Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 6

M REZZA WAHYUDI 17-042


RISKA SAFITRI 17-044
ROOIDATUN NAHDA 17-045
BUNGA AURELIA 17-046
SALMA FAWAATI 17-048
RAHMAT QIFARI 17-049
THERESIA DWI 17-050

HERPES ZOSTER
KASUS

 Seorang pasien laki-laki berusia 67 tahun datang ke klinik dengan keluhan adanya
luka pada bagian wajahnya (daerah pelipis dan pipi), memerah dan terasa panas.
Dokter mendiagnosa pasien mengalami herpes zoster. Diduga penyakit tersebut
menular dari anaknya yang juga mengalami herpes. Saat ini pasien juga sedang
dalam terapi pengobatan RA. Apakah ada pengaruh antara pengobatan RA
dengan penyakit herpes? Bagaimana pengatasannya?
HERPES ZOSTER (CACAR ULAR)

 Herpes zoster (HZ) adalah penyakit yang


disebabkan oleh virus Varisela-zoster yang
bersifat terlokalisir, terutama menyerang
orang dewasa dengan ciri berupa nyeri
radikuler unilateral dan gerombolan
vesikel yang tersebar sesuai area kulit yang
dipersarafi oleh satu ganglion saraf
sensoris.

(Oxman MN, Schmader KE&Solomon CG)


ETIOLOGI
 Herpes zoster disebabkan oleh varicella-Zoster Virus (VZV) atau
dikenal sebagai Human Herpes Virus 3 (HHV3) yang merupakan
keluarga herpes virus (Herpesviridae).
 Proses penularan bisa melalui :
a. Kontak langsung.
b. Pakaian yang tercemar gelembung/lepuh yang pecah.
c. Seseorang yang telah mengalami cacar air kemudian sembuh.
Sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan
bersembunyi didalam sel ganglion dorsalis system saraf sensoris
penderita. Ketika daya tahan tubuh (immun) melemah, virus akan
kembali menyerang dalam bentuk herpes zoster dimana gejala yang
ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox).
PATOFISIOLOGI
FAKTOR RESIKO

 Usia tua

 Disfungsi imunitas seluler. Pasien dengan supresi imun memiliki risiko 20-100 kali lebih
besar dibanding pasien imunokompeten.

 Keadaan imunosupresi yang berhubungan dengan risiko terjadinya HZ adalah infeksi HIV
(Human immunodeficiency virus), pasien yang menjalani transplantasi organ, leukemia,
limfoma, radioterapi, kemoterapi, dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang

 Jenis kelamin perempuan

 Adanya trauma fisik pada satu area kulit yang terkena dan tindakan pembedahan
TANDA DAN GEJALA

 Nyeri pada kulit. Biasanya ditandai dengan munculnya rasa panas, sensasi terbakar, atau
seperti tertusuk benda tajam. Nyeri pada kulit juga dapat disertai dengan rasa gatal dan
mati rasa pada bagian saraf yang terkena.
 Timbul ruam pada kulit. Ruam ini dapat berubah menjadi luka melepuh dan bintil yang
berisi air (menyerupai bintil pada cacar air). Kulit yang melepuh dan bintil ini biasanya
terasa gatal dan rentan pecah, lalu mengering dan dalam beberapa hari akan berubah
menjadi koreng.
 Nyeri dan ruam pada satu sisi tubuh. Ruam ini biasanya akan membentuk pola tertentu
yang menyerupai ular, sehingga penyakit ini juga disebut sebagai cacar ular.
 Munculnya gejala penyerta lain, seperti demam, nyeri kepala, tidak enak badan, tidak
nafsu makan, dan sensitif terhadap cahaya.
DATA LABORATORIUM YANG DIBUTUHKAN

 Diagnosa Herpes zoster biasanya ditegakkan berdasarkan riwayat kasus dan gambaran
klinisnya yang khas, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium.
 Pemeriksaan laboratorium direkomendasikan jika gambaran klinis tidak khas atau
untuk menentukan status imun terhadap varicella zoster virus (VZV) pada orang yang
beresiko tinggi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi :
Tzank smear, untuk membedakan antara herpes simplex virus (HSV) dan varicella
zoster virus (VZV). IGM antibodi spesifik, yang hanya muncul ketika seseorang mengalami
cacar air atau herpes zoster dan tidak muncul ketika virus dalam keadaan laten. Pada
pemeriksaan lebih canggih, dapat dilakukan dengan pemeriksaan DNA virus yang
menggunakan mikroskop elektron untuk partikel virus.
TERAPI

Medication Dosage
Acyclovir 800 mg orally five times daily for 7 to 10 days 10
mg per kg IV every 8 hours for 7 to 10 days
Famiciclovir 500 mg orally three times daily for 7 days
Valacyclovir 1,000 mg orally three times daily for 7 days
Varicella vaccination Two doses, 3 months apart (CIII)
Varicella-zoster immune globulin125 IU per 10 kg (maximum of 625
IU) IM, within 96 hours after exposure to a person
with active varicella
or herpes zoster (AIII)

Ket :
IV = intravenously.
PEMBAHASAN KASUS

Ada peningkatan risiko Herpes Zoster pada pasien dengan RA yang menggunakan
obat imunosupresif spesifik seperti kortikosteroid.
Pengobatannya dengan pemberian Acyclovir atau antivirus lain dan diikuti langkah
pencegahan berupa pemberian vaksin varicella.
KIE

 Menyarankan pasien untuk menjaga lesi kulit untuk tetap bersih, mandi 2 x sehari,
hindari menggaruk di bagian lesi, gunakan pakaian yang longgar.
 Kompres basah dingin steril untuk mengurangi nyeri atau rasa tidak nyaman.
 Hindari penggunaan antibiotik topikal kecuali bila ada indikasi infeksi sekunder.
 Pasien disarankan untuk banyak istirahat, jangan stress dan mengkonsumsi makanan
yang bergizi.
 Bila erupsi kulit tidak kunjung sembuh walaupun diterapi acyclovir, maka pasien
sebaiknya dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi karena kemungkinan adanya
resistensi acyclovir.
FOTO DISKUSI
Daftar Pustaka

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies,
Inggris.
Ayuningati, L. K., & Indramaya, D. M. (2017). Retrospective Study: Characteristic of
Herpes Zoster Patients. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 27(3), 211-
217.
Liao, T. L., Chen, Y. M., Liu, H. J., & Chen, D. Y. (2017). Risk and severity of herpes
zoster in patients with rheumatoid arthritis receiving different
immunosuppressive medications: a case–control study in Asia. BMJ open, 7(1),
e014032.

Anda mungkin juga menyukai