Yogyakarta (dana Yayasan Alma Ata, Rp. 8.000.000,-, anggota peneliti: Yulinda, tanggal
pembuatan alporan akhir: September 2017)
LAPORAN PENELITIAN
OLEH :
YULINDA KURNIASARI
AFRIDA NURHIDAYATI
ISMI LESTARI MAAJID
Judul :
Peneliti
Nama Lengkap :
NIDN :
Jabatan Fungsional :
Program Studi :
Alamat email :
Anggota (1)
Nama Lengkap :
NIDN :
Program Studi :
Anggota (2)
Nama Lengkap :
NIDN :
Program Studi :
Tahun pelaksanaan :
Biaya keseluruhan : Rp.
Mengetahui, Yogyakarta,
Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Ketua,
Menyetujui,
Kepala LPPM Alma Ata
Latar Belakang : Rikesdas 2013 menunjukkan provinsi DIY merupakan salah satu provinsi
dengan tingkat prevalensi penyakit DM tertinggi yaitu 3,0%. Konsumsi junk food dan
hiperglikemia merupakan faktor risiko terjadinya DM. Riskedas 2007 menunjukkan prevalensi
konsumsi makanan yang berisiko seperti junk food penduduk berusia ≥10 tahun provinsi DIY
yaitu 69,2% konsumsi makanan ≥1 kali. Hiperglikemia merupakan tanda dari adanya penyakit
DM. Aktivitas fisik merupakan salah satu program penatalaksanaan pada pasien hiperglikemia.
Aktivitas fisik berperan dalam mengontrol atau mengendalikan gula darah tubuh dengan cara
mengubah glukosa menjadi energi.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan konsumsi junk food sebagai
faktor risiko terhadap terjadinya hiperglikemia pada kyai dan guru pada pondok pesantren DIY.
Hasil Penelitian : Berdasarkan uji T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan glukosa
darah antara kelompok aktivitas fisik kurang dengan kelompok aktivitas cukup tetapi perbedaan
tersebut tidak signifikan dengan nilai t = 0,446 dan p-value= 0,656 serta mean different = 3,127,
serta hasil uji chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik
dengan hiperglikemia dengan nilai p-value = 0,969. Dari hasil uji chi square hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi junk food
terhadap kejadian hiperglikemia, dilihat dari p=0,033 (p<0,05). Ada hubungan yang signifikan
antara usia, dan lemak terhadap kejadian hiperglikemia. Namun, tidak ada hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin, status gizi, dan energi total terhadap kejadian hiperglikemia.
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi junk food, usia, lemak
terhadap kejadian hiperglikemia sementara itu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik dengan hiperglikemia.
PRAKATA
Assalamualaikum wr wb
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk dan rahmat-Nya sehingga penelitian berjudul Faktor-Faktor Risiko
Kejadian Hiperglikemia pada Kyai dan Guru di Pondok Pesantren di Yogyakarta ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
mendukung dan berpartisipasi dalam penelitian ini, terutama kepada Pimpinan Universitas Alma
Ata dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada tim peneliti untuk
melaksanakan penelitian. Kepada Pondok Pesantren yang terpilih sebagai lokasi penelitian,
kami juga ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, karena telah memberikan ijin bagi
kami dan selalu memberikan dukungan agar proses penelitian dapat selalu berjalan dengan
lancar.
Halangan dan rintangan mungkin peneliti sempat hadapi dalam proses pelaksanaan
penelitian, namun demikian semoga tidak menjadikan peneliti berputus asa, melainkan justru
semakin tertantang dan bersemangat dalam memperoleh sumber-sumber kebenaran hasil.
Insya Allah dan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat seperti yang
diharapkan.Amien.
Wassalamualaikum wr wb
Yogyakarta,
Ketua Peneliti
2) Diabetes
Kandungan gula yang tinggi dapat menyebabkan gigi berlubang dan
diabetes melitus tipe 2. Efek samping pada jangka pendek dari akibat
mengonsumsi junk food yaitu kekurangan energi yang tidak memberikan
nutrisi penting. Makanan dari junk food tidak tahan lama dalam perut, karena
kurang serat, dan terbuat dari makanan olahan, dan memiliki tinggi indeks
glikemik yang memberikan kenaikan gula darah secara cepat dan juga turun
dengan cepat, kemudian menimbulkan rasa lapar. Junk food yang tinggi gula
dapat menekan metabolisme, ketika gula halus diambil pankreas
mengeluarkan jumlah insulin yang tinggi untuk mencegah lonjakan kadar gula
darah yang berbahaya. Makanan cepat saji dan junk food tidak mengandung
jumlah protein yang cukup dan karbohidrat yang baik, sehingga kadar gula
darah tiba-tiba turun setelah makan, kemudian menimbulkan rasa
marahmarah dan perasaan lelah.
3) Penyakit Jantung
Makanan junk food memiliki tinggi lemak dan gula yang tidak sehat
tetapi juga mengandung zat adiktif sehingga sulit untuk memilih makanan
sehat. Tingginya kandungan lemak trans dalam makanan junk food yang
tersedia secara komersial menyebabkan risiko penyakit jantung jika
dikonsumsi secara berlebihan. Asupan makanan junk food menyebabkan
proporsi kalori yang lebih tinggi yang berasal dari total lemak jenuh. Selain
lemak, kandungan mikronutrien (karoten, vitamin A, vitamin C) dari makanan
junk food juga rendah.
4) Gula
Gula juga terdapat pada beberapa jenis junk food. Terutama jenis gula buatan
yang tidak baik bagi kesehatan karena dapat menyebabkan diabetes, kerusakan gigi,
dan obesitas. Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula, dan
sedikit mengandung vitamin serta mineral.
4. Aktivitas Fisik
a. Definisi
Aktivitas fisik merupakan multidimensional yang kompleks dari semua perilaku
yang meliputi semua gerakan tubuh yang dilakukan oleh manusia. Setiap orang
dalam melakukan aktivitas fisik pasti berbeda tergantung dengan gaya hidup
individunya, kemapuan individunya, dan faktor lainnya seperti jenis kelamin, usia,
pekerjaan dan lain-lain. Aktivitas fisik juga diartikan sebagai semua jenis kegiatan
mengerakkan tubuh yang terdiri dari pekerjaan, kegiatan sehari-hari, dan aktivitas
diwaktu luang yang dapat mengakibatkan aktivitas otot sehingga menimbulkan
peningkatan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat
mengurangi resiko terjadinya penyakit diabetes melitus (25).
6) Mencegah obesitas
Manfaat besar dari melakukan aktivitas fisik atau berolahraga bagi penderita
diabetes melitus antara lain dapat menurunkan kadar glukosa darah, mencegah
kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi terjadinya komplikasi, gangguan lipid
darah, dan peningkatan tekanan darah (27).
1) Tipe
Tipe aktivitas fisik merupakan jenis aktivitas fisik yang dilakukan dalam
periode waktu tertentu secara teratur. Tipe akktivitas fisik yang dilakukan
setiap orang berbeda tergantung indivudunya sendiri.
2) Frekuensi
Frekuensi merupakan berapa kali aktivitas fisik itu dilakukan selama
periode waktu tertentu. Frekuensi aktivitas fisik mengacu pada jumlah sesi
aktivitas fisik per satuan waktu.
3) Durasi
Durasi aktivitas fisik merupakan lamanya waktu yang dihabiskan untuk
melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita
diabetes melitus adalah selama 30-60 menit per hari.
4) Intensitas
Intensitas merupakan ukuran berat ringannya beban suatu aktivitas.
Intensitas aktivitas fisik sering dinyatakan dengan istilah ringan, sedang, dan
berat. Intensitas yang sedang cocok untuk penderita diabetes, contohnya
seperti memotong rumput, mengepel, bersepeda, tenis meja, berenang, dan
berjalan cepat.
b. Peran Guru
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Peserta didik
memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan
diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Menurut
Danim (38) mengidentifikasikan sedikitnya ada sembilan belas peran guru dalam
pembelajaran yaitu guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,
penasehat, inovator, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong, kreativitas,
pembangkit pandangan, pekerjaan rutin, pemindahan kemah, pembawa cerita, aktor,
emansivator, evaluator, pengawet, dan sebagi kulminator.
9. Pondok Pesantren
a. Definisi
Istilah pondok berasal dari bahas arab yaitu funduk yang berarti rumah
penginapan atau hotel. Pondok dalam pesantren di Indonesia khasnya di pulau
Jawa yaitu pemondokan dalam lingkungan padepokan berarti perumahan sederhana
yang dipetak-petak dalam kamar-kamar merupakan asrama bagi para santri.
Sedangkan pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe didepan dan
akhiran an berarti tempat tinggal para santri (33).
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang
tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama. Para santri
menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa
orang kyai (34).
b. Unsur pondok pesantren
Menurut Zulhima (43) ada 5 unsur dalam suatu pondok pesantren, yaitu :
1) Kyai
Kyai adalah seseorang yang diberi gelar oleh masyarakat karena ahli agama
Islam yang memiliki pesantren dan mengajarkan kitab-kitab Islam kepada
santrinya. Kyai sebagai tokoh sentral dalam satu pesantren. Perkembangan
pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai.
2) Pondok (Asrama)
Pondok merupakan tempat tinggal bersama antara kyai dengan para santrinya.
Di pondok, seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang
diadakan, ada kegiatan pada waktu tertentu yang mesti dilakukan oleh santri.
Keberadaan pondok dalam suatu pesantren sangat penting karena banyaknya
santri yang berdatangan dari daerah yang jauh yang ingin menuntut ilmu pada
seorang kyai, letak pesantren yang ada dipedesaan sehingga jauh dari
perumahan, ada timbal antara kyai dan santri dimana santri menganggap kyai
sebagi orangtuanya sendiri.
3) Santri
Santri merupakan unsur pondok dari suatu pesantren, biasanya terdiri dari dua
kelompok, yaitu :
a) Santri mukim, ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
di dalam pondok pesantren
b) Santri kalong, yaitu para santri yang berasal dari daerah sekitar pesantren
dan biasanya mereka tidak menetap di pesantren.
4) Masjid
Masjid merupakan sentral kegiatan orang-orang muslim baik dalam dimensi
ukhrawi maupun duniawi dalam ajaran Islam, disamping berfungsi sebagai
tempat melakukan sholat berjamaah setiap waktu sholat, masjid juga berfungsi
sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya waktu belajar mengajar dalam
pesantren berkaitan dengan waktu sholat berjama‟ah, baik sebelum dan
sesudahnya.
5) Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik
Salah satu unsur dalam pesantren adalah adanya pengajaran kitab-kitab klasik.
Kitab-kitab Islam klasik yang lebih popular dengan sebutan “ kitab kuning” . Kitab
– kitab ini ditulis oleh ulama-ulama Islam zaman pertengahan. Kepintaran dan
kemahiran seorang santri diukur dari kemampuannnya membaca serta
mensyarah ( menjelaskan) isi kitab-kitab tersebut. Untuk tahu membaca sebuah
kitab dengan benar, sorang santri dituntut untuk mahir dalam ilmu-ilmu bantu,
seperti nahwu, sharaf, balaghah, ma‟ani, bayan dan sebagainya.
c. Ciri-ciri Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan pusat mengkaji ilmu yang mempunyai keunikan dan
perbedaan dengan sekolah formal pada umumnya. Ciri-ciri pondok pesantren dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1) Adanya hubungan yang akrab antara kyai atau ustad dengan santrinya. Hal in
dapat terjalin dikarenakan keduanya tinggal ditempat yang sama.
2) Kepatuhan santri terhadap kyai atau ustad. Ketaatan dan penghormatan ini
dapat terjaga, karena salah satu adab dalam menuntut ilmu adalah menghormati
guru dan tidak menentangnya.
3) Hidup hemat dan sederhana. Hidup mewah hampir tidak ditemukan pondok
pesantren. Bahkan sedikit santri yang hidupnya terlalu sederhana atau terlalu
hemat sehingga kurang memperhatikan pemenuhan gizi.
4) Kemandirian sangat terasa di pondok pesantren. Bentuk kemandirian ini dapat
dilihat dari kemandirian finansial dengan membuka usaha, berkebun, atau ternak
hewan.
5) Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan (ukhuwah islamiyah). Banyak
kegiatan yang dilakukan bersama di pondok pesantren seperti sholat berjamaah,
proses belajar mengajar dikelas, membersihkan masjid dan pondok.
6) Disiplin sangat dianjurkan. Hukuman saat melanggar biasanya diberikan sanki-
sanki edukatif.
7) Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia dilakukan melalui kebiasaan puasa
sunnah, zikir, i`tikaf, sholat tahajud atau bentuk meneladani kyai atau ustad yang
menonjolkan sikap zuhd (tidak terpikat dengan kenikmatan dunia).
8) Pemberian ijazah dengan mencantumkan nama yang diberikan kepada santri
yang lulus dalam menempuh proses belajar mengajar di pondok pesantren. Hal
ini menandakan restu kyai atau ustadz kepada santri untuk mengajarkan ilmu
yang telah diperoleh (38).
d. Jenis Pesantren
Seiring dengan laju perkembangan masyarakat maka pendidikan pesantren
baik tempat bentuk hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren
tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang akan tetapi
pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan zaman.
1) Pondok Pesantren Salaf (Tradisional)
Pondok pesantren salaf adalah lembaga pesantren yang mempertahankan
pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan
sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, yang
dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan
pengajaran pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren salaf memang
lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari
bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini
dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah
mengerjakan shalat fardhu.
2) Pesantren Khilaf (Modern)
Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran
umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang
menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP,
MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya. Dengan demikian
pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau
dimodernkan pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah
(44).
BAB V