Anda di halaman 1dari 64

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Hubungan Perilaku Makan - Makanan Tinggi Lemak dengan Kadar


Kolesterol Total pada Dewasa Muda di Puskesmas Grogol Petamburan
Periode Januari 2020

Oleh :

Ratri Puspitaningrum 112018068

Silvia Ardila 112017162

Zaneta Fajar S.G 112018019

Pembimbing :

Dr. dr. Djap Hadi Susanto M.Kes

Tugas Akhir Program Studi Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta

Universitas Kristen Krida Wacana


Hubungan Perilaku Makan - Makanan Tinggi Lemak dengan Kadar
Kolesterol Total pada Dewasa Muda di Puskesmas Grogol Petamburan
Periode Januari 2020

Lembar Persetujuan

Disetujui, Jakarta, Februari 2020

Pembimbing

Dr.dr.Djap Hadi Susanto,M.Kes

Penguji I Penguji II

Universitas Kristen Krida Wacana


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini
kami laksanakan dalam rangka menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan
Komunitas dan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana, yang berlokasi di Puskesmas Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Perilaku Makanan Tinggi Lemak dengan
Kolesterol Total pada Dewasa Muda Puskesmas Grogol Petamburan Periode
Januari 2020.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
bimbingan yang telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini kepada:

1. Dr. dr. A. Aris Susanto, MS, Sp.Ok.


1. Dr. dr. Djap Hadi Susanto, M.Kes.
1. dr. Ernawaty Tamba, MKM.
1. dr. E. Irwandy Tirtawidjaja.
1. dr. Diana L. Tumilisar
1. dr. Melda Suryana, M.Epid.
Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Kelurahan Kedoya Selatan
Seluruh subyek penelitian serta semua pihak yang ikut memberikan
dukungan dan bantuan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan
baik.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini,


oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga di
masa mendatang dapat ditingkatkan lebih baik lagi.

Jakarta, Februari 2020

Penyusun

Universitas Kristen Krida Wacana


Hubungan Perilaku Makanan Tinggi Lemak dengan Kolesterol Total pada
Dewasa Muda Puskesmas Grogol Petamburan Periode Januari 2020

Ratri Puspitaningrum, Silvia Ardila, Zaneta Fajar


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl Arjuna Utara No. 6,
Jakarta Barat

Abstrak

(57 halaman : ; 4 lampiran)

Penelitian ini menjelaskan mengenai hubungan konsumsi makan, status


gizi, dan faktor risiko lain dengan hiperkolesterolemia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan makanan tinggi lemak dengan hiperkolesterolemia
pada dewasa muda. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional,
dengan sampel sebanyak 40 pasien laki-laki maupun perempuan yang sedang
berobat di Pusat Kesehatan Masyarakat Grogol Petamburan Jakarta tertanggal 30-
31 Januari 2020. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, food recall 2x24 jam,
dan FFQ.

Analisis Chi Square dan Odd Ratio digunakan untuk mengetahui hubungan
antara faktor resiko dengan hiperkolesterolemia. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa prevalensi hiperkolesterolemia (total kolesterol ≥ 200 mg/dl) responden
adalah 54.1%. Usia (OR = 2.3), RLPP (OR = 1.8), riwayat hiperkolesterol (OR =
3.2), LDL (OR = 45.6) trigliserida (OR = 2.9), asupan lemak (OR = 9.0), konsumsi
buah (OR = 2.2), konsumsi sayur (OR = 2.8), lama merokok (OR = 2.9) dan stres
kerja (OR = 1.8) berhubungan dengan hiperkolesterolemia. Penelitian ini
menyarankan dengan menjalankan pola makan dan pola hidup yang sehat, serta
rutin melakukan medical check up dapat mengurangi risiko terjadinya
hiperkolesterolemia.

Kata Kunci: Hiperkolesterolemia, karyawan, asupan makan, status gizi, stres kerja

Universitas Kristen Krida Wacana


Abstract

Universitas Kristen Krida Wacana


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan


yang telah terjadi perhatian nasional maupun global. Morbiditas dan mortalitas
PTM semakin meningkat di Indonesia. Data kematian menurut World Health
Organization (WHO) menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian di dunia pada
tahun 2014, sebanyak 36 juta disebabkan oleh PTM. Penyakit kardiovaskular
merupakan PTM penyebab kematian terbesar yaitu 39%. Kematian akibat PTM
akan terus meningkat di seluruh dunia. Sebesar 70% dari populasi global akan
meninggal akibat PTM seperti jantung, stroke, diabetes melitus dan kanker.

Transisi epidemiologi penyakit menular menjadi penyakit tidak menular


akan terlihat jelas pada tahun 2030. Jumlah kesakitan akibat penyakit tidak menular
dan kecelakaan akan meningkat, sedangkan penyakit menular akan menurun.
Peningkatan kejadian PTM ini berhubungan dengan faktor resiko akibat adanya
perubahan gaya hidup tidak sehat, antara lain mengkonsumsi makanan tinggi lemak
yang lebih mudah didapatkan seiring dengan perkembangan yang semakin modern,
kurang olahraga, merokok dan stress. Keadaan-keadaan ini juga banyak ditemukan
pada usia dewasa muda yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam situasi
penuh tekanan, stress sehingga berakibat kepada pemilihan perilaku gaya hidup
yang serba instan.

Tingginya kadar kolesterol dalam darah merupakan permasalahan yang


serius karena merupakan salah satu faktor resiko dari berbagai macam penyakit
tidak menular seperti jantung, stroke, dan diabetes melitus. Berdasarkan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan resiko terjadinya aterosklerosis yang merupakan
penyebab penyakit jantung koroner akan meningkat apabila kadar kolesterol total
di dalam darah melebihi batas normal.

Prevalensi hiperkolesterolemia di Indonesia menurut Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016 menurut jenis kelamin, pada laki-laki
yang memiliki kolesterol tinggi sebanyak 48%, sedangkan pada perempuan 54,3%.

Universitas Kristen Krida Wacana


Presentase kolesterol tinggi menurut umur sebagian besar pada kelompok umur 15-
34 adalah 39,4%, kelompok umur 35-59 adalah 52,9%, dan kelompok umur ≥ 60
tahun 58,7%. Presentase kolesterol tinggi di Indonesia secara total adalah sebesar
52,3%.

1.2 Masalah Penelitian

- Menurut WHO 2014 70% dari populasi global akan meninggal akibat PTM
seperti jantung, stroke, diabetes melitus dan kanker
- Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan salah satu faktor resiko
hiperkolesterolemia
- Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia prevalensi hiperkolesterolemia
masih tinggi
- Perubahan gaya hidup yang tidak sehat sering ditemukan pada usia dewasa
muda

1.3 Hipotesis

Adanya hubungan antara IMT, riwayat hiperkolesterol, asupan makan,


kebiasaan merokok dan aktivitas fisik dengan peningkatan kadar kolesterol dalam
darah pada dewasa muda di Puskesmas Grogol Petamburan periode januari 2020

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara karakteristik individu, IMT, riwayat


hiperkolesterol, asupan makan, kebiasaan merokok dan aktivitas fisik dengan kadar
kolesterol total pada dewasa muda di Puskesmas Grogol Petamburan periode
Januari 2020

1.4.2 Tujuan Khusus

 Diketahunya sebaran hiperkolesterolemia pada dewasa muda di Puskesmas


Grogol Petamburan periode Januari 2020

 Diketahuinya sebaran karakteristik individu (umur, pendidikan) pada dewasa

Universitas Kristen Krida Wacana


muda di Puskesmas Grogol Petamburan periode Januari 2020

 Diketahuinya sebaran IMT pada dewasa muda di Puskesmas Grogol


Petamburan periode Januari 2020

 Diketahuinya sebaran kadar kolesterol total di Puskesmas Grogol Petamburan


periode Januari 2020

 Diketahuinya sebaran asupan makan (asupan lemak, konsumsi buah dan


sayur) pada dewasa muda di Puskesmas Grogol Petamburan periode Januari
2020

 Diketahuinya sebaran kebiasaan merokok dan aktivitas fisik pada dewasa


muda di Puskesmas Grogol Petamburan periode Januari 2020

 Diketahuinya hubungan antara karakteristik individu (umur dan pendidikan)


dan riwayat hiperkolesterol dengan hiperkolesterolemia pada dewasa muda
di Puskesmas Grogol Petamburan periode Januari 2020

 Diketahuinya hubungan IMT dengan hiperkolesterolemia pada dewasa muda


di Puskesmas Grogol Petamburan periode Januari 2020

 Diketahuinya hubungan antara asupan makan (lemak, konsumsi buah dan


sayur) dengan hiperkolesterolemia pada dewasa muda di Puskesmas Grogol
Petamburan periode Januari 2020

 Diketahuinya hubungan kebiasaan merokok dan aktifitas fisik dengan


hiperkolesterolemia pada dewasa muda di Puskesmas Grogol Petamburan
periode Januari 2020

o Manfaat Penelitian
- Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hiperkolesterolemia dan
hubungannya dengan asupan gizi, kebiasaan merokok, IMT, aktivitas fisik
dan faktor resiko lainnya
- Bagi Puskesmas Grogol Petamburan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

Universitas Kristen Krida Wacana


untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas dalam perencanaan program
promosi dan penyuluhan gaya hidup sehat.
- Bagi Peneliti
Merupakan ajang aplikasi teori dan melatih pola pikir sistematis dalam
menghadapi masalah-masalah khususnya dalam bidang kesehatan dan
promosi kesehatan.
- Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan bagi instansi kesehatan untuk melakukan promosi
dan penyuluhan kesehatan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, dibahas mengenai status gizi, riwayat


hiperkolesterol, asupan lemak, kebiasaan konsumsi buah dan sayur, kebiasaan
merokok dan aktivitas fisik yang berhubungan dengan kejadian
hiperkolesterolemia pada orang dewasa muda. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kuesioner, food recall 24 jam, food frequency questionnaire
(FFQ) dan wawancara. Desain penelitian yang digunakkan adalah cross-
sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat ke Poli
Pelayanan Kesehatan Umum pada tanggal 22 sampai 30 Januari 2020 yang
berusia antara 26 sampai 45 tahun. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan SPSS 17.00 dan software Nutri survey.

Universitas Kristen Krida Wacana


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kolesterol

Kolesterol adalah salah satu komponen dalam membentuk lemak. Di dalam


lemak terdapat berbagai macam komponen yaitu seperti zat trigliserida, fosfolipid,
asam lemak bebas, dan juga kolesterol. Sejumlah tertentu kolesterol bersifat
esensial untuk kesehatan, seperti pembangun dasar hormon steroid, seperti
testosteron, estrogen, progesteron, kortikosteroid dan asam empedu. Kolesterol
merupakan lapisan luar dari lipoprotein plasma yang berperan sebagai komponen
struktur dari membran dan sintesis vitamin D juga melibatkan kolesterol dalam
bentuk 7-dehidrokolesterol (pro-vitamin D) yang dengan bantuan sinar matahari
akan dikonversi menjadi vitamin D, yang berperan dalam pembentukan tulang.

Kolesterol dalam darah dapat meningkat akibat mengkonsumsi makanan


yang mengandung kolesterol. Kelebihan kolesterol di dalam tubuh dapat
menimbulkan penyakit arteri dan serangan jantung, karena kolesterol yang
menumpuk pada arteri jantung dapat menimbulkan aterosklerosis yang kemudian
menyebabkan pengerasan arteri.

2.2 Klasifikasi Kolesterol

Klasifikasi Kolesterol dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)


LDL atau sering juga disebut sebagai kolesterol jahat, LDL lipoprotein deposito
kolesterol bersama didalam dinding arteri, yang menyebabkan terjadinya
pembentukan zat yang keras, tebal, atau sering disebut juga sebagai plakat
kolesterol, dan dengan seiring berjalannya waktu dapat menempel didalam dinding
arteri dan terjadinya penyempitan arteri. LDL ini bisa melekat karena mengalami
oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. LDL yang telah menyusup ke dalam intima
akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang teroksidasi.
LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan dan
menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus lapisan endotel dan

Universitas Kristen Krida Wacana


masuk ke dalam intima. Disamping itu LDL-teroksidasi juga menghasilkan zat
yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi
makrofag. Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua
menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi
sel busa. Sel busa yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang
makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan
penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan ini akan semakin memburuk karena
LDL akan teroksidasi sempurna, juga merangsang sel-sel otot pada lapisan
pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan intima dan
kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin banyak.
Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat
saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar. Plak
kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah,
meninggalkan "luka" pada dinding pembuluh darah yang dapat mengaktifkan
pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah mengalami
penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini mudah
menyumbat pembuluh darah secara total.

Tabel 2.1 Klasifikasi kolesterol LDL

No. Batasan Keterangan

1 Kurang dari 100 Optimal

2 100 - 129 Mendekati

3 130 - 159 Batasan normal tertinggi

4 160 - 189 Tinggi

5 Lebih dari Sangat tinggi

Sumber : UPT - Balai informasi tekmologi LIPI(2009)

Universitas Kristen Krida Wacana


b. Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)


HDL adalah kolesterol yang bermanfaat bagi tubuh manusia, fungsi dari
HDL yaitu mengangkut LDL didalam jaringan perifer ke hepar akan membersihkan
lemak-lemak yang menempel di pembuluh darah yang kemudian akan dikeluarkan
melalui saluran empedu dalam bentuk lemak empedu. LDL mengandung lebih
banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan mengambang di dalam darah. HDL
disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam operasinya ia membersihkan
kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali
ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL
ini mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi
sehingga lebih berat.

Tabel 2.2 Klasifikasi Kolesterol HDL

NO Batasan Keterangan

1 Kurang dari Rendah


40

2 Lebih dari Tinggi


60

Sumber : UPT – Balai Informasi

c. Trigliserida (TG)


Selain LDL dan HDL, yang penting untuk diketahui juga adalah
Trigliserida, yaitu satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ
dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar
trigliserida dalam darah seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula, dan makanan
berlemak. Tingginya kadar trigliserida (TG) dapat dikontrol dengan diet rendah
karbohidrat. Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring
dengan konsumsi alkohol, peningkatan berat badan diet tinggi gula atau lemak serta
gaya hidup. Peningkatan trigliserida akan menambah risiko terjadinya penyakit

Universitas Kristen Krida Wacana


jantung dan stroke. Mereka yang mempunyai trigliserida tinggi juga cenderung
mengalami gangguan dalam tekanan darah dan resiko diabetes.

Table 2.2 Klasifikasi Kolesterol Trigliserida (TG)

NO Batasan Keterangan

1 < 150 Normal

2 150 - 199 Batas normal


tinggi

3 200 - 499 Tinggi

4 ≥ 500 Sangat tinggi

Sumber : UPT-Balai Informasi teknologi LIP (2009)

2.3 Produksi, Transportasi dan Distribusi Kolesterol

Di dalam hati terdapat enzim HMG-CoA-Reduktas yang menentukan jumlah


kolesterol yang akan diproduksi oleh hati, ±75%. Kolesterol yang berasal dari makanan
hanya ±25%. Tingkat enzim ini di dalam darah menentukan jumlah kolesterol yang
diproduksi oleh hati. Sebagai permulaan, liver menghasilkan VLDL yang mengandung
kolesterol dan trigliserida, yang kemudian bersirkulasi didalam darah. VLDL akan melepas
trigliserida yang akan digunakan oleh jaringan sebagai energi atau disimpan sebagai lemak.
VLDL yang telah kehilangan trigliserida disebut VLDL remnant, yang nanti akan diambil
oleh resptor hati atau dipecah menjadi IDL. IDL juga akan diambil oleh reseptor atau akan
diubah menjadi LDL yang miskin akan trigliserida dan kaya akan kolesterol.

Sel-sel jaringan tubuh menerima kolesterol dari LDL dalam jumlah tertentu dan
menggunakannya untuk tumbuh dan berkembang. Jika mengonsumsi makanan yang
mengandung tinggi lemak jenuh atau kolesterol tinggi, sementara kebutuhan sel tubuh akan
kolesterol sudah mencukupi, maka kadar LDL dalam darah akan tinggi. Kelebihan LDL
dalam darah beresiko penumpukan atau pengendapan kolesterol pada dinding pembuluh
darah arteri yang akan berlanjut pada aterosklerosis. Lain halnya dengan LDL, HDL
memiliki kandungan protein terbanyak dari semua lipoprotein dan sedikit kolesterol (20%).
HDL mengumpulkan kelebihan kolesterol di darah dan membawanya ke hati untuk

Universitas Kristen Krida Wacana


diproses dan dibuang bersama cairan empedu. Rendahnya kadar LDL dan tingginya HDL
dapat mencegah terjadinya aterosklerosis.

2.4 Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan kadar kolesterol darah melebihi batas


nilai normal, mencapai ≥ 200 mg/dl, yang merupakan faktor resiko utama penyakit jantung
koroner.

Tabel 2.4 Klasifikasi Kolesterol Total menurut NCEP ATP III 2011

NO Batasan Keterangan

1 <200 Normal

2 200-239 Border line

3 ≥ 240 Tinggi

Hiperkolesterolemia terjadi karena adanya gangguan metabolisme lemak yang


dapat menyebabkan peningkatan kadar lemak darah yang bisa disebabkan oleh defisiensi
enzim lipoprotein, lipase, reseptor LDL atau ketidaknormalan genetika yang
mengakibatkan peningkatan produksi kolesterol di hati atau penurunan kemampuan hati
dalam membersihkan kolesterol dari darah.

Mekanisme terjadinya hiperkolesterolemia adalah lemak yang berasal dari


makanan akan dicerna di usus halus menjadi asam lemak bebas, trigliserida, fosfolipid dan
kolesterol, kemudian diserap dalam bentuk kilomikron. Sebagian kolesterol dibuang ke
empedu sebagai asam empedu dan sebagian lagi bersama trigliserida dan apoprotein
membentuk VLDL. Enzim lipoprotein akan memecah VLDL menjadi Intermediet-Density
Lipoprotein (IDL) yang hanya bertahan 2-6 jam, selanjutnya diubah menjadi LDL.

Jika banyak mengonsumsi bahan makanan yang mengandung kolesterol tinggi,


maka hati akan menghentikan pengambilan LDL karena hati mempunyai cukup kolesterol,
sehingga meningkatkan kolesterol dalam darah. Kelebihan kolesterol di dalam darah
mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah (intima). Di dalam intima,
LDL akan mengalami oksidasi dan memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan dan
menarik monosit menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. LDL yang telah

Universitas Kristen Krida Wacana


mengalami oksidasi kedua (teroksidasi sempurna) akan mengubah makrofag menjadi sel
busa. Sel busa yang terbentuk akan saling berikatan dan membentuk gumpalan dan
menyempitkan lumen pembuluh darah. LDL yang teroksidasi sempurna akan merangsang
sel-sel otot pada lapisan pembuluh darah bagian dalam untuk masuk ke dalam intima dan
kemudian membelah diri.

Timbunan lemak di dalam pembuluh darah (plak kolesterol) menyebabkan


pembuluh darah menjadi sempit dan aliran darah menjadi kurang lancar. Plak tersebut
mudah rapuh dan pecah sehingga menimbulkan luka pada pembuluh darah dan
mengaktifkan pembekuan darah. Bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah
karena ukuran pembuluh darah yang sudah menyempit akibat adanya plak. Proses
pembentukan plak pada pembuluh darah inilah yang disebut dengan aterosklerosis.
Komposisi dari plak tersebut adalah kolesterol, asam lemak, lipoprotein, deposit kalsium,
karbohidrat kompleks, jaringan fibrosa dan darah. Plak yang dibiarkan akan menyebabkan
suplai darah ke jantung terhambat, sehingga menimbulkan rasa sakit dan nyeri (angina),
bila berlanjut akan menyebabkan matinya jaringan otot jantung (infark miokard) dan
kemudian gagal jantung. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak
(arteri karotid) maka akan menyebabkan stoke.

2.5 Faktor Resiko

Kejadian hiperkolesterolemia berhubungan dengan faktor genetik, pola makan,


gaya hidup, IMT dan faktor lainnya

2.5.1 Usia

Kadar lipoprotein terutama kolesterol LDL meningkat seiring dengan


bertambahnya usia. Banyak peneliti menyimpulkan bahwa semakin tua usia seseorang,
maka kemampuan reseptor LDL nya juga akan berkurang sehingga kadar LDL darah
meningkat dan mempercepat terjadinya penyumbatan arteri.

Tabel 2.5 Hubungan antara Profil Lemak dan Usia

Laki - Laki

Umur (th) < 30 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60+

Total kolesterol 179 191 205 208 208

Universitas Kristen Krida Wacana


HDL 43 42 43 43 44

LDL 136 149 162 165 164

% Lemak tubuh 18,1 22,0 23,5 23,8 23,0

Perempuan

Total kolesterol 179 186 194 219 221

HDL 53 57 58 60 62

LDL 126 129 136 159 159

% Lemak tubuh 26 26 27 30 29

2.5.2 Jenis Kelamin

Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dari pada
wanita. Hal ini dipengaruhi oleh hormon estrogen pada wanita yang dapat menurunkan
LDL kolesterol, meningkatkan HDL kolesterol dan trigliserida. Peningkatan kolesterol
pada wanita terjadi setelah menopause, kurangnya hormon estrogen akibat menopause
meningkatkan total kolesterol dan lebih beresiko mengalami penyakit jantung. Beberapa
studi menyimpulkan bahwa setelah menopause diperkirakan 5-19% wanita mengalami
peningkatan kadar kolesterol

2.5.3 Keturunan

Hasil studi penelitian kesehatan menunjukkan bahwa keturunan berhubungan


dengan berbagai penyakit. Hiperkolesterolemia cenderung terjadi dalam keluarga atau
yang disebut familial hyppercholesterolemia (FH), kelainan genetik yang mempengaruhi
fungsi reseptor LDL, dimana 80% kolesterol dalam darah diproduksi oleh tubuh sendiri,
ada sebagian orang yang mempunyai kolesterol lebih banyak dibandingkan yang lain. Pada
kelompok tersebut, walaupun mereka mengonsumsi lemak jenuh atau kolesterol sedikit,
tubuh tetap memproduksi kolesterol lebih banyak, kadar LDL nya dua kali lebih banyak
dibandingkan normal.

Penelitian yang dilakukan terhadap anak kembar yang diberikan perlakuan yang
berbeda untuk membuktikan pengaruh diet terhadap kolesterol darah, dimana satu anak
dilakukan pengontrolan diet, sementara yang satunya tidak. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kadar kolesterol anak kembar tersebut cenderung sama.

Pada orang normal, jumlah LDL reseptor di liver dan kemampuan penangkapan/

Universitas Kristen Krida Wacana


pemindahan LDL dari darah berada dalam tingkat normal. Pada pasien FH heterozigot,
produksi LDL reseptornya hanya separo, sedangkan pada FH homozigot tidak ada sama
sekali, sehingga kadar LDL kolesterol di dalam darah meningkat drastis. Orang yang
mengonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol yang berasal dari makanan masuk ke
dalam liver sehingga produksi LDL reseptor berkurang. Akibatnya pemindahan LDL dari
darah menurun dan kadar LDL dalam darah meningkat.

2.5.4 Asupan Makanan Tinggi Lemak

Salah satu faktor resiko utama hiperkolesterolemia yang dapat dikendalikan adalah
asupan lemak, terutama lemak jenuh. Lemak jenuh dalam jumlah yang berlebihan
berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol.
Kolesterol yang menumpuk dan mengendap lama kelamaan akan menghambat aliran darah
dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme sel otot jantung. Untuk menghindari
penimbunan lemak dalam pembuluh darah maka perlu mengurangi konsumsi lemak jenuh,
seperti lemak sapi, kambing, makanan bersantan dan gorengan karena dapat meningkatkan
kolesterol dalam darah.

Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) menganjurkan 10-25% kebutuhan energi


diperoleh dari lemak, lemak jenuh <10% dari kebutuhan energi total, lemak tidak jenuh
ganda 10% dari kebutuhan energi total, dan lemak tidak jenuh tunggal 10-15% dari
kebutuhan energi total.

Setiap penurunan 1% kalori dari asam lemak jenuh pada diet akan menurunkan
kolesterol darah hampir 3 mg/dL dan setiap 1% kenaikan kalori dari asam lemak tidak
jenuh majemuk dalam diet menghasilkan pengurangan kolesterol darah ± 11⁄2 mg/dL.
Lemak jenuh yang ditemukan pada makanan hewani, seperti daging sapi, daging babi,
jeroan dan produk lemak lainnya berkaitan dengan resiko meningkatnya kadar kolesterol
darah. Lemak jenuh dapat meningkatkan absorbsi kolesterol dalam diet atau mengurangi
eksresinya. Lemak jenuh merangsang produksi kolesterol secara berlebihan dalam hati atau
memudahkan penimbunan kolesterol dalam dinding pembuluh darah.

Kebiasaan menggunakan minyak yang sama berulang kali dapat meningkatkan


LDL dan menurunkan HDL, karena asam lemak tidak jenuh berubah menjadi asam lemak
trans. Untuk itu, konsumsi makanan yang mengandung asam lemak omega-3 dan omega-
6, seperti kacang-kacangan dan ikan harus ditingkatkan. Begtitu juga dengan buah dan
sayur yang mengandung serat, serat pada buah-buahan dapat menurunkan kadar kolesterol

Universitas Kristen Krida Wacana


HDL secara efektif.

2.5.5 Kurang Konsumsi Buah dan Sayur

Berdasarkan daya larutnya di dalam air, serat dibedakan menjadi serat larut dan
tidak larut. Bahan pangan yang mengandung serat larut air, seperti beras, jagung, gandum,
apel, dan sayuran hijau terbukti dapat mengurangi kolesterol di dalam darah karena
mengandung sitosterol dan niasin yang merupakan hipokolesterolemik. Mekanisme
kerjanya adalah sebagai berikut, serat yang larut dalam air akan membentuk gelatin (gel),
sewaktu melewati saluran pencernaan bertemu dengan asam empedu dan menarik
kolesterol yang selanjutnya akan dibuang dalam bentuk feses. Perlahan-lahan kadar
kolesterol darah menurun karena kolesterol terus ditarik keluar dari darah. Selain itu, pada
buah dan sayur juga terdapat kandungan fitosterol yang dapat memperbaiki kadar
kolesterol dengan cara mengikat kolesterol di dalam perut sehingga mencegah kolesterol
terabsorbsi ke dalam darah.

Sayuran merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium


dan serat, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol. Sayur dan buah merupakan
kelompok bahan makanan yang banyak mengandung serat. Buah dapat menurunkan
kolesterol karena mengandung serat larut yang mempunyai kemampuan meningkatkan
ekskresi asam empedu dalam feses, melambatkan absorbsi kolesterol dan lemak, dan
meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek yang difermentasi dalam usus besar.

Menurut WHO, satu porsi sayur adalah 1 mangkok sayur segar atau 1⁄2 mangkok
sayur masak dan satu porsi buah adalah satu potongan sedang atau dua potongan kecil atau
1 mangkok buah irisan. Konsumsi buah dan sayur yang dikategorikan cukup adalah 5 porsi
atau lebih perhari, sedangkan yang kurang jika asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi
per hari. Dianjurkan sayuran yang dimakan tiap hari terdiri dari campuran sayuran daun,
kacang-kacangan dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur
yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 150-200 gram atau 1 1⁄2 - 2
mangkok sehari. Sedangkan porsi buah yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah
sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari.

Vitamin yang berkaitan dengan kolesterol diantaranya adalah vitamin A dan


vitamin C. Vitamin A dapat mencegah teroksidasinya asam lemak tidak jenuh ganda
menjadi asam lemak jenuh, sementara vitamin C dapat memecah kolesterol menjadi asam
empedu dan garam empedu di dalam hati, kemudian mensekresikan ke dalam empedu dan

Universitas Kristen Krida Wacana


usus untuk dikeluarkan sebagai feses.

Menurut Riskesdas prevalensi kurang makan buah dan sayur di Indonesia adalah
93,6%, dan di kota Padang, prevalensi responden yang mengonsumsi buah dan sayur
kurang dari 5 porsi per hari selama seminggu mencapai 99,4%. Artinya, secara garis besar
persentase penduduk yang memiliki kecukupan sayur dan buah sangat kecil.

2.5.6 Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter (m)
dikuadratkan. Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan
proporsi tubuh sehingga IMT belum tentu memberikan gambaran kegemukan yang sama
bagi semua populasi. Saat ini, IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat untuk
menentukan berat badan lebih, namun perlu diperhatikan adanya perbedaan individu dan
etnik, usia lanjut dan atlit dengan banyak otot. IMT dapat memberikan gambaran yang tidak
sesuai mengenai keadaan obesitas karena variasi lean body mass.

IMT berhubungan dengan total kolesterol tubuh, pengurangan berat badan juga
dapat mempengaruhi serum kolesterol.

Tabel 2.6 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
berdasarkan IMT menurut WHO

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang < 18,5

Normal 18,5 – 24,9

Berat badan lebih > 25,0

Pra – Obes 25,0 – 29,9

Obes tingkat I 30,0 – 34,9

Obes tingkat II 35,0 – 39,9

Obes tingkat III > 40,0

Universitas Kristen Krida Wacana


Tabel 2.7 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Orang Dewasa

Kategori Indeks Massa


Tubuh (kg/m2)

Kurus Kekurangan berat badan tingkat <17,0


berat
17,0-18,4
Kekurangan berat badan tingkat
ringan

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kekurangan berat badan tingkat 25,1 – 27,0


ringan
>27,0
Kelebihan berat badan tingkat
berat

Obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak


normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit, oleh karena itu dapat dilakukan
dengan perhitungan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk
menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa.

Obesitas berhubungan dengan lipoprotein, penurunan HDL-kolesterol,


peningkatan trigliserida dan LDL-kolesterol, tertama obesitas sentral. Pada umumnya,
orang yang memiliki persen lemak tubuh yang tinggi cenderung memiliki total kolesterol,
LDL dan trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki berat
badan normal. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa studi di Michigan-USA. Penelitian
Wood et al tahun 1991 membuktikan bahwa penurunan 5 kg lemak tubuh mempengaruhi
perubahan kadar HDL-kolesterol, LDL-kolesterol, dan trigliserida. Selain itu, penelitian
Dattilo et al tahun 1992 membuktikan bahwa setiap penurunan 1 kg BB, terjadi penurunan
2 mg/dL total kolesterol.

Universitas Kristen Krida Wacana


Berat badan seseorang 40-70% ditentukan secara genetik, selain itu juga
dipengaruhi lingkungan, kebiasaan makan, kurangnya aktivitas fisik, dan kemiskinan/
kemakmuran. Obesitas pada perempuan berakar pada obesitas pada masa kecil, obesitas
pada laki-laki terjadi setelah umur 30 tahun. Pada penderita obesitas, konsentrasi asam
lemak bebas, trigliserida, dan kolesterol LDL-nya lebih tinggi dibandingkan dengan non-
obes dan terdapat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi akibat PJK dan stroke
dibandingkan dengan non-obes.

2.5.8 Kebiasaan Merokok

Merokok secara berlebihan merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskular


karena berhubungan dengan kolesterol. Penelitian Framingham Heart Study terhadap 2000
pria dan 2000 wanita yang berusia 20-49 tahun, menemukan bahwa jumlah batang rokok
yang diisap per hari dapat menurunkan HDL pada pria sebesar 4,5 mg/dL dan 6,5 mg/dL
pada wanita. Selain itu, penelitian Lipid Research Program Prevalence Study membuktikan
bahwa seseorang yang merokok 20 batang atau lebih per hari, kadar HDL-nya akan
menurun 11% pada pria dan 14% pada wanita dibandingkan dengan populasi yang tidak
merokok.

Klasifikasi perokok berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap yaitu:

a. Perokok ringan, yaitu seseorang yang merokok 1-10 batang rokok/hari 


b. Perokok sedang, yaitu seseorang yang merokok 11-20 batang rokok/hari 


c. Perokok berat, jika merokok lebih dari 20 batang rokok/hari 


Perokok lebih rentan menderita atherosclerosis pembuluh darah besar bila


dibandingkan dengan bukan perokok. Terdapat interaksi antara merokok dengan
peningkatan serum lipid. Asap dari rokok yang mengandung karbonmonoksida,
hidrogen sianida dan nitrogen oksida dapat menimbulkan flek aterosklerotik melalui
penimbunan kolesterol LDL yang meningkat dan terbentuknya sel-sel penampung
lemak. Nikotin yang terdapat dalam asap rokok menstimulus aktivitas sistem saraf
simpatis sehingga menyebabkan kadar asam lemak bebas menjadi lebih tinggi sehingga
meningkatkan sekresi VLDL oleh hati dan sekresi kolesterol ke dalam sirkulasi darah.

Universitas Kristen Krida Wacana


Prevalensi perokok saat ini di Indonesia yang berhasil didata oleh
Riskesdas adalah sekitar 29,2% dengan rata-rata 12 batang rokok setiap hari, sementara
untuk Sumatera Barat, data yang didapatkan lebih tinggi dari angka nasional, yaitu
30,2% dengan menghisap 14 batang rokok per harinya. Kelompok umur > 24 tahun
memiliki prevalensi merokok yang tinggi.

2.5.9 Kurangnya aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh oleh otot rangka yang menghasilkan energi.
Sementara, latihan (exercise) adalah aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur,
dilakukan berulang-ulang dengan tujuan meningkatkan atau mempertahankan aspek
kebugaran. Istilah lain terkait aktivitas fisik yaitu physical fitness yang meliputi kebugaran
jantung dan pernapasan, kekuatan otot, komposisi tubuh dan fleksibilitas.

Olahraga dapat menurunkan kadar LDL, hal ini dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Kenneth Cooper dalam Aerobics Research menunjukkan adanya
korelasi antara kesegaran jasmani seseorang dan kadar kolesterolnya. Penurunan kolesterol
ini terlihat meskipun berat badan tidak berubah. Salah satu penelitiannya, seseorang yang
berlari 17,7 km dalam seminggu dapat menaikkan HDL sebanyak 35%. Berikut ringkasan
hasil penelitian Cooper.

Tabel 2.7 Hubungan Kesegaran Jasmani dengan Kolesterol

Kategori kesegaran jasmani HDL kolesterol kolesterol/


HDL

Wanita pria wanita


pria

Sangat Buruk 50,0 37,0 4,0 6,1

Buruk 55,0 40,0 3,9 5,7

Sedang 54,0 41,5 3,9 5,1

Baik 61,0 44,5 3,3 4,9

Sangat baik 62,0 49,3 3,2 4,3

Universitas Kristen Krida Wacana


Ditambah dengan laporan Dr. William Haskell dari Universitas Loma
Linda, California menunjukkan perbedaan yang nyata bahwa atlet memiliki LDL
yang rendah daripada non-atlet. Menurut Daniel J Green dalam Madupa (2006),
latihan fisik dapat meningkatkan fungsi endotel pada hiperkolesterolemia dan
penyakit jantung. Hal ini disebabkan karena latihan fisik yang teratur dan terukur
meningkatkan nitrit oksid, menurunkan radikal bebas oksigen dan meningkatkan
antioksigen.

Aerobik dapat meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan kolesterol


LDL. Penelitian yang dilakukan oleh Bouillon et al (2011) terhadap 4469 pegawai
negeri di Inggris yang berusia 39-62 tahun, membuktikan bahwa individu yang
meningkatkan aktivitas fisiknya 3,4-3,7 jam per minggu dapat menurunkan kadar
LDL-kolesterol dari 4,38 menjadi 3,52 mmol/L. Penelitian Schubert et al (2006)
juga mendukung teori bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan LDL-kolesterol dan
total kolesterol, serta meningkatkan HDL-kolesterol. Penelitian Leon et al (2001)
membuktikan bahwa pada individu yang melakukan latihan dan olaharaga >12
minggu terjadi peningkatan HDL-kolesterol sebanyak 4,6%, penurunan trigliserida
dan LDL-kolesterol sebanyak 3,7% dan 5,0%.

Olahraga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah bila berlangsung


lebih dari 30 menit atau sekitar 1 jam dengan intensitas cukup. Mekanismenya
adalah sebagai berikut: lemak ditimbun dalam sel lemak sebagai trigliserida,
olahraga dapat memecah timbunan trigliserida dan melepaskan asam lemak dan
gliserol ke dalam aliran darah. Asam lemak bebas ini bermanfaat sebagai sumber
bahan bakar bagi otot-otot, jika latihan dikerjakan dalam waktu yang cukup lama.
Setelah 40 menit latihan, asam lemak bebas mensuplai 40% dari bahan bakar yang
diperlukan. Orang yang sudah terlatih tubuhnya dapat mengambil 50-85% energi
yang diperlukan untuk olahraga dari lemak.

Pedoman aktivitas fisik yang dianjurkan oleh American College of Sport


Medicine/ ASCM dalam Depkes (2007) adalah sebagai berikut:

Universitas Kristen Krida Wacana


- Frekuensi latihan 3-5 kali seminggu 


- Intensitas latihan antara 60% - 85% denyut nadi maksimal (DNM). DNM =


 220 – umur

- Durasi latihan berlangsung antara 20-30 menit latihan daya tahan atau
aerobik tanpa henti

Berdasarkan data Riskesdas 54,8% penduduk Sumatera Barat kurang


aktivitas fisik, bahkan untuk Kota Padang, kurangnya aktivitas fisik ini mencapai
83,4%. Jumlah ini tergolong tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional, yaitu
48,2%.

2.4.9 Stres Kerja

Stres kerja didefinisikan sebagai respon atau tanggapan seseorang yang


timbul ketika adanya tuntutan dan tekanan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
pengetahuan dan kemampuannya untuk mengerjakannya. Stres kerja banyak terjadi
di lingkungan pekerjaan dimana pekerja merasa tidak mendapat perhatian dan
kontrol dari supervisor atau koleganya pada saat menyelesaikan suatu pekerjaan
atau berhasil mengatasi suatu masalah dan tuntutan pekerjaan. Davidson dan
Cooper menyatakan bahwa stress kerja dapat diartikan sebagai faktor lingkungan
atau stressor yang berhubungan dengan pekerjaan tertentu.

Studi di Amerika menunjukkan bahwa orang yang memiliki kepribadian


tipe A, seperti sangat agresif, ambisius, kompetitif, sangat mementingkan karier dan
waktu kerja, serta cepat marah, memiliki kadar lipid darah yang tinggi, ekskresi
hormon stres yang tinggi di urin, dan resiko terjadinya penyakit jantung koroner
yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mempunyai kepribadian tenang,
tidak ambisius, dan mudah puas. Populasi yang hidup dengan tenang, bahagia dan
menikmati hidup, memiliki kadar lipid dalam darah yang lebih rendah meskipun
mereka mengonsumsi makanan yang mengandung kadar lemak yang sama dengan
populasi dengan kepribadian tipe A.

Beberapa penelitian di Swedia menunjukkan bahwa orang yang stres akan

Universitas Kristen Krida Wacana


melepaskan hormon noradrenalin dan adrenalin yang lebih tinggi. Hormon ini
sebagai pertanda tubuh seseorang tersebut stres, dan kemudian asam lemak bebas
akan dilepas dari tubuh sehingga kadar lemak di dalam darah akan meningkat.

2.6 Dampak Hiperkolesterolemia

Pembuktian mengenai hubungan lemak dalam darah dan lipoprotein dengan


penyakit jantung koroner telah dilakukan banyak peneliti dalam lima atau lebih
dekade terakhir. Studi epidemiologik terakhir banyak meneliti hubungan spesifik
antara total kolesterol dengan penyakit jantung koroner. Banyak penelitian yang
membuktikan bahwa hiperkolesterolemia merupakan faktor resiko utama
terjadinya penyakit jantung koroner. Tingginya kadar LDL memicu terjadinya
aterosklerosis yang kemudian akan berkembang menjadi penyakit jantung koroner.

a. Resiko timbulnya penyakit jantung koroner meningkat jika total kolesterol >200
mg/dL, resikonya meningkat 2 kali setiap peningkatan 50 mg/dL (jika olesterol
200 mg/dL). NCEP (National Cholesterol Education Program) memberikan
standar normal kolesterol darah adalah < 200 mg/dL.

b. Lipid Research Clinics Coronary Primary Prevention Trials (LRC-CPPT)


membuktikan hubungan LDL-kolesterol dan penyakit jantung koroner, dengan
cara memberikan perlakuan pada sampel yang memiliki kadar kolesterol tinggi
dengan mengurangi asupan LDL dan kolesterol sebanyak 13,4% dan 20,3%.
Hasilnya, dalam jangka waktu 7,4 tahun, terjadi penurunan 24% kematian akibat
jantung koroner dan penurunan 19% myocardial 
 infarction.

1. c. Banyak penelitian yang membuktikan mengenai kadar HDL-kolesterol



 dengan jantung koroner, dimana penderita penyakit jantung koroner memiliki
kadar HDL yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang sehat.
Framingham Heart Study mendukung bahwa kadar HDL-kolesterol merupakan
indikator atau prediktor terbaik dalam menentukan penyakit jantung koroner
dibandingkan faktor resiko yang lain. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh
Frick et al terhadap 4081 pria yang menderita dislipidemia selama 5 tahun,
membuktikan hubungan HDL- kolesterol dan penyakit jantung koroner dengan
memberikan 600 mg gemfibrozil (obat yang dapat meningkatkan HDL-
kolesterol, menurunkan total kolesterol, LDL-kolesterol dan trigliserida).
Hasilnya, terdapat penurunan 34% kejadian jantung koroner, setelah diberikan
perlakuan 2 tahun, dan seterusnya. 


Universitas Kristen Krida Wacana


1. d. Rasio total kolesterol terhadap HDL-kolesterol
 Rasio ini dapat
menggambarkan risiko PJK dan mempunyai nilai prediktor 3-4 kali lebih baik
dibanding kadar LDL saja dan 5-6 kali lebih baik daripada total kolesterol saja.
Nilai rasio total koleterol/ HDL berbanding lurus dengan PJK, artinya semakin
besar nilai rasio, semakin besar pula risiko seseorang menderita penyakit jantung
koroner. Nilai rasio optimum adalah 3.5, jika ≥ 5 dikategorikan faktor risiko
tinggi PJK. Berdasarkan data Framingham, jika rasio total kolesterol terhadap
HDL- kolesterol 5.0 (pada pria) dan 4.5 (pada wanita) artinya rata-rata beresiko
jantung koroner, dan jika rasionya 3.5, artinya 50% beresiko penyakit jantung
koroner. Sedangkan menurut Cardio Risk Index Ratio, jika rasio total kolesterol/
HDL < 3 dikategorikan memiliki risiko rendah, 3-6 dikategorikan normal, dan >
6 dikategorikan risiko tinggi.
 Rasio ini baik untuk membuktikan kasus jika
kadar kolesterol normal, tetapi HDL-kolesterolnya rendah. Contohnya:

Tabel 2.8 Hubungan total kolesterol dengan HDL-kolesterol

Total HDL- Rasio


Kolesterol Kolesterol

Individu A 245 mg/dL 70 mg/dL 3,5

Individu B 196 mg/dL 28 mg/dL 7,0

1. 


Dari tabel di atas terlihat bahwa individu A memiliki total kolesterol dan
HDL yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu B, tetapi rasio A lebih rendah
daripada B. Para pakar menyatakan bahwa individu B memiliki faktor resiko
penyakit jantung koroner lebih tinggi dibandingkan individu B.

e. Rasio LDL terhadap HDL
 Sama halnya dengan rasio kadar total kolesterol
terhadap HDL, rasio LDL terhadap HDL juga menggambarkan tingkat proteksi
terhadap PJK. Nilai rasio tersebut berbanding lurus terhadap risiko PJK, artinya
semakin besar nilai rasio, maka risiko PJK juga akan semakin besar. Nilai ideal
rasio LDL/ HDL adalah 2.5 – 3.4, sedangkan jika rasio 3.5 – 4.5 sudah
merupakan risiko tinggi untuk kejadian PJK. Rasio LDL terhadap HDL tidak
boleh melebihi 3.5.

Universitas Kristen Krida Wacana


2.7 Pencegahan Hiperkolesterolemia

Laporan NCEP (National Cholesterol Education Program) dalam panel


Population Strategies for Blood Cholesterol menyatakan bahwa perubahan pola
makan dapat mempengaruhi kadar kolesterol, dengan memperhatikan kandungan
zat gizi, variasi makanan, dan rasa makanan (Brownson, 1993). Juga mengurangi
mengonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol, serta
mengikuti Pedoman Umum Gizi Seimbang dengan benar dan tepat.

Disamping dari segi makanan, pengecekan kolsterol secara berkala juga dapat
mencegah hiperkolesterolemia. NCEP ATP III merekemondasikan untuk
mengecek kadar kolesterol darah setiap lima tahun sekali. Tidak hanya bagi orang
dewasa, anak dan remaja juga perlu melakukan selective screening kolesterol darah
dan lipoprotein, terutama yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular atau
kolesterol tinggi.

a. Penatalaksanaan hiperkolesterolemia

Penatalaksanaan hiperkolesterolemia terdiri atas penggunaan obat penurun


lipid (farmakologis) dan non-farmakologis. Pengobatan non-farmakologis
dianjurkan terlebih dahulu pada penderita dislipidemia kemudian baru dilanjutkan
dengan obat. Contoh dari penatalaksanaan non-farmakologis seperti perubahan
gaya hidup, meliputi terapi nutrisi medis, aktivitas fisik, menghentikan merokok,
menurunkan berat badan bagi yang memiliki berat badan lebih, dan mengurangi
konsumsi alkohol. Terapi nutrisi medis merupakan tahap awal penatalaksanaan
dislipidemia, dengan cara pembatasan jumlah kalori dan jumlah lemak. Seseorang
dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total tinggi dianjurkan untuk
mengurangi asupan lemak jenuh dan meningkatkan asupan lemak tidak jenuh rantai
tunggal dan ganda (mono unsaturated fatty acid dan poly unsaturated fatty acid).
Pada pasien dengan kadar trigliserida yang tinggi perlu dikurangi asupan
karbohidrat, alkohol dan lemak.

Tabel 2.9 Komposisi Makanan untuk Hiperkolesterolemia

Makanan Asupan yang Dianjurkan

Total lemak - – 25%dari total kalori total

Universitas Kristen Krida Wacana


• Lemak jenuh < 7% dari kalori total

 Lemak PUFA Sampai 10 % dari kalori total

Karbohidrat 60 % dari kalori total (terutama karbohidrat


kompleks)

Serat 30 gram per hari

Protein Sekitar 15 % dari kalori total

Kolesterol < 200 mg/hari

Tabel 2.10

Rekomendasi Asupan % Total Kalori

Zat Gizi Tahap I Tahap II Tahap III

Total lemak ≤ 30% ≤ 30% 25% - 35%

Lemak Jenuh 7% -10% < 7% < 7%

Tak Jenuh Ganda > 10% > 10% > 10%

Tak Jenuh Tunggal > 15% > 15% > 20%

Karbohidrat ≥ 55% ≥ 55% 50% - 60%

Protein - 15% - 15% - 15%

Kolesterol < 300 mg/hari < 200 mg/hari < 200 mg/hari

Langkah-langkah pelaksanaan diet untuk menurunkan lemak dan kolesterol


darah adalah sebagai berikut :

Universitas Kristen Krida Wacana


• Mengurangi konsumsi lemak total dengan mengurangi rata-rata masukan
harian dari 30% total lemak dalam kalori menjadi kurang dari 30% kalori.

• Mengurangi konsumsi lemak jenuh


• Menaikkan lemak tidak jenuh majemuk seperti pada diet tingkat pertama,
konsumsi rata-rata lemak tidak jenuh majemuk naik menjadi 4,5% total
kalori dengan harapan penurunan kolesterol sebesar 5 mg/dL dalam

darah.
 Lemak tidak jenuh banyak ditemukan dalam minyak sayuran,

kacang-kacangan dan biji-bijian, serta sedikit dalam daging ayam dan ikan.
Jenis lemak ini terdiri dari lemak tidak jenuh tunggal/ monovalen dan lemak
tidak jenuh ganda/ polivalen, dapat menurunkan kadar kolesterol darah
dalam beberapa kasus. Eicosapentaenoic Acid (EPA) merupakan asam
lemak tidak jenuh polivalen yang ditemukan dalam ikan yang berlemak,
seperti ikan salem, ikan air tawar dan ikan haring. Banyak mengonsumsi
makanan tersebut dapat menurunkan kadar kolesterol darah, LDL dan
trigliserida, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL.
• Kurangi kolesterol dalam makanan menjadi 300 mg/hari bertujuan untuk
mengurangi kadar kolesterol dalam darah sebesar 5 -10 mg.
• Naikkan karbohidrat kompleks dan serat pada diet, dengan sering
mengonsumsi buah-buahan, sayuran dan biji-bijian.

• Lakukan diet yang berimbang dan bervariasi
 Diet yang seimbang adalah

mengonsumsi berbagai jenis makanan dengan jumlah secukupnya dan


menghindari makan terlalu banyak pada hanya satu jenis makanan. Akan
tetapi dalam memilih jenis makanan yang akan dikonsumsi tetap harus
memperhatikan kandungan lemak dan kolesterolnya.

Penderita hiperkolesterolemia dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas


fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik
bermanfaat, seperti jalan kaki, naik sepeda, berenang, dll. olahraga yang teratur dan
cukup lama, yaitu di atas setengah jam akan mampu merombak lemak yang
berbahaya atau kelebihan lemak dari badan, dan penimbunan lemak di dinding
pembuluh darah dapat dihindarkan.

2.9 Perilaku Konsumsi

Universitas Kristen Krida Wacana


Penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan
dalam penentuan status gizi perorangan maupun kelompok. Akan tetapi hasil dari
penilaian tersebut hanya dapat digunakan sebagai bukti awal yang memungkinkan
terjadinya kekurangan gizi pada seorang individu. Hal ini karena penilaian
konsumsi tidak dapat menentukan status gizi dari orang tersebut atau masyarakat
secara langsung.7 Secara umum penilaian perilaku konsumsi itu sendiri dapat
mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan
gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga bahkan perorangan serta faktor- faktor
yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Penilaian konsumsi dapat
dibagi menjadi dua jenis metode, metode kualitatif dan kuantitatif. Selain bisa
dibagi berdasarkan metode kuantitatif dan kualitatif, penilaian konsumsi bisa dibagi
menjadi 3 tingkat, yaitu tingkat nasional, rumah tangga dan individu. Berikut
beberapa metode penilaian konsumsi secara kuantitatif untuk tingkat individu.7

Penilaian konsumsi makanan seseorang dibagi menjadi beberapa metode,


diantaranya :

• Metode food recall 24 jam


Metode food recall 24 jam adalah metode mengingat tentang pangan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam terakhir (dari waktu tengah malam sampai
waktu tengah malam lagi, atau dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi)
yang dicatat dalam ukuran rumah tangga (URT), dimana ukuran rumah
tangga yang dimaksud adalah sendok, gelas, piring, dan lain-lain. Hal
penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan metode recall 24 jam ini
data yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif, oleh karena itu untuk
mendapatkan data kuantitatif digunakan jumlah konsumsi makanan
individu dinyatakan dengan menggunakan alat rumah tangga (URT)
tersebut. Jika pengukuran dilakukan hanya satu kali (1 x 24 jam), maka data
yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan
individu. Oleh karena itu, recall 24 sebaiknya dilakukan berulang-ulang
dengan hari yang tidak berturut-turut. Akan tetapi beberapa penelitian
menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut,
mampu menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan

Universitas Kristen Krida Wacana


memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan harian individu.

Keuntungan menggunakan metode food recall 24 jam adalah :

• Dapat digunakan pada subyek yang buta huruf.


• Relatif murah dan cepat.
• Dapat menjangkau sampel yang besar.
• Dapat dihitung asupan energi dan zat gizi sehari

Keterbatasan atau kelemahan metode food recall 24 jam adalah :

• Sangat tergantung pada daya ingat dari subyek.


• Perlu tenaga yang terampil.
• Adanya the flat slope syndrome.

• Tidak dapat diketahui distribusi konsumsi individu bila 
 digunakan untuk

keluarga. 


• Metode Food Record (Estimated Food Records)


Metode Food Record (Estimated Food Records) merupakan metode survei
konsumsi pangan yang digunakan untuk menilai asupan makanan pada
tingkat individu dan dapat juga digunakan pada tingkat keluarga. Prinsip
dari metode food record adalah subjek mencatat semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi selama 24 jam, dimana dapat dilakukan dengan
dua cara yakni dengan cara melakukan estimasi dan dengan cara melakukan
penimbangan makanan.

Kelebihan metode food record adalah :

c. Dapat menyediakan data secara kuantitatif


d. Data yang dihasilkan dari metode food record cukup detail

Universitas Kristen Krida Wacana


e. Dapat mengurangi bias yang disebabkan karena keterbatasan ingatan subjek

f. Dapat digunakan untuk mengumpulkan data konsumsi 
 makanan pada jumlah

subjek yang cukup besar

g. Hasil yang diperoleh cukup akurat jika subjek 
 menuliskan data konsumsi

makanan dengan teliti

Kekurangan metode food record adalah:

• Membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi dengan subjek dan komitmen dari
subjek
• Sangat membebani subjek
• Keakuratan data konsumsi makanan tergantung kemampuan subjek dalam
mencatat konsumsi makanan.

• Keakuratan data sangat tergantung dari kejujuran 
 subjek

• Metode ini tidak cocok digunakan pada subjek yang 
 buta huruf.

• Metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk 
 proses pengumpulan

data

• Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)


• Metode penimbangan makanan atau food weighing merupakan metode survei


konsumsi pangan yang bersifat kuantitatif. Metode ini digunakan untuk
mengukur konsumsi makanan pada tingkat individu. Pada metode
penimbangan makanan, subjek atau petugas menimbang akan mencatat
seluruh makanan yang dikonsumsi subjek selama 1 hari. Penimbangan
makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan,
dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Perlu diperhatikan, bila terdapat
sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk
mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi. Meski pada
umumnya data yang diperoleh lebih akurat jika menggunakan metode ini,

Universitas Kristen Krida Wacana


namun dalam pelaksanaannya memerlukan waktu dan uang yang lebih
besar, terlebih dibutuhkan kerjasama yang baik dengan subjek.

Kelebihan metode penimbangan makanan (food weighing):

d. Data yang dihasilkan akurat.

e. Dapat menyediakan data kuantitatif sehingga jumlah asupan 
 gizi subjek dalam

sehari dapat diketahui

f. Dapat mengurangi bias yang disebabkan karena 
 keterbatasan ingatan subjek


Kekurangan metode penimbangan makanan (food weighing):

• Membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi dengan subjek


• Sangat membebani subjek karena subjek harus menimbang dan menuliskan
semua makanan dan minuman yang dikonsumsi selama periode penelitian.
• Keakuratan data konsumsi makanan tergantung kemampuan subjek dalam
menimbang dan menuliskan bahan makanan.
• Keakuratan data dari metode penimbangan makanan ini juga tergantung dari
kejujuran subjek.
• Tidak cocok digunakan untuk subjek yang buta huruf.

• Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses 
 pengumpulan data

• Food Frequency Questionnaire (FFQ)


FFQ adalah salah satu metode penilaian konsumsi pangan. Metode ini
memiliki kekhususan tersendiri dibanding metode lain. Dimana kekhususan yang
dimaksud adalah proses penggunaannya memerlukan persiapan yang meliputi studi
pendahuluan terhadap makanan yang dikonsumsi seseorang. Metode ini telah
banyak digunakan dalam berbagai studi epidemiologi. Lembar FFQ memiliki dua
bagian utama, yaitu daftar nama makanan atau kelompok makanan tertentu dan
urutan waktu konsumsi subjek yang biasanya berada dalam rentan waktu tertentu.

Universitas Kristen Krida Wacana


Pilihan urutan waktu konsumsi dalam FFQ biasanya bersifat umum, misalnya
sering, kadang-kadang dan tidak pernah dan bisa juga digambarkan dengan
hitungan hari yang lebih spesifik seperti dalam rentan waktu mingguan ataupun
bulanan.

FFQ ada yang bersifat kualitatif dan semi kuantitatif. Lembar FFQ kualitatif
berisikan daftar nama makanan atau kelompok makanan dan pilihan waktu
konsumsi subjek yang dapat dilihat dengan keterangan sering, kadang-kadang dan
tidak pernah ataupun hitungan hari. Sedangkan FFQ semi kuantitatif adalah lembar
FFQ kualitatif yang ditambahkan dengan ukuran rumah tangga atau jumlah per
jenis makanan sehingga dapat dihitung asupan per zat gizi nya.

Kelebihan metode Food Frequency Questionnaire (FFQ):

 Dapat mengidentifikasi faktor risiko malnutritrisi kronik pada subjek.


 Proses pengumpulan data dapat menggunakan metode wawancara langsung
(direct interview).
 Ketepatan dalam membuat daftar bahan makanan atau minuman pada formulir
FFQ.
 Tidak memaksa subjek untuk mengingat seluruh makan dan minuman yang sudah
dikonsumsinya dalam 24 jam terakhir (pada metode food recall 24 jam).

 Tidak memerlukan alat bantu kecuali instrumen dibanding metode lain.


Kekurangan metode Food Frequency Questionnaire (FFQ):

1. Butuh persiapan yang lebih rumit.


2. Tidak dapat menggambarkan konsumsi aktual.
3. Tidak dapat mengukur kuantitas makanan yang dimakan saat ini.

4. Tidak dapat mengukur pemenuhan kebutuhan gizi. 


2.10 Cara Mengukur Kadar Kolesterol

Cara Mengukur Kadar Kolesterol dapat dilakukan dengan melakukan

Universitas Kristen Krida Wacana


pemeriksaan di laboratorium ataupun dengan cara mengukur kolesterol secara
mandiri menggunakan alat ukur kolesterol (cholesterol meter). Jika menggunakan
pengukuran cholesterol meter hasil yang didapatkan dari pengukuran dapat di
klasifikasikan apakah kadar kolesterol total pasien yang dilakukan pemeriksaan
dalam rentang bagus, batas ambang atas, ataupun tinggi. Ketika akan dilakukan
pemeriksaan kolesterol, pasien biasanya diminta untuk melakukan puasa 10 jam
sebelum, namun menurut studi yang dimuat dalam Archives og Internal Medicine
menyatakan bahwa puasa sebenarnya tidak diperlukan karena orang yang
melakukan puasa dengan orang yang tidak melakukan hasilnya tidak jauh berbeda.


 
 


Gambar 2.1 Alat ukur kolesterol (Cholesterol Meter)

2.11 Dewasa Muda

Masa dewasa muda dimulai sekitar usia 26 sampai 35 tahun dan berakhir
pada usia 36 sampai 45 tahun. Dewasa muda adalah masa dimana individu memiliki
tanggung jawab atas tindakan, sikap, keinginan yang ia miliki dan tidak bergantung
pada orang lain. Pada tahapan perkembangan ini, dewasa muda memiliki tugas
utama yang harus diselesaikan seperti meninggalkan rumah, memilih dan
mempersiapkan karir, membangun hubungan dekat seperti persahabatan dan
pernikahan dan memulai untuk membentuk keluarga sendiri.

Universitas Kristen Krida Wacana


2.12 Kerangka Teori

Kebiasaan makan :

a. Asupan zat gizi (mikro


dan makro)
b. Pola konsumsi
makanan,Dietary practice

Faktor Non diet :

a. kebiasaan
merokok
b. obesitas HIPERKOLESTEROLEMIA
c. aktivitas fisik
d. riwayat
kolesterol
e. IMT Faktor Konstitusional :

f. Jenis kelamin
g. Usia

Universitas Kristen Krida Wacana


2.11 Kerangka Konsep

Banyak faktor yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia, tetapi pada


penelitian ini tidak semua faktor resiko yang berhubungan dengan
hiperkolesterolemia diteliti, karena adanya keterbatasan penelitian. Jenis kelamin
dan status pekerjaan tidak dihitung peneliti karena subjek telah dihomogenkan.

a. IMT
b. Riwayat Kolesterol
c. Asupan Makanan (asupan lemak,
konsumsi buah & sayur)
HIPERKOLESTEROLEMIA
d. Kebiasaan Merokok
e. Aktivitas Kerja
(berat, sedang, ringan)

2.12 Definisi Operasional

1. Hiperkolesterolemia

Universitas Kristen Krida Wacana


Gambaran total kadar kolesterol dalam darah ≥ 200 mg/dL yang diketahui dari
pemeriksaan dokter saat pasien kontrol ke Poli PKU dengan membawa hasil lab
terbaru.

- Cara ukur : tes darah di laboratorium

- Alat ukur : Data status pasien

- Hasil ukur : Menurut NCEP ATP III : 1. Beresiko (≥ 200mg/dL)

2. Normal (<200 mg/dL)

2. IMT

Status gizi pasien yang diukur berdasarkan infdeks antropometri berat badan
terhadap tinggi badan

- Cara ukur : Penimbangan BB tanpa alas kaki dan mengukur TB, Berat badan
(kg)/tinggi badan (m)

- Alat ukur : Microtoice untuk pengukuran tinggi badan, timbangan seca untuk
menimbang

- Hasil Ukur : 1. Gemuk (IMT >25)

2. Normal (IMT 18,5 - 25,0)

3. Kurus (IMT <18,5)

3. Riwayat hiperkolesterol

Subyek yang mempunyai silsilah keluarga baik dari garis ayah ataupun ibu dengan
hiperkolesterol

- Cara ukur : Wawancara

- Alat ukur : Kuesioner nomor C.4

Universitas Kristen Krida Wacana


- Hasil ukur : 1. Ya

2. Tidak

4. Asupan Lemak

Banyaknya asupan aktual subyek yang berasal dari lemak hewani dan lemak nabati
yang bersih yang telah dikonversikan ke dalam satuan gram

- Cara ukur : wawancara

- Alat ukur : Recall 2x24 jam tidak berturut-turut ketika hari kerja dan weekend
dengan food model, software nutri survey

- Hasil ukur : 1. Lebih (> 25% asupan energi total) 


1. 2. Tidak lebih ( ≤ 25% asupan energi total) 


1. 5. Konsumsi buah

1. Frekuensi subyek dalam mengkonsumsi buah-buahan sehari selama


seminggu

1. - Cara ukur : Wawancara

1. - Alat ukur : FFQ semi kuantitatif

- Hasil ukur : 1. Kurang: <14 kali/minggu (<2 kali/hari selama seminggu) atau
<200gram/hari


2. Cukup: ≥ 14 kali/minggu (≥ 2 kali/hari selama seminggu) atau


≥200 gram/hari

6. Konsumsi Sayur

Frekuensi dan jumlah sayuran yang biasanya dikonsumsi subyek dalam waktu
seminggu

- Cara ukur : Wawancara

Universitas Kristen Krida Wacana


- Alat ukur : FFQ semi kuantitatif

- Hasil ukur : 1.Kurang: <14 kali/minggu (<2 kali/hari selama seminggu) atau <150
gram/hari

2. Cukup: ≥ 14 kali/minggu (≥ 2 kali/hari selama seminggu) atau


≥150 gram/hari

7. Status merokok saat ini

Kebiasaan merokok subyek sampai saat dilakukan tanya jawab

- Cara ukur : Wawancara

- Hasil ukur :Kuesioner nomor E1 sampai dengan E9

- Hasil ukur : 1. Merokok

2. Tidak merokok

8. Tipe perokok

Tipe perokok adalah kebiasaan sehari-hari dari subyek yang berhubungan dengan
merokok, diketahui ketika dilakukan tanya jawab mengenai jumlah rokok yang
dihisap setiap harinya

- Cara ukur : Wawancara

- Alat ukur : Kuesioner no E2 sampai dengan E4 dan E7 sampai dengan E8

- Hasil ukur : 1. Perokok berat (> 12 batang rokok/hari)

2. Perokok ringan (1-12 batang rokok/hari )

9. Lama merokok

Lamanya kebiasaan merokok yang telah dilakukan subyek (dalam tahun) sampai
dengan saat dilakukan penelitian ini

- Cara ukur : Wawancara

- Alat ukur : Kuesioner F1 sampai dengan F16

Universitas Kristen Krida Wacana


- Hasil ukur : 1. Resiko Tinggi (>15 tahun)

2. Resiko rendah (≤15 tahun)

10. Aktivitas fisik yang dilakukan karyawan dalam kehidupan sehari-hari, yang
meliputi aktivitas kerja, olahraga dan kegiatan di waktu luang

- Cara ukur : Wawancara

- Alat ukur : Kuesioner nomor F1 sampai dengan F16

1. - Hasil ukur : 1. Aktivitas ringan (< median ) 


1. 2. Aktivitas berat ( ≥ median) 


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan pendekatan


cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku
makan makanan tinggi lemak dan faktor lain dengan kadar kolesterol total pada
pasien dewasa muda di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat Periode
Februari 2020.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat.


Waktu penelitian Januari 2020.

3.3 Subjek Penelitian

Populasi sumber penelitian ini adalah pasien dewasa muda di Puskesmas


Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Januari 2020 dan bersedia menjadi
sampel dalam penelitian ini. Sampel yang diambil pada penelitian adalah subjek

Universitas Kristen Krida Wacana


yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi :

a. Pasien dewasa muda yang berobat ke Poli Pelayanan Kesehatan Umum.


b. Pasien dewasa muda yang bersedia mengisi kuesioner dan diwawancara.
c. Pasien dewasa muda yang bersedia menjadi subjek penelitian dengan
menandatangani informed consent.

Kriteria Eksklusi :

5. Pasien dewasa muda yang mengkonsumsi obat-obatan penurun kolesterol.


6. Pasien dewasa muda yang tidak bisa baca tulis.
7. Pasien dewasa muda yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian dengan
menolak untuk menandatangani informed consent.
8. Pasien dewasa muda yang memiliki keturunan penyakit kolesterol.

3.4 Sample size

Penentuan jumlah sampel minimal pada penelitian ini menggunakan rumus


Stanley Lamezhow:

(𝑍1−∝/2 √2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍1−𝛽 √𝑃1 1(1 − 𝑃1 ) + 𝑃2 (1 − 𝑃2 ) )2


𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2 )2

(𝑍1−∝/2 √2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍1−𝛽 √𝑃1 1(1 − 𝑃1 ) + 𝑃2 (1 − 𝑃2 ) )2


𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2 )2

Keterangan :

n = besarnya sampel
α = kesalahan tipe 2, ditetapkan sebesar 5% , maka = 1,96
β = kesalahan tipe 2, ditetapkan sebesar 20%, maka = 0,84
P1 = proporsi hiperkolesterolemia berdasarkan asupan lemak
tinggi sebesar = 0,4

P2 = proporsi hiperkolesterolemia berdasarkan asupan lemak


rendah sebesar = 0,1

Universitas Kristen Krida Wacana


P1 - P2 = selisih proporsi yang dianggap bermakna, ditetapkan
sebesar = 0,3
P = proporsi total (P1 + P2) / 2 = 0,25

(1,96√2𝑥0,25(0,75) + 0,84√0,4(0,6) + 0,1(0,9) )2


𝑛=
(0,3)2
(1,96√0,375 + 0,84√0,42 )2
𝑛=
(0,3)2
(1,20 + 0,54)2
𝑛= = 33
(0,3)2
𝑛 = 33 + 10% = 36

Untuk menghindari data yang kurang akibat adanya kesalahan-kesalahan yang


mungkin terjadi, maka sampel ditambahkan 10% sehingga jumlah sampel minimal
yang akan diteliti menjadi sampel.

3.4.1 Cara Pengambilan Sampel

Sampel akan dipilih menggunakan metode consecutive sampling.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data pada penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan
sekunder, data primer meliputi :

a. Identitas subjek meliputi umur, pendidikan dan riwayat penyakit subjek.


b. Pola hidup subjek, meliputi pola makan asupan lemak.
c. Hasil kolesterol total subjek.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Kuesioner untuk mengumpulkan data identitas subjek, riwayat penyakit subjek.


b. Data kadar kolesterol total subjek yang terbaru dengan menggunakan easy
touch.
c. Pengukuran asupan lemak menggunakan multiple food recall 24 jam.

Universitas Kristen Krida Wacana


3.7 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan oleh peneliti, berupa pengukuran

antropometri dan wawancara dalam pengisian kuesioner.
 Cara pengumpulan

datanya adalah sebagai berikut :

a. Konsumsi Makan
- Data asupan lemak subjek diperoleh melalui wawancara food recall 2x24
jam. Subjek diminta untuk mengingat kembali dan menyebutkan makanan
dan minuman apa saja (selain air putih) yang dikonsumsi selama selama 2
hari. Hasil recall akan dianalisis menggunakan program Nutri Survey 2005
dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) IndonesiFa tahun
2004. Jika asupan lemak > 25% asupan energi total, maka dikategorikan
asupan “lebih”. Sedangkan jika asupan ≤ 25% asupan energi total, maka
dikategorikan “tidak lebih”.
- Kebiasaan konsumsi buah dan sayur diperoleh melalui Food Frequency
Questionnaire. Tingkat konsumsi buah dan sayur diukur secara terpisah,
untuk konsumsi buah berdasarkan piramida makanan rekomendasi
minimum untuk buah adalah 2 kali sehari sehingga penilaiannya dengan
melihat jumlah hari konsumsi buah dalam seminggu dengan jumlah
porsi/hari konsumsi buah. Apabila subjek mengonsumsi buah 2 kali/hari (≥
14 kali/minggu) atau 200 gram/ hari maka dikatakan cukup, sedangkan
kalau kurang dari kategori tersebut maka dikatakan kurang. Demikian pula
dengan konsumsi sayur, berdasarkan piramida makanan rekomendasi
minimum untuk sayur adalah 11⁄2 kali/hari dibulatkan menjadi 2 kali/hari
atau 150 gram/hari sehingga penilaiannya dengan melihat jumlah hari dalam
seminggu konsumsi sayur dengan jumlah porsi/ hari konsumsi sayur.
Apabila subjek mengonsumsi sayur 150 gram/hari atau ≥14 kali/minggu
maka dikatakan cukup, sedangkan kalau kurang dari kategori tersebut maka
dikategorikan kurang.

b. Kebiasaan merokok


Kebiasaan merokok subjek selama satu tahun terakhir, yang dilihat berdasarkan

Universitas Kristen Krida Wacana


status merokok, tipe perokok (jumlah rokok yang diisap perhari), dan lama
merokok. Status merokok, dinilai berdasarkan pertanyaan yang diberikan
kepada subjek dan dikategorikan menjadi “merokok” dan “tidak merokok”
- Tipe perokok. Subjek dikategorikan “perokok ringan” dan “perokok
berat”. Perokok ringan dan perokok berat dibedakan berdasarkan jumlah
rokok yang diisap dalam satu hari dengan mengacu pada penelitian-
penelitian yang dilakukan di Indonesia. “Perokok ringan” adalah
responden yang menghisap antara 1-12 batang rokok per hari,
sedangkan responden yang mengisap lebih dari 12 batang rokok per hari
disebut “perokok berat” (Riskesdas, 2007).
- Lama merokok adalah lamanya kebiasaan merokok yang telah
dilakukan subjek (dalam tahun) sampai dengan saat dilakukan penelitian
ini. Pada analisis variabel lama merokok dikategorikan menjadi 2 yaitu
kurang dari 15 tahun dan lebih dari 15 tahun dengan berdasarkan teori
bahwa gangguan kesehatan akibat merokok baru dirasakan setelah
waktu 15-20 tahun (McBride, 1992).
c. Penilaian Aktivitas Fisik
Kuesioner aktivitas fisik terdiri dari 15 pertanyaan yang dinilai berdasarkan
Baecke Physical Activity Scale (1982), meliputi 3 penilaian, yaitu aktivitas
kerja, olahraga dan kegiatan di waktu luang. Semua pertanyaan dinilai
berdasarkan skala point 5, kecuali 2 pertanyaan, yaitu nama pekerjaan utama
dan jenis olahraga yang dilakukan.

Skala point 5 itu adalah:


1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 = kadang-kadang,
4 = sering, dan 5 = sangat sering.

Pertanyaan nomor 1 mengenai pekerjaan utama, dinilai berdasarkan 3 level dari


3 skala dari The Netherlands Nutrition Council (Beacke, 1992), yaitu:

1. Pekerjaan ringan seperti pekerja kantoran, sopir, penjaga toko, pengajar,


siswa/ mahasiswa, ibu rumah tangga, tenaga kesehatan, dan semua yang
bekerja di universitas.
2. Pekerjaan menengah seperti pekerja pabrik, pekerja bangunan, tukang

Universitas Kristen Krida Wacana


kayu dan petani.
3. Pekerja berat seperti buruh konstruksi, pekerja di kapal/ pelabuhan, dan
olahragawan.
Untuk menilai indeks pekerjaan dihitung dengan menjumlahkan skor pertanyaan
nomor 1 sampai dengan pertanyaan nomor 7 kemudian dibagi 7. Sesuai dengan
persamaan di bawah ini:

Indeks pekerjaan =  I1 + (6-I2) + I3 + I4 + I5 + I8 + I7 + I8  / 8

Pertanyaan nomor 8, yaitu jenis olahraga yang dilakukan dibedakan menjadi 3


berdasarkan Durnin dan Passmore (Baecke, 1982), yaitu:

a. Olahraga ringan : biliar, melaut, bowling dan golf.


b. Olahraga sedang : badminton, bersepeda, menari, renang dan tenis.
c. Olahraga berat : tinju, basket, sepak bola.

Penilaian pertanyaan nomor 8 berdasarkan intensitas, waktu dan proporsi sebagai


berikut:

a. Intensitas  0,76 (1); 1,26 (2) dan 1,76 (3) 


b. Waktu : waktu berolahraga dalam waktu 1 minggu


- < 1 jam/ minggu diberi skor 0,5
- 1-2 jam/minggu diberi skor 1,5
- 2-3 jam/minggu diberi skor 2,5
- 3-4 jam/minggu diberi skor 3,5
- > 4 jam/minggu diberi skor 4,5
c. Proporsi : dalam waktu setahun, berapa bulan olahraga tersebut dilakukan
secara rutin
- < 1 bulan/tahun diberi skor 0,04
- 1-2 bulan tahun diberi skor 0,17
- 2-3 bulan/tahun diberi skor 0,42
- 3-4 bulan/tahun diberi skor 0,67
- > 4 bulan/tahun diberi skor 0,92 subjek yang tidak berolahraga diberikan
nilai 0

Universitas Kristen Krida Wacana


I9 =  (intensitas X waktu X proporsi)

Indeks olahraga dinilai berdasarkan pertanyaan nomor 8 sampai dengan


pertanyaan nomor 11. Persamaan untuk menghitung indeks olahraga adalah

sebagai berikut: 


Indeks olahraga =  I9 + I10 + I11 + I12 / 4

Penilaian pertanyaan nomor 15 : < 5 menit diberi skor 1; 5-15 menit diberi skor
2, 15-30 menit diberi skor 3; 30-45 menit diberi skor 4, dan jika >45 menit diberi

Indeks aktivitas waktu luang = (6-I13) + I14 + I15 + I15 + I16


/4
skor 5.
 Indeks aktivitas luang dihitung berdasarkan penjumlahan pertanyaan
nomor 13 sampai dengan pertanyaan 15, yang kemudian dibagi 4. Persamaannya
adalah sebagai berikut: 


Jadi penilaian aktivitas fisik adalah menjumlahkan indeks pekerjaan, indeks


olahraga dan indeks waktu luang. Persamaannya adalah sebagai berikut:

Aktivitas fisik dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu ringan dan berat.


Aktivitas dikategorikan ringan apabila indeks total skornya kurang dari = yaitu

Indeks aktivitas fisik =


Indeks pekerjaan + Indeks Olahraga + Indeks waktu luang

7.30 dan diberi kode “1”. Kemudian aktivitas fisik dikategorikan berat apabila
indeks total skornya ≥ median (7.30) dan diberi kode “2”. Peneliti menggunakan
nilai median sebagai cut off point dalam pengkategoriannya, karena dari hasil
pengolahan data, aktivitas fisik tidak berdistribusi normal (Dahlan, 2009). Hal
ini terlihat dari nilai rasio skewness (Skewness / SE Skewness) > 2, yaitu 3.90.

d. Data antropometri, yang meliputi berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan
RLPP dilakukan oleh peneliti dan tenaga pembantu pengumpul data yang lain.

Nilai IMT diperoleh dari data BB dan TB responden, sehingga akan 


Universitas Kristen Krida Wacana


terkategori menjadi 3 kelompok, yaitu: “kurus” jika IMT <18,5; “normal” jika
IMT 18,5-25,0; dan “gemuk” jika IMT >25. Sedangkan cut off point RLPP,
yaitu dikategorikan lebih jika nilai RLPP > 0,9 dan normal jika RLPP < 0,9.
Pengumpulan data sekunder, yaitu data biokimia responden seperti data total
kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida dilakukan melalui observasi pada
medical record dan medical check up responden.

3.8 Pengolahan Data

Proses pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan program


komputer SPSS (Statistic Package for Social Science) 21 for windows dengan
proses sebagai berikut:

1. Penyuntingan (editing)
Penyuntingan merupakan pemeriksaan kelengkapan data kuesioner, recall, dan
FFQ yang telah dilakukan. Pengecekannya meliputi kelengkapan jawaban
responden, kejelasan tulisan atau jawaban terhadap pertanyaan kuesioner dan
wawancara, kerelevanan jawaban yang diberikan oleh responden, serta
kekonsistenan jawaban responden dengan jawaban pertanyaan yang lain. Jika
terdapat data yang tidak lengkap, maka perlu dilakukan pengambilan data
ulang.
2. Pengkodean (coding)
Pengkodean yaitu mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Pemberian label variabel- variabel
sesuai klasifikasi yang diinginkan oleh peneliti, yang telah memiliki batasan
sesuai dengan definisi operasional. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah
proses pemasukan data.
3. Pengelolaan (tabulating)
Mengelompokan data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai kriteria. Tujuannya
agar data yang telah diperoleh lebih mudah dibaca dan dipahami.
4. Pemasukan data (entry)
Pemasukan data yang telah di-coding ke dalam program pengolahan data secara
komputerisasi, dengan menggunakan bantuan perangkat lunak sesuai variabel
yang telah disusun, dibuat dengan menggunakan SPSS.

Universitas Kristen Krida Wacana


5. Koreksi (cleaning)
Setelah data selesai dimasukkan, dilakukan pengecekan kembali untuk melihat
kemungkinan kesalahan pemberian kode, atau ketidaklengkapan, yang apabila
terjadi dilakukan koreksi.
6. Penyimpanan (saving)
Data yang telah dimasukan dan telah diperiksa kemudian disimpan.

3.9 Analisis Data


3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat


karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yaitu umur, pendidikan, riwayat
penyakit keluarga, asupan lemak, kebiasaan konsumsi sayur dan buah, IMT, RLPP,
kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan tingkat stres responden. Data kategorik akan
dilihat distribusi frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi. Hasil analisis
data akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau narasi.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-


masing faktor resiko terhadap kejadian hiperkolesterolemia. Analisis
2
bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square (x ) untuk
mengetahui hubungan kebermaknaan antara variabel dependen dan variabel
independen yang merupakan data katagorik, dengan derajat kepercayaan
95% dan nilai α 5%. Dibawah ini merupakan persamaan Chi Square (kai

2
X = Chi Square O = nilai observasi E = nilai ekpektasi (harapan)

kuadrat):

Jika hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai p value < 0,05,


maka akan terlihat kemaknaan hubungan antara variabel independen dengan

Universitas Kristen Krida Wacana


variabel dependen. Jika p value nya ≥ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna pada variabel tersebut.

Pada tabel 2x2 akan dicari nilai Odd Ratio (OR) untuk mengetahui
derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Interpretasi nilai OR adalah sebagai berikut:

OR < 1, artinya hubungan negatif antara faktor resiko dengan penyakit


OR = 1, artinya tidak ada hubungan antara faktor resiko dengan penyakit


OR > 1, artinya hubungan positif antara faktor resiko dengan penyakit

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan distribusi frekuensi yang dilakukan untuk


mendapatkan gambaran distribusi variabel dependen, yaitu kejadian hiperkolesterolemia
dan variabel independen, yaitu IMT, riwayat hiperkolesterol, kadar kolesterol total, asupan
lemak, konsumsi buah dan sayur (frekuensi dan kuantitas), kebiasaan merokok, aktivitas
fisik dan tingkat stres kerja.

4.1.1 Hiperkolesterolemia

Subyek yang dikategorikan beresiko hiperkolesterolemia adalah subyek yang


memiliki kadar kolesterol total ≥ 200 mg/dL yang dilihat berdasarkan hasil pemeriksaan
kolesterol dengan menggunakan alat easy touch.

Tabel 4.1 Distribusi Kadar Kolesterol Total Subyek

Mean Median SD Min-Maks

Universitas Kristen Krida Wacana


Total Kolesterol
(mg/dl)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, terlihat Bahwa nilai rata-rata total kolesterol subyek
adalah sekian dengan rentang nilai minimum sekian mg.dL dan nilai maksimum sekian
mg/dL .

Tabel 4.2 Distribusi Subyek berdasarkan Kadar Total Kolesterol


Total Jumlah Presentase
Kokesterol
Beresiko (≥ 14 38,9
200mg/dL)
Tidak 22 61,1
Beresiko
(<200mg/dL)
Total 36 100

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa subyek yang beresiko hiperkolesterolemia


(38,9%) lebih sedikit daripada subyek yang beresiko hiperkolesterolemia (61,1%).

4.1.2 Status Gizi

Pada penelitian ini status gizi subyek ditentukan dengan menggunakan IMT.

4.1.2.1 IMT

Indeks Massa Tubuh dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu kurus (IMT
<18,5), normal (IMT 18,5-25,0) dan gemuk (IMT >25,0). Berikut distribusi frekuensi IMT
subyek.

Tabel 4.3 Distribusi Subyek berdasarkan IMT


IMT Jumlah Presentase (%)

Gemuk ( >25 ) 21 58,3

Normal (18,5- 15 41,7


25,0 kg/m2)

Kurus (<18,5 0 0
kg/m2)
Total 36 100

Universitas Kristen Krida Wacana


Berdasarkan tabel 4.3 diatas, terlihat bahwa sebanyak 58,3% subyek berstatus gizi
lebih, 41,7% memiliki status gizi normal dan tidak ada subyek yang berstatus gizi kurang
(kurus). Secara keseluruhan, subyek yang gemuk lebih Banyak daripada subyek yang
kurus.

Tabel 4.4 Distribusi IMT Subyek

Mean Median SD Min-Maks


IMT (kg/m2)
Berdasarkan tabel 4.4, rata-rata subyek memiliki IMT sekian kg/m2 yang
dikategorikan normal, IMT terendah adalah sekian kg/m2 dan IMT tertinggi sekian kg/m2
dengan standar deviasi sekian.

4.1.3 Riwayat Hiperkolesterol

Subyek yang orang tua atau saudara kandungnya mempunyai kadar kolesterol yang
tinggi (hiperkolesterol) dikategorikan memiliki riwayat hiperkolesterol. Distribusi proporsi
subyek berdasarkan ada atau tidaknya riwayat hiperkolesterol disajikan dalam bentuk
tabulasi di bawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Subyek berdasarkan Riwayat Hiperkolesterol


Riwayat Jumlah Presentase
Hiperkolesterol

Ya 23 63,9
Tidak 13 36,1
Total 36 100

Berdasarkan tabel 4.5, subyek yang memiliki riwayat hiperkolesterol (63,9%) lebih
banyak daripada subyek yang tidak memiliki hiperkolesterol (36,1%)

4.1.4 Asupan Makan

Asupan makan yang diteliti pada penelitian ini terdiri dari asupan lemak, Asupan
sayur dan buah. Pengumpulan data mengenai asupan lemak menggunakan Recall 2x24 jam,
Sedangkan konsumsi sayur dan buah menggunakan metode FFQ semi kuantitatif. Berikut
gambaran statistik Asupan makan subyek.

Universitas Kristen Krida Wacana


Tabel 4.6 Distribusi Asupan Makan Subyek

Mean Median SD Min-Maks


Asupan Lemak
(% Asupan energi
total)
Frekuensi
konsumsi buah
(kali/minggu)
Kuantitas
konsumsi buah
(gram/hari)
Frekuensi
konsumsi sayur
(kali/minggu)

Kuantitas
konsumsi sayur
(gram/hari)

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, terlihat bahwa rata-rata asupan lemak responden
dalam satu hari adalah 31.85% asupan energi total dalam satu hari dengan rentang asupan
minimum 14.36% dan asupan maksimum 55.49%. Konsumsi buah dan sayur dapat
dibedakan antara seberapa kali responden mengonsumsi buah dan sayur dalam waktu satu
minggu (frekuensi) dan seberapa banyak responden mengonsumsi buah dan sayur dalam
satu hari. Dalam waktu 1 minggu, rata-rata responden mengonsumsi buah sebanyak 6
kali/minggu dan sayur sebanyak 10 kali/minggu. Diantara responden ada yang tidak
mengonsumsi buah dan sayur sama sekali, dan dalam waktu satu minggu, maksimal
responden mengonsumsi buah dan sayur masing-masing sebanyak 42 kali/minggu dan 21
kali/minggu. Dari segi kuantitasnya, dalam waktu satu hari, rata-rata responden
mengonsumsi buah sebanyak 103.06 gram/hari dan sayur sebanyak 100.83 gram/hari
dengan nilai minimum 0, artinya terdapat responden yang tidak mengonsumsi buah dan
sayur dan nilai maksimum 300 gram/hari untuk buah dan 400 gram/hari untuk sayur.

Dalam pengolahan data, asupan lemak, konsumsi buah dan sayur dikelompokkan
ke dalam dua kategori, yaitu asupan lemak dikategorikan menjadi lebih, jika asupan lemak
>25% dari asupan energi total dan normal, jika ≤ 25% asupan energi total. Konsumsi buah
dikategorikan menjadi kurang, jika mengonsumsi buah <14 kali/minggu atau <200
gram/hari dan baik, jika mengonsumsi buah ≥ 14 kali/minggu atau ≥200 gram/hari. Serta
konsumsi sayur dikategorikan kurang jika mengonsumsi <14 kali/minggu atau <150

Universitas Kristen Krida Wacana


gram/hari dan dikategorikan baik jika mengonsumsi ≥ 14 kali/minggu atau ≥150 gram/hari.
Berikut disajikan proporsi distribusi responden menurut asupan makannya.

Tabel 4.7 Distribusi Subyek berdasarkan Asupan Makan

Jumlah Presentase (%)

Asupan Lemak
Lebih 16 44,4
Tidak Lebih 20 55,6

Konsumsi Buah
Kurang 21 58,3
Cukup 15 41,7

Konsumsi Sayur
Kurang 19 52,8
Cukup 17 47,2

Total 36 100

Tabel 4.7 diatas menunjukkan Bahwa subyek yang mengkonsumsi lemak dalam
jumlah berlebih 44,4%), lebih sedikit daripada responden yang asupan lemaknya tidak
lebih (55,6%). Untuk konsumsi buah, responden yang dikategorikan “kurang”
mengkonsumsi buah (58,3%) lebih banyak daripada responden yang “cukup”
mengonsumsi buah (41,7%). Begitu juga dengan konsumsi sayur, responden yang
dikategorikan “kurang” mengonsumsi sayur (52,8%) lebih banyak daripada responden
yang dikategorikan “cukup” mengonsumsi sayur (47,2%).

4.1.5 Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok responden meliputi status merokok saat ini, tipe perokok yang
dilihat berdasarkan jumlah rokok yang diisap perharinya, dan lama merokok. Status
merokok dikategorikan menjadi merokok dan tidak merokok, tipe perokok dibedakan
menjadi 2 kategori yaitu perokok berat, jika responden mengisap lebih dari 12 batang rokok
per harinya, dan perokok ringan, jika responden mengisap ≤ 12 batang rokok setiap harinya.
Kemudian, bagi responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 15 tahun
dikategorikan “risiko tinggi” dan “risiko rendah” jika kebiasaan merokok responden ≤ 15
tahun.

Gambaran distribusi responden menurut kebiasaan merokoknya disajikan

Universitas Kristen Krida Wacana


dalam bentuk tabulasi seperti dibawah ini.

Tabel 4.8 Distribusi Subyek berdasarkan Kebiasaan Merokok

Jumlah Presentase (%)


Status merokok saat ini (n=36)
Merokok 15 41,7
Tidak merokok 21 58,3
Tipe perokok (n=15)
Perokok berat 3 20
Perokok ringan 12 80
Lama merokok (n=15)
Resiko tinggi 4 26,7
Resiko rendah 11 73,3
Total 36 100
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, terlihat bahwa 41,7% subyek merokok dan
58,3% subyek tidak merokok. Dari 36 subyek yang merokok, 20% merupakan
perokok berat dan 80% merupakan perokok ringan. Kemudian subyek yang
merupakan resiko tinggi lebih sedikit (26,7%) daripada subyek yang memiliki
resiko rendah (73,3%)

4.1.7 Aktivitas Fisik

Berdasarkan total skor jawaban responden mengenai aktivitas fisik,


diketahui nilai mean, median, minimum dan nilai maksimum seperti tabulasi
dibawah ini.

Tabel 4.9 Distribusi Umum Total Skor Variabel Aktivitas Fisik Responden

Variabel Mean Median SD Min-Maks


Aktivitas Fisik

Secara keseluruhan, dari 36 jawaban subyek terhadap 16 pertanyaan


mengenai aktivitas fisik, terlihat bahwa nilai mean 7.43 dan nilai median (nilai
tengah) 7.30 dengan rentang skor aktivitas fisik 4.38 - 11.03.

Selanjutnya aktivitas fisik responden dikelompokkan menjadi dua kategori,


yaitu aktivitas ringan dan aktivitas berat. Kategori tersebut berdasarkan nilai
median dari aktivitas fisik, yaitu 7.30 karena distribusi data tidak normal
(rasio skewness > 2). Penilaian aktivitas fisik mengacu pada kuesioner yang terdiri
dari 16 pertanyaan yang meliputi indeks pekerjaan, indeks olahraga, dan indeks
kegiatan di waktu luang. Berikut disajikan tabulasi distribusi responden menurut
aktivitas fisiknya.

Universitas Kristen Krida Wacana


Variabel Jumlah Presentase (%)

Hiperkolesterol

Beresiko (≥ 200mg/dL) 14 38,9

Normal (<200 mg/dL) 22 61,1

IMT

Gemuk (>25) 21 58,3

Normal (18,5-25,0) 15 41,7

Kurus (<18,5) 0 00,0

Riwayat hiperkolesterol

Ya 23 63,9

Tidak 13 36,1

Asupan Lemak

Lebih (>25% Asupan energi total) 16 44,4

Tidak lebih (≤ 25% Asupan energi total) 20 55,6

Konsumsi buah

Kurang <14 kali/minggu atau <200 gram/hari 21 58,3

Cukup ≥ 14 kali/minggu atau ≥ 200 gram/hari 15 41,7

Konsumsi sayur

Kurang <14 kali/minggu atau <200 gram/hari 19 52,8

Cukup ≥ 14 kali/minggu atau ≥ 200 gram/hari 17 47,2

Status merokok saat ini (n=36)

Merokok 15 41,7

Tidak 21 58,3

Tipe Perokok

Universitas Kristen Krida Wacana


Perokok berat (>12 batang rokok/hari) 3 20

Perokok ringan (1-12 batang rokok/hari) 12 80

Lama merokok (n=15)

Resiko tinggi (>15 tahun) 4 26,7

Resiko rendah (≤15 tahun) 11 73,3

Aktivitas Fisik

Aktivitas ringan < median () 25 69,4

Aktivitas berat ≥ median () 11 30,0

ANALISI BIVARIAT

Universitas Kristen Krida Wacana


Lampiran 1. Lembar Kuesioner


KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU MAKAN - MAKANAN TINGGI


LEMAK DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA DEWASA MUDA
PUSKESMAS GROGOL PETAMBURAN PERIODE JANUARI 2020

Nomor Kuesioner : ..............................

Tanggal Pengisian : ..............................

Perkenalkan, kami Ratri, Silvia, dan Zaneta, Dokter muda Fakultas Kedokteran UKRIDA.
kami bermaksud melakukan penelitian untuk tugas saya mengenai hubungan perilaku makan-
makanan tinggi lemak dengan kadar kolesterol total pada usia dewasa muda. Untuk itu, mohon
bantuan dari Bapak/ Ibu agar bersedia mengisi atau menjawab kuesioner di bawah ini. Semua data
dalam kuesioner ini saya gunakan hanya untuk keperluan akademis dan kerahasiaannya dijamin,
serta tidak ada nilai benar atau salah. Atas kesediaan Bapak/ Ibu dalam mengisi kuesioner ini saya
ucapkan terima kasih.

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

a. Nama :
b. Tempat/Tanggal Lahir (usia) :

c. Jenis kelamin 
 :L/P
d. No telp/ HP 
 :
e. Berat badan (BB) terakhir : .................. kg
f. Tinggi badan : .................. cm
g. IMT (diisi oleh peneliti) : ………….. kg/m2

B. DATA BIOKIMIA (diisi peneliti)


a. Tekanan darah : ............................ mmHg

Universitas Kristen Krida Wacana


b. Kolesterol Total 
 : ............................ mg/dL

C. RIWAYAT PENYAKIT RESPONDEN

1. Apakah Anda pernah dikatakan oleh dokter/ petugas kesehatan mempunyai kolesterol
tinggi?

a. Ya, sejak kapan? .......................
b. Tidak
2. Apakah Anda pernah dinyatakan terkena penyakit jantung koroner?
a. Ya, sejak kapan? .......................
b. Tidak
3. Apakah Anda pernah dinyatakan terkena penyakit gula/ diabetes?
a. Ya, sejak kapan?
 .......................
b. Tidak
4. Apakah di keluarga Anda (orang tua atau saudara kandung) ada yang mempunyai kolesterol
tinggi?

a. Ada b. Tidak

D. KEBIASAAN MEROKOK

7. Sebagian besar waktu kerja Anda, dilakukan di....


a. Dalam ruangan
b. Luar ruangan
c. Berpindah dari satu gedung ke tempat/ gedung lain
d. Mengendarai kendaraan/ mesin 

8. Apakah di area Anda bekerja ada peraturan “dilarang merokok” ?
a. Ya b. Tidak
3. Setahun terakhir, apakah Anda sering terpapar dengan asap rokok dari pekerja/ karyawan di
area kerja Anda? (2 kali seminggu atau lebih)

a. Ya b. Tidak 

4. Apakah dari pertama kali Anda merokok sampai saat ini sudah merokok 100 batang rokok?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu 

5. Apakah saat ini Anda merokok?

a. Ya, setiap hari ............... batang/ hari
b. Kadang-kadang ............. batang/ minggu
c. Baru mulai merokok
d. Tidak
6. Sudah berapa lama Anda mempunyai kebiasaan merokok? ( ................................... tahun)
7. Jenis rokok apa yang biasanya Anda isap setiap hari?
a. filter b. kretek c. tidak tentu 

8. Setahun terakhir, pernahkah Anda berusaha untuk berhenti merokok walaupun hanya sehari
(bagi yang merokok tiap hari)?
a. Ya b. Tidak
9. Pernahkah Anda merokok sebelumnya?
a. Ya b. Tidak
10.Berapa batang rokok yang Anda isap per-harinya sebelum Anda berhenti merokok?
a. Kurang dari 1 batang rokok

b. 1-12 batang rokok

c. 13-25 batang rokok

d. Lebih dari 25 batang rokok, sebutkan................

Universitas Kristen Krida Wacana


10. Sudah berapa lama Anda berhenti merokok?
a. Lebih dari 1 tahun yang lalu

b. 6 -12 bulan yang lalu

c. 1-6 bulan yang lalu
d. Kurang dari 1 bulan 

e. Lainnya .... 

11. Apakah ada yang merokok di rumah Anda?
a. Ada, siapa? ......................... b. Tidak

E. AKTIVITAS FISIK

1. Apakah pekerjaan utama Anda? ………………


2. Apakah Anda bekerja sambil duduk?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang 

d. Sering
e. Sangat sering
3. Apakah Anda bekerja sambil berdiri?
a. Tidak pernah 

b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering
e. Sangat sering
4. Apakah Anda bekerja sambil mengangkat beban yang berat?
a. Tidak pernah 

b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering
e. Sangat sering
5. Apakah setelah bekerja Anda merasa lelah?
a. Tidak pernah 

b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering
e. Sangat sering
6. Apakah bila bekerja Anda berkeringat?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering
e. Sangat sering
7. Bila dibandingkan dengan orang lain yang seumuran dengan Anda, seberapa berat pekerjaan
Anda....
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering
e. Sangat sering
8. Apakah Anda berolahraga secara rutin?

a. Tidak
b. Ya
 Tolong sebutkan apa jenis olahraganya dan seberapa sering Anda melakukannya.

Universitas Kristen Krida Wacana


Jenis Olahraga …. Jam / minggu ….… bulan / tahun

9. Bila dibandingkan dengan orang lain yang seumuran dengan Anda, bagaimana aktivitas Anda
pada waktu luang (libur kerja)?
a. sangat kurang d. sering
b. kurang 
 e. sangat sering
c. biasa saja
10. Pada waktu luang (libur kerja), apakah Anda melakukan kegiatan dan berkeringat?
a. Tidak pernah 
 d. sering
b. Jarang e. sangat sering
c. Kadang-kadang
11. Pada waktu luang (libur kerja) Anda berolahraga?
b. Tidak pernah 
 d. sering
c. Jarang e. sangat sering
d. Kadang-kadang
12. Pada waktu luang Anda menonton TV? 

a. Tidak pernah 
 d. sering
b. Jarang e. sangat sering
c. Kadang-kadang
13. Pada waktu luang Anda berjalan-jalan? 

a. Tidak pernah 
 d. sering
b. Jarang e. sangat sering
c. Kadang-kadang
14. Pada waktu luang Anda bersepeda ?
a. Tidak pernah 
 d. sering
b. Jarang e. sangat sering
c. Kadang-kadang
15. Berapa menit Anda berjalan kaki atau bersepeda setiap hari dari dan ke tempat Anda bekerja?
a. Kurang dari 5 menit 
 d. 30-45 menit
b. 5-15 menit e. lebih dari 45 menit
c. 15-30 menit
REPEATED FOOD RECALL 24 HOURS

Nama :

Tanggal :

Waktu Bahan
Nama Makanan URT Ukuran (gram)
(Jam) Makanan

Universitas Kristen Krida Wacana


FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE
Beri cek list (  ) pada kolom frekuensi berapa kali makanan yang dikonsumsi dalam 6 bulan
terakhir. Setiap jenis makanan harus diisi berapa kali frekuensi konsumsinya seperti yang
tertulis pada lajur tabel frekuensi konsumsi

Frekuensi Konsumsi
Nama Jumlah
2- 1x 4-6x 1-3x 1x Tidak Metoda dan
Bahan
4x per per per per pernah Pemasakan Ukuran
Makanan per hari minggu minggu bulan
Makanan
hari

Universitas Kristen Krida Wacana


SAYURAN

Bayam

Kangkung

Jamur

Buncis

Wortel

Tauge

Terong

Selada

Sawi hijau

Kubis/kol

Labu siam

Labu kuning

Lobak

Kembang
kol

Brokoli

Daun
singkong

Kacang
panjang

Jagung
muda

Jantung
pisang

Jamur segar

Kacang
kapri

Ketimun

Nangka
muda

Universitas Kristen Krida Wacana


Tomat

Lainnya….

BUAH- BUAHAN

Apel

Pisang

Mangga

Nanas

Pear

Jeruk

Papaya

Melon

Jambu biji

Jambu air

Rambutan

Alpukat

Durian

Anggur

Belimbing

Lainnya ...

Universitas Kristen Krida Wacana

Anda mungkin juga menyukai