ILMU KESEHATAN
ANAK
Disusun Oleh:
M Joyo Santoso
Pembimbing:
NPM : 4112021035
Tes Mantoux atau tuberculin skin test (TST) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
ada atau tidaknya kuman penyebab penyakit tuberkulosis pada tubuh. Tes mantoux dilakukan
dengan cara menyuntikkan sejumlah zat kecil cairan yang disebut dengan PPD tuberculin pada
kulit lengan. Tes ini dilakukan dengan cara memberikan suntikan 0,1 ml cairan yang mengandung 5
TU (tuberculin unit) PPD ke lapisan kulit paling atas di bawah permukaan kulit lengan bawah.
Tuberkulin adalah sebagian kecil dari protein murni yang diambil dari bakteri penyebab
Tuberkulosis, yaitu Mycobacterium tuberculosis
Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi yang diberikan untuk difteri, pertusis (batuk rejan), dan
tetanus. Di Indonesia, vaksin DPT merupakan salah satu vaksinasi yang wajib diberikan kepada
anak-anak.
Di dalam vaksin DPT, terkandung diptheria toxoid, tetanus toxoid, dan pertussis antigens, yang
akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi dalam memerangi infeksi dari
ketiga penyakit tersebut jika sewaktu-waktu menyerang
Merek dagang vaksin DPT: Vaksin DTP, Vaksin DTP-HB 5, Vaksin DTP-HB 10,
3. Vaksin apa saja yang mencegah pneumonia?
a. Vaksin campak
Pneumonia adalah salah satu komplikasi yang muncul akibat penyakit campak. Sebanyak 1 dari 20
anak dengan penyakit campak bisa menderita pneumonia. Komplikasi berupa pneumonia ini
merupakan penyebab kematian paling banyak pada anak-anak yangg terserang campak.
Mencegah penyakit campak juga bisa mencegah atau menurunkan faktor risiko terserang
pneumonia sebagai komplikasinya. Penyakit campak dapat dicegah dengan vaksin MMR (measles,
mumps, dan rubella).
Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat, CDC, memberikan anjuran dalam
pemberian vaksin MMR, sebagai berikut:
Dimulai dengan dosis pertama pada usia 12 hingga 15 bulan
Dosis kedua pada usia 4 hingga 6 tahun
Remaja dan orang dewasa juga harus memperbaharui vaksinasi mereka.
Dua dosis vaksin MMR sekitar 97% efektif mencegah campak. Sementara itu, satu dosis sekitar
93% efektif.
b. Vaksin Haemophilus influenza tipe b (Hib)
Vaksin ini dapat membantu mencegah penyakit Haemophilus influenza tipe b yang juga bisa
mengakibatkan pneumonia. Ya, flu juga dapat berkembang ke pneumonia.
Meski begitu, vaksin ini hanya mampu memberikan perlindungan terhadap flu yang disebabkan
oleh infeksi virus Haemophilus influenzae tipe b. Tidak untuk jenis influenza lainnya.
Vaksin Hib direkomendasikan untuk:
Semua anak berusia di bawah 5 tahun
Anak-anak dan orang dewasa yang belum menerima vaksin, serta mengalami kondisi medis
tertentu
Orang yang menerima transplantasi sumsum tulang
c. Vaksin Pneumokokus
Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi Streptococcus pneumoniae atau pneumokokus yang
menjadi penyebab pneumonia yang paling umum. Terdapat beberapa jenis vaksin pneumokokus,
yaitu:
d. Vaksin influenza
Langkah terbaik dan paling penting dalam upaya pencegahan influenza yang dapat menyebabkan
pneumonia adalah melakukan vaksin influenza setiap tahun. CDC merekomendasikan semua orang
yang berusia lebih dari 6 bulan agar melakukan vaksin influenza.
Vaksin influenza juga direkomendasikan untuk wanita hamil dan orang dengan kondisi kesehatan
kronis. Vaksin flu dapat dapat mengurangi sakit akibat flu, melewatkan aktivitas rutin, dan
menghindari perawatan rumah sakit yang berhubungan dengan flu.
f. Vaksin varicella
Pneumonia merupakan salah satu komplikasi serius dari infeksi Varicella (cacar air) pada orang
dewasa. Oleh karena itu, vaksin varicella penting untuk mencegah pneumonia.
Dua dosis vaksin Varicella sekitar 90% efektif untuk mencegah cacar air. Namun, tak menutup
kemungkinan Anda akan tetap mengalami cacar air meski telah melakukan vaksinasi. Hanya saja,
penyakitnya tergolong lebih ringan daripada mereka yang tidak mendapatkan vaksin sama sekali.
Berikut rekomendasi pemberian vaksin Varicella, dikutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI):
Diberikan pada anak berusia di atas 1 tahun, sebanyak 1 kali
Pada anak berusia lebih dari 13 tahun, vaksin diberikan 2 kali dengan rentang waktu 4-8
minggu
Apabila terlambat, vaksin varicella yang dapat mencegah pneumonia bisa diberikan kapan
saja sampai dewasa.
Kriteria Obat
Regimen untuk onset dini (< 5 hari sejak masuk) dan tidak ada faktor risiko MDR adalah
sebagai berikut:
● Ceftriaxone 2 g IV atau IM setiap 24 jam atau
● Levofloxacin 750 mg IV atau PO setiap 24 jam atau
● Ampisilin-sulbaktam 3 g IV atau IM setiap 6 jam atau
● Ertapenem 1 g IV atau IM setiap 24 jam atau
● Aztreonam 2 g IV setiap 8
jam Durasi terapi: 8 hari
Regimen untuk onset lambat (≥5 hari sejak masuk), faktor risiko MDR hadir, ataudiagnosis
HCAP adalah sebagai berikut:
● Cefepime 2 g IV setiap 8 jam atau
● Ceftazidime 2 g IV setiap 8 jam atau
● Meropenem 1 g IV setiap 8 jam atau
● Cefiderocol 2 g IV q8h atau
● Imipenem-silastatin 500 mg IV setiap 6 jam atau 1 g IV setiap 8 jam atau
● Imipenem-silastatin-relebactam 1,25 g IV setiap 6 jam [5] atau
● Ceftazidime-avibactam 2,5 g IV setiap 8 jam atau
● Ceftolozane-tazobactam 3 g IV setiap 8 jam [6] atau
● Piperacillin-tazobactam 4,5 g IV setiap 6 jam
PLUS
● Vankomisin 15 mg/kg IV setiap 12 jam atau
Linezolid 600 mg IV setiap 12 jam
Terapi steroid pada anak dengan pneumonia merupakan terapi tambahan yang memiliki
aktivitas sebagai penghambat inflamasi yang menekan ekspresi sitokin proinflamasi dan
berpotensi mencegah respon inflamasi. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian steroid
tidak memberikan pengaruh dalam pengobatan pada pasien pneumonia, tetapi pada penelitian
lain menunjukkan pemberian steroid mengurangi rata-rata lamanya pasien dirawat di rumah
sakit
dalam penerapan terapi inhalasi nebulizer dalam mengatasi bersihan jalan napas pada anak
dengan brokopneumonia efektif untuk dilakukan. Terapi ini lebih efektif diberikan karena
Pemberian obat yang dilakukan dengan inhalasi mempunyai beberapa keuntungan seperti
obatnya bekerja langsung dalam saluran pernapasan, cara kerjanya cepat, dosis obat yang
diperlukan kecil, serta efek samping menjadi minimal karena konsentrasi obat yang bekerjadi
dalam darah lebih rendah sehingga 4 terapi ini aman dan tidak membahayakan anak bila
dilakukan secara berulang (Wahyuni, 2014)
Terapi inhalasi merupakan pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi atau hirupan
dalam bentuk aerosol ke dalam saluran napas. Terapi inhalasi ini masih menjadi pilihan utama
pemberian obat yang bekerja langsung pada sistem pernapasan khusunya pada jalan napas .
(Sapariah Angraini & Relina, 2020). Tujuan dari terapi inhalasi untuk memberikan efek
bronkodilatasi dan melebarkan lumen bronkus dan dapat mengencerkan dahak sehingga mudah
untuk dikeluarkan dan mengurangi hiperaktifitas bronkus dan mampu mengatasi infeksi
(Wahyuni, 2014)
PR ke 2
ILMU KESEHATAN ANAK
2. Tatalaksana diare
1. Rehidrasi cairan
Menurut Guandalini (2020) Penanganan dehidrasi akibat diare meliputi hal-hal berikut:
a. Dehidrasi minimal atau tidak ada (Rencana terapi A)
- Terapi rehidrasi tidak diperlukan
- Pergantian kehilangan
● Berat badan kurang dari 10 kg : 60-120 mL larutan rehidrasi oral untuk setiap episode
diare atau muntah
● Lebih dari 10 kg berat badan - 120-140 mL larutan rehidrasi oral untuk setiap episode
diare atau muntah
b. Dehidrasi ringan atau sedang (Rencana terapi B)
- Terapi rehidrasi : Larutan rehidrasi oral (50-100 mL/kg selama 3-4 jam)
- Pergantian kehilangan
● Berat badan kurang dari 10 kg : 60-120 mL larutan rehidrasi oral untuk setiap episode
diare atau muntah
● Lebih dari 10 kg berat badan - 120-140 mL larutan rehidrasi oral untuk setiap episode
diare atau muntah
● Oralit : 75mL x KgBB atau sesuai usia berdasarkan tabel berikut
Daftar Pustaka
Aryati S, Nurkholid U, dkk, 2017. Pengaruh Pemberian Steroid sebagai Terapi Tambahan
terhadap Rata-Rata Lama Pasien Dirawat di Rumah Sakit dan Tanda Klinis pada Anak
dengan Pneumonia. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Vol. 6 No. 3, hlm 181–189
About Measles Vaccination | Vaccination and Immunizations | CDC. (2020). Retrieved Jan
2023, from https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/measles/index.html
Hib Vaccination | Haemophilus Influenzae Type b | CDC. (2020). Retrieved 14 Jan 2023,
from https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/hib/index.html
Huang, W. T., Lin, H. C., & Yang, C. H. (2017). Undervaccination with Diphtheria, Tetanus,
and Pertussis Vaccine: National Trends and Association with Pertussis Risk in Young
Children. Human Vaccines & Immunotherapeutics, 13(7), pp. 757-761.
Portea Heal at Home. Diakses pada 2023. What Is The Mantoux Screening Test/ Pirquet Test?
Wahyuni, L, 2014. Effect of nebulizer and effective chough on the status of breating COPD
patient. Strikes Bina Sehat PPNI, Mojokerto
Whooping Cough Vaccination | Pertussis | CDC. (2020). Retrieved 29 May 2020, from
https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/pertussis/index.html
Ariani, A.P. 2016. Diare Pencegahan dan Pengobatannya. Nuha Medika: Jakarta
PR ke 3
1. Pewarnaan apa yang dilakukan dari pemeriksaan difteri dan apakah perlu pembiakan
Ada beberapa perbenihan atau media yang digunakan untuk pembiakan atau isolasi
Corynebacterium diphtheriae, diantaranya :
a. Media Loeffler, digunakan untuk menyuburkan bakeri sehingga akan
memperlihatkan gambaran huruf Cina dan granula Babes-Ernst (granula
metakromatik) setelah dibuat sediaan dari koloni yang terbentuk hasil inkubasi selama
18-24 jam pada suhu 37˚C.
b. Media Agar Telurit, selain sebagai media pengaya digunakan juga untuk
mengisolasi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang selanjutnya akan ditanam
untuk uji biokimia (glukosa dan sukrosa) setelah proses inkubasi selama 18-24 jam
pada suhu 37˚C. Selain itu, media ini dapat digunakan untuk membedakan sub spesies
Corynebacterium diphtheriae
c. Media Agar Darah, digunakan untuk membiakan bakeri lainnya karena infeksi
Streptococcus β-hemolyticus menyerupai penyakit difteria yang disebabkan infeksi
Corynebacterium diphtheriae.
Pada media Tindale, dapat ditemukan koloni berwarna hitam dengan halo
Ulseromembranosa)
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (390C), nyeri di mulut, gigi dan kepala,
sakit tenggorok, badan lemah, gusi berdarah dan hipersalivasi. Pada pemeriksaan
tampak membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus
alveolaris, mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut berbau (foetor ex oro) dan
kelenjar submandibula membesar. Penyakit ini disebabkan karena bakteri
spirochaeta atau
triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan
defisiensi vitamin C.
Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Membran semu yang menutup
ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar limfa
leher, ketiak, dan regio inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit
mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum
pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).
Tonsilitis Akut
Keluhan pasien adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan. Bisa disertai
rasa nyeri pada telinga (nyeri alih melalui n. IX). Terjadinya demam, suhu badan
meningkat. Dapat disertai lesu, nyeri otot, dan nyeri sendi. Bisa terjadi pembengkakan
kelenjar getah bening di bawah rahan. Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak
hiperemis dan ada detritus (bercak-bercak putih yang terdiri dari epitel leukosit dan
kuman) berbentuk folikel, yang jika banyak bisa menjadi satu seperti membrane.
Kelenjar subamndibula teraba membesar dan ada nyeri tekan.
Tonsilitis Kronik
Keluhan pasien sama dengan tonsilitis akut, tetapi jauh lebih ringan. Ada rasa
iritasi, mengganjal, atau rasa kering pada tenggorok. Biasanya tidak ada demam, nyeri
tubuh, atau gangguan menelan. Mungkin timbul bau mulut. Pada pemeriksaan tampak
tonsil membesar (T2/T3), permukaannya tidak rata, kripta melebar dan pada beberapa
kripta terdapat detritus. Pada tonsilitis kronik yang sudah lama, mungkin terlihat ada
pelekatan tonsil dengan jaringan fosa tonsilaris dan sekitarnya.
Daftar Pustaka
Bonang G dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk
Laboratorium dan Klinik. Jakarta : PT Gramedia.
Irianto Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung : CV.
Yrama Widya.
Johnson, Arthur dkk. 1994. Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta : Ninarupa Aksara.
KEMENKES RI (2018). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Tatalaksana
Tonsilitis.
Mangunkusumo, E. (2019). Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. Jakarta: EGC, pp.309–321.
Lucente, F.E. and Har-El, G. (2011). Ilmu THT Esensial. Jakarta: EGC, pp.383–391.
PR 4
1. Kenapa merokok aktif bisa menjadi faktor pneumonia ?
Daftar Pustaka
Alnur, R. D., Ismail, D., & Padmawati, R. S. (2017). Kebiasaan merokok keluarga serumah dan
pneumonia pada balita. Berita Kedokteran Masyarakat, 33(3), 119.
https://doi.org/10.22146/bkm.12832
Aprilioza, A., Argadireja, D. S., & Feriandi, Y. (2015). Hubungan Kebiasaan Merokok pada
Orangtua di Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Plered. Prosiding Pendidikan Dokter, (581), 325–328. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2014.01457
Kusumawardani RD, Suhartono S, Budiyoni B.2020. Keberadaan perokok dalam rumah
sebagai faktor resiko kejadian pneumonia pada anak. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.
19 (2), 2020, 152 – 159. DOI : 10.14710/jkli.19.2.152-159
Mulyani, Nina Siti & Mega Rinawati. 2013. Imunisasi Untuk Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Saleh muhammad, gafur abdul, aeni syahratul. (2017). Hubungan sumber polutan dalam rumah
dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada balita di kecamatan Mariso kota
Makasar, 3, no.3.
Samuel, A. (2014). Bronkopneumonia on Pediatric Patient. Journal Agromed Unila, 1(2), 185–
189 https://doi.org/10.1200/JCO.2008.17.0506
PR 5
1. Apa saja diagnosis banding menometrorrhagia ?
Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang tidak teratur, biasanya
jumlah dan lama perdarahan bervariasi. Penyebab menometroragia sama dengan penyebab
metroragia
Apa saja diagnosis banding menometrorrhagia?
● Von Willebrand Disease (VWD)
● Hemofilia
● Immune thrombocytopenia
● myelodysplastic syndrome (MDS)
● Gangguan fungsi hepar
● Defisiensi vitamin K
● Penggunaan ohat antikoagulan seperti warfarin
Di sisi lain, para ulama madzhab menyatakan bahwa tidak mewajibkan mandi bagi
orang yang sedang istihadhah. Hal ini setidaknya berbeda dari kewajiban mandi bagi orang
yang haid.
Adapun istihadhah menurut ulama empat madzhab, tidak menjadi pencegah bagi
wanita untuk melakukan sesuatu yang dilarang dalam haid. Baik dalam membaca Alquran,
menyentuhnya, memasuki masjid, beriktikaf, thawaf, bersetubuh, dan lainnya.
Jumhur ulama juga menyatakan bahwa hukum serta perlakuan dalam beribadah
sangat berbeda antara orang yang sedang haid dengan orang yang sedang istihadhah. Karena
istihadhah secara tegas dinyatakan bukan bagian dari haid.
Secara bentuk fisik pun, darah istihadhah sangat berbeda dengan darah haid.
Sementara itu darah nifas juga berbeda dari darah istihadhah. Darah nifas adalah
darah yang dikeluarkan dari rahim yang disebabkan persalinan, baik ketika bersalin maupun
sesudah bersalin, bukan sebelumnya. Hal ini sebagaimana pendapat para ulama Madzhab
Maliki.
Secara simple, umat Islam mengenal istihadhah ini dengan sebutan darah ‘sakit’.
Sebab keluarnya darah tersebut di luar siklus mentruasi seorang perempuan dan kerap
menunjukkan tanda-tanda sakit yang menyertainya. Seperti badan yang lemas, wajah pucat,
dan tak sedikit pula yang merasakan pusing hingga demam akibat istihadhah.
Sedangkan menurut para ulama Madzhab Hambali, darah nifas merupakan darah
yang keluar bersama keluarnya anak. Baik sesudahnya maupun sebelumnya, dua atau tiga
hari dengan tanda-tanda akan melahirkan.
Adapun menurut pendapat para ulama dari Madzhab Syafi’i, darah nifas adalah
darah yang keluar setelah melahirkan, bukan sebelum-sebelumnya atau bukan pula
bersamaan.
Para ulama dari Madzhab Hanafi berpendapat, darah nifas adalah darah yang keluar
setelah melahirkan atau yang keluar ketika sebagian besar tubuh anaknya sudah keluar.
Sedangkan jika darah itu (keluar) sebelum melahirkan, atau darah yang keluar ketika tubuh
anaknya baru sebagian kecil yang keluar, maka darah tersebut tidak dinamakan darah nifas.
Sedangkan hukum wanita yang nifas apakah harus mandi atau tidak, para ulama
madzhab juga berselisih pendapat. Ulama-ulama dari Madzhab Syafi’i, Hanafi, dan Maliki
sepakat bahwa jika wanita melahirkan namun tidak menampakkan darah, ia tetap
diwajibkan mandi.
Namun begitu, hal serupa tidak diwajibkan bagi ulama-ulama dari Madzhab
Hambali. Kendati terdapat banyak perselisihan, para ulama madzhab sepakat bahwa darah
nifas itu tidak mempunyai batas paling sedikitnya.
Sedangkan masa yang paling banyak dalam nifas, terdapat perselisihan pendapat.
Ulama dari Madzhab Hambali dan Hanafi berpendapat darah nifas paling lama masanya
adalah 40 hari. Sedangkan ulama-ulama dari Madzhab Imam Syafi’i dan Imam Maliki
menyatakan masa terlamanya adalah 60 hari.
Sebagai catatan, para ulama madzhab sepakat bahwa jika anak yang lahir itu keluar
dari tempat yang bukan biasanya atau karena disebabkan pembedahan, maka wanita itu
dinyatakan tidak bernifas. Tetapi kalau masalah iddah talak tetap berlaku setelah keluarnya
anak tersebut.
Adapun hukum nifas sama dengan hukum haid. Baik dari segi tidak sahnya shalat,
puasa, dan wajib mengqadha kalau ia meninggalkan puasa. Namun demikian yang
bersangkutan tidak wajib mengqadha shalat yang ditinggalkan.
Sama seperti haid, orang yang nifas juga diharamkan disetubuhi dan menyetubuhi,
menyentuh Alquran, berdiam di dalam masjid atau memasukinya (namun dalam masalah
ini, terdapat perselisihan pendapat di kalangan ulama). Sedangkan cara-cara mandi serta
syarat-syaratnya, tak ada perbedaan berarti antara orang yang haid dengan yang orang yang
nifas.
Istihadhah adalah darah yang keluar di luar kebiasaan, yaitu tidak pada masa haid
dan bukan pula karena melahirkan, dan umumnya darah ini keluar ketika sakit, sehingga
sering disebut sebagai darah penyakit. Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarah Muslim
mengatakan bahwa istihadhah adalah darah yang mengalir dari kemaluan wanita yang
bukan pada waktunya dan keluarnya dari urat.
Sifat darah istihadhah ini umumnya berwarna merah segar seperti darah pada
umumnya, encer, dan tidak berbau. Darah ini tidak diketahui batasannya, dan ia hanya akan
berhenti setelah keadaan normal atau darahnya mengering.
Wanita yang mengalami istihadhah ini dihukumi sama seperti wanita suci, sehingga
ia tetap harus shalat, puasa, dan boleh berhubungan intim dengan suami.
ال َ َصالَةَ؟ فَقَّ ع ال ْ َت يا َ َرسُوْ ُل هللاِ اِنِّى ا ْم َراَةٌ اُ ْست ََحاضُ فَالَ ا
ُ اَفَا َ َد،ُطهُر ْ َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوقَلَ ش اِلَى النَّبِ ُّي ٍ ت اَبِى ُحبَ ْي ُ َجا َءتَ فا َ ِط َمةُ بِ ْن
َب قَ ْد ُرهَا فا َ ْغ ِسلِى
َ فَا ِ َذا َذه،َصالَة َّ ْضةُ فَا ْت ُر ِكى ال ْ
َ ت ال َحي ِ َض ِة فَا ِ َذااَ ْقبَل ْ َ ق َولَي
َ ْس بِال َح ْي ٌ ْك ِعر َ ِ اِنَّ َما َذل،َ ال:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ِيا َ َرسُوْ ُل هللا
ِّ
صلى َّ
َ ك الد َم َو ْ
ِ َعن
Fatimah binti Abi Hubaisy telah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
lalu berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku adalah seorang wania yang mengalami
istihadhah, sehingga aku tidak bisa suci. Haruskah aku meninggalkan shalat?” Maka jawab
Rasulullah SAW: “Tidak, sesungguhnya itu (berasal dari) sebuah otot, dan bukan haid.
Jadi, apabila haid itu datang, maka tinggalkanlah shalat. Lalu apabila ukuran waktunya
telah habis, maka cucilah darah dari tubuhmu lalu shalatlah.”
Daftar Pustaka
Bakteri
E.coli Detail
Keterangan Ada ratusan jenis, atau galur, bakteri E. coli (Escherichia coli)
yang berbeda. Sebagian besar tidak berbahaya dan hidup di
usus orang dan hewan yang sehat. Tetapi beberapa galur E.
coli menghasilkan toksin kuat yang dapat menyebabkan infeksi
parah.
CDC mengakui E. coli sebagai penyakit bawaan makanan. Ini
berarti menyebar dengan mengkonsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Infeksi sering menyebabkan
diare berdarah, kram perut, muntah, dan demam.
Salmonella Detail
Keterangan Salmonella adalah bakteri yang menginfeksi usus. Ini menyebabkan diare, demam,
dan kram perut 12 hingga 72 jam setelah infeksi. Lebih dari 1 juta kasus infeksi
salmonella terjadi di AS setiap tahun. Penyakit ini sering berlangsung 4 sampai 7
hari. Kebanyakan orang menjadi lebih baik tanpa pengobatan.
Tetapi pada beberapa orang, diare bisa sangat parah sehingga mereka harus dirawat
di rumah sakit. Pada orang-orang ini, infeksi salmonella dapat menyebar dari usus
ke aliran darah dan kemudian ke bagian tubuh lainnya. Ini dapat menyebabkan
kematian kecuali jika orang tersebut segera diobati dengan antibiotik. Bayi dan
mereka yang sistem kekebalannya lemah lebih cenderung mengalami penyakit
parah.
Virus
Rotavirus Detail
Keterangan Rotavirus adalah penyebab paling umum dari diare parah pada anak-anak. Ini
mengakibatkan kematian lebih dari 500.000 anak setiap tahun di seluruh dunia.
Di AS, penyakit ini paling sering terjadi pada musim dingin. Epidemi tahunan
terjadi dari Desember hingga Juni. Tingkat penyakit tertinggi terjadi pada bayi dan
anak kecil. Sebagian besar anak di AS terinfeksi pada usia 5 tahun. Orang dewasa
juga dapat terinfeksi. Namun penyakitnya cenderung ringan.
Masa inkubasi penyakit rotavirus adalah sekitar 2 hari. Penyakit ini menyebabkan
muntah dan diare cair selama 3 sampai 8 hari. Demam dan sakit perut sering
terjadi. Kekebalan setelah infeksi tidak lengkap. Tetapi infeksi berulang cenderung
tidak separah infeksi awal.
Pencegaha Dua vaksin rotavirus saat ini digunakan pada bayi di AS Kedua vaksin diberikan
n melalui mulut, bukan dengan suntikan. Bicarakan dengan penyedia layanan
kesehatan anak Anda tentang suntikan mana yang terbaik untuk bayi Anda.
Mencuci tangan adalah cara yang sangat penting untuk mencegah penyebaran
rotavirus. Mencuci tangan dengan hati-hati dan sering dapat mencegah penyebaran
infeksi ke orang lain.
CDC merekomendasikan:
Orang dewasa harus mencuci tangan setelah menggunakan toilet, setelah
membantu anak menggunakan toilet, setelah mengganti popok anak, dan
sebelum menyiapkan, menyajikan, atau makan makanan.
Mintalah anak-anak mencuci tangan setelah menggunakan toilet, setelah
mengganti popok (orang dewasa harus mencuci tangan bayi atau anak
kecil), dan sebelum makan camilan atau makanan.
Mainan, kamar mandi, dan permukaan penyiapan makanan sering
didesinfeksi, terutama jika ada anak yang sakit di rumah.
Gunakan popok dengan penutup luar tahan air yang dapat menampung feses
atau urin cair, atau gunakan celana plastik.
Mintalah anak-anak mengenakan pakaian di atas popok.
Parasit
Giardia Detail
Keterangan Selama 15 tahun terakhir, Giardia lamblia telah menjadi salah satu penyakit yang
ditularkan melalui air paling umum pada manusia di AS. Giardia adalah parasit
kecil yang hidup di usus manusia dan hewan. Parasit dilewatkan dalam gerakan
usus orang atau hewan yang terinfeksi. Itu ditemukan di setiap bagian AS dan di
seluruh dunia.
Anak-anak usia popok yang pergi ke pusat penitipan anak, pelancong internasional,
pejalan kaki, berkemah, dan lainnya yang minum air yang tidak diolah dari sumber
yang terkontaminasi, paling berisiko terinfeksi Giardia. Beberapa wabah infeksi di
seluruh komunitas telah dikaitkan dengan minum air kota yang tercemar Giardia.
Penularan Orang menjadi terinfeksi setelah secara tidak sengaja menelan parasit. Giardia
dapat ditemukan di tanah, makanan, air, atau di permukaan.
Beberapa cara orang bisa mendapatkan Giardia adalah:
Makan makanan mentah yang terkontaminasi dengan Giardia
Menelan air dari kolam renang, danau, sungai, mata air, kolam, atau sungai
yang terkontaminasi dengan kotoran atau kotoran dari manusia atau hewan
Secara tidak sengaja menelan parasit yang diambil dari permukaan yang
terkontaminasi tinja dari orang yang terinfeksi, seperti mainan,
perlengkapan kamar mandi, meja ganti, dan ember popok
Cryptosporidium Detail
Keterangan Cryptosporidium (crypto) adalah parasit kecil yang dapat hidup di usus
manusia dan hewan. Parasit dilindungi oleh kulit terluar yang
memungkinkannya bertahan hidup di luar tubuh untuk jangka waktu yang
lama. Ini sangat tahan terhadap desinfeksi klorin.
Sumber:
Nasiri, J. and Zamani, F., 2017. Periorbital ecchymosis (raccoon eye) and orbital hematoma
following endoscopic retrograde Cholangiopancreatography. Case Reports in
Gastroenterology, 11(1), pp.134-141.
PR 22/02/2023
Jawaban
1. Apa perbedaan aorta dengan kelenjar getah bening dipemeriksaan foto torak?
Aorta. Dinilai apakah melebar atau terdapat kalsifikasi (radiopaque). Jarak antara puncak arkus
aorta dengan ujung medial klavikula kurang dari 1 cm. Lebar arkus aorta normalnya 4 cm, diukur
dari tepi kanan aorta ascendens ke tepi kiri aorta descendens. Bila lebih dari 4 cm, berarti terjadi
elongasio aorta.
Hilus. Bayangan hilus normal adalah bayangan pembuluh darah. Bayangan kelenjar hilus dalam
keadaan normal tidak tampak, kecuali jika terdapat pembesaran. Bayangan hilus berbentuk V
terbaring dan sudutnya mengarah ke medial. Kaki atas merupakan bayangan vena lobus atas yang
melintasi hilus menuju atrium kiri, sedangkan kaki bawah sebagai bayangan cabang arteri
pulmonalis yang menuju ke lobus bawah. Bagian tengah hilus kanan merupakan titik sudut V yang
terletak setinggi fisura horizontal pada costa ke-6 di linea aksilaris. Bagian tengah hilus sebelah kiri
terletak 1-1,5 cm lebih tinggi dibandingkan hilus kanan.
Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak
dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik standar pneumonia umumnya (pengecatan gram,
biakan darah, pemeriksaan sputum) dan tidak menunjukkan respon terhadap antibiotik golongan
b-laktam.
Mikroorganisme patogen penyebab pneumonia atipikal pada umumnya adalah Mycoplasma
pneumoniae (M. pneumoniae), Chlamydia pneumoniae (C. pneumoniae) dan Legionella
pneumophila (L. pneumophila)
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam
darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan
kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar
karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi
lebih cepat dan lebih dalam. Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi
paru-paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
5. Apa peran bronkodilator inhalasi dan kortikosteroid inhalasi untuk pasien bronkopneumoni ?
Terapi inhalasi merupakan pemberian obat secara langsung ke sistem respirasi (saluran respiratori dan paru)
melalui hirupan dengan menggunakan alat tertentu. Pada awalnya prinsip dasar kerja alat yang
digunakan untuk terapi inhalasi adalah mengubah obat dalam bentuk cair menjadi bentuk aerosol.
A. Bronkodilator inhalasi
obat yang memiliki mekanisme kerja dengan merelaksasi otot pernafasan dan melebarkan jalan nafas
(bronkus).
B. Kortikosteroid inhalasi
inhalasi berfungsi untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi, sehingga dapat memperbaiki fungsi
paru, dan mengurangi serangan akut.
Kortikosteroid tidak boleh diberikan dengan nebuliser ultrasonik karena nebuliser ultrasonik tidak bisa
memecah molekul kortikosteroid
Bronkeolitis
Patologi utama pada bronkiolitis adalah edema dan hipersekresi mukus, yang menimbulkan
penyempitan saluran respiratori, dengan gejala klinis mengi. Berdasarkan hal tersebut, pemberian
obat melalui inhalasi merupakan pilihan yang rasional untuk mengatasi gejala tersebut.
- Nebulisasi dengan bronkodilator
Bukti ilmiah tentang efektifitas pemberian bronkodilator inhalasi pada anak dengan
bronkiolitis masih belum konklusif.9 Beberapapenelitian melaporkan bahwa bronkodilator efektif
dan aman, mengurangi lama rawat, dan mengurangi risiko rawat inap ulang. Terdapat dua
penelitian yang mendapatkan efek jangka pendek pemberian bronkodilator seperti mengurangi
lama rawat dan readmisi. Penelitian lain menunjukkan tidak ada perbedaan perbaikan klinis pada
anak dengan bronkiolitis ringan, baik yang mendapatkan nebulisasi salbutamol, epinefrin, NaCl
3%, atau NaCl 0.9%.10
- Nebulisasi dengan kortikosteroid
Penambahan kortikosteroid inhalasi tidak lebih unggul dari kortikosteroid sistemik
terhadap perbaikan klinis pada bayi dengan bronkiolitis. Penelitian lain menyebutkan bahwa
kortikosteroid inhalasi pada keadaan akut juga memberi manfaat terutama dalam mencegah
berlanjutnya mengi pasca bronkiolitis.11 Penelitian lain melaporkan bahwa kombinasi
kortikosteroid dengan bronkodilator dapat mengurangi lama rawat.
Bronkopneumoni Bronkeolitis
1. Definisi Definisi:
radang dari saluran pernapasan peradangan pada bronkiolus yang
yang terjadi pada bronkus sampai ditandai oleh sesak napas, mengi,
dengan alveolus paru. dan hiperinflasi paru. Penyakit
Bronkhopneumonia merupakan bronkiolitis akut merupakan infeksi
salah satu bagian dari penyakit respi- ratorik akut bagian bawah
Pneumonia. (IRA-B) yang sering pada bayi.
Bronchopneumonia (penumonia
lobaris) adalah suatu infeksi
saluran pernafasan akut bagian
bawah dari parenkim paru yang
melibatkan bronkus/bronkiolus
yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy
distribution) yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur, dan
benda asing.
Disebabkan: Disebabkan
- bakteri streptokokus - virus:
pneumonia Adenovirus, virus Influenza, virus
- Hemofilus influenza yang Parainfluenza, Rhinovirus, dan
sering ditemukan pada dua mikoplasma.
pertiga dari hasil isolasi.
-Bakteri:
belum ada bukti kuat bahwa
bronkiolitis disebabkan oleh bakteri
Gejala-gejala klinis tersebut Tanda klinis:
antara lain: Episode pertama wheezing
a. Adanya retraksi epigastrik,
interkostal, suprasternal
b. Adanya pernapasan yang cepat
dan pernapasan cuping hidung
c. Biasanya didahului infeksi
traktus respiratorius bagian atas
selama beberapa hari
d. Demam, dispneu, kadang
disertai muntah dan diare
e. Batuk biasanya tidak pada
permulaan penyakit, mungkin
terdapat batuk, beberapa hari
yang mula-mula kering kemudian
menjadi produktif
f. Pada auskultasi ditemukan
ronkhi basah halus nyaring
Serologi:
Inflasi RSV
Usia: Usia:
Sering dijumpai pada anak kecil 95% terjadi pada anak usia <2
dan bayi. anak ≤5 tahun tahun
Daftar pustaka
1. Samuel, A. (2014). Bronkopneumonia on pediatric patient. Journal Agromed Unila, 1(2), 185-189.
2. Subanada, I. B., Setyanto, D. B., & Supriyatno, B. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
bronkiolitis akut. Sari Pediatri, 10(6), 392-6.
3. Wijaya, S. (2014). Pedoman diagnosis bronkiolitis akut. JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kedokteran Indonesia, 2(2), 104-110.
4. Kartasasmita, C. B., Phd, S. A. K., Nataprawira, D. D. H. M. D., & Mkes, S. A. K. Terapi Inhalasi
pada Anak.
PR tanggal 28/02/2023
1. Apa isi vaksin dari
DTP
Difteri
Vaksin yang mengandung toksoid difteri adalah salah satu vaksin tertua yang digunakan
saat ini, yaitu digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1914 didasarkan pada campuran
toksin dan antitoksin. Pada tahun 1923, vaksin toksoid difteri dikembangkan menjadi
detoksifikasi formaldehida toksin difteri.
intramuskular
Tetanus
Vaksin TT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.
intramuskular
Pertusis
Vaksin pertusis terdiri dari dua jenis, yaitu vaksin whole cell (wP) dan vaksin aselular (aP).
Vaksin whole cell merupakan vaksin yang dibuat dari B. pertussis yang dibunuh baik
dengan pemanasan atau dengan pemberian formalin.
Pada sisi lain, vaksin aseluler merupakan vaksin yang dibuat dari satu antigen atau lebih
yang telah dipurifikasi. Saat ini, vaksin aseluler ini lebih banyak digunakan; vaksin wP
diasosiasikan dengan reaktogenitas yang lebih berat.
CAMPAK
Formulasi vaksin campak yang tersedia di Indonesia saat ini adalah bentuk vaksin
kombinasi measles-rubella (MR) dan measles-mumps-rubella (MMR). Vaksin MR termasuk ke
dalam program vaksinasi yang disubsidi pemerintah.
Vaksin campak adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan, merupakan vaksin beku kering
berwarna kekuningan pada vial gelas, yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut vaksin campak
kering produksi PT Bio Farma yang telah disediakan secara terpisah. Vaksin campak ini berupa
serbuk injeksi.
Bentuk Sediaan
Vaksin campak tersedia dalam bentuk serbuk dan pelarut dalam satu kemasan. Pelarut yang ada
biasanya tidak mengandung pengawet karena dapat menginaktivasi virus dan bersifat steril.
POLIO
Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio
vaccine (IPV). OPV mengandung virus polio hidup yang dilemahkan, sedangkan IPV
menggunakan virus yang sudah tidak aktif. Di Indonesia jenis OPV yang digunakan adalah
jenis bOPV, yaitu jenis vaksin polio oral bivalen.
IPV melalui suntikan ke otot (intramuskular/IM) atau di bawah kulit (subkutan/SC).
Polio Oral = virus hidup
IV = virus mati
Daftar Pustaka
1. Shaun A Truelove, Lindsay T Keegan, William J Moss, Lelia H Chaisson, Emilie
Macher, Andrew S Azman, Justin Lessler, Clinical and Epidemiological Aspects of
Diphtheria:A Systematic Review and Pooled Analysis, Clinical Infectious Diseases, ,
ciz808, https://doi.org/10.1093/cid/ciz808
2. Liang JL, Tiwari T, Moro P, Messonnier NE, Reingold A, Sawyer M, et al. Prevention of
Pertussis, Tetanus, and Diphtheria with Vaccines in the United States: Recommendations
of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Recomm Rep.
2018 Apr 27. 67 (2):1-44.
3. MIMS Indonesia. Vaksin DTP. 2018.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/vaccine%2c%20dtp/?
type=brief&mtype=generic
PR tanggal 03/02.2022
1. Table hipertensi
2. Bagaimana patofisiologi takikardi pada anak anemia
3. Pengertian dari stroke volume dan bagaimana hubungan dengan anak anemia
Stroke volume (isi sekuncup) adalah volume atau jumlah darah yang di pompa oleh
jantung pada setiap denyutannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah darah
yang dapat di pompa keluar oleh jantung, yaitu :
a. Besarnya ventrikel (bilik jantung) itu sendiri. Dengan melakukan latihan Ventrikel
dapat bertambah besar.
b. Kekuatan dari jantung waktu memompa. Hal ini tergantung dari kekuatan otot
jantung, dan kekuatan ini dapat bertambah dengan adanya latihan.
c. Jumlah darah yang dikembalikan ke jantung. Latihan olahraga yang berjalan secara
ritmik, dan menekan pembuluh darah balik (vena) pada otot-otot kaki, dapat
mengembalikan jumlah darah yang cukup banyak dan membantu menaikkan stroke
volume.
Ada empat mekanisme yang bekerja pada pasien anemia yang dapat meningkatkan suplai
oksigen ke jaringan ketika kapasitas pembawa oksigen darah berkurang. Dalam kondisi
istirahat, kecepatan aliran yang cepat dan takikardia dengan peningkatan volume menit
dari curah jantung merupakan respon pertama terhadap anemia. Saat kompensasi
berkembang, takikardia dan peningkatan kecepatan aliran sebagian besar digantikan oleh
pirau darah selektif dan penghilangan persentase oksigen yang meningkat di kapiler
jaringan dari setiap gram hemoglobin yang bersirkulasi.