Anda di halaman 1dari 41

PR

ILMU KESEHATAN
ANAK

Disusun Oleh:

M Joyo Santoso

Pembimbing:

dr. Arifianto Sp.A (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN ANAK

PERIODE 9 JANUARI - 18 MARET 2023

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RSUD PASAR REBO


PR ke 1

ILMU KESEHATAN ANAK

Nama : M Joyo Santoso

NPM : 4112021035

1. Apa isi tuberkulin atau mantox ?

Tes Mantoux atau tuberculin skin test (TST) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
ada atau tidaknya kuman penyebab penyakit tuberkulosis pada tubuh. Tes mantoux dilakukan
dengan cara menyuntikkan sejumlah zat kecil cairan yang disebut dengan PPD tuberculin pada
kulit lengan. Tes ini dilakukan dengan cara memberikan suntikan 0,1 ml cairan yang mengandung 5
TU (tuberculin unit) PPD ke lapisan kulit paling atas di bawah permukaan kulit lengan bawah.
Tuberkulin adalah sebagian kecil dari protein murni yang diambil dari bakteri penyebab
Tuberkulosis, yaitu Mycobacterium tuberculosis

2. sebutkan sediaan vaksin DPT di Indonesia?

Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi yang diberikan untuk difteri, pertusis (batuk rejan), dan
tetanus. Di Indonesia, vaksin DPT merupakan salah satu vaksinasi yang wajib diberikan kepada
anak-anak.
Di dalam vaksin DPT, terkandung diptheria toxoid, tetanus toxoid, dan pertussis antigens, yang
akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi dalam memerangi infeksi dari
ketiga penyakit tersebut jika sewaktu-waktu menyerang
Merek dagang vaksin DPT: Vaksin DTP, Vaksin DTP-HB 5, Vaksin DTP-HB 10,
3. Vaksin apa saja yang mencegah pneumonia?

a. Vaksin campak

Pneumonia adalah salah satu komplikasi yang muncul akibat penyakit campak. Sebanyak 1 dari 20
anak dengan penyakit campak bisa menderita pneumonia. Komplikasi berupa pneumonia ini
merupakan penyebab kematian paling banyak pada anak-anak yangg terserang campak.
Mencegah penyakit campak juga bisa mencegah atau menurunkan faktor risiko terserang
pneumonia sebagai komplikasinya. Penyakit campak dapat dicegah dengan vaksin MMR (measles,
mumps, dan rubella).
Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat, CDC, memberikan anjuran dalam
pemberian vaksin MMR, sebagai berikut:
 Dimulai dengan dosis pertama pada usia 12 hingga 15 bulan
 Dosis kedua pada usia 4 hingga 6 tahun
 Remaja dan orang dewasa juga harus memperbaharui vaksinasi mereka.
Dua dosis vaksin MMR sekitar 97% efektif mencegah campak. Sementara itu, satu dosis sekitar
93% efektif.
b. Vaksin Haemophilus influenza tipe b (Hib)

Vaksin ini dapat membantu mencegah penyakit Haemophilus influenza tipe b yang juga bisa
mengakibatkan pneumonia. Ya, flu juga dapat berkembang ke pneumonia.
Meski begitu, vaksin ini hanya mampu memberikan perlindungan terhadap flu yang disebabkan
oleh infeksi virus Haemophilus influenzae tipe b. Tidak untuk jenis influenza lainnya.
Vaksin Hib direkomendasikan untuk:
 Semua anak berusia di bawah 5 tahun
 Anak-anak dan orang dewasa yang belum menerima vaksin, serta mengalami kondisi medis
tertentu
 Orang yang menerima transplantasi sumsum tulang

c. Vaksin Pneumokokus

Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi Streptococcus pneumoniae atau pneumokokus yang
menjadi penyebab pneumonia yang paling umum. Terdapat beberapa jenis vaksin pneumokokus,
yaitu:

Pneumococcus Conjugates Vaccine (PCV)


Vaksin Pneumococcus Conjugates Vaccine (PCV) direkomendasikan untuk:
 Anak-anak berusia di bawah 2 tahun
 Anak-anak di atas dua tahun atau lebih yang memiliki kondisi kesehatan tertentu
Pemberian vaksin dilakukan pada anak usia di bawah 1 tahun dengan dosis 3 kali, yaitu pada usia 2,
4, dan 6 bulan.
Efek samping yang disebabkan oleh vaksin ini biasanya ringan lebih ringan daripada vaksin jenis
lain. Anak-anak mungkin akan mengalami kemerahan, pembengkakan, nyeri di lokasi suntikan,
demam, kehilangan nafsu makan, rewel, merasa lelah, sakit kepala, dan kedinginan.
Anak-anak juga mungkin mengalami peningkatan risiko kejang yang disebabkan oleh demam
setelah mendapatkan vaksin PCV yang diberikan bersamaan dengan vaksin influenza tak aktif.
Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPSV)
Pada orang dewasa, pemberian vaksin dibagi menjadi dua tahapan. Pertama, vaksin pneumokokus
jenis konjugasi (PCV) dan pneumokokus polisakarida atau Pneumococcal Polysaccharide Vaccine
(PPSV).
PPSV direkomendasikan untuk:
 Semua orang dewasa berusia 65 tahun atau lebih
 Semua orang yang berusia dua tahun atau lebih yang memiliki kondisi medis dan dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit pneumokokus

d. Vaksin influenza

Langkah terbaik dan paling penting dalam upaya pencegahan influenza yang dapat menyebabkan
pneumonia adalah melakukan vaksin influenza setiap tahun. CDC merekomendasikan semua orang
yang berusia lebih dari 6 bulan agar melakukan vaksin influenza.
Vaksin influenza juga direkomendasikan untuk wanita hamil dan orang dengan kondisi kesehatan
kronis. Vaksin flu dapat dapat mengurangi sakit akibat flu, melewatkan aktivitas rutin, dan
menghindari perawatan rumah sakit yang berhubungan dengan flu.

e. Vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus)


Vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) bisa mencegah pertusis (batuk rejan) yang mungkin saja
mengakibatkan komplikasi berupa pneumonia. Vaksin ini termasuk dalam vaksin dasar yang wajib
diberikan pada bayi.
Vaksin DPT direkomendasikan juga untuk semua anak-anak, remaja, hingga wanita hamil. Orang
dewasa yang belum pernah divaksin juga disarankan untuk melakukan vaksinasi tersebut.
Vaksin DPT diberikan pada anak-anak sebanyak lima dosis pada usia:
 2 bulan
 4 bulan
 6 bulan
 15-18 bulan
 4-6 tahun

f. Vaksin varicella

Pneumonia merupakan salah satu komplikasi serius dari infeksi Varicella (cacar air) pada orang
dewasa. Oleh karena itu, vaksin varicella penting untuk mencegah pneumonia.
Dua dosis vaksin Varicella sekitar 90% efektif untuk mencegah cacar air. Namun, tak menutup
kemungkinan Anda akan tetap mengalami cacar air meski telah melakukan vaksinasi. Hanya saja,
penyakitnya tergolong lebih ringan daripada mereka yang tidak mendapatkan vaksin sama sekali.
Berikut rekomendasi pemberian vaksin Varicella, dikutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI):
 Diberikan pada anak berusia di atas 1 tahun, sebanyak 1 kali
 Pada anak berusia lebih dari 13 tahun, vaksin diberikan 2 kali dengan rentang waktu 4-8
minggu
 Apabila terlambat, vaksin varicella yang dapat mencegah pneumonia bisa diberikan kapan
saja sampai dewasa.

4. apa antibiotik pilihan pada pneumonia (hospital pneumo dan acquired)?

Community-acquired pneumonia (CAP)


Menurut Ayoade (2022) Pemberian antibiotik pada CAP adalah sebagai berikut:

Kriteria Obat

Tidak ada komorbid Penilisin


● Amoksisilin 1 g 3x atau
Makrolide
● Azitromisin 500 mg PO satu dosis,
kemudian 250 mg PO setiap hari atau
● Clarithromycin 500 mg PO bid atau
extended-release 1000 mg PO setiap
hari atau
Tetrasiklin
● Doksisiklin 100 mg PO tawaran
● Adanya penyakit penyerta (misalnya Utama
alkoholisme, penyakit ● Kombinasi beta-laktam
jantung/hati/ginjal kronis, keganasan, (amoksisilin-klavulanat 500 mg/125
asplenia, diabetes melitus) mg PO tiga kali lipat atau amoksisilin-
● Menggunakan antibiotik dalam 3 klavulanat 875 mg/125 mg PO
bulan terakhir BID atau amoksisilin-klavulanat
2000 mg/125 mg) + makrolida
(azithromycin atau

clarithromycin) atau doksisiklin


(100 mg PO tawaran)

Alternatif untuk rejimen di atas:


Jika sefalosporin dapat dikonsumsi,
Cefpodoxime 200 mg PO bid atau
cefuroxime 500 mg atau cefditoren 400
mg PO bid + macrolide
(azithromycin atau
clarithromycin) atau doxycycline (100 mg
PO bid)

Jika beta-laktam tidak dapat dikonsumsi:


● Levofloxacin 750 mg PO setiap 24
jam atau
● Moksifloksasin 400 mg PO setiap 24
jam atau
● Lefamulin 600 mg PO BID tanpa
adanya gangguan hati atau interaksi
obat

Lama terapi: minimal 5 hari, tidak demam


selama minimal 48 jam, membaik secara
klinis (berdasarkan gejala dan tanda vital).

Pasien dengan MRSA atau Pseudomonas


aeruginosa yang terdokumentasi harus
menerima pengobatan minimal 7 hari.
Rawat inap Kombinasi beta-laktam
(ampicillin-sulbactam 1.5-3 g IV q6h atau
ceftriaxone 1-2 g IV q24h atau cefotaxime
1- 2 g IV q8h atau ceftaroline 600 mg
IVq12h)
+ azithromycin 500 mg IV/PO q24h atau
doxycycline 100 mg PO BID atau
Levofloxacin 750 mg IV atau PO q24h atau
Moxifloxacin 400 mg IV atau PO q24h atau

Source : MEDSCAPE (Community-Acquired Pneumonia Empiric Therapy) (Ayoade, 2022)


Hospital-acquired pneumonia (HAP) and ventilator-associated event (formerly known as
ventilator-associated pneumonia [VAP])
● HAP: Diagnosis dibuat lebih dari 48 jam setelah masuk dan tampaknya tidak dalam masa
inkubasi pada saat masuk
● VAE: Diagnosis dibuat 48-72 jam setelah intubasi endotrakeal
Menurut Smith (2021) Rejimen terapi empiris untuk hospital-acquired pneumonia (HAP) dan
kejadian terkait ventilator (sebelumnya dikenal sebagai ventilator-associated pneumonia [VAP])
adalah sebagai berikut :

Regimen untuk onset dini (< 5 hari sejak masuk) dan tidak ada faktor risiko MDR adalah
sebagai berikut:
● Ceftriaxone 2 g IV atau IM setiap 24 jam atau
● Levofloxacin 750 mg IV atau PO setiap 24 jam atau
● Ampisilin-sulbaktam 3 g IV atau IM setiap 6 jam atau
● Ertapenem 1 g IV atau IM setiap 24 jam atau
● Aztreonam 2 g IV setiap 8
jam Durasi terapi: 8 hari

Regimen untuk onset lambat (≥5 hari sejak masuk), faktor risiko MDR hadir, ataudiagnosis
HCAP adalah sebagai berikut:
● Cefepime 2 g IV setiap 8 jam atau
● Ceftazidime 2 g IV setiap 8 jam atau
● Meropenem 1 g IV setiap 8 jam atau
● Cefiderocol 2 g IV q8h atau
● Imipenem-silastatin 500 mg IV setiap 6 jam atau 1 g IV setiap 8 jam atau
● Imipenem-silastatin-relebactam 1,25 g IV setiap 6 jam [5] atau
● Ceftazidime-avibactam 2,5 g IV setiap 8 jam atau
● Ceftolozane-tazobactam 3 g IV setiap 8 jam [6] atau
● Piperacillin-tazobactam 4,5 g IV setiap 6 jam

PLUS
● Vankomisin 15 mg/kg IV setiap 12 jam atau
Linezolid 600 mg IV setiap 12 jam

5. apakah perlu diberikan kortikosteroid?

Terapi steroid pada anak dengan pneumonia merupakan terapi tambahan yang memiliki
aktivitas sebagai penghambat inflamasi yang menekan ekspresi sitokin proinflamasi dan
berpotensi mencegah respon inflamasi. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian steroid
tidak memberikan pengaruh dalam pengobatan pada pasien pneumonia, tetapi pada penelitian
lain menunjukkan pemberian steroid mengurangi rata-rata lamanya pasien dirawat di rumah
sakit

6. apakah perlu diberikan inhalasi?

dalam penerapan terapi inhalasi nebulizer dalam mengatasi bersihan jalan napas pada anak
dengan brokopneumonia efektif untuk dilakukan. Terapi ini lebih efektif diberikan karena
Pemberian obat yang dilakukan dengan inhalasi mempunyai beberapa keuntungan seperti
obatnya bekerja langsung dalam saluran pernapasan, cara kerjanya cepat, dosis obat yang
diperlukan kecil, serta efek samping menjadi minimal karena konsentrasi obat yang bekerjadi
dalam darah lebih rendah sehingga 4 terapi ini aman dan tidak membahayakan anak bila
dilakukan secara berulang (Wahyuni, 2014)

Terapi inhalasi merupakan pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi atau hirupan
dalam bentuk aerosol ke dalam saluran napas. Terapi inhalasi ini masih menjadi pilihan utama
pemberian obat yang bekerja langsung pada sistem pernapasan khusunya pada jalan napas .
(Sapariah Angraini & Relina, 2020). Tujuan dari terapi inhalasi untuk memberikan efek
bronkodilatasi dan melebarkan lumen bronkus dan dapat mengencerkan dahak sehingga mudah
untuk dikeluarkan dan mengurangi hiperaktifitas bronkus dan mampu mengatasi infeksi
(Wahyuni, 2014)

PR ke 2
ILMU KESEHATAN ANAK

1. Sebutkan klasifikasi diare


Menurut Ariani, A.P (2016) jenis diare dibagi menjadi :
a. Berdasarkan lama waktu diare
1) Diare akut, yaitu BAB dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang
lembek atau cair dan datang secara mendadak, serta berlansung dalam waktu kurang dari 2
minggu.
2) Diare persisten, yaitu diare akut dengan atau tanpa disertai darah dan berlanjut sampai 14
hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat, diare persisten di klasifikasikan
sebagi berat. Jadi, diare persisten adalah bagian dari diare kronik yang disebabkan oleh
penyabab lain.
3) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 4 minggu, yang memiliki penyebab
yang bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui.
b. Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dalam tubuh Menurut Widoyono (2011),
Hospital Care for Children (2010) dan Hidayat (2005) Klasifikasi diae dikelompokan
menjadi
:
1) Diare dehidrasi berat Diare dehidrasi berat terdapat tanda seperti letargis atau tidak sadar,
mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum dan cubitan kulit perut kembali sangat
lambat (≥2 detik). Biaanya terjadi mencret secara terus menerus, lebih dari 10 kali disertai
muntah, dan kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan. Pengobatannya yaitu
dengan cara memberikan cairan 3 seperti infuse dan pemberian ASI. Balita harus dalam
keadaan hangat dan kadar gula tidak turun.
2) Diare dehidrasi sedang atau ringan Diare dehidrasi sedang atau ringan terdapat tanda
seperti rewel, gelisah, mata cekung, minum dengan lahap juga haus dan cubitan kulit
kembali lambat. Pada tingkat ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih. Diare dengan
dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan
pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Pengobatan yang bisa
dilakukan di rumah yaitu dengan cara memberi cairan dan makanan seperti pemberian ASI
yang lebih sering dan lebih lama yang disertai pemberian oralit.
Menurut Widoyono (2011), pengobatan penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan dan
sedang digunakan terapi B, yakni sebagai berikut :
3) Diare tanpa dehidrasi Pada diare tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, masih
bisa bermain seperti biasanya dan tidak rewel, dikarenakan kejadian diare yang tidak
terlaluberat sehingga masih bisa makan dan minum. Pengobatannya dengan cara pemberian
ASI ldengan frekuensi sering dan lama untuk setiap kali pemberian, tambahkan cairan oralit
atau air matang sesuai keinginan balita, berikan nasehat kepada ibu untuk mmeberikan oralit
secara sering walaupun hanya sedikit yang diminum.
4) Diare disentri Diare disentri adalah diare disentri darah. Sebagian besar episode
disebabkan oleh shigella dan hampir semuanya memrlukan pengobatan antibiotik. Selain
itu, diare disentri dianggap diare akut yang dapat menimbulkan dehidrasi gangguan
pencernaan dan kekurangan zat gizi. Namun pada penelitian ini, peneliti tidak membedakan
klasifikasi diare yang diderita oleh balita, sehingga seluruh klasifikasi diare dianggap sama.

2. Tatalaksana diare

1. Rehidrasi cairan
Menurut Guandalini (2020) Penanganan dehidrasi akibat diare meliputi hal-hal berikut:
a. Dehidrasi minimal atau tidak ada (Rencana terapi A)
- Terapi rehidrasi tidak diperlukan
- Pergantian kehilangan
● Berat badan kurang dari 10 kg : 60-120 mL larutan rehidrasi oral untuk setiap episode
diare atau muntah
● Lebih dari 10 kg berat badan - 120-140 mL larutan rehidrasi oral untuk setiap episode
diare atau muntah
b. Dehidrasi ringan atau sedang (Rencana terapi B)
- Terapi rehidrasi : Larutan rehidrasi oral (50-100 mL/kg selama 3-4 jam)
- Pergantian kehilangan
● Berat badan kurang dari 10 kg : 60-120 mL larutan rehidrasi oral untuk setiap episode
diare atau muntah
● Lebih dari 10 kg berat badan - 120-140 mL larutan rehidrasi oral untuk setiap episode
diare atau muntah
● Oralit : 75mL x KgBB atau sesuai usia berdasarkan tabel berikut

c. Dehidrasi Berat (Rencana terapi C)


- Terapi rehidrasi : Larutan ringer laktat intravena atau normal saline (20 mL/kg hingga
perfusi dan status mental membaik), diikuti dengan 100 mL/kg larutan rehidrasi oral
selama 4 jam atau dekstrosa 5% (setengah salin normal) secara intravena dengan laju
cairan pemeliharaan dua kali lipat
- Pergantian kehilangan
● Berat badan kurang dari 10 kg : 60-120 mL larutan rehidrasi oral untuk setiap episode
diare atau muntah
● Lebih dari 10 kg berat badan - 120-140 mL larutan rehidrasi oral untuk setiap episode
diare atau muntah
● Pasien tidak dapat minum : pasang selang nasogastrik atau berikan secara intravena
dekstrosa 5% (seperempat salin normal) dengan kalium klorida 20 mEq/L
- Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat
- beri oralit (5ml/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau
1-2 jam (anak)
- Berikan obat zinc selama 10 hari berturut-t

Terapi rehidrasi oral


Larutan rehidrasi oral menurut panduan WHO dan UNICEF yang dikeluarkan
pada Desember 2006, mengandung kadar natrium dan glukosa yang lebih rendah
daripada formula sebelumnya (osmolaritas rendah, 245 mOsm/l dibanding dengan
formula sebelumnya yang memiliki osmolaritas 311 mOsm/l).
2. Pemberian Zink
Menurut World Health Organization (WHO) and UNICEF, Zink digunakan secara oral,
sebagai tambahan ORT pada diare akut (Bajait & Thawani, 2011)
● pada bayi (di bawah enam bulan): 10 mg setiap hari selama 10 – 14 hari
● pada anak-anak (enam bulan - lima tahun): 20 mg setiap hari selama 10 - 14 hari.

a. Pemberian antibiotik berdasarkan etiologi


Menurut Nemeth & Pfleghaar (2021) Terapi yang disarankan untuk beberapa
penyebab diare nonviral adalah sebagai berikut:
● E coli - Trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX). Sefalosporin generasi kedua atau
ketiga parenteral diindikasikan untuk komplikasi sistemik.
● Spesies Aeromonas - sefalosporin generasi ketiga dan keempat (cefixime).
● Spesies Campylobacter - Eritromisin
● C difficile - Hentikan antibiotik penyebab. Gunakan metronidazol oral atau
vankomisin.Vancomycin disediakan untuk anak yang sakit parah.
● C perfringens - Antibiotik tidak dianjurkan untuk pengobatan.
● Cryptosporidium parvum - paromomycin dan nitazoxanide.
● Entamoeba histolytica - Metronidazole diikuti oleh paromomycin atau iodoquinol
● G lamblia - Metronidazole atau nitazoxanide.
● Spesies Plesiomonas - TMP-SMX atau sefalosporin lainnya.
● Spesies Salmonella - TMP-SMX adalah obat lini pertama tetapi ada resistensi.
Gunakan ceftriaxone dan cefotaxime untuk penyakit invasif.
● Spesies Shigella - Pengobatan mempersingkat durasi penyakit. TMP-SMX adalah
obat lini pertama tetapi ada resistensi. Untuk penyakit invasif, cefixime,
ceftriaxone, dancefotaxime direkomendasikan.
● V cholerae - Doxycycline adalah lini pertama dan eritromisin adalah antibiotik lini
kedua.
● Spesies Yersinia: TMP-SMX, cefixime, cefotaxime, dan ceftriaxone digunakan

Daftar Pustaka

Aryati S, Nurkholid U, dkk, 2017. Pengaruh Pemberian Steroid sebagai Terapi Tambahan
terhadap Rata-Rata Lama Pasien Dirawat di Rumah Sakit dan Tanda Klinis pada Anak
dengan Pneumonia. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Vol. 6 No. 3, hlm 181–189

About Measles Vaccination | Vaccination and Immunizations | CDC. (2020). Retrieved Jan
2023, from https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/measles/index.html

Ayoade, F. O. (2022). Community-acquired pneumonia (CAP) empiric therapy. Journal


MEDSCAPE

Hib Vaccination | Haemophilus Influenzae Type b | CDC. (2020). Retrieved 14 Jan 2023,
from https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/hib/index.html

Chickenpox (Varicella) Vaccination | CDC. (2020). Retrieved 14 Jan 2023, from


https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/varicella/index.html

Huang, W. T., Lin, H. C., & Yang, C. H. (2017). Undervaccination with Diphtheria, Tetanus,
and Pertussis Vaccine: National Trends and Association with Pertussis Risk in Young
Children. Human Vaccines & Immunotherapeutics, 13(7), pp. 757-761.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (2021). Jadwal Imunisasi IDAI 2020.

Prevent pneumonia. (2020). Retrieved 14 Jan 2023, from


https://www.cdc.gov/pneumonia/prevention.html

Pneumococcal Vaccination | CDC. (2020). Retrieved 14 Jan 2023, from


https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/pneumo/index.html
Pneumococcal Disease | Vaccines – PCV13 and PPSV23 | CDC. (2020). Retrieved 29 May
2020, from https://www.cdc.gov/pneumococcal/vaccination.html

Portea Heal at Home. Diakses pada 2023. What Is The Mantoux Screening Test/ Pirquet Test?

Wahyuni, L, 2014. Effect of nebulizer and effective chough on the status of breating COPD
patient. Strikes Bina Sehat PPNI, Mojokerto

WebMD. Diakses pada 2022. TB (Tuberculosis) Tests.

Whooping Cough Vaccination | Pertussis | CDC. (2020). Retrieved 29 May 2020, from
https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/pertussis/index.html

Ariani, A.P. 2016. Diare Pencegahan dan Pengobatannya. Nuha Medika: Jakarta

Widoyono, 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya. Edisi Kedua. Erlangga. Ciracas: 193-199

PR ke 3

ILMU KESEHATAN ANAK

1. Pewarnaan apa yang dilakukan dari pemeriksaan difteri dan apakah perlu pembiakan
Ada beberapa perbenihan atau media yang digunakan untuk pembiakan atau isolasi
Corynebacterium diphtheriae, diantaranya :
a. Media Loeffler, digunakan untuk menyuburkan bakeri sehingga akan
memperlihatkan gambaran huruf Cina dan granula Babes-Ernst (granula
metakromatik) setelah dibuat sediaan dari koloni yang terbentuk hasil inkubasi selama
18-24 jam pada suhu 37˚C.
b. Media Agar Telurit, selain sebagai media pengaya digunakan juga untuk
mengisolasi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang selanjutnya akan ditanam
untuk uji biokimia (glukosa dan sukrosa) setelah proses inkubasi selama 18-24 jam
pada suhu 37˚C. Selain itu, media ini dapat digunakan untuk membedakan sub spesies
Corynebacterium diphtheriae
c. Media Agar Darah, digunakan untuk membiakan bakeri lainnya karena infeksi
Streptococcus β-hemolyticus menyerupai penyakit difteria yang disebabkan infeksi
Corynebacterium diphtheriae.

 Pada media Tindale, dapat ditemukan koloni berwarna hitam dengan halo

 Pada media Loffler dapat ditemukan metachromatic granules


 Pada telluride dapat ditemukan warna abu kehitaman yang tipikal

2. Diagnosis banding difteri dengan foto – fotonya

Angina Plaut Vincent (Stomatitis

Ulseromembranosa)

Gejala yang timbul adalah demam tinggi (390C), nyeri di mulut, gigi dan kepala,
sakit tenggorok, badan lemah, gusi berdarah dan hipersalivasi. Pada pemeriksaan
tampak membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus
alveolaris, mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut berbau (foetor ex oro) dan
kelenjar submandibula membesar. Penyakit ini disebabkan karena bakteri
spirochaeta atau
triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan
defisiensi vitamin C.

Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Membran semu yang menutup
ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar limfa
leher, ketiak, dan regio inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit
mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum
pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).

Tonsilitis Akut
Keluhan pasien adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan. Bisa disertai
rasa nyeri pada telinga (nyeri alih melalui n. IX). Terjadinya demam, suhu badan
meningkat. Dapat disertai lesu, nyeri otot, dan nyeri sendi. Bisa terjadi pembengkakan
kelenjar getah bening di bawah rahan. Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak
hiperemis dan ada detritus (bercak-bercak putih yang terdiri dari epitel leukosit dan
kuman) berbentuk folikel, yang jika banyak bisa menjadi satu seperti membrane.
Kelenjar subamndibula teraba membesar dan ada nyeri tekan.
Tonsilitis Kronik
Keluhan pasien sama dengan tonsilitis akut, tetapi jauh lebih ringan. Ada rasa
iritasi, mengganjal, atau rasa kering pada tenggorok. Biasanya tidak ada demam, nyeri
tubuh, atau gangguan menelan. Mungkin timbul bau mulut. Pada pemeriksaan tampak
tonsil membesar (T2/T3), permukaannya tidak rata, kripta melebar dan pada beberapa
kripta terdapat detritus. Pada tonsilitis kronik yang sudah lama, mungkin terlihat ada
pelekatan tonsil dengan jaringan fosa tonsilaris dan sekitarnya.

Daftar Pustaka
Bonang G dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk
Laboratorium dan Klinik. Jakarta : PT Gramedia.
Irianto Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung : CV.
Yrama Widya.
Johnson, Arthur dkk. 1994. Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta : Ninarupa Aksara.
KEMENKES RI (2018). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Tatalaksana
Tonsilitis.
Mangunkusumo, E. (2019). Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. Jakarta: EGC, pp.309–321.
Lucente, F.E. and Har-El, G. (2011). Ilmu THT Esensial. Jakarta: EGC, pp.383–391.
PR 4
1. Kenapa merokok aktif bisa menjadi faktor pneumonia ?

Pneumonia terjadi ketika agen infeksius streptococcus pneumonia,


Haemophilus influenza type B, dan Staphylococcus aureus masuk ke dalam
saluran pernapasan. Agen infeksius tersebut dapat masuk ke saluran
pernapasan melalui udara secara inhalasi, kemudian menyebabkan infeksi.

Merokok memengaruhi kekebalan tubuh mekanik seperti menghambat


fungsi silia, mempengaruhi imunitas humoral maupun seluler dengan
memengaruhi proliferasi dan diferensiasi limfosit. Rasio sel limfosit – T
helper/supresor dan aktivitas sitotoksik sel natural killer menurun dengan
merokok. Penderita ISPA yang terpapar asap rokok membutuhkan waktu lebih
lama untuk proses penyembuhan. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi
tidak akan Kembali normal apabila masih terpapar asap rokok.

Rokok menjadi salah satu faktor resiko Bronkopneumonia, karena rokok


mengganggu fungsi pertahanan paru, melalui gangguan fungsi silia dan kerja sel
makrofag alveolus. Kedua mekanisme tersebut menyebabkan mikroorganisme yang
masuk kedalam saluran napas dengan mudah masuk mencapai paru-paru lalu
merusak jaringan paru dengan mengeluarkan toksin sehingga agen infeksius masuk
ke dalam saluran pernapasan, kemudian melakukan adhesi pada dinding bronkus
dan bronkiolus, lalu bermutiplikasi, dan timbul pemicu untuk terjadi inflamasi
dalam tubuh. Pada saat timbul reaksi inflamasi, kantung udara alveoli akan terisi
dengan cairan eksudat yang banyak mengandung protein, sel inflamasi seperti
neutrofil fase akut, kemudian makrofag dan limfosit pada fase kronik.
2. Kenapa perokok pasif menjadi faktor pneumonia ?
Kebiasaan merokok anggota keluarga sebagian besar kepala keluarga dengan
perokok aktif, hal ini dapat mengganggu perokok pasif yaitu anggota keluarga yang
tidak merokok namun terkena asap rokok, terutama balita yang sering terkena
dampaknya. Karena perokok pasif lebih sering berada di dekat keluarga yang
mempunyai kebiasaan merokok sehingga udara yang dihirupnya sudah
terkontaminasi oleh asap rokok yang mengakibatkan penyakit pada pernafasan
lainnya atau penyakit yang lain. Setiap saat kita membutuhkan udara untuk
bernafas, udara yang kita hirup akan mempengaruhi kesehatan tubuh kita. Jika
tubuh mendapatkan asupan udara bersih, pertumbuhan sel dan organ tubuh akan
berkembang dengan baik. Sebaliknya jika tubuh selalu menghirup udara tercemar,
kesehatan organ-organ tubuh akan terganggu. Salah satunya contoh yang
menyebabkan udara bersih menjadi tercemar adalah asap rokok.
3. Bagaimana cara membedakan pneumonia tidak karena campak dengan pneumonia
komplikasi dari campak ?
Pneumonia merupakan salah satu komplikasi dari penyakit campak. Pneumonia
terjadi apabila virus campak menyebar dan menginfeksi jaringan paru sehingga
terjadi peradangan pada paru. Peradangan inilah yang disebut sebagai pneumonia.
ketika virus campak memengaruhi epitel, saluran pernapasan bagian bawah dan
menghancurkan kekebalan lokal di dalam paru-paru, sehingga berisiko
menyebabkan pneumonia.
Dalam diagram patofisiologi tersebut dapat disimpulkan cara membedakan
pneumonia tidak karena campak dengan pneumonia komplikasi dari campak,
pneumia karena campak karena komplikasi dari campak tersebut apabila virus
campak menyebar dan menginfeksi jaringan paru sehingga terjadi peradangan pada
paru (Pneumonia). Sedangkan pneumonia tidak merusak integritas kulit/ ruam ke
seluruh tubuh.
Campak merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dari
keluarga paramyxovirus.
Kemudian pada pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah
lengkap, antibodi terhadap campak serologi, Pemeriksaan menggunakan reverse
transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) juga dapat menentukan
diagnosis karena campak.

Daftar Pustaka
Alnur, R. D., Ismail, D., & Padmawati, R. S. (2017). Kebiasaan merokok keluarga serumah dan
pneumonia pada balita. Berita Kedokteran Masyarakat, 33(3), 119.
https://doi.org/10.22146/bkm.12832
Aprilioza, A., Argadireja, D. S., & Feriandi, Y. (2015). Hubungan Kebiasaan Merokok pada
Orangtua di Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Plered. Prosiding Pendidikan Dokter, (581), 325–328. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2014.01457
Kusumawardani RD, Suhartono S, Budiyoni B.2020. Keberadaan perokok dalam rumah
sebagai faktor resiko kejadian pneumonia pada anak. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.
19 (2), 2020, 152 – 159. DOI : 10.14710/jkli.19.2.152-159
Mulyani, Nina Siti & Mega Rinawati. 2013. Imunisasi Untuk Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Saleh muhammad, gafur abdul, aeni syahratul. (2017). Hubungan sumber polutan dalam rumah
dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada balita di kecamatan Mariso kota
Makasar, 3, no.3.
Samuel, A. (2014). Bronkopneumonia on Pediatric Patient. Journal Agromed Unila, 1(2), 185–
189 https://doi.org/10.1200/JCO.2008.17.0506
PR 5
1. Apa saja diagnosis banding menometrorrhagia ?
Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang tidak teratur, biasanya
jumlah dan lama perdarahan bervariasi. Penyebab menometroragia sama dengan penyebab
metroragia
Apa saja diagnosis banding menometrorrhagia?
● Von Willebrand Disease (VWD)
● Hemofilia
● Immune thrombocytopenia
● myelodysplastic syndrome (MDS)
● Gangguan fungsi hepar
● Defisiensi vitamin K
● Penggunaan ohat antikoagulan seperti warfarin

2. Apa yang dimaksud istihadhah dan bagaimana hukum beribadah ?

Berdasarkan kitab Fikih Lima Madzhab karya Muhammad Jawad Mughniyah


disebutkan, kriteria darah istihadhah dapat dikategorikan apabila darah yang keluar melebihi
masa haid atau kurang dari masa paling sedikitnya haid. Biasanya pula, darah istihadhah
berwarna kuning, bertekstur encer (tidak kental), dingin, dan keluar dengan lemah (tidak
deras).

Di sisi lain, para ulama madzhab menyatakan bahwa tidak mewajibkan mandi bagi
orang yang sedang istihadhah. Hal ini setidaknya berbeda dari kewajiban mandi bagi orang
yang haid.

Adapun istihadhah menurut ulama empat madzhab, tidak menjadi pencegah bagi
wanita untuk melakukan sesuatu yang dilarang dalam haid. Baik dalam membaca Alquran,
menyentuhnya, memasuki masjid, beriktikaf, thawaf, bersetubuh, dan lainnya.

Jumhur ulama juga menyatakan bahwa hukum serta perlakuan dalam beribadah
sangat berbeda antara orang yang sedang haid dengan orang yang sedang istihadhah. Karena
istihadhah secara tegas dinyatakan bukan bagian dari haid.

Secara bentuk fisik pun, darah istihadhah sangat berbeda dengan darah haid.

Sementara itu darah nifas juga berbeda dari darah istihadhah. Darah nifas adalah
darah yang dikeluarkan dari rahim yang disebabkan persalinan, baik ketika bersalin maupun
sesudah bersalin, bukan sebelumnya. Hal ini sebagaimana pendapat para ulama Madzhab
Maliki.
Secara simple, umat Islam mengenal istihadhah ini dengan sebutan darah ‘sakit’.
Sebab keluarnya darah tersebut di luar siklus mentruasi seorang perempuan dan kerap
menunjukkan tanda-tanda sakit yang menyertainya. Seperti badan yang lemas, wajah pucat,
dan tak sedikit pula yang merasakan pusing hingga demam akibat istihadhah.

Sedangkan menurut para ulama Madzhab Hambali, darah nifas merupakan darah
yang keluar bersama keluarnya anak. Baik sesudahnya maupun sebelumnya, dua atau tiga
hari dengan tanda-tanda akan melahirkan.

Adapun menurut pendapat para ulama dari Madzhab Syafi’i, darah nifas adalah
darah yang keluar setelah melahirkan, bukan sebelum-sebelumnya atau bukan pula
bersamaan.

Para ulama dari Madzhab Hanafi berpendapat, darah nifas adalah darah yang keluar
setelah melahirkan atau yang keluar ketika sebagian besar tubuh anaknya sudah keluar.
Sedangkan jika darah itu (keluar) sebelum melahirkan, atau darah yang keluar ketika tubuh
anaknya baru sebagian kecil yang keluar, maka darah tersebut tidak dinamakan darah nifas.

Sedangkan hukum wanita yang nifas apakah harus mandi atau tidak, para ulama
madzhab juga berselisih pendapat. Ulama-ulama dari Madzhab Syafi’i, Hanafi, dan Maliki
sepakat bahwa jika wanita melahirkan namun tidak menampakkan darah, ia tetap
diwajibkan mandi.

Namun begitu, hal serupa tidak diwajibkan bagi ulama-ulama dari Madzhab
Hambali. Kendati terdapat banyak perselisihan, para ulama madzhab sepakat bahwa darah
nifas itu tidak mempunyai batas paling sedikitnya.

Sedangkan masa yang paling banyak dalam nifas, terdapat perselisihan pendapat.
Ulama dari Madzhab Hambali dan Hanafi berpendapat darah nifas paling lama masanya
adalah 40 hari. Sedangkan ulama-ulama dari Madzhab Imam Syafi’i dan Imam Maliki
menyatakan masa terlamanya adalah 60 hari.

Sebagai catatan, para ulama madzhab sepakat bahwa jika anak yang lahir itu keluar
dari tempat yang bukan biasanya atau karena disebabkan pembedahan, maka wanita itu
dinyatakan tidak bernifas. Tetapi kalau masalah iddah talak tetap berlaku setelah keluarnya
anak tersebut.

Adapun hukum nifas sama dengan hukum haid. Baik dari segi tidak sahnya shalat,
puasa, dan wajib mengqadha kalau ia meninggalkan puasa. Namun demikian yang
bersangkutan tidak wajib mengqadha shalat yang ditinggalkan.
Sama seperti haid, orang yang nifas juga diharamkan disetubuhi dan menyetubuhi,
menyentuh Alquran, berdiam di dalam masjid atau memasukinya (namun dalam masalah
ini, terdapat perselisihan pendapat di kalangan ulama). Sedangkan cara-cara mandi serta
syarat-syaratnya, tak ada perbedaan berarti antara orang yang haid dengan yang orang yang
nifas.

Istihadhah adalah darah yang keluar di luar kebiasaan, yaitu tidak pada masa haid
dan bukan pula karena melahirkan, dan umumnya darah ini keluar ketika sakit, sehingga
sering disebut sebagai darah penyakit. Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarah Muslim
mengatakan bahwa istihadhah adalah darah yang mengalir dari kemaluan wanita yang
bukan pada waktunya dan keluarnya dari urat.
Sifat darah istihadhah ini umumnya berwarna merah segar seperti darah pada
umumnya, encer, dan tidak berbau. Darah ini tidak diketahui batasannya, dan ia hanya akan
berhenti setelah keadaan normal atau darahnya mengering.

Wanita yang mengalami istihadhah ini dihukumi sama seperti wanita suci, sehingga
ia tetap harus shalat, puasa, dan boleh berhubungan intim dengan suami.

Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha :

  ‫ال‬ َ َ‫صالَةَ؟ فَق‬َّ ‫ع ال‬ ْ َ‫ت يا َ َرسُوْ ُل هللاِ اِنِّى ا ْم َراَةٌ اُ ْست ََحاضُ فَالَ ا‬
ُ ‫ اَفَا َ َد‬،ُ‫طهُر‬ ْ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوقَل‬َ ‫ش اِلَى النَّبِ ُّي‬ ٍ ‫ت اَبِى ُحبَ ْي‬ ُ ‫َجا َءتَ فا َ ِط َمةُ بِ ْن‬
‫َب قَ ْد ُرهَا فا َ ْغ ِسلِى‬
َ ‫ فَا ِ َذا َذه‬،َ‫صالَة‬ َّ ‫ْضةُ فَا ْت ُر ِكى ال‬ ْ
َ ‫ت ال َحي‬ ِ َ‫ض ِة فَا ِ َذااَ ْقبَل‬ ْ َ ‫ق َولَي‬
َ ‫ْس بِال َح ْي‬ ٌ ْ‫ك ِعر‬ َ ِ‫ اِنَّ َما َذل‬،َ‫ ال‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫يا َ َرسُوْ ُل هللا‬
ِّ
‫صلى‬ َّ
َ ‫ك الد َم َو‬ ْ
ِ ‫َعن‬

Fatimah binti Abi Hubaisy telah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
lalu berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku adalah seorang wania yang mengalami
istihadhah, sehingga aku tidak bisa suci. Haruskah aku meninggalkan shalat?” Maka jawab
Rasulullah SAW: “Tidak, sesungguhnya itu (berasal dari) sebuah otot, dan bukan haid.
Jadi, apabila haid itu datang, maka tinggalkanlah shalat. Lalu apabila ukuran waktunya
telah habis, maka cucilah darah dari tubuhmu lalu shalatlah.”

Daftar Pustaka

Debra Sullivan, PhD, MSN, RN, CNE, COI, Menometrorrhagia


(https://www.healthline.com/health/womens-health/menometrorrhagia ), 24 August
2017.

Flores. B. et al. (2017). Hemostasis, bleeding and thrombosis in liver disease.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6136435

NCBI, Menometrorrhagia (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24855791 ).


William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR, Menometrorrhagia
Pollak, E. S. (2022). von Willebrand Disease
William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR, Menometrorrhagia
(https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=4351 ).
Zaiden, R. A. (2022). Hemofilia B (Factor IX Deficiency). Journal Medscape
http://www.albayyinah.sch.id/pengertian-haid-nifas-dan-istihadhah/ dikses pada 06 Februari
2023
PR 6
Cara membedakan diare karena virus dan bukan karena virus ?

Bakteri

E.coli Detail

Keterangan Ada ratusan jenis, atau galur, bakteri E. coli (Escherichia coli)
yang berbeda. Sebagian besar tidak berbahaya dan hidup di
usus orang dan hewan yang sehat. Tetapi beberapa galur E.
coli menghasilkan toksin kuat yang dapat menyebabkan infeksi
parah.
CDC mengakui E. coli sebagai penyakit bawaan makanan. Ini
berarti menyebar dengan mengkonsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Infeksi sering menyebabkan
diare berdarah, kram perut, muntah, dan demam.

Penularan Sebagian besar penyakit E. coli dikaitkan dengan makan


daging giling yang kurang matang dan terkontaminasi. Bakteri
E. coli hidup di usus sapi sehat. Jumlah organisme yang
diperlukan untuk menyebabkan penyakit tidak diketahui. Tapi
diperkirakan sangat kecil. Daging menjadi terkontaminasi
selama penyembelihan. Organisme dapat dicampur ke dalam
daging sapi saat digiling. Daging sapi yang terkontaminasi
terlihat dan berbau normal. Cara lain untuk menularkan E. coli
adalah:
 Kontak orang-ke-orang dalam keluarga dan di
penitipan anak dan pusat penitipan institusional lainnya
 Bakteri hadir pada ambing sapi, atau pada peralatan,
masuk ke dalam susu mentah
 Infeksi setelah berenang atau minum air yang
terkontaminasi limbah
 Minum jus yang tidak dipasteurisasi, seperti sari apel
Bakteri dalam kotoran diare orang yang terinfeksi dapat
berpindah dari satu orang ke orang lain jika kebersihan atau
kebiasaan mencuci tangan tidak baik. Hal ini sangat mungkin
terjadi pada balita yang tidak terlatih menggunakan
toilet. Anggota keluarga dan teman bermain anak-anak ini
berisiko tinggi tertular. Anak-anak kecil sering mengeluarkan
organisme dalam tinja mereka selama satu atau dua minggu
setelah penyakit mereka hilang.

Pencegaha CDC merekomendasikan langkah-langkah ini untuk mencegah


n infeksi:
 Masak semua daging giling atau hamburger secara
menyeluruh. Pastikan seluruh daging yang dimasak
berwarna abu-abu atau cokelat (bukan merah muda),
semua sarinya bening, dan bagian dalamnya panas.
 Gunakan termometer daging baca instan digital. Suhu
daging harus mencapai minimal 160°F.
 Jika Anda disajikan hamburger yang kurang matang di
restoran, kirimkan kembali.
 Minum hanya susu pasteurisasi dan produk
susu. Jangan minum susu mentah.
 Minum hanya jus dan ciders yang dipasteurisasi.
 Pastikan orang yang terinfeksi, terutama anak-anak,
mencuci tangan dengan baik dan sering menggunakan
sabun untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi.
 Minumlah air kota yang telah diolah dengan kadar
klorin yang memadai, atau desinfektan efektif lainnya.
 Cobalah untuk tidak menelan air danau atau kolam saat
berenang.
 Cuci tangan dengan baik setelah menggunakan toilet.
 Orang dengan diare tidak boleh:
o Berenang di kolam atau danau umum
o Mandi bersama orang lain
o Siapkan makanan untuk orang lain

Salmonella Detail

Keterangan Salmonella adalah bakteri yang menginfeksi usus. Ini menyebabkan diare, demam,
dan kram perut 12 hingga 72 jam setelah infeksi. Lebih dari 1 juta kasus infeksi
salmonella terjadi di AS setiap tahun. Penyakit ini sering berlangsung 4 sampai 7
hari. Kebanyakan orang menjadi lebih baik tanpa pengobatan.
Tetapi pada beberapa orang, diare bisa sangat parah sehingga mereka harus dirawat
di rumah sakit. Pada orang-orang ini, infeksi salmonella dapat menyebar dari usus
ke aliran darah dan kemudian ke bagian tubuh lainnya. Ini dapat menyebabkan
kematian kecuali jika orang tersebut segera diobati dengan antibiotik. Bayi dan
mereka yang sistem kekebalannya lemah lebih cenderung mengalami penyakit
parah.

Penularan Salmonella dapat disebarkan oleh:


 Makan makanan mentah yang terkontaminasi kotoran hewan. Makanan
yang terkontaminasi seringkali terlihat dan berbau normal. Mereka sering
berasal dari hewan, seperti daging sapi, unggas, susu, atau telur. Tapi semua
makanan, seperti beberapa buah dan sayuran yang tidak dicuci dan selai
kacang, bisa terkontaminasi. Banyak makanan mentah yang berasal dari
hewan sering tercemar. Tapi memasak secara menyeluruh membunuh
salmonella.
 Penanganan reptil. Reptil seperti iguana dan kura-kura sangat mungkin
memiliki Salmonella. Orang harus selalu mencuci tangan segera setelah
memegang reptil, meskipun reptil itu sehat. Orang dewasa juga harus
berhati-hati agar anak-anak mencuci tangan setelah memegang reptil.
Pencegaha Jangan makan telur, unggas, atau daging mentah atau setengah matang. Ingatlah
n bahwa beberapa saus dan makanan penutup menggunakan telur mentah untuk
membuatnya. Jadi berhati-hatilah dengan ini, terutama di negara asing. Ikuti juga
tips berikut dari CDC:
 Pastikan unggas dan daging, termasuk hamburger, dimasak dengan
baik. Mereka seharusnya tidak berwarna merah muda di tengah.
 Jangan minum atau makan susu mentah atau tidak dipasteurisasi atau
produk susu lainnya.
 Cuci bersih produk sebelum memakannya.
 Jangan mencemari makanan. Daging mentah harus dipisahkan dari produk,
makanan matang, dan makanan siap saji.
 Semua peralatan, talenan, dan counter harus dicuci bersih setelah menangani
makanan mentah.
 Cuci tangan dengan baik sebelum memegang makanan dan di antara
memegang makanan yang berbeda.
 Cuci tangan dengan baik setelah kontak dengan kotoran.
 Cuci tangan dengan baik setelah memegang reptil apa pun. Reptil sangat
mungkin memiliki Salmonella.

Virus

Rotavirus Detail

Keterangan Rotavirus adalah penyebab paling umum dari diare parah pada anak-anak. Ini
mengakibatkan kematian lebih dari 500.000 anak setiap tahun di seluruh dunia.
Di AS, penyakit ini paling sering terjadi pada musim dingin. Epidemi tahunan
terjadi dari Desember hingga Juni. Tingkat penyakit tertinggi terjadi pada bayi dan
anak kecil. Sebagian besar anak di AS terinfeksi pada usia 5 tahun. Orang dewasa
juga dapat terinfeksi. Namun penyakitnya cenderung ringan.
Masa inkubasi penyakit rotavirus adalah sekitar 2 hari. Penyakit ini menyebabkan
muntah dan diare cair selama 3 sampai 8 hari. Demam dan sakit perut sering
terjadi. Kekebalan setelah infeksi tidak lengkap. Tetapi infeksi berulang cenderung
tidak separah infeksi awal.

Penularan Rotavirus dapat menyebar:


 Melalui menelan secara tidak sengaja, virus diambil dari permukaan yang
terkontaminasi tinja dari orang yang terinfeksi, seperti mainan,
perlengkapan kamar mandi, meja ganti, dan ember popok.
 Melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi, atau air yang
terkontaminasi, seperti jenis air yang ditemukan di kolam renang umum.

Pencegaha Dua vaksin rotavirus saat ini digunakan pada bayi di AS Kedua vaksin diberikan
n melalui mulut, bukan dengan suntikan. Bicarakan dengan penyedia layanan
kesehatan anak Anda tentang suntikan mana yang terbaik untuk bayi Anda.
Mencuci tangan adalah cara yang sangat penting untuk mencegah penyebaran
rotavirus. Mencuci tangan dengan hati-hati dan sering dapat mencegah penyebaran
infeksi ke orang lain.
CDC merekomendasikan:
 Orang dewasa harus mencuci tangan setelah menggunakan toilet, setelah
membantu anak menggunakan toilet, setelah mengganti popok anak, dan
sebelum menyiapkan, menyajikan, atau makan makanan.
 Mintalah anak-anak mencuci tangan setelah menggunakan toilet, setelah
mengganti popok (orang dewasa harus mencuci tangan bayi atau anak
kecil), dan sebelum makan camilan atau makanan.
 Mainan, kamar mandi, dan permukaan penyiapan makanan sering
didesinfeksi, terutama jika ada anak yang sakit di rumah.
 Gunakan popok dengan penutup luar tahan air yang dapat menampung feses
atau urin cair, atau gunakan celana plastik.
 Mintalah anak-anak mengenakan pakaian di atas popok.

Parasit

Giardia Detail

Keterangan Selama 15 tahun terakhir, Giardia lamblia telah menjadi salah satu penyakit yang
ditularkan melalui air paling umum pada manusia di AS. Giardia adalah parasit
kecil yang hidup di usus manusia dan hewan. Parasit dilewatkan dalam gerakan
usus orang atau hewan yang terinfeksi. Itu ditemukan di setiap bagian AS dan di
seluruh dunia.
Anak-anak usia popok yang pergi ke pusat penitipan anak, pelancong internasional,
pejalan kaki, berkemah, dan lainnya yang minum air yang tidak diolah dari sumber
yang terkontaminasi, paling berisiko terinfeksi Giardia. Beberapa wabah infeksi di
seluruh komunitas telah dikaitkan dengan minum air kota yang tercemar Giardia.

Penularan Orang menjadi terinfeksi setelah secara tidak sengaja menelan parasit. Giardia
dapat ditemukan di tanah, makanan, air, atau di permukaan.
Beberapa cara orang bisa mendapatkan Giardia adalah:
 Makan makanan mentah yang terkontaminasi dengan Giardia
 Menelan air dari kolam renang, danau, sungai, mata air, kolam, atau sungai
yang terkontaminasi dengan kotoran atau kotoran dari manusia atau hewan
 Secara tidak sengaja menelan parasit yang diambil dari permukaan yang
terkontaminasi tinja dari orang yang terinfeksi, seperti mainan,
perlengkapan kamar mandi, meja ganti, dan ember popok

Pencegaha CDC merekomendasikan:


n  Mencuci tangan dengan sabun dan air setelah menggunakan toilet,
mengganti popok, dan sebelum menangani makanan
 Cuci dan kupas semua sayuran dan buah mentah sebelum dimakan
 Tidak minum air dari danau, sungai, mata air, kolam, atau sungai kecuali
telah disaring dan diolah secara kimia
 Merebus air minum selama 1 menit untuk membunuh parasit Giardia. Ini
akan memastikan air minum yang aman selama wabah di seluruh
masyarakat yang disebabkan oleh air minum yang terkontaminasi
 Tidak minum air keran yang belum direbus dan tidak makan makanan
mentah yang dicuci dengan air keran yang belum direbus saat berkemah
atau bepergian ke negara-negara di mana pasokan air mungkin tidak
aman. Minuman berkarbonasi dalam botol atau kaleng, seltzer, minuman
buah yang dipasteurisasi, serta kopi dan teh panas yang mengepul aman
untuk diminum.
Jika anak Anda menderita Giardia, jangan berenang di kolam renang selama 2
minggu setelah diare atau buang air besar hilang. Giardia cukup tahan klorin. Itu
ditularkan melalui tinja orang yang terinfeksi selama beberapa minggu setelah
mereka tidak lagi memiliki gejala.
 

Cryptosporidium Detail

Keterangan Cryptosporidium (crypto) adalah parasit kecil yang dapat hidup di usus
manusia dan hewan. Parasit dilindungi oleh kulit terluar yang
memungkinkannya bertahan hidup di luar tubuh untuk jangka waktu yang
lama. Ini sangat tahan terhadap desinfeksi klorin.

Penularan Cryptosporidium dapat disebarkan oleh:


 Secara tidak sengaja menelan apapun yang bersentuhan dengan tinja
seseorang atau hewan
 Menelan air yang terkontaminasi dari kolam renang, kolam air panas,
danau, sungai, mata air, kolam, atau sungai yang terkontaminasi
dengan limbah atau kotoran dari manusia atau hewan
 Makan makanan mentah yang terkontaminasi
 Mengambil crypto dari permukaan yang terkontaminasi tinja dari
orang yang terinfeksi seperti mainan, perlengkapan kamar mandi,
meja ganti, dan ember popok

Pencegahan CDC merekomendasikan:


 Mencuci tangan dengan sabun dan air setelah menggunakan toilet,
mengganti popok, dan sebelum makan atau membantu menyiapkan
makanan
 Jauhi air atau makanan yang mungkin terkontaminasi
 Mencuci dan/atau mengupas semua sayuran dan buah mentah sebelum
memberikannya kepada anak Anda untuk dimakan
 Tidak minum air dari danau, sungai, mata air, kolam, atau sungai
kecuali telah disaring dan diolah secara kimia
 Rebus air minum selama 1 menit untuk membunuh parasit. Ini akan
memastikan air minum yang aman selama wabah di seluruh
masyarakat yang disebabkan oleh air minum yang terkontaminasi.
 Tidak minum air keran yang belum direbus dan tidak makan makanan
mentah yang dicuci dengan air keran yang belum direbus saat
berkemah atau bepergian ke negara-negara di mana persediaan air
mungkin tidak aman
 Tidak berenang di kolam jika anak Anda terkena crypto dan
setidaknya 2 minggu setelah diare berhenti. Kripto dapat dikeluarkan
melalui tinja dan mencemari air selama beberapa minggu setelah anak
Anda tidak lagi menunjukkan gejala. Ini telah menghasilkan beberapa
wabah crypto di antara pengguna kumpulan. Crypto dapat bertahan
hidup di kolam yang diklorinasi selama beberapa hari.
Daftar Pustaka
1. CDC. Rotavirus. https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/rota.html. Diakses
pada 10 februari 2023
2. CDC.The Management of Acute Diarrhea in children: Oral
Rehydration,Maintenance, And Nutritional Therapy. MMWR Recommendations
and Report. https://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00018677.htm)
3. Junaid, et al. Incidence of Rotavirus Infection In Children With Gastroenteriris
attending Jos University Teaching Hospital, Nigeria. Virologi journal.2011.8:233
4. Padmawati et al. BMC Public Healt (2019) 19:368
https://doi.org/10.1186/s12889-019-6706-4)
5. URMC. Encylopedia : Viruses,Bacteria, And Parasites in the Digestive Tract
https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?
ContentTypeID=90&ContentID=P02019 diakses pada 10 februari
1. Cara membedakan racoon eyes dengan periobital hematom?
Ekimosis periorbital atau mata rakun dihasilkan oleh pelacakan darah ke jaringan periorbital,
menyebabkan perubahan warna biru atau ungu pada kelopak mata atas dan bawah, yang
merupakan gejala yang sering terjadi setelah cedera traumatis pada kepala dan leher, termasuk
patah tulang tengkorak basal, cedera jaringan lunak, cembung. fraktur, dan fraktur wajah, yang
terjadi karena memar dan peregangan kapiler. Juga, beberapa penelitian melaporkan ekimosis
periorbital bilateral sebagai gejala yang jarang pada sejumlah penyakit sistematik, seperti
amiloidosis primer dan migrain. Koagulopati dan infiltrasi vaskular fibril amiloid pada pembuluh
darah periorbital pada pasien dengan amiloidosis dapat menyebabkan ekimosis periorbital bilateral
dengan trauma minimal, seperti bersin, batuk, atau menggosok. Secara umum, kondisi yang diduga
menyebabkan ekimosis periorbital meliputi gangguan peningkatan tekanan vena, menyebabkan
kapiler rapuh, atau gangguan koagulasi. Ekimosis juga diamati pada beberapa keganasan, termasuk
neuroblastoma dan multiple myeloma. Beberapa kasus ekimosis periorbital telah dilaporkan terjadi
setelah prosedur dan intervensi seperti operasi telinga, cedera bola mata, operasi hidung, operasi
sinus, dan tekanan saluran napas positif terus menerus.

Sumber:
Nasiri, J. and Zamani, F., 2017. Periorbital ecchymosis (raccoon eye) and orbital hematoma
following endoscopic retrograde Cholangiopancreatography. Case Reports in
Gastroenterology, 11(1), pp.134-141.
PR 22/02/2023
Jawaban

1. Apa perbedaan aorta dengan kelenjar getah bening dipemeriksaan foto torak?

Aorta. Dinilai apakah melebar atau terdapat kalsifikasi (radiopaque). Jarak antara puncak arkus
aorta dengan ujung medial klavikula kurang dari 1 cm. Lebar arkus aorta normalnya 4 cm, diukur
dari tepi kanan aorta ascendens ke tepi kiri aorta descendens. Bila lebih dari 4 cm, berarti terjadi
elongasio aorta.
Hilus. Bayangan hilus normal adalah bayangan pembuluh darah. Bayangan kelenjar hilus dalam
keadaan normal tidak tampak, kecuali jika terdapat pembesaran. Bayangan hilus berbentuk V
terbaring dan sudutnya mengarah ke medial. Kaki atas merupakan bayangan vena lobus atas yang
melintasi hilus menuju atrium kiri, sedangkan kaki bawah sebagai bayangan cabang arteri
pulmonalis yang menuju ke lobus bawah. Bagian tengah hilus kanan merupakan titik sudut V yang
terletak setinggi fisura horizontal pada costa ke-6 di linea aksilaris. Bagian tengah hilus sebelah kiri
terletak 1-1,5 cm lebih tinggi dibandingkan hilus kanan.

2. Apa definisi bronkopneumoni A tipikal?

Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak
dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik standar pneumonia umumnya (pengecatan gram,
biakan darah, pemeriksaan sputum) dan tidak menunjukkan respon terhadap antibiotik golongan
b-laktam.
Mikroorganisme patogen penyebab pneumonia atipikal pada umumnya adalah Mycoplasma
pneumoniae (M. pneumoniae), Chlamydia pneumoniae (C. pneumoniae) dan Legionella
pneumophila (L. pneumophila)

3. Asidosis pneumoni seringnya terjadi karena asidosis apa ? Sebutkan tipenya!

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam
darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan
kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar
karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi
lebih cepat dan lebih dalam. Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi
paru-paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.

4. Ronki basah halus bahasa Inggrisnya?


Ronki basah (Crackles)

5. Apa peran bronkodilator inhalasi dan kortikosteroid inhalasi untuk pasien bronkopneumoni ?

Terapi inhalasi merupakan pemberian obat secara langsung ke sistem respirasi (saluran respiratori dan paru)
melalui hirupan dengan menggunakan alat tertentu. Pada awalnya prinsip dasar kerja alat yang
digunakan untuk terapi inhalasi adalah mengubah obat dalam bentuk cair menjadi bentuk aerosol.

A. Bronkodilator inhalasi
obat yang memiliki mekanisme kerja dengan merelaksasi otot pernafasan dan melebarkan jalan nafas
(bronkus).

B. Kortikosteroid inhalasi
inhalasi berfungsi untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi, sehingga dapat memperbaiki fungsi
paru, dan mengurangi serangan akut.
Kortikosteroid tidak boleh diberikan dengan nebuliser ultrasonik karena nebuliser ultrasonik tidak bisa
memecah molekul kortikosteroid

Bronkeolitis
Patologi utama pada bronkiolitis adalah edema dan hipersekresi mukus, yang menimbulkan
penyempitan saluran respiratori, dengan gejala klinis mengi. Berdasarkan hal tersebut, pemberian
obat melalui inhalasi merupakan pilihan yang rasional untuk mengatasi gejala tersebut.
- Nebulisasi dengan bronkodilator
Bukti ilmiah tentang efektifitas pemberian bronkodilator inhalasi pada anak dengan
bronkiolitis masih belum konklusif.9 Beberapapenelitian melaporkan bahwa bronkodilator efektif
dan aman, mengurangi lama rawat, dan mengurangi risiko rawat inap ulang. Terdapat dua
penelitian yang mendapatkan efek jangka pendek pemberian bronkodilator seperti mengurangi
lama rawat dan readmisi. Penelitian lain menunjukkan tidak ada perbedaan perbaikan klinis pada
anak dengan bronkiolitis ringan, baik yang mendapatkan nebulisasi salbutamol, epinefrin, NaCl
3%, atau NaCl 0.9%.10
- Nebulisasi dengan kortikosteroid
Penambahan kortikosteroid inhalasi tidak lebih unggul dari kortikosteroid sistemik
terhadap perbaikan klinis pada bayi dengan bronkiolitis. Penelitian lain menyebutkan bahwa
kortikosteroid inhalasi pada keadaan akut juga memberi manfaat terutama dalam mencegah
berlanjutnya mengi pasca bronkiolitis.11 Penelitian lain melaporkan bahwa kombinasi
kortikosteroid dengan bronkodilator dapat mengurangi lama rawat.

6. Membedakan bronkopneumoni A dengan bronkeolitis

Bronkopneumoni Bronkeolitis

1. Definisi Definisi:
radang dari saluran pernapasan peradangan pada bronkiolus yang
yang terjadi pada bronkus sampai ditandai oleh sesak napas, mengi,
dengan alveolus paru. dan hiperinflasi paru. Penyakit
Bronkhopneumonia merupakan bronkiolitis akut merupakan infeksi
salah satu bagian dari penyakit respi- ratorik akut bagian bawah
Pneumonia. (IRA-B) yang sering pada bayi.
Bronchopneumonia (penumonia
lobaris) adalah suatu infeksi
saluran pernafasan akut bagian
bawah dari parenkim paru yang
melibatkan bronkus/bronkiolus
yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy
distribution) yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur, dan
benda asing.
Disebabkan: Disebabkan
- bakteri streptokokus - virus:
pneumonia Adenovirus, virus Influenza, virus
- Hemofilus influenza yang Parainfluenza, Rhinovirus, dan
sering ditemukan pada dua mikoplasma.
pertiga dari hasil isolasi.
-Bakteri:
belum ada bukti kuat bahwa
bronkiolitis disebabkan oleh bakteri
Gejala-gejala klinis tersebut Tanda klinis:
antara lain: Episode pertama wheezing
a. Adanya retraksi epigastrik,
interkostal, suprasternal
b. Adanya pernapasan yang cepat
dan pernapasan cuping hidung
c. Biasanya didahului infeksi
traktus respiratorius bagian atas
selama beberapa hari
d. Demam, dispneu, kadang
disertai muntah dan diare
e. Batuk biasanya tidak pada
permulaan penyakit, mungkin
terdapat batuk, beberapa hari
yang mula-mula kering kemudian
menjadi produktif
f. Pada auskultasi ditemukan
ronkhi basah halus nyaring
Serologi:
Inflasi RSV
Usia: Usia:
Sering dijumpai pada anak kecil 95% terjadi pada anak usia <2
dan bayi. anak ≤5 tahun tahun

Diagnosis bronkhopneumonia Diagnosis:


ditegakkan berdasarkan pedoman - Gejala awal gejala infeksi
diagnosis klinis respiratori- atas akibat virus,
bronkhopneumonia WHO, seperti pilek ringan, batuk, dan
dimana gejala yang muncul pada demam.
pasien ini adalah - Satu hingga dua hari kemudian
- sesak nafas dengan nafas timbul batuk yang disertai
cuping hidung, dengan sesak napas.
- riwayat demam batuk pilek, - Selanjutnya dapat ditemukan
- sianosis, wheezing, sianosis, merintih
(grunting), napas berbunyi,
- dari auskultasi didapatkan
muntah setelah batuk, rewel,
suara nafas tambahan berupa
dan penurunan napsu makan.
ronkhi basah halus nyaring.
- Pemeriksaan fisis:
- takipnea, takikardi, dan
peningkatan suhu di atas 38,5
°C.
- Dapat ditemukan
konjungtivitis ringan dan
faringitis
- napas cuping hidung dan
retraksi interkostal.
- ronki dari pemeriksaan
auskultasi paru.
g. Pada pemeriksaan darah tepi Px. Darah rutin:
ditemukan adanya leukositosis - Kurang bermakna jumlah
dengan predominan PMN leukosit biasanya normal,
demikian pula dengan
elektrolit.

Analisis gas darah (AGD)


- diperlukan untuk anak dengan
sakit berat, khususnya yang
membutuhkan ventilator
mekanik.
h. Pada pemeriksaan rontgen Pada foto rontgen toraks:
thoraks ditemukan adanya infiltrat - didapatkan gambaran
interstitial dan infiltrat alveolar hiperinflasi
serta gambaran bronkopneumoni - infiltrat (patchy infiltrates)
*tetapi gambaran ini tidak
spesifik dan dapat ditemukan
pada asma, pneumonia viral
atau atipikal, dan aspirasi.

Dapat pula ditemukan gambaran


atelektasis, terutama pada saat
konvalesens akibat sekret pekat
bercampur sel-sel mati yang
menyumbat, air trapping, diafragma
datar, dan peningkatan diameter
antero-posterior.

Daftar pustaka
1. Samuel, A. (2014). Bronkopneumonia on pediatric patient. Journal Agromed Unila, 1(2), 185-189.
2. Subanada, I. B., Setyanto, D. B., & Supriyatno, B. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
bronkiolitis akut. Sari Pediatri, 10(6), 392-6.
3. Wijaya, S. (2014). Pedoman diagnosis bronkiolitis akut. JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kedokteran Indonesia, 2(2), 104-110.
4. Kartasasmita, C. B., Phd, S. A. K., Nataprawira, D. D. H. M. D., & Mkes, S. A. K. Terapi Inhalasi
pada Anak.

PR tanggal 28/02/2023
1. Apa isi vaksin dari
 DTP
Difteri
Vaksin yang mengandung toksoid difteri adalah salah satu vaksin tertua yang digunakan
saat ini, yaitu digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1914 didasarkan pada campuran
toksin dan antitoksin. Pada tahun 1923, vaksin toksoid difteri dikembangkan menjadi
detoksifikasi formaldehida toksin difteri. 
intramuskular

Tetanus
Vaksin TT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.
intramuskular

Pertusis
Vaksin pertusis terdiri dari dua jenis, yaitu vaksin whole cell (wP) dan vaksin aselular (aP).
Vaksin whole cell merupakan vaksin yang dibuat dari B. pertussis yang dibunuh baik
dengan pemanasan atau dengan pemberian formalin.
Pada sisi lain, vaksin aseluler merupakan vaksin yang dibuat dari satu antigen atau lebih
yang telah dipurifikasi. Saat ini, vaksin aseluler ini lebih banyak digunakan; vaksin wP
diasosiasikan dengan reaktogenitas yang lebih berat.
 CAMPAK
Formulasi vaksin campak yang tersedia di Indonesia saat ini adalah bentuk vaksin
kombinasi measles-rubella (MR) dan measles-mumps-rubella (MMR). Vaksin MR termasuk ke
dalam program vaksinasi yang disubsidi pemerintah.

Vaksin campak adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan, merupakan vaksin beku kering
berwarna kekuningan pada vial gelas, yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut vaksin campak
kering produksi PT Bio Farma yang telah disediakan secara terpisah. Vaksin campak ini berupa
serbuk injeksi.

Bentuk Sediaan
Vaksin campak tersedia dalam bentuk serbuk dan pelarut dalam satu kemasan. Pelarut yang ada
biasanya tidak mengandung pengawet karena dapat menginaktivasi virus dan bersifat steril.

secara subkutan atau di bawah permukaan kulit

 POLIO
Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio
vaccine (IPV). OPV mengandung virus polio hidup yang dilemahkan, sedangkan IPV
menggunakan virus yang sudah tidak aktif. Di Indonesia jenis OPV yang digunakan adalah
jenis bOPV, yaitu jenis vaksin polio oral bivalen.
IPV melalui suntikan ke otot (intramuskular/IM) atau di bawah kulit (subkutan/SC).
Polio Oral = virus hidup
IV = virus mati
Daftar Pustaka
1. Shaun A Truelove, Lindsay T Keegan, William J Moss, Lelia H Chaisson, Emilie
Macher, Andrew S Azman, Justin Lessler, Clinical and Epidemiological Aspects of
Diphtheria:A Systematic Review and Pooled Analysis, Clinical Infectious Diseases, ,
ciz808, https://doi.org/10.1093/cid/ciz808
2. Liang JL, Tiwari T, Moro P, Messonnier NE, Reingold A, Sawyer M, et al. Prevention of
Pertussis, Tetanus, and Diphtheria with Vaccines in the United States: Recommendations
of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Recomm Rep.
2018 Apr 27. 67 (2):1-44.
3. MIMS Indonesia. Vaksin DTP. 2018.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/vaccine%2c%20dtp/?
type=brief&mtype=generic
PR tanggal 03/02.2022

1. Table hipertensi
2. Bagaimana patofisiologi takikardi pada anak anemia

3. Pengertian dari stroke volume dan bagaimana hubungan dengan anak anemia
Stroke volume (isi sekuncup) adalah volume atau jumlah darah yang di pompa oleh
jantung pada setiap denyutannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah darah
yang dapat di pompa keluar oleh jantung, yaitu :
a. Besarnya ventrikel (bilik jantung) itu sendiri. Dengan melakukan latihan Ventrikel
dapat bertambah besar.
b. Kekuatan dari jantung waktu memompa. Hal ini tergantung dari kekuatan otot
jantung, dan kekuatan ini dapat bertambah dengan adanya latihan.
c. Jumlah darah yang dikembalikan ke jantung. Latihan olahraga yang berjalan secara
ritmik, dan menekan pembuluh darah balik (vena) pada otot-otot kaki, dapat
mengembalikan jumlah darah yang cukup banyak dan membantu menaikkan stroke
volume.
Ada empat mekanisme yang bekerja pada pasien anemia yang dapat meningkatkan suplai
oksigen ke jaringan ketika kapasitas pembawa oksigen darah berkurang. Dalam kondisi
istirahat, kecepatan aliran yang cepat dan takikardia dengan peningkatan volume menit
dari curah jantung merupakan respon pertama terhadap anemia. Saat kompensasi
berkembang, takikardia dan peningkatan kecepatan aliran sebagian besar digantikan oleh
pirau darah selektif dan penghilangan persentase oksigen yang meningkat di kapiler
jaringan dari setiap gram hemoglobin yang bersirkulasi.

4. Berapa sensitivitas pada SGPT dan SGOT pada kerusakan hepar ?


SGPT merupakan suatu enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif dalam
mendiagnosa kerusakan hepatoseluler. Kadar ALT serum dapat lebih tinggi sebelum
ikretik terjadi. Pada ikretik dan ALT serum>300 unit, penyebab yang paling mungkin
karena gangguan hepar dan tidak gangguan hemolitik. ALT adalah tes yang lebih spesifik
untuk kerusakan hati dibanding ASAT. ALT enzim yang dibuat dalam sel hati
(hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain.
Peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis peradangan
hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT. Peradangan pada hati dapat disebabkan
oleh hepatitis virus, beberapa obat, penggunaan alkohol, dan penyakit pada saluran cairan
empedu (Adji, 2009)
SGOT atau Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, merupakan enzim yang biasanya
ditemukan pada hati (liver), jantung, otot, ginjal, hingga otak.
SGOT tidak berada di dalam organ hati saja, jadi ketika kadar enzim ini meningkat,
bukan berarti masalahnya terdapat pada hati. Namun, bila dalam tes darah diketahui
SGOT meningkat dan tidak normal, kemungkinan besar\ mengalami gangguan fungsi
hati.
5. Perbedaan cholelithiasis, cholesistitis, dan cholestasis ?
cholelithiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat bentukan batu empedu pada kandung
empedu. Adapun batu empedu juga bisa terjadi di dalam saluran empedu, sebagian besar
batu empedu berasal dari endapan kolesterol yang mengeras menjadi bentukan batu. 
Kolesistitis adalah peradangan di kantong empedu akibat terperangkapnya cairan empedu di
dalam kantung empedu
Kolestasis adalah kegagalan aliran cairan empedu masuk ke dalam usus halus dalam
jumlah yang normal. Secara klinis, kolestasis dapat didefinisikan sebagai akumulasi zat-
zat yang diekskresi ke dalam empedu seperti bilirubin, asam empedu dan kolesterol di
dalam darah dan jaringan tubuh.
6. Apa fungsi dari asam ursode pada cholestasis ?
Asam ursodeoksikolat adalah derivat asam empedu yang bekerja dengan cara untuk
menurunkan jumlah kolesterol yang diproduksi oleh hati dan diserap oleh saluran
pencernaan.
Asam Ursodeoksikolate (Ursodeoxycholic acid : UDCA) adalah asam dihidroksi
hidrofilik, yang dilaporkan berguna untuk meningkatkan aliran empedu.
Asam ursodeoksikolik bisa menurunkan bilirubin serum 25%, alanin aminotransferase
(ALT/SGPT) 35%, aspartat aminotransferase (AST/SGOT) 33%, alkalin phospatase 40%,
dan gamma glutamil transpeptidase(GGT) 50%. Selain meningkatkan aliran empedu,
UDCA juga mampu mencegah apoptosis hepatosit, merubah komponen asam empedu,
dan mempunyai efek imunomodulator
Daftar Pustaka
Ahern, D., & Dixon, E. (2015). Pediatric hypertension: A growing problem. Primary Care
- Clinics in Office Practice, 42(1), 143– 150. https://doi.org/10.1016/j.pop.2014.09.003 
Appel, L. J., Lichtenstein, A. H., Callahan, E. A., Sinaiko, A., Van Horn, L., & Whitsel,
L. (2015). Reducing Sodium Intake in Children: A Public Health Investment. Journal of
Clinical Hypertension, 17(9), 657–662. https://doi.org/10.1111/jch.12615 
Dong, Y., Song, Y., Zou, Z., Ma, J., Dong, B., & Prochaska, J. J. (2019). Updates to
pediatric hypertension guidelines: influence on classification of high blood pressure in
children and adolescents. Journal of Hypertension, 37(2), 297–306.
https://doi.org/10.1097/HJH.0000000000001903 
Flynn, J. T., Ingelfinger, J. R., & Portman, R. J. (2013). Pediatric Hypertension: Third
edition. Pediatric Hypertension: Third Edition. https://doi.org/10.1007/978-1-62703-490-
6
Hasan HA,Balistneri W.Neonatal cholestasis.Dalam: Kliegman RM, Behrman
RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 18.
Philadelphia:SaundersElsevier,2007;p.1668-72
Hung S, Liao K, Lai S, Li C, Chen W. Risk Factors Associated with Symptomatic
Cholelithiasis in Taiwan : a Population-based Study. BMC Gastroenterol [Internet].
2011;11(1):111. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471- 230X/11/111.
Jones, M.B, Klugman, D., Fitzgerald, R.K. et all (2017). Pediatric Cardiac Intensive Care
Handbook; Washington DC; Pediatric Cardiac Intensive Care Books. 
Kaelber, D. C., Liu, W., Ross, M., Localio, A. R., Leon, J. B., Pace, W. D., … Fiks, A. G.
(2016). Diagnosis and medication treatment of pediatric hypertension: A retrospective
cohort study. Pediatrics, 138(6). https://doi.org/10.1542/peds.2016-2195 
Kim SB, Kim KH, Kim TN, Heo J, Jung MK Cho CM, et al. Sex Differences in
Prevalence and Risk Factors of Asymptomatic Cholelithiasis in Korean Health Screening
Examinee.2017:1–7.
Matossian, D. (2018). Pediatric hypertension. Pediatric Annals (Vol. 47).
https://doi.org/10.3928/19382359-20181119-01 
Park, M. K. (2014). Pediatric Cardiology Sixth Edition. Elsevier, (1), 1–5.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2 
Sekarwana, Rachmadi, H. (2011). KONSENSUS TATA LAKSANA HIPERTENSI
PADA ANAK.pdf. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Nefrologi, IDAI. 

Anda mungkin juga menyukai