Anda di halaman 1dari 18

TB-MDR

Ananda Khoirul Hilal 1700023032


Dinda Permatasari 1700023033
Rina Mustamiroh 1700023035
Meisha Aridha Putri 1700023036
Rafly Ramadhani N 1700023037
Nur Fauziah 1700023038
Rendy Kurniawan 1700023039
Nurbaizura Putri 1700023041
Seorang pasien laki-laki berusia 37 tahun datang ke RS dengan keluhan
batuk berdahak yang tak kunjung reda. Pasien diketahui memiliki riwayat
TB sejak 7 bulan yang lalu, dan saat ini masih dalam terapi ulangan karena
pasien pernah lupa beberapa hari tidak menggunakan obatnya. Obat yang
saat ini digunakan adalah Isoniazid 300mg 1x1, Rifampicin 450mg 1x1,
Pirazinamid 500mg 1x1 dan Ethambutol 250mg 1x1. BB pasien saat ini 58
kg, berdasarkan hasil uji sensitivitas terhadap TB, diperoleh hasil diagnosa
dari dokter yaitu pasien mengalami MDR-TB. Bagaimana Penanganan TB
pada pasien tersebut?

KASUS
DEFINISI
Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) adalah kasus tuberkulosis yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis resisten minimal terhadap rifampisin
dan isoniazid secara bersamaan, dengan atau tanpa obat antituberkulosis (OAT)
lini I yang lain ( WHO, 2010).
PATOFISIOLOGI
Faktor Organisme

Virulensi Menimbulkan
Kuman TBC Kerusaka Kumanny
kuman apoptosis
menginfeksi n jaringan a
tinggi pada
tubuh penderita resisten
makrofag
ETIOLOGI
Etiologi dari TB MDR ini sama dengan etiologi infeksi tuberkulosis, yaitu
Mycobacterium tuberculosis menjadi resisten terhadap paling tidak dua dari
pengobatan tuberkulosis, yaitu INH dan Rifampicin.

FAKTOR RESIKO
Infeksi HIV, sosial ekonomi, jenis kelamin, Sumber lain menyebutkan bahwa
kelompok umur, merokok, konsumsi faktor risiko MDR-TB adalah jenis
alkohol, diabetes, pasien TB paru dari kelamin perempuan, usia muda,
daerah lain (pasien rujukan), dosis obat sering bepergian, lingkungan
yang tidak tepat sebelumya dan rumah yang kotor, konsumsi
pengobatan terdahulu dengan suntikan alkohol dan merokok serta
dan fluoroquinolon (Balaji et al., 2010). kapasitas paru-paru (Caminero,
2010; Firdiana, 2008).
TANDA DAN GEJALA
GEJALA UMUM GEJALA KHUSUS

- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi


sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
disertai dengan darah)
suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
disertai dengan keluhan sakit dada.
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
- Penurunan nafsu makan dan berat badan
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Perasaan tidak enak (malaise), lemas.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
DATA LAB YANG DIBUTUHKAN

1. BTA test
2. Foto Rontgen
3. CT scan
4. Tes kulit Mantoux atau Tuberculin skin test
5. Tes Darah IGRA (interferon gamma release assay)
TERAPI FARMAKOLOGI
Nama Obat (Generik dan Merk) Dosis Aturan Pakai Durasi
Pirazinamide Dewasa : 1000 mg (40–55 kg), 1500 1 x Sehari, oral Minimal 18 bulan
Corsazinamide, Neotibi, Pezeta-Ciba, mg (56–75 kg) (19-24 bulan)
Prazina, Propulmo, Pro TB 4, Pyratibi, 2000 mg, (76–90 kg)
Sanazet, Siramid, Tibicel Anak-anak : 15–30 mg/kg (maks 2
g)
Ethambutol Dewasa : 800 mg (40–55 kg), 1200 1 x Sehari, oral Minimal 18 bulan
Ethambutol HCL, Pulna Forte, Erabutol mg (56–75 kg) (19-24 bulan)
Plus, Arsitam, Kalbutol, Rizatol, 1600 mg,(76–90 kg)
Metham, Tibigon, Rifastar, Tibitol Anak-anak : 15–20 mg/kg daily
(maks1 g)
Cycloserine Dewasa : 10–15 mg / kg / hari (1 g 1 x Sehari, oral Minimal 18 bulan
dalam 2 dosis), biasanya (19-24 bulan)
500-750 mg / hari dalam
2 dosis
Anak – anak : 10–15 mg / kg / hari
(1 g / hari)
Kanamisin Dewasa : 10 sampai 15 1 x Sehari, parenteral Selama 5 hari berturut-turut
Kanamycin, Kanamycin mg/kgBB
Capsules, Kanamycin Meiji Maksimal 1 g
Anak – anak : 15–30 mg / kg /
hari (maks 1 g)
intravena atau
intramuskuler sebagai
dosis harian tunggal
Ethionamide Dewasa : 15-20 mg / kg / hari 1 x Sehari, oral Minimal 18 bulan
(1 g / hari), biasanya (19-24 bulan)
500-750 mg / hari dalam
satu dosis harian atau
dua dosis terbagi
Efek Samping obat
Nama Obat (Generik dan Merk) Efek Samping obat
Pirazinamide  Demam
Corsazinamide, Neotibi, Pezeta-Ciba,  Muntah
Prazina, Propulmo, Pro TB 4, Pyratibi,  Ruam kulit
Sanazet, Siramid, Tibicel  Kehilangan nafsu makan
 Warna mata atau kulit menjadi kuning
 Urine berwarna gelap
 Nyeri dan bengkak pada sendi
 Luka memar atau perdarahan yang tidak biasa
 Kesulitan buang air kecil.
Ethambutol  Nyeri perut
Ethambutol HCL, Pulna Forte, Erabutol Plus,  Nafsu makan turun
Arsitam, Kalbutol, Rizatol, Metham, Tibigon,  Gangguan fungsi hati
Rifastar, Tibitol  Mual
 Muntah
 Lemas
 Demam
 Sakit kepala
 Delirium
 Gangguan penglihatan
 Gangguan saraf
 Gatal
 Ruam
 Anafilaksis
 Penyakit asam urat
Cycloserine Reaksi alergi (kesulitan bernapas,
penutupan tenggorokan Anda,
pembengkakan bibir, lidah, atau
wajah, atau gatal-gatal)
Kejang
Mati rasa atau kesemutan di tangan
atau kaki
Ruam kulit
Kebingungan atau perilaku tidak
biasa
Tremor (gemetar)
Sakit kepala
Mengantuk
Pusing
Kesulitan berbicara
Sifat lekas marah
Kanamisin Sakit tenggorokan.
Kanamycin, Kanamycin Capsules, Otot terasa nyeri atau kaku.
Kanamycin Meiji Kehilangan keseimbangan.
Telinga berdenging.
Gangguan pendengaran.
Penglihatan buram.
Perdarahan, seperti muncul memar-
memar, BAB berdarah, atau kencing
berdarah.
Gangguan fungsi ginjal, misalnya
jumlah urine yang keluar berkurang,
pembengkakan pada wajah dan
tungkai, peningkatan berat badan
dengan cepat, dan sesak napas.
Kejang.
Ethionamide reaksi alergi: gatal-gatal, kesulitan
bernapas, pembengkakan wajah, bibir,
lidah, atau tenggorokan
kulit atau mata menguning
urin berwarna keruh
mati rasa atau kesemutan pada tangan
atau kaki
kejang
pandangan kabur
kebingungan atau kelainan perilaku
TERAPI NON FARMAKOLOGI
1. Melakukan kontrol rutin jika ada keluhan dan mengambil obat di Puskesmas jika obatnya
habis

2. Memeriksakan kembali dahaknya setelah dua bulan dan enam bulan pengobatan

3. Makan-makanan yang bergizi berupa tinggi kalori dan tinggi protein

4. Mengalihkan stress psikososial dengan hal-hal bersifat positif

5. Gaya hidup bersih dan sehat seperti tidak merokok


PEMBAHASAN KASUS
Dari kasus tersebut diketahui pasien menggunakan isoniazid, rifampisin,
pirazinamid dan etambutol. Pasien lupa beberapa hari tidak menggunakan obat,
sedangkan penggunaan obat TB penggunaan nya harus rutin sampai sembuh.
Sehingga jika tidak menggunakan/lupa meminum obat, maka harus diulang dari
awal terapi TB tsb. Dan dapat menyebabkan multi drug resisten TB
DRP
KIE
1. Perlunya pengobatan teratur sampai selesai adalah sangat penting.

2. Dukungan psikososial kepada pasien TB MDR untuk tercapainya keberhasilan


pengobatan.

3. Memberi tahu pasien mengenai etika batuk / higiene respirasi (menutup mulut
dengan tangan ketika batuk atau bersin, atau lebih disarankan menggunakan masker,
mencuci tangan dengan sabun setelah batuk atau bersin).

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014b).


DAFTAR PUSTAKA
• DiPiro C.V., 2015, Infectious Diseases dalam Wells B.G., DiPiro J.T., Schwinghammer T.L., Pharmacotherapy Handbook
9thedition, McGraw- Hill Companies, USA.
• Eva Nathanson, Paul Nunn, Mukund Uplekar, Katherine Floyd, Ernesto Jaramillo, Knut Lönnroth. "MDR Tuberculosis —
Critical Steps for Prevention and Control." The new england journal of medicine, 2010: 1050-1058.
• Indonesia, K. K. R. 2014. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, Jakarta, Indonesia, ISBN, 978-979.
• Prevention, Centers for Disease Control and. TB Elimination Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR TB). Centers for
Disease Control and Prevention, 2012.
• Soepandi, Priyanti Z. "Diagnosis dan Penatalaksanaan Tb - MDR." Cermin Dunia Kedokteran, 2010: 497-501.

• Werdhani, R. A. 2002. Patofisiologi, diagnosis, dan klafisikasi tuberkulosis. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas,
Okupasi, dan Keluarga FKUI.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai