Anda di halaman 1dari 61

KEMOTERAPI

PARASIT
• Kemoterapi : Obat kimiawi yang digunakan untuk
infeksi mikroorganisme (bakteri, fungi, virus,
plasmodium, amuba, protozoa, cacing).

• Parasit : agen-agen infeksi yang dikenal


seperti virus, jamur, bakteri,protozoa, dan helminthes.
Antimalaria
• Malaria adalah infeksi Plasmodium yang ditularkan dari manusia
dengan gigitan nyamuk Anopheles betina.

• Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis

• Pada manusia, plasmodium menginfeksi sel darah merah (eritrosit) dan


mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan sel darah merah.
• Parasit penyebab malaria berkembang biak di dalam sel
darah merah, kemudian pecah dalam waktu 48 - 72 jam,
menginfeksi sel darah merah

• Malaria juga dapat menular sejak lahir (dari ibu ke bayi


yang dikandungnya) dan transfusi darah.
• 4 macam plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria :
- Plasmodium Falciparum
- Plasmodium Vivax
- Plasmodium Malariae
- Plasmodium Ovale
• Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah.
• Dengan perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam
darah manusia dan berkembang biak dengan membelah diri
Tindakan Pencegahan Umum

Menghindari kontak antara manusia dan vektor (nyamuk Anopheles)

Menghilangkan penyebaran infeksi oleh manusia dengan dengan obat


antimalaria
Obat- obat yang utama

NO NAMA OBAT KELOMPOK PENGGUNAAN


1 Choloroquine 4 - Aminoquinoline Pengobatan dan kemoprofilaksis infeksi
parasit-parasit yang sensitif
2 Amodiaquine 4 - Aminoquinoline Pengobatan infeksi strain P falciparum
resisten- choloroquine
3 Quinine Quinoline methanol Pengobatan peroral infeksi P falciparum
resisten- choloroquine
4 Quinidine Quinoline methanol Terapi intravena infeksi berat P falciparum
5 Mefloquine Quinoline methanol Kemoprofilaksis dan pengobatan infeksi P
falciparum
6 Primaquine 8 – Aminoquinoline Penyembuhan radikal dan profilaksis terminal
infeksi P vivax dan P ovale
7 Sulfadoxin-pyrimethamine Kombinasi antagonis folate Pengobatan infeksi beberapa P
(Fansidar) falciparum resisten-
choloroquine
8 Proguanil Antagonis folate Kemoprofilaksis (dengan
choloroquine)
9 Doxycycline Tetracyline Pengobatan (dengan quinine)
infeksi P falciparum
10 Halofantrine Pheanantherene methanol Pengobatan infeksi beberapa P
falciparum resisten-
choloroquine
11 Artemisnis Sesquiterpene lactone Pengobtan infeksi P falciparum
endoperoxides resisten
1. Chloroquine

• Chloroquine telah menjadi obat pilihan untuk pengobatan dan kemoprofilaksis


malaria sejak tahun 1940.

• Menjadi obat pilihan bagi pengobatan P falciparum yang sensitif dan spesies
parasit lainnya.

• Choloroquine utamanya diekskresi dalam urine dengan waktu paruh awal 3-5
hari.
2. Mefloquine

• Mefloquine merupakan terapi yang efektif untuk strain P falciparum yang resisten
terhadap choloroquine dan terhadap spesies lainnya.

• Obat ini hanya dapat diberikan peroral karena pada penggunaan parenteral dapat
terjadi iritasi lokal berat.

• Obat ini diabsorpsi dengan baik, dan konsentrasi plasma puncak dicapai dalam
sekitar 18 jam.

• efek kerjanya sama sama dengan choloroquine yaitu berikatan pada DNA dan RNA
sehingga menghambat polimerase DNA dan RNA, mempengaruhi metabolisme
dan kerusakan haemoglobin oleh parasit, menghambat efek prostaglandin
Antiamuba
• Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh
Entamoeba histolytica (suatu parasit bersel tunggal).
• Salah satu penyakit parasit yang endemik dan banyak
menimbulkan kematian dibanyak negara, terutama didaerah
tropis yang sanitasinya relatif rendah.
• Bentuk amuba yaitu : bentuk kista, bentuk minuta (kecil), dan
bentuk histolitika
• Antiamuba bekerja sebagai amubisid yaitu membunuh amuba untuk
mengobati amubiasis

• Macam-macam amubiasis : Amubiasis usus


Amubiasis hati
• Komplikasi : - Perforasi dinding usus( pembocoran)
- Peroitonitis dan pendarahan
• Penyakit yang disebabkan amuba umumnya menyerang usus
Pengobatan amubiasis
Situasi Klinik Obat Pilihan dan Dosis Dewasa Obat-obat alternatif dan dosis Dewasa
Infeksi Usus Agen luminal : Diloxamide furoate,
asimtomatis 500 mg 3 kali sehari selama 10 hari
Atau
Iodoquinol. 650 mg 3 kali sehari
selama 21 hari
Atau
Paramomycin, 10 mg/kg 3 kali
sehari selama 21 hari
Infeksi usus ringan Metronidazole, 750 mg 3 kali Agen luminal (lihat diatas)
hingga sedang sehari atau 500 mg IV setiap 6 jam Plus salah satu
selama 10 hari Tetracycline 250 mg 3 kali sehari selama 10 hari
Plus Atau
Agen luminal (lihat diatas) Erythromycin 500 mg 4 kali sehari selama 10
hari
Infeksi usus berat Metronidazole, 750 mg 3 kali Agen luminal (lihat diatas)
sehari atau 500 mg IV setiap 6 jam Plus salah satu
selama 10 hari Tetracycline 250 mg 3 kali sehari
Plus selama 10 hari
Agen luminal (lihat diatas) Atau
Dehydroemetine atau emetine 1
mg/kg subkutan atau intramuscular
selama 3-5 hari
Abses hati ammeboma dan Metronidazole, 750 mg 3 kali Dehydroemetine atau emetine 1
penyakit ektraintestinal lain sehari atau 500 mg IV setiap 6 jam mg/kg subkutan atau intramuscular
selama 10 hari selama 3-5 hari
Plus Atau
Agen luminal (lihat diatas) Agen luminal (lihat diatas)
HELMINTOLOGI

“ Ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing

Helmint dibagi :
1. Nemathelminthes (cacing gilik) (nema=benang/bulat)
-Nematoda : Nematoda usus dan nematode jaringan

2. Platyhelminthes (cacing pipih)


- Trematoda (cacing daun)
- Cestoda (cacing pita)
Nematoda

• Mrp spesies terbesar di antara cacing yg hidup sbg


parasit

• Cacing ini berbeda dalam habitat, daur hidup dan


hubungan hospes parasit
Nematoda Usus
• Ascaris lumbricoides (cacing gelang)

• Enterobius vermicularis (cacing kremi)

• Taxocara canis dan Taxocara cati

• Hookworm (cacing tambang)

- Necator americanus  manusia

- Ancylostoma duodenale manusia

- Ancylostoma braziliense  kucing, anjing

- Ancylostoma ceylanicum  anjing, kucing

• Trichuris trichiura (cacing cambuk)

• Strongyloides stercoralis
Ascaris lumbricoides (Cacing
Gelang)

• Hospes: manusia

• Penyakit: askariasis

• Morfologi dan siklus hidup

Cacing jantan: 10-30 cm

Betina 22-35 cm

Dlm lingkungan yang sesuai telur dibuahi menjadi bentuk


infektif 3 minggu
Siklus hidup:

Jika telur infektif tertelan didlm usus telur menetas larva


keluar dr telur menembus dinding usus  masuk ke vena
porta hatimelalui darahjantung paru-parumenembus
dinding kapiler  alveoli  larva menuju trakea, laring, faring,
lambung dan akhirnya ke usus.

Sesudah berganti kulit larva brkembang mjd cacing dewasa


Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
Diagnosis
 Bisa lgs ditntukan jika ditemukan cacing dewasa atau telur
cacing dlm tinja penderita.

Cacing dewasa mungkin jg keluar dr mulut dan lubang


hidung

Larva dpt ditemukan pd dahak penderita

• Pengobatan
4 jenis obat : -pirantel, - levamizol, - mebendazol, -
albendazol
Enterobius vermicularis
(Cacing Kremi)

• Hospes : Manusia
• Nama penyakit: enterobiosis, oksiuriasis
• Distribusi geografik
lebih banyak ditemukan di daerah dingin dan
daerah panas
Daerah dingin jarang mandi/mengganti
baju dalam
Siklus hidup

infx tjd dgn tertelannya telur infektif yg berembrio, yg


segera mnetas di usus

Larva lalu berkembang mjd cacing dewasa jantan n betina

Cacing betina mletakkn telurnya di sekitar anus, segera


mjd telur infektif yg berembrio.

Gejala Klinis : Gatal sekitar dubur, nyeri perut dan diare


Life Cycle Enterobius vermicularis
Teknik Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan
Pengobatan dan Pencegahan

• Obat –obat cacing yg biasa dipakai: mebendazol dan pirantel

• Mencegah penyebaran enterobiasis:


1. mandi pagi & mencuci daerah anal
2. Ganti pakaiansedikitnya 1 kali sehari
3. mencegah anak mnghisap jari
Toxocara canis dan Toxocara cati

• Hospes T. canis anjing

• Hospes T. cati kucing

• Distribusi geografik

di Jakarta pada anjing 38,5%, Pada kucing 26,0%

• Morfologi

T.canis: jantan 3,6-8, cm: betina 5,7-10 cm

T.cati Jantan 2,5-7,8; betina: 2,5-14,0 cm Bentuknya menyerupai


A. lubricoides muda
Life Cycle Toxocariasis
Cacing Tambang
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Sejarah
Cacing tambang di Eropa dulu ditemukan pd
pekerja tambang
Penyebab nekatoriasis/ankilostomiosis

Distribusi Geografik
Di daerah khatulistiwa: pertambangan dan perkebunan
Prevalensi di Indonesia (pedesaan) sekitar 40%
Morfologi dan Daur Hidup

• Cacing dewasa di rongga usus mulut melekat pada mukosa


dinding usus

N. americanus 9000 telur/hari (bentuk S)

A. duodenale 10000 telur/hari (bentuk C)


Life Cycle Necator americanus and Ancylostoma duodenale
Daur Hidup

Telur bersama tinja dlm tanahmenetas mjd larva rabditiform (2


hari) infektif stlah brganti kulit 2 X dlm waktu 1 mnggu
brkmbang mjd larva filariform infektif  menembus kulitkapiler
darah jantung parubronkustrakhealaringdan
akhirnya mnjd dewasa di usus halus

Infeksi terjadi bila larva menembus kulit

Diagnosis: telur dalam tinja


Epidemiologi

Di Indonesia (pedesaan) perkebunan pekerja

Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai


pupuk

Menghindari infeksi sandal/sepatu


Trichuris trichura (cacing cambuk)

• Hospes; manusia trikuriasis

• Morfologi

- Betina kira-kira 5 cm, jantan 4 cm

- Bentuknya mirip biji melon, warna coklat


Cacing dewasa dan Telur
Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
anterior

Posterior

Betina Jantan
Daur hidup

Telur infektif yg mencemari tanah tertelan bersama mknan


masuk dlm usus

• Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam usus timbul


iritasi

• Epidemiologi/Penyebaran

Penyebaran penyakit karena tanah terkontaminasi dengan tinja.


Life Cycle Trichuris trichura
fILARIASI
S
- Disebabkan oleh Wuchereria brancrofti, Brugia
malayi, dan Onchocerca volvulus

 W.bancrofti bentuknya sprti rambut berwarna putih


susu, pnjg cacing jantan 4 cm, betina 10cm.

 Brugia malayi, pnjg jantan 23cm, betina 55cm.

 O. volvulus jantan 4 cm, betina 50cm.


Siklus Hidup
• Cacing ditularkan dr penderita ke org lain dgn perantara serangga
melalui gigitannya.

• Serangga penular W.bancrofti dan B. malayi adlh nyamuk.

• O. Volvulus ditularkan Simulium (lalat)

• Hospes W.bancrofti adlh manusia.


• Tersebar di daerah trpis, mis: Afrika Timur.

• Pengobatan saat ini dpt use dietilkarbamazin dan ivermektin


MIKOLOGI
• DEFINISI
– Ilmu yang mempelajari jamur  Mikologi
– Ilmu yang mempelajari jamur serta penyakit
yang ditimbulkannya pd manusia  mikosis
– Mikosis superfisialis  pd permukaan badan
(kulit, rambut & kuku).
– Mikosis profunda/sistemik  pd organ
dalam (mulut, paru-paru)
• MORFOLOGI
a. Khamir  sel-sel yg terbentuk bulat, lonjong atau
memanjang berkembangbiak dgn bentuk tunas dan
membentuk koloni yg basah & berlendir.
b. Kapang  sel-sel memanjang & bercabang yang disebut
hifa (bersekat shg terbagi banyak sel).
– Hifa vegetatif  mengambil mak. u/ pertmbhn
– Hifa reproduktif  membentuk spora
– Hifa udara  mengambil oksigen
c. Hifa dpt berwarna a/ tdk berwarna & jernih.
d. Spora dpt dibentk  aseksual (talospora) a/ seksual
• PEMBAGIAN KELAS JAMUR
• Actinomycetes, tergolong bakteri, tetapi krn penykt mirip
dgn penykt jamur, maka secara tradisional termasuk dlm
mikologi.
• Myxomycetes, bentuk vegetatif terdiri dari sel-sel
bergabung dan membentuk sporulasi jamur.
• Chytridiomycetes, mempunyai hifa senositik, species yg
patogen Rhinosporidium seeberi.
• Zygomycetes, bersama Oomycetes patogen thdp binatang
air & tumbuhan  Phycomycetes
• Ascomycetes,  penykt jamur sistemik pd manuasia.
• Basidiospora, patogen pada manusia  Criptococcus
neoformans.
• Deuteromycetes  semua kapang stadium seksualnya.
MIKOSIS SUPERFISIAL
• Mikosis superfisial  Penyakit jamur yg
menyerang lapisan permukaan kulit (stratum
korneum, rambut & kuku)
• Terbagi 2 kelompok :
1) Jamur Bukan Golongan Dermatofita :
 Tinea versikolor (panu)
 Otomikosis (kulit liang telinga)
 Piedra hitam (rambut kepala)
 Piedra putih (rambut kepala, kumis, janggut)
 Onikomikosis (kuku)
 Tinea nigra palmaris (telapak tangan & kaki)
2) Jamur Golongan Dermatofita (Dermatofitosis):

 Tinea kapitis (rambut kepala)


 Tinea korporis (kulit badan, lengan & tungkai)
 Tinea imbricata (kulit badan)
 Tinea favosa (kulit kepala, tubuh & kuku)
 Tinea kruris (kulit paha bagian dalam)
 Tinea pedis (jari-jari kaki, telapak kaki)
 Tinea barbae (kulit kepala, dagu)
 Tinea unguium (kuku)
Anti Jamur

• Antijamur untuk infeksi sistemik : amfoterisin B,


flusitosin, grup azol (ketokonazol,flukonazol,
itrakonazol), kalium iodide

• Antijamur untuk infeksi topikal : griseofulvin, imidazol,


tolnaftat, nistatin, kandisidin, asam salisilat, asam
undesilinat, haloprogin, natamisin.
Amfoterisin B
• Merupakan hasil fermentasi dari Streptomyces nodosus
• Menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang
• Bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dosis.
• Efektif menghambat Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans,
Candida, Blastomyces dermatiditis, Aspergillus.
Amfoterisin B
• Mekanism kerja : berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat pada
membran sel jamur, sehingga menyebabkan kebocoran dari membran sel,
dan akhirnya lisis.
• Farmakokinetik : sangat sedikit diserap melalui saluran cerna diberikan
secara IV, distribusi ke cairan pleura, peritoneal, sinovial dan akuosa, CSS,
cairan amnion. Ekskresi melalui ginjal sangat lambat.
Amfoterisin B
• Indikasi : mikosis sistemik seperti koksidioidomikosis, parakoksidiomikosis,
aspergilosis, kandidiosis, blastomikosis, histoplasmosis.
• Efek samping : demam dan menggigil, gangguan ginjal, hipotensi, anemia,
efek neurologik, tromboflebitis.
• Penderita yang diobati amfoterisin B harus dirawat di rumah sakit, karena
diperlukan pengamatan yang ketat selama pemberian obat.
Amfoterisin B
• Sediaan : injeksi dalam vial yang mengandung 50 mg, dilarutkan
dalam 10 ml aquadest diencerkan dengan dextrose 5 % = 0,1 mg/ml
larutan.
• Dosis : 0,3 – 0,5 mg / kg BB
Flusitosin
• Spektrum antijamur sempit
• Efektif untuk kriptokokosis, kandidiosis, kromomikosis, aspergilosis.
• Mekanisme kerja : flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan
sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA
setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil. Sintesis protein sel
jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh
metabolit 5fu.
Flusitosin
• Farmakokinetik : diserap dengan cepat dan baik melalui sal.cerna,
distribusi ke seluruh tubuh, ekskresi oleh ginjal.
• Indikasi : kromoblastomikosis, meningitis (kombinasi dengan amfoterisin B)
• Efek samping : toksisitas hematologik, gangguan hati, gangguan sal.cerna
• Sediaan : kapsul 250 dan 500 mg.
• Dosis : 50 – 150 mg/kgBB sehari dibagi dalam 4 dosis, lakukan penyesuaian
dosis pada penderita insufisiensi ginjal.
Ketokonazol
• Efektif terhadap Candida, Coccodioides immitis,
Cryptococcus, H. capsulatum, Aspergillus.
• Mekanisme kerja : berinteraksi dengan enzim P-450 untuk
menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang
penting untuk membran jamur.
• Farmakokinetik : diserap baik melalui sal. Cerna, distribusi
urin, kel.lemak,air ludah, kulit, tendon, cairan sinovial.
Ekskresi melalui empedu, sebagian kecil ke urin.
• Indikasi :histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan
lemak, kriptokokosis, kandidosis.
Ketokonazol
• Efek samping : gangguan sal cerna, efek endokrin (ginekomastia, pe
libido, impotensi, ketidakteraturan menstruasi)
• Kontra indikasi : tidak boleh diberikan bersamaan dengan amfoterisin
B
Flukonazol
• Efek samping endokrin lebih kecil dibanding ketokonazol
• Mekanisme kerja : menghambat sintesis ergosterol membran sel jamur.
• Farmakokinetik : diberikan oral dan IV, absorpsi baik, ekskresi melalui
ginjal.
• Efk samping : lebih kecil dibanding ketokonazol, mual, muntah, kulit
kemerahan, teratogenik.
Itrakonazol
• Obat pilihan untuk blastomikosis
• Efektif untuk aspergilosis, kandedimia, koksidioidomikosis, kriptokokosis.
• Mekanisme kerja sama dengan azol lain
• Farmakokinetik : absorpsi baik melalui oral, ekskresi melalui ginjal.
• Efek samping : mual, muntah, kulit kemerahan, hipokalemia, hipertensi,
edema dan sakit kepala.
Griseofulvin
• Jamur yang menyebabkan infeksi jamur superfisial disebut dermatofit.
• Mekanisme kerja : obat ini masuk ke dalam sel jamur, berinteraksi dengan
mikrotubulus dalam jamur dan merusak serat mitotik dan menghambat
mitosis
• Farmakokinetik : absorpsi baik bila diberikan bersama makanan berlemak
tinggi,distribusi baik ke jaringan yang terkena infeksi, inducer P-450,
ekskresi melalui ginjal.
Griseofulvin
• Efek samping : efek samping berat jarang terjadi, hepatotoksik,
teratogenik.
• Sediaan : tablet berisi mikrokristal 125 mg dan 500 mg, suspensi 125
mg/ml.
Nistatin
• Merupakan antibiotik polien.
• Mekanisme kerja : berikatan dengan ergosterol pada membran jamur,
permeabilitas meningkat, sel jamur mati.
• Indikasi : kandidiasis kulit, selaput lendir, dan saluran cerna.
• Efek samping : jarang ditemukan, mual, muntah, diare ringan
Mikonazol dan obat topikal lain
• Mikonazol, klotrimazol, ekonazol aktif secara topikal jarang digunakan
parenteral.
• Efek samping : iritasi, rasa terbakar.
• Mekanisme kerja, spektrum, distribusi sama dengan ketokonazol.
• Sediaan : Mikonazol krim 2 %, gel 2 %, klotrimazol krim 1 %.

Anda mungkin juga menyukai