Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sementara itu, World Health
Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan
dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin (Purnamasari, 2014).
Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3%-6% dari jumlah penduduk dewasanya. Di
Singapura, frekuensi diabetes meningkat cepat dalam 10 tahun terakhir. Di Amerika Serikat, penderita diabetes
meningkat dari 6.536.163 jiwa di tahun 1990 menjadi 20.676.427 jiwa di tahun 2010 (Ndraha, 2014).
Jumlah kasus diabetes secara progresif meningkat diseluruh dunia antara 1980 sampai dengan 2008 sebesar
dua kali lipat pada orang dewasa. Sekitar 90% dari kenaikan tersebut merupakan kasus DM Tipe 2, yang sejalan
dengan peningkatan kejadian obesitas dan pada populasi usia lanjut. Berdasarkan hasil estimasi dari International
Diebetes Federation (IDF) pada tahun 2013 menyatakan bahwa peningkatan prevalensi sejalan dengan tren global,
dimana pada tahun 2000, IDF, memperkirakan prevalensi diabetes adalah 3.2%, yang terus meningkat hingga 6.5%
pada tahun 2013. Peningkatan ini akan teruus terjadi yang akan mencapai 10.1% pada tahun 2035 (Tracey et al.,
2016; Diabetes Federation International, 2019)
Sementara itu, pada negara berkembang diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang juga cukup
signifikan, terutama dinegara-negara yang mengadopsi budaya hidup kebarat-baratan. Terdapat 10 negara dengan
prevalensi DM tipe 2 tertinggi yaiu Tokelau (37.5%), Federated States of Micronesia (35%), Marshall Islands
(34.9%), Kiribati (28.8%), Cook Islands (25.7%), Vanuatu (24%), Saudi Arabia (24%), Nauru (23.3%), Kuwait
(23.1%), dan Qatar (22.9%) (Forouhi and Wareham, 2014; Diabetes Federation International, 2019).
Di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,4%-1,6%, kecuali di beberapa tempat yaitu di
Pekajangan 2,3% dan di Manado 6%. Berdasarkan laporan Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa jumlah
penyandang DM di Indonesia sangat besar. Dengan kemungkinan terjadi peningkatan jumlah penyandang DM di
masa mendatang akan menjadi beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter
spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua tenaga kesehatan yang ada (Soelistijo et al., 2015). Hal ini terlihat dari
peningkatan prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosa dokter dari 1.3 pada tahun 2013 menjadi 2.0% pada
tahun 2018. Lima provinsi dengan prevalensi diabetes mellitus terbesar di Indonesia adalah DKI Jakarta,
Kalimantan Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, dan Jawa Timur. Dengan prevalensi kejadian DM lebih banyak
dijumpai pada perempuan (1.8%) dibandingkan laki-laki (1.2%), dengan puncak prevalensi diabetes mellitus pada
umur 55-64 tahun sebesar 6.3% (Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013;
Ndraha, 2014; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).
Meningkatnya prevalensi obesitas pada masa anak-anak tampaknya mempengaruhi onset terjadinya DM
tipe 2 terutama pada anak-anak dan dewasa muda, terutama pada kelompok etnis beresiko (Forouhi and Wareham,
2014). Masih banyak faktor resiko lainnya yang mempengaruhi prevalensi diabetes, seperti aktifitas fisik, keterpapar
terhadap asap, tekanan darah, dll (Isaini dan Ratnasari, 2018).
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan suatu kelainan multifaktoral yang menyebabkan gangguan metabolisme
dari lemak, protein, dan karbohirat yang mengarah pada resistensi insulin. Beberapa penelitian dewasa ini
melaporan bahwa DM tipe 2 berhubungan dengan stress oksidatif. DM tipe 2 dapat menyebabkan peradangan pada
tingkat yang cukup rendah (low-grade inflammation) oleh sistem imun bawaan (innate immune system) sehingga
menyebabkan peradangan kronis. Peradangan ini seharusnya memulikan jaringan yang meradang, namun penelitian
baru-baru ini menunjukkan bahwa peradangan kronis tersebut dapat menyebabkan pelepasan beberapa senyawa
kimia yang dikenal sebagai ROS (Reactive Oxygen Species) yang semakin mengaplifikasi kaskade preadangan dan
menyebabkan resiko terjadinya hyperglicemic state (Asmat, Abad and Ismail, 2016; Oguntibeju, 2019).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, menjadi hal yang penting untuk menemukan obat efektif dengan
harga terjangkau dengan sumber daya lokal dengan efek samping yang relative aman, salah satu diantaranya daun
(Polyscias scutellaria) yang menawarkan berbagai kandungan fitokimia seperti flavonoid dan saponin, dimana
senyawa tersebut memiliki aktifitas antioxidant yang dapat memperbaiki stress oksidatif pada tubuh. Beberapa
penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengeksplorasi efek farmakologis lainnya dari tanaman ini seperti efek
penumbuh rambut, penyembuhan luka, dan antibakteri (Eden et al., 2016; Amani and Mustarichie, 2018; Jubaidah
et al., 2018; Revina et al., 2018; Nasution et al., 2019). Namun, belum ada penelitian sebelumnya yang
mengeksplorasi efek dari daun mangkokan (Polyscias scutellaria) terhadap kadar gula darah puasa, MDA, dan
enzim katalase, serta gambaran histopatologi jaringan pankreas. Sehingga peneliti tertarik untuk mengeksplorasi
efek dari ekstrak daun mangkokan (Polyscias scutellaria) terhadap kadar gula darah puasa sebagai kontrol diabetes
serta MDA dan enzim katalase sebagai parameter stress oksidatif serta gambaran histologi pankreas pada tikus
wistar jantan sebagai hewan coba yang diinduksi dengan aloksan.

1.2. Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh pemberian ekstrak daun
mangkokan (Polyscias scutellaria) terhadap kadar gula darah puasa, MDA, dan aktivitas enzim katalase serta
histopatologi jaringan pankreas pada tikus wistar jantan yang diinduksi dengan Aloksan.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun mangkokan (Polyscias scutellaria) terhadap kadar
gula darah puasa, MDA, dan aktivitas enzim katalase serta gambaran histologi pankreas pada tikus wistar jantan
yang diinduksi dengan Aloksan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dosis pemberian ekstrak daun mangkokan (Polyscias scutellaria) terhadap penenurunan
kadar gula darah.
b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun mangkokan (Polyscias scutellaria) terhadap kadar gula
darah puasa pada tikus wistar jantan yang diinduksi dengan Aloksan.
c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun mangkokan (Polyscias scutellaria) terhadap kadar MDA
serum pada tikus wistar jantan yang diinduksi dengan Aloksan.
d. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun mangkokan (Polyscias scutellaria) terhadap aktivitas
enzim katalase serum pada tikus wistar jantan yang diinduksi dengan Aloksan.
e. Untuk mengetahui histopatologi jaringan pankreas pada tikus wistar jantan yang diinduksi dengan aloksan

1.4. Manfaat Penelitian


a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti khusunya mengenai diabetes mellitus.
b. Sebagai referensi dan masukkan bagi peneliti lain serta pihak-pihak lain yang ingin meneliti tentang manfaat
daun mangkokan (Polyscias scutellaria) terutama dalam menurunkan kadar gula darah melalui pemulihan stress
oksidatif.
c. Menambah kepustakaan fakultas kedokteran Universitas Prima Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai