Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCOLOSIS
DI UPT PUSKESMAS KLAKAH
Periode Tanggal 13-26 November 2023

Di Susun Oleh :
KHOIRUL ANAM
212303101069

PRODI D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023

1
BAB 1 KONSEP KELUARGA
1. Definisi
Duvall (1997 dalam (Suhari dan Sulistyono, 2016) mengemukakan
bahwa daur/siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap perkem
bangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap perke
mbangannya.
1) Tahap 1 Pasangan baru menikah (keluarga baru)
Dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dengan membentuk rumah ta
ngga.
2) Tahap 2 Keluarga yang menantikan kelahiran
dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sa
mpai anak pertama berusia 30 bulan.
3) Tahan 3 Keluarga dengan anak tertua
2,5 tahun sampai dengan 6 tahun. Pada tahap ini anak mulai mengenal k
ehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebayanya, tetap
i sangat rawan dengan masalah kesehatan. Anak sensitif terhadap penga
ruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-no
rma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma sosial budaya.
4) Tahap 4 : Keluarga dengan anak sekolah
Keluarga dengan anak usia sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai 12
tahun.
5) Tahap 5 : Keluarga dengan remaja
Keluarga dengan remaja atau anak tertua berusia 13 tahun samapi 20 ta
hun. Tahap ini paling rawan, karena pada tahap ini anak akan mencari i
dentitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri taul
adan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pen
gertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikemb
angkan
6) Tahap 6 : Keluarga dengan anak dewasa (melepas anak)
Melepas anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesun
gguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangg
a.
7) Tahap 7 Keluarga usia pertengahan/berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, t
inggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa
sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan
depresi dan stress
8) Tahap 8 Keluarga usia lanjut Lansia
Bukan suatu penyakit tapi tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditan
dai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stre
s fisik/psikologis.(Suhari dan Sulistyono, 2016)
2. Tugas Perkembangan

2
1. Tahap 1 Pasangan baru menikah
a) Membina hubungan dan kepuasan bersama
b) Menetapkan tujuan bersama
c) Mengembangkan keakraban
d) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompo
k sosial
e) .Persiapan menjadi orang tua, diskusi tentang anak yang dih
arapkan
f) Mengembangkan pendekatan konflik dan resolusi penyelesa
ian
2. Tahap 2 Keluarga yang menantikan kelahiran
a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang manta
p (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga). Misalny
a : mempersiapkan kehadiran anak; mencari pengetahuan te
ntang kehamilan, persalinan, dan menjadi orang tua
b) Menyesuaikan peran baru sebagai ayah/ibu
c) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan
dan kebutuhan anggota keluarga. Misalnya : Adanya peruba
han peran dalam keluarga tersebut
d) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
Misalnya : Beradaptasi dengan pola hubungan seksual yaitu
selama nifas; Kebutuhan seksual tidak hanya dipenuhi deng
an hubungan seksual, tetapi bisa dengan alternatif lain.
e) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan m
enambahkan peran-peran orang tua dan kakek-nenek. Misal
nya : Memperkenalkan keluarga yang baru pada anggota kel
uarga yang lain, aktif mengikuti kegiatan keluarga besar sep
erti Bani Abbas, Bani Atmorejo.
3. Tahap 3 Keluarga dengan anak tertua
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan te
mpat tinggal, bermain, privasi, dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenu
hi kebutuhan anak-anak yang lain.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maup
un di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
4. Tahap 4 : Keluarga dengan anak sekolah
a. Mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak-ana
k mencapai prestasi yang baik di sekolah
b. Membantu anak-anak membina hubungan dengan teman se
baya
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

3
d. Memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing anggota kel
uarga
5. Tahap 5 Keluarga dengan remaja
a. Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab ya
ng sejalan dengan maturitas remaja
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
c. Melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua/ana
k remaja
6. Tahap 6 dengan anak dewasa (melepas anak)
a. Menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota kel
uarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah d
ewasa
b. Menata kembali hubungan perkawinan
c. Menyiapkan datanya proses penuaan termasuk timbulnya m
asalah kesehatan
7. Tahap 7 : Keluarga usia pertengahan/berdua Kembali
a. Mempertahankan kontak dengan anak dan cucu
b. Memperkuat hubungan perkawinan
c. Meningkatkan usaha promosi kesehatan
8. Tahap 8 : Keluarga usia lanjut
a. Meningkatkan kehidupan beragama
b. Menjaga komunikasi dengan anak, cucu
c. Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu
d. Memperhatikan kesehatan masing masing
e. Menyesuaikan diri dengan pendapatan
f. Menghadapi kehilangan
g. Menemukan makna hidup(Suhari dan Sulistyono, 2016)
3. Tingkat Kemandirian Keluarga
Tingkat kemandirian keluarga merujuk pada sejauh mana keluarga
dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dalam aspek kesehatan
dan kehidupan sehari-hari tanpa tergantung secara berlebihan pada pihak
eksternal. Hal ini mencakup kemampuan keluarga untuk mengelola keseh
atan, memenuhi kebutuhan dasar, serta mengatasi masalah yang muncul.
Tingkat kemandirian keluarga dapat diukur melalui sejumlah faktor, term
asuk kemampuan dalam merawat anggota keluarga yang sakit, memaham
i dan mengatasi masalah kesehatan, serta mengambil langkah-langkah pr
eventif untuk mencegah penyakit.
Dalam konteks pelayanan kesehatan, meningkatnya tingkat kemand
irian keluarga sering dianggap sebagai indikator positif, karena keluarga
yang mandiri cenderung lebih mampu menjaga kesehatan anggotanya da
n berkontribusi pada program-program kesehatan masyarakat. Peningkata
n tingkat kemandirian keluarga juga dapat berdampak positif pada penca

4
paian tujuan kesehatan nasional, seperti yang diadvokasi dalam berbagai
program kesehatan di berbagai negara, termasuk Program Indonesia Seha
t.
Kemampuan keluarga dalam menjalankan tanggung jawab kesehata
nnya diharapkan dapat meningkatkan tingkat kemandirian keluarga. Hal i
ni mencakup beberapa aspek menurut Mahfudi 2009 dalam (Nora, 2018),
yaitu:
1. Menerima petugas kesehatan dengan baik;
2. Menerima pelayanan perawatan kesehatan;
3. Mengetahui dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara a
kurat.
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan pedoman yang dis
arankan;
5. Menggunakan fasilitas kesehatan secara aktif;
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif;
7. Melaksanakan tindakan promotif dengan berpartisipasi aktif.
Dengan meningkatnya tingkat kemandirian keluarga, diharapkan a
kan memberikan dampak positif terhadap pencapaian keluarga yang seh
at, yang menjadi fokus dalam menjalankan Program Indonesia Sehat.
4. Permasalahan-permasalahan Kesehatan yang muncul
1. Ketidakmampuan koping keluarga
Perilaku orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang
membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan
masalah kesehatan yang dihadapi klien. Diagnosis ini dapat terjadi
karena adanya.
a. hubungan keluarga ambivalen (kurang menyenangkan)
b. pola koping yang berbeda diantara klien dan orang terdekat
c. resistensi keluarga terhadap perawatan/pengobatan yang kompleks
d. ketidakmampuan orang terdekat mengungkapkan perasaan
2. Penurunan koping keluarga
Ketidak adekuatan atau ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman,
bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang
berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi
masalah kesehatannya. Penyebab masalah ini muncul adalah
Disorganisasi keluarga.
a. Perubahan peran keluarga
b. .Kurangnya saling mendukung
c. Orang terdekat kurang terpapar informasi
d. Orang terdekat terlalu fokus pada kondisi diluar keluarga
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

5
Pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak
memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.
Masalah ini dapat muncul disebabkan oleh :
a. .Kompleksitas sistem pelayanan Kesehatan
b. Kompleksitas program perawatan/pengobatan
c. Konflik pengambilan keputusan
d. Kesulitan ekonomi
e. Konflik keluarga/banyak keturunan
4. Gangguan proses keluarga
Perubahan dalam hubungan atau fungsi yang dapat disebabkan
adanya :
a Perubahan status kelsehatan anggota keluarga
b.Perubahan finansial keluarga
c.Krisis perkembangan
d Perubahan peran keluarga
e.Peralihan pengambilan keputusan dalam keluarga
5. Kesiapan peningkatan koping keluarga
Pola adaptasi anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang
dialami klien secara efektif dan menunjukan keinginan serta kesiapan
yang dialami klien secara efektif dan menunjukan keinginan serta
kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga klien.
Diagnosis ini termasuk dalam jenis positif (potensial, dapat
diangkat jika keluarga menyatakan :
a.Anggota keluarga menetapkan tujuan untuk meningkatka gaya hidup
sehat
b. Anggota keluarga menetapkan sasaran untuk meningkatkan
Kesehatan

BAB 2 KONSEP PENYAKIT

6
1) Definisi
Tuberkulosis adalah masalah kesehatan masyarakat di seluruh duni
a, dengan Indonesia khususnya menjadi penyebab utama kedua kematian a
kibat penyakit menular (Rahman, 2022). Tuberkulosis adalah suatu penyak
it kronik menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculos
is. Bakteri ini berbentuk basil dan bersifat tahan asam sehingga dikenal bas
il tahan asam. Tuberkulosis merupakan penyakit yang menyebabkan kemat
ian terbesar di dunia setelah kardiovaskular dan masih menjadi permasalah
an Kesehatan terberat di Indonesia (Pongkorung et al., 2021)
Tuberculosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular bisa
menjangkiti siapa saja di berbagai kalangan, mulai dari bayi, anak-anak,
remaja sampai lansia dan menyebabkan rasa sakit dan kematian lebih dari
satu juta orang setiap tahun.penyakit ini disebabkan oleh bakteri di sebut
Mycobacterium tuberculosis(MTB).(Afahdkk.,2022)

2) Epidemiologi dan demografi terkait penyakit


Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016, T
uberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan b
erbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat 2
tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih meny
erang. Pada tahun 2016, diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru (inside
nsi) tuberkulosis di seluruh dunia, diantaranya 6,2 juta laki - laki, 3,2 juta
wanita dan 1 juta adalah anak-anak (Listiono, 2019). Sementara jumlah tot
al kasus tuberkulosis yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2021 yaitu 3
85. 295 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Secara global, diperkirakan 10 juta orang menderita TB pada tahun
2019. Meskipun terjadi penurunan kasus baru TB, Pada tahun 2015 – 2019
hanya terjadi penurunan kasus TB sebesar 9%, tetapi tidak cukup cepat unt
uk mencapai target penurunan kasus yaitu sebesar 20%. Indonesia berada
pada peringkat ke-2 dengan penderita TB tertinggi di dunia setelah India
(Report, 2020). Di Indonesia Pada tahun 2020 jumlah kasus tuberkulosis y
ang ditemukan sebanyak 351.936 kasus, menurun bila dibandingkan semu
a kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2019 yaitu sebesar 568.98
7 kasus. Jumlah kasus tertinggi dilaporkan dari provinsi dengan jumlah pe
nduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus
tuberkulosis di ketiga provinsi tersebut hampir mencapai setengah dari ju
mlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia (46%). Jika dibandingkan dar
i jenis kelamin, jumlah kasus laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempua
n secara nasional maupun pada setiap provinsi (Indonesia, 2020). Hal ini t
erjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada faktor risiko TBC
misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat (hidayat fah
rul, 2023)

7
3) Etiologi
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut
mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat penderita TB batu
k atau bersin dan orang lain menghirup droplet yang dikeluarkan yang me
ngandung bakteri TB. Meskipun TB menyebar dengan cara yang sama den
gan flu, penyakit ini tidak menular dengan mudah. Seseorang harus kontak
waktu dalam beberapa jam dengan orang yang terinfeksi. Misalnya, infeks
i TBC biasanya menyebar antara anggota keluarga yang tinggal di rumah y
ang sama. Akan sangat tidak mungkin bagi seseorang untuk terinfeksi den
gan duduk di samping orang yang terinfeksi di bus atau kereta api. Selain i
tu, tidak semua orang dengan TB dapat menularkan TB. Anak dengan TB
atau orang dengan infeksi TB yang terjadi di luar paru-paru (TB ekstrapul
moner) tidak menyebabkan infeksi (Wahdi dan Puspitosari, 2021)
Kejadian tuberkulosis dapat disebabkan oleh faktor riwayat TB di d
alam keluarga. Apabila salah satu anggota keluarga terpapar penyakit TB
maka kemungkinan anggota keluarga lainnya akan tertular. Penularan TB
di dalam keluarga terjadi dikarenakan seringnya berkontak langsung denga
n penderita TB yang tinggal dalam satu rumah. Selain itu, faktor perilaku p
enderita TB pun dapat mempengaruhi terjadinya kejadian TB. Perilaku pen
derita TB yang sering membuang dahak sembarangan bisa mengakibatkan
orang yang disekitarnya tertular karena bakteri TB terdapat di dalam dahak
penderita. Penderita TB yang tidak menerapkan etika batuk dan PHBS di t
empat tinggalnya dapat memberikan kesempatan bakteri TB dengan muda
h menulari orang lain. Faktor lainnya yang dapat mengakibatkan seseorang
terpapar penyakit TB adalah perilaku merokok. Jika seseorang memiliki ke
biasaan merokok maka orang tersebut lebih rentan tertular oleh bakteri TB.
Kondisi lingkungan rumah bisa menjadi faktor lain dalam kejadian TB. Ru
mah yang tidak memiliki pencahayaan yang baik dan kurang dimasuki cah
aya matahari merupakan faktor yang bisa membuat bakteri TB bertahan di
lingkungan rumah sehingga kejadian TB semakin meningkat. Selain itu, ru
mah yang tidak memiliki jendela yang memadai pun bisa membuat bakteri
TB semakin bertahan lama di dalam rumah. Faktor kondisi lingkungan ru
mah ini bisa semakin membahayakan apabila berada di perumahan yang k
umuh dan padat penduduk..(Pralambang dan Setiawan, 2021)

4) Tanda dan Gejala


Gejala yang ditimbulkan penyakit tuberkulosis yaitu batuk berdaha
k selama 2 minggu atau lebih. Batuk yang dialami dapat disertai dengan da

8
hak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa keg
iatan fisik, demam lebih dari satu bulan(Pralambang dan Setiawan, 2021)
5) Klasifikasi
 Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit : (Puspasari, 2
019)
a. Tuberkulosis paru TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru.
Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaring
an paru.
b. Tuberkulosis ekstra paru TB yang terjadi pada organ selain paru mi
salnya kelenjar limfe, pleura, abdomen, saluran kencing, kulit, sela
put otak, sendi dan tulang
Adapun jenis- jenisnya seperti :
1) TB Paru
Pulmonary TB atau TB paru adalah tuberkulosis aktif yang melib
atkan paru-paru. Ini adalah jenis TB yang paling penular. Tuberculosis pa
ru lebih dikenal dengan sebutan TBC.Seseorang bisa menderita TBC keti
ka menghirup udara yang keluar dari orang lain yang dalam tubuhnya ter
dapat bakteri TB. Bahkan, kuman Mycobacterium tuberculosis bisa berta
han di udara selama beberapa jam.Gejala yang menandakan seseorang ter
kena TBC aktif, di antaranya adalah:
 Batuk terus menerus lebih dari 3 minggu
 Batuk hingga mengeluarkan darah
 Batuk berlendir
 Nyeri dada
 Napas tersengal-sengal
 Penurunan berat badan
 Kelelahan
 Demam
2) TB limfadenitis
Limfadenitis TB adalah jenis TBC yang melibatkan kelenjar getah
bening di area leher. Akan tetapi, setiap kelenjar area getah bening juga b
isa terpengaruh.Pembengkakan kelenjar getah bening adalah gejala utam
a TB ekstra paru. Berikut gejala lainnya:
 Benjolan kelenjar getah bening
 Demam tinggi
 Kelelahan
 Berat badan turun drastis
 Keringat berlebih di malam hari
3) TB tulang

9
TB tulang adalah tuberkulosis yang menyebar dari paru-paru atau k
elenjar getah bening ke area tulang. Area tulang mana pun bisa terpengar
uh, termasuk tulang belakang dan persendian.Walaupun jarang terjadi, ris
iko TB tulang bisa meningkat karena HIV/AIDS, karena penyakit ini pun
memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Berikut adalah beberaka kemungk
inan gejala TBC tulang, yaitu:
 Nyeri tulang belakang
 Tulang terasa kaku
 Pembengkakan di sekitar tulang
 Muncul abses
 Perubahan bentuk tulang
4) TB milier
TB milier atau miliary TB terjadi ketika TB sudah menyebar ke org
an tubuh, bahkan lebih dari satu organ.Biasanya, jenis TB ekstra paru ini
menyerang paru-paru, sumsum tulang, dan juga liver. Namun, tak menutu
p kemungkinan TB bisa menyebar ke tulang belakang, otak, dan juga jant
ung.Gejala yang dialami penderita tergantung pada organ tubuh yang teri
nfeksi. Contohnya, jika memengaruhi sumsum tulang belakang, kemungk
inan sel darah merah menurun serta timbul ruam.
5) TB urogenital
TB urogenital adalah jenis TB ekstra parupaling banyak terjadi ked
ua setelah TB limfadenitis.Sesuai namanya, TB menyerang organ genital,
saluran kemih, atau paling sering terjadi pada ginjal. Biasanya, TB meny
ebar ke ginjal dari paru-paru melalui darah atau nodus limfa.. Gejala lain
nya, seperti:
 Pembengkakan testis
 Nyeri saat buang air kecil
 Aliran urine tidak lancar atau berkurang
 Nyeri panggul
 Nyeri tulang belakang
 Volume semen berkurang
 Infertilitas
6) TB liver
TB yang menyerang liver jumlahnya kurang dari 1% dari seluruh i
nfeksi TBC yang menyerang manusia. TB liver bisa terjadi karena penye
baran melalui paru-paru, saluran pencernaan, kelenjar getah bening, atau
vena portal.
Beberapa gejala jenis TB liver, di antaranya adalah:
 Demam tinggi
 Ukuran liver membesar
 Nyeri perut bagian atas

10
 Penyakit kuning
7) TB saluran pencernaan
TB saluran pencernaan (gastrointestinal) adalah jenis infeksi TB e
kstra paru yang menyerang saluran pencernaan, mulai dari mulut hingga
anus. Gejala yang dialami penderitanya, seperti:
 Nyeri perut
 Hilang nafsu makan
 Berat badan turun
 Konstipasi atau diare
 Mual dan muntah
 Perut terasa berat
8) TB meningitis
TB juga bisa menyerang sistem membran tipis yang melindungi ot
ak dan saraf tulang belakang, disebut TB meningitis,Tidak seperti menin
gitis yang memburuk dengan cepat, jenis TBC meningitis biasanya perlu
waktu sedikit lebih lama untuk menjadi parah. Beberapa gejala TB menin
gitis seperti:
 Kelelahan
 Hilang nafsu makan
 Sakit kepala terus menerus
 Demam
 Mual dan muntah
 Rasa nyeri di sekujur tubuh
 Sensitif terhadap cahaya
 Leher terasa kaku
9) TB peritonitis
Jenis TB ekstra paru lainnya adalah TB peritonitis, yaitu peradanga
n lapisan tipis dinding dalam perut. Umumnya, TB peritonitis menyerang
3,5% penderita TB paru dan 58% penderita TB abdominal.
Gejala yang paling umum dialami penderita TB peritonitis, seperti:
 Asites (muncul cairan di rongga perut)
 Mual dan muntah
 Hilang nafsu makan
 Demam tinggi
10) TB kulit
Cutaneous TB juga dikenal dengan TB kulit adalah jenis TBC yan
g paling langka terjadi.Tuberkulosis kulit bisa menyebar ke seluruh bagia
n tubuh. Biasanya, gejalanya ditandai dengan munculnya luka terbuka di
siku, tangan, bokong, lutut bagian belakang, dan juga kaki.Selain itu, gej
ala lainnya yang timbul adalah pertumbuhan jaringan tidak normal pada
kulit, seperti:

11
 Kulit menjadi keunguan atau merah kecokelatan
 Muncul kutil
 Terdapat benjolan kecil
 Kulit menjadi borok
 Abses
11) TB perikarditis
Tuberkulosis perikarditis adalah jenis yang terjadi ketika TBC suda
h menyebar ke area perikardium.Perikardium adalah dua lapisan tipis jari
ngan yang mengelilingi serta menahan jantung dan terpisah oleh cairan. I
ni dapat muncul menjadi berbagai jenis perikarditis.
Berikut adalah beberapa gejala TB perikarditis sebagai TB ekstra paru, y
aitu:
 Sakit dada
 Demam
 Jantung berdebar
 Sesak napas
 Batuk
6) Klasifikasi penyakit Tuberkulosis Paru :
1) Tuberculosis Paru
berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru terbagi Tuberkulosis Par
u BTA (+) Kriteria hasil dari Tuberkulosis Paru BTA positif adalah Sekura
ng-kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
(+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunj
ukan gambaran Tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen da
da menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen
(+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat
dan ringan. Bentuk berat dengan gambaran foto rontgen dada memperliha
tkan gambaran kerusakan paru yang luas.
a. Tuberculosis Ekstra Paru
dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC ekstra-paru ringan misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudat
iva unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adr
enal.
2) TBC ekstra-paru berat misalnya : meningitis, millier, perikarditis, perito
nitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TB
C saluran kencing dan alat kelamin.(Zanita, 2019).
Patway

12
7) Pemeriksaan

13
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di kete
mukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastik
an. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datan
g, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatka
n hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. B
ila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang ke
mbali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif m
aka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Tes Cepat Molekuler (TCM) GeneXpert
Merupakan pemeriksaan molekuler secara automatis dan ter
integrasi semua langkah Polymerase Chain Reaction (PCR) berdas
arkan uji deoxyribonucleic acid (DNA) untuk mendeteksi bakteri t
uberkolosis dan sekaligus mendeteksi resistensi bakteri tersebut ter
hadap rifampisin (Blakemore et al., 2010; WHO, 2014). Pemeriksa
an diklaim hanya memerlukan waktu 2 jam dengan disposable catri
dge dari sampel dimasukkan ke dalam mesin hingga hasil pemeriks
aan keluar dan tercetak (Piatek et al., 2013).
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1) indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil
negative
2) indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3) indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4) indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5) reaksi timbul 48- 72 jam
Setelah injeksi antigen intrakutan berupa indurasi kemeraha
n yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara anti
body dan antigen tuberculin
e. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian a
tas, timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Per
ubahan yang menunjukkan perkembangan Tuberkulosis meliputi a
danya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur
jaringan Positif bila terdapat Mikobakterium Tuberkulosis
g. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan ter
jadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit

14
abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
i. Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sis
a kerusakan jaringan paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meni
ngkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan menurun
nya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hil
angnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis
kronis) (Zainita & Ekwantini, 2019).
8) Pengobatan
 Non Farmakologi
Terapi nonfarmakologi adalah bentuk pengobatan tanpa obat-obata
n yaitu dengan cara pendekatan, edukasi dan pemahaman mengenai
suatu penyakit (Sitepoe, 2008 dalam Zuhra, 2019:21)
a) Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pa
gi).
b) Memperbanyak istirahat.
c) Diet sehat (pola makan yang benar), dianjurkan mengkonsu
msi banyak lemak dan vitamin A untuk membentuk jaringa
n lemak baru dan meningkatkan system imun.
d) Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat ting
gal.
e) Menjaga sirkulasi udara didalam rumah agar selalu berganti
f) dengan udara yang baru.
g) Berolahraga secara teratur, seperti jalan santai dipagi hari.
h) Minum susu kambing atau susu sapi.
i) Menghindari kontak langsung dengan pasien TBC.
j) Rajin mengontrol gula darah.
 Farmakologi
Pengobatan Tuberkulosis Pengobatan menurut (Kemenkes, 2020),
Tahapan pengobatan TB Terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1.Tahap awal (Tahap Intensif)
Pengobatan diberikan setiap hari. Tahap ini ditujukan untu
k efektifitas fokus dalam penurunan jumlah kuman yang ada pad
a pasien sekaligus mengurangi beberapa kecil pengaruh apabila
beberapa kuman dalam pasien sebelum pasien melaksanakan pe
ngobatan ada yang sudah resisten. Proses tahap awal adalah sela
ma 2 bulan. Umumnya 2 minggu pertama jika tahap awal dilaks
anakan dengan baik dan teratur, infeksi kuman TB sudah sangat
menurun (Kemenkes, 2020).
2. Tahap lanjutan

15
Pengobatan tahap lanjutan difokuskan untuk membunuh sis
a dari kuman yang masih berada di dalam tubuh, terkhusus kum
an peresisten agar pasien sembuh dan kekambuhan tidak terjadi.
Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan. Pada fase lanjutan seharus
nya obat diberikan setiap hari (Kemenkes, 2020).
1) jenis obat utama yang digunakan adalah :
a. Rifampisin
b. INH /isoniazid
c. Pirazinamid
d. Steptomisin
e. Etambutol
2) Kombinasi dosis tetap
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 4 obat antituberkulosis yait
u rifamsinin, INH, pirazinamid dan etambutol dan 3 obat antitub
erkulosis, yaitu rifampisin, INH dan pirazinamid.
3) Jenis obat tambahan lainnya
a. Kanamisin
b. Kuinolon
c. Obat lain masih dalam penelitian : makrolid, amaksilin, asa
m klavulanat
d. Deviyat rimfampisin dan INH
e. Dosis OAT
1. Rifampisin 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3 x / minggu ata
u
BB > 60 kg: 600 mg, BB 40-60 kg : 450 mg,BB < 40 kg : 300
mg Dosis intermiten 600 mg/ kali
2. INH 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg
10 mg/kg BB 3 x seminggu, 15 mg/kg BB 2 x seminggu,300 m
g/hari untuk dewasa.,Intermiten : 600 mg / kali
3. Pirazinamid
fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 x seminggu, 50 mg
/kg BB 2 x seminggu atau BB > 60 Kg : 1500 mg BB 40-60 kg
: 1000 mg,BB < 40 kg : 750 mg
4. Etambutol :
fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutkan 15 mg/kgBB, 30 mg/
kg BB 3 x seminggu, 45 mg/kg BB 2 x seminggu atau:BB > 60
kg: 1500 mg BB 40-60 kg : 1000 mg BB < 40 kg: 750 mg
5. Streptomisin : 15 mg/kg BB/kali BB > 60 kg : 1000 mg BB 4
0-60 kg : 750 mg BB < 40 kg : sesuai BB
6. Kombinasi dosis tetap
1) Kategori-1 (2(HRZE)/ 4(HR)3)

16
Kombinasi OAT ini diberikan untuk penderita TB pasien baru, pas
ien TB paru terkonfirmasi bakteriologis, pasien TB paru terdiagno
sis klinis dan TB ekstra-paru. Sediaan ini dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (KDT) yang terdiri dari isoniazid (H), rifam
pisin (R). pirazinamid (Z), dan etambutol (E). Dalam satu tablet d
osisnya telah disesuaikan dengan berat badan pasien yang dikema
s dalam satu paket untuk satu pasien.
2) Kategori-2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Untuk kategori ini, tahap intensif dilakukan selama 3 bulan terdiri
dari 2 bulan INH, rifampisin, pirazinamid, ethambutol, dan strept
omisisn kemudian dilanjutkan dengan INH, Rifampisin, Pirazina
mid, dan Ethambutol selama 1 bulan. Setelah itu melalui berikutn
ya yaitu tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE diberikan tiga
kali seminggu.
3) Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB MDR)
Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacteriu
m tuberculosis yang sudah resisten terhadap isoniazid dan rifampi
cin1 . (Ainiyah dkk., 2019)
4) TB XDR
Bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang memenuhi definisi RO
(resisten obat) / TB-RR resisten terhadap fluoroquinolone dan seti
daknya satu obat tambahan Grup A (obat Grup A adalah kelompo
k obat yang paling manjur dalam peringkat obat lini kedua untuk
pengobatan TBC yang resistan terhadap obat menggunakan rejim
en pengobatan yang lebih lama dan terdiri dari levofloxacin, moxi
floxacin, bedaquiline dan linezolid).

BAB 3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

17
a) Data Umum
1. Nama
2. Jenis Kelamin
Penderita TB laki-laki lebih banyak dari pada penderita TB
perempuan, hal ini dikarenakan rokok mengganggu mekanisme p
ertahanan alamiah sehingga meningkatkan risiko, keparahan dan
durasi infeksi
3. Umur
TB dapat menyerang semua usia, tetapi TB pada usia 0-14 t
ahun cuku rendah dibandingkan dewasa, pada dewasa disertai ada
nya lubang atau kavitas pada paru-paru.
4. Tempat, Tanggal Lahir
5. Alamat
Penyakit TB biasanya ditemukan pada pasien dengan tempa
t tinggal dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sehing
ga masuknya cahaya matahari kedalah rumah sangat minim.
6. Pekerjaan
Riwayat pekerjaan yang sering berinteraksi pada penderita
TB, atau bekerja di daerah dengan banyaknya organisme di udar
a/udara kotor.
7. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui silsilah dalam 3
generasi keluarga
8. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendal
a atau masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut. Bia
sanya dapar terjadi pada bentuk keluarga apapun.
 Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifi
kasi budaya suku bangsa dan kebiasaan adat penderita terseb
ut terkait dengan penyakit tuberculosis.
 Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaa
n yang dapat mempengaruhi terjadinya tuberculosis.
 Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebu
tuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta baran
g-barang yang dimiliki oleh keluarga. Pada pengkajian statu
s sosial ekonomi diketahui apakah tingkat status sosial ekon
omi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.

18
 Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga perg
i bersama- sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
kegiatan menonton televisi serta mendengarkan radio
b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Mengkaji data yang berasal atau ditentukan dari anak yang paling
tua dalam keluarga.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Mengkaji data tentang perkembangan keluarga yang belum
tercapai, seperti bapak yang sedang mengalami sakit TB
3) Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Riwayat kesehatan keluarga: Adanya batuk berdahak dan sesak
nafas ataupun penyakit keturunan, riwayat kesehatan keluarga
masing-masing anggota, sumber pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan, riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: danya
kesulitan pada kehamilan atau persalinan yang lalu dan sering
terjadi keguguran sebelumnya.
A. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Luas Rumah
3) Type rumah
4) Kepemilikan
5) Jumlah dalam ratio kamar / ruangan
6) Ventilasi / Cendela
7) Pemanfaatan ruangan
8) Septic tank : ada (letak )
9) Sumber air minum
10) Sumber air minum
11) Kamar mandi / wc
12) Sampah
13) Kebersihan Lingkungan
B. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur Peran
4) Nilai dan Norma Keluarga
C. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisasi
3) Fungsi Perawatan kesehatan
D. Stres dan Koping Keluarga

19
1) Stressor jangka panjang (> 6 bulan) dan stressor jangka pendek (< 6
bulan)
2) Respon keluarga terhadap stress
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi yang disfungsional
E. Pemeriksaan Fisik
1. Identitas: Mengkaji data mengenai nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, dan jenis kelamin.
2. Keluhan / riwayat saat ini: Keluhan batuk berdahak dan sesak nafas
3. Riwayat penyakit sebelumnya : Tidak memiliki penyakit apapun,
Hipertensi
(-), DM (-)
4. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah: normal (120/80) namun bisa lebih dari 120/80
akibat kecemasan, Nadi: normal (60-100x/menit), Suhu: 36,5oC-
37,5oC, RR: 12-20x/menit.
5. Sistem kardiovaskular
 Inspeksi: ictus cordis tampak / tidak
 Palpasi: ictus cordis teraba/tidak, HR:(normal:
60-100x/menit)
 Perkusi: Terdapat suara tambahan / tidak (abnormal)
 Auskultas: terdapat irama gallop / tidak
6. Sistem respirasi
 Inspeksi: bentuk paru simetris atau tidak (normal:
normochest), pergerakan dinding dada simestris atau tidak,
stridor atau tidak,
 Palpasi: vocal fremitus normal atau tidak, mengeras atau
tidak, nyeri tekan atau tidak,
 Perkusi: normal: resonan / sonor dan batas paru hepar
ICS 4-6,
 Auskultas: suara napas normal: bronchial, terdapat suara
napas tambahan / tidak (ronchi, wheezing, gurgling).
7. Sistem gastrointestinal
 Inspeksi: simetris/tidak, bayangan vena ada/ tidak, ada
benjolan / masa / tidak, ada luka operasi / tidak, terdapat
linea nigra / tidak, terdapat striae albicans / tidak,
 Auskultasi: peristaltik usus normal atau tidak (normal: 5-
30x/menit), DJJ normal atau tidak (normal
120-160x/menit),
 Perkusi: suara abdomen normal / tidak (normal: tympani),
ascites /tidak (cairan menumpuk)

20
 Palpasi: nyeri tekan / tidak, masa atau benjolan ada atau
tidak, hidrasi kulit baik / tidak, hepar dan lien teraba / tidak
8. Sistem persyarafan
GCS: normal / tidak (normal: E4V5M6), mampu mengenal / tidak:
waktu, dan kejadian, mampu melakukan / tidak: bicara normal,
membau, meraba, mengecap, memutar bola mata, otot wajah.
9. Sistem muskuloskeletal
Adanya perubahan bentuk tulang / tidak, terdapat atropi /tidak,
nyeri tekan / tidak, krepitasi / tidak.
10. Sistem genetalia
Terdapat varises / tidak, adanya kemerahan / tidak, rabas / tidak,
keadaan perineum,adanya hemoroid atau tidak,dan kelainan
lainnya.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul pada Penyakit Tuberkulosis :
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko Pada Keluarga Berhubung
an Dengan Ketidakmampuan Keluarga Dalam Memodifikasi Lingk
ungan Yang Dapat Mempengaruhi Kesehatan (D.0099)
2. Defisit Pengetahuan Tentang Penyakit Tuberkulosis Paru b/d Ketid
akmampuan Keluarga Dalam Mengenal Masalah Kesehatan Tuber
kulosis (D.0111)
3. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit (D.0080)
4. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan Faktor Psikologis (D.0019 )
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit ( D.0083)

21
NO KRITERIA SCORE BOBOT
1. Sifat masalah 1
Skala: - Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman 2
- Keadaan Sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat di atasi Skala: - Muda 2


h 2
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0

3. Potensial masalah dapat dicegah Skala: - Tinggi 1


- Cukup 3
- Rendah 2
1

4. Menonjol masalah 1
Skala: - Masalah berat harus di atasi 2
- Ada masalah tapi tidak perlu ditangani 1
- Masalah tidak dirasakan 0

Skoring
a. Tentukan score untuk setiap kriteria

b. Score dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

SKORE X BOBOT
ANGKA TERTINGGI

22
Intervensi Keperawatan
Modifikasi Perilaku Keterampilan Sosial (I.13484)
Definisi :Mengubah pengembangan atau peningkatan keterampilan sosial interper
sonal
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial
2. Identifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial
Terapeutik
1. Motivasi untuk melatih keterampilan sosial
2. Beri umpan balik positif (mis. pujian atau penghargaan) terhadap kemamp
uan sosialisasi
3. Libatkan keluarga selama latihan keterampilan sosial, Jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial
2. Jelaskan respon konsekuensi keterampilan sosial
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami
4. Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
5. Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan sosial
6. Latih keterampilan sosial secara bertahap
7. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
Luaran Keperawatan
1.perilaku kesehatan (l.12107)
ekspektasi :membaik
skor :menurun 1,cukup menurun 2,sedang 3,cukup meningkat 4,meningkat 5
1. menerima terhadap perubahan status kesehatan (5)
2. kemampuan melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan (5)
3. kemampuan peningkatan kesehatan (5)
4. pencapaian pengendalian kesehatan (5)

2.Tingkat Pengetahuan (L.12111)


Ekspektasi :Meningkat
Kriteria Hasil
Skor :menurun 1,cukup menurun 2,sedang 3,cukup meningkat 4,meningkat 5
1.perilaku sesuai anjuran (1)
2.kemampuan menjelaskan pengetahuan tantang suatu topik (1)
3.perilaku sesuai dengan pengetahuan (1)
skor : meningkat 1,cukup meningkat 2,sedang 3,cukup membaik 4,membaik 5
1. pertanyaan tentang masalah yang dihadapi (1)

23
2. persepsi yang keliru terhadap masalah (1)

skor :memburuk 1,cukup memburuk 2,sedang 3,cukup membaik 4,membaik 5.


1. perilaku (5)
3.Tingkat Ansietas (L.09093)
Ekspektasi :menurun
Skor : Meningkat 1, Cukup Meningkat 2, Sedang 3, Cukup Menurun 4,
Menurun 5
1. Verbalisasi kebingungan (5)
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi (5)
3. Perilaku gelilsah (5)
4. Perilaku tegang (5)
5. Keluhan pusing (5)
6. Anoreksia (5)
7. Palpitasi (5 )
8. Diaforesis (5)
9. Tremor (5)
10. Pucat (5)
Skor : Memburuk 1, Cukup Memburuk 2, Sedang 3, Cukup Membaik 4,
Membaik 5
1. Konsentrasi (5)
2. Pola tidur (5)
3. Frekuensi pernapasan (5)
4. Frekuensi nadi (5)
5. Perasaan keberdayaan (5.)
6. Tekanan darah (5)
7. Kontak mata (5)
8. Pola berkemih (5.)
9. Orientasi (5)
4.Status Nutrisi
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil
Skor:Menurun 1,Cukup menurun 2,Sedang 3,Cukup meningkat 4,Meningkat 5.
1. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi (5)
2. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat (5)
3. Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat (5)
4. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat (5)
5. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman (5)
6. Penyiapan dan penyimpana minuman yang aman (5)
7. Sikap terhadap makanan/ minuman sesuai dengan tujuan Kesehatan (5)
Skor : Meningkat 1, Cukup Meningkat 2, Sedang 3, Cukup Menurun 4,
Menurun 5

24
1. Perasaan cepat kenyang (5)
2. Nyeri abdomen (5)
3. Sariawan (5)
4. Rambut rontok (5)
5. Diare (5)
Skor : Memburuk 1, Cukup Memburuk 2, Sedang 3, Cukup Membaik 4,
Membaik 5
1. Berat badan (5)
2. Indeks masa tubuh (IMT) (5.)
3. Frekuensi makan (5)
4. Nafsu makan (5)
9) Intervensi Tambahan
Jurnal: Edukasi Pencegahan Penularan Penyakit Tb Melalui Kontak Seruma
h
Anggota keluarga dengan kasus TB positif yang tinggal serumah merupakan
kelompok masyarakat yang memiliki potensi paling rentan untuk tertular penyakit
TB. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penularan tuberkulosis tidak hanya
dapat menular pada orang dewasa namun juga pada anak balita yang seruma deng
an penderita tuberkulosis. Hal ini karena beberapa dari anggota keluarga tersebut s
angat sulit untuk menghindari kontak dengan penderita dan ketidaktahuan penderi
ta maupun keluarga terkait cara penularan penyakit tuberkulosis ini.
Media penyuluhan berupa leaflet dan poster yang dibagikan kepada masing-
masing keluarga beserta pemberian makanan tambahan serta masker. Poster berisi
tentang ajakan untuk mencegah penularan penyakit TB dengan cara penerapan Pol
a Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang meliputi :
1. Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh;
2. Mendapatkan suntikan vaksin BCG bagi anak usia dibawah 5 tahun untuk
menghindari TB berat (Meningitis dan Miler)
3. Membuka jendela agar rumah mendapatkan sinar matahari dan udara seg
ar
4. Menjemur alas tidur agar tidak lembab
5. Olahraga teratur
6. Tidak merokok.
Sedangkan leaflet berisi tentang beberapa sub-topik edukatif terkait materi T
B antara lain:
1. Penyakit TB;
2. Penularan penyakit TB;
3. Gejala penyakit TB
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga;
5. Cara pencegahan TB melalui PHBS.
Pre-test dan post-test sebagai bahan evaluasi dilakukan dengan metode self
assessment responden tentang penyakit TB dan cara pencegahannya. Hasil pre-po

25
st-test menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan responden dari sebel
um diberikan penyuluhan dan dengan setelah diberikan penyuluhan pre-test nya b
erupa pertanyaan tentang ,Pengetahuan penyakit TB, Penularan penyakit TB, Peng
obatan penyakit TB, Pencegahan TB dengan PHBS. Pencegahan penularan TB dal
am kategori lingkungan misalnya dalam bentuk konstruksi rumah. Melalui ventila
si, udara dapat keluar membawa M. tuberculosis dan mati terkena sinar ultraviole
t. Tidak cukupnya luas ventilasi juga dapat meningkatkan kelembaban ruangan. K
elembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan
berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen termasuk M. tuberculosis (Setiadi an
d Adi, 2019).
Kelembaban yang tinggi disebabkan karena beberapa factor seperti kuran
gnya cahaya yang masuk kedalam rumah, jenis lantai, jenis dinding, dan ventilas
i, sehingga dapat menyebabkan tingginya kelembaban pada ruangan. Pencahayaan
yang kurang disebabkan karena kurangnya kesadaran untuk membuka jendela, gor
den, dan pintu rumah. Kurangnya kaca pada atap rumah juga dapat mempengaruhi
banyaknya sinar matahari yang masuk kedalam rumah. Sinar matahari juga tidak
dapat masuk karena terhalang oleh dinding atau tembok rumah tetangga (Mulasar
i, 2019).
Pemberdayaan keluarga (family empowerment) dapat meningkatkan self e
fficacy (keyakinan diri) dan self care activity (perawatan diri) keluarga dan pender
ita TB paru dalam perawatan penderita TB paru selama di rumah. Semakin tinggi
self efficacy seseorang berdampak pada peningkatan self care activity orang terse
but (Muhtar, 2013). Oleh karena itu, penyuluhan melalui pemberdayaan anggota k
eluarga sangat diperlukan dalam upaya preventif pencegahan penyakit menular se
perti tuberkulosis ini.(Pangestika dkk., 2019)
c) Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga
untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.Pelaksanaan Tindakan
keperawatan keluargadi dasarkan di dasarkan kepada asuhan keperawatan yang tel
ah di susun.
d) Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, impleme
ntasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan
bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan
yang baru

26
DAFTAR PUSTAKA
Ainiyah, S. N., S. Soedarsono, Dan P. Umiastuti. 2019. Hubungan Peran Keluarga
Dan Kepatuhan Pasien Tb Mdr Di Rsud Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal Respi
rasi. 5(1):1.
Hidayat Fahrul, D. 2023. Kepatuhan Pasien Rawat Jalan Poli Paru Dalam Penggu
naan Obat Anti Tuberculosis(Oat) Di Rumah Sakit Kartika Husada Jatisarih
Bekasi. 2(1):31–41.
Pangestika, R., R. K. Fadli, Dan R. D. Alnur. 2019. Edukasi Pencegahan Penulara
n Penyakit Tb Melalui Kontak Serumah. Jurnal SOLMA. 8(2):229.
Pralambang, S. D. Dan S. Setiawan. 2021. Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis D

27
i Indonesia. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika Kesehatan.
2(1):60.
Suhari Dan R. E. Sulistyono. 2016. MODUL KULIAH Keluarga.Pdf. 2016.
Wahdi, A. Dan D. R. Puspitosari. 2021. Mengenal Tuberkulosis. Angewandte Che
mie International Edition, 6(11), 951–952. 23–24.
Arrazy,H (2023).Karakteristik Penderita Tuberculosis Paru Multidrug Resistant T
uberkulosis (MDR-TB) Di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makasar Perio
de Januari 2019-Desember 2021 (Doctoral Dissertation Universitas Hasanud
din)
Anggina Sari, D. I. N. D. A., & Pabeno, D. A. (2023). Asuhan Keperawatan Gaw
at Darurat Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru Di Ruang Igd Rumah Sa
kit Umum Daerah Labuang Baji Makassar (Doctoral Dissertation, Stik Stella
Maris).
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

28

Anda mungkin juga menyukai