Anda di halaman 1dari 12

IV.

TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat. Masing-
masing tahap perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya tersendiri,
dan meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang
selanjutnya.
Delapan tingkat ‘lingkaran kehidupan keluarga’ menurut Duval yang didasari
oleh teori ‘Perkembangan Psikososial’ menurut Erikson (lihat fundamentals of nursing;
Taylor c., Lillis C., and LeMone P.,1997: hal 118)

8 1 2 3

5
Keterangan: 6
1: newly established couple (no children)
2: chlidbearing family (oldest child birth to 2,5 years)
3: family with preschool chlidrten ( oldest child 2,5 to 6 years)
4: family with school children (oldest child 6 to 13 years)
5: family with teen-agers ( oldest child 13 to 20 years)
6: family as launching center ( oldest child gone to departure of youngest)
7: middle-anged family (empty nest to retirement)
8: aging family (retirement to depth of both spouses)

McGoldrick dan Carter (1985) mengembangkan model tahap kehidupan


keluarga yang didasari oleh ekspansi, kontraksi, dan penyusunan kembali (realigment)
dari hubungan keluarga yang memberikan dorongan terhadap masuk, keluar dan
perkembangan anggota keluarga. Model ini diberikan dengan menggunakan aspek
emosional: transisi, perubahan dan tugas yang diperlukan untuk perkembangan keluarga.

Tahap-tahap lingkaran kehidupan keluarga


Tahap Lingkaran Proses
Kehidupan Emosional Perubahan Status Keluarga Yang
Keluarga Transisi Dibutuhkan Untuk Perkembangan
Keluarga dengan menerima mengembangkan hubungan saudara yang intim
anak dewasa yang pemisahan dgn pemisahan dengan keluarga
belum menikah orang tua mampu bekerja sendiri
Keluarga yang komitmen membentuk sistem keluarga
baru menikah terhadap sistem menyusun kembali hubungan dengan ekstended
baru family dan teman-teman
Keluarga dengan menerima a. mengambil peran orang tua
nak muda generasi baru b. menyusun kembali hubungan dgn ekstended
dari anggota family terhadp peran orang tua dan kakek-
yang ada nenek
didalam sistem c. menyediakan tempat untuk anaknya
Keluarga dengan meningkatkan a. perubahan hubungan orang tua-anak dari
anak remaja fleksibilitas masuk remaja ke arah dewasa
keluarga dari b. memfokuskan kembali pada masa mencari
ketergantungan teman dekat dan karir
anak c. memulai perubahan perhatian untuk generasi
yang lebih tua
Keluarga dengan menerima a. negosiasi kembali sistem perkawinan
anak dan banyak dari dan b. mengmbangkan hubungan adult to adult
perkembangan masuk menuju antara perkembangan anak dan orang tua
berikutnya sistem keluarga c. menyiapkan kondisi ketidakmampuan dan
kematian orang tua (kakek-nenek)
d. menyusun kembali hubungan perkawinan
dan cucu
Keluarga dengan menerima a. memelihara fungsi sendiri dan dengan
kehidupan perubahan peran pasangan dan memperhatikan terhadap
berikutnya dari generasi penurunan fisiologi; mengeksplorasi
keluarga baru dan perhatian peran sosial
b. mendorong peran yang lebih pokok untuk
generasi pertengahan
c. membuat sistem yang lebih bijaksana dan
pengalaman menjadi orang tua; mendorong
generasi yang lebih tua dengan memberikan
fungsi yang lebih besar
d. menyiapkan kondisi kehilangan pasangan,
saudara kandung, teman dekat dan persiapan
kematian.

Tugas Perkembangan Keluarga menurut Spradley


1. Pasangan baru (Keluarga baru)
a. membina hubungan dan kepuasan bersama
b. menetapkan tujuan bersama
c. mengembangkan keakraban
d. membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
e. diskusi tentang anak yang diharapkan
2. Child bearing (menanti kelahiran)
a. persiapan untuk bayi
b. role masing-masing dan tanggungjawab
c. persiapan biaya
d. adapsi dengan pola hubungan sexual
e. pengetahuan tentang kehamilan, persalianan dan menjadi orang tua
3. Keluarga dengan anak pra remaja
a. pembagian waktu untuk individu, pasangan dan keluarga
b. merencanakan kelahiran anak kemudian
c. pembagian tanggung jawab dengan angggota keluarga
4. Keluarga dengan anak sekolah
a. menyediakan aktivitas untuk anak
b. biaya yang diperlukan semakin meningkat
c. kerjasam dengan penyelenggara kerja
d. memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan pasangan
e. sistem komunikasi keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
a. menyediakan fasilitas dengan kebutuhan yang berbeda
b. menyertakan remaja untuk tanggungjawab dalam keluarga
c. mencegah adanya gap komunikasi
d. mempertahankan filosofi hidup dalam keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
a. penataan kembali fasilitas dan sumber-sumber
b. penataan tanggungjawab kembali antar anak
c. kembali suasana suami-istri
d. mempertahankan komunikasi terbuka
e. meluasnya keluarga dengan pelepasan anak dan mendapat menantu
7. Keluarga dengan usia pertengahan
a. mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. tanggungjawab semua tugas rumah tangga
c. keakraban pasangan
d. mempertahankan kontak dengan anak
e. partisipasi aktifitas sosial
8. Keluarga dengan usia lanjut
a. persiapan dan menghadapi masa pensiun
b. kesadaran untuk saling merawat
c. persiapan suasana kesepian dan perpisahan
d. pertahankan kontak dengan anak-cucu
e. menemukan arti hidup
f. mempertahankan kontak dengan masyarakat
V. Pola keluarga yang Gawat (emerging)
a. Perceraian.

Fase perceraian keluarga:

No phase timeframe
1 stressor leading to marital difference may have existed since before the
marriage
2 decision to divorce years to weeks
3 planning solution of the family system months to weeks
4 separation years or not at all
5 divorce day(s) in court-hours to minutes
6 post-divorce persons recover in their own timeframe
(most likely one year to several years)

b. Pernikahan kembali dan Blending family

Fase pernikahan kembali dan blending family


No phase timeframe
1 meeting new people begins in the postdivorce phase and continues indefinitely
2 entering a new to have an effective relationship, need to have completed
realationship an ‘emotional recovery’ from past divorce 1 year to years
3 planning a new months to years – depends on new roles, resposibilities,
marriage finance, children
4 remarriage and it takes work to blend two families, success may only be
blending of families achieved after years.

VI. Keluarga di dalam kondisi sehat dan sakit (The family in health and illness)
Health care activities, health beliefs, and health values merupakan bagian yang
dipelajari dari sebuah keluarga. Sehat dan sakit merupakan bagian dari kehidupan,
perilaku individu menunjukan sebagaimana anggota keluarga yang harus dipelajari.
Ketika seorang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan dia membawa perilaku dan
kebutuhan personal, tetapi juga akan mengambarkan keadaan keluarganya. Friedman
(1992) mengidentifikasi dengan jelas kepentingan pelayanan keperawatan yang terpusat
pada keluarga (family-centered nursing care) yaitu:
a. Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama yang lainnya
(interdependent) dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah satu sakit maka
anggota keluarga yang lain juga merupakan bagian yang sakit. Pengkajian
keperawatan dan intervensi harus mempertimbangkan semua anggota keluarga
dengan mengunakan pendekatan yang holistik.
b. Adanya hubungan yang kuat diantara keluarga dengan status kesehatan anggotanya,
maka anggota keluarga sangat penting peranannya dalam setiap pelayanan
keperawatan.
c. Tingkat kesehatan anggota keluarga sangat significant dengan aktivitas didalam
promosi kesehatannya.
d. Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai indikasi sebagai
problem yang sama di dalam anggota yang lainnya; pengkajian dan intervensi yang
dilakukan perawat dapat membantu meningkatkan status kesehatan semua anggota
keluarga.

Family strengths
1. Keserasian atau hubungan untuk saling membantu memecahkan masalah dan
memanajemen konflik.
2. Selebrasi (perayaan) untuk kejadian-kejadian yang istimewa seperti: hari ulang tahun
(perkawinan) hari raya dll.
3. Komunikasi atau kemampuan untuk menyampaikan informasi dan emosional pada
personal.
4. Mengatur keuangan dengan baik
5. Ketahanan atau komitmen keluarga dan kepercayaan anggota keluarga untuk
mengontrol kehidupannya.
6. Menerima personality dan behavior masing-masing anggota keluarga
7. Memberiakan support sosial pada saudara dan teman.
8. Pembagian yang teratur antara makanan dan pekerjaan.
9. Membiasakan mengenalkan antar generasi.
10. Menjaga kesehatan fisik dan mental
11. Membagi aktivitas diwaktu luang.

VII. Tugas untuk survival dan kelestarian keluarga (Duvall E., 1977)
a. memberikan perlindungan, makan, pakaian dan pelayanan kesehatan.
b. memberikan sumber daya (uang, waktu, tempat) yang sesuai dengan kebutuhan
masing-masing anggota keluarga.
c. menentukan peran dan tanggungjawab masing-masing anggota keluarga
d. sosialisasi anggota keluarga kemudian mengenal makin bertambahnya
kematangan peran baik di keluarga dan masyarakat.
e. membuat sosialisasi bisa diterima dengan cara interaksi, komunikasi,
mengungkapkan perasaan (afeksi, agresi, sexual)
f. membesarkan anak (sendiri/adopsi) dan pelepasan anak
g. berhubungan dengan masyarakat (sekolah, ketempat ibadah, bekerja, bermain)
menetapkan aturan terhadap saudara, tamu dan teman.
h. menjaga moral dan motivasi, memberikan reward untuk suatu keberhasilan,
mengadakan pertemuan/penyelesaian personal dan keluarga bila ada krisis,
menetapkan tujuan yang akan dicapai dan mengembangkan loyalitas dan nilai
keluarga.
Suasana emosi yang sehat dalam keluarga meliputi:
Saling percaya, suasana hangat, saling perhatian, saling menerima, mengharapkan
kesepakatan tanpa mengabaikan keunikan individu, memandang konflik sebagai hal yang
biasa dalam mencapai kesepakan untuk mendapatkan kebutuhan.

Faktor-faktor resiko dalam keluarga


Pola perilaku, lingkungan keluarga, faktor genetik dapat menempatkan anggota
keluarga dalam resiko kesehatan. Hal ini penting bagi perawat untuk mengkaji faktor-
faktor tersebut sebelum mengembangkan ‘nursing care plans or plans for helth
promotions’.
Hal-hal yang ditanyakan dalam keluarga untuk mengetahui faktor resiko diatas adalah:
1. Struktur keluarga
2. Tingkat sosial ekonomi
3. Latar belakang budaya/etnik dan agama
4. Siapa yang mengasuh anak bila kedua orang tuanya bekerja
5. Praktek kesehatan secara umum seperti: tipe makanan, waktu makan, imunisasi,
exercise, dan waktu tidur.
6. Kebiasaan yang umum dilakukan seperti: merokok, pengunaan obat, drink to excess.
7. Bagaimana keluarga mengkoping terhadap stress.
Pada saat melakukan pengkajian keluarga perawat harus mempertimbangkan faktor-
faktor resiko yang mengganggu kesehatan seperti dibawah ini:
a. Lifestyle
1. Kurang pengetahuan tentang peran sexual dan marital, nikah di usia muda dan
kehamilan; perceraian; penyakit hubungan sexual; penyalahgunaak pad anak-
anak, pasangan, dan orang tua; kurangnya perawatan pada masa prenatal dan
anak-anak.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang atau lebih)
3. Ketergantungan zat kimia (alkohol, obat, nikotine)
4. Tidak adekuatnya kebersihan dan perawatan gigi
5. Lingkungan rumah yang tidak aman (unsafe) atau kurang mendukung
b. Faktor psychosocial
1. Tidak adekuatnya keluarga dalam merawat anak ketika kedua orang tua bekerja.
2. Tidak adekuatnya pendapatan untuk makan, berpakaian dan pelayanan kesehatan
3. Adanya konflik antar anggota keluarga
c. Faktor lingkungan
1. Kurangnya pengetahuan dan keuangan untuk memberikan keamanan dan
kebersihan lingkungan rumah
2. Tekanan pekerjaan dan sosial yang dapat menambah stres
3. Polusi udara, air dan makanan
d. Faktor perkembangan
1. Keluarga dengan anak baru lahir terutama bila support sistem tidak sesuai.
2. Adanya orang tua terutama bila tinggal sendirian dan kesulitan pendapatan
3. Orang tua dengan anak dewasa belum menikah dan anak remaja yang kekurangan
sumber ekonomi & pendidikan.
e. Faktor biologi
1. Birth defects (lahir cacat)
2. Mental retardation
3. Predisposisi genetik terhadap penyakit seperti: hipertensi, kanker, dan penyakit
kardiovaskuler.

Keluarga mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan


perkembangan
Dinamika sebuah keluarga dipengaruhi oleh lingkungan yang diawali dari mulai
konsepsi sampai dengan sepanjang kehidupannya. Keluarga memegang peranan yang
sangat penting dalam promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit pada anggota
keluarganya. Disamping itu nilai yang dianut keluarga dan latar belakang etnik/kultur
yang berasal dari nenek moyang akan memepengaruhi intrepretasi keluarga terhadap
suatu penyakit. Perlu dipahami bahwa masalah kesehatan dan adanya krisis
perkembangan dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain
karena keluarga merupakan satu-kesatuan (unit). Untuk itu perilaku keluarga tentang
kesehatan (baik yang positif atau yang negatif) akan ditiru oleh anggota keluarga yang
lebih muda. Oleh karena itu anggota keluarga sendiri bisa menjadi penyebab terjadinya
sakit pada anggota keluarga yang lain. Adanya gangguan koping dan komunikasi dalam
keluarga dapat menjadi predisposisi disfungsional dalam keluarga tersebut.
Implikasi untuk keperawatan
1. Memfasilitasi secara efektif fungsi keluarga
Perawat bertanggungjawab mengkaji kebutuhan kesehatan anggota keluarga
dan membantu untuk mendapatkan kebutuhan pada anggota keluarganya.
Perawat disini dapat berperan sebagai katalis didalam perencanaan yang
dibutuhkan dan pengajaran, serta sebagai kolaboirator terhadap tenaga
profesional yang lain (social workers, psikologis, dokter, tokoh agama dll).
Fungsi pokok perawat sebagai pendidik dalam keluarga dan penekanannya
pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai. Contoh:
a. Mengenal faktor resiko individu sebagai anggota keluarga seperti: minum-
minuman keras/alkohol, merokok, atau pengunaan obat terlarang.
b. Tingkat pengetahuan dan ketrampilam keluarga dalam promosi kesehatan
dan coping behaviors.
c. Mengenal faktor resiko lingkungan rumah seperti; banyaknya kaleng-
kaleng bekas, tangga yang ada dirumah, lantai licin dll.
d. Kemampuan keluarga dalam membantu perkembangan individu dan
keluarga
e. Pencegahan terhadap kondisi sakit, injury, abuse dan neglect
2. Penerapan prinsip pertumbuhan dan perkembangan
Elemen-elemen yang saling berinterelasi dan komplek akan memberikan
kontribusi dalam perkembangan manusia seperti dalam teori Freud, Erikson,
Havighurst, Piaget, Kohlberg, Gilligan, dan Fowler akan memberikan
pengetahuan tentang perkembangan evolusi kognitif, psikologi, moral dan
spiritual.
Petunjuk secara umum pelayanan keperawatan dalam
mengabungkan prinsip dan teori pertumbuhan dan
perkembangan
1. Mengetahui tentang variasi tahap perkembangan dan persiapannya pada kognitif,
psikososial, moral, dan spiritual untuk mendorong tahap perkembangan sesuai
usiannya.
2. Memelihara keluwesan hubungan dengan anggota keluarga dan memahami
keunikan masing-masing anggota keluarga.
3. Mengantisipasi kemungkinan regresi pada periode yang sulit dan krisis, menerima
dan mensupport untuk kembali pada peningkatan perkembangan.
4. Menyadari adanya pengaruh lingkungan dan kultural yang kuat terhadap
perkembangan khususnya psikososial.
5. Mengkaji masing-masing anggota keluarga dengan mengetahui tahap
perkembangannya, mengetahui perilaku yang ada pada tahap perkembangannya,
pencapaian tujuan pada tahap sekarang, dan menunjukan tahap perkembangan
berikutnya.
6. Mengingatkan bahwa klien merupakan bagian dari unit keluarga yang dapat
mempengaruhi secara positif dan negatif pada perkembangan anggota keluarga
yang lainnya. Membantu mendorong hubungan anggota keluarga dan kesehatan
lingkungannya untuk membantu anggota keluarga mencapai perkembangan yang
optimal.
7. Siap untuk memberikan pelayanan kesehatan pada klien untuk mencapai tahap
perkembangan dengan berkolaborasi pada tim kesehatan yang lain sehingga bisa
meminimalkan dan mencegah gangguan perkembangannya.
8. Memberikan lingkungan dan pengalamannya yang merupakan tantangan
perkembangan.

Tindakan keperawatan untuk promosi kesehatan


Peran perawatan untuk mengurangi faktor resiko berfokus pada tindakan yang
dapat meningkatkan kesehatan pada semua anggota keluarga pada tingkat
perkembangannya. Masing-masing orang harus mempunyai pengertian ‘SEHAT’, yang
didasari pada beliefs dan values keluarga tentang sehat dan sakit.
Untuk memberikan intervensi yang ditekankan pada kesehatan, perawat
membantu individu dan keluarga untuk menemukan kebutuhan dasar manusia (basic
human needs). Aktivitas promosi kesehatan dan tindakan keperawatan dapat mengurangi
resiko sakit dan mamfasilitasi perilaku sehat pada semua umur dalam ‘family life cycle’.

Faktor-faktor resiko yang dapat mengganggu kesehatan dasar keluarga pada


tingkat perkembangan keluarga
A. Pasangan dan pasangan yang menanti kelahiran (couple and childbearing
couple)
1. Inadequat pengetahuan tentang kontrasepsi dan KB
2. Inadequat pengetahuan tentang peran sexual dan marital
3. Kurang pengetahuan tentang kesehatan anak dan keamanannya
4. Lingkungan rumah yang tidak aman
5. Inadequat sumber daya untuk perawatan anak jika bekerja
6. child abuse dan neglect (menyiksa dan melalaikan)
7. Kehamilan pertama dibawah umur 16 tahun
8. inadequat nutrisi; obesitas
9. Abuse alkohol, nikotine dan obat
10. Status sosial ekonomi rendah
11. Penyakit hubungan sexual
12. Rubella
B. Keluarga dengan anak remaja (family with adolescents)
1. Status sosial ekonomi rendah
2. Sexual abuse
3. Abuse alkohol, nikotine dan obat
4. Penyakit hubungan sexual
5. Konflik antara orang tua dan anak
6. Inadequat pengetahuan untuk mengajarkan ketrampilan memecahkan masalah
C. Keluarga dengan usia pertengahan (family with middle-aged adults)
1. Diet tinggi lemak, gula dan garam
2. Obesitas
3. Pengunaan nikotine dn alkohol
4. physical inactivity
5. Depresi
6. Lingkungan yang terkena sinar matahari, radiasi, asbestos dan polusi.
D. Keluarga dengan orang tua (family with older adults)
1. Meningkatan umur dan kehilangan fungsi fisik
2. Depresi
3. Penyakit kronik
4. Nutrisi kurang
5. Lack of exercise
6. Death of spouse
7. Limited income
8. Past lifestyle

Anda mungkin juga menyukai