DISUSUN OLEH:
Pazri Yuna
PEMBIMBING
dr. Adek Novita Dayeng, Sp.OG, M.K.M
DEFINISI
Pelvic inflammatory disease (PID) adalah penyakit infeksi dan
inflamasi pada traktur reproduksi bagian atas, termasuk uterus, tuba
fallopi, dan struktur penunjang pelvis. PID merupakan sebuah
spektrum infeksi pada traktus genitalia wanita yang termasuk di
dalamnya endometritis, salpingitis, tuba-ovarian abses, dan
peritonitis
EPIDEMIOLOGI
PID adalah masalah kesehatan yang cukup sering.
Sekitar 1 juta kasus PID terjadi di Amerika Serikat
dalam setahun dan total biaya yang dikeluarkan
melebihi 7 juta dollar per tahun. Lebih dari
seperempat kasus PID membutuhkan rawatan inap.
PID menyebabkan 0,29 kematian per 1000 wanita
usia 15-44 tahun. Diperkirakan 100000 wanita
menjadi infertil diakibatkan oleh PID
ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab penyakit menular seksual
seperti N. Gonorrhea dan C. Trachomatis.
Mikroorganisme endogen yang ditemukan di vagina juga
sering ditemukan pada traktus genitalia wanita dengan
PID, seperti Gardnerella vaginalis, Streptokokus
agalactiae, Peptostreptokokus, Bakteroides, dan
mycoplasma genital, serta ureaplasma genital
PID mungkin disebabkan juga oleh salpingitis
granulomatosa yang disebabkan Mycobakterium
tuberkulosis dan Schistosoma.2
Faktor Resiko
Wanita berusia dibawah 25 tahun
menstruasi
memiliki pasangan seksual yang multipel
tidak menggunakan kontrasepsi
tinggal di daerah yang tinggi prevalensi penyakit
menular seksual
PID juga sering timbul pada wanita yang pertama kali
berhubungan seksual. Pemakaian AKDR meningkatkan
resiko PID 2-3 kali lipat pada 4 bulan pertama setelah
pemakaian
Patofisiologi PID
Diagnosis
Berdasarkan Clinical Criteria for the Diagnosis of Pelvic Inflammatory Disease:
Edukasi mengenai penyakit menular seksual, termasuk setia terhadap satu pasangan,
menghindari aktivitas seksual yang tidak aman,
Pasien yang telah didiagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual harus diterapi
hingga tuntas, dan terapi juga dilakukan terhadap pasangannya untuk mencegah penularan
kembali.
Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16 tahun atau lebih.
Semua wanita berusia 25 tahun ke atas harus dilakukan penapisan terhadap chlamidya
tanpa memandang faktor resiko.