PENDAHULUAN
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, dimana pihak yang satu
menerima benda-benda dan pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian atau
ketentuan yang telah dibenarkan secara syara’ dan disepakati. Sesuai dengan
lain yang ada kaitanya dengan jual beli, sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya
tidak bisaberpaling untuk meninggalkan akad ini. Dari akad jual beli ini masyarakat
Menurut Hanafiah pengertian jual beli atau al - ba’i secara definitif yaitu
tukar menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang
Syafi’iyah dan Hanabilah/Hambali, bahwa jual beli atau al - ba’i yaitu tukar menukar
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hal. 68-69.
2
1
2
harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan. 3 Pasal 20
Ayat 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, ba’i adalah jual beli antara benda dan
“Dari Rifa’ah bin Rafi’, Nabi pernah ditanya mengenai pekerjaan apa yang paling
baik. Jawaban Nabi, “Kerja dengan tangan dan semua jual beli yang mabrur” (HR.
selama terpenuhinya rukun dan syarat sahnya. Akan tetapi tentu saja transaksi jual
beli itu harus sesuai dengan ketentuan yang telah Allah SWT berikan dan Allah
menyerukan kepada manusia agar mencari karunianya dan selalu ingat kepadanya.
Para ulama sepakat menetapkan bahwa syarat yang paling utama yang harus dimiliki
oleh seorang penjual dan pembeli adalah yang telah memenuhi syarat ialah mereka
yang telah memenuhi ahliyah untuk boleh melakukan transaksi muamalah. Dan
ahliyah itu berupa keadaan pelaku yang harus berakal dan baligh.4
Pada sebuah toko bangunan hidup subur di area kota sigli seorang tukang
bangunan yang datang ke toko bangunan maka harga sebuah bahan bangunan akan
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Prenada Media, 2012), hal. 101
4
Ahmad Sarwat, Fiqih Jual-Beli (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2018), hal. 11
3
berubah dengan perhitungan. Pihak pertama yaitu pemilik toko atau penjual bahan
bangunan, yang biasanya menjual keramik seharga Rp 70.000 (tujuh puluh ribu
kepada tukang bangunan dari memilih bahan bangunan yang terbaik hingga transaksi
pembayaran, sehingga transaksi tersebut hanya diketahui oleh pemilik toko dan
tukang bangunan yang harganya ditambahkan Rp 5.000 (lima ribu rupiah). Situkang
membeli keramik sebanyak 50 kotak yang total harganya menjadi Rp 3.750.000 (tiga
Pada kasus seperti ini pihak kedua atau konsumen dirugikan, karena ia
dibebani Rp 250.000 (dua ratus ribu rupiah) sebagai ongkos untuk pihak ketiga yaitu
tukang bangunan, tanpa ada kesepakatan terlebih dulu. Praktik ini biasanya terjadi
disetiap toko bangunan tapi tidak banyak yang mengetahuinya. Pada dasarnya
menjadi perantara dalam dunia bisnis itu diperbolehkan sepanjang sesuai dengan
aturan-aturan hukum yang berlaku. Karena praktik jual beli dalam perdagangan
penelitian denfan judul “Praktik Jual Beli Bahan Bangunan Dengan Sistem
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktik jual beli bahan bahan bangunan dengan sistem tambahan
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap jual beli bahan bangunan dengan
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui praktik jual beli bahan bangunan dengan sistem tambahan
D. Manfaat Penelitian
berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pemikiran luas bagi
masyarakat sekitar terutama mahasiswa agar mengetahui hukum dari jual beli
2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis agar memenuhi salah
satu syarat dan tugas akhir guna memperoleh gelar S1 pada fakultas Syariah
E. Penjelasaan Istilah
1. Jual beli
Jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak
yng menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga
2. Bahan bangunan
bangunan, dalam arti yang luas.Bahan bangunan adalah semua bahan-bahan baik
tertentu.6
3. Tambahan harga
4. Hukum Islam
didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku
mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini,
Panennungi, Panennungi dan Nurlita Pertiwi. “Ilmu Bahan Bangunan.” (2018). hal. 1
7
Eva iryani, Hukum Islam, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia, Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi Vol.17 No.2 Tahun 2017
6
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
mengumpulkan data dan fakta-fakta yang ada pada saat sekarang dan melaporkan
seperti apa yang akan terjadi. Pada umumnya penelitian kualitatif berkaitan
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah data yang diperlukan penulis yang
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau objek
yang diteliti.10
b. Data sekunder, yaitu jenis data yang dapat dijadikan sebagai pendukung
data pokok atau bisa juga sumber data yang mampu memberikan informasi
penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan, 1 bulan pengumpulan data
dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan
Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Banda Aceh: Ar-Rijal Institite, 2007), hal.
6.
10
Muhammad pabundu tika, Metodologi Riset Bisnis (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 57.
11
a. Wawancara
ide melalui tanya jawab. Sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.12
informasi.
b. Observasi
c. Dokumentasi
penelitian”.14
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), Cet.
Ke-13, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 231.
8
Analisis data yang penulis gunakan adalah analisa data kualitatif yaitu
6. Pedoman Penulisan
menulis skripsi bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syari‘ah Al-Hilal Sigli
Tahun 2022”. Agar terjadi keseragaman dalam teknik penulisan skripsi ini
dengan lainnya.
15
Ahmad Rijali, Analisis data kualitatif, Alhadharah, Vol. 17 No. 33 (Januari-Juni), 2018: hal.
84.