Anda di halaman 1dari 5

1.

demam Typhoid

Anamnesis 1. Demam naik setiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir
minggu pertama,minggu kedua demam terus-menerus naik.
2. delirium, malaise, letargi, nyeri kepala.
3. biasanya dijumpai gangguan saluan cerna seperti anoreksia, nyeri
perut, diare, konstipasi, muntah.
4. pada demam typhoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran,
kejang dan ikterik
Pemeriksaan fisik 1. gejala klinis demam typhoid diawali demam yang meningkat hari
demi hari dan lebih tinggi pada sore hari, delirium, malaise, letargi,
nyeri kepala, anoreksia, nyeri perut, diare, konstipasi, muntah,
kejang dan ikterik
2. pada inspeksi dijumpai ikterik, lidah kotor, bisa tampak hepato
splenomegaly, ruam makulopapuplar (rose spot) bisa muncul pada
hari 7-10 dan bertahan 2-3- hari.
3. pada palpasi bisa dijumpai hepato-splenomegali.
4. pada auskultasi bisa dijumpai ronki
Pemeriksaan penunjang Laboratorium
1. Darah perifer:
a Anemia,pada umumnya terjadi karena supresi sumsum
tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus.
b Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul
c Limfositosis relative
d Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat
2, Pemeriksaan Serologi
a Kadar IgM dan IgG (Typhi-dot) pada demam hari ke 5
3. Pemeriksaan biakan salmonella
a Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan
penyakit
b Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke 4

Radiologi
1. Foto Thoraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
2. Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraestinal
seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna
3. pada perforasi usus tampak :
a Distribusi udara tidak merata
b Airfluid level
c Bayangan radiolusen didaerah hepar
d Udara bebas pada abdomen
Kriteria diagnose Kriteria Klinis
a Demam naik bertahap tiap hari, mencapi suhu tertinggi
pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus-
menerus tinggi.
b terdapat keluhan gastrointestinal seperti mualm muntah,
sakit perut, naoreksia,mencret.
c Keluhan respirologi seperti batuk
d Pemebesaran hati atau limpa

Kriteria Laboratorium
a Leukopenia jarang <3000/ul
b Trombositopenia
c Hasil uji tubex menunjukan minimal positif 4
Diagnose kerja Demam typhoid
Diagnose banding 1. Demam typhoid
2. Sepsis
3. Demam berdarah dengue
4. Malaria
5. Hepatitis akut
6. Gastroentritis akut
Terapi 1. Istirahat/tirah baring
2. Hidrasi
3. Memperbaiki keseimbangan cariran dan eletrolit
4. Terapi antipiretik (Acetaminophen 10-15 mg/kbBB setiap 4-6
jam PO)
5. Pemberian antibiotic

Penggunaan antibiotic oada demam tifoid tanpa komplikasi


1. Fully Sensitive : Chloramphenicol 50-75mg/kg/hari selama 14-
21 hari atau Amoxcicilin 75-100mg/kg/hari selama 14 hari.
2. Multidrug resistance : Fluoroquinolone 15mg/kgBB 5-7 hari
atau Cefixime 15-20 mg/kgBB/ hari 7-14 hari
3. Quinolone resistant : Azitromycin 8-10 selama 7 hari atau
Cefriaxone 75mg/kgBB selama 10-14 hari.

Alternatif
1. Fluoroquinolon : 15mg/kgBB/hari 5-7 hari
2. Azitromicin : 8-10mg/kgBB/hari selama 7 ahri
3. Cefixime : 15-20mg/kgBB/hari selama 7-14 hari
Edukasi 1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
menyiapkan makanan dan makan, setelah menggunakan
toilet,dll
2. Makanmakanan yang dimasak dengan matang masih panas
3. Hindarai sayuran dan buah mentah yang tidak ti kupas
4. Vaksin strain Ty21 secara oral
2. kejang demam

 Anamnesa : gejala yang diawali dengan demam terlebih dahulu dan diikuti dengan kejang,
tentukan jenis kejang jika kejang kurang dari 15 menit,tentukan jenis kejang jika kejang kurang
dari 15 menit, tonik atau klonik, tanpa gerakan fokal. Dan tidak berulang dalam waktu 24 jam
merupakan kejanh demam sederhana, dan apabila kejang lebih dari 15 menit dengan kejang fokal
atau parsial sastu sisi, atau umum didahului kejang parsial dan berulang lebih dari 1 kali dalam 24
jam merupakan kejang demam komplek
 Pemeriksaan fisik
Kejang yang diawali dengan demam terlebih dahulu, dengan suhu >38C
 Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
1. Darah perifer, elektrolit dan gula darah
2. Pungsi Lumbal
1. Pemeriksaan cariran serebrospinal untuk menegakan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis bakterialis 0,6%-6,7%.
Dainjurkan pada :
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangan dianjurkan
2. Bayi antar 12-18 bulan
3. Bayi >18 bulan tidak rutin
3. Elektroensefalografi (EEG)
Dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalnya : kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal
4. Pencitraan
Foro X-ray kepala dan CT-san atau MRI dilakukan jika ada indikasi seperti :
1. Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. papiledema
 Kriteria diagnose
 Diagnose kerja
1. Kejang Demam
 Diagnose banding
1. Kejang deman
2. Meningitis bacterial akut
3. Meningitis viral
4. Encephalitis
5. Epilepsy
 Terapi
1. Terapi saat Kejang.
a Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang
adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-
0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit,
dengan dosis maksimal 20 mg.
b Untuk diazepam rectal : 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan
berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.
c Jika kejang masih tidak berhenti, dapat di ulang dengan diazepam rectal dengan dosis
yang sama dengan interval 5 menit.
d Setelah 2 kali diberikan diazepam rectal masih tetap kejang, bawa ke RS untuk diberikan
diazepam iv : dosis 0,3-0,5 mg/kg.
e Bila kejang masih belum berhenti berikan fenitoin IV : n dosis awal 10-20 mg/kg/kali
dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti
dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
f Jika fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus di rawat di ruang ICU.

2. Pemeberian obat saat demam


Antipiretik
Paracetamol : 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis
Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali sehari

Antikonvulsan
Diazepam oral : 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko
berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0 C
 Edukasi
1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping obat
3. Pertusis

 Anamnesa

 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
 Kriteria diagnose
 Diagnose kerja
 Diagnosa banding
 Terapi
 Edukasi

Anda mungkin juga menyukai