Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Keluarga
Friedman (1998), membuat defenisi keluarga sebagai berikut :
a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi.
b. Para anggota keluarga bisanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau
jika mereka hidup secara berpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka.
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peranan-
peranan sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan
perempuan, saudara dan saudari.
d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang diambil dari masyarakat dengan
beberapa ciri unik tersendiri.
Menurut UU No. 19 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari suami istri da anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).
Menurut Depkes (1998) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga serta beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan
material yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungan (Sudiharto, 2007)
Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari dua anak atau lebih yang
tergabung dan terkait karena hubungan darah perkawinan, adopsi, dan hidup bersama
dengan perannya masing-masing serta saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya
dan mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Tipe Keluarga
Menurut Friedman (1986), dan Effendy (1998), menyatakan adanya beberapa
tipe/bentuk keluarga lain :
a. keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
b. Keluarga besar (extended family), adalah kelurga inti ditambah dengan sanak
saudara, seperti nenek, kakek, keponakan, dan sebagainya.
c. Kelurga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (single family), adalah keluarga yang terdiri dari perceraian
dan kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersamaan.
f. Keluarga kabitas (chabitation), adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk satu keluarga.

3. Struktur Keluarga
Menurut Mubarak (2006), struktur keluarga terdiri dari :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dari
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

4. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998), adalah
sebagai berikut :
a. Fungsi efektif adalah fungsi yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
membutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain.
c. Fungsi repdoduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu, meingkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi keperawatan / pemeliharaan kesehatan yaitu : fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

5. Peranan Keluarga
Sehubungan dengan fungsi keluarga, maka peranan keluarga juga diutamakan
dalam kegiatan keluarga terutama peran ayah dan ibu. Seperti yang dinyatakan oleh
Mubarak, (2006), adalah sebagai berikut :
a. Peran Ibu
Ditinjau dari segi kehidupan secara keseluruhan, ibu berperan sebagai satu
rumah tangga yang dapat mengemudikan keluarga. Peran ibu dalam keluarga antara
lain mengatur situasi keluarga, keharmonisan, kerukunan yang dapat mewarnai
keluarga dalam hubungan tertentu. Dalam hubungan dengan anak : ibu berperan
sebagai seorang yang mempunyai kaitan yang pertama. Dalam kehidupan anak, ibu
merupakan kasih sayang yang abadi.
b. Peranan Ayah
Dalam kehidupan sehari-hari ayah berperan sebagai kepala keluarga bersama
ibu untuk menjaga kelangsungan hidup keluarga. Peran ayah dalam kehidupan
keluarga adalah sebagai suami, ayah dari anak-anaknya, perncari nafkah, pendidik,
pelindung dan sebagai anggota masyarakat.

6. Tugas Keluarga
Menurut Friedmen dalam Effendy, (1998), tugas dari keluarga yaitu mengenal
gangguan perkembangan keadaan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk
tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang tidak dapat
membantu diri karena cacat atau uianya terlalu muda, mempertahankan suasana dirumah
yang menguntungkan untuk kesehatan dan kepribadian anggota keluarga,
mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan. Ini menunjukan pemanfaatan dengan baik akan fasilitas-fasilitas kesehatan

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Pembagian tahap perkembangan menurut Suprajitno (2004).
Tabel 1.
Tugas Perkembangan Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan
Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan (Utama)
1 2
a. Membina hubungan intim yang
memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga
1. Keluarga baru menikah
lain, teman, dan kelompk sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki
anak
a. Mempersiapkan diri menjadi orang
tua
2. Keluarga dengan anak baru b. Adaptasi dengan perubahan adanya
lahir anggota keluarga, hubungan seksual
c. Mempertahankan hubingan dalam
rangka memuaskan pasangannya
a. Memenuhi kebutuhan anggota
3. Keluarga dengan anak usia
keluarga, misalnya : kebutuhan
prasekolah
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga
d. Merencanakan kegiatan untuk
pertumbuhan dan perkembangan
anak
a. Membantu mensosialisasi anak
terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah, dan lingkungan lebih luas
b. Mempertahankan keintiman
4. Keluarga dengan anak usia
pasangan
sekolah
c. Mempunyai kebutuhan yang
meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga.
a. Memberikan kebebasan yang
seimbang dan bertanggung jawab
mengingat remaja adalah seorang
dewasa muda dan memiliki otonomi
b. Mempertahankan hubungan intim
dalam keluarga
5. Keluarga dengan anak c. Mempertahankan kominikasi terbuka
remaja antara anak dan orang tua. Hindarkan
terjadinya perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan.
d. Mempersipkan perubahan sistem
peran dan peraturan (anggota)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang anggota keluarga
a. Memperluas jaringan keluarga dari
kleuarga inti menjadi keluarga besar
6. Keluarga melalui pelepasan b. Mempertahankan keintiman keluarga
anak sebagai dewasa c. Membantu anak untuk mandiri
sebagai keluarga baru di masyarakat
d. Penataan kemabali peran orang tua
a. Mempertahankan kesehatan individu
dan pasangan usia pertengahan
7. Keluarga usia pertengahan b. Memeprtahankan hubungan yang
serasi dan memuaskan dengan anak-
anaknya dan sebayanya
c. Meningkatkan hubungan keakraban
pasangan
a. Mempertahnkan suasana kehidupan
rumah tangga yang saling
mneyenangkan pasangannya
b. Adaptasi dengan perubahan yang
akan terjadi, kehilangan pasangan,
8. Keluarga lanjut usia
kekuatan fisik dan penghasilan
keluarga
c. Mempertahankan keakraban
pasangan yang saling merawat
d. Melakukan life review masa lalu
Sumber : Suprajitno, 2004

8. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga


Tujuan perawatan keluarga menurut Effendy (1998), adalah :
a. Tujuan Utama
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan
keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan kemamapuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan
dasar dalam keluarga
3) Mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para
anggota keluarganya
4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap anggota keluarga sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan
keluarganya
5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
B. Konsep Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Keperawatan Keluarga


Keperawatan keluarga menurut Effendy (1998) adalah metode ilmiah yang
digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi
keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga.

2. Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga


Supratjitno, (2004) mengatakan tujuan keperawatan keluarga terdiri dari :
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara
mandiri.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah meningkatkan kemampuan keluarga :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
3) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan tubuh atau keluarga yang
membutuhkan kemampuan keluarga.
4) Memelihara lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial).
5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misalnya, puskesmas,
posyandu, atau sarana kesehatan lain untuk memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga)

3. Proses Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil
keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga (Nasrul, 1998).
Asuhan keperawatan keluarga melalui praktik keperawatan dengan sasaran
keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut ; 1).
Pengkajian keluarga dan individu dari dalam keluarga. Pengkajian keluarga meliputi cara
mengidentifikasi data demografi dan sosial kultural, data lingkungan dan struktur dan
fungsi keluarga, stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga dan perkembangan
keluarga, sedangkan pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga meliputi :
fisik, mental, emosi, sosial dan spritual. 2). perumusan diagnosa keperawatan keluarga.
3). Penyusunan perencanaan. 4). Pelaksanaan asuhan keperawatan. 5). evaluasi
Langkah-langkah proses keperawatan adalah pendekatan ilmiah atau metode
pemecahan masalah. Langkah-langkah proses keperawatan keluarga sendiri dari ;
pengkajian, analisa data, rumusan masalah, mendiagnosa masalah, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
a. Tahap pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian
merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Dalam
menentukan masalah pasien dalam tahap ini mengharuskan perawat menentukan
secepat mungkin pengalaman lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan
harapan kesehatan dimasa yag akan datang. Dalam tahap pengkajian terdiri dari
beberapa tahap meliputi :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi atau
data dari berbagai pihak keluarga, petugas kesehatan dan hasil rekawan medis.
Data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat objektif dan subjektif, data
demografi, riwayat tumbuh kembang, riwayat penyakit keluarga, aktifitas sehari-
hari, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Sumber data yang didapatkan
melalui anamnessa, observasi dengan pemeriksaan fisik. Riwayat penyakit
sekarang, biasanya penderita malaria mengeluh demam, kurang nafsu makan,
banyak berkeringat, merasa pusing, mual, lemas, dan kelihatan pucat. Keadaan ini
harus segera mendapat pengobatan. Dalam hal ini keluarga mempunyai
keterlibatan dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga seperti kesanggupan
keluarga dalam melakukan tugas perawatan dengan memeriksakan anggota
keluarga ke tempat pelayanan kesehatan misalnya puskesmas. Riwayat penyakit
keluarga, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, adakah anggota
keluarga yang mengalami penyakit turunan atau penyakit yang sama. Riwayat
psikososial, Identifikasi hubungan sosial keluarga dalam masyarakat, hubungan
interaksi anggota keluarga, tanggapan pasien tentang penyakitnya, fasilitas atau
pelayanan kesehatan yang digunakkan keluarga. Riwayat spritual, kaji ketaatan
beribadah pasien dan menjalankan kepercayaanya serta support sistem dalam
keluarga. Pada aktivitas sehari-hari, penyakit malaria terjadi karena keluarga
kurang memelihara lingkungan sekitar rumah, terlihat dari selokan yang kotor,
masih ada gantungan pakaian di dalam kamar, keadaan seperti ini dapat dijadikan
sarang nyamuk dan keluarga dapat terinfeksi malaria. Pemeriksaan fisik,
melakukan pemeriksaan infeksi dengan melihat adanya anemia, splenomegali,
hepatomegali, dan iktrus, dan pemeriksaan palpasi dengan melakukan perabaan
untuk mengetahui adanya pembekakan pada organ limpa dan hati.
2. Analisa Data
Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan masalah
kesehatan keluarga. Ada 5 kelompok masalah keperawatan keluarga yaitu ; 1)
ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga, 2) ketidaksanggupan
keluarga mengambil keputusan dalan melakukan tindakan yang tepat, 3)
ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit, 4) ketidaksanggupan
memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
perkembangan pribadi anggota keluarga, 5) ketidakmampuan menggunakan
sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan.
b. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan
potensial (Allen, 1998). Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi: a)
problem atau masalah, b) etiologi atau penyebab, c) symptom atau tanda, yang
dikenal dengan PES.
Tipologi diagnosa keperawatan meliputi :
1. Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga
dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat
2. Diagnosa resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,
tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi cepat apabila
tidak segera mendapat bantuan perawat.
3. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga
telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA, 1995, yang berkaitan dengan
masalah fungsi perawatan kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Perubahan pemeliharaan kesehatan
b. Potensial peningkata pemeliharan kesehatan
c. Perilaku mencari pertolongan kesehatan
d. Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan teraupetik keluarga
e. Resiko terhadap penyebaran penyakit
Tabel 2
Skala Untuk Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
Sesuai Dengan Prioritas
No Kritera Skor Bobot
1 Sifat masalah 1
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2
- Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagaian 1
- Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah 1


- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah, tetapi tidak perlu harus
segera ditangani 1
- Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Suprajitno, 2004
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
a. Tentukan skor untuk setia kriteria yang dibuat
b. Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Skoring = skor
X Bobot
angka tertinggi

c. Perencanaan keperawatan keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaksanakan dalam memcahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang
telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan
malaria disusun asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan prioritas masalah
keperawatan yaitu, resiko terhadap penyebaran penyakit berhubungan dengan kurang
pengetahuan keluarga mengenai malaria antara lain :
1).Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang penyakit malaria
2). Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal
3). Tinjau perlu kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
4). Tekankan pentingnya terapi antibiotic sesuai kebutuhan
5). Identivikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis
6). Beritahu kepada pasien untuk mengawasi penderita saat meminum obat malaria.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk
mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan
keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah didusun
e. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila
hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang
baru.
LANDASAN TEORI MEDIS
ISPA

I. LANDASAN TEORI MEDIS

A. Pengertian ISPA

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi
dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA
meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai
berikut (Indah, 2005):

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara
anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah
(termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan
ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan
heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih
jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan
miksovirus (termasuk di dalamnya virus influensa, virus para-influensa dan virus
campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus,
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan
Korinebakterium Diffteria (Achmadi, dkk, 2004).

B. Klasifikasi Penyakit ISPA


Pada tahun 1998 World Health Organization cit. Suyudi (2002) telah mempublikasikan
pola baru tatalaksana penderita ISPA. Dalam pola baru ini di samping digunakan cara
diagnosis yang praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna juga dipisahkan antara
tatalaksana penyakit Pneumonia dan tatalaksana penderita penyakit infeksi akut telinga
dan tenggorokan. Kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah:
balita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana penderita ini
terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :

1). Pemeriksaan
2). Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
3). Penentuan klasifikasi penyakit
4). Pengobatan dan tindakan
Penentuan klasifikasi dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan
hingga < 5 tahun dan kelompok untuk umur < 2 bulan.

Faktor Risiko
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat ISPA adalah umur di bawah dua
bulan, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, rendahnya
tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan, lingkungan rumah imunisasi yang
tidak memadai dan menderita penyakit kronis (Indah, 2005)

C. Etiologi ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan
heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran
pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300
lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus
Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan
Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004). Bakteri tersebut di udara bebas akan
masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah
misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan(PDPERSI,2002).

Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di
dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus
para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan
penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab
terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-
epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab
terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian
bawah (Siregar dan Maulany, 95).
D. Patofisiologi

dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada
balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga
akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering
terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

E. Manifestasi Klinis

Sebagian besar anak dengan infeksi saluran nafas bagian atas memberikan gejala
yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan
beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi dada. Semua ibu dapat
mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenal tanda-tanda lainnya dengan mudah
(Harsono dkk., 1994). Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu,
demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 0 Celcius dan disertai sesak nafas
(PD PERSI, 2002).

Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi,
2002):
a). ISPA ringan bukan pneumonia
b). ISPA sedang, pneumonia
c). ISPA berat, pneumonia berat

Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan (tidak
ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua bulan adalah bila
frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit atau lebih) atau adanya tarikan dinding dada
yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau
ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapatkan perawatan
atau daya tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah
diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa
pengamatan sederhana.
1). Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut
:

a). Batuk.

b). Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada
waktuberbicara atau menangis).

c). Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

d). Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan
punggung tangan terasa panas.

Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak
perlu dibawake dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas
yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum
hilang, anak harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.

2). Gejala ISPA sedang


Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan
dengan disertai gejala sebagai berikut :
a). Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau
lebih dari
40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
b). Suhu lebih dari 390C.
c). Tenggorokan berwarna merah.
d). Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
e). Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f). Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
g). Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.

Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak menderita ISPA
ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang, umurnya empat
bulan atau kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat
pertolongan petugas kesehatan.
3). Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau
sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
a). Bibir atau kulit membiru
b). Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
c). Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
d). Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
e). Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
f). Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
g). Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
h). Tenggorokan berwarna merah
Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas karena perlu mendapat
perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan infus.

F. Pemeriksaasn Penunjang

Sesuai keperluan, seperti analisis HB dan LED, Hemoglobin maupun dengan Trombosit,
Urien PH, atau ureum, kreatinin dan Radiologi. Pemeriksaan psikiatri
biladijumpaikelahiran tingkahlaku.

G. Komplikasi Ispa

 Brokhopneomonia
 OMA (Otitis media akut)
 Laringitis
 Kejang demam

H. Pencegahan Ispa

a. Banyak makan buah-buahan atau sayuran yang banyak mengandung vitamin C.


b. Kurangi banyak minum minuman yang dingin / es
c. Hindari terkena hujan.
d. Jangan tidur bersama penderita
e. Hindari kontak dengan penderita
f. Bila bersin atau batuk tutup mulut atau hidung dengan saputangan
g. Jangan buang ingus di semberangan tempat
h. Minum air putih minimal 8 gelas setip hari
I. Penatalaksanaan ISPA

1) Prinsip perawatan ISPA antara lain :


a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
2) Pengobatan antara lain :

a) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres,


bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4
kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b) Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari.
PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM

ISPA

Penularan melalui droplet

Infiltrasi lap, epitel

Jaringan limfoid superficial bereaksi


Resiko
terjadi pembendungan radang (infiltrasi PMN) tinggi
infeksi
suhu tubuh m s/d 400c

rasa gatal,kering di tenggorokan batuk

kuman streptococcus anoreksia, otalgia pengeluaran sekret


b.hemoliticus dan
streptococcus viridans

pernapasan bagian
atas / hidung dan
tenggorokan

Perubahan status
kesehatan

Kurang informasi

Koping tidak Kecemasan orang


Stresor bagi
efektif Tua
keluarga
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
A. Data Dasar Pengkajian

1. Makanan / nutrisi
Gejala : Selera makan berkurang, rasa mual dan muntah – muntah
Tanda : Penurunan BB, konjungtiva pucat
2. Cairan / Eletrolit
Gejala : Tak adekuat masukan cairan atau eletrolit dan muntah
Tanda : Kulit dan membrane mukosa kering, penurunan turgor,
peningkatan nadi, suhu, dan penurunan tekanan darah, mata tampak cekung
3. Integritasego
Gejala : pasien biasanya melaporkan ketidak berdayaan atau lemas
Tanda : Keadaan umum pasien terlihat lemas.

4. Sirkulasi
Tanda : Penurunan tekanan darah / meningkat, peningkatan suhu tubuh
dan denyut nadi

5. Aktifitas / istirahat
Gejala : Gangguan pola tidur
Tanda : peningkatan suhu tubuh / berkeringat

6. Higiene
Gejala : Kebersihan mulut buruk, kebersihan tubuh dan seprei kurang
Tanda : Ketidak mampuan kelien beraktifitas

7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala / pusing

8. Eliminasi
Gejala : BAK berlebihan
Tanda : BAK frekurnsi dan jumlah pengeluaran cukup banyak
9. Keamanan
Tanda : Penigkatan suhu tbuh dan berulangnya proses infeksi
B. Diagnosa keperawatan & investasi tindakan keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan system tubuh.
Batasan karakteristik
Mayor ( harus terdapat,satu atau lebih )
Terjadinya infeksi saluran nafas bagian bawah
 Tanda lainnya seperti Bronkhopneomona
 Kejang demam
 Pernafasan cepat dan retraksi dinding dada
Minor ( Mungkin terdapat )
 Terjadinya batuk
 Tanda-tanda lainnya seperti flu, dan demam
 Peningkatan suhu tubuh lebih dari 38, 5 c
 Disertai sesak nafas
Faktor-faktor yang berhubungan
Situasional :
 Berhubungan dengan kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Maturasional :
 Bayi/Anak
Berhubungan dengan Demam disebabkan oleh efek endoyoksin pada hypothalamus
dan hipertermia adalah tanda – tanda penting merefleksikan perkembangan status
syok / penurunan perfusi jaringan.

Hasil yang diharapkan


 Infeksi berkurang dengan kriteria
 Anak tidak panas
 Suhu normal (36-37 c)
Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL
Pantau tehadap kecenderungan Demam disebabkan oleh efek endotoksin
peningkatan suhu tubuh. pada hipotalamus dan hipotermia adalah
tanda-tanda penting yang merefleksikan
perkembangan status syok / penurunan
Memantau tanda-tanda penyimpangan perfusi jaringan.
kondisi/kegagalan untuk memperbaiki
selama masa terapi. Dapat menunjukan ketidakpatenan terapi
antibiotik atau pertumbuhan dari
Kolaborasi dalam pemberian obat organism.
antibiotik sesuai petunjuk. Dapat membasmi /memberikan imunitas
sementara untuk infeksi umum.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
tak adekuat
Batasan karakteristik
Mayor dan Minor
 Berat badan 10% -20% di bawah standar ideal
 Melaporkan kurang tertarik pada makanan
 Tonus otot buruk dan nyeri tekan
 Penurunan lipatan kulit trisep,lingkar lengantengah,dan lingkar otot
pertengahan lengan kurangdari 60%standart pengukuran
 Penurunan albumin serum
 Penurunan tranferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi
Faktor-faktor yang berhubungan
Situasional :
 Berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang atau komitmen dari
pemberi asuhan ( pemberi makan) terhadap kebutuhan-kebutuhan atau aturan
spesial
Matursional:
 Berhubungan dengan Keadekuatan masukan sekunder
Hasil yang diharapkan
 Menunjukan peningkatan berat badan
 Tidak mengalami tanda mal nutrisi
 Rasional dan prosedur untuk pengobatan
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
Tindakan mandiri
Catat stasus nutisi pasien pada Berguna dalam mendefinisikan derajat
penerimaan, catat turgor kulit, atau luasnya masalah dan pilihan
integritas mukosa oral intervensi yang tepat.
Dorong makan dan sering dengan Maksimalkan masukan nutrisi dan
makanan tinggi protein dan menurunkan kelemahan
kiarbohidrat Mengidentifikasi defisiensi, menduga
Kaji riwayat nutrisi, termasuk kemungkinan intervensi.
makanan yang disukai. Mengawasi penurunan BB atau
Timbangan dengan ahli gizi dalam efektifitas intervensi nutrisi.
pemberian diet

Tindakan Kolaborasi Membantu dalam membuat rencana diet


Kolaborasi dengan ahli g8izi dalam untuk memenuhi kebutuhan individual
pemberian diet
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan status metabolic
Batas karakteristik
Mayor :
 Gangguan jarinagan epidermis dan dermis
Minor :
 Lesi kulit, ulserasi, forasi ulkus dekubitus
 Kulit kering atau berbisik dengan turgor kulit buruk
 Rambut rapuh atau kering
Faktor-faktor yang berhubungan
Situasional:
 Berhubungan dengan kerusakan mobilitas sekunder
Maturasional:
 Berhubungan dengan status metabolik
Hasil yang diharapkan
 Kulit Tak kering/bersisk
 Elastisitas kembali normal
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
Tindakan mandiri;
Kaji kulit tiap hari (catat warna dan Menentukan garis dasar dimana
turgor kulit) perubahan pada status dapat di
2. Pertahankan instruksi dalam bandingkan dengan melakukan intervensi
hygiene kulit misalnya; nmembasuh yang tepat
kemudian mengeringkannya dengan Mempertahankan kebersihan, karena
hati-hati. kulit yang kering dapat terjadi barier kulit
3. Pertahankan sprei bersih, kering dan Menurunkan kemungkinan terjadinya
tidak berkerut. infeksi kulit.
4. Balikkan atau ubah posisi dengan Mencegah sirkulasi dan mencegah
sering ukur tekanan pada kulit atau jaringan yang
5. Anjurkan menggunakan pakaian tidak perlu.
yang lembut dan longgar tiap hari Mencegah terjadinya infeksi kulit.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya
kemampuan fisik
Batas karakteristik
Mayor :
 Perubahan pertumbuhan fisik
Minor
 Belum bisa berbicara / berbahasa dengan baik
 Aktifitas motorik tidak sesuai umur atau usianya
 Adanya kelemahan fisik
Faktor;faktor yang berhubungan
Situasional
 Berhubungan dengan orang tua kurang pengetahuan
Maturasional
 Berhubungan dengan keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan
Hasil yang diharapkan
 Menunjukan perkembangan motorik sesuai dengan usianya.
 Terjadi peningkatan perilaku personal dan bahasa
 Tidak terjadi kelemahan fisik

Intervensi rasional
Intervensi Rasional
Tindakan mandiri :
Berikan kesempatan bagi anak yang Membantu anak untuk berkembang
sakit untuk memenuhi tugas sesuai usianya
perkembangan
Berikan mainan sesuai usia anak Membantu anak untuk
mengekspresikan perasaannya
Anjurkan pada orang tua tentang tugas Membantu anak untuk memahami
perkembangan yang sesuai dengan tugas perkembangannya
kelompok usia
5. Ansietas atau kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi
Batasan karakteristik
Mayor:
 Perasan takut yang tidak jelas ,takut yang tiba-tiba,kekhawatir
Minor:
 Peningkatan rasa tegang atau tidak ada harapan
 Ketakutan, khawatir resah
 Perasaan mau pingsan
 Rangsangan simpatik atau gelisah
Faktor-faktor yang dihubungkan
Situasional
 Berhubungan dengan Kurang pengetahuan
Maturasional:
 Hasil yang diharapkan
 Menyatakan kesadaran terhadap perasaan dan cara yang sehat untuk
menghadapi masalah
 Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangangi
Isntervensi rasional
Intervensi Rasional
Tindakan mandiri;
Catat petunjuk perilaku, mis....., Sebagai indikator derajat ansietas
gelisah
Dorong pasien menyatakan perasaan, Membina hubungan trapeutik
berikan umpan balik.
Berikan informasi yang akurat tentang Membantu menurunkan ansietas
kondisi pasien
Anjurkan untuk relaksasi Membantu mengurangi ansietas
DAFTAR PUSTAKA

Media Aesculapius. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1

Setiawati Santun. 2002. Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit Buku Kedokteran


EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai