Anda di halaman 1dari 98

Disusun oleh :

Kelompok 4
ANTIHELMINTI
Daisy Liadiniar Triwigati (1765050127)
Michelle Mailangkay (1865050001) K
Safira Hani (1965050031)
Charina Indhy Btari (1965050073)
ANTELMINTIK
Antelmintik atau Obat cacing adalah
obat yang digunakan untuk
memberantas atau mengurangi cacing
dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
PENULARAN
          Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun
ada juga yang melalui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana
di atas tanah, terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi
syarat-syarat hygiene.
JENIS INFESTASI CACING

Cacing tambang (ankilostomiasis)


Cacing kremi (enterobiasis)
Cacing gelang (askariasis)
Cacing Pita (taeniasis)
Filaria (W bancrofti, B malayi, Loa loa (filariasis)
dll.
GEJALA UMUM
Perut buncit
Badan kurus
Rambut seperti rambut jagung
Lemas dan cepat lelah
Muka pucat
Sakit perut
Diare berulang dan kembung
Kolik yang tidak jelas dan berulang.
GEJALA KHUSUS
Cacing Gelang
Penurunan nafsu makan, diare, kurang gizi,
sumbatan saluran cerna
 Cacing Cambuk
Diare  Pendarahan usus dan anemia
 Cacing Tambang
Lesu, pucat, dan anemia berat
 Cacing Kremi
Anus gatal-gatal di malam hari
Obat Cacing
ANTELMINTIK

Mebendazol Pirantel Pamoat Piperazin Levamisol

Dietilkarbamazi
Albendazol Tiabendazol Ivermektin
n

Prazikuantel Metrifonat Niklosamid


1. MEBENDAZOL
MEBENDAZOL
Golongan : Anti helmintik yang spektrum luas
Efek Antelmintik
-Kerusakan struktur subselular dan menghambat sekresi
asetilkolinesterase cacing.
-Cacing akan mati secara perlahan dan hasil terapi yang
memuaskan setelah 3 hari pemberian obat.
-Obat ini juga menimbulkan sterilitas pada telur cacing T.
Trichiura , cacing tambang, dan askaris sehingga sel telur ini
gagal berkembang menjadi larva.
Farmakokinetik:
-Tidak larut dalam air
-Pada pemberian PO absorbsinya <10%
-Bioavailabilitas sistemik rendah
- Waktu paruh 2-6 jam
- Eksresi terutama melalui urin

Efek samping dan kontraindikasi


-Mual
-Muntah
-Sakit perut ringan (sementara)
-Diare
Indikasi
-Enterobiasis
-Trichuriasis
-Ascaris Duodenale
Sediaan : tablet 100 mg dan sirop 50 mg/mL
Dosis :
-Anak dan dewasa : 2 x 100 mg/hari (diberikan selama 3 hari
berturut-turut)  untuk ascaris, trichuris, dan infeksi cacing tambang
-Cacing kremi : dosis tunggal 100 mg (diulang 2 minggu dan 4
minggu)
-Taeniasis : dosis 2x sehari 300mg selama 3-4 hari
-Krista hidatid : dosis 50 mg/kgBB/hari (terbagi 3 dosis selama
3 bulan)
2. PIRANTEL
PAMOAT
EFEK ANTELMINTIK
PIRANTEL PAMOAT

Digunakan untuk Menimbulkan


memberantas depolarisasi pada Cacing mati
cacing gelang, otot cacing dan dalam keadaan
kremi dan meningkatkan spastis
tambang frekuensi impuls

Selain itu juga menghambat enzim kolinesterasi  kontraksi otot cacing


FARMAKOKINETIK

Absorbsinya sedikit melalui usus

Sifat ini memperkuat efeknya yang selektif pada


cacing

Ekskresi pyrantel pamoat sebagian besar bersama


tinja, <15% diekskresi Bersama urin dalam bentuk
utuh dan metabolitnya
EFEK SAMPING DAN
KONTRAINDIKASI
Efek samping jarang,
ringan dan bersifat Tidak dianjurkan
sementara. Cth : dikonsumsi pada
keluhan sal. Cerna, wanita hamil dan
demam dan sakit anak di bawah
kepala usia 2 tahun

Tidak boleh Harus hati-hati


terhadap pasien dengan
digunakan riwayat penyakit hati,
Bersama  dapat meningkatkan
piperazin. SGOT
INDIKASI

Obat terpilih untuk:


 Askariasis
 Ankilostomiasis
 Enterobiasis

Dengan dosis tunggal angka penyembuhannya


cukup tinggi
Untuk infestasi campuran dengan T.trichiura 
dikombinasikan dengan oksantel pamoat
SEDIAAN DAN POSOLOGI
Tersedia dalam bentuk :
 Sirop 50mg pyrantel basa/mL
 Tablet 125 mg
 Tablet 250 mg

Dosis tunggal yang dianjurkan 10 mg/kgBB, dapat diberikan setiap


saat tanpa dipengaruhi makanan atau minuman
Untuk enterobiasis mengulang dosis setelah 2 minggu
Untuk infeksi N.Americanus sedang dan berat  pemberian 3 hari
berturut-turut
3. PIPERAZIN
PIPERAZIN
Golongan : Anti Helmintik
Efektif terhadap A. lumbricoides dan E. vermicularis
Mekanisme Kerja :
Bekerja sebagai antagonis GABA pada otot cacing. Mengganggu
permeabilitas mebran sel terhadap ion-ion yang berperan dalam
mempertahankan potensial istirahat, sehingga menyebabkan
hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan, disertai paralisis.
Efek Samping :
- Mual, muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala, pusing dan alergi.
-Gangguan fungsi ginjal, inkoordinasi otot atau kelemahan otot, vertigo,
kesulitan bicara, bingung yang akan hilang jika pengobatan dihentikan.
-Piperazin dapat mempeprkuat efek kejang pada penderita epilepsy
-Pada pasien anemia berat, malnutrisi  per;u pengawasan ekstra
-Waspada pada wanita hamil karena piperazine menghasilkan nitrosamine.
Dosis :
- Askariasis : Dewasa 3.5g sekali sehari, Anak 75mg/kgBB (Maks 3.5g)
sekali sehari. Diberikan 2 hari berturut-turut. Terapi hendaknya diulangi
sesudah 1-2 minggu.
- Enterobiasis (Cacing Kremi) : Dewasa & Anak 65mg/kgBB (Maks 2.5g)
sekali sehari selama 7 hari. Terapi hendaknya diulangi sesudah 1-2 minggu.
4. LEVAMISOL
LEVAMISOLE
Golongan : derivat imidazothiazole

Mekanisme kerja : memiliki sifat agnositik terhadap reseptor L-subtype


nicotinic acetylcholine (otonomik ganglia) pada otot
nematoda, yang mengakibatkan kontraksi spastic yang
diikuti paralisis tonic pada cacing immature dan dewasa.

Farmakokinetik :
Setelah pemberian dosis oral 150 mg atau 2.5 mg/kg pada volunter yang
sehat, puncak plasmanya adalah 0.5-0.7 μg/ml yang dicapai dalam 1,5-2
jam. Obat dimetabolisme di liver. Obat diekskresikan melalui urine dan
sebagian kecil melalui feces
LEVAMISOLE
Dosis :
Ascariasis
Dewasa : 1 x 150 mg PO
Anak : 1 x 3 mg/kg PO

Efek samping : mual, muntah, diare, nyeri perut, pusing, nyeri kepala,
demam, flu-like syndrome, nyeri otot

Interaksi : penggunaan levamisol dengan warfarin menyebabkan


inhibisi metabolisme warfarin. Peningkatan konsentrasi fenitoin
jika digunakan bersamaan levamisol dan fluorourasil. 
5. ALBENDAZOLE
Albendazol

Efektif untuk infeksi


Obat cacing derivat - Cacing Kremi
benzimidazol berpsektrum - S. stercoralis
luas. - Cacing tambang
- Cacing gelang
- Cacing trichuris
Farmakokinetik

Dieksresi sebagian besar


PerOral  Diserap tidak
dalam urin & sedikit
teratur di usus
pada feses

Makanan berlemak Kadar punck dalam


meningkatkan plasma dicapai T1/2= 8-9 jam
absorbsi 4x lipat dalam 3 jam
Farmakodinamik

Menghambat
Bekerja dengan polimerisasi &
berikatan dengan pengambilan glukosa
beta tubulin parasit oleh larva maupun
cacing dewasa

Persediaan glikogen dan


pembentuan ATP Cacing mati
menurun
Indikasi

Cacing kremi,
Cacing tambang Cacing kremi  S. Stercoralis
cacing diulangi sesudah 2
askariasis/trikuris
minggu 2x400 mg/hari
Dosis dewasa
&anak >2 tahun Askariasis berat Selama 1 – 2
400 mg dosis  pengobatan 2 minggu bersama
tunggal bersama -3 hari makanan
makan
Indikasi

Cutaneus larva
migrans
Hidatid Neuro-
sistiserkosis 1 x 400 mg/ hari
1 x 800 mg/hari  3 hari
 30 hari 15mg/kgBB/hari
 30 hari Kapilariasis
intestinal
Selama 10 hari
Indikasi

WHO

Program eliminasi global filariasis limfatik

Pemberian kombinasi DEC (6mg/kgBB) +


Albendazol dosis tunggal 400 mg
Kontraindikasi

Anak umur <2 tahun


Wanita Hamil
Sirosis Hepatis
Side Effect

Pengobatan Hydatid selama 3


Penggunaan 1 -3 hari
bulan
Nyeri ulu hati
Alopesia
Diare
Leukopenia reversible
Sakit kepala
Peningkatan transaminase
Mual
reversible
Pusing
Mual
Insomnia
Muntah
6. TIABENDAZOL
TIABENDAZOL
Antelmintik derivate benzimidazol
berspektrum lebar dan efektif untuk
mengobati infestasi berbagai
nematoda pada manusia.
Berupa kristal putih, tidak larut
dalam air.
Daya larutnya tergantung pH  bila
sedikit asam atau basa  mudah
larut
EFEK ANTELMINTIK TIABENDAZOL

Tiabendazol memiliki daya antelmintik luas, efektivitas


tinggi terhadap strongiloidiasis, askariasis, oksiuriasis dan
larva migrans kulit; berguna untuk mengobati trikuriasis
dan trikonosis akut.
Cara kerja: menghambat enzim fumarate reductase cacing.
Pada cacing Strongyloides  menghambat enzim
asetilkolinesterase cacing  kematian cacing
Obat ini dapat menekan perkembangan dan migrasi larva
Trichinella spiralis.
Efek antiinflamasi obat ini turut berperan dalam
meringankan gejala-gejala penyakit cacing.
FARMAKOKINETIK TIABENDAZOL

Tiabendazol cepat diserap melalui usus dan kadar


puncak obat ini dalam darah dicapai dalam waktu 1-2
jam.
Dalam waktu 2 hari, 90% obat ini telah diekskresi
bersama urin dalam bentuk hidroksi dan
terkonjugasi.
Obat ini juga dapat diserap oleh kulit.
EFEK SAMPING TIABENDAZOL

Efek samping obat ini Dapat terjadi perubahan


antara lain: anoreksia, fungsi hati selintas 
mual, muntah, pusing, penggunaan harus hati-
nyeri epigastrium, lelah, hati pada pasien dengan
gatal dan kantuk. gangguan fungsi hati

Dalam pengobatan
dengan tiabendazol tidak
dianjurkan melakukan
kegiatan yang
memerlukan
kewaspadaan mental
INDIKASI TIABENDAZOL
Tiabendazol merupakan obat terpilih untuk S. stercolaris dan cutaneous
larva migrans
SEDIAAN DAN POSOLOGI TIABENDAZOL
Dosis standar yang dianjurkan 2x 25 mg/kgBB (max 1,5 gram).
Pemberian obat sehabis makan dan preparat berbentuk tablet.

S. Stercoralis  2 x 25 mg/kgBB
selama 2 hari (dosis total tidak > 3 Cutaneous larva migrans  2 x 25
gram). mg/kgBB selama 2-5 hari.
Sindrom hiperinfeksi  2 x 25
mg/kgBB selama 5-7 hari

Trikinosis  2 x 25 mg/kgBB selama Visceral larva migrans  2 x 25


2-4 hari mg/kgBB selama 7 hari

Kapilariasis intestinal  2 x 12
mg/kgBB selama 30 hari
KONTRA INDIKASI TIABENDAZOL

Anak-anak dengan berat badan < 15 kg.


Aktivitas yang memerlukan kewaspadaan
Reaksi hipersensitivitas pada gangguan fungsi hati atau ginjal
Wanita hamil, kecuali strongylodiasis yang mengancam kehidupan
7. IVERMEKTIN
FARMAKOKIN
Farmakodinamik
ETIK
Pemberian per oral diabsorbsi Memperkuat peranan GABA
baik cacing mati keadaan paralisis.
Waktu paruh 10-12 jam Berefek pada mikrofilariacacing
matidihancurkan di sistem
Kadar puncak 4 jam Retikuloendothelial.
Tidak melewati blood brain Margin safety yang lebar
barrier  tidak menyebabkan
paralisis pada hospes Efektif Strongilodiasis dan
Onchocersiasis
Alternatif untuk pasien yang tidak
tahan dengan tiabendazole
INDIKASI
Strongilodiasis dan oncorserkiasis
Dosis tunggal 150 µg/kgBB - Oncorserkiasis
Dosis tunggal 200 µg/kgBB - Strongilodiasis
KONTRA Efek Samping
INDIKASI
Wanita hamil Demam
Hipersensitif Pruritus
JANGAN diberikan bersamaan Sakit otot
denan barbiturat, benzodiazepin
atau asam valproat Sakit kepala
Hipotensi
Nyeri
* cukup disembuhkan dengan
pemberian antihistamin dan
antipiretik
8.
DIETILKARBAMAZI
N
PENGGOLONGAN

 Dietilkarbamazin merupakan obat pilihan pertama untuk


filariasis.

 Termasuk dalam gololongan obat Antelmintik atau obat cacing.


 Antelmentik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk
memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau
jaringan tubuh.
MEKANISME KERJA
Ada 2 cara kerja obat ini terhadap mikrofilaria :
1. Menurunkan aktifitas otot, akibatnya parasit seakan – akan
mengalami paralisis, dan mudah terusir dari tempatnya yang
normal dalam tubuh hospes.
2. Perubahan pada permukaan membran mikrofilaria sehingga lebih
mudah dihancurkan oleh daya pertahanan tubuh hospes.

 Dietilkarbamazin menyebabkan hilangnya mikrofilaria W. bancrofti,


B. Malayi dan Loa loa dari peredaran darah dengan cepat.
EFEK SAMPING
Pusing
Malaise
Nyeri sendi
Anoreksia dan muntah.
Reaksi alergi dapat timbul dan gejalanya berupa: (gejala ini
berlangsung 3 – 7 hari)
*ES hilang bila pengobatan dihentikan
DOSIS
Tersedia dalam bentuk tablet 50 mg
Dosis oral untuk dewasa dan anak : 2 mg/kgBB 3 kali sehari setelah makan
selama 10-30 hari (umumnya 14 hari)
Untuk mengurangi insiden reaksi alergi, maka dimulai dengan dosis rendah
 Pada hari ke-1 dierikan dosis 50 mg(1 mg/kgBB pada anak)
 Pada hari ke-2 diberikan dosis 3 x 50mg
 Pada hari ke-3 diberikan dosis 3 x 100 mg (2 mg/kgBB pada anak)
 Selanjutnya 3 x 2 mg/kgBB/hari sampai 2-3 minggu
 untuk mengurangi transmisi, digunakan 5-6 mg/kgBB oral, cukup 1 hari
perminggu atau perbulan sebanyak 6-12 dosis.

Menurut program WHO, DEC 6 mg/kgBB sebaiknya dikombinasi dengan


albendazol 400 mg
9. PRAZIKUANTEL
PRAZIKUANTEL
Derivat pirazinoisokuinolin

Antihelmintik sprektrum luas

Efektik pada cestoda dan trematoda

Bentuk kristal, tak berwarna, pahit


FARMAKOKINETIK
Kadar maksimal darah dalam waktu 1-3 jam

Metabolisme di hati dengan proses hidroksilasi dan konjugasi

Waktu paruh 0,8-1,5 jam

Ekskresi melalui urin dan empedu


EFEK SAMPING
Obat jangan diberikan pada pasien

Ocular cysticerosis karena kehancuran parasit di mata


membuat cacat menetap

Timbul beberapa jam setelah pemberian dan bertahan sampai


sehari
Sakit kepala, pusing, mengantuk, lelah, mual, muntah, nyeri
perut, nyeri sendi dan otot
Demam ringan pruritus dan skin rash
POSOLOGI
Dosis dewasa dan anak > 4 tahun

S. haematobium dan S. mansoni :


 Dosis tunggal 40 mg/kgBB atau,
 Dosis tunggal 20mg/kgBB yang diulangi lagi 4-6 jam

S. japonicum :
 Dosis tunggal 30mg/kgBB diulangi lagi 4-6 jam

D. latum dan H. nana :


 Dosis tunggal 15-25mg/kgBB
T. saginata dan T. solium :
 Dosis tunggal 5-10mg/kgBB

T. solium : diberikan pencahar 2 jam setelah pengobatan untuk mencegah


sistiserkosis

Paragonimus westermani fascioliasis, clonorchiasis, opisthorchiasis :


 Dosis 3 kali sehari 25mg/kgBB selama 1-3 hari

Harus diminum dengan air, sesudah makan dan tidak dikunyah


10. METRIFONAT
Metrifonat adalah senyawa organofosfat yang
merupakan obat alternatif untuk S. Haemotobium
obat ini tidak efektif terhadap S. Mansoni dan S.
Japonicum.

Obat ini adalah suatu prodrug yang dikonversi


menjadi diklorvos, suatu penghambat kuat
kolinesterase.
Kadar puncak pada pemberian oral 1-2 jam
Waktu paruh 1 ½ jam
Efek samping
 Gejala kolinergik yang ringan dan selintas
 Mual, muntah, diare, nyeri perut, bronkospasme, sakit
kepala, berkeringat, lelah, lemah, pening dan pusing.

Gejala ini dapat terjadi dalam 30 menit sampai 12


jam.
Kontra Indikasi
Jangan diberikan pada orang yang baru terpapar
dengan insektisida atau obat yang menghambat
koliesterase
Penggunaan pelumpuh otot harus disingkirkan
sekurang-kurangnya 48 jam sebelum pemberian
metrifonat
Ibu hamil
Dosis
Dosis anjuran 7,5 mg – 10 mg/KgBB diberikan
sebanyak 3 kali dengan interval 14 hari.

Metrifonat juga efektif sebagai profilaksis


untuk anak didaerah endemik dengan
pemberian sebulan sekali.
11. NIKLOSAMID
NIKLOSAMID
Niklosamid merupakan obat alternative setelah
ivermectin untuk T.Saginata, D.atum, dan H.nana
sebagai Taenisid

Departemen Farmakologi dan Terapeutik


FKUI.2008.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Kerjanya
menghambat Obat membunuh
fosforilasi anaerob skoleks dan
mitokondria parasite Mekanisme
terhadap ADP yang
segmencestoda
Kerja
menghasilkan tetapi tidak telur-
energy untuk telurnya.
pembentukan ATP

Departemen Farmakologi dan Terapeutik


FKUI.2008.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
DOSIS
Tersedia dalam bentuk tablet kunyah
500 mg  sebelum makan
Dewasa  dosis tunggal 2 gram
Anak-anak: BB > 34 kg : 1,5 gr dan
BB 11-34 kg: 1 g

Departemen Farmakologi dan Terapeutik


FKUI.2008.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
EFEK SAMPING
Niklosalamid sedikit sekali diserap dan hampir bebas dari efek samping,
kecuali sedikit keluhan sakit perut.
Niklosalamid tidak mengganggu fungsi ginjal, fungsi hati dan darah, dan
juga tidak mengiritasi lambung.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik


FKUI.2008.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Perlu diperhatikan kemungkinan terjadi sistiserkosis pada penggunaan
untuk T.solium  karna Niklosamid tidak merusak telur-telur yang ada
dalam segmen  sehingga telur-telur yang masih hidup dilepaskan ke
lumen usus dari segmen cacing.

Untuk mencegah perlu diberikan pencahar 1-2 jam sesudah minum obat
yang terakhir, agar cacing-cacing keluar sebelum dicerna.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik


FKUI.2008.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
KONTRAINDIKASI

Alcohol harus dilarang


selama satu hari ketika
niklosamid diberikan

Departemen Farmakologi dan Terapeutik


FKUI.2008.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Laporan Kasus
Identitas

Nama : Ny. S
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin` : Perempuan
Alamat : Wonggeduku
Pekerjaan : Petani
DPJP : dr. Tety Yuniarti Sudiro, Sp. PD
No. RM : 50 55 09
Ruangan : Ruang Perawatan Laika Mendidoha
Tgl Masuk RS : 02 Desember 2017
Tgl Pemeriksaan : 04 Desember 2017
Laporan Kasus
Anamnesis
KU : BAB Cair
AT: Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama BAB Cair. Keluhan
ini telah dirasakan sejak 3 hari yang lalu, BAB bisa 10 kali dalam sehari,
tidak ada darah ataupun lendir. Pasien juga mual (+), muntah (+), nyeri ulu
hati, perut kembung, dan sering mengeluarkan gas. Pasien juga mengeluh
nafsu makan baik namun pasien mengeluh berat badan menurun. BAK
biasa, kesan normal. Riwayat gatal-gatal pada kaki (+). Riwayat atopi (-).
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat keluhan yang sama
dalam keluarga (-). Riwayat penyakit lain (-)
Laporan Kasus
Pemeriksaan Fisik

Status Present Tanda Vital


• KU : sakit sedang • TD : 120/70 mmHg
• Kesadaran : compos mentis • Nadi : 72 kali/menit
• Status gizi • Pernapasan : 22 kali/menit
• BB : 68 kg TB : 158 cm • Suhu : 36,2 0C/axillar
• IMT : Obes I (28,23)
S
T Kulit
A
T • Berwarna sawo matang, pucat (-) petekie (-)
U
S Kepala
G • Bentuk bulat, simetris, normocephal (+)
E
N Rambut
E • Berwarna hitam
R
A • Alopesia (-)
L
I Mata
S • Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
A • Pupil bulat isokor kiri = kanan, edema palpebra (-)
T
A
S
T
A Hidung
T
U • Epistaksis (-), rinore (-)
S
G Telinga
E
N • Bentuk telinga normal, otore (-)
E
R
A Mulut
L
I • Bibir pucat(-) kering (-), perdarahan gusi (-),
S Karies (-), Lidah kotor (-), tremor lidah (-),
A lidah pucat (+)
T
A
S
T
• Inspeksi : pembesaran (-)
A
LEHER • Palpasi : pembesaran kel. Tiroid (-), Trakea di
tengah, tidak ada pembesaran KGB, T
• JVP= R-2 cmH2O U
S
• Inspeksi : Pergerakan simetris kanan kiri. retraksi
sela iga (-)
G
THORAK • Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-) E
S • Perkusi : sonor (+/+). Batas paru hepar ICS VI linea
N
midclavicula dextra
• Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- E
R
A
• Inspeksi : IC tidak terlihat
• Palpasi : IC tidak teraba L
• Perkusi: Pekak (+). Batas jantung kanan linea I
JANTUNG parasternal dextra, batas jantung kiri ICS V
midaksilaris sinistra S
• Auskultasi: BJ I,II murni reguler, S3/gallop (-), A
Murmur (-)
T
A
S
T
• Inspeksi : tampak datar, ikut gerak napas A
• Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat T
ABDOMEN • Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepar
U
tidak teraba, Lien & ginjal tidak teraba
• Perkusi : timpani (+) S
G
• Inspeksi : Deformitas (-)
• Palpasi :Vokal fremitus simetris ki=ka kesan E
PUNGGUNG
normal N
• Perkusi : nyeri ketuk (-) E
• Auskultasi
-/-
: vesikuler +/+, Ronki -/-, Wh
R
A
L
EKSTREMIT


kekuatan otot ka5-5, ki 5-5
Udem (-). I
AS • Petekie (-) S
• Akral hangat (+), pucat (-) A
T
A
Laboratorium

• Darah rutin

Parameter Hasil Nilai rujukan

WBC 14,94 [10^3/ul] 4.00-10.0


RBC 4,50 [10^6/ul] 4.00-6.00
HGB 11,5 g/dl 12.0-16.0
HCT 36,6 [%] 37.0-48.0
MCV 79,6 fL 80.0-97.0
MCH 25,0 Pg 26.5-33.5
MCHC 31,4 g/dl 31.5-35.0
PLT 245 [10^3/ul] 150-400
EO
Laboratorium

• Kimia Darah

Parameter Hasil Nilai Rujukan

GDS 270 mg/dL 70-180


P = 15-40
Ureum 19 mg/dL
L = 15-44
P = 0,5-1,0
Creatinine 0,7 mg/dL
L = 0,7-1,2

L=<45
SGOT 14 gr/dL
P=<31
L=<41
SGPT 10 gr/dL
P=<31
Laboratorium
• Parasitologi (Feses)
Parameter Hasil

Makro Konsistensi : lunak (padat)


Warna : kecoklatan
Lendir :-
Darah :-

Mikro Leukosit : 1-2


Eritrosit : 1-1
Epitel : 2-4
Bakteri :-
Telur cacing : Ancylostoma Duodenale 1-2
Resume
• Perempuan, 42 tahun
• BAB cair sejak 3 hari yang lalu, BAB bisa sampai 10 kali, tidak
ada darah ataupun lendir.
• mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati, perut kembung, dan sering
mengeluarkan gas.
• nafsu makan baik namun pasien mengeluh berat badan menurun.
• BAK biasa, kesan normal.
• Riwayat gatal-gatal pada kaki (+)
• Riw. Atopi (-), Riw. Penyakit lain (-)
• Pemfis: Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 72 kali/menit,
pernapasan 22 kali/menit, suhu 36,2 0C/axillar
• parasitologi feses didapatkan telur cacing Ancylostoma
Duodenale
Diagnosis

ANKILOSTOMIASIS

Pemeriksaan Penunjang :
• Apusan Darah Tepi
Penatalaksanaan

a. Non- Farmakologi
- Bed rest / tirah baring
- Diet TKTP
- Edukasi

b. Farmakologi
- IVFD RL 20 tetes per menit
- Sulfas Ferosus
- Mebendazole 100 mg 2x1 (selama 3 hari)
Pembahasan Kasus
Kasus Teori
Perempuan, 42 tahun, Di Indonesia insiden ankilostomiasis
Petani tertinggi ditemukan terutama didaerah
pedesaan khususnya perkebunan atau
pertanian. Seringkali golongan pekerja
yang langsung berhubungan dengan
tanah, mendapat infeksi lebih dari 70%.
Pembahasan Kasus
Kasus Teori
Gejala Klinik : • Stadium Larva
• BAB cair sejak 3 hari yang - Bila banyak larva filariform menembus
lalu, BAB bisa sampai 10 kulit, maka dapat terjadi perubahan kulit
kali, tidak ada darah yang disebut grown itch, yaitu ruam
ataupun lendir. makulopapula sampai vesikel yang
• mual (+), muntah (+), nyeri terasa gatal di kaki.
ulu hati, perut kembung, - Selama larva berada di dalam paru-paru,
dan sering mengeluarkan dapat menyebabkan gejala batuk darah
gas. yang disebabkan oleh pecahnya kapiler-
• nafsu makan baik namun kapiler dalam alveoli paru-paru.
pasien mengeluh berat - Rasa tak enak pada perut, kembung,
badan menurun sering mengeluarkan gas (flatus),
• BAK biasa, kesan normal. mencret-mencret, merupakan gejala
• Riwayat gatal-gatal pada iritasi cacing terhadap usus halus yang
kaki (+) terjadi lebih kurang 2 minggu setelah
larva mengadakan penetrasi ke dalam
kulit.
Pembahasan Kasus
Kasus Teori
• Stadium Dewasa
- Tiap cacing Ancylostoma duodenale
menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 0,08-0,34 cc sehari. Pada
infeksi kronik atau infeksi berat dapat
terjadi anemia hipokrom mikrositer.

- Oleh karena itu, pasien dengan infeksi


cacing tambang tak jarang datang ke
rumah sakit dengan gejala-gejala anemia
yang timbul antara lain, lemas, mudah
lelah, tampak pucat, perasaan jantung
berdebar-debar, dan kadang sesak napas.
Pembahasan Kasus
Kasus Teori

a. Parasitologi feses Pemeriksaan laboratorium


dapat ditemukan :
- Telur cacing : Ancylostoma Duodenale
- Anemia, biasanya anemia
mikrositik hipokrom
- Eosinofilia
- Telur cacing atau larva di
dalam tinja
Pembahasan Kasus
Kasus Teori

a. Non- Penatalaksanaan non-medikamentosa


Farmakologi berupa :
- Bed rest / tirah - Bed rest tidak total
baring - Diet dengan memberikan nutrisi
- Diet TKTP yang baik (TKTP/ Tinggi Kalori
- Edukasi Tinggi Protein)
- Edukasi
Pembahasan Kasus
Kasus Teori
b. Farmakologi Penatalaksanaan medikamentosa yaitu
- IVFD RL 20 tetes per dengan pemberian obat cacing antara lain ;
menit - Pirantel pamoat dosis tunggal 10
- Sulfas ferosus mg/kgBB, atau
- Mebendazole 100 mg - Mebendazole 100 mg, 2x sehari, selama
2x1 (selama 3 hari) 3 hari berturut-turut, atau
- Albendazole untuk anak di atas 2 tahun
400 mg, dosis tunggal
MEBENDAZOLE
1. Nama obat Mebendazol
  Farmakodinami Mebendazol menghambat kerusakan struktur subselular dan
k menghambat sekresi asetilkolinestrase cacing. Obat ini juga
menghambat ambilan glukosa secara ireversibel sehingga
terjadi pengosongan (deplesi) glikogen pada cacing. Cacing
akan mati perlahan-lahan dan hasil terapi memuaskan setelah
3 hari pemberian obat. Obat ini juga menimbulkan sterilitas
pada cacing tambang sehingga telur gagal berkembang
menjadi larva. Tetapi larva yang sudah matang tidak dapat
dipengaruhi oleh mebendazol.(Sukarban,1995)

  Farmakokinetik Mebendazol hampir tidak larut dalam air dan rasanya enak.
Pada pemberian oral absorpsinya buruk. Obat ini memiliki
bioavaibilitas sistemik yang rendah, disebabkan absorsinya
yang buruk dan mengalami first pass hepatic metabolism
yang cepat. Diekskresi terutama lewat urin dalam bentuk
utuh dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam tempo
48 jam. Juga ditemukan metabolit dalam bentuk konyugasi
yang diekskresi bersama empedu. Absorpsi mebendazole
akan meningkat bila diberikan bersama dengan makanan
berlemak.(Sukarban,1995)
  Dosis Dewasa : 2 x 100 mg selama 3 hari
Anak-anak : 2 x 100 mg selama 3 hari(Sukarban,1995)

  Efek samping Mebendazol tidak menyebabkan efek sistemik toksik


dan mungkin karena absorpsinya yang buruk sehingga
kontraindikasi aman diberikan pada penderita dengan anemia maupun
malnutrisi. Mebendazol dikontraindikasikan pada
penderita dengan riwayat hipersensitivitas.(Sukarban,1995)

  Interaksi Karbamazepin dan fenitoin menurunkan efek kerja


mebendazol. Sedangkan simetidin meningkatkan
konsentrasi plasma mebendazol.(Garekar,2005)

  Perhatian Tidak direkomendasikan diberikan pada wanita hamil,


terutama pada trimester pertama. Pemakaian dalam
jangka waktu lama dapat menyebabkan peningkatan
enzim hati.(Garekar,2005)
SULFAS FEROSUS
1. Nama preparat Fero sulfat
besi
  Indikasi Anemia defisiensi besi

  Dosis Dewasa : 2-3 x 300 mg selama 6 bulan setelah


makan.(Depkes,2000)

  Efek samping Iritasi saluran cerna, mual, nyeri epigastrik,


konstipasi, tinja berwarna hitam.(Depkes,2000)
1. Nama obat Sulfas Ferosus
  Farmakodinami Ferrous sulfate bekerja sebagai pengganti cadangan besi yang
k terdapat pada hemoglobin, mioglobin, dan berbagai enzim.
Zat besi bergabung dengan rantai porfirin dan globin untuk
membentuk hemoglobin, yang sangat penting untuk
pengiriman oksigen dari paru ke jaringan lain.

  Farmakokinetik Absorbsi :
Pada keadaan normal proses absorpsi besi berkisar 0,5-1 mg
per hari. Penyerapan besi total meningkat menjadi 1-2
mg/hari pada wanita menstruasi dan dapat mencapai 3-4
mg/hari pada wanita hamil. Penyerapan besi berlangsung
pada duodenum dan jejunum proksimal
Distribusi :
Besi diangkut dalam plasma terikat ke transferin, suatu beta
1-globulin glikoprotein, untuk kemudian diangkut ke
berbagai jaringan, terutama sumsum tulang. Selain transferin,
sel-sel retikulum juga dapat mengangkut besi untuk
keperluan eritropoesis. Besi dapat melintasi plasenta dan
masuk ke dalam ASI.
Farmakokinetik Metabolisme :
Selain pada mukosa usus, besi juga disimpan di
makrofag hati, limpa, sumsum tulang, otot serta
sel parenkim hati. Mobilisasi besi dari makrofag
dan hepatosit dikendalikan oleh regulasi hepsidin
terhadap aktivitas feroportin. Hepsidin
menghambat pelepasan besi. Rendahnya
konsentrasi hepsidin menyebabkan pelepasan
besi dari berbagai tempat penyimpanan,
sedangkan hepsidin dengan konsentrasi yang
tinggi menghambat pelepasan besi.

Elimiinasi :
Sekitar 0,5-1 mg besi keluar melalui feses
melalui eksfoliasi sel-sel mukosa usus,
diekskresikan di empedu, urin, dan keringat.
Pada kondisi menstruasi, jumlah besi yang
dieksresi juga diperkirakan sebanyak 0,5-1 mg.
Peringatan Penggunaan ferrous sulphate harus berhati-
hati pada pasien dengan hemoglobinopati,
gangguan penyimpanan atau absorpsi besi,
riwayat ulkus peptikum, dan post
gastrektomi.

Penggunaan ferrous sulfate tidak boleh


melebihi dosis yang disarankan. Penggunaan
melebihi dosis 20 mg/kg dapat menyebabkan
toksisitas, termasuk gagal ginjal dan iron-
induced coagulopathy.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2008.Farmakologi dan


Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2016.Farmakologi dan
Terapi Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 9. Jakarta : Penerbit Asli
(MIMS Pharmacy Guide).
Drugbank. Ferrous Sulfate. https://www.drugbank.ca/drugs/DB13257.
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Farmakologi Dasar & Klinik.
McGraw Hill. New York. 2010.
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan
Terapi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2009.

Anda mungkin juga menyukai