1. IMPETIGO 4
2. IMPETIGO ULSERATIF (EKTIMA) 4
3. FOLIKULITIS SUPERFISIALIS 4
4. FURUNKEL, KARBUNKEL 4
5. ERITRASMA 3A
6. ERISIPELAS3A
7. SKROFULODERMA 3A
8. LEPRA 4
9. REAKSI LEPRA3A
10.SIFILIS STADIUM 1 DAN 24
SISTEM INTEGUMEN
furunkel
ETIOLOGI TERAPI
Kelainan kulit : nodul eritematosa berbentuk kerucut yang keras -> dalam beberapa
hari akan melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik -> ruptur ->
jadi fistul dan rasa nyeri mereda
Kelainan kulit : lesi inflamasi yang lebih besar dan dalam dari furunkel. Area yang
terkena akan merah dan indurasi lalu pustul dalam jumlah banyak akan muncul di
sekitar folikel rambut
• Tata Laksana
• Seperti pengobatan TB Paru, namun
biasanya hanya dipakai 3 rejimen saja,
yaitu Isoniazid (H), Rifampisin (R), dan
Pirazinamid (Z). Atau dapat pula
diberikan Etambutol (E).
• Tata Laksana
Sifilis • Penisilin
– Penisilin G benzatin 4,8 juta IU IM (2,4
juta IU), satu kali seminggu
• Pemeriksaan Penunjang – Penisilin G prokain dalam akua 6 juta IU,
• Pemeriksaan T. Pallidum diberikan 0,6 juta IU/hari selama 10 hari
– PAM 4,8 juta IU, diberikan 1,2 juta
• Tes Serologik Sifilis (T.S.S.) IU/kali, 2 kali seminggu
• Pemeriksaan Lain seperti • Antibiotik lain
– (Alergi Penisilin) Tetrasiklin 4 x 500
Histopatologi dan Imunologi mg/hari atau dosisiklin 2 x 100 mg/hari
• Diagnosis Banding – Sefaleksin 4 x 500 mg/hari selama 15 hari
– Seftriakson 2 gr/hari I.M atau I.V selama
• S I Herpes simplex, ulkus 15 hari
piogenik, skabies, chancroid, – Azitromisin 500 mg/hari dosis tunggal,
granuloma inguinale selama 10 hari
• Dilakukan evaluasi serologis pada bulan I, III,
• S II Pitiriasis rosea, erupsi obat VI, dan XII, serta setiap enam bulan pada
alergik, psoriasis, kondiloma tahun ke-2.
akuminatum, mobili
INFEKSI PARASIT & GIGITAN SERANGGA
11. CUTANEUS LARVA MIGRAN 4
12. FILARIASIS 4
13. PEDIKULOSIS KAPITIS 4
14. PEDIKULOSIS PUBIS 4
15. SKABIES 4
16. PARONIKIA 4
17. REAKSI GIGITAN SERANGGA 4
FILARIASIS
• DEFINISI
• Penyakit menular menahun
yang disebabkan oleh cacing
filaria dan ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk.
ETIOLOGI
3 spesies cacing filarial:
- Wuchereria bancrofti
- Brugia malayi
- Brugia timori
GEJALA AKUT
DIAGNOSA
• Adenolymphangitis (ADL)
• Demam tinggi (demam filarial), • Terdapat manifestasi klinis
menggigil, lesu • diagnosis parasitologis : dari spesimen
• Limfadenitis yang biasanya darah diperoleh mikroflaria (Antara
sembuh secara spontan setelah 1
pukul 21:00 dan 03:00 jam untuk
minggu, dan dapat berulang
beberapa kali dalam setahun. bentuk periodik nokturnal berkala)
• Pitting edema
• Pada pria dapat terjadi funiculitis
akut atau epididymo-orchitis
(dapat unilateral atau bilateral)
TATA LAKSANA Ivermektin
• Dosis tunggal 150 μg/kgBB
• Efektif untuk mengurangi mikrofilia w. bancrofti
farmakologis • Diberikan setap 6 bulan atau 12 bulan (agar
mikrofilaremia tetap rendah)
Diethyl Carbamazine Citrate (DEC)
• Kontraindikasi untuk wanita hamil dan anak < 5 tahun
• Dosis: 6 mg/KgBB P.O 3x/hari ,
Antibiotik atau Antijamur
setelah makan, selama 12 hari • Mencegah limfedema kronis
Fase Lanjut
PROGRESIVITAS FILARIAL LIMFEDEMA BERDASARKAN WHO
• Derajat 1 : limfedema umumnya bersifat edema pitting, hilang dengan spontan bila kaki
dinaikkan.
• Derajat 2 : limfedema umumnya edema non pitting, tidak secara spontan hilang dengan
menaikkan kaki.
• Derajat 3 : limfedema, volume edema non pitting bertambah dengan dermatosklerosis dan lesi
papilomatous.
GIGITAN SERANGGA
DEFINISI
Merupakan reaksi alergi akibat gigitan, sengatan serangga dan kontak dengan bagian
tubuh serangga.
GEJALA KLINIS
• Reaksi lokal gatal, nyeri ringan-berat, erythema, nyeri tekan, panas dan edema.
• Reaksi lokal berat generalized erythema, urticaria, pruritus edema.
• Reaksi sistemik/anafilaksis reaksi lokal, ansietas, disorientasi, weakness,
gangguan gastrointestinal (cramp, diare, muntah), syncope, hipotensi, stridor,
dyspnea. Jika progresif respiratory failure dn cardiovascular collapse
TATA LAKSANA
• Umumnya simptomatik: kortikosteroid topical, analgesic, dan
antihistamin per oral
• Ada infeksi sekunder: antibiotic topical maupun sistemik