Anda di halaman 1dari 51

ANTIMALARIA

Dr. NURHIDAYATI
BAGIAN FARMAKOLOGI FK UNRAM
Plasmodium spp
 Hipocrates ( abad ke 5 ): orang pertama menggambarkan
gejala malaria.
 Galen : menamakan penyakit “ Demam Roma “ , sering
menyerang penduduk dekat rawa-rawa  Mal – aria
 Jesuit ( abad 17 ) : penggunaan kulit kayu suku bangsa
indian untuk obat malaria.
 Linnaeus ( th 1820 ) : menemukan bahan Quinine pada
pohon Cinchona.
Plasmodium spp
Ada 4 Spesies
 P. falciparum : ditemukan oleh Welch th 1897
 P. vivax : ditemukan oleh Grassi & Felleti
 P. ovale  : ditemukan oleh Stephen th 1922
 P. malariae : ditemukan oleh Laveran
Plasmodium spp

Penyakit yang ditimbulkan

 P. falciparum  Malaria Tropika ( Tertiana Maligna )


 P. vivax  Malaria Tertiana Benigna
 P. ovale   Malaria Ovale
 P. malariae  Malaria Kuartana
Plasmodium spp
Plasmodium

1 Falciparum
Malaria Tropika

2 Vivax
Malaria Tertiana Benigna

Ovale
3 Malaria Ovale

Malariae
4 Malaria Quartana
Plasmodium spp
Cara Penularan Malaria

Alamiah Bukan Alamiah

Gigitan
1. Kongenital ( Placenta )
Nyamuk Anopheles
betina
2. Transfusi darah
Plasmodium spp

Siklus hidup pada manusia

1. Ekstra - eritrosit 2. Intra - eritrosit

Sel Hati Eritrosit


Siklus hidup Malaria

Nyamuk Anopheles
Fase seksual

Fase a-seksual

Sporozoit

Fase ekso-eritrosit

Fase eritrosit
e. Plasmodium spp Siklus hidup

Manusia

Nyamuk
1. Ekstra - eritrosit

 Gigitan nyamuk : Sporozoite masuk darah 


1 jam masuk sel hati ( hepatocyte )
 ( Sel Hati ) : Sporozoite  schizont
 1 schizont  beribu-ribu merozoite
 Merozoite makin banyak  hepatocyte membesar,
hepatomegali.  sel hati pecah  merozoite
keluar dari sel hati.
1. Ekstra - eritrosit

 1 schizont : P. Falciparum  40.000 merozoit


P. Vivax  10.000 merozoit
P. Malariae,ovale  2000 – 15.000 mrzt
 Lama ekstra – eritrosit :
P. Falciparum : 5 - 6 hari.
P. Malariae : 13 – 16 hari
1. Ekstra - eritrosit

 Pada P. vivax dan P. ovale : merozoite keluar dari sel

hati  menginfeksi sel hati lain dan eritrosit.


 Merozoite menginfeksi sel hati ulang  hypnozoite

“siklus ekso-eritrosit sekunder “


 Hypnozoite P. vivax : sampai 5 tahun
P. ovale : 3 – 5 tahun
 Keadaan diatas : DAPAT TERJADI RELAPSE
2. Intra - eritrosit
 Merozoite keluar dari sel hati  eritrosit
 Stadia parasit :- Tropozoite muda
- Tropozoite tua
- schizont muda
- schizont tua
- P vivax  lebih menyukai retikulosit
- P falciparum  lebih suka eritrosit
- P malariae  eritrosit yang tua
 Dalam eritrosit merozoite bervakuola ( “ ring form “)
TITIK TANGKAP ANTIMALARIA
Klasifikasi antimalaria

Skizontosid darah
Skizontosid jaringan
Gametosid
Sporontosid
MEKANISME KERJA ANTIMALARIA

1. MENGHAMBAT KRISTALISASI HEME


 PLASMODIUM MEMBUTUHANKAN ASAM AMINO
 SALAH SATU SUMBERNYA  HEMOGLOBIN (GLOBIN)
 HEME BERSIFAT TOKSIK TERHADAPAT PLASMODIUM
 PLASMODIUM MEMPUNYAI MEKANISME PERTAHAN
DIRI UNTUK MENDAPAKAN “GLOBIN” TETAPI TIDAK
DIPENGARUHI OLEH “HEME” DENGAN MELAKUKAN
KRISTALISASI HEME  HEMOZOIN
 DERIVAT QUINOLON  MENGHAMBAT KRISTALISASI
HEME
2. MENGHAMBAT HEMOGLOBIN PROTEASE
 Enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme
hemoglobin

3. MENGHAMBAT CALCIUM TRANSPORTER


ATPase
 Calsium mempunyai peranan penting pada
kehidupan Plasmodium
4. MENGHAMBAT SINTESIS ASAM FOLAT
 SAMA SEPERTI BAKTERI, PLASMODIUM
MEMBUTUHKAN ASAM FOLAT UNTUK
SINTESIS ASAM NUKLEAT / SINTESIS DNA
 PENGHAMBATAN SINTESIS ASAM NUKLEAT 
MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
PLASMODIUM
 DERIVAT SULFONAMID, PRIMETAMIN DAN
TRIMETOPRIM  MENGHAMBAT SINTESIS
ASAM FOLAT
5. MENGHAMBAT SINTESIS PROTEIN
 PLASMODIUM MEMBUTUHKAN PROTEIN
 DERIVAT TETRASIKLIN  MENGHAMBAT
SINTESIS PROTEIN PLASMODIUM
 BEBERAPA ANTIBIOTIK YANG LAIN JUGA
MEMPUNYAI KEMAMPUAN PENGHAMBATAN
SINTESIS PROTEIN  CLINDAMISIN
6. MERUSAK STRUKTUR MEMBRAN SEL
MERUSAK STRUKTUR LIPID MEMBRAN
7. Bersifat oxidant  toksik
Terapi malaria
 Serangan klinis :
 Dengan skizontosid fase eritrosit (darah) tidak terbentuk
skizon baru  tidak terjadi penghancuran eritrosit tidak
muncul gejala klinis
 Pengobatan supresi
 Membunuh semua parasit dari tubuh dengan memberikan
skintosid dlm waktu lama
 Pengobatan radikal
 Untuk memusnahkan parasit fase eritrosit dan eksoeritrosit 
skiontosid darah dan jaringan (kombinasi) (untuk P. Vivax dan
Ovale)
 Pencegahan
 a/l dapat digunakan skizontosid jaringan
Indikasi

Pencegahan Penatalaksanaan
Profilaksis penularan /
gejala
transmisi

Suppre Gamet Sporon Blood


ssive causal ocides tocides schizontocid
es

blood tissue
schizontoci schizontoci
des des
Golongan Obat Nama obat AKTIVITAS
Schizonticide Schizonticide
darah jaringan Gametocyte Sporozoite
4 aminoquinolon Chloroquine ++ (+)
Arylaminoalcohol Quinidine (++)
Quinine (++)
Mefloquine (++)
Phenanthrene
methanol Halofantrine (++)
Antimetabolites Proguanil (+) (+)
Chlorproguanine (+) (+)
Pyremethamine (+) (+)
Sulfadoxine (+)
Sulfalene (+)
Dapsone (+)
Antibiotika Tetracycline (+) (+)
Doxycycline (+) (+)
Minocycline (+) (+)
Aminoquinolone Primaquine 0 (+) (+)
Drugs for the Prevention of Malaria in Travelers.1

Drug Use2 Adult Dosage3


   
Chloroquine Areas without resistant P 500 mg weekly
falciparum 
Malarone Areas with multidrug-resistant P 1 tablet (250 mg
falciparum  atovaquone/100 mg
proguanil) daily
Mefloquine Areas with chloroquine-resistant 250 mg weekly
P falciparum 
Doxycycline Areas with multidrug-resistant P 100 mg daily
falciparum 
Primaquine4 Terminal prophylaxis of P vivax 26.3 mg (15 mg base) daily
  and P ovale infections  for 14 days after travel
 Terapi profilaksis  dimulia 1 minggu
sebelum ke daerah endemin (2-3 minggu
jika menggunakan mefloquine), dan harus
dilanjutkan sampai 4 minggu setelah
meninggalkan daerah endemis

 Pengecualian jika menggunakan Malarone,


penggunaan dimulai pada hari memasuki
daerah endemis dan dilanjutkan sampai 7
hari setelah meninggalkan daerah tersebut.
 Proguanil:
 Digunakan pada ibu hamil dan individu yang
non-immune, pada daerah dengan resiko
malaria rendah.
 Lebih sering dikombinasi dengan chloroquine
 Chloroquine
 Dikombinasi dengan proguanil pada daerah
resiko rendah, untuk ibu hamil dan individu
yang tidak dapat mentoleransi antimalaria lain.
 Mefloquine
 Digunakan sebagai profilaksis pada daerah dengan
resistesni kloroquin.
 Doxycycline:
 Digunakan sebagai alternatif mefloquine dalam
jangka pendek (sampai dengan 8 minggu).
 Pyrimethamine-dapsone :
 Digunakan pada daerah resistesn chloroquine
resisten, jika mefloquine atau doxycycline
dikontraindikasikan.
Resistensi obat malaria
Mekanisme resitensi
a) Parasit melakukan inaktivasi metabolisme.
b) Perubahan permeabilitas tubuh parasit terhadap
obat
c) Parasit mengubah target obat ( reseptor obat ).
d) Parasit membuat metabolisme sekunder
Sediaan obat pada program nasional
 Dosis obat :
 Amodiakuin basa = 10mg/kgBB
 Artesunat = 4mg/kgBB
 Primakuin = 0,75mg/kgBB (P. falciparum untuk hari
I)
 Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P. vivax selama 14 hari)
Lini Kedua untuk Malaria falsiparum
• Dosis Kina diberikan sesuai BB
(3x10mg/kgBB/hari)
• Dosis Doksisiklin 3.5 mg/kgBB/hari diberikan 2 x
sehari (> 15 tahun)
• Dosis Doksisiklin 2.2 mg/kgBB/hari diberikan 2 x
sehari (8-14 tahun)
Lini Kedua untuk Malaria Vivaks
Pengobatan malaria vivaks yang relaps

 Dugaan Relaps pada malaria vivaks adalah


apabila pemberian primakuin dosis 0,25
mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari dan
penderita sakit kembali dengan parasit positif
dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan
setelah pengobatan.
Pengobatan Malaria ovale
 Lini Pertama untuk Malaria ovale Pengobatan Malaria
ovale saat ini menggunakan Artemisinin
Combination Therapy (ACT), yaitu Dihydroartemisinin
Piperakuin (DHP) atau Artesunat + Amodiakuin. Dosis
pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks
b.
 Lini Kedua untuk Malaria ovale Pengobatan lini kedua
untuk malaria ovale sama dengan untuk malaria vivaks
Pengobatan Malaria malariae

 Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT


1 kali per hari selama 3 hari, dengan dosis
sama dengan pengobatan malaria lainnya
dan tidak diberikan primakuin
Pengobatan infeksi campur
P. falciparum + P. vivaks/P. ovale
 Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P.
ovale dengan ACT. Pada penderita dengan infeksi
campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin
dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

Anda mungkin juga menyukai