terganggu oleh glukosa,
lipid, dan metabolisme protein (19).
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu
resistensi insulin dan disfungsi sel β pankreas. Pada diabetes tipe 2 gangguan sekresi
insulin melalui disfungsi dari sel β pankreas, dan gangguan kerja insulin melalui
resistensi insulin. Dalam situasi dimana resistensi terhadap insulin lebih mendominasi,
masa sel β mengalami transformasi yang mampu meningkatkan pasokan insulin dan
kompensasi untuk permintaan yang berlebihan dan tidak seperti biasannya. Secara
absolut, konsentrasi insulin plasma (puasa dan makan) biasanya meningkat meskipun
relatif dengan tingkat keparahan resistensi insulin, konsentrasi insulin plasma tidak cukup
untuk mempertahankan homeostasis glukosa normal. Hubungan antara sekresi insulin
dan sensitivitas hormon dalam kontrol yang rumit dari homeostasis glukosa, sehingga
sangat sulit untuk memisahkan kontribusi dari masing-masing untuk etiopatogenesis dari
DM tipe 2 (19).
f. Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis
tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Untuk penentuan diagnosis DM,
pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Kemudian untuk tujuan pemantauan hasil
pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler
dengan glukometer (2).
Keluhan dan gejala yang khas dengan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
>200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa
darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa
darah 2 kali abnormal untuk mengonfirmasi diagnosis DM pada hari lain atau tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal (28). Meskipun TTGO dengan beban 75
g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa plasma
puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sangat sulit utnuk
dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena
membutuhkan persiapan khusus (2). Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan yang
khas pada hiperglikemiaa dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis,
berat badan yang menurun cepat.
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostik dilakukan pada orang yang menunjukan gejala DM, sedangkan pemeriksaan
penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi orang yang tidak bergejala DM, tetapi
mempunyai resiko DM (usia >45 tahun, berat badan lebih, riwayat keluarga DM, riwayat
abortus berulang, melahirkan bayi >4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida
≥250 mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan melalui pemeriksaan kadar glukosa
sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi
glukosa oral (17)
Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai patokan
penyaring dapat dilihat pada tabel 3 (2).
Tabel 3. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/dL)
Kadar glukosa Plasma vena <100 100-199 ≥200
darah sewaktu
Darah kapiler <90 90-199 ≥200
(mg/dL)
Kadar glukosa Plasma vena <100 100-125 ≥126
darah puasa
Darah kapiler <90 90-99 ≥100
(mg/dL)
Sumber : Perkeni, 2015
Definisi lain, hiperglikemia didefinisikan sesuai dengan kajian sistematis yaitu
peningkatan kadar gula darah acak di atas 140 mg/dL (20).
3. Junk Food
a. Definisi
Secara harfiah, junk (artinya sama dengan sampah, rongsok), sedangkan food
(artinya sama dengan makanan). Dapat diartikan sebagai makanan sampah, makanan
rongsokan atau makanan tidak bergizi, atau makanan yang tidak berguna. Istilah ini
untuk mengemukakan makanan yang tidak memiliki nilai nutrisi yang baik. Makanan
junk food, tidak hanya makanan yang sia-sia tetapi juga makanan yang mengandung
banyak mudaratnya, yang dapat merusak kesehatan
Banyak orang yang mengatahui bahwa junk food adalah makanan cepat saji
(fast food) yang banyak mengandung lemak tinggi, seperti hamburger, pizza, ayam
goreng (terutama yang digoreng dengan kulitnya), serta cemilan-cemilan diantaranya
kentang goreng bermentega (french fries), keripik kentang berkeju (potatoe chips),
biskuit-biskuit gurih dan manis, bahkan minuman manis bersoda yang sangat disukai
oleh anak-anak. Sehingga makanan junk food tidak hanya ayam goreng sajian restoran-
restoran cepat saji, tetapi semua makanan atau jajanan yang mengandung lemak tinggi
yang dikonsumsi secara berlebihan. Pengertian secara luas bahwa makanan junk food
merupakan makanan yang dikonsumsi tidak memberikan manfaat tetapi memberikan
dampak merugikan. Walaupun hamburger,pizza, ayam goreng dimasak dirumah sendiri,
jika dikonsumsi secara berlebihan maka akan termasuk dalam kategori junk food. Mie
baso atau mie ayam yang penuh lemak bias termasuk junk food(21).

b. Dampak Konsumsi Junk Food terhadap Kesehatan


Mengonsumsi junk food memungkinkan orang tidak perlu merencanakan, baik
pada saat waktu luang maupun tidak waktu luang. Rasa pada junk food membuat
mereka kecanduan, sehingga ingin mengonsumsi terus menerus. Kombinasi kandungan
gula dan lemak mampu menghasilkan lonjakan dopamin yang menimbulkan
kencenderungan untuk mengonsumsi junk food. Hal tersebut berbahaya bagi
kesehatan. Kandungan gula dan lemak yang tinggi, terutama kolesterol, gula, dan
garam memiliki efek buruk yang menyebabkan obesitas, diabetes melitus tipe 2(7).
Efek samping pada jangka pendek akibat mengonsumsi junk food dapat
kekurangan energi terjadi karena makanan junk food tidak memberikan nutrisi penting
pada tubuh. Selain itu, junk food tidak bertahan lama dalam tubuh, karena kurang serat,
dan terbuat dari makanan olahan yang tinggi indeks glikemik. Sehingga akan menaikkan
kadar gula darah dengan cepat, tetapi juga turun dengan cepat dan menimbulkan rasa
lapar (7).
Makanan yang energi total menyebabkan pembentukan asetil CoA yang memicu
keluar dari mitokondria untuk dimetabolisme serta pemanfaatannya dengan efektif.
Tinggi gula dalam junk food dapat menghambat metabolisme sehingga memicu
pankreas mengeluarkan insulin tinggi sehingga hal tersebut harus di cegah untuk
mencegah lonjakan kadar gula darah yang tinggi. Selain itu natrium yang tinggi sebagai
faktor penyebab tekanan darah tinggi. Sodium diketahui mempengaruhi renin-
angiotensin pada sistem ginjal yang menghasilkan efek vasokonstriksi pada arteriol
yang diketahui dapat mengembangkan tekanan darah tinggi. Junk food juga
mengandung kolesterol yang tinggi dapat mempengaruhi metabolisme hati, dalam
jangka panjang metabolisme pada strain hati akan merusak hati (7).
Beberapa gangguan kesehatan akibat konsumsi junk food(22), diantaranya :
1) Obesitas
Efek dari mengonsumsi junk food termasuk kekurangan gizi, obesitas,
peningkatan kadar kolesterol, masalah jantung dan beberapa masalah
kesehatan lainnya. Makanan cepat saji dan gaya hidup dapat menyebabkan
obesitas. Obesitas menyebabkan komplikasi lain seperti peningkatan kadar
kolesterol, menutupi jalur arteri, peningkatan risiko penyakit jantung koroner,
dan menimbulkan ketidaknyamanan fsisk karena kelebihan berat badan.
Obesitas merupakan pandemi yang muncul pada milenium baru. Pada anak-
anak 70% memiliki kelebihan berat badan sehingga ketika menjadi dewasa
tidak menutup kemungkinan kelebihan berat badan dapat terjadi. Obesitas
didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh yang diukur menggunakan Body
Mass Index (BMI) untuk rasio orang dewasa. Perhitungnnya yaitu dengan cara
membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter
kuadrat. Pada orang dewasa, BMI lebih dari 25 diklasifikasikan sebagai
kelebihan berat badan dan lebih dari 27 sebagai obesitas.

2) Diabetes
Kandungan gula yang tinggi dapat menyebabkan gigi berlubang dan
diabetes melitus tipe 2. Efek samping pada jangka pendek dari akibat
mengonsumsi junk food yaitu kekurangan energi yang tidak memberikan
nutrisi penting. Makanan dari junk food tidak tahan lama dalam perut, karena
kurang serat, dan terbuat dari makanan olahan, dan memiliki tinggi indeks
glikemik yang memberikan kenaikan gula darah secara cepat dan juga turun
dengan cepat, kemudian menimbulkan rasa lapar. Junk food yang tinggi gula
dapat menekan metabolisme, ketika gula halus diambil pankreas
mengeluarkan jumlah insulin yang tinggi untuk mencegah lonjakan kadar gula
darah yang berbahaya. Makanan cepat saji dan junk food tidak mengandung
jumlah protein yang cukup dan karbohidrat yang baik, sehingga kadar gula
darah tiba-tiba turun setelah makan, kemudian menimbulkan rasa
marahmarah dan perasaan lelah.

3) Penyakit Jantung
Makanan junk food memiliki tinggi lemak dan gula yang tidak sehat
tetapi juga mengandung zat adiktif sehingga sulit untuk memilih makanan
sehat. Tingginya kandungan lemak trans dalam makanan junk food yang
tersedia secara komersial menyebabkan risiko penyakit jantung jika
dikonsumsi secara berlebihan. Asupan makanan junk food menyebabkan
proporsi kalori yang lebih tinggi yang berasal dari total lemak jenuh. Selain
lemak, kandungan mikronutrien (karoten, vitamin A, vitamin C) dari makanan
junk food juga rendah.

4) Tekanan Darah Tinggi


Tingkat natrium yang tinggi sangat jelas terlibat sebagai faktor
penyebab tekanan darah tinggi. Sodium diketahui mempengaruhi sistem
renin-angiotensin di ginjal, yang menghasilkan efek vasokontriksi pada arteri
yang mengarah pada tekanan darah tinggi. Garam juga memiliki dampak
ekskresi pada ginjal, sehingga memiliki efek pada ginjal. Junk food yang
memiliki kolesterol yang tinggi merusak metabolisme hati pada jangka
panjang. Tekanan darah diketahui berawal dari kolesterol dan garam, stroke
dan penyakit jantung pada rantai yang sama. Konsumsi garam yang
berlebihan dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Selain itu, kelebihan lemak
dan minyak bersamaan dengan rempah – rempah yang ditambahkan dalam
makanan dapat mengiritasi mukosa lambung yang mengarah pada
berlebihnya sekresi asam klorida dan menjadi grastitis. Konsentrasi yang
buruk adalah hasil lain dari kebiasaan mengonsumsi junk food yang
mempengaruhi dalam periode jangka pendek dan menengah. Makanan junk
food dalam periode yang berkelanjutan dari waktu ke waktu dapat menutup
sirkulasi darah akibat penutupan lemak.

c. Junk Food di Indonesia


Beberapa tahun terkahir ini, banyak sekali didirikan tempat-tempat penjualan
junk food dibeberapa kota besar di Indonesia terutama pada tempat yang strategis
seperti di mall, supermarket bahkan bermunculan dipinggir jalan. Walaupun junk food
pada umumnya lebih mahal dibandingkan dengan makanan lokal, tetapi makanan
tersebut sangat digemari oleh masyarakat dari semua kalangan, hal ini disebabkan
karena :
a) Servis yang cepat dan ramah, hidangan disajikan dalambeberapa menit.
b) Kepercayaan. Tempat penjualan biasanya berlokasi di tempat perbelanjaan yang
besar dengan tempat yang mencolok.
c) Kenyamanan. Tempat bersih dan nyaman.
d) Promosi yang menarik dengan berbagai hadiah (23).

d. Bahan Makanan Penyusun Junk Food


Makanan yang dikategorikan junk food ialah makanan yang mengandung banyak
garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi, serta juga mengandung banyak sodium, saturated
fat, dan kolesterol. Apabila jumlah didalam tubuh terlalu banyak, makan akan menimbulkan
berbagai penyakit, mulai daripenyakit ringan sampai penyakit berat seperti darah tinggi,
stoke, jantung, kanker, dan penyakit degeneratif lainnya (21);
1) Sodium
Sodium merupakan komponen dari garam yang banyak ditemukan pada
makanan dan minuman kemasan. Tidak hanya makanan dan minuman, sayuran
kemasan dalam kaleng dan dijual banyak mengandung zat sodium. Keju, bakso, dan
mie ayam juga tidak bebas dari bahan sodium. Selain itu, beberapa penyedap rasa
seperti soy sauce (disediakan di resto Jepang atau Asia Timur), garlic salt, dan onion
salt. Hal yang harus diperhatikan adalah kadar sodium yang dikonsumsi jumlahnya
tidak berlebihan. Batas konsumsi untuk orang dewasa adalah tidak lebih dari 3300
miligram. Yaitu sama dengan 1 3/5 sendok teh. Sodium yang berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi. Sehingga hal tersebut dapat memicu munculnya
gangguan ginjal, penyakit jantung, dan stroke.

2) Saturated Fat (Lemak Jenuh)


Saturated fat biasanya juga terdapat pada junk food. Bahan tersebut
berbahaya dalam tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi banyak
kolesterol. Selain itu, jumlah saturated fat yang tinggi akan menimbulkan kanker,
terutama kanker usus dan kanker payudara. Sumber utama dari saturated fat yaitu
lemak dari daging, susu, dan produk-produk susu.
3) Kolesterol
Kolesterol dapat diperoleh dengan dua cara yaitu diproduksi sendiri di dalam
tubuh dan berasal dari produk makanan. Kolesterol banyak terdapat dalam daging,
daging ayam, ikan, telur, mentega, susu dan keju. Sayuran, buahbuahan dan biji-
bijian tidak mengandung kolesterol. Dalam jumlah banyak, kolesterol dapat
menghambat saluran darah dan oksigen yang mengalir ke seluruh tubuh. Sehingga
oksigen yang masuk ke dalam otak akan terhambat dan akan menyebabkan
terjadinya stroke.

4) Gula
Gula juga terdapat pada beberapa jenis junk food. Terutama jenis gula buatan
yang tidak baik bagi kesehatan karena dapat menyebabkan diabetes, kerusakan gigi,
dan obesitas. Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula, dan
sedikit mengandung vitamin serta mineral.
4. Aktivitas Fisik
a. Definisi
Aktivitas fisik merupakan multidimensional yang kompleks dari semua perilaku
yang meliputi semua gerakan tubuh yang dilakukan oleh manusia. Setiap orang
dalam melakukan aktivitas fisik pasti berbeda tergantung dengan gaya hidup
individunya, kemapuan individunya, dan faktor lainnya seperti jenis kelamin, usia,
pekerjaan dan lain-lain. Aktivitas fisik juga diartikan sebagai semua jenis kegiatan
mengerakkan tubuh yang terdiri dari pekerjaan, kegiatan sehari-hari, dan aktivitas
diwaktu luang yang dapat mengakibatkan aktivitas otot sehingga menimbulkan
peningkatan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat
mengurangi resiko terjadinya penyakit diabetes melitus (25).

b. Kategori Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik menurut Nurmalina (26) dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu
sebagai berikut :
1) Aktivitas fisik ringan
Aktivitas fisik yang ringan merupakan aktivitas atau kegiatan yang
hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan
perubahan pada pernafasan dan ketahanan tubuh. Kegiatan yang termasuk
dalam kategori ini adalah berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci, berdandan,
duduk, naik motor, antar jemput, dan menonton TV.
2) Aktivitas fisik sedang
Aktivitas fisik sedang yaitu kegiatan yang membutuhkan tenaga yang
intens atau terus-menerus, gerakan otot yang berirama. Contoh aktivitas fisik
sedang yaitu berlari kecil, berenang, bersepeda, bermain musik, dan juga
jalan cepat.
4) Aktivitas fisik berat
Kegiatan fisik yang berat biasanya berhubungan dengan olahraga dan
menghasilkan keringat. Aktivitas fisik berat meliputi lari, menimba air, olahraga
berat (sepak bola, bela diri, dan aerobik).

c. Manfaat Aktivitas Fisik


Menurut Gibney et al (25) Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur akan
menimbulkan efek yang baik bagi kesehatan, diantaranya adalah :
1) Menurunkan resiko penyakit jantung

2) Menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler

3) Menurunkan resiko penyakit diabetes melitus tipe 2

4) Memperlambat onset tekanan darah tinggi dan menurunkan tekanan darah


pada pasien hipertensi

5) Memproteksi terhadap penyakit kanker

6) Mencegah obesitas

7) Memperbaiki masa tulang dan otot.

Manfaat besar dari melakukan aktivitas fisik atau berolahraga bagi penderita
diabetes melitus antara lain dapat menurunkan kadar glukosa darah, mencegah
kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi terjadinya komplikasi, gangguan lipid
darah, dan peningkatan tekanan darah (27).

d. Prinsip Aktivitas Fisik


Prinsip aktivitas fisik bagi penderita diabetes melitus harus memenuhi beberapa
hal seperti tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas (28).

1) Tipe
Tipe aktivitas fisik merupakan jenis aktivitas fisik yang dilakukan dalam
periode waktu tertentu secara teratur. Tipe akktivitas fisik yang dilakukan
setiap orang berbeda tergantung indivudunya sendiri.
2) Frekuensi
Frekuensi merupakan berapa kali aktivitas fisik itu dilakukan selama
periode waktu tertentu. Frekuensi aktivitas fisik mengacu pada jumlah sesi
aktivitas fisik per satuan waktu.
3) Durasi
Durasi aktivitas fisik merupakan lamanya waktu yang dihabiskan untuk
melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita
diabetes melitus adalah selama 30-60 menit per hari.
4) Intensitas
Intensitas merupakan ukuran berat ringannya beban suatu aktivitas.
Intensitas aktivitas fisik sering dinyatakan dengan istilah ringan, sedang, dan
berat. Intensitas yang sedang cocok untuk penderita diabetes, contohnya
seperti memotong rumput, mengepel, bersepeda, tenis meja, berenang, dan
berjalan cepat.

e. Anjuran Aktivitas Fisik bagi Penyandang Hiperglikemia


Aktivitas fisik yang dianjurkan untuk para penderita hiperglikemia adalah aktivitas
fisik yang bersifat endurance karena dapat memperbaiki keadaan hiperglikemia dengan
cara meningkatkan sensitivitas insulin dan aktivitas enzim mitikondrial. Setiap kali
melakukan aktivitas fisik dapat memberikan efek terhadap sensitivitas insulin selama
selama 24 – 72 jam tergantung dari durasi dan intensitas latihannya (29).
Aktivitas fisik dilakukan secara teratur (3-4 kali seminggu) dan sesuai dengan
CRIPE (cintinous, rhythmical, interval, progresive, endurance training) dan diusahakan
mencapai 75-85% denyut nadi maksimal (28). Oleh karena itu, dianjurkan bagi penderita
hiperglikemia untuk melakukan aktivitas fisik dengan jeda waktu tidak lebih dari 2 hari
antara hari latihan fisik yang satu dengan yang lainnya (29).

f. Cara Pengukuran Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik dianalisis menggunakan kuesioner aktivitas fisik International
Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Ada 4 komponen yang dilihat yaitu aktivitas fisik
berkaitan dengan pekerjaan diluar rumah, aktivitas fisik berkaitan dengan penggunaan
transportasi, aktivitas fisik berkaitan dengan pekerjaan dan perawatan rumah serta
aktivitas fisik berkaitan dengan rekreasi, olahraga dan penggunaan waktu luang (30).
Aktivitas fidik yang dilaporkan oleh responden mencakup semua kegiatan yang
dilakukan selam tujuah hari terakhir.
Skor aktivitas fisik dihitung berdasarkan protokol skoring IPAQ yaitu MET x
durasi x frekuensi dan dinyatakan dalam satuan MET-menit/minggu (30). Peggolongan
berdasarkan nilai Metabolic Equivalent (MET) menurut Riskesdas (3) adalah :
1) Cukup Aktif
Melakukan kombinasi aktivitas fisik dengan intensitas mencapai > 1500 MET-
menit/hari
2) Kurang Aktif
Melakukan kombinasi aktivitas fisik dengan intensitas mencapai ≤ 1500 MET-
menit/hari.
5. Faktor yang berpengaruh pada DM
a. Junk food
Hasil penelitian Odegaardet al(9), menunjukan bahwa ada hubungan antara
asupan makanan cepat saji dengan peningkatan risiko kejadian DM tipe 2.
Mengonsumsi makanan cepat saji (≥2x per minggu) memiliki peningkatan risiko DM
tipe 2 (OR 1.27; 95% CI 1.03-1.54). Sedangkan pada penelitian Krishnan et al(11),
menunjukan bahwa mengonsumsi hamburger dan ayam goreng (≥2x/minggu
dibandingkan dengan tidak mengonsumsi) peningkatan angka kejadian DM tipe 2
dengan 1.40 (95% CI = 1.14, 1.73) dan 1.68 (95% CI = 1.36, 2.08), masing-
masingnya.
b. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik berperan penting dalam pengaturan kadar glukosa darah.
Penderita hiperglikemia, produksi insulin dalam tubuhnya terganggu, akan tetapi
masih kurangnya respon reseptor pada sel terhadap insulin (resistensi insulin)
sehingga insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel (31). Ketika
melakukan aktivitas fisk, permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat pada
otot yang berkontraksi sehingga resistensi insulin berkurang dan sensitivitas insulin
meningkat. Hal ini akan menyebabkan kebutuhan insulin akan berkurang.
Pada hiperglikemia olahraga berperan penting dalam pengaturan kadar
glukosa darah. Masalah utama pada diabetes melitus tipe 2 adalah kurangnya
respon terhadap insulin (resistensi insulin) sehingga glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel. Permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat saat otot
berkontraksi karena kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin. Maka dari itu, pada
saat beraktivitas fisik seperti berolahraga, resistensi insulin berkurang. Aktivitas fisik
berupa olahraga berguna sebagai kendali gula darah dan penurunan berat badan
(27).
6. Kyai
a. Definisi
Dalam masyarakat Islam, kyai merupakan salah satu elit yang mempunyai
kedudukan sangat terhormat dan berpengaruh besar pada perkembangan
masyarakat tersebut (26). Menurut Djamas dan Nurhayati (32) kyai adalah sebutan
untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok peantren. Sebutan kyai
sangat populer dikalangan santri. Kyai merupakan elemen sentral dalam kehidupan
pondok pesantren. Kyai bukanlah gelar yang didapatkan dari pendidikan formal
tetapi gelar yang diberikan oleh masyarakat karena keahliannya dalam ilmu
pengetahuan tentang agama Islam yang memiliki atau memimpin pondok pesantren
dan mengajar kitab-kitab Islam kepada santrinya (33). Kyai adalah sebutan untuk
guru laki-laki dan Nyai adalah sebutan untuk guru perempuan dipondok pesantren.
b. Ciri-ciri kyai
Munawar (27), menyebutkan ciri-ciri kyai di antaranya yaitu :
1) Tekun beribadah, yang wajib dan yang sunnah
2) Zuhud, melepaskan diri dari ukuran dan kepentingan materi duniawi
3) Memiliki ilmu akhrat, ilmu agama dalam kadar yang cukup
4) Mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan umum
5) Mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allah SWT, niat yang benar dalam berilmu
dan beramal.
Sedangkan menurut Imam Ghazali membagi ciri-ciri seorang Kyai di
antaranya yaitu :
1) Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak
memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia. Perilakunya sejalan
dengan ucapannya dan tidak menyuruh orang berbuat kebaikan sebelum ia
mengamalkannya.
2) Mengajarkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, senantiasa dalam mendalami
ilmu pengetahuan yang dapat mendapatkan dirinya kepada Allah SWT, dan
menjauhi segala perdebatan yang sia-sia.
3) Mengejar kehidupan akhirat dengan mengamalkan ilmunya dan menunaikan
berbagai ibadah.
4) Menjauhi godaan penguasa jahat.
5) Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia menemukan dalilnya dari Al-Qur`an
dan As-sunnah.
6) Senang kepada setiap ilmu yang dapat
c. Tugas, Kedudukan dan Peran Kyai
Kyai memiliki peran esensial dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan,
dan pengurusan sebuah pesantren. Sebagai pemimpin pesantren, keberhasilan
pesantren banyak tergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, kharisma dan
wibawa, serta ketrampilan kyai (34).
Tiga peran pokok kyai mencakup beberapa hal sebagi berikut :
1) Guru Ngaji
Peran kyai sebagai guru ngaji diuraikan dalam bentuk lebih khusus dalam
jabatan-jabatan yaitu, muballigh, khatib shalat jama‟ah, peran poro (penasihat
pasif), guru dinniyah atau pengasuh dan Qori‟ kitab salaf dalam sistem sorogan
atau badongan. Kyai sering kali memerintahkan santri-santri senior untuk
mengajar dalam halaqah. Santri senior yang melakukan praktek mengajar ini
menadapat titel badal (pengganti). Jadi, badal kyai adalah seseorang yang
bertugas untuk menggantikan tugas kyai apabila kyai sedang berhalangan.
2) Tabib/Penjampi
Peran kyai sebagai tabib ini diuraikan dalam bentuk sebagai berikut: mengobati
pasien dengan doa (rukyah), mengobati menggunakan non medis lainnya seperti
menggunakan air, menghardik roh halus/jin, dan perantara permohonan kepada
Tuhan.
3) Rois/Imam
Kyai sebagi imam tercermin dalam tugas-tugasnya sebagi berikut: imam shalat,
imam tahlilan, imam hajadan, dan imam prosesi perawatan kematian (35).
Tugas utama seorang kyai ialah mengajar dan mendidik siswanya untuk
menguasai nilai-nilai ajaran dalam agama Islam, serta mengajarkannya dalam
penerapannya di kehidupan sehari-hari. Kyai merupakan guru yang berada didalam
maupun luar kelas, dimana kyai selalu menjawab pertanyaan-prtanyaan yang
menjadi permasalahan muridnya serta mengajarkan pendidikan dan ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan oleh santri-santrinya. Kyai selalu menanamkan
kepada santrinya untuk mengamalkan ilmu agama dan syariat-syariat Islam dalam
kehidupan sehari-hari (36).
Para kyai biasanya dalam menjalankan perannya dibantu oleh seorang badal.
Badal sendiri biasanya berasal dari anggota keluarga kyai. Badal bertugas untuk
mengurusi pesantren dan mengajar para santri untuk menggantikan kyai (35).

d. Kedudukan Kyai di Pondok Pesantren


Kedudukan kyai di pondok pesantren adalah sebagai pemimpin tunggal,
memiliki ottritas tinggi dalam menyebarkan dan mengajarkan pengetahuan agama
islam. Kyai mempunyai posisi yang absolut, menentukan corak kepemimpinan dan
perkembangan pondok pesantren. Dalam kondisi yang lebih maju, kedudukan kyai
dalam pondok pesantren tetap sebagi tokoh utamanya yang secara tidak berlebihan
kyai adalah „raja‟ dalam pesantren (37).
7. Badal Kyai
Badal kyai (pengganti) memiliki arti yang berbeda dengan kyai. Badal secara
ilmu pandai, akan tetapi seorang badal dalam keyakinan tetap merasa badal bukan kyai,
tidak sama dengan kyai, karena kyai pelopor pertama dalam kegiatan tersebut,
sedangkan badal cuman mengganti disaat kyai tidak bisa memimpin, jadi rasa
kehidmahan lebih terasa jika dipimpin langsung oleh kyai dari pada dipimpin oleh
seorang badal (26).
8. Guru (Ustadz)
a. Definisi
Guru merupakan seorang pendidik, yang menjadi panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya (38). Menurut Undang-undang RI (30),
tentang Guru dan Dosen, guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Peraturan Pemerintah RI
nomor 74 tahun 2008 guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah (39). Istilah guru
dalam bahasa arab sering menggunakan kata al-mu`allim, almuddaris, al-mu`addib.
Kata ustadz jamaknya asatidz yang berarti teacher (guru). Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah ustadz diartikan sebagai guru agama laki-
laki; guru besar laki-laki(32).
Profesi guru berperan sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.

b. Peran Guru
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Peserta didik
memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan
diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Menurut
Danim (38) mengidentifikasikan sedikitnya ada sembilan belas peran guru dalam
pembelajaran yaitu guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,
penasehat, inovator, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong, kreativitas,
pembangkit pandangan, pekerjaan rutin, pemindahan kemah, pembawa cerita, aktor,
emansivator, evaluator, pengawet, dan sebagi kulminator.
9. Pondok Pesantren
a. Definisi
Istilah pondok berasal dari bahas arab yaitu funduk yang berarti rumah
penginapan atau hotel. Pondok dalam pesantren di Indonesia khasnya di pulau
Jawa yaitu pemondokan dalam lingkungan padepokan berarti perumahan sederhana
yang dipetak-petak dalam kamar-kamar merupakan asrama bagi para santri.
Sedangkan pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe didepan dan
akhiran an berarti tempat tinggal para santri (33).
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang
tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama. Para santri
menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa
orang kyai (34).
b. Unsur pondok pesantren
Menurut Zulhima (43) ada 5 unsur dalam suatu pondok pesantren, yaitu :
1) Kyai
Kyai adalah seseorang yang diberi gelar oleh masyarakat karena ahli agama
Islam yang memiliki pesantren dan mengajarkan kitab-kitab Islam kepada
santrinya. Kyai sebagai tokoh sentral dalam satu pesantren. Perkembangan
pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai.
2) Pondok (Asrama)
Pondok merupakan tempat tinggal bersama antara kyai dengan para santrinya.
Di pondok, seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang
diadakan, ada kegiatan pada waktu tertentu yang mesti dilakukan oleh santri.
Keberadaan pondok dalam suatu pesantren sangat penting karena banyaknya
santri yang berdatangan dari daerah yang jauh yang ingin menuntut ilmu pada
seorang kyai, letak pesantren yang ada dipedesaan sehingga jauh dari
perumahan, ada timbal antara kyai dan santri dimana santri menganggap kyai
sebagi orangtuanya sendiri.
3) Santri
Santri merupakan unsur pondok dari suatu pesantren, biasanya terdiri dari dua
kelompok, yaitu :
a) Santri mukim, ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
di dalam pondok pesantren
b) Santri kalong, yaitu para santri yang berasal dari daerah sekitar pesantren
dan biasanya mereka tidak menetap di pesantren.
4) Masjid
Masjid merupakan sentral kegiatan orang-orang muslim baik dalam dimensi
ukhrawi maupun duniawi dalam ajaran Islam, disamping berfungsi sebagai
tempat melakukan sholat berjamaah setiap waktu sholat, masjid juga berfungsi
sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya waktu belajar mengajar dalam
pesantren berkaitan dengan waktu sholat berjama‟ah, baik sebelum dan
sesudahnya.
5) Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik
Salah satu unsur dalam pesantren adalah adanya pengajaran kitab-kitab klasik.
Kitab-kitab Islam klasik yang lebih popular dengan sebutan “ kitab kuning” . Kitab
– kitab ini ditulis oleh ulama-ulama Islam zaman pertengahan. Kepintaran dan
kemahiran seorang santri diukur dari kemampuannnya membaca serta
mensyarah ( menjelaskan) isi kitab-kitab tersebut. Untuk tahu membaca sebuah
kitab dengan benar, sorang santri dituntut untuk mahir dalam ilmu-ilmu bantu,
seperti nahwu, sharaf, balaghah, ma‟ani, bayan dan sebagainya.
c. Ciri-ciri Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan pusat mengkaji ilmu yang mempunyai keunikan dan
perbedaan dengan sekolah formal pada umumnya. Ciri-ciri pondok pesantren dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1) Adanya hubungan yang akrab antara kyai atau ustad dengan santrinya. Hal in
dapat terjalin dikarenakan keduanya tinggal ditempat yang sama.
2) Kepatuhan santri terhadap kyai atau ustad. Ketaatan dan penghormatan ini
dapat terjaga, karena salah satu adab dalam menuntut ilmu adalah menghormati
guru dan tidak menentangnya.
3) Hidup hemat dan sederhana. Hidup mewah hampir tidak ditemukan pondok
pesantren. Bahkan sedikit santri yang hidupnya terlalu sederhana atau terlalu
hemat sehingga kurang memperhatikan pemenuhan gizi.
4) Kemandirian sangat terasa di pondok pesantren. Bentuk kemandirian ini dapat
dilihat dari kemandirian finansial dengan membuka usaha, berkebun, atau ternak
hewan.
5) Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan (ukhuwah islamiyah). Banyak
kegiatan yang dilakukan bersama di pondok pesantren seperti sholat berjamaah,
proses belajar mengajar dikelas, membersihkan masjid dan pondok.
6) Disiplin sangat dianjurkan. Hukuman saat melanggar biasanya diberikan sanki-
sanki edukatif.
7) Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia dilakukan melalui kebiasaan puasa
sunnah, zikir, i`tikaf, sholat tahajud atau bentuk meneladani kyai atau ustad yang
menonjolkan sikap zuhd (tidak terpikat dengan kenikmatan dunia).
8) Pemberian ijazah dengan mencantumkan nama yang diberikan kepada santri
yang lulus dalam menempuh proses belajar mengajar di pondok pesantren. Hal
ini menandakan restu kyai atau ustadz kepada santri untuk mengajarkan ilmu
yang telah diperoleh (38).
d. Jenis Pesantren
Seiring dengan laju perkembangan masyarakat maka pendidikan pesantren
baik tempat bentuk hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren
tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang akan tetapi
pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan zaman.
1) Pondok Pesantren Salaf (Tradisional)
Pondok pesantren salaf adalah lembaga pesantren yang mempertahankan
pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan
sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, yang
dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan
pengajaran pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren salaf memang
lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari
bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini
dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah
mengerjakan shalat fardhu.
2) Pesantren Khilaf (Modern)
Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran
umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang
menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP,
MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya. Dengan demikian
pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau
dimodernkan pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah
(44).
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Anda mungkin juga menyukai