Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya (kowalak, dkk. 2016).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes
melitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau
pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and
Suddarth, 2015).
Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon
insulin secara relatif. Pada umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1
(tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada
pula diabetes dalam kehamilan yang biasa disebut diabetes
gastointestinal. Kasus diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai
negara berkembang termasuk di indonesia (Suyono, 2009).
Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang paling sering
ditemukan di dunia. DM tipe II meliputi 90 hingga 95% dari semua populasi
DM. DM tipe II disebut juga DM tidak tergantung insulin (resistensi insulin)
atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Pengelolaan terapeutik yang
teratur melalui perubahan gaya hidup pasien yang tepat, tegas, dan permanen
sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi DM tipe II (Fuji
Rahmawati, dkk, 2018).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan negara dengan penderita DM terbanyak keempat di dunia setelah
India, Cina, dan Amerika Serikat, dengan jumlah penderita sebanyak 12 juta
jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030
(Sonta Imelda, 2018). Di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada Riskesdas

1
tahun 2018 provinsi yang paling banyak menderita DM adalah provinsi DKI
Jakarta sebanyak 2,6% penduduk. Pada tahun 2016, angka kejadian DM di kota
Pekanbaru sebanyak 15.233 kasus dan di Puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru,
penyakit DM merupakan penyakit kedua terbesar di Puskesmas Rumbai Pesisir
Pekanbaru (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2016). Serta Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) melaporkan tahun 2018, prevalensi DM berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk semua umur sebanyak 1,3% penduduk Riau
terdiagnosis diabetes mellitus.
Riau merupakan salah satu dari 17 provinsi yang dikategorikan memiliki
prevalensi penderita diabetes mellitus tipe II, tahun 2013 prevalensi diabetes
mellitus tipe II sebesar 1,5% dan pada tahun 2018 memiliki prevalensi yang
lebih tinggi sebesar 1,8%. Hal ini membuktikan adanya kenaikan angka diabetes
mellitus tipe II dari tahun 2013-2018 sebesar 0,3% (Riskesdas, 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari penyakit diabetes mellitus?
2. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada kasus diabetes melitus?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus diabetes mellitus?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep dari penyakit diabetes mellitus
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada kasus diabetes
melitus
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada kasus diabetes
mellitus

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Sudiharto, 2007: 22). Keluarga merupakan sekumpulan
orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota keluarga (Duvall).
2. Bentuk atau Tipe Keluarga
Bentuk/type keluarga menurut Suprayitno (2004), yaitu :
1) Keluarga inti (Nuclear Family)
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan
yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.
2) Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga
pasangan sejanis (guy/lesbian families).
3) Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak
mereka telah tidak tinggal bersama.
4) Orang tua tunggal (Single Parent Family)
Keluarga inti yang suami atau istrinya telah becerai atau meninggal
dunia.

3
5) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother)
Keluarga inti ibu dengan anak tanpa perkawinan
6) Keluarga berjenis kelamin sama (Gay And Lesbian Family)
Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
baik dengan atau tanpa perkawinan yang sah.
3. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (dalam Suprajitno, 2004) tahap dan tugas perkembangan
keluarga sebagai berikut:

Tahap perkembangan Tugas perkembangan keluarga


keluarga

1. Keluarga baru menikah a. Membina hubungan yang harmonis dan


memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman dan kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memilik anak

2. Keluarga dengan anak a. Persiapan menjadi orang tua


baru lahir b. Adaptasi dengan perubahan adanya
anggota keluarga baru, kegiatan,
hubungan seksual
c. Mempertahankan hubungan untuk
memuaskan pasangan

3. Keluarga dengan anak a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga


usia prasekolah b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir
d. Mempertahnkan hubungan yang sehat
e. Pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab
g. Stimulasi tumbuh kembang anak

4
4. Keluarga dengan anak a. Membantu sosialisasi anak di luar
usia sekolah rumah, sekolah dan masyarakat
b. Mepertahankan keharmonisan pasangan
c. Memenuhi kebutuhan yang meningkat,
biaya hidup, sekolah, kesehtan, dll.

5. Keluarga dengan anak a. Memberikan kebebasan yang seimbang


remaja dan bertanggungjawab pada remaja.
b. Mempertahankan hubungan yang
harmonis dalam keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dan orang tua. Hindarkan
terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan
permusuhan.
d. Mempersiapkan perubahan sistem peran
dan tumbuhkembang remaja.

6. Keluarga dengan anak a. Memperluas jaringan keluarga inti


usia dewasa menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keharmonisan pasangan
c. Membantu anak untuk mandiri di
masyarakat
d. Penataan kembali peran orang tua dan
kegiatan di rumah
7. Keluarga usia a. Mempertahan kesehatan individu dan
pertengahan pasangan
b. Mempertahankan hubungan yang serasi
dan memuaskan dengan anak-anak dan
Sebaya
c. Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia tua a. Mempertahankan suasana kehidupan


rumah tangga
b. adaptasi terhadap proses kehilangan
pasangan, kesehatan fisik dan
pengahasilan

5
c. mempertahankan keakraban pasangan
dan saling merawat
d. Melakukan life review

4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga (Sudiharto, 2007: 24), sebagai berikut:
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar
berperan di lingkungan sosial.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarg meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
5. Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarg untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
5. Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3) Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
4) Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya.

B. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus


1. Definisi

6
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ).
Menurut Askandar (2001) Diabetes Miletus (DM) adalah penyakit
metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia
dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala kilnik akut maupun
kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif didalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada
diabetes melitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat
menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin
(Brunner and Suddarth, 2015)
2. Etiologi
a. Diabetes Tipe I
Diabetes tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi dan lingkungan (misalnya, infeksi
virus) diperkiakan turut menimbulkan destruksi sel beta. Faktor faktor
genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu presdiposisi atau kecendrungan genetik ke arah
terjadinya diabetes tipe satu. Kecendrungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas
antigen tansplantasi dan proses imun lainnya.
Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu
respon otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggpanya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya gejala klinis
diabetes tipe 1.
Faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi
sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan,
obesitas dan kehamilan. Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap

7
kemungkinan faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel
beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu prises otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
Interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan
dalam etiologi diabetes tipe 1 merupakan pokok perhatian riset yang
terus berlanjut. Meskipun kejadian yang menimbulkan destruksi sel
beta tidak dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan
genetik merupakan faktor dasar yang melandasi proses terjadinya
diabetes tipe 1 merupakan hal yang secara umum bisa diterima.

b. Dabetes Tipe II
Obesitas. Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel
target diseluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang
efektif dalam meningkatkan efek metabolik. Usia. Cenderung
meningkat di atas 65 tahun Gestasional, diabetes mellitus ( DM) dengan
kehamilan (diabetes melitus gaestasional DMG) adalah kehamilan
normal yang di sertai dengan peningkatan insulin resistensi (ibu hamil
gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan ini, kondisi
diabetes di alami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi
diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali di dapat selama
kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga (Brunner &
suddarth, 2015).
3. Patofisiologi
1. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas
menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans.
Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post
prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan
muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic)
sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra)
dan rasa haus (polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penurunan berat badan
akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang

8
lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa
pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu
keseimbangan asam basa dan mengarah terjadinya ketoasidosis (Brunner
& suddarth 2015)
2. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada
reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan
glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak
mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadilah DM tipe II (Brruner & suddarth 2015)
4. Manifestasi Klinis
a. Poliuri
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam
sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi
atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai
akibatdari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic
(poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor
haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu
minum (polidipsia).

c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan

9
menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan
lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan Berat Badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka
sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami
atrofidan penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau Kelemahan
Istilah medis untuk menggambarkan perasaan lelah, tidak nyaman dan
kurang enak badan yang tidak di ketahui apa penyebabnya.
f. Kesemutan
g. Lemas
h. Mata kabur

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas
130mg/dl mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk
menilaikadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang
melebihi6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr
gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang
normaldua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah
jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan
kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya
untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.

6. Penataklasanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat

10
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai
usaha dan akan diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan Makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis,
penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu:
Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali
kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan
wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori
aktivitas (1030% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk
dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress
akut sesuai dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung
dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu
:
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi penyakit penyerta.Sebagai contoh olah raga ringan adalah
berjalan kaki biasaselama 30 menit, olahraga sedang berjalan cepat
selama 20 menit dan olahraga berat jogging.

11
c. Obat Hipoglikemik
Sulfonilurea. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
1) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
2) Menurunkan ambang sekresi insulin.
3) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit
lebih.
d. Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam
ketoasidosis.
b. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan).
c. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan
dosis rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil
glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah
diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran
glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin.

Dosis pemberian insulin pada pasien dengan DM:


Jenis obat :
1. Kerja cepat (rapid acting) retensi insulin 5-15 menit puncak efek 12 jam,
lama kerja 4-6 jam. Contoh obat: insuli lispro( humalo), insulin aspart
2. Kerja pendek (sort acting) awitan 30-60 menit, puncak efek 2-4 jam,
lama kerja 6-8 jam.
3. Kerja menengah (intermediate acting) awitan 1,5-4 jam , puncak efek 4-
10 jam, lama kerja 8-12 jam),awitan 1-3 jam, efek puncak hampir tanpa
efek, lama kerja 11-24 jam.
Contoh obat: lantus dan levemir.

e. Hitung dosis insulin

12
Rumus insulin: insulin harian total = 0,5 unit insulin x BB pasien
Insulin prandial total ( IPT) = 60%
Sarapan pagi 1/3 dari IPT
Makan siang 1/3 dari IPT
Makan malam 1/3 dari IPT
f. Penyuluhan
Untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal.
Penyesuaian keadaan psikologik kualitas hidup yang lebih baik.
Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes
(Bare & Suzanne, 2002)

7. Komplikasi
Kompilkasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik.
1. Komplikasi akut adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah adalah dalam
jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah
a. Diabetik ketoasedosis (DKA).
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut
dari suatu perjalanan penyakit DM. Dibetik ketoasidosis di
sebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata.
b. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi kalau gadar gula dalam darah turun bawah
50-60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat
insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit.

2. Kompilkasi kronik

13
Diabetes melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah
di seluruh bagian tubuh (angipati diabetik) di bagi menjadi 2: yaitu
mikrovaskuler dan makrovaskuler. Penyakit ginjal, Penyakit mata,
Neuropati (mikrovaskuler) dan Pembuluh darah kaki, Pembuluh darah ke
otak (makrovaskuler).

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

14
Pengkajian tanggal

I. Data Umum

1. Nama KK : Tn. A
2. Usia : 39 th
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Bbangunan
5. Alamat : jalan Piladang RT 01 RW 09 Limbungan.
6. Komposisi :

N Um Pendidik Imuni Status


Nama Jk Status Pekerjaan
o ur an sasi Kesehatan

1 Tn. A 42 th LK Kepala SMA Buruh - sehat


keluarga

2 Ny. S 39th pr IRT SMA IRT - Mempunyai


riwayat
diabetes

3 An. S 12th lk anak SMP Pelajar - sehat

4 An.J 8th lk anak SMP pelajar - sehat

Genogram :

Keterangan:
: perempuan :perempuan meninggal
: laki-laki :laki-laki meninggal
: yang menderita DM ........ :serumah
: laki-laki DM dan meninggal
15
7. Tipe Keluarga :
Tipe keluarga pada Tn. A adalah keluarga inti terdiri dari

ayah, ibu dan anak.

8. Suku :
Suku bangsa pada keluarga Tn. A adalah suku Minang.

9. Agama ;
Agama pada keluarga Tn. A adalah Islam.

10. Status Sosial Ekonomi keluarga :


Pendapatan keluarga Tn. A dalam sebulan kurang lebih Rp 2.000.000/bulan dari
hasil buruh bangunan dan istrinya Ny. S sebagai pedagang gorengan dengan
pendapatan Rp 850.000/bulan. Penghasilan ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarga Tn. A.

11. Aktivitas Rekreasi Keluarga :


Tn. A mengatakan jarang melakukan rekreasi keluarga, kecuali pada hari besar
agama seperti Idul Fitri, biasanya keluarga akan mudik ke kampung.

II. Riwayat dan Tahap perkembangan Keluarga

12. Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini :


Tahap perkembangan keluarga Tn. A adalah tahap keluarga dengan anak usia
sekolah karena anak pertama dan kedua masih berumur 12 tahun dan 8 tahun.

13. Tahap Perkembangan Keluarga Yang belum terpenuhi :


Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga .

14. Riwayat Keluarga Inti :


Ny. S pernah dirawat di rumah sakit sekitar 3 tahun yang lalu dengan keluhan
lemas dan pusing. Setelah di cek GDS Ny. S ternyata GDS Ny. S 389 mg/dL.
Sehingga Ny. S dirawat inap di rumah sakit selama 3 hari dan hingga saat ini Ny. S
masih mengomsumsi obat DM tablet yaitu metformin, glimepiride serta suntik
insulin.

16
Namun Ny. S mengaku tidak teratur minum obatnya dan keluarga jarang
membawa Ny. S untuk memeriksakan dan mengontrol gula ke fasilitas kesehatan dan
hingga saat ini Ny. S mengeluh sering merasa lapar dan haus, sering buang air kecil

lebih dari 6 kali sehari, sering merasa kesemutan pada ujung jari kaki, susah tidur
malam hari, merasa gatal pada kulit, terdapat luka di jari kaki disertai adanya nanah
atau pus, serta penglihatan terkadang berkunang-kunang.

Hasil pengukuran tanda-tanda vital pada saat pengkajian Ny. S didapatkan TD:
90/60 mmhg, N: 118xmenit, S: 37ͦ C, RR: 20xmenit GDS pukul 10.00: 292 mg/dL,
GDS pukul 15.00: 268 mg/dL. Dan Ny. S mengaku sering mengomsumsi makanan

tinggi gula, minum kopi, makanan tidak teratur. Sedangkan kesehatan Tn. A tidak
terdapat riwayat penyakit menular maupun kronis lainnya, begitu juga dengan kedua
anaknya.

15. Riwayat Keluarga Sebelumnya


Ny. S memilki 5 bersaudara terdiri dari 4 perempuan dan 1 laki-laki. Ny. S
mempunyai penyakit DM merupakan penyakit keturunan dari bapak Ny. S yang kini
telah meninggal. Selain Ny. S yang menderita DM, kakak perempuan Ny. S juga
menderita DM.

Selain faktor keturunan dan gaya hidup yang kurang sehat serta kurang
berolahraga dan pola istirahat yang kurang ditambah kebiasaan komsumsi yang
manis sebagai faktor pemicu diabetes mellitus. Sedangkan kakak perempuan Ny. S
menderita DM diumur 45 tahun.

III. Lingkungan

16. Karakteristik Rumah


Rumah Tn. A adalah rumah permanen, lantai keramik dengan luas 20x15 m
dengan atap menggunakan seng. Ada 3 kamar dalam rumah Tn. A, 1 kamar utama
dan 2 lagi kamar anak-anak. Ada 1 dapur dan 1 kamar mandi. Ada jamban di dalam
kamar mandi, dapur, gudang, dan ruang tamu. Saluran pembuangan dialirkan ke
tempat pembuangan septi tank. Jarak antara sumur dengan septi tank kurang lebih 10
meter.

Rumah Tn. A mendapat cukup cahaya matahari dan ventilasi karena jendela
rumah sering terbuka. Penerangan di rumah menggunakan listrik. Keluarga

17
mempunyai pembuangan sampah terbuka, biasanya sampah-sampah rumah tangga
akan dibuang ke plastik hitam dan akan dibuang ke tempat pembuangan sampah jika
sudah penuh. Air yang digunakan untuk makan, minum dan mandi sehari-hari adalah
air sumur. Terdapat fasilitas kesehatan di lingkungan rumah yaitu posyandu, rumah
bidan, praktek dokter, dan puskesmas. Fasilitas kesehatan tersebut dapat dijangkau
dengan menggunakan motor dan berjalan kaki.

Rumah depan: tampak bersih.

Ruang tamu: tampak bersih.

Ruang tidur: tempat tidur terbuat dari kayu.

Kamar mandi: kamar mandi terdiri dari 1 bak mandi dan 1 WC.

Jendela: jendela ada di setiap kamar.

Kamar mandi dan dapur: tampak licin.

17. Karakteristik tetangga dan Komunitas :


Ny. S mengikuti kegiatan arisan, wirid, maupun kerja bakti di lingkungan
rumah. Hubungan bersama antar tetangga terjalin baik, saling menghormati dan
kerukunan terjalin.

18. Mobilitas Geografis Keluarga :


Ny. S lahir di Padang Panjang dan dibesarkan di Padang Panjang namun
semenjak menikah dengan Tn. A mereka pindah dan menetap di Pekanbaru sejak
2004 sampai sekarang.

19. Perkumpulan keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat


Perkumpulan anggota keluarga biasanya dilaksanakan pada malam hari sewaktu
makan malam. Dan kegiatan yang ada di lingkungannya juga sering keluarga Tn. A
mengikutinya.

20. Sistem Pendukung Keluarga


Keluarga Tn. A kalau ada yang sakit, biasanya hanya dibelikan obat warung dan
pilihannya. Sesekali dibawa ke puskesmas kalau tidak kunjung sembuh. Ny. S
mengaku jarang memeriksakan penyakitnya ke pelayanan kesehatan.

18
IV. Struktur Keluarga

21. Pola Komunikasi Keluarga


Komunikasi yang terjalin dalam keluarga Tn. A cukup baik dan terbuka di mana
semua dibicarakan dan diselesaikan bersama.

22. Struktur Kekuatan Keluarga


Antar anggota keluarga saling menghormati dan menghargai dan pengambilan
keputusan berdasarkan keputusan bersama.

23. Struktur Peran


Identitas masing-masing peran dalam klg :

Tn. A berperan sebagai kepala keluarga, suami dan pencari nafkah. Ny. S
berperan sebagai ibu rumah tangga dan An. S dan An. J berperan sebagai anak.

24. Nilai dan Norma Budaya


Keluarga Tn. A menerapkan nilai dan norma keluarga yang berlaku menurut
ajaran agama Islam dan budaya yang berlaku dan aturan yang ada di masyarakat.

V. Keluarga

25. Fungsi Afektif


Keluarga Tn. A saling menyayangi dan saling peduli.

26. Fungsi sosial


Keluarga Tn. A mengatakan tidak ada masalah dengan tetangga maupun
masyarakat sekitar tempat tinggal keluarga Tn. A.

27. Fungsi Perawatan Keluarga


a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Pada saat pengkajian Tn. A belum mampu mengenal masalah kesehatan
pada Ny. S secara rinci dan keseluruhan, ini terbukti pada saat ditanya pada
keluarga penyakit Ny. S, keluarga mampu menjawab bahwa penyakit DM
adalah penyakit gula dan belum mengetahui secara rinci sebab dan komplikasi
serta diet makanan tentang DM.

b. Kemampuan keluarga untuk mengambil keputusan untuk merawat


Jika Ny. S sakit, alternatif yang keluarga lakukan adalah menyuruh Ny.
S untuk meminum obat glimepiride, metformin dan obat warung. Keluarga Tn.

19
A jarang memeriksakan kesehatannya secara teratur karena kesibukan Tn. A
yang bekerja sebagai buruh bangunan dan Ny. S yang bekerja sebagai pedagang
gorengan.

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit


Keluarga tidak mampu merawat Ny. S terbukti keluhan yang dirasakan
Ny. S sering lemas, penglihatan sebelah kanan klien terkadang kabur, sering
menggaruk-garuk anggota tubuh yang gatal-gatal seperti punggung hingga
memerah dan ada luka di jari kaki yang belum kunjung sembuh, serta jarang
mengingatkan minum obat DM dan keluarga sering menginjeksi insulin hanya
satu tempat saja, jarang mengganti jarum insulin, sering menginjeksi insulin
tanpa diperiksa dulu gula darah Ny. S. Dan keluarga mengatakan tidak mengerti
secara rinci cara perawatan luka dan terlihat bingung saat ditanyakan mengenai
cara perawatan luka.

d. Kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan


Kondisi rumah Ny. S cukup bersih, pencahayaan cukup, namun lantai
rumah bagian dapur dan kamar mandi Ny. S sering licin karena Ny. S sering
memasak gorengan di dapur dan jarang membersihkannya.

e. Kemampuan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada


Keluarga belum memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik, terbukti
keluarga jarang memeriksakan Ny. S ke fasilitas kesehatan.

28. Fungsi Reproduksi


Keluarga Tn. A mempunyai 2 orang anak laki-laki.

29. fungsi Ekonomi


Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga Tn. A menggunakan penghasilan
yang diperoleh untuk kebutuhan.

VI. Stres dan Koping keluarga

30. Stresor Jangka pendek dan jangka panjang


Ny. S khawatir mengenai keluhan yang penyakit DM terutama gatal-gatal dan
luka kecil di kaki yang tidak sembuh dan takut meluas.

20
Stressor jangka panjang yang dihadapi Ny. S adalah takut komplikasi dari diabetes
yang akan menganggu kesehatannya dan ekonomi keluarga.

31. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah


Untuk mengatasi kekurangan ekonomi keluarga, Ny. S menjual gorengan dan
untuk masalah kesehatan selain membeli obat dan kalau sakit berlanjut dibawa ke
puskesmas.

32. Strategi Koping yang Digunakan


Jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan Tn. A dan keluarga tetap mencari
jalan keluar dengan musyawarah dan Ny. S juga menerima apapun yang terjadi pada
dirinya terkait dirinya terkait penyakitnya, karena Ny. S yakin semua diatur oleh
Allah SWT.

33. Strategi adaptasi Disfungsi


Apabila banyak permasalahan yang dihadapi keluarga Tn. A akan minta bantuan
keluarga terdekat.

VII. Harapan keluarga

Keluarga Tn. A berharap dengan adanya petugas kesehatan yang


mengunjunginya, akanada perubahan tingkah laku yang dapat dilakukan oleh Ny. S
dan keluarga dalam menunjang peningkatan kesehatan keluarga.

34. Pemeriksaan Fisik Keluarga


Tabel 1. Pengkajian Fisik Keluarka Tn. L

No Komponen Tn. S Ny. S An. S An. J


Pemeriksaan

1 Kepala Rambut Rambut bersih, Rambut bersih, Rambut


bersih, warna hitam, warna hitam. bersih, warna
warna sedikit beruban.
hitam, hitam.
sedikit
beruban

2 Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,

konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva

tidak tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,


anemis,

21
sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak

ikretik. ikretik. ikretik ikretik

3 Telinga Bersih, Bersih, Bersih,


simetris,
simetris, Bersih, tidakada simetris,

tidak simetris, serumen,fungsi tidak

ada tidak pendengaran ada

serumen, ada baik. serumen,

fungsi serumen, fungsi

pendengaran fungsi pendengaran

baik. pendengaran baik.

baik.

4 Hidung Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,

penciuman, penciuman, penciuman, penciuman,

tidak tidak tidak ada tidak

ada ada sekret, tidak ada

sekret, tidak sekret, tidak ada pernafasan sekret, tidak

ada ada cuping hidung. ada

pernafasan pernafasan pernafasan

cuping cuping cuping

hidung. hidung. hidung.

5 Mulut Mulut Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut bersih,


bersih,
mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir
mukosa
bibir lembab. lembab. lembab.

lembab.

22
6 Leher dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tenggorokan
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran

kalenjar kalenjar tiroid kalenjar tiroid. kalenjar atau


tiroid tiroid

7 Dada dan Simetris, Simetris, Simetris, tidak Simetris,


paru
tidak tidak ada tidak

ada ada penggunaan ada

penggunaan penggunaan otot bantu penggunaan

otot bantu otot bantu pernapasan, otot bantu

pernapasan, pernapasan, auskultasi paru pernapasan,

auskultasi auskultasi vesikuler. auskultasi

paru paru paru

vesikuler. vesikuler. vesikuler.

8 Jantung Ictus cordis Ictus cordis Ictus cordis Ictus cordis

tidak tidak tampak, tidak tampak, tidak


tampak, tampak,
bunyi jantung bunyi jantung
bunyi bunyi
jantung normal. normal. jantung

normal. normal.

9 Abdomen Datar, Datar, simetris, Datar,

simetris, tidak ada nyeri Datar, simetris, simetris,


tekan.
tidak tidak ada nyeri tidak

ada tekan. ada

nyeri tekan. nyeri tekan.

10 Extremitas Tidak Tidak ada varises Tidak Tidak ada


varises dan edema, ada
edema. Varises dan varises dan
luka di jari kaki edema.
sebelah kiri, ada edema.
pus, sering

23
kesemutan.

11 Kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit

sawo sawo matang, sawo matang, sawo


matang, matang,
CRT<3 detik, CRT<3 detik,
CRT<3 CRT<3
detik, ada luka di tidak ada luka detik,

tidak jari di kulit. tidak

ada kaki ada

luka di kulit. sebelah kiri, luka di kulit.


ada

pus,

sering

kesemutan.

12 Kuku Terlihat Bersih dan tidak Terlihat bersih bersih


bersih ada kotoran dan
simetris

13 BB 60 kg 58 kg 41 kg 26kg

14 TB 170 cm 160 cm 147 cm 128cm

15 Tanda Vital TD TD 90/60 mmHg TD: 110/60 TD: 120/80


mmHg
120/80 Nadi: 118xmenit mmHg
Nadi: 86xmenit
mmHg Suhu: 37ͦ C Nadi:
Suhu:36, 8ͦ C 92xmenit

Suhu: 37,1ͦ C
Nadi
100xmenit

Suhu 37ͦ C

16 Kesimpulan Tidak ada Keluhan di Tidak ada Tidak ada


keluhan eksremitas bawah keluhan keluhan
dan TTV

Tabel 2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah kesehatan

1. Data subjektif: Ketidakmampuan Ketidakstabi-lan


24
1. Ny. S mengatakan mengeluh kadar gula
banyak minum, banyak makan
keluarga merawat darah.
dan kencing dalam sehari lebih
dari 6 kali disertai lemas. anggota keluarga
yang sakit diabetes
mellitus tipe II pada
Ny. S.
2. Ny. S mengatakan jarang
mengontrol gula darah ke fasilitas

kesehatan.

3. Keluarga mengatakan Ny. S


sering mengkonsumsi makanan

dan minuman tinggi gula seperti


nasi putih, gorengan, dan kopi.

4. Ny. S tidak diingatkan oleh

keluarga tepatnya suami Ny. S


untuk minum obat dan Ny. S juga
sering lupa untuk minum obat DM

5. Ny. S mengatakan menginjeksi


insulin tanpa diperiksa kadar gula

darah terlebih dahulu.

6. Keluarga Tn. A

khawatir jika sewaktu-waktu


penyakit Ny. S memburuk dan

menimbulkan komplikasi.

Data objektif

1. GDS pada tanggal

11 Maret 2020

25
pukul 10.00: 292

mg/dL

pukul 15.00: 268

mg/dL

2. TTV pada tanggal

11 Maret 2020

TD: 90/60 mmHg

N: 118x/menit

S: 37ͦ C

RR: 20x/menit

2. Data subjektif: Ketidakmampuan Kerusakan integritas


keluarga merawat
1. Ny. S mengatakan luka di kaki kulit.
kadang lembab. anggota keluarga
yang sakit diabetes
mellitus tipe II pada
2. Ny. S mengatakan gatal-gatal Ny. S.
di badan sudah banyak.

3. Ny. S mengatakanterdapat
bekas garukan di punggung Ny. S.

4. Keluarga mengatakan tidak


mengetahui secara rinci cara
perawatan luka yang benar.

Data objektif

1. Terdapat luka lembab di kaki


Ny. S dan ada sedikit nanah
disebabkan karena adanya infeksi

26
bakteri dan kuman serta akibat
perawatan luka yang keliru dan
kurangnya kesadaran diri untuk
menjaga kebersihan luka.

2. Terdapat bekas garukan di


punggung Ny. S.

3. Keluarga terlihat bingung saat


menyebutkan urutan perawatan
luka yang benar.

Tabel 3. Masalah keperawatan keluarga I

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran

1 Sifat masalah: 1 3/3x1=1 Masalah sudah terjadi


dan apabila masalah
a. Potensial(1) tidak diatasi dapat
b. Resiko (2) menimbulkan
komplikasi
c. Aktual (3)

2 Kemungkinan masalah 2 1/2x2=1 Masalah dapat


untuk diubah: diubahTergantung peran
aktif Ny.S dalam
a. Mudah (2) Mematuhi terapi
b. Sebagian(1) pengobatan dan

c. Tidak dapat diubah diet.


(0)

3 Potensial masalah 1 2/3x1=2/3 Perlu kepatuhan dan


untuk dicegah: waktu untuk mengubah

a. Tinggi (3) kebiasaan hidup sehat.

b. Cukup (2)

c. Rendah (1)

4 Menonjolnya 1 2/1x1=2 Keluarga menyadari


pentingnya masalah
27
masalah: untuk segera diatasi
sehingga dapat
a. Segera (2) meningkatkan derajat
b. Tidaksegera (1) kesehatan Ny.S

c. Tidak dirasakan (0)

Jumlah 14/3

Tabel 4. Masalah keperawatan 2

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran

Sifat masalah:

a. Aktual (3)
1 1 3/3x1=1 Masalah sudah terjadi.
b. Resiko (2)

c. Potensial(1)

Kemungkinan masalah Masalah bisa diubah


untuk diubah: dengan mengajarkan
cara merawat anggota
a. Mudah (2)
2 2 1/2x2=1 keluarga yang sakit
b. Sebagian(1) dengan diet DM dan
perawatan luka.
c. Tidak dapat diubah
(0)

Potensial masalah Masalah dapat dicegah


untuk dicegah: dengan mengajarkan
cara merawat luka dan
3 a. Tinggi (3) 1 2/3x1=2/3 membawa Ny. S ke
b. Cukup (2) fasilitas kesehatan.

c. Rendah (1)

Menonjolnya masalah:
Keluarga merasakan ada
a. Segera (2) masalah tetapi belum
4 1 2/2x1=1
b. Tidaksegera (1) bisa merawat anggota
keluarga yang sakit.
c. Tidak dirasakan (0)

Jumlah 11/3

28
Prioritas diagnosa keperawatan keluarga

Menurut hasil perhitungan skoring dari 2 diagnosa di atas, tealah ditemukan


diagnosa yang sesuai pada kondisi pasien dengan skor 14/3 yaitu:

Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus tipe II
pada Ny. S.

29
Diagnosa Keperawatan Prioritas

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY.S

DENGAN MASALAH DIABETES MELLITUS

30
Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
No
Kep. Klg. Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar

1 Ketidakstab Setelah dilakukan 1.Setelah Respon verbal 1. Diabetes mellitus 1. Kaji pen
ilan kadar Kunjungan dilakukan (DM) merupakan keluarga tenta
gula darah sebanyak 2 hari kunjungan 1x50 kondisi kadar gula 2. Diskusika
Berhubunga Keluarga mampu menit, keluarga darah sewaktu diatas keluarga
n dengan mengenal dan mampu 180 mg/dl dan gula pengertian
ketidakmam memahami mengenal darah puasa diatas dengan men
puan bagaimana masalah DM. 125 mg/dl. lembar bal
keluarga perawatan DM. leaflet.
dalam 3. Beri ke
merawat keluarga
anggota bertanya.
keluarga 4. Beri reinf
yang sakit positif.
diabetes
mellitus
tipe II pada
Ny.S.

2. Setelah Respon verbal 2. Penyebab DM 1. Kaji pen


dilakukan yaitu faktor genetik keluarga
kunjungan 1x50 atau keturunan, pola penyebab DM
menit keluarga makan yang tidak 2. Diskusika
mampu teratur, kurangnya keluarga
memutuskan aktifitas fisik atau penyebab DM
untuk merawat olahraga, stress, menggunakan
anggota obesitas atau balik dan leaf
keluarga dengan kegemukan, 3. Beri ke
DM. obatobatan dan keluarga
infeksi. bertanya. 4.
reinforcemen

3. Tanda dan gejala 1. Kaji pen


DM yaitu sering keluarga tent
kencing, sering dan gejalaDM
haus, rasa gatal, 2. Diskusika
mudah lelah, luka keluarga
yang sulit sembuh tanda dan g
atau infeksi pada dengan men
31 kulit, pandangan lembar bal
kabur, dan leaflet.
kesemutan atau baal. 3. Beri ke
keluarga
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Sudiharto, 2007: 22). Keluarga merupakan sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Duvall).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ).
Menurut Askandar (2001) Diabetes Miletus (DM) adalah penyakit
metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan
glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala kilnik akut maupun
kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif didalam tubuh, gangguan
primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein.
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes
melitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun
atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and
Suddarth, 2015)

32
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan yaitu:

1. Bagi Penderita Diabetes Mellitus

Sebaiknya penderita diabetes mellitus lebih aktif dalam meningkatkan


pengendalian gula darah dengan mematuhi diet yang ditetapkan oleh tenaga
kesehatan, menjalani pengobatan dengan baik dan memeriksakan kadar gula
darah sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan.

2. Bagi Keluarga Penderita Diabetes Mellitus

Sebaiknya keluarga harus dapat meningkatkan komunikasi dengan penderita


diabetes mellitus tipe II misalnya dengan meluangkan waktu untuk berdiskusi
dengan penderita sehingga motivasi penderita untuk menjalankan pelaksanaan
diabetes mellitus meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pengendalian gula darah.

33
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga.


Denpasar:
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga. Ponorogo: Graha Ilmu.
Brunner & Sudarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2
Edisi 8.
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Jakarta: EGC.
Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC.
Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Trans Info
Media
Medika
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis
Padila. (2012). Buku ajar keperawatan keluarga . Yogyakarta : Nuha
Sagung Seto.
Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan

34

Anda mungkin juga menyukai