Anda di halaman 1dari 27

DISENTRI AMOEBA

DEFINISI
• Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu Dys (=gangguan) dan enteron
(=usus), yang berarti suatu peradangan usus besar yang dapat menimbulkan
gejala meluas seperti:
• BAB dengan tinja berdarah
• BAB dengan tinja bercampur lendir (mucus) 
• Kram perut 
• Nyeri saat buang air besar (tenesmus) 
ETIOLOGI
• Disebabkan Entamoeba hystolitica
• E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme
komensal (apatogen) di usus besar manusia. 
• Dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding
usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi
EPIDEMIOLOGI
Disentri merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Tidak
hanya di Indonesia saja bahkan di dunia masih banyak dijumpai kasus disentri.
Menurut WHO memperkirakan bahwa lebih dari 1,3 juta miliar serangan dan 3,2
juta kematian per tahun pada balita dan anak-anak usia 0-5 tahun dan 7 dari 10 nya
disebabkan oleh diare invasif. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-
rata 3 sampai 4 kali setiap tahun. 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang
dari dua tahun atau dibawah umur (balita).

Kasus disentri juga terjadi di Indonesia, pada tahun 2015 penyakit disentri terjadi
pelonjakan 18 kali, KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota,
dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2,47%). Angka
kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2016 yakni masih sebesar
214/1.000 penduduk.
PATOGENESIS
Bakteri amoeba ,

Fecal air ( air &


makanan tercemar)

Melewati pertahanan
asam lambung

Usus Halus

Amoeba: memproduksi enzim fosfoglukomutase


dan lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan
dan nekrosis jaringan dinding usus

Disentri Amoeba
MANIFESTASI KLINIS
•Disentri amoeba ringan 
• onset penyakit perlahan-lahan. 
• perut kembung, kadang nyeri perut ringan 
• diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang tinja
bercampur darah dan lendir. 
• nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium, tergantung
pada lokasi ulkusnya. 
• Keadaan umum baik, tanpa atau sedikit demam ringan(subfebris). 
• Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan
• Disentri amoeba sedang 
• Keluhan gejala klinis lebih berat dibanding disentri ringan,tetapi pasien masih
mampu melakukan aktivitas sehari-hari. 
• Tinja disertai lendir dan darah. 
• perut kram, demam 
• lemas 
• hepatomegali ringan 
• Disentri amoeba berat 
• Keluhan dan gejala klinis lebih berat lagi 
• Diare disertai darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. 
• Demam tinggi (40 C-40,5 C) 
• Mual 
• Anemia
DIAGNOSIS
Disentri amuba 

• Pemeriksaan tinja : tidak banyak mengandung leukosit tetapi banyak mengandung


bakteri. 
• Diagnosis pasti baru dapat ditegakkan bila ditemukan amoeba (trofozoit). 
• Tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. 
• Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi 
• didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan,
mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal 
• Foto rontgen kolon 
• pada kasus amoebiasis kronis, tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma
nampak filling defect yang mirip karsinoma
DIAGNOSIS BANDING
• Diagnosis banding untuk diare darah:
1. Disentri amuba
2. Disentri basiler
3. Eschericiae coli 
1. Escherichia coli Enteroinvasive (EIEC)
2. Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC)
PENATALAKSANAAN
Disentri amoeba 
• Amebiasis ringan-sedang : tetrasiklin 500 mg 4 kali selama 5 hari 
• Amebiasis berat : metronidazole 3 x 750 mg selama 5-10 hari,
kloroquin posfat 1 gr / hari selama 2 hari, dilanjutkan 500 mg/hari
selama 4 minggu, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari
PENCEGAHAN
• Sanitasi 
• Air minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu
KOMPLIKASI
• Perdarahan usus 
• Perforasi 
• Peritonitis 
• Ameboma 
• Intususepsi 
• Penyempitan usus (striktura) 
• Amebiasis hati 
• Haemolytic uremic syndrome (HUS) 
• Toksik megakolon 
• Prolaps rectal 
• Perforasi 
• Trombositopenia 
• Hiponatremia 
• Hipoglikemia 
• Gejala susunan saraf : ensefalopati, penurunan kesadaran
PROGNOSIS
• Prognosis baik pada kasus tanpa komplikasi 
• Bentuk S. dysentriae biasanya lebih berat dan masa penyembuhan
lama. 
• Bentuk S. flexneri mempunyai angka kematian yang rendah. 
• Prognosis buruk pada abses otak amoeba
DISENTRI BASILER
• Infeksi akut ileum terminalis dan kolon
DEFINISI yang disebabkan oleh bakteri gerus
Shigella

• Bakteri gram negatif


SHIGELL •

Basil nonmotil
Famili enterobacteriaceae
A • 4 spesies S. dysenteriae , S. Jlexnerii,
S. boydii dan S. sonnei
EPIDEMIOLOGI

Di daerah
Di daerah endemik
tropis termasuk infeksidisentri
Indonesia, Shigella merupakan
biasanya 10-15%
meningkat pada musim penyebab
kemarau di manadiare
Sedangkan
Sumber kuman
di negara-negara
Shigella yang
Eropaalamiah
dan Amerika
adalah manusia
Serikat prevalensinya
walaupun kerameningkat
dan simpansedi musim
yang telah
dipada anak
S.flexnerii merupakan penyebab infeksi terbanyak
dingin.
dipelihara
Prevalensi
dapatinfeksi
juga tertular.
oleh S.flexnerii
Jumlah kumannegara
untuk
tersebut
menimbulkan
telah menurun
penyakit
sehingga
relatif saat
sedikit,
ini S.
yaitu
sonnei
berkisar
adalah
antara
yang10-100
terbanyak
kuman.
• Infeksi Shigella mudah terjadi di tempat pemukiman padat,
sanitasi jelek, kurang air dan tingkat kebersihan perorangan
yang rendah
• Penularan secara fecal-oral, baik secara kontak langsung
maupun akibat makanan dan minuman yang terkontaminasi.
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS
• Perlu dicurigai adanya Shigel/osls pada pasien yang datang dengan keluhan nyeri
abdomen bawah, rasa panas rektal, dan diare. Pemeriksaan mikroskopik tinja
menunjukkan adanya eritrosit dan leukosit PMN. Untuk
memastikan diagnosis dilakukan kultur dan bahan tinja
segar atau hapus rektal. Sigmoidoskopi dapat memastikan
diagnosis adanya kolitis, namun pemeriksaan tersebut
pada umumnya tidak diperlukan, karena menyebabkan
pasien merasa sangat tidak nyaman. Indikasi untuk
melakukan sigmoidoskopi adalah bila segera diperlukan
kepastian diagnosis apakah gejala yang terjadi merupakan
disentri atau manifestasi akut kolitis ulserosa idiopatik.
Dalam keadaan tersebut, biopsi harus dikerjakan dalam
waktu 4 hari dari saat gejala. Pada fase akut infeksi
Shigella, tes serologi tidak bermanfaat.
• Pada disentri subakut gejala klinisnya serupa dengan
kolitis ulseratif. Demikian pula pemeriksaan barium enema,
sigmoidoskopi, dan histopatologi juga tidak dapat
membedakannya. Perbedaan utama adalah kultur Shigella
yang positif dan perbaikan klinis yang bermakna setelah
pengobatan dengan antibiotik yang adekuat.
DIAGNOSA BANDING
KOMPLIKASI
• Komplikasi yang terjadi dapat berupa
komplikasi intestinal dan ekstraintestinal. Komplikasi
intestinal biasanya berupa megakolon toksik, perforasi
intestinal, dehidrasi renjatan hipovolemik dan malnutrisi.
Sedangkan komplikasi ekstraintestinal yang telah
dilaporkan cukup banyak, di anlaranya adalah batuk, pilek,
pneumonia, meningismus, kejang, neuropati perifer,
sindrom hemolitik uremik, trombositopenia, reaksi
leukemoid, dan artritis (sindrom Reiter)
PENATALAKSANAAN
• . Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan Dilaporkan bahwa pada daerah tertentu di Indonesia
elektrolit. Sebagian besar pasien disentri dapat diatasi kuman Shigella telah banyak yang resisten dengan
dengan rehidrasi oral. Pada pasien dengan diare berat, antibiotika tersebut di atas sehingga diperlukan
disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan antibiotika lain seperti golongan kuinolon dan
sehingga tidak dapat dilakukan rehidrasi oral harus sefalosporin generasi III terutama pada pasien dengan
dilakukan rehidrasi intravena. gejala klinik yang berat.
2. Antibiotik. Keputusan penggunaan antibiotik 3. Pengobatan simtomatik. Hindari obat yang dapat
sepenuhnya berdasarkan beratnya penyakit yaitu menghambat motilitas usus seperti narkotika dan
pasien dengan gejala disentri sedang sampai berat, derivatnyA, karena dapat mengurangi eliminasi
diare persisten serta perlu diperhatikan pola bakteri,
sensitivitas dan memprovokasi terjadinya megakolon toksik. Obat
kuman didaerah tersebut. Beberapajenis simtomatik yang lain diberikan sesuai dengan keadaan
antibiotikyang ' pasien antara lain analgetik-antipiretik dan
dianjwkan adalah: antikonvulsi
. ampisilin 4 kali 500 mg per hari, atau
. kotrimoks azol2kali2tablet per hari, atau
. tetrasiklin 4 kali 500 mg per hari selama 5 hari.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai