Kelompok 4
ANTIHELMINTI
Daisy Liadiniar Triwigati (1765050127)
Michelle Mailangkay (1865050001) K
Safira Hani (1965050031)
Charina Indhy Btari (1965050073)
ANTELMINTIK
Antelmintik atau Obat cacing adalah
obat yang digunakan untuk
memberantas atau mengurangi cacing
dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
PENULARAN
Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun
ada juga yang melalui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana
di atas tanah, terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi
syarat-syarat hygiene.
JENIS INFESTASI CACING
Dietilkarbamazi
Albendazol Tiabendazol Ivermektin
n
Farmakokinetik :
Setelah pemberian dosis oral 150 mg atau 2.5 mg/kg pada volunter yang
sehat, puncak plasmanya adalah 0.5-0.7 μg/ml yang dicapai dalam 1,5-2
jam. Obat dimetabolisme di liver. Obat diekskresikan melalui urine dan
sebagian kecil melalui feces
LEVAMISOLE
Dosis :
Ascariasis
Dewasa : 1 x 150 mg PO
Anak : 1 x 3 mg/kg PO
Efek samping : mual, muntah, diare, nyeri perut, pusing, nyeri kepala,
demam, flu-like syndrome, nyeri otot
Menghambat
Bekerja dengan polimerisasi &
berikatan dengan pengambilan glukosa
beta tubulin parasit oleh larva maupun
cacing dewasa
Cacing kremi,
Cacing tambang Cacing kremi S. Stercoralis
cacing diulangi sesudah 2
askariasis/trikuris
minggu 2x400 mg/hari
Dosis dewasa
&anak >2 tahun Askariasis berat Selama 1 – 2
400 mg dosis pengobatan 2 minggu bersama
tunggal bersama -3 hari makanan
makan
Indikasi
Cutaneus larva
migrans
Hidatid Neuro-
sistiserkosis 1 x 400 mg/ hari
1 x 800 mg/hari 3 hari
30 hari 15mg/kgBB/hari
30 hari Kapilariasis
intestinal
Selama 10 hari
Indikasi
WHO
Dalam pengobatan
dengan tiabendazol tidak
dianjurkan melakukan
kegiatan yang
memerlukan
kewaspadaan mental
INDIKASI TIABENDAZOL
Tiabendazol merupakan obat terpilih untuk S. stercolaris dan cutaneous
larva migrans
SEDIAAN DAN POSOLOGI TIABENDAZOL
Dosis standar yang dianjurkan 2x 25 mg/kgBB (max 1,5 gram).
Pemberian obat sehabis makan dan preparat berbentuk tablet.
S. Stercoralis 2 x 25 mg/kgBB
selama 2 hari (dosis total tidak > 3 Cutaneous larva migrans 2 x 25
gram). mg/kgBB selama 2-5 hari.
Sindrom hiperinfeksi 2 x 25
mg/kgBB selama 5-7 hari
Kapilariasis intestinal 2 x 12
mg/kgBB selama 30 hari
KONTRA INDIKASI TIABENDAZOL
S. japonicum :
Dosis tunggal 30mg/kgBB diulangi lagi 4-6 jam
Untuk mencegah perlu diberikan pencahar 1-2 jam sesudah minum obat
yang terakhir, agar cacing-cacing keluar sebelum dicerna.
Nama : Ny. S
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin` : Perempuan
Alamat : Wonggeduku
Pekerjaan : Petani
DPJP : dr. Tety Yuniarti Sudiro, Sp. PD
No. RM : 50 55 09
Ruangan : Ruang Perawatan Laika Mendidoha
Tgl Masuk RS : 02 Desember 2017
Tgl Pemeriksaan : 04 Desember 2017
Laporan Kasus
Anamnesis
KU : BAB Cair
AT: Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama BAB Cair. Keluhan
ini telah dirasakan sejak 3 hari yang lalu, BAB bisa 10 kali dalam sehari,
tidak ada darah ataupun lendir. Pasien juga mual (+), muntah (+), nyeri ulu
hati, perut kembung, dan sering mengeluarkan gas. Pasien juga mengeluh
nafsu makan baik namun pasien mengeluh berat badan menurun. BAK
biasa, kesan normal. Riwayat gatal-gatal pada kaki (+). Riwayat atopi (-).
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat keluhan yang sama
dalam keluarga (-). Riwayat penyakit lain (-)
Laporan Kasus
Pemeriksaan Fisik
• Darah rutin
• Kimia Darah
L=<45
SGOT 14 gr/dL
P=<31
L=<41
SGPT 10 gr/dL
P=<31
Laboratorium
• Parasitologi (Feses)
Parameter Hasil
ANKILOSTOMIASIS
Pemeriksaan Penunjang :
• Apusan Darah Tepi
Penatalaksanaan
a. Non- Farmakologi
- Bed rest / tirah baring
- Diet TKTP
- Edukasi
b. Farmakologi
- IVFD RL 20 tetes per menit
- Sulfas Ferosus
- Mebendazole 100 mg 2x1 (selama 3 hari)
Pembahasan Kasus
Kasus Teori
Perempuan, 42 tahun, Di Indonesia insiden ankilostomiasis
Petani tertinggi ditemukan terutama didaerah
pedesaan khususnya perkebunan atau
pertanian. Seringkali golongan pekerja
yang langsung berhubungan dengan
tanah, mendapat infeksi lebih dari 70%.
Pembahasan Kasus
Kasus Teori
Gejala Klinik : • Stadium Larva
• BAB cair sejak 3 hari yang - Bila banyak larva filariform menembus
lalu, BAB bisa sampai 10 kulit, maka dapat terjadi perubahan kulit
kali, tidak ada darah yang disebut grown itch, yaitu ruam
ataupun lendir. makulopapula sampai vesikel yang
• mual (+), muntah (+), nyeri terasa gatal di kaki.
ulu hati, perut kembung, - Selama larva berada di dalam paru-paru,
dan sering mengeluarkan dapat menyebabkan gejala batuk darah
gas. yang disebabkan oleh pecahnya kapiler-
• nafsu makan baik namun kapiler dalam alveoli paru-paru.
pasien mengeluh berat - Rasa tak enak pada perut, kembung,
badan menurun sering mengeluarkan gas (flatus),
• BAK biasa, kesan normal. mencret-mencret, merupakan gejala
• Riwayat gatal-gatal pada iritasi cacing terhadap usus halus yang
kaki (+) terjadi lebih kurang 2 minggu setelah
larva mengadakan penetrasi ke dalam
kulit.
Pembahasan Kasus
Kasus Teori
• Stadium Dewasa
- Tiap cacing Ancylostoma duodenale
menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 0,08-0,34 cc sehari. Pada
infeksi kronik atau infeksi berat dapat
terjadi anemia hipokrom mikrositer.
Farmakokinetik Mebendazol hampir tidak larut dalam air dan rasanya enak.
Pada pemberian oral absorpsinya buruk. Obat ini memiliki
bioavaibilitas sistemik yang rendah, disebabkan absorsinya
yang buruk dan mengalami first pass hepatic metabolism
yang cepat. Diekskresi terutama lewat urin dalam bentuk
utuh dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam tempo
48 jam. Juga ditemukan metabolit dalam bentuk konyugasi
yang diekskresi bersama empedu. Absorpsi mebendazole
akan meningkat bila diberikan bersama dengan makanan
berlemak.(Sukarban,1995)
Dosis Dewasa : 2 x 100 mg selama 3 hari
Anak-anak : 2 x 100 mg selama 3 hari(Sukarban,1995)
Farmakokinetik Absorbsi :
Pada keadaan normal proses absorpsi besi berkisar 0,5-1 mg
per hari. Penyerapan besi total meningkat menjadi 1-2
mg/hari pada wanita menstruasi dan dapat mencapai 3-4
mg/hari pada wanita hamil. Penyerapan besi berlangsung
pada duodenum dan jejunum proksimal
Distribusi :
Besi diangkut dalam plasma terikat ke transferin, suatu beta
1-globulin glikoprotein, untuk kemudian diangkut ke
berbagai jaringan, terutama sumsum tulang. Selain transferin,
sel-sel retikulum juga dapat mengangkut besi untuk
keperluan eritropoesis. Besi dapat melintasi plasenta dan
masuk ke dalam ASI.
Farmakokinetik Metabolisme :
Selain pada mukosa usus, besi juga disimpan di
makrofag hati, limpa, sumsum tulang, otot serta
sel parenkim hati. Mobilisasi besi dari makrofag
dan hepatosit dikendalikan oleh regulasi hepsidin
terhadap aktivitas feroportin. Hepsidin
menghambat pelepasan besi. Rendahnya
konsentrasi hepsidin menyebabkan pelepasan
besi dari berbagai tempat penyimpanan,
sedangkan hepsidin dengan konsentrasi yang
tinggi menghambat pelepasan besi.
Elimiinasi :
Sekitar 0,5-1 mg besi keluar melalui feses
melalui eksfoliasi sel-sel mukosa usus,
diekskresikan di empedu, urin, dan keringat.
Pada kondisi menstruasi, jumlah besi yang
dieksresi juga diperkirakan sebanyak 0,5-1 mg.
Peringatan Penggunaan ferrous sulphate harus berhati-
hati pada pasien dengan hemoglobinopati,
gangguan penyimpanan atau absorpsi besi,
riwayat ulkus peptikum, dan post
gastrektomi.