Anda di halaman 1dari 4

RUMAH SAKIT Lumajang,

DJATIROTO
Ditetapkan :
PPK Kepala Rumah Sakit Djatiroto
DEMAM TIFOID

dr. Dyah Ayu Retno Palupi

1. Pengertian (Definisi) Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan
oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella partatyphy
2. Anamnesis 1. Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu
demam menetap (kontinyu) atau interminten pada minggu
kedua. Prolonged fever yang terjadi berkisar 38,5-40,5 C
2. Demam terutama sore/malam hari
3. Sakit kepala
4. Malaise
5. Menggigil
6. Arthralgia
7. Gejala gastrointestinal : anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare.
8. Pemeriksaan Fisik 1. Peningkatan suhu badan/ febris, 7 hari, kontinyu
2. Gangguan mental : somnolen, stupor, koma, delirium,
sampai psikosis
3. Bradikardia relatif (peningkatan suhu 10 C tidak diikuti
peningkatan denyut nadi 8x/mnt)
4. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung
merah, serta tremor)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. meteorismus
8. Roseolae (jarang pada orang Indonesia).
9. Kriteria Diagnosis Dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal,
aneosinofilia, limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan,
trombositopenia, gangguan fungsi hati. Kultur darah (biakan
empedu) positif atau peningkatan titer uji Widal 0 (nol). Pada
ulangan IgM anti salmonella (+) disertai tanda-tanda klinis
 Hepatitis Tifosa
Bila memenuhi 3 atau lebih kriteria Khosla (1990):
hepatomegali, ikterik, kelainan laboratorium (antara lain :
bilirubin > 30,6 umol/l, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan
indeks PT), kelainan histopatologi.
 Tifoid Karier
Ditemukannya kuman Salmonella typhy dalam biakan feses
atau urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau
pada seseorang setelah 1 tahun pasca-demam tifoid.
Kriteria PASIEN RAWAT INAP :
1. Pasien dengan muntah persisten
2. Pasien dengan diare hebat dengan tanda dehidrasi
3. Distensi abdomen

10. Diagnosis Kerja Demam Tifoid


11. Diagnosis Banding a. Leptospirosis: icterohemotargic+gangguan faal ginjal
b. Malaria: cold, panas/hot, sweting (berkeringat)
c. Salmonellosis: ictetohemorargic+gangguan faal ginjal
d. Demam Dengue: HB meningkat, lekosit turun, trombosit
turun
e. Pnemonia
12. Pemeriksaan a. Darah perifer lengkap : lekopeni, lekositosis, atau lekosit
Penunjang normal, aneosinofilia, limfopenia, peningkatan LED, anemia
ringan, trombositopenia
b. Uji widal : bila kenaikan titer 4x untuk titer antibody O dan
H pada spesimen yang diambil pada jarak 2 minggu
c. Tes fungsi hati : biasanya ditemukan peningkatan faal hati
d. Kultur darah, feses, urin
e. Dipstick
f. ELISA
13. Terapi TRILOGI PENATALAKSANAAN DEMAM TIFOID :
1. Diet Rendah Serat dan tirah baring
2. Terapi penunjang (simptomatik)
3. Pemberian antimikroba

Farmakologis :
 Simtomatis
 Antimikroba:
– Pilihan utama : Kloramfenikol 4 x 500 mg (50-70 mg/kgBB)
selama 14-21 hari atau sampai dengan 7 hari bebas
demam.

Alternatif lain :
– Tiamfenikol 4 x 500 mg (komplikasi hematologi lebih rendah
dibandingkan kloramfenikol)
– Kotrimoksazol 2 x 960mg selama 2 minggu
– Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu
– Sefalosporin generasi III ; yang terbukti efektif adalah
Ceftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama ½ jam
per- infus sekali sehari, selama 3-5 hari. Dapat pula
diberikan Cefotaksim 2-3 x 1 gram, Cefoperazon 2x1 gram.
– Fluorokuinolon :
– Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
– Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari
– Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 5-7 hari
– Pefloksasin 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
– Fleroksasin 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
 Pada kasus toksis tifoid (demam tifoid
disertai gangguan kesadaran dengan atau tanpa kelainan
neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan otak masih
dalam batas normal) langsung diberikan kombinasi
kloramfenikol 4 x 500 mg dengan ampisilin 4x1 gram dan
deksametason 3 x 5 mg.
 Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan
pada toksis tifoid, peritonitis atau perforasi, syok septik.
 Steroid hanya diindikasikan pada toksis tifoid
atau demam tifoid yang mengalami syok septik dengan
dosis dexamethason 3 x 5 mg
Kasus Tifod Karier:
 Tanpa kolelitiasis  pilihan regimen terapi selama 3 bulan :
– Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + Probenesid 30
mg/kgBB/hari
– Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari + Probenesid 30
mg/kgBB/hari
– Kotrimoksazol 2 x 2 tablet/hari
 Dengan Kolelitiasis  kolesistektomi + regimen tersebut di
atas selama 28 hari atau koleksistektomi + salah satu
rejimen berikut :
– Siprofloksasin 2 x 750 mg/hari
– Norfloksasin 2 x 400 mg/hari
 Dengan infeksi Schistosoma haematobium
pada traktus urinarius  eradikasi
Shictosoma haematobium :
– Prazikuantel 40 mg/kgBB dosis tunggal, atau
– Metrifonat 7,5-10 mg/kgBB bila perlu diberikan 3
dosis, interval 2 minggu
Setelah eradikasi berhasil, diberikan rejimen terapi
untuk tifoid karier seperti di atas
Perhatian: Pada kehamilan:
 Flourokuinolon dan kotrimoksazol tidak boleh
digunakan

 Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester III.


 Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester I.
 Obat yang dianjurkan golongan beta laktam: ampisilin,
amoksisilin, dan sefalosporin generasi III (Ceftriakson)
14. Komplikasi  Intestinal : perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus
paralitik, pankreatitis.
 Extra-intestinal : kardiovaskular (kegagalan sirkulasi
perifer, miokarditis, trombosis, tromboflebitis,
hematologik (anemia hemolitik, trombositopenia, KID),
paru (pneumonia, empiema, pleuritis, hepatobilier
(hepatitis, kolesistitis), ginjal (glemerulonefritis,
pielonefritis, perinefritis), tulang (osteomielitis, periostitis,
spondilitis, artritis), neuropsikiatrik (toksis tifoid)
15. Edukasi a. Edukasi diagnosis penyakit, terapi, dan rencana terapi, serta
prognosis penyakit
b. Mencegah terjadinya demam tifoid dengan kewaspadaan
terhadap jalur penyebaran kuman melalui makanan dan air,
sanitasi
c. Preventif, promotif, dan kontrol penularan
16. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad
bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
17. Tingkat Evidens IV
18. Tingkat C
Rekomendasi
19. Penelaah Kritis dr. Isbandiyah, Sp.PD
dr. Arief Suseno, Sp.PD
dr. Endra, Sp.PD
20. Indikator Medis Jika tidak diobati, angka kematian pada demam tifoid 10-20%,
sedangkan pada kasus yang diobati mortalitas menjadi 2%.
Kebanyakan kasus kematian berhubungan dengan kasus lansia,
malnutrisi, dan balita. Bila terjadi komplikasi, prognosis
memburuk. Relaps terjadi pada 25% kasus. Jika tanpa komplikasi
pasien demam
tifoid bisa diobati dalam masa 7 hari perawatan.
21. Indikasi KRS 1. Bebas demam seama 24 jam tanpa menggunakan obat
anti demam
2. Tanda-tanda vital dalam keadaan stabil
3. Tidak ada gangguan pemenuhan nutrisi (mual, muntah)
4. Nafsu makan membaik
22. Kepustakaan Abrutyn E. Typhoid Fever. Dalam : Wilson JD, Braunwald E et al :
Harrison’s Principles of Internal Medicine, New York, Mc-Graw Hill,
Inc. 2008 : 898-900

Anda mungkin juga menyukai