Oleh :
Pembimbing :
Jakarta
Lembar Persetujuan
Pembimbing
Penguji I Penguji II
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini
kami laksanakan dalam rangka menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan
Komunitas dan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana, yang berlokasi di Puskesmas Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Perilaku Makanan Tinggi Lemak dengan
Kolesterol Total pada Dewasa Muda Puskesmas Grogol Petamburan Periode
Januari 2020.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
bimbingan yang telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini kepada:
Penyusun
Abstrak
Analisis Chi Square dan Odd Ratio digunakan untuk mengetahui hubungan
antara faktor resiko dengan hiperkolesterolemia. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa prevalensi hiperkolesterolemia (total kolesterol ≥ 200 mg/dl) responden
adalah 54.1%. Usia (OR = 2.3), RLPP (OR = 1.8), riwayat hiperkolesterol (OR =
3.2), LDL (OR = 45.6) trigliserida (OR = 2.9), asupan lemak (OR = 9.0), konsumsi
buah (OR = 2.2), konsumsi sayur (OR = 2.8), lama merokok (OR = 2.9) dan stres
kerja (OR = 1.8) berhubungan dengan hiperkolesterolemia. Penelitian ini
menyarankan dengan menjalankan pola makan dan pola hidup yang sehat, serta
rutin melakukan medical check up dapat mengurangi risiko terjadinya
hiperkolesterolemia.
Kata Kunci: Hiperkolesterolemia, karyawan, asupan makan, status gizi, stres kerja
- Menurut WHO 2014 70% dari populasi global akan meninggal akibat PTM
seperti jantung, stroke, diabetes melitus dan kanker
- Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan salah satu faktor resiko
hiperkolesterolemia
- Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia prevalensi hiperkolesterolemia
masih tinggi
- Perubahan gaya hidup yang tidak sehat sering ditemukan pada usia dewasa
muda
1.3 Hipotesis
o Manfaat Penelitian
- Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hiperkolesterolemia dan
hubungannya dengan asupan gizi, kebiasaan merokok, IMT, aktivitas fisik
dan faktor resiko lainnya
- Bagi Puskesmas Grogol Petamburan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
TINJAUAN PUSTAKA
HDL adalah kolesterol yang bermanfaat bagi tubuh manusia, fungsi dari
HDL yaitu mengangkut LDL didalam jaringan perifer ke hepar akan membersihkan
lemak-lemak yang menempel di pembuluh darah yang kemudian akan dikeluarkan
melalui saluran empedu dalam bentuk lemak empedu. LDL mengandung lebih
banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan mengambang di dalam darah. HDL
disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam operasinya ia membersihkan
kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali
ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL
ini mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi
sehingga lebih berat.
NO Batasan Keterangan
c. Trigliserida (TG)
Selain LDL dan HDL, yang penting untuk diketahui juga adalah
Trigliserida, yaitu satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ
dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar
trigliserida dalam darah seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula, dan makanan
berlemak. Tingginya kadar trigliserida (TG) dapat dikontrol dengan diet rendah
karbohidrat. Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring
dengan konsumsi alkohol, peningkatan berat badan diet tinggi gula atau lemak serta
gaya hidup. Peningkatan trigliserida akan menambah risiko terjadinya penyakit
NO Batasan Keterangan
Sel-sel jaringan tubuh menerima kolesterol dari LDL dalam jumlah tertentu dan
menggunakannya untuk tumbuh dan berkembang. Jika mengonsumsi makanan yang
mengandung tinggi lemak jenuh atau kolesterol tinggi, sementara kebutuhan sel tubuh akan
kolesterol sudah mencukupi, maka kadar LDL dalam darah akan tinggi. Kelebihan LDL
dalam darah beresiko penumpukan atau pengendapan kolesterol pada dinding pembuluh
darah arteri yang akan berlanjut pada aterosklerosis. Lain halnya dengan LDL, HDL
memiliki kandungan protein terbanyak dari semua lipoprotein dan sedikit kolesterol (20%).
HDL mengumpulkan kelebihan kolesterol di darah dan membawanya ke hati untuk
2.4 Hiperkolesterolemia
Tabel 2.4 Klasifikasi Kolesterol Total menurut NCEP ATP III 2011
NO Batasan Keterangan
1 <200 Normal
3 ≥ 240 Tinggi
2.5.1 Usia
Laki - Laki
Perempuan
HDL 53 57 58 60 62
% Lemak tubuh 26 26 27 30 29
Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dari pada
wanita. Hal ini dipengaruhi oleh hormon estrogen pada wanita yang dapat menurunkan
LDL kolesterol, meningkatkan HDL kolesterol dan trigliserida. Peningkatan kolesterol
pada wanita terjadi setelah menopause, kurangnya hormon estrogen akibat menopause
meningkatkan total kolesterol dan lebih beresiko mengalami penyakit jantung. Beberapa
studi menyimpulkan bahwa setelah menopause diperkirakan 5-19% wanita mengalami
peningkatan kadar kolesterol
2.5.3 Keturunan
Penelitian yang dilakukan terhadap anak kembar yang diberikan perlakuan yang
berbeda untuk membuktikan pengaruh diet terhadap kolesterol darah, dimana satu anak
dilakukan pengontrolan diet, sementara yang satunya tidak. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kadar kolesterol anak kembar tersebut cenderung sama.
Pada orang normal, jumlah LDL reseptor di liver dan kemampuan penangkapan/
Salah satu faktor resiko utama hiperkolesterolemia yang dapat dikendalikan adalah
asupan lemak, terutama lemak jenuh. Lemak jenuh dalam jumlah yang berlebihan
berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol.
Kolesterol yang menumpuk dan mengendap lama kelamaan akan menghambat aliran darah
dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme sel otot jantung. Untuk menghindari
penimbunan lemak dalam pembuluh darah maka perlu mengurangi konsumsi lemak jenuh,
seperti lemak sapi, kambing, makanan bersantan dan gorengan karena dapat meningkatkan
kolesterol dalam darah.
Setiap penurunan 1% kalori dari asam lemak jenuh pada diet akan menurunkan
kolesterol darah hampir 3 mg/dL dan setiap 1% kenaikan kalori dari asam lemak tidak
jenuh majemuk dalam diet menghasilkan pengurangan kolesterol darah ± 11⁄2 mg/dL.
Lemak jenuh yang ditemukan pada makanan hewani, seperti daging sapi, daging babi,
jeroan dan produk lemak lainnya berkaitan dengan resiko meningkatnya kadar kolesterol
darah. Lemak jenuh dapat meningkatkan absorbsi kolesterol dalam diet atau mengurangi
eksresinya. Lemak jenuh merangsang produksi kolesterol secara berlebihan dalam hati atau
memudahkan penimbunan kolesterol dalam dinding pembuluh darah.
Berdasarkan daya larutnya di dalam air, serat dibedakan menjadi serat larut dan
tidak larut. Bahan pangan yang mengandung serat larut air, seperti beras, jagung, gandum,
apel, dan sayuran hijau terbukti dapat mengurangi kolesterol di dalam darah karena
mengandung sitosterol dan niasin yang merupakan hipokolesterolemik. Mekanisme
kerjanya adalah sebagai berikut, serat yang larut dalam air akan membentuk gelatin (gel),
sewaktu melewati saluran pencernaan bertemu dengan asam empedu dan menarik
kolesterol yang selanjutnya akan dibuang dalam bentuk feses. Perlahan-lahan kadar
kolesterol darah menurun karena kolesterol terus ditarik keluar dari darah. Selain itu, pada
buah dan sayur juga terdapat kandungan fitosterol yang dapat memperbaiki kadar
kolesterol dengan cara mengikat kolesterol di dalam perut sehingga mencegah kolesterol
terabsorbsi ke dalam darah.
Menurut WHO, satu porsi sayur adalah 1 mangkok sayur segar atau 1⁄2 mangkok
sayur masak dan satu porsi buah adalah satu potongan sedang atau dua potongan kecil atau
1 mangkok buah irisan. Konsumsi buah dan sayur yang dikategorikan cukup adalah 5 porsi
atau lebih perhari, sedangkan yang kurang jika asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi
per hari. Dianjurkan sayuran yang dimakan tiap hari terdiri dari campuran sayuran daun,
kacang-kacangan dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur
yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 150-200 gram atau 1 1⁄2 - 2
mangkok sehari. Sedangkan porsi buah yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah
sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari.
Menurut Riskesdas prevalensi kurang makan buah dan sayur di Indonesia adalah
93,6%, dan di kota Padang, prevalensi responden yang mengonsumsi buah dan sayur
kurang dari 5 porsi per hari selama seminggu mencapai 99,4%. Artinya, secara garis besar
persentase penduduk yang memiliki kecukupan sayur dan buah sangat kecil.
IMT yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter (m)
dikuadratkan. Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan
proporsi tubuh sehingga IMT belum tentu memberikan gambaran kegemukan yang sama
bagi semua populasi. Saat ini, IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat untuk
menentukan berat badan lebih, namun perlu diperhatikan adanya perbedaan individu dan
etnik, usia lanjut dan atlit dengan banyak otot. IMT dapat memberikan gambaran yang tidak
sesuai mengenai keadaan obesitas karena variasi lean body mass.
IMT berhubungan dengan total kolesterol tubuh, pengurangan berat badan juga
dapat mempengaruhi serum kolesterol.
Tabel 2.6 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
berdasarkan IMT menurut WHO
Klasifikasi IMT
Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh oleh otot rangka yang menghasilkan energi.
Sementara, latihan (exercise) adalah aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur,
dilakukan berulang-ulang dengan tujuan meningkatkan atau mempertahankan aspek
kebugaran. Istilah lain terkait aktivitas fisik yaitu physical fitness yang meliputi kebugaran
jantung dan pernapasan, kekuatan otot, komposisi tubuh dan fleksibilitas.
Olahraga dapat menurunkan kadar LDL, hal ini dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Kenneth Cooper dalam Aerobics Research menunjukkan adanya
korelasi antara kesegaran jasmani seseorang dan kadar kolesterolnya. Penurunan kolesterol
ini terlihat meskipun berat badan tidak berubah. Salah satu penelitiannya, seseorang yang
berlari 17,7 km dalam seminggu dapat menaikkan HDL sebanyak 35%. Berikut ringkasan
hasil penelitian Cooper.
- Intensitas latihan antara 60% - 85% denyut nadi maksimal (DNM). DNM =
220 – umur
- Durasi latihan berlangsung antara 20-30 menit latihan daya tahan atau
aerobik tanpa henti
a. Resiko timbulnya penyakit jantung koroner meningkat jika total kolesterol >200
mg/dL, resikonya meningkat 2 kali setiap peningkatan 50 mg/dL (jika olesterol
200 mg/dL). NCEP (National Cholesterol Education Program) memberikan
standar normal kolesterol darah adalah < 200 mg/dL.
1.
Dari tabel di atas terlihat bahwa individu A memiliki total kolesterol dan
HDL yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu B, tetapi rasio A lebih rendah
daripada B. Para pakar menyatakan bahwa individu B memiliki faktor resiko
penyakit jantung koroner lebih tinggi dibandingkan individu B.
e. Rasio LDL terhadap HDL
Sama halnya dengan rasio kadar total kolesterol
terhadap HDL, rasio LDL terhadap HDL juga menggambarkan tingkat proteksi
terhadap PJK. Nilai rasio tersebut berbanding lurus terhadap risiko PJK, artinya
semakin besar nilai rasio, maka risiko PJK juga akan semakin besar. Nilai ideal
rasio LDL/ HDL adalah 2.5 – 3.4, sedangkan jika rasio 3.5 – 4.5 sudah
merupakan risiko tinggi untuk kejadian PJK. Rasio LDL terhadap HDL tidak
boleh melebihi 3.5.
Disamping dari segi makanan, pengecekan kolsterol secara berkala juga dapat
mencegah hiperkolesterolemia. NCEP ATP III merekemondasikan untuk
mengecek kadar kolesterol darah setiap lima tahun sekali. Tidak hanya bagi orang
dewasa, anak dan remaja juga perlu melakukan selective screening kolesterol darah
dan lipoprotein, terutama yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular atau
kolesterol tinggi.
a. Penatalaksanaan hiperkolesterolemia
Tabel 2.10
Kolesterol < 300 mg/hari < 200 mg/hari < 200 mg/hari
• Menaikkan lemak tidak jenuh majemuk seperti pada diet tingkat pertama,
konsumsi rata-rata lemak tidak jenuh majemuk naik menjadi 4,5% total
kalori dengan harapan penurunan kolesterol sebesar 5 mg/dL dalam
kacang-kacangan dan biji-bijian, serta sedikit dalam daging ayam dan ikan.
Jenis lemak ini terdiri dari lemak tidak jenuh tunggal/ monovalen dan lemak
tidak jenuh ganda/ polivalen, dapat menurunkan kadar kolesterol darah
dalam beberapa kasus. Eicosapentaenoic Acid (EPA) merupakan asam
lemak tidak jenuh polivalen yang ditemukan dalam ikan yang berlemak,
seperti ikan salem, ikan air tawar dan ikan haring. Banyak mengonsumsi
makanan tersebut dapat menurunkan kadar kolesterol darah, LDL dan
trigliserida, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL.
• Kurangi kolesterol dalam makanan menjadi 300 mg/hari bertujuan untuk
mengurangi kadar kolesterol dalam darah sebesar 5 -10 mg.
• Naikkan karbohidrat kompleks dan serat pada diet, dengan sering
mengonsumsi buah-buahan, sayuran dan biji-bijian.
• Lakukan diet yang berimbang dan bervariasi Diet yang seimbang adalah
keluarga.
g. Hasil yang diperoleh cukup akurat jika subjek menuliskan data konsumsi
• Membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi dengan subjek dan komitmen dari
subjek
• Sangat membebani subjek
• Keakuratan data konsumsi makanan tergantung kemampuan subjek dalam
mencatat konsumsi makanan.
• Metode ini tidak cocok digunakan pada subjek yang buta huruf.
• Metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengumpulan
data
e. Dapat menyediakan data kuantitatif sehingga jumlah asupan gizi subjek dalam
FFQ ada yang bersifat kualitatif dan semi kuantitatif. Lembar FFQ kualitatif
berisikan daftar nama makanan atau kelompok makanan dan pilihan waktu
konsumsi subjek yang dapat dilihat dengan keterangan sering, kadang-kadang dan
tidak pernah ataupun hitungan hari. Sedangkan FFQ semi kuantitatif adalah lembar
FFQ kualitatif yang ditambahkan dengan ukuran rumah tangga atau jumlah per
jenis makanan sehingga dapat dihitung asupan per zat gizi nya.
Masa dewasa muda dimulai sekitar usia 26 sampai 35 tahun dan berakhir
pada usia 36 sampai 45 tahun. Dewasa muda adalah masa dimana individu memiliki
tanggung jawab atas tindakan, sikap, keinginan yang ia miliki dan tidak bergantung
pada orang lain. Pada tahapan perkembangan ini, dewasa muda memiliki tugas
utama yang harus diselesaikan seperti meninggalkan rumah, memilih dan
mempersiapkan karir, membangun hubungan dekat seperti persahabatan dan
pernikahan dan memulai untuk membentuk keluarga sendiri.
Kebiasaan makan :
a. kebiasaan
merokok
b. obesitas HIPERKOLESTEROLEMIA
c. aktivitas fisik
d. riwayat
kolesterol
e. IMT Faktor Konstitusional :
f. Jenis kelamin
g. Usia
a. IMT
b. Riwayat Kolesterol
c. Asupan Makanan (asupan lemak,
konsumsi buah & sayur)
HIPERKOLESTEROLEMIA
d. Kebiasaan Merokok
e. Aktivitas Kerja
(berat, sedang, ringan)
1. Hiperkolesterolemia
2. IMT
Status gizi pasien yang diukur berdasarkan infdeks antropometri berat badan
terhadap tinggi badan
- Cara ukur : Penimbangan BB tanpa alas kaki dan mengukur TB, Berat badan
(kg)/tinggi badan (m)
- Alat ukur : Microtoice untuk pengukuran tinggi badan, timbangan seca untuk
menimbang
3. Riwayat hiperkolesterol
Subyek yang mempunyai silsilah keluarga baik dari garis ayah ataupun ibu dengan
hiperkolesterol
2. Tidak
4. Asupan Lemak
Banyaknya asupan aktual subyek yang berasal dari lemak hewani dan lemak nabati
yang bersih yang telah dikonversikan ke dalam satuan gram
- Alat ukur : Recall 2x24 jam tidak berturut-turut ketika hari kerja dan weekend
dengan food model, software nutri survey
1. 5. Konsumsi buah
- Hasil ukur : 1. Kurang: <14 kali/minggu (<2 kali/hari selama seminggu) atau
<200gram/hari
6. Konsumsi Sayur
Frekuensi dan jumlah sayuran yang biasanya dikonsumsi subyek dalam waktu
seminggu
- Hasil ukur : 1.Kurang: <14 kali/minggu (<2 kali/hari selama seminggu) atau <150
gram/hari
2. Tidak merokok
8. Tipe perokok
Tipe perokok adalah kebiasaan sehari-hari dari subyek yang berhubungan dengan
merokok, diketahui ketika dilakukan tanya jawab mengenai jumlah rokok yang
dihisap setiap harinya
9. Lama merokok
Lamanya kebiasaan merokok yang telah dilakukan subyek (dalam tahun) sampai
dengan saat dilakukan penelitian ini
10. Aktivitas fisik yang dilakukan karyawan dalam kehidupan sehari-hari, yang
meliputi aktivitas kerja, olahraga dan kegiatan di waktu luang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Kriteria Inklusi :
Kriteria Eksklusi :
Keterangan :
n = besarnya sampel
α = kesalahan tipe 2, ditetapkan sebesar 5% , maka = 1,96
β = kesalahan tipe 2, ditetapkan sebesar 20%, maka = 0,84
P1 = proporsi hiperkolesterolemia berdasarkan asupan lemak
tinggi sebesar = 0,4
Sumber data pada penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan
sekunder, data primer meliputi :
a. Konsumsi Makan
- Data asupan lemak subjek diperoleh melalui wawancara food recall 2x24
jam. Subjek diminta untuk mengingat kembali dan menyebutkan makanan
dan minuman apa saja (selain air putih) yang dikonsumsi selama selama 2
hari. Hasil recall akan dianalisis menggunakan program Nutri Survey 2005
dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) IndonesiFa tahun
2004. Jika asupan lemak > 25% asupan energi total, maka dikategorikan
asupan “lebih”. Sedangkan jika asupan ≤ 25% asupan energi total, maka
dikategorikan “tidak lebih”.
- Kebiasaan konsumsi buah dan sayur diperoleh melalui Food Frequency
Questionnaire. Tingkat konsumsi buah dan sayur diukur secara terpisah,
untuk konsumsi buah berdasarkan piramida makanan rekomendasi
minimum untuk buah adalah 2 kali sehari sehingga penilaiannya dengan
melihat jumlah hari konsumsi buah dalam seminggu dengan jumlah
porsi/hari konsumsi buah. Apabila subjek mengonsumsi buah 2 kali/hari (≥
14 kali/minggu) atau 200 gram/ hari maka dikatakan cukup, sedangkan
kalau kurang dari kategori tersebut maka dikatakan kurang. Demikian pula
dengan konsumsi sayur, berdasarkan piramida makanan rekomendasi
minimum untuk sayur adalah 11⁄2 kali/hari dibulatkan menjadi 2 kali/hari
atau 150 gram/hari sehingga penilaiannya dengan melihat jumlah hari dalam
seminggu konsumsi sayur dengan jumlah porsi/ hari konsumsi sayur.
Apabila subjek mengonsumsi sayur 150 gram/hari atau ≥14 kali/minggu
maka dikatakan cukup, sedangkan kalau kurang dari kategori tersebut maka
dikategorikan kurang.
b. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok subjek selama satu tahun terakhir, yang dilihat berdasarkan
sebagai berikut:
Penilaian pertanyaan nomor 15 : < 5 menit diberi skor 1; 5-15 menit diberi skor
2, 15-30 menit diberi skor 3; 30-45 menit diberi skor 4, dan jika >45 menit diberi
7.30 dan diberi kode “1”. Kemudian aktivitas fisik dikategorikan berat apabila
indeks total skornya ≥ median (7.30) dan diberi kode “2”. Peneliti menggunakan
nilai median sebagai cut off point dalam pengkategoriannya, karena dari hasil
pengolahan data, aktivitas fisik tidak berdistribusi normal (Dahlan, 2009). Hal
ini terlihat dari nilai rasio skewness (Skewness / SE Skewness) > 2, yaitu 3.90.
d. Data antropometri, yang meliputi berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan
RLPP dilakukan oleh peneliti dan tenaga pembantu pengumpul data yang lain.
1. Penyuntingan (editing)
Penyuntingan merupakan pemeriksaan kelengkapan data kuesioner, recall, dan
FFQ yang telah dilakukan. Pengecekannya meliputi kelengkapan jawaban
responden, kejelasan tulisan atau jawaban terhadap pertanyaan kuesioner dan
wawancara, kerelevanan jawaban yang diberikan oleh responden, serta
kekonsistenan jawaban responden dengan jawaban pertanyaan yang lain. Jika
terdapat data yang tidak lengkap, maka perlu dilakukan pengambilan data
ulang.
2. Pengkodean (coding)
Pengkodean yaitu mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Pemberian label variabel- variabel
sesuai klasifikasi yang diinginkan oleh peneliti, yang telah memiliki batasan
sesuai dengan definisi operasional. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah
proses pemasukan data.
3. Pengelolaan (tabulating)
Mengelompokan data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai kriteria. Tujuannya
agar data yang telah diperoleh lebih mudah dibaca dan dipahami.
4. Pemasukan data (entry)
Pemasukan data yang telah di-coding ke dalam program pengolahan data secara
komputerisasi, dengan menggunakan bantuan perangkat lunak sesuai variabel
yang telah disusun, dibuat dengan menggunakan SPSS.
2
X = Chi Square O = nilai observasi E = nilai ekpektasi (harapan)
kuadrat):
Pada tabel 2x2 akan dicari nilai Odd Ratio (OR) untuk mengetahui
derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Interpretasi nilai OR adalah sebagai berikut:
BAB IV
4.1.1 Hiperkolesterolemia
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, terlihat Bahwa nilai rata-rata total kolesterol subyek
adalah sekian dengan rentang nilai minimum sekian mg.dL dan nilai maksimum sekian
mg/dL .
Pada penelitian ini status gizi subyek ditentukan dengan menggunakan IMT.
4.1.2.1 IMT
Indeks Massa Tubuh dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu kurus (IMT
<18,5), normal (IMT 18,5-25,0) dan gemuk (IMT >25,0). Berikut distribusi frekuensi IMT
subyek.
Kurus (<18,5 0 0
kg/m2)
Total 36 100
Subyek yang orang tua atau saudara kandungnya mempunyai kadar kolesterol yang
tinggi (hiperkolesterol) dikategorikan memiliki riwayat hiperkolesterol. Distribusi proporsi
subyek berdasarkan ada atau tidaknya riwayat hiperkolesterol disajikan dalam bentuk
tabulasi di bawah ini.
Ya 23 63,9
Tidak 13 36,1
Total 36 100
Berdasarkan tabel 4.5, subyek yang memiliki riwayat hiperkolesterol (63,9%) lebih
banyak daripada subyek yang tidak memiliki hiperkolesterol (36,1%)
Asupan makan yang diteliti pada penelitian ini terdiri dari asupan lemak, Asupan
sayur dan buah. Pengumpulan data mengenai asupan lemak menggunakan Recall 2x24 jam,
Sedangkan konsumsi sayur dan buah menggunakan metode FFQ semi kuantitatif. Berikut
gambaran statistik Asupan makan subyek.
Kuantitas
konsumsi sayur
(gram/hari)
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, terlihat bahwa rata-rata asupan lemak responden
dalam satu hari adalah 31.85% asupan energi total dalam satu hari dengan rentang asupan
minimum 14.36% dan asupan maksimum 55.49%. Konsumsi buah dan sayur dapat
dibedakan antara seberapa kali responden mengonsumsi buah dan sayur dalam waktu satu
minggu (frekuensi) dan seberapa banyak responden mengonsumsi buah dan sayur dalam
satu hari. Dalam waktu 1 minggu, rata-rata responden mengonsumsi buah sebanyak 6
kali/minggu dan sayur sebanyak 10 kali/minggu. Diantara responden ada yang tidak
mengonsumsi buah dan sayur sama sekali, dan dalam waktu satu minggu, maksimal
responden mengonsumsi buah dan sayur masing-masing sebanyak 42 kali/minggu dan 21
kali/minggu. Dari segi kuantitasnya, dalam waktu satu hari, rata-rata responden
mengonsumsi buah sebanyak 103.06 gram/hari dan sayur sebanyak 100.83 gram/hari
dengan nilai minimum 0, artinya terdapat responden yang tidak mengonsumsi buah dan
sayur dan nilai maksimum 300 gram/hari untuk buah dan 400 gram/hari untuk sayur.
Dalam pengolahan data, asupan lemak, konsumsi buah dan sayur dikelompokkan
ke dalam dua kategori, yaitu asupan lemak dikategorikan menjadi lebih, jika asupan lemak
>25% dari asupan energi total dan normal, jika ≤ 25% asupan energi total. Konsumsi buah
dikategorikan menjadi kurang, jika mengonsumsi buah <14 kali/minggu atau <200
gram/hari dan baik, jika mengonsumsi buah ≥ 14 kali/minggu atau ≥200 gram/hari. Serta
konsumsi sayur dikategorikan kurang jika mengonsumsi <14 kali/minggu atau <150
Asupan Lemak
Lebih 16 44,4
Tidak Lebih 20 55,6
Konsumsi Buah
Kurang 21 58,3
Cukup 15 41,7
Konsumsi Sayur
Kurang 19 52,8
Cukup 17 47,2
Total 36 100
Tabel 4.7 diatas menunjukkan Bahwa subyek yang mengkonsumsi lemak dalam
jumlah berlebih 44,4%), lebih sedikit daripada responden yang asupan lemaknya tidak
lebih (55,6%). Untuk konsumsi buah, responden yang dikategorikan “kurang”
mengkonsumsi buah (58,3%) lebih banyak daripada responden yang “cukup”
mengonsumsi buah (41,7%). Begitu juga dengan konsumsi sayur, responden yang
dikategorikan “kurang” mengonsumsi sayur (52,8%) lebih banyak daripada responden
yang dikategorikan “cukup” mengonsumsi sayur (47,2%).
Kebiasaan merokok responden meliputi status merokok saat ini, tipe perokok yang
dilihat berdasarkan jumlah rokok yang diisap perharinya, dan lama merokok. Status
merokok dikategorikan menjadi merokok dan tidak merokok, tipe perokok dibedakan
menjadi 2 kategori yaitu perokok berat, jika responden mengisap lebih dari 12 batang rokok
per harinya, dan perokok ringan, jika responden mengisap ≤ 12 batang rokok setiap harinya.
Kemudian, bagi responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 15 tahun
dikategorikan “risiko tinggi” dan “risiko rendah” jika kebiasaan merokok responden ≤ 15
tahun.
Tabel 4.9 Distribusi Umum Total Skor Variabel Aktivitas Fisik Responden
Hiperkolesterol
IMT
Riwayat hiperkolesterol
Ya 23 63,9
Tidak 13 36,1
Asupan Lemak
Konsumsi buah
Konsumsi sayur
Merokok 15 41,7
Tidak 21 58,3
Tipe Perokok
Aktivitas Fisik
ANALISI BIVARIAT
Perkenalkan, kami Ratri, Silvia, dan Zaneta, Dokter muda Fakultas Kedokteran UKRIDA.
kami bermaksud melakukan penelitian untuk tugas saya mengenai hubungan perilaku makan-
makanan tinggi lemak dengan kadar kolesterol total pada usia dewasa muda. Untuk itu, mohon
bantuan dari Bapak/ Ibu agar bersedia mengisi atau menjawab kuesioner di bawah ini. Semua data
dalam kuesioner ini saya gunakan hanya untuk keperluan akademis dan kerahasiaannya dijamin,
serta tidak ada nilai benar atau salah. Atas kesediaan Bapak/ Ibu dalam mengisi kuesioner ini saya
ucapkan terima kasih.
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
a. Nama :
b. Tempat/Tanggal Lahir (usia) :
c. Jenis kelamin
:L/P
d. No telp/ HP
:
e. Berat badan (BB) terakhir : .................. kg
f. Tinggi badan : .................. cm
g. IMT (diisi oleh peneliti) : ………….. kg/m2
1. Apakah Anda pernah dikatakan oleh dokter/ petugas kesehatan mempunyai kolesterol
tinggi?
a. Ya, sejak kapan? .......................
b. Tidak
2. Apakah Anda pernah dinyatakan terkena penyakit jantung koroner?
a. Ya, sejak kapan? .......................
b. Tidak
3. Apakah Anda pernah dinyatakan terkena penyakit gula/ diabetes?
a. Ya, sejak kapan?
.......................
b. Tidak
4. Apakah di keluarga Anda (orang tua atau saudara kandung) ada yang mempunyai kolesterol
tinggi?
a. Ada b. Tidak
D. KEBIASAAN MEROKOK
E. AKTIVITAS FISIK
9. Bila dibandingkan dengan orang lain yang seumuran dengan Anda, bagaimana aktivitas Anda
pada waktu luang (libur kerja)?
a. sangat kurang d. sering
b. kurang
e. sangat sering
c. biasa saja
10. Pada waktu luang (libur kerja), apakah Anda melakukan kegiatan dan berkeringat?
a. Tidak pernah
d. sering
b. Jarang e. sangat sering
c. Kadang-kadang
11. Pada waktu luang (libur kerja) Anda berolahraga?
b. Tidak pernah
d. sering
c. Jarang e. sangat sering
d. Kadang-kadang
12. Pada waktu luang Anda menonton TV?
a. Tidak pernah
d. sering
b. Jarang e. sangat sering
c. Kadang-kadang
13. Pada waktu luang Anda berjalan-jalan?
a. Tidak pernah
d. sering
b. Jarang e. sangat sering
c. Kadang-kadang
14. Pada waktu luang Anda bersepeda ?
a. Tidak pernah
d. sering
b. Jarang e. sangat sering
c. Kadang-kadang
15. Berapa menit Anda berjalan kaki atau bersepeda setiap hari dari dan ke tempat Anda bekerja?
a. Kurang dari 5 menit
d. 30-45 menit
b. 5-15 menit e. lebih dari 45 menit
c. 15-30 menit
REPEATED FOOD RECALL 24 HOURS
Nama :
Tanggal :
Waktu Bahan
Nama Makanan URT Ukuran (gram)
(Jam) Makanan
Frekuensi Konsumsi
Nama Jumlah
2- 1x 4-6x 1-3x 1x Tidak Metoda dan
Bahan
4x per per per per pernah Pemasakan Ukuran
Makanan per hari minggu minggu bulan
Makanan
hari
Bayam
Kangkung
Jamur
Buncis
Wortel
Tauge
Terong
Selada
Sawi hijau
Kubis/kol
Labu siam
Labu kuning
Lobak
Kembang
kol
Brokoli
Daun
singkong
Kacang
panjang
Jagung
muda
Jantung
pisang
Jamur segar
Kacang
kapri
Ketimun
Nangka
muda
Lainnya….
BUAH- BUAHAN
Apel
Pisang
Mangga
Nanas
Pear
Jeruk
Papaya
Melon
Jambu biji
Jambu air
Rambutan
Alpukat
Durian
Anggur
Belimbing
Lainnya ...