Anda di halaman 1dari 3

Panduan Praktek Klinis

Rumah Sakit Krakatau Medika


Cilegon-Banten
Demam Tifoid (ICD 10: A01.0-A01.4)
1 Pengertian Demam Tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang di
sebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi
2 Anamnesa 1. Demam turun naik secara bertangga pada minggu
pertama,lalu demam menetap ( kontinyu ) atau remiten
pada minggu kedua,demam terutama sore/malam hari
2. Anoreksia, mual,muntah,obstipasi atau diare
3. Sakit kepala, nyeri otot
3 Pemeriksaan Fisik 1. Demam ( suhu ≥ 37,2 ),Kesadaran berkabut
2. Bradikardi relatif ( peningkatan suhu 1 C tidak diikuti
peningkatan denyut nadi 8x/menit ), coated tounge
3. Hepatomegali,splenomegali, nyeri abdomen, roseolae
( jarang pada orang Indonesia )
Laboratorium 4. Leukopeni, leukositosis atau leukosit
normal,aneosinophila, limfopenia, LED meningkat,
anemia ringan, trombositopenia, gangguan fungsi
hati.Kultur darah ( biakan empedu ) positif atau
peningkatan titer uji widal > 4 kali lipat setelah satu
minggu , atau pemeriksaanserologis Ig M Salmonela
Typhi positif.Kultur darah negatif tidak menyingkirkan
diagnosis.Uji widal tunggal dengan antibodi O 1/320 atau
antibodi H 1/640 disertai gejala klinis khas menyokong
diagnosis
4 Kriteria Diagnosis Demam Tifoid : Demam (≥ 38 C ) selama ≥ 3 hari dengan
pemeriksaan serologis IgM Salmonella typhi positif atau
pemeriksaan Widal positif ( antibodi O 1/320 atau antibodi H
1/640 )

Toksik tifoid : demam tifoid disertai gangguan kesadaran dengan


atau tanpa kelainan neurologis lainnya dan cairan otak masih
normal

Hepatitis Tifosa bila memenuhi 3 atau lebih kriteria Khosla :


Hepatomegali,ikterik, kelainan laboratorium ( bilirubin > 30.6
umol/l, peningkatan SGOT/SGPT,penurunan Indeks Protrombin
Time, kelainan histopatologi.

Tifoid Karier : bila ditemukan Salmonella typhi dalam biakan


feses atau urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau
pada seseorang setelah 1 tahun pasca demam tifoid

5 Diagnosis Kerja Demam tifoid


6 Diagnosis Banding 1. Infeksi virus
2. Malaria
7 Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Perifer Lengkap ( Hb,L,Ht,Tr ),SGOT,SGPT,
2. Widal atau IgM Salmonella typhi
3. Hitung jenis, LED, EKG,foto Thorak ( bila perlu )
4. Kultur Gall
8 Terapi Nonfarmakologis : Tirah baring,Diet lunak rendah serat
Farmakologis :
Simtomatis :
Analgetik/antipiretik : parasetamol 3 x 500 mg atau tiap 4 jam
atau 3 x 1000 mg,bila terjadi tidak turun dengan parasetamol
dapat menggunakan novalgin drip bila perlu
Antiemetik : domperidon 3 x 10 mg atau metoclorpramid 3 x 10
– 20 mg atau ondancentron 3 x 4 – 8 mg ( bila perlu )
Antimikroba
Pilihan Utama : Klorampenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari
bebas demam
Alternatif lain :
Tiamfenikol 4 x 500 mg ( komplikasi hematologi lebih rendah dari
klorampenikol )
Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu
Ampisilin dan amoksisilin 50 – 150 mg/kgBB selama 2 minggu
Sefalosporin
Seftriakson 3 – 4 gram dalam dekstrose 100cc selama ½ jam per
infus sekali sehari
Sefotaksim 2 – 3 x 1 gram
Sefoperazon 2 x 1 gram
Fluorokuinolon ( demam umumnya lisis pada hari 3 atau
menjelang hari 4 )
- Norfloksasin 2 x 400 mg selama 14 hari
- Siprofloksasin 2 x 500 mg selama 6 hari
- Ofloksasin 2 x 400 mg selama 7 hari
- Pefloksasin 1 x 400 mg selama 7 hari
- Fleroksasin 1 x 400 mg selama 7 hari
- Levofloksasin 1 x 500 mg selama 7 hari
Pada kasus toksik typhoid langsung diberikan kombinasi
Klorampenikol 4 x 500 mg dengan Ampisilin 4 x 1 gram dan
Deksametason 3 x 5 mg
Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksik tifoid,
periotinitis, perforasi atau sepsis
Steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid
yang mengalami renjatan septik dengan deksametason 3 x 5 mg

Kasus tifoid karier :


Tanpa kolelitiasis :pilihan rejimen terapi selama 3 bulan
- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30
mg/kgBB/hari
- Amoksisilin 100 mg/KgBB/hari + probenesid 30
mg/kgBB/hari
- Kotrimoksazol 2 x 2 tablet/hari
Dengan kolelitiasis: kolesistektomi + rejimen tersebut ditas
selama 28 hari atau kolesistektomi + salah satu rejimen berikut :
- Siprofolksasin 2 x 750 mg/hari
- Norfloksasin 2 x 400 mg/hari
Dengan infeksi Schistosoma haemoatobium pada traktus
urinarius dilakukan eradikasi Schistosoma haemoatobium
terlebih dahulu;
- Prazikuantel 40 mg/kgBB dosis tunggal atau Metrifonat
7.5 – 10 mg/kgBB bila diperlukan diberikan 3 dosis
,interval 2 minggu.
Setelah eradikasi berhasil,diberikan rejimen terapi untuk karier
seperti diatas

PERHATIAN PADA KEHAMILAN :


Pada Kehamilan FLUOROKUINOLON dan KOTRIMOKSAZOL
merupakan KONTRAINDIKASI ( tidak boleh diberikan )
Klorampenikol tidak dianjurkan pada trimester III, Tiamfenikol
tidak dianjurkan pada trimester I.

Obat yang dianjurkan pada kehamilan golongan beta laktam :


ampisilin, amoksisilin, sefalosporin dan sefalosposrin generasi
ketiga ( seftriakson )
9 Edukasi 1. Memberikan penjelasan tentang
penyakit,komplikasi,rencana pemeriksaan diagnostik dan
rencana terapi serta kemungkinan yang bisa terjadi
termasuk kemungkinan kejadian yang tidak diharapkan
( tercatat didalam rekam medis )
2. Tirah baring
3. Diet lunak rendah serat
4. Menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan,cuci
tangan sebelum makan, memakan makan yg sudah
dimasak, bab di toilet, tidak jajan disembarang tempat
10 Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam / malam
Ad sanasionam : dubia ad bonam / malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam / malam
11 Tingkat Evidens I/II/III/IV
12 Tingkat Rekomendasi A/B/C/D
13 Penelaahan Kritis
14 Indikator Medis - Tidak terdapat Komplikasi :
Intestinal : perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus
paralitik, pankreatitis.
Ektra intestinal : kardiovaskular ( kegagalan sirkulasi
perifer, miokarditis, trombosis, tromboflebitis,
hematologik ( anemia hemolitik, trombositopenia, KID ),
paru ( pneumonia ,empiema, pleuritis ) , hepatobilier
( hepatitis, kolesisititis) ,ginjal ( glomerulonefritis,
pielonefritis ), tulang ( osteomilelitis, periostitis,
spondilolitis, artritis ), neuropsikiatri ( toksik tifoid )
15 Kepustakaan 1. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia
2. Background Document :The Diagnosis,treatment and
prevention of typhoid fever,WHO 2003

Anda mungkin juga menyukai