Populasi Kab/Kota
Endemisitas
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
Bebas Penularan 186.249.171 74% 225 44%
Low Risk 36.204.006 14% 144 28%
Medium Risk 23.339.900 9% 84 16%
High Risk 6.331.381 3% 58 11%
Total 252.124.458 100% 511 100%
SEBARAN KASUS MALARIA POSITIF DI PAPUA 2014
MAPPI ; 855
JAYAWIJAYA; 1,578 MAMBERAMO RAYA; 1,316 PANIAI; 1,045
SUPIORI; 2,010
MERAUKE ; 2,210 MIMIKA; 36,378
YALIMO; 2,711
BIAK
SARMI; NUMFOR;
4,496
3,186
BOVEN DIGOEL; WAROPEN;
5,261 3,974
ASMAT; 6,100
KEEROM; 19,100
KOTA
JAYAPURA;
12,324
Latar Belakang
• Angka kesakitan malaria
– Tahun 2000: 3,62 per 1.000 penduduk
– Tahun 2009: 1,85 per 1.000 penduduk
– Tahun 2010: 1,96 per 1000 penduduk
• Pengobatan malaria berbeda antara tenaga kesehatan
• Malaria resisten obat semakin meluas
– (77 kabupaten, 158 kecamatan)
• Urutan 8 dari 10 penyebab kematian di Indonesia
– Angka mortalitas 0,7-1,7 %
– Terutama pada kelompok risiko tinggi
• Bayi
• Balita
• Ibu hamil
Gambaran Klinis Malaria
• Berfariasi (ringan – berat)
• Faktor Parasit
– Spesies parasit
– Asal geografi parasit
– Jumlah parasit yg menginfeksi
• Faktor umur
– Umur
– Status kekebalan tubuh
– Kondisi kesehatan badan dan status gizi
– jenis obat yg dipakai pengobatan dan kemoprofilaksis
• Cara penularan
– Gigitan nyamuk anopheles betina
– Langsung masuk darah: tanpa fase hepatik (transplasental, needlestick,
transfusi, donor dan transplantasi organ)
Siklus Hidup Plasmodium
Plasmodium memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu
– Manusia
– Nyamuk Anopheles betina
Oocyst
Sporozoites
Mosquito Salivary
Zygote Gland
Hypnozoites
Exo- (for P. vivax
and P. ovale)
erythrocytic
(hepatic) cycle
Gametocytes
Erythrocytic
Cycle
Schizogony
Masa inkubasi
Relapse
Recrudescence
Proses skizogoni Plasmodium
Infective Period
Mosquito bites
uninfected
person Mosquito Vector
Incubation Period
Clinical Illness
Komponen Siklus hidup Malaria
PRBC
Patogenesis ERYTHROCYTE INVASION
Malaria MEROZOIT
ANEMIA
RING
SCHIZONTS
TROPHOZOIT BREAK UP
GPI
PHYSICAL
KNOB, CYTOADHERENCE
EFFECTS DEFORMITY HILANG
IN HUMAN
ERYTHROCYTES MICROVASC.
OBSTRUCTION TNF
METABOLIC
GLUCOSE CONSUM. FEVER
EFFECTS OF HYPOXIA HYPOGLYCEMIA
PARACYTES HYPOGLYCEMIA HYPOGLYCEMIA
LACTIC ACIDOSIS
a. Demam tifoid
– Klinis
• demam lebih 7 hari, sakit kepala, sakit perut (diare,
obstipasi), lidah kotor, bradikardi relatif, roseola
– Laboratorium
• leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia, uji
serologi widal dan kultur
Diagnosis Banding Malaria Tanpa Komplikasi
b. Demam Dengue
– Klinis
• Demam tinggi terus menerus selama 2 - 7 hari
• sakit kepala
• nyeri tulang
• nyeri ulu hati
• muntah
• uji torniquet (RL) positif
– Laboratorium
• Trombositopenia dan hemokonsentrasi (peningkatan hemoglobin
serta hematokrit)
• tes serologi dengue(antigen dan antibodi)
Diagnosis Banding Malaria Tanpa Komplikasi
c. Leptospirosis
– Klinis
• demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual,
muntah, nyeri betis
• conjunctival injection (kemerahan pada konjungtiva )
– Laboratorium
• Pemeriksaan serologi Microscopic
• Agglutination Test (MAT) atau tes serologi positif.
Diagnosis Banding Malaria Berat
a. Infeksi otak
– Klinis
• Demam, riwayat nyeri kepala progresif, hilangnya
kesadaran, kaku kuduk, kejang dan gejala neurologis
lainnya
– Penunjang
• Analisa cairan otak dan imaging otak
Diagnosis Banding Malaria Berat
b. Stroke (gangguan serebrovaskular)
– Klinis
• gangguan kesadaran, gejala lateralisasi (hemiparese
atau hemiplegia), tanpa panas
• ada penyakit yang mendasari
– hipertensi
– diabetes mellitus, dll
– Penunjang
• Imaging otak
Diagnosis Banding Malaria Berat
c. Tifoid ensefalopati
– Klinis
• penurunan kesadaran
• tanda-tanda demam tifoid (khas: adanya gejala
abdominal, seperti nyeri perut dan diare)
– Laboratorium
• leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia, uji serologi
widal dan kultur
Diagnosis Banding Malaria Berat
d. Hepatitis
– Klinis
• Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri hepar,
muntah, tidak bisa makan, ikterus tanpa panas), mata
atau kulit kuning, dan urin seperti air teh
– Laboratorium
• SGOT dan SGPT meningkat:
– > 5 kali tanpa gejala klinis
– > 3 kali dengan gejala klinis
• Pemeriksaan serologis sesuai penyebab hepatitis
Diagnosis Banding Malaria Berat
e. Leptospirosis berat/penyakit Weil
– Klinis
• Demam dengan ikterus, nyeri betis, nyeri tulang,
riwayat pekerjaan yang menunjang transmisi
leptospirosis (pembersih selokan, sampah, dll)
– Laboratorium
• leukositosis, gagal ginjal
• Pemeriksaan serologi Microscopic
• Agglutination Test (MAT) atau tes serologi positif
– Insidens penyakit meningkat setelah banjir
Diagnosis Banding Malaria Berat
f. Glomerulonefritis akut
– Gagal ginjal akut dengan hasil pemeriksaan darah malaria
negatif
g. Sepsis
– Demam dengan fokal infeksi yang jelas
– penurunan kesadaran
– gangguan sirkulasi
– leukositosis dengan granula-toksik
– didukung hasil biakan mikrobiologi
Diagnosis Banding Malaria Berat
h. Demam Berdarah Dengue atau Dengue shock
syndrome
– Klinis
• Demam tinggi terus menerus 2 - 7 hari
• Syok
• Keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati
• Manifestasi perdarahan (epistaksis, perdarahan gusi, petekie,
purpura, hematom, hemetemesis dan melena), sering muntah
– Laboratorium
• Trombositopenia dan hemokonsentrasi, uji serologi positif
(antigen dan antibodi).
ALUR DIAGNOSIS
MALARIA
PENGOBATAN MALARIA
KEBIJAKAN PROGRAM MALARIA 2016
1-3 ACT ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 3
Dosis pemberian DHP
BB (kg) Dihydroaretemisinine + piperaquine
(setiap hari selama 3 hari)
5-<8 20 + 160 (½ tab)
8 - < 11 30 + 240 (¾ tab)
11 - < 17 40 + 320 ( 1 tab)
17 - < 25 60 + 480 (1½ tab)
25 - < 36 80 + 640 (2 tab)
36 - < 60 120 + 960 (3 tab)
60 - < 80 160 + 1280 (4 tab)
80 200 + 1600 (5 tab)
Lini pertama pengobatan Malaria vivax
1-3 ACT ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1
Lini kedua pengobatan Malaria falsiparum
Sesuai
1-7 KIna 3x ½ 3x1 3x 1 ½ 3x 1 ½ 3x 1 ½ 3x2 4
BB
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 2 3
Sesuai
1-7 KIna 3x ½ 3x1 3x 1 ½ 3x 1 ½ 3x 1 ½ 3x2 4
BB
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 2 3
1-7 Klindamisin 2x* 2x* 2x* 2x* 2x* 2x* 2x* 2x* 2x*
Sesuai
1-7 KIna
BB
3x ½ 3x1 3x 1 ½ 3x 1 ½ 3x 2 3x21/2 3x3
Rawat jalan
– Pemantauan dilakukan pada: hari ke-3, ke-7, ke-14
dan ke-28 setelah pemberian obat hari pertama
– Monitor gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopik
– Bila terjadi pemburukan gejala klinis sewaktu
waktu segera kembali ke fasyankes
Melakukan Pemantauan Pengobatan
Rawat inap
– Evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari
• monitor gejala klinis
• pemeriksaan mikroskopik
– Evaluasi dilakukan sampai bebas demam dan tidak
ditemukan parasit asexual dalam darah selama 3
hari berturut-turut
– Setelah pasien dipulangkan, harus kontrol pada hari
ke-7, ke-14 dan ke-28 sejak hari pertama
mendapatkan OAM
Menentukan Hasil Pengobatan
Sembuh
– Pasien dikatakan sembuh untuk malaria falsiparum
• obat diminum habis
• gejala klinis (demam) hilang
• pada pemeriksaan laboratorium parasit aseksual tidak
ditemukan pada hari ke-4 pengobatan
– pasien dikatakan sembuh untuk malaria vivax apabila:
• obat diminum habis
• gejala klinis (demam) hilang
• pemeriksaan laboratorium parasit aseksual tidak ditemukan
pada hari ke-4, hari ke-7 atau hari ke-14 pengobatan
Menentukan Hasil Pengobatan
Gagal pengobatan
– Bila pada hari ke-4 terjadi peningkatan parasit
(25%) dibandingkan hari pertama
– klinis memberat dibandingkan hari pertama
– Jika sampai hari ke-28 masih ditemukan parasit,
ditindak lanjuti dengan pengobatan lini ke-2
dengan menggunakan kartu pasien baru.
Menentukan Hasil Pengobatan
Pengobatan lengkap
– Obat diminum habis (informasi dari PMO)
– Tanpa ada hasil laboratorium
Menentukan Hasil Pengobatan
Follow up tidak lengkap
– Jika pada deteksi awal menggunakan RDT
kemudian pada hari ke-4 tidak diperiksa lagi
– tidak yakin obat diminum sampai habis
Derajat resistensi parasit aseksual P.falcifarum
terhadap obat skizontisida darah
Respon Derajat
Keterangan
Pengobatan Resistensi
Hilangnya semua parasit aseksual dari darah
Sensitif s perifer dalam waktu 7 hari dihitung setelah hari
pertama minum obat, tanpa rekrudesensi
Hilangnya semua parasit aseksual dari darah
R1 perifer seperti halnya S, tetapi selalu ada
rekrudesensi dalam kurun waktu 28-42 hari
Penurunan yang jelas (75% atau lebih) dari
Resisten R2 jumlah parasit aseksual dalam darah perifer,
tetapi tidak pernah hilang sama sekali
Tidak ada perubahan yg berarti (<75%) atau
R3 jumlah parasit bertambah dibanding jumlah
parasit aseksual darah perifer sebelumnya
Pemantauan Pengobatan
• Gagal obat dini (early treatment failure)
- Hari pertama (H1-3) terjadi gejala malaria berat
- H-2 hitung parasit > Ho
- H-3 hitung parasit > 25% Ho
- H-3 parasit bentuk aseksual masih positif disertai panas
• Gagal obat kasep (late treatment failure)
a. Late clinical and parasitological failure
- H4-28 terjadi gejala malaria berat
- masih terdapat parasit bentuk aseksual + demam
b. Late parasitological failure
- Terdapat parasit bentuk aseksual pada hari ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28
- Tanpa demam
KEMOPROFILAKSIS
Doksisiklin Untuk Profilaksis Malaria
– Dimimum satu hari sebelum mengunjungi dan dilanjut
sampai 12 minggu setelah meninggalkan daerah endemis
– Dosis:
• dewasa : 100 mg per hari
• anak > 8 tahun diberikan 2-2,5 mg/kgBB/hari.
– Dosis sesudah paparan mencegah infeksi Plasmodium yang
masih berada pada fase tidak aktif dalam hati
– Efikasi profilaksis: 92-100%
– Murah
– Tidak untuk ibu hamil dan anak < 8 tahun
– Tidak dianjurkan pada penderita gangguan gastrointestinal
PENCEGAHAN MALARIA
A. PENCEGAHAN PRIMER
B. PENCEGAHAN SEKUNDER
C. PENCEGAHAN TERTIER
A. PENCEGAHAN PRIMER
1. Tindakan terhadap manusia
2. Tindakan terhadap plasmodium sp
(Kemoprofilaksis)
3. Tindakan terhadap vector
A. PENCEGAHAN PRIMER
1. Tindakan terhadap manusia
– Edukasi pencegahan malaria kepada pelancong/
petugas yang akan bekerja di daerah endemis
– Mengajarkan tentang cara penularan malaria
– Pengenalan risiko terkena malaria
– Pengenalan tentang gejala dan tanda malaria
– Pengobatan malaria
– Pengetahuan menghilangkan tempat perindukan
Tindakan terhadap manusia
1. Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini
memberi penyuluhan cara pencegahan malaria
2. Proteksi pribadi
– menghindari gigitan nyamuk
– menggunakan pakaian lengkap
– tidur menggunakan kelambu
– memakai obat penolak nyamuk
– menghindari mengunjungi lokasi rawan malaria
– Mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai
subuh
2. Tindakan terhadap Plasmodium sp
(Kemoprofilaksis)
• Mengurangi risiko jatuh sakit jika digigit nyamuk infeksius
2. Tindakan suportif
– pemberian cairan serta pemantauan tanda vital untuk
mencegah memburuknya fungsi organ vital