Anda di halaman 1dari 120

Dr.

Muhamad Ibnu Sina

• Infeksi Tropis
• Endokrin Metabolik
• Gastro-enterohepatologi
Infeksi Tropis
Tipe-Tipe Demam
Continuous (Sustained)
• Kenaikan persisten suhu tubuh dengan fluktuasi maksimal 0,40C selama periode 24 jam
• Contoh : demam dengue, demam berdarah dengue

Remitten
• Demam dengan fluktuasi suhu tubuh yang lebar (>10C). Suhu tubuh turun setiap hari,
namun tidak mencapai suhu normal. Demam biasanya rendah di pagi hari dan tinggi
di malam hari
• Contoh : demam tifoid

Intermitten
• Demam dengan fluktuasi suhu tubuh. Suhu tubuh turun dan mencapai suhu
normal terutama pada pagi hari dan meningkat pada sore hari
• Contoh : malaria

Hectic (Septic)
• Demam remitten atau intermitten dengan perbedaan suhu yang besar antara
puncak
demam dan titik terendah demam
• IgM dengue positif mulai hari
ke-5 demam.
• Sedangkan NS1 dapat positif
sejak hari pertama demam,
kemudian menurun perlahan
sdh hari ke 9.

Sumber: CDC
Malaria

Ringan: Demam menggigil disertai keringat dingin, sakit


kepala, anemia, splenomegali, dan ada riwayat bepergian ke
daerah endemis. Pola demam dapat memperkirakan jenis
• Plasmodium: vivax/ovale tiap 48 jam (tertiana), malariae tiap 72 jam
(kuartana), dan
• falciparum sepanjang hari/tidak teratur.

Berat (hanya bisa disebabkan P.falciparum) : malaria


serebral, anemia berat, gangguan pernafasan dan gagal
ginjal
Ciri khas Plasmodium
P.falsiparum P.vivax P.ovale P.malariae
Malaria
Malaria Malaria
Penyakit falsiparum/tropika/ vivax/tersiana Malaria ovale malariae/kuartana
tersiana maligna
Vektor Anopheles sp.
Distribusi geografik Seluruh kepulauan Seluruh kepulauan Irian Jaya, Pulau Papua Barat, NTT,
di Indonesia di Indonesia di Indonesia Timor Sumatera Selatan
Hipnozoit - + + -
Daur eritrosit Tiap 48 jam Tiap 48 jam Tiap 48 jam Tiap 72 jam
Eritrosit yang Muda, normosit, Retikulosit, Retikulosit, Normosit
dihinggapi tua normosit normosit muda
Pembesaran - ++ + -
eritrosit
Titik-titik di eritrosit Maurer Schuffner Schuffner (James) Ziemann

Cincin, marginal, Bulat/oval (1/3 Band/pita,


Bentuk trofozoit Cincin (1/3 eritrosit) basket/keranjang,
intra eritrosit accole ( /6 eritrosit)
1 eritrosit)
rossete, bulat
Bentuk gametosit Pisang Bulat/lonjong Bulat Bulat
Pigmen warna Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli hitam
Tatalaksana malaria tanpa komplikasi
1st line 2nd line Dosis
Falciparum ACT + Primakuin Kina + Primakuin + • ACT (3 hari)
(Doksisiklin/ - BB >60kg: ACT
Tetrasiklin) 1x4tab
- anak: artesunat
Malariae ACT Kina + Primakuin + 1x2-4 mg/kg
(Doksisiklin/ • Klorokuin (3
hari)
Tetrasiklin) - (2x2, 2x2,
1x2)
Ovale Vivax ACT + Primakuin Kina + Primakuin • Kina (7 hari)
- RELAPS ACT + Primakuin - 3x
10mg/kgBB
double dose • Primakuin
- Vivax/ovale
Hamil trimester 1 Kina + Klindamisin 1x1
Hamil trimester 2- ACT (14 hari)
3 - Falciparum 1x3
(single dose)
• Klindamisin
20mg/KgBB/ hari,
dibagi 3 dosis selama
ACT: FDC ARTEMISININ-B ASED COMBINATION 7 hari
RAPY.
THE
Terapi mencegah rekurensi

Doksisiklin 1x100 mg sejak 1 minggu sebelum masuk sampai 1 bulan setelah kembali
• Kontraindikasi: ibu hamil dan usia < 8 tahun

Mefloquine 250 mg/mgg, 2 mgg sblm—1 bln stlh


• KI: gangguan jiwa, epilepsi, ggn saraf

Atovaquone/proguanil 1x1 tab, 1 hr sblm—1 mgg stlh


• KI: ibu hamil, menyusui bayi <5 kg, gagal ginjal berat

Chloroquine 300 mg/mgg, 1 mgg sblm—1 bln stlh


• Di Indonesia sudah resisten

Primaquine 1x30 mg, 1 hr sblm—1 mgg stlh


• Harus skrining defisiensi G6PD dulu
• KI: ibu hamil, defisiensi G6-PD, menyusui bayi yang belum diskrining G6PD
Thypoid
Gejala khas pada typhoid
• Stepwise fever pattern  pola demam dimana suhu akan turun di pagi
dan suhu semakin tinggi dari hari ke hari.
• Minggu pertama: gejala gastrointestinal (nyeri perut, konstipasi),
batuk, sakit kepala.
• Akhir minggu pertama: suhu masuk fase plateau (39-400C), muncul
rose spot (salmon-colored, blanching, truncal, maculopapules)
• Minggu kedua: gejala di atas meningkat, dapat ditemukan
splenomegali. Bradikardi relatif, dicrotic pulse (double beat, the second
beat weaker than the first)
• Minggu ketiga:takipnue, distensi perut, diare hijau-kuning (pea soup
diarrhea), dapat masuk thypoid state(apatis, confusion, psychosis),
dapat terjadi perforasi usus dan peritonitis
• Minggu keempat: jika individu tersebut bertahan, gejala akan membaik
Pemeriksaan Penunjang
Isolasi organisme
• 1st week: darah dan sumsum tulang
• 2nd week: feses
• 3rd week: urin
Widal
• Reaksi antara antibodi aglutinin serum penderita terhadap
antigen O (somatic) dan H (flagellar)
• Kenaikan titer O 1:320 atau kenaikan 4x support dx
• Sensitivitas 64-74%, spesifisitas 76-83%
TUBEX
• Deteksi IgM terhadap antigen O9 (spesifik Salmonella
serogroup D)
• Sens 100%/spec 100% -- 78%/94% --91,2%/82,3%
• (+) = >4. >6 indikasi kuat
Pemberian Antibiotik pada Demam
Tifoid
• Sefalosporin generasi ketiga
– Seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc diberi
selama ½ jam IV sekali sehari, 3-5 hari.
• Fluorokuinolon
– Norfloksasin, 2 x 400 mg/hari selama 14 hari.
– Siprofloksasin, 2 x 500 mg/hari selama 6 hari (DOC
pada Dewasa)
– Ofloksasin, 2 x 400 mg/hari selama 7 hari.
– Pefloksasin, 400 mg/hari selama 7 hari
– Fleroksasin, 400 mg selama 7 hari.
• Kehamilan: Gunakan
amoxicillin/ampicillin/cefalosporin generasi 3
Pemberian Antibiotik pada Demam
Tifoid
• Kloramfenikol (DOC pada Anak)
– KI: hamil trimester 3 (Grey Baby Syndrome)
– Kloramfenikol 4x500 mg, PO atau IV, ~7 hari bebas
panas.
• Tiamfenikol
– komplikasi hematologi lebih rendah daripada
kloramfenikol
– Tiamfenikol 4 x 500mg
• Kotrimoksazol 2 x 2 tablet, selama 2
minggu.
• Ampisilin dan amoksisilin, kurang efektif dibanding
kloramfenikol, 50-150 mg/kgBB, selama 2 minggu.
Leptospirosis
• Leptospirosis adalah zoonosis yg
disebabkan L. Interrogans . Penyakit
ini harus dicurigai pada pasien yg
berkontak dgn air, tanah, atau lumpur
yg terkontaminasi urin binatang.
• Gejala klinis leptospirosis: demam,
menggigil, sakit kepala, mual,
muntah, nyeri abdomen, ikterus,
hepatomegali, anoreksia, fotofobia,
gagal ginjal.
• Tatalaksana : doksisiklin 2 x 100 mg.
Berat : injeksi penisilin G 1,5 juta
unit/6 jam IV.
KONFIRMASI DIAGNOSIS

Kultur
• Umumnya dilakukan setelah hari ke-4 gejala
• Lama, mahal
• Sampel
• Blood : Dapat ditemukan 10 hari pertama gejala. Optimal sebelum dilakukan pemberian
antibiotik
• Cerebrospinal Fluid : Minggu pertama gejala G. PENGOBATAN
• Urine : Diatas 7 hari gejala Leptospirosis ringan
MAT (microscopic agglutination test) Doksisiklin 2 x 100 mg
Ampisilin 4 x 500-750 mg
• Deteksi antileptospira antibodies Amoksisilin 4 x 500 mg
• (+) bila titer >1:200 (single) atau >1:100 (serial) Leptospirosis sedang/berat
• Terdeteksi setelah 1 minggu
Penisilin G 1,5 juta unit/ 6 jam
Rapid: latex agglutination test, IgM ELISA Ampisilin 1 gram/ 6 jam
Amoksisilin 1 gram/ 6 jam
• Terdeteksi dalam 3-5 hari sakit
Kemoprofilaksis
Doksisiklin 200 mg/ minggu
• 10% kasus leptospirodid
dapat berkembang
menjadi sangat berat,
disebut Weil's syndrome.
• Gejala: tidak ada batasan
jelas, tapi tanda utamanya
adalah masalah pada hati,
ginjal, dan pembuluh
darah. (jaundice,
penurunan urin, hipotensi,
ruam, anemia, sputum
berdarah, perdarahan
pada mata)
• Muncul 3-7 hari setelah
munculnya penyakit.
Infeksi Parasit dan Cacing

PROTOZO
A
Entamoeba histolytica

Cyst of Entamoeba histolytica, 5-


20
㎛ in size. Chromatoid bodies are
often present with thick rodlike
masses. The number of nuclei
is 1-4.

Metronidazole 3x500-
750 mg, 5-10 hari)
Amebiasis. Trophozoite of Entamoeba
histolytica +RBC
Giardia lamblia

Cyst of Giardia lamblia showing ellipsoidal


shape with 2 nuclei and curved axoneme
(Iodine stain, 1000x)

Steatorrhea (diare
berlemak berminyak)

Metronidazole 3x250 mg,


5 hari)
Trophozoite of Giardia lamblia showing pear-shaped
with 2 nuclei and 2 axoneme (I-H stain, 1000x).
B. Trophozoite of Giardia lamblia showing 2
nuclei, axoneme and flagella (Giemsa stain,
1000x).
Balantidium coli

Makro dan mikronukleus


Habitat: colon ascendens
Diare = watery, bloody, mucoid
Schistosoma /
Billharziasis
• Blood flukes
• “Triple S”:
– Schistosoma
– Spina
terminalis
– Serkaria
Fasciolopsis buski
• Intestinal flukes
• “Oper-Bus
jalur 12”:
– Operculu
m
– F. Buski
– B12
– Duodenu
m
– Metaserk
aria
Nematoda

• Prutitus ani • Telur bulat-oval • Ancylostoma


3 T: Trichuris dinding berlapis duodenale &
Tempayan • Keluar cacing Necator
• Bentuk
(bentuk) • Obstruktif americanus
• huruf “D” (Ileus)
“Turun” • Segmented
• Loeffler ovum
• (ingat (prolapsus syndrome
dubur) recti) • Anemia
(sesak nafas)
• Harada mori
Cestoda

Nana masak baso pake sasa bikin ngeces


• Hymenolepis Nana
• Babi  T. Solium
• Sapi  T. Saginata
• Cestoda
Cestoda: proglottid & scolex
Trematoda
• Praziquantel (10 mg/kg, dosis tunggal)
• Kecuali pada Fascioliasis, yaitu memakai Bithionol
Nematoda
Enterobius Pyrantel pamoate Mebendazole Albendazole
(10 mg/kg, maks 1 g, (500 mg, single dose) (400 mg, single dose)
single dose)

Trichuris Mebendazole Albendazole


(2x100 mg, 3 hari atau 600 (400 mg, single dose)
mg, single dose)

Ascaris Albendazole Mebendazole Pyrantel pamoate


(400 mg, single dose) (2x100 mg, 3 hari) (hamil)
(10 mg/kg, maks 1 g,
single dose)

Ancylostoma Albendazole Mebendazole Pyrantel pamoate


(400 mg, single dose) (2x100 mg, 3 hari) (10 mg/kg, maks 1 g,
single dose)

Cestoda
• Albendazole (2x400 mg, 8-30 hari): DOC for potentially fatal cestode
infections (cysticercosis—T solium)
• Praziquantel (10 mg/kg, dosis tunggal) : DOC for hymenolepiasis
Filariasis
• Agent: Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi, Brugia timori
• Vector: culex, anopheles, etc
• Acute (limfadenitis,
limfangitis, fever)
• Chronic (elephantiasis):
obstruction of lymphatic vessels by adult
worms
Wuchereria bancrofti

– Edema skrotum ▫ – Elephantiasis


Pemeriksaan & tatalaksana filariasis limfatik
Pemeriksaan penunjang:
 Deteksi mikrofilaria di darah
 Deteksi mikrofilaria di kiluria dan cairan hidrokel
 Antibodi filaria, eosinofilia
 Biopsi KGB
Pengobatan:
 Tirah baring, elevasi tungkai, kompres
 Antihelmintik (ivermectin, DEC, albendazole)
 Suportif
 Pengobatan massal dengan albendazole+ivermectin (untuk endemik
Onchocerca volvulus) atau albendazole+DEC (untuk nonendemik Onchocerca
volvulus) guna mencegah transmisi
 Bedah (untuk kasus hidrokel/elefantiasis skrotal)
 Diet rendah lemak dalam kasus kiluria
Panjang:lebar kepala sama
Wuchereria bancroftiiInti teratur
Tidak terdapat inti di ekor

Perbandingan panjang:lebar
kepala 2:1
Brugia malayi
Inti tidak teratur
Inti di ekor 2-5 buah

Perbandingan panjang:lebar
Brugia timori kepala 3:1
Inti tidak teratur
Inti di ekor 5-8 buah
ENDOKRIN DAN
METABOLIK
Sumber: Konsensus DM Indonesia 2011 (Perkeni)
Penyakit Tiroid: Klasifikasi
• Pembesaran tiroid semata • Hipertiroidisme
– Defisiensi yodium (struma difusa – Penyakit Graves
nontoksik/goiter endemik)
• Bisa berkembang menjadi struma nodular – Struma nodular nontoksik yang
nontoksik menjadi toksik
– Goiter sporadik (jarang) – Adenoma toksik
– Lain-lain (mis. tiroiditis
• Hipotiroidisme destruktif, hormon tiroid
– Defisiensi yodium yang lebih berat ekstratiroidal, tumor hipofisis)
– Tiroiditis Hashimoto, tiroiditis subakut
(awal hipertiroid namun berkembang
menjadi hipotiroid • Neoplasma
– Iatrogenik – Pada pemeriksaan dapat
– Lain-lain (mis. obat, kongenital, ditemukan massa terfiksir,
hipopituitarisme, kelainan hipotalamus) cepat membesar
* Tiroiditis subakut (pada tipe Subacute granulomatous thyroiditis ) : dapat ditemukan
keluhan demam, nyeri pada kelenjar
Diagnosis hipertiroid
Diagnosis hipertiroid
Cushing syndrome
• Disebabkan paparan
glukokortikoid endoken
/eksogen jangka waktu lama
• Penyebab diantaranya :
– Konsumsi /injeksi steroid /
glukokortikoid jangka waktu lama
– Primary adrenocortical neoplasm
(usually an adenoma but rarely a
carcinoma).
– Bilateral adrenal micronodular
hyperplasia and macronodular
hyperplasia (jarang)
• Hipercortisol : Keadaan meningkatnya hormon kortisol
dalam darah

• Addison disease : Kelainan endokrin kronik dimana


kelenjar adrenal tidak memproduksi hormon steroid
yang memadai. Gejala : Nyeri abdomen, kelemahan,
hipotensi, hingga koma

• Waterhouse-Friderichsen syndrome : Adrenalitis


hemorhage/ fuminant meningococcemia  Kegagalan
produksi kelenjar adrenal karena perdarahan yang
disebabkan oleh infeksi bakterial berat (Paling sering
adalah Neisseria meningitidis meningococcus).
Gastroenterohepatologi
Rasa tidak nyaman dapat
Definisi (Konsensus Nasional
berupa salah satu atau
Dispepsia, 2014)
beberapa gejala berikut yaitu:
nyeri epigastrium dan rasa
terbakar di epigastrium
Dispepsia
merupakan rasa rasa penuh setelah makan

tidak nyaman cepat kenyang


yang berasal dari
daerah rasa kembung pada saluran
cerna atas
abdomen
bagian atas. mual, muntah, dan sendawa
Dispepsia (Roma III) adalah penyakit
dengan satu atau lebih gejala:

Rasa penuh
Rasa atau tidak
Nyeri terbakar di nyaman Rasa cepat
epigastriu epigastriu setelah kenyang
m m makan

Gejala yang dirasakan harus berlangsung setidaknya selama tiga bulan


terakhir dengan awitan gejala enam bulan sebelum diagnosis ditegakkan
Klasifikasi Dyspepsia

Fungsional Organik Non-GI

• epigastric • ulkus gaster • Penyakit


pain • ulkus Jantung
syndrom duodenum • Myalgia
e • gastritis • Hepatob
• postprandial • duodenitis illiar
distress • Pankrea
• proses
syndrome
keganasan titis
.
Strategi tata laksana adalah memberikan terapi
Alur manajemen dyspepsia empirik selama 1-4 minggu sebelum hasil investigasi
awal, yaitu pemeriksaan adanya Hp

Tanda Bahaya Dyspepsia:

penurunan berat badan (unintended)

disfagia progresif
muntah rekuren/persisten

perdarahan saluran cerna

anemia

demam Tidak

Massa daerah abdomen bagian atas


Ya
riwayat keluarga kanker lambung
Ya Tidak
dispepsia awitan baru pada pasien >45 tahun.

Obat yang dipergunakan dapat berupa antasida, antisekresi asam lambung (PPI misalnya omeprazole,
rabeprazole dan lansoprazole dan/atau H2-Receptor Antagonist [H2RA]), prokinetik, dan sitoprotektor
(misalnya rebamipide), di mana pilihan ditentukan berdasarkan dominasi keluhan dan riwayat
pengobatan pasien sebelumnya.
Penggunaan prokinetik seperti
metoklopramid, domperidon, cisaprid,
itoprid dan lain sebagainya dapat
memberikan perbaikan gejala pada beberapa
pasien dengan dispepsia fungsional.

Hal ini terkait dengan perlambatan


pengosongan lambung sebagai salah satu
patofisiologi dispepsia fungsional.

Data penggunaan obat-obatan antidepresan


atau ansiolitik pada pasien dengan dispepsia
fungsional masih terbatas.
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum
Suatu penyakit yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan faktor protektif dan agresif pada mukosa
lambung dan duodenum.
Faktor Agresif: asam lambung, pepsin, NSAIDs,
Faktor Defensif: sekresi mukus, bikarbonat
h.pylori

Sangat mungkin disertai infeksi Helicobacter pylorii (Ulkus gaster:


70%; Ulkus duodenum: 90%)

Gejala: rasa nyeri/ terbakar pada daerah epigastrium atau hipokondrium yang dapat menyebar
hingga ke punggung.

Ulkus Gaster: pain – food  pain Ulkus Duodenum: pain – food  relieved

Klasifikasi di atas tidak selalu menunjukkan adanya pola anatomis, namun


sering digunakan
Terapi Ulkus
Peptikum
Helicobacter Infection
Metode Diagnosis
H. pylory
Metronidazole can be substituted for amoxicillin in penicillin-allergic individuals
Evaluasi Terapi H. pylori
Pada daerah dengan resistensi klaritromisin tinggi, disarankan untuk melakukan
kultur dan tes resistensi (melalui sampel endoskopi) sebelum memberikan terapi.

Setelah pemberian terapi eradikasi, maka pemeriksaan konfirmasi harus


dilakukan dengan menggunakan UBT atau H. pylori stool antigen monoclonal
test.

Pemeriksaan dapat dilakukan dalam waktu paling tidak 4 minggu setelah akhir
dari terapi yang diberikan.
GERD
Definisi:

• suatu gangguan di mana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam
esofagus, yang menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu.

Gejala Khas

• Heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa nyeri dan pedih)
• regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah)
• nyeri epigastrium
• disfagia
• Odinofagia

Dua kelompok pasien GERD

• Pasien dengan esofagitis erosif yang ditandai dengan adanya kerusakan mukosa esofagus
pada pemeriksaan endoskopi (Erosive Esophagitis/ERD)
• Gejala refluks yang mengganggu tanpa adanya kerusakan mukosa esofagus pada
pemeriksaan endoskopi (Non-Erosive Reflux Disease/NERD)
Gejala spesifik untuk GERD

• Heartburn dan/ atau regurgitasi


yang timbul setelah makan.

Penunjang Dx

• GERD-Q
• Endoskopi (GOLD STD)
• Histopatologi
• pH-metri 24 jam
• PPI test
PPI Test
Tes ini dilakukan dengan
memberikan PPI dosis ganda
selama 1-2 minggu tanpa didahului
dengan pemeriksaan endoskopi.

Jika gejala menghilang dengan


pemberian PPI dan muncul kembali
jika terapi PPI dihentikan, maka
diagnosis GERD dapat ditegakkan.

Dalam sebuah studi metaanalisis, PPI


test dinyatakan memiliki sensitivitas
sebesar 80% dan spesifitas sebesar
74%
Target Terapi GERD
Menghilangkan gejala/keluhan
Menyembuhkan lesi esofagus
Mencegah kekambuhan
Memperbaiki kualitas hidup
Mencegah timbulnya komplikasi.

Perhatian utama ditujukan


Terapi Non Farmakologi
GERD

kepada PPI paling efektif dalam menghilangkan gejala serta


• memodifikasi berat badan berlebih menyembuhkan lesi esofagitis pada GERD.
• meninggikan kepala lebih kurang
15-20 cm pada saat tidur
Faktor-faktor tambahan lain PPI terbukti lebih cepat menyembuhkan lesi esofagitis
serta menghilangkan gejala GERD dibanding golongan
seperti antagonis reseptor H2 dan prokinetik.
• menghentikan merokok dan minum
alkohol
• mengurangi makanan dan obat-
obatan yang merangsang asam Apabila PPI tidak tersedia, dapat diberikan H2RA
lambung dan menyebabkan refluks
• makan tidak boleh terlalu kenyang
• Makan malam paling lambat 3 jam
sebelum tidur
Dosis inisial PPI adalah dosis tunggal per pagi hari
sebelum makan selama 2 sampai 4 minggu.

Apabila masih ditemukan gejala sesuai GERD (PPI


failure), sebaiknya PPI diberikan secara berkelanjutan
dengan dosis ganda sampai gejala menghilang.

Umumnya terapi dosis ganda dapat diberikan sampai 4-


8 minggu
Complications
1. Stricture
2. Mallory Weiss
tear
3. Barrets
Esophagus

©Bimbel UKDI MANTAP


Perdarahan Saluran Cerna Bagian
Atas
Dari seluruh kasus
perdarahan saluran cerna Di Indonesia penyebab
DEFINISI
sekitar 80% sumber tersering perdarahan
perdarahannya berasal dari

ruptur varises
Kehilangan darah esofagus
gastroesofagus
dari saluran cerna
atas mulai dari
esofagus sampai
dengan duodenum gaster ulkus peptikum
(dengan batas
anatomik di
ligamentum Treitz)
duodenum gastritis erosif
Penampilan klinis pasien dapat berupa

• Hematemesis : Muntah darah berwarna hitam seperti bubuk


kopi (coffee ground emesis)
• Melena : Buang air besar berwarna hitam seperti ter atau aspal
• Hematemesis dan melena
• Hematoskezia :Buang air besar berwarna merah marun,
biasanya dijumpai pada pasien-pasien dengan perdarahan masif
dimana transit time dalam usus yang pendek
• Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah sinkope,
instabilitas hemodinamik karena hipovolemik dan gambaran
klinis dari komorbid seperti penyakit hati kronis, penyakit paru,
penyakit jantung, penyakit ginjal dsb.
Tindakan umum terhadap pasien
diutamakan untuk ABC.

Stabilkan Hemodinamik
•Pemasangan IV line paling sedikit 2 dengan
jarum(kateter) yang besar minimal no 18. Hal ini
penting untuk keperluan transfusi. Dianjurkan
pemasangan CVP
•Oksigen sungkup/ kanula. Bila ada gangguan A-B
perlu dipasang ETT
• Mencatat intake output, harus dipasang kateter
urine
•Memonitor Tekanan darah, Nadi,saturasi oksigen
dan keadaan lainnya sesuai dengan komorbid yang
ada.

Melakukan bilas lambung agar


mempermudah dalam tindakan endoskopi

Dalam melaksanakan tindakan


umum ini, terhadap pasien dapat
diberikan terapi
• Transfusi untuk mempertahankan
hematokrit > 25%, Hb > 10 (syarat terapi
endoskopi )
• Pemberian vitamin K (Penyakit hati
kronis)
• Obat penekan sintesa asam lambung (PPI)
(ulkus peptik)
• Mallory Weiss vs.Boerhaaves Syndrome
• Mallory-Weiss: tear of mucosa due to severe vomiting; alcoholics
and bulemics
• Boerhaave: transmural rupture of esophagus due to violent
retching; emergency
Hepatitis A & B
HEPATITIS A HEPATITIS B
• Transmisi: darah, hubungan seks,
• Transmisi fekal-oral
perinatal
• Gejala: nafsu makan menurun, • Manifestasi bisa berupa hepatitis akut,
lemas, demam, nyeri perut kanan hepatitis fulminan, atau kronis (sirosis)
atas, bisa disertai ikterus • Serologi:
• Diagnosa: IgM anti-HAV – HBsAg: muncul sebelum gejala, digunakan
untuk skrining, jika bertahan >6 bulan berarti
• Tata laksana: suportif infeksi kronik
– HBeAg: replikasi virus dan infektivitas tinggi
• Pencegahan: vaksinasi anak atau
– IgM anti-HBc: infeksi akut
pasien dengan penyakit hati – IgG anti-HBc: infeksi lama atau sedang
kronik berlangsung
– anti-HBe: replikasi dan infektivitas berkurang
• Profilaksis pasca-paparan: 1-40th
– anti-HBs: imunitas
vaksin, <1 dan >40 imunoglobulin – DNA HBV: replikasi aktif
Hepatitis C
Tata laksana HEPATITIS C
• Akut: suportif • Transmisi: darah
• Kronik: PEG IFNα-2a (entecavir, • Manifestasi bisa akut atau
tenofovir)  tujuan agar HBeAg kronik; jarang fulminan
menjadi negatif • Serologi:
• Pencegahan: vaksinasi – anti-HCV: muncul setelah 6
• Profilaksis pasca-paparan: HBIG minggu
dilanjutkan dengan vaksin (kalau – RNA HCV: muncul dalam 2 minggu
belum divaksin) • Tata laksana: PEG IFNα-2a +
ribavirin
Kenapa jawabannya B? Karena • Belum ada vaksin atau
window period masih masuk fase profilaksisnya
akut
Dalam menangani paparan darah terhadap hepatitis B perlu diperhatikan:
1. Status hepatitis SUMBER
2. Status Vaksinasi YANG TERPAPAR
3. Respons Imun YANG TERPAPAR (Kadar anti HBs)
Pada kasus ini:
1. Tertusuk jarum pasien dengan hepatitis B  Status sumber HbsAg (+)
2. Koas sudah divaksin 1 tahun lalu  Pihak terpapar sudah vaksinasi (+)
3. Titer anti HBs yang terpapar  Belum diketahui  Periksa!

Bila diperiksa anti HBs ternyata:


Titer antiHBs≥10mIU/ml : Tidak perlu profilaksis
Titer antiHBs<10mIU/ml : Berikan Imunoglobulin HepB + Re-Vaksinasi
Atau 2x Imunoglobulin HepB
Marker Hepatitis B
Diagnosis HbsAg Anti-HBs Anti-HBc HBeAg Anti-HBe DNA HBV

Hepatitis
+ - IgM + - +
akut
Window - - IgM +/- +/- -
period
Penyembu - + IgG - +/- -
han
Imunisasi - + - - - -
Hepatitis
kronik + - IgG + - +
replikatif

Hepatitis
kronik non + - IgG - + -
replikatif
Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis Kolangitis
Nyeri kolik + + +/- +/-
Nyeri tekan/ - - + +
Murphy’s sign
Demam - - + (low-grade) + (high-grade)
Ikterus - + - +

Penunjang
• USG
• Laboratorium: leukosit, bilirubin, SGOT/SGPT

Tata laksana
• Kolelitiasis: kolesistektomi
• Kolesistitis: NPO, cairan IV, analgesik, antibiotik,
kolesistektomi
• Koledokolitiasis: ERCP diikuti oleh kolesistektomi
• Kolangitis: antibiotik. Kalau tidak ada respons, maka dilakukan
dekompresi bilier darurat dengan ERCP.
Pankreatitis Akut

Terjadinya pankreatitis akut diawali karena


adanya jejas di sel asini pankreas akibat

(2) stimulasi hormon


(3) iskemia (misalnya pada
kolesistokinin (CCK) pankreatitis akut pasca
(1) obstruksi duktus sehingga akan mengaktivasi prosedur endoscopic
pankreatikus (terutama enzim peankreas (misalnya retrograde
oleh migrasi batu empedu) karena pengaruh cholangiopancreatography
hipertrigliseridemia dan (ERCP) atau aterosklerosis
alkohol)
Menurut Klasifikasi Atlanta (2012), diagnosis pankreatitis akut
tegak apabila memenuhi 2 dari 3 kriteria
Nyeri perut bagian atas

Peningkatan amilase atau lipase lebih dari tiga kali nilai batas
normal

Hasil pemeriksaan imaging (USG/CT scan atau MRI).


Rare sign (<1%)
Cirrhosis hepatis
Definisi
Suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang
ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regeneratif

Terjadi akibat nekrosis hepatoselular


Temuan Lab

SGOT dan SGPT meningkat tapi tak begitu tinggi (SGOT >> SGPT)

Alkali phosphatase meningkat sampai 2-3 kali batas normal atas

Bilirubin (bisa normal, bisa meningkat)

Albumin menurun

Globulin meningkat

Prothrombin time
memanjang

Na+ serum menurun

Anemia

Thrombositopenia

Leukopenia
Pemeriksaan USG
Menilai sudut hati, permukaan
hati, ukuran, homogenitas,
massa, ascites, splenomegali,
thrombosis vena porta,
pelebaran vena portal

Pada sirosis lanjut:


• Hati mengecil dan nodular
• Permukaan irregular
• Echogenitas parenkim hati meningkat
Komplikasi

Peritonitis bakterial spontan (infeksi cairan ascites)

Hepatorenal sindrome (gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguria,


peningkatan ureum, kreatinin)

Varises esophagus (manifestasi hipertensi portal)

Encephalopathy hepatic (gangguan tidur  gangguan kesadaran  koma)

Hepatopulmonal sindrome (hidrothoraks dan hipertensi portopulmonal)


Diagnostic test of Icterus
Function test Prehepatic Hepatic Posthepatic
Total bilirubin Normal/Increased Increased Increased
Conjugated Normal Increased Increased
bilirubin
Unconjugated Normal / Increased Normal
bilirubin Increased
Normal / Decreased /
Urobilinogen Increased Decreased Negative
Dark (urobilinogen Dark (conjugated
Urine Color Normal + conjugated bilirubin)
bilirubin)
Stool Color Normal Normal/Pale Pale
IBS
(Irritable Bowel Syndrome)

Definition:
• IBS adalah kelainan fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman abdomen yang berkaitan dengan defekasi atau
perubahan kebiasaan buang air besar setidaknya selama 3 bulan

Epidemiology:
• Prevalensi IBS pada wanita sekitar 1,5-2 kali prevalensi pada laki-laki.
• IBS dapat terjadi pada semua kelompok umur dengan mayoritas pada
usia 20-30 tahun dan cenderung menurun seiring bertambahnya usia.
Kriteria Diagnosis (Rome III)
Nyeri abdomen atau sensasi tidak nyaman berulang paling tidak
selama 3 hari dalam satu bulan pada 3 bulan terakhir dengan 2
atau lebih gejala berikut :

Perbaikan dengan defekasi

Onset terkait dengan perubahan frekuensi buang air


besar

Onset terkait dengan perubahan bentuk atau


tampilan feses

Kriteria diagnostik terpenuhi selama 3 bulan terakhir dengan onset gejala


setidaknya 6 bulan sebelum diagnosis.
Menurut kriteria Roma III dan karakteristik feses, IBS dibagi menjadi 3 subkelas:

1. IBS dengan diare (IBS-D)


Feses lembek/cair ≥25% waktu dan
Lebih umum ditemui pada laki-laki Ditemukan pada satu pertiga kasus
feses padat/bergumpal <25% waktu

2. IBS dengan konstipasi (IBS-C)


Feses padat/bergumpal ≥25% dan
Lebih umum ditemui pada wanita Ditemukan pada satu pertiga kasus
feses lembek/cair <25% waktu

3. IBS dengan campuran kebiasaan buang air besar atau pola siklik (IBS-M)
Feses padat/bergumpal dan lembek/cair ≥25% waktu Ditemukan pada satu pertiga kasus

Catatan: 25% waktu adalah 3 minggu dalam 3 bulan


IBD
(Inflammatory Bowel Disease)
IBD - Klasifikasi
Ulcerative Colitis (UC) Chron’s Disease (CD)

Definisi Inflamasi idiopatik pada mukosa Inflamasi transmural idiopatik pada


kolon saluran cerna; skip lession

Nonfriable mucosa; cobblestoning,


Granular, friable mucosa with
Patologi diffuse ulceration; pseudopolyps aphthous ulcers, deep & long
fissure

Ba enema Hazy margins, loss of haustra Sharp lesions, cobblestoning, long


(“lead pipe”) ulcers & fissures (“string sign”)

Mucus containing, non grossly


Gejala klinis Grossly bloody diarrhea
bloody diarrhea

Komplikasi Ca Colon Ca Colon


Diare
Definisi

BAB cair/ setengah padat, frekuensi >3 kali sehari, dengan


kandungan air dlm tinja >200 gr atau 200 ml/24jam

Diare akut: diare <14 hari

Diare kronik >15 hari


• Persistent diarrhea: prolonged acute diarrhea, due to infection
• Chronic diarrhea: Episode of diarrhea, lasts for > than several weeks,
caused by non-infectious etiology
Pendekatan pasien dewasa
dengan diare akut:
1. Melakukan penilaian awal dan memeriksa tanda dehidrasi

2. Terapi dehidrasi

3. Mencegah dehidrasi pada pasien tanpa tanda dehidrasi menggunakan cairan atau larutan rehidrasi oral:
• a) Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan rehidrasi oral dan koreksi dehidrasi berat dengan larutan intravena
yang tepat,
• b) Memberikan hidrasi menggunakan larutan rehidrasi oral,
• c) Mengobati gejala.

4. Stratifikasi manajemen:
• a) Petunjuk epidemiologis: makanan, antibiotik, aktivitas seksual, perjalanan wisata, penyakit lainnya, wabah, musim.
• b) Petunjuk klinis: diare berdarah, nyeri abdomen, disentri, penurunan berat badan, infl amasi fekal.

5. Mengambil spesimen fekal untuk analisis:


• Jika diare berat, inflamasi, berdarah atau persisten, dan pada saat awal wabah atau epidemik.

6. Mempertimbangkan terapi antimikrobial untuk patogen spesifik.


Obat Anti Diare
Kelompok Opiat Kelompok Absorbent
• Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, • Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat,
loperamid HCl, serta kombinasi difenoksilat dan pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar
atropin sulfat. argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap
• Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x sehari, bahan infeksius atau toksin.
loperamid 2-4 mg/3-4 kali sehari. • Melalui efek tersebut, sel mukosa usus terhindar
• Efek kelompok obat tersebut meliputi kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi merangsang sekresi elektrolit.
cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi
feses dan mengurangi frekuensi diare.
• Obat ini tidak dianjurkan pada diare akut
dengan
gejala demam dan sindrom disentri

Probiotik Kelompok Anti-sekresi Selektif


• Kelompok probiotik terdiri dari • Terobosan terbaru milenium ini adalah
Lactobacillus dan Bifi dobacteria atau mulai tersedianya secara luas racecadotril
Saccharomyces boulardii, bila meningkat yang bermanfaat sebagai penghambat
jumlahnya di saluran cerna akan memiliki enzim enkephalinase, sehingga enkephalin
efek positif karena berkompetisi untuk dapat bekerja normal kembali. Perbaikan
nutrisi dan reseptor saluran cerna. fungsi akan menormalkan sekresi
elektrolit, sehingga keseimbangan cairan
dapat dikembalikan.
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotik.

Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi, seperti
persisten atau
pasien
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, penyelamatan jiwa diare pada pelancong,
immunocompromised.
pada diare infeksi,

Anda mungkin juga menyukai