Referat
Unduh- Typhoid Toxic!
Hak Cipta
Unduh !
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
BAB I
Bagikan dokumen Ini
PENDAHULUAN
$
Insiden demam tifoid ber@ariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi
lingkungan. Di daerah rural (!awa "arat) didapatkan #$% kasus per #&&.&&& penduduk,
sedangkan di daerah urban ditemukan %'&-H#& kasus per #&&.&&& penduduk. Perbedaan
Email
insiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai
serta sanitasi lingkungan dengan salah satunya tempat pembuangan sampah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan lingkungan.
"akteri penyebab demam tifoid adalah Salmonella typhi bersama turunan lainnya
Salmonella paratyphii A dan parathypii B kedua kuman ini dapat mencemari makanan dan
minuman penderita karena paling sering ditemukan di tin+a atau air kemih penderita. /anitasi
yang kurang adalah penyebab utama seperti pencucian tangan yang kurang bersih, makanan
atau minuman yang tercemar @ektor pembawa penyakit seperti lalat sehingga memudahkan
penularan penyakit melalui media fecal-oral.
Pada anak- anak demam tifoid cukup sering ditemui, salah satu penyebabnya selain
sanitasi adalah system kekebalan atau imunitas yang belum berkembang dengan baik.
% Bermanfaat
& Tidak
bermanfaat
0omplikasi atau penyulit pun tidak +arang ter+adi seperti gangguan //P (delirium sampai
gangguan kesadaran) dan perforasi usus yang menyebabkan peritonitis. /edangkan pada bayi
relati@e +arang ditemukan karena masih mendapatkan perlindungan dari 1/I yang
mengandung Ig1 sekretorik yang memberikan proteksi local khususnya pada saluran cerna.
/eringkali keterlambatan diagnosis dan ketidakpahaman orang tua terhadap apa yang
dialami oleh anak men+adikan demam tifoid cukup serius untuk ditangani. Penularan yang
cukup mungkin ter+adi adalah pada orang tua atau orang- orang serumah yang kontak dengan
penderita. /angatlah mungkin dari penderita yang sifatnya tidak memperlihatkan ge+ala tapi
sesungguhnya membawa penyakit dalam tubuhnya (carier).
Pada tahun #HI%, 1lmorth 2dward 3right mengembangkan @aksin untuk penyakit ini
disusul pada tahun #I&I 4rederik 4. 5ussell, seorang dokter 1ngkatan Darat 1/ yang
mengembangkan @aksin ini untuk kemudian di@aksinasikan guna mengeliminasi epidemi
tifus kala itu.
/aat ini telah berkembang imunisasi untuk demam tifoid ini yaitu Ty6#a dan 7i8P/,
namun masih dicari tingkat efekti@itas dan keamanannya terutama bagi anak anak.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
Salmonella typhii. Disebut Tifoid karena pada awalnya penyakit ini memiliki mnanifestasi
yang hampir sama dengan Demam Tifus yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia oleh karena
itu penyakit ini diberi akhiran 9id: yang berarti mirip.
Di Indonesia sendiri penyakit ini lebih akrab dengan sebutan Tifus atau Tipes karena
kemiripannya dengan demam Tifus tersebut. Demam tifoid merupakan suatu infeksi 4ecal-
;ral yang pada nantinya akan menyerang saluran 8erna khususnya usus halus (+e+unum dan
ileum) dilan+utkan dengan masuknya ke dalam aliran darah (bakteremia) yang akan
menyebabkan ge+ala atau tanda yang khas tempat dimana kuman melewati organ selama
bakteremia tersebut.
II.2 Etiologi
/almonella sp. adalah salah satu strain dari bakteri gram negati@e bentuk bacil atau
batang, tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak dengan flagella peritrik, memiliki ukuran 6-
< =m > &,$ -&,H =m. 0uman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob, mati
dalam suhu $' o8 dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan selama < minggu dan
hidup subur dalam media yang mengandung garam empedu. ?emiliki L macam antigen yaitu
antigen ; (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen @ (flagel) dan antigen 7i
/almonella typhi, Paratyphi 1, dan Paratyphi " merupakan penyebab infeksi utama
pada manusia, bakteri ini selalu masuk melalui +alan oral, biasanya dengan mengkontaminasi
makanan dan minuman. 4aktor- faktor lain yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap
infeksi /almonella sp. adalah keasaman lambung, flora normal usus, dan ketahanan usus
lokal.
II.3 Epidemologi
Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemic di 1sia,
1frika, 1merika Batin, kep. 0aribia, dan ;ceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong
menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 6&&6 sekitar #' +uta
per tahun, '&&.&&& diantaranya berakhir dengan kematian. Di Indonesia pre@alensi I#* kasus
demam tifoid ter+adi pada umur L-#I tahun dengan ke+adian yang meningkat setelah usia $
tahun.
1da dua sumber penularan penyakit ini yaitu pasien yang menderita demam tifoid dan
yang lebih sering adalah dari carier yaitu orang yang sudah sembuh dari demam tifoid tapi
masih mengekskresikan /. typhii dalam tin+a selama lebih dari setahun.
/almonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai natural
reser@oir). ?anusia yang terinfeksi /almonella typhi dapat mengekskresikannya melalui
secret saluran nafas, urin, tin+a dalam +angka waktu yang sangat ber@ariasi. /almonella typhi
yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di
dalam air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. ?udah mati pada
klorisasi dan pasteurinisasi (temp 'Lo8).
Dapat +uga ter+adi transmisi transprasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam
bakteremia kepada bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi oro-fekal dari seorang ibu
pembawa kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber kuman berasal
dari laboratorium penelitian.
II.4 Patofisiologi
Patogenesis demam tifoid melibatkan < proses kompleks yang mengikuti ingesti
organism, yaituA #) penempelan dan in@asi sel- sel pada Peyer Patch, 6) bakteri bertahan
hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer Patch, nodus limfatikus mesenterica, dan
organ- organ e>tra intestinal sistem retikuloendotelial L) bakteri bertahan hidup di dalam
aliran darah, <) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar c1?P di dalam kripta usus
dan meningkatkan permeabilitas membrane usus sehingga menyebabkan keluarnya elektrolit
dan air ke dalam lumen intestinal
"akteri yang masih hidup akan mencapai usus halus tepatnya di +e+num dan ileum.
"ila respon imunitas humoral mukosa usus (Ig1) kurang baik maka kuman akan menembus
sel- sel epitel (sel-? merupakan sel epitel khusus yang yang melapisi Peyer Patch,
merupakan port de entry dari kuman ini) dan selan+utnya ke lamina propria. Di lamina
propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel- sel fagosit terutama makrofag.
0uman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selan+utnya dibawa ke
peyer patch di ileum distal dan kemudian kelen+ar getah bening mesenterika.
/elan+utnya melalui ductus thoracicus, kuman yang terdapat dalam makrofag ini
masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang sifatnya
asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ 5etikuloendotelial tubuh terutama hati dan
Bimpa. Di organ- organ 52/ ini kuman meninggalkan sel- sel fagosit dan kemudian
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selan+utnya kembali masuk ke sirkulasi
sistemik yang mengakibatkan bakteremia kedua dengan disertai tanda- tanda dan ge+ala
infeksi sistemik.
Di dalam hepar, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan
bersama cairan empedu diekskresikan secara 9intermitten: ke dalam lumen usus. /ebagian
kuman dikeluarkan bersama feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah terakti@asi
dan hiperaktif maka pada saat fagositosis kuman /almonella ter+adi beberapa pelepasan
mediator inflamasi yang selan+utnya akan menimbulkan ge+ala reaksi inflamasi sistemik
seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, diare diselingi konstipasi, sampai
gangguan mental dalam hal ini adalah delirium. Pada anak- anak gangguan mental ini
biasanya ter+adi sewaktu tidur berupa mengigau yang ter+adi dalam L hari berturut- turut.
Dalam Peyer Patch makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasi +aringan (/.
typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensiti@itas tipe lambat, hyperplasia +aringan
dan nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna dapat ter+adi akibat erosi pembuluh darah
sekitar peyer patch yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasi akibat akumulasi sel- sel
mononuclear di dinding usus.
Proses patologis +aringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa
usus, dan dapat mengakibatkan perforasi. 2ndoto>in dapat menempel di reseptor sel endotel
kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik,
kardio@askuler, respirasi, dan gangguan organ lainnya.
Peran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid tidak +elas, hal tersebut terbukti
dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan
limulus. Diduga endotoksin dari salmonella typhi ini menstimulasi makrofag di dalam hepar,
lien, folikel usus halus dan kelen+ar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan Eat-
Eat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan kelainan anatomis seperti
nekrosis sel, sistem @askuler, yang tidak stabiil, demam, depresi sumsum tulang, kelainan
pada darah dan +uga menstimulasi sistem imunologis.
0eluhan dan ge+ala Demam Tifoid umumnya tidak khas, dan ber@ariasi dari ge+ala
yang menyerupai flu ringan sampai sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ.
/ecara klinis gambaran penyakit demam tifoid berupa demam berkepan+angan, gangguan
gastrointestinal dan keluhan susunan saraf pusat.
?asa tunas demam tifoid berlangsung antara #&-#< hari. Demam lebih dari % hari,
biasanya mulai dengan subfebris yang makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke
6 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari. Demam yang ter+adi biasanya khas
tinggi pada sore hingga malam hari dapat mencapai LI-<& o8 dan cenderung turun men+elang
pagi. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu
ketiga suhu badan berangsur- angsur turun dan normal pada akhir minggu ketiga. Perlu
diperhatikan bahwa tidak selalu ada bentuk demam yang khas seperti di atas pada demam
tifoid. Tipe deman men+adi tidak beraturan, mungkin karena inter@ensi pengobatan
(penggunaan antipiretik atau antibiotic lebih awal) atau komplikasi yang ter+adi lebih awal.
Pada khususnya anak balita, demam tinggi dapat menyebabkan ke+ang.
?ekanisme demam sendiri tidak +auh berbeda dengan mekanisme demam akibat
infeksi pada umumnya. Dimana "akteri /almonella typhi yang memproduksi endotoksin
merupakan pirogen eksogen selain mediator- mediator radang yang disekresi oleh sel- sel
mukosa usus yang mengalami infeksi (IB-#, IB-', TN4-alfa, F I4N-') yang merupakan
pirogen endogen. 0edua pirogen ini akan mengakti@asi pelepasan 4osfolipase 16 pada
membran sel yang mana akan mengakti@asi asam arakidonat yang melalui +alur
siklooksigenase memproduksi Prostaglandin 26 (PG26). Prostaglandin 26 bersama dengan
1?P siklik yang diakti@asinya akan mengubah seting termostat yang terdapat di
hipothalamus sehingga ter+adilah demam.
Ge+ala sistem gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, perut
kembung, lidah kotor, sampai hepato-splenomegali. Gastrointestinal problem biasanya
dipengaruhi oleh peredaran bakteri atau endotoksinnya pada sirkulasi. Dari ca@um oris
didapatkan lidah kotor yaitu ditutupi selaput putih dengan tepi yang kemerehan kadangkala
waktu lidah di+ulurkan lidah akan tremor kesemua tanda pada lidah ini disebut dengan Tifoid
Tongue. ?eskipun +arang ditemukan pada anak- anak tapi cukup berarti diagnostik. Ge+ala-
ge+ala lain yang tidak spesifik seperti mual, anoreksia. 0arena bakteri menempel pada
mukosa usus dan berkembang biak dalam Peyer patch di dalamnya maka tidak +arang akan
muncul ge+ala- ge+ala seperti diare atau kadang diselingi konstipasi. Diare merupakan respon
terhadap adanya bakteri dalam lumen usus yang perlu untuk secepatnya dikeluarkan, namun
diare pada demam tifoid tidak sampai menyebabkan dehidrasi, pun begitu dengan konstipasi
yang mungkin baru dialami setelah mengalami diare beberapa kali. Penderita anak- anak
lebih sering mengalami diare daripada konstipasi dewasa sebaliknya, hal itulah yang kadang-
kadang membuat sering miss diagnosis ketika penderita datang berobat.
Gangguan /istem /araf ter+adi bila ada toksin yang menembus "lood "rain "arier,
pada anak gangguan sistem saraf akibat tifoid ini lebih sering bersifat Sindrom Otak Organik
yang berarti kelainan e>tra cranial mengakibatkan gangguan kesadaran seperti Delirium,
gelisah, somnolen, supor hingga koma. Pada anak- anak tanda- tanda ini sering muncul waktu
mereka tidur dengan manifestasi khas “mengigau atau nglindur” yang ter+adi selama periode
demam tifoid tersebut. Gangguan otak organik ini biasanya lebih berat ditemukan pada
demam tifoid pada keadaan lan+ut yang sudah mengalami komplikasi. Pada keadaan ini
biasanya gangguan kesadaran tidak lagi ditemukan hanya sewaktu tidur sa+a melainkan bisa
timbul sewaktu- waktu.
Pada ekstremitas, punggung, atau perut mungkin didapatkan floresensi kulit berupa
ruam makulo papular kemerahan dengan ukuran #-$ mm yang mirip dengan ptechiae disebut
dengan Roseola/ Rose Spot. Penyebab roseola ini karena emboli basil dalam kapiler kulit
terkumpul di bawah permukaan kulit sehingga menyerupai bentuk bunga roseola. 5uam ini
muncul paa hari ke %-#& dan beratahn selama 6-L hari. Namun menurut ID1I penyakit tropik
infeksi ruamMrose spot ini hampir tidak pernah dilaporkan pada kasus anak di Indonesia.
"radikardi 5elatif, adalah tanda lain yang mungkin ditemukan pada infeksi tifoid.
Pada umumnya tiap kenaikan suhu # o8 akan diikuti oleh peningkatan denyut nadi sampai #&>
tiap menitnya. Namun pada demam tifoid peningkatan suhu tubuh tidak diikuti oleh
peningkatan denyut nadi sehingga dikatakan "radikardi yang relatif pada demam. "radikardi
relatif ini +uga cenderung +arang ter+adi pada anak.
10
Masuk ke dalam
usus halus melalui
*akteri memproduksi
-ndotoksin .Pirogen
Men"apai #!lak
EksogenP
!e er%
Hepatomegali
Akti?asi Asam Splenomegali
Arakidonat
DEMAM
Mengubah setting Suhu tubuh diatur
termostat di agar lebih tinggi
11
II.$ Diagnosis
II.$.a Anamnesis
Diagnosis cukup ditegakkan dengan ge+ala klinis yaitu anamnesis dan pemeriksaan
fisik. 0arena pemeriksaan kuman melalui metode kultur memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mendapatkan hasil pasti /almonella typhi.
- Demam, onset (hitung lama demam dari awal sakit sampai dibawa ke pusat
pengobatan), tipe demam (demam terutama pada malam hari dan turun
men+elang pagi hari), menggigil atau tidak, keringat dingin, se+ak kapan mulai
demam tinggi terus tanpa suhu turun, disertai ke+ang atau tidak
- Ge+ala //P, apakah anak sempat mengalami tidak sadari 1tau hanya sebatas
ngelindur atau mengigau sa+a waktu tidur.
- 5iwayat Penyakit dahulu ditanyakan untuk mencari tahu apakah pernah sakit
seperti ini, karena demam tifoid adalah infeksi yang sangat mungkin men+adikan
penderitanya sebagai carier atau pembawa meskipun tidak menun+ukkan ge+ala
- 5iwayat Terapi, bila sudah mendapatkan terapi baik hanya antipiretik dan atau
antibiotika klinis penyakit kemungkinan sangat mungkin sudah mengalami
perubahan
- 5iwayat kehidupan sosial adalah yang tidak boleh dilupakan mengingat salah
satu faktor resiko ter+adinya penyakit adalah lingkungan yang padat dan sanitasi
perorangan yang kurang baik.
12
pentingnya 1/I dalam pembentukan Ig1 yang berperan dalam imunologi lokal
dalam saluran cerna. 1nak yang minum susu formula se+ak kecil tentunya
memiliki saluran cerna yang kurang diproteksi dengan baik oleh Imunoglobulin.
0eadaan dmum anak biasanya tampak lemah atau lebih rewel dari biasanya.
Pada keadaan yang sudah ter+adi komplikasi sangat mungkin keadaan men+adi
toksik, salah satunya adalah penurunan kesadaran mulai dari delirium, stupor hingga
koma.
Pada pemeriksaan kepala dan leher obser@asi tanda- tanda dehidrasi yang
mungkin ter+adi akibat diare sebagai suatu symptom yang dapat ter+adi pada infeksi
demam tifoid. Tanda- tanda dehidrasi dapat dinilai dari mata cowong dan bibir
kering dengan rasa haus yang meningkat. Pemeriksaan intra oral e@aluasi lidah
apakah didapatkan Tifoid Tongue dengan pinggir yang hiperemi sampai tremor.
Pemeriksaan 1bdomen adalah yang paling penting dari pemeriksaan fisik pada
demam tifoid. ?eteorismus dapat ter+adi karena pengaruh kuman /almonella typhi
pada intestinal atau akibat pengaruh diare yang diselingi konstipasi. "ising usus
biasanya meningkat baik pada saat diare maupun saat konstipasi. Palpasi organ
kemungkinan didapatkan hepato-splenomegali ringan permukaan rata dengan nyeri
tekan minimal.
13
Da&a+ Leng'ap, pada darah lengkap infeksi bakteri akan menun+ukkan leukositosis
dengan hitung +enis yang cenderung ke kiri (Diff. count shift to the Beft). Namun
untuk tifoid leukosit cenderung normal atau bahkan sampai leukopenia. Penyebab
dari leukopenia ini belum diketahui secara +elas, tetapi diyakini akibat replikasi
kuman di dalam Peyer Patch yang merupakan makrofag +aringan usus sehingga
tidak mampu dideteksi oleh polimorfonuklear leukosit granul seperti Netrofil stab
ataupun segmen. ?akrofag +aringan merupakan Bimfosit sehingga tidak +arang
ter+adi Bimfositosis relatif, karena makrofag meningkat sedangkan lekosit P?N
normal sampai menurun, hitung +enis bisa +adi /hift to 5ight. Namun tidak +arang
ditemukan leukosit yang meningkat (leukositosis) bisa primer ataupun sekunder.
Primer dari penyakit demam tifoid itu sendiri, sedangkan sekunder bisa ter+adi
akibat infeksi tumpangan. Pada keadaan Demam Tifoid yang sudah ter+adi
komplikasi berupa perdarahan usus sangat mungkin didapatkan anemia dengan tipe
@ipokromik ?ikrositik.
U"i -idal, u+i widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman Salmonella
typhi. Pada u+i widal ter+adi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman
Salmonella typhi dengan antibody penderita yang disebut agglutinin. 1ntigen yang
digunakan pada u+i widal adalah suspense bakteri /almonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. ?aksud u+i widal adalah untuk menentukan
adanya agglutininMantibodi dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaituA
antigen ; (dari tubuh kuman itu sendiri), antigen @ (dari flagella kuman), antigen
7i (simpai kuman) dan antigen Paratyphi 1 dan " (antigen dari /almonella
Paratyphi 1 dan ")
14
garam
fisiologis
(ml)
Tabung I II III I7 7
Dereta H H - - -
n H H H - -
Tabung
H H H H H
o 0eteranganA tanda (H) berarti ter+adi aglutinat yaitu ter+adi reaksi antigen
antibodi dan yang digunakan adalah tabung aglutinat terakhir (titer #M#'&)
o d+i widal dianggap positif apabila didapatkan titer #M6&& atau ter+adi
peningkatan sebanyak <>
Dari keempat agglutinin tersebut hanya agglutinin ; dan @ yang digunakan untuk
diagnosis demam tifoid. /emakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini.
15
Pembentukan antibodi mulai ter+adi pada akhir minggu pertama demam atau awal
minggu kedua, kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada
minggu keempat dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-
mula timbul agglutinin ;, kemudian diikuti oleh agglutinin @. pada penderita yang
sudah sembuh agglutinin ; masih tetap di+umpai setelah <-' bulan, sedangkan
agglutinin @ dapat menetap I-#6 bulan. ;leh karena itu u+i 3idal bukan untuk
menentukan kesembuhan penyakit.
1da beberapa faktor yang mempengaruhi u+i 3idal yaituA #) pengobatan dini
dengan antibiotik, 6) gangguan pembentukan antibodyM immunocompromissed, L)
pemberian kortikosteroid, <) waktu pengambilan darah, $) riwayat @aksinasi, ')
5eaksi amnestik, yaitu peningkatan titer antibodi pada non infeksi tifoid atau
infeksi tifoid pada masa lalu, %) faktor teknik pemeriksaan antara
laboratorium,akibat aglutinasi silang dan strain salmonella yang digunakan untuk
suspense antigen. Tromnositopeni +uga sangat mungkin ter+adi bila ter+adi
penekanan sumsum tulang akibat bakteremia kuman.
#*lt*&, hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil
negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa
hal sebagai berikutA #) telah mendapat terapi antibiotik. "ila pasien sebelum
dilakukan kultur darah telah mendapat antibiotik, pertumbuhan kuman dalam
media biakan terhambat dan hasil mungkin negatif, 6) @olume darah yang kurang
(C $cc darah). "ila @olume darah yang dibiakkan terlalu sedikit hasil biakan kuman
bisa negati@e. Darah yang diambil sebaiknya secara bedsaide langsung dimasukkan
ke media cair empedu (o>gall) untuk pertumbuhan kuman. L) riwayat @aksinasi.
7aksinasi di masa lalu dapat menimbulkan antibodi dalam darah pasien. 1ntibodi
in dapat menekan bakteremia hingga biakan darah dapat negatif, <) saat
pengambilan darah yang kurang tepat pada waktu antibodi meningkat (minggu
pertama).
;leh karena itu untuk pengambilan spesimen yang akan dikultur sebaiknya diambil
waktu awal minggu kedua setelah sakit karena sensitifitasnya cukup tinggi,
dikarenakan kuman hampir pasti didapatkan diseluruh organ dan +aringan tubuh.
16
0ultur kuman dapat diambil dari darah, urin, atau feses. 1rti diagnostik yang
penting didapat dari gall kultur (kultur di media biakan garam empedu) karena
kemampuan hidup bakteri salmonella sangat tinggi di media ini. /pesimen lain
yang mengandung arti diagnostik penting adalah biopsi sumsum tulang yang
memiliki hasil positif hampir I&* kasus. Pada biakan feses yang perlu dicari
adalah @ecal !onocyte sebagai respon dari usus yang mengalami reaksi dengan
skuman salmonella yang bereplikasi di dalamnya. "iakan dari feses ini khususnya
bermanfaat bagi carier tifoid
Peme&i'saan Se&ologi QIgM dan Ig! anti SalmonellaR, Ig? anti salmonella atau
yang dikenal dengan Td"2L 5 tes adalah pemeriksaan diagnostic in @itro
semikuantitatif yang cepat dan mudah untuk mendeteksi infeksi Tifoid akut.
Pemeriksaan ini mendeteksi antibody Ig? terhadap antigen Bipo Polisakarida
bakteri /almonella typhi dengan sensiti@itas dan spesifitas mencapai K I$* dan K
I#*.
17
! Dapat menstimulasi sel limfosit " tanpa bantuan limfosit T sehingga respon
melalui akti@asi sel " @ia reseptor sel " dan reseptor yang lain.
! /pesifitas yang tinggi (I&*) dikarenakan antigen &I yang +arang ditemukan
18
Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang- kadang secara klinis
dapat men+adi diagnosis banding dari demam tifoid diantaranya influenEaMcommon cold,
gastroenteritis akut, bronchitis atau bronkopneumonia bila didapatkan tanda- tanda sesak,
batuk dan demam. Pada demam tifoid yang berat sepsis, leukemia, limfoma dan penyakit
@odgkin dapat sebagai diagnosis banding.
II.0 #ompli'asi
/ecara garis besar terdapat 6 macam komplikasi yaitu komplikasi intestinal dan
komplikasi ekstra intestinal.
Perforasi dsus ter+adi sekitar L* penderita yang dirawat. "iasanya timbul pada
minggu ketiga namun dapat pula ter+adi pada minggu pertama. /elain ge+ala umum
demam tifoid yang biasa ter+adi, penderita demam tifoid dengan perforasi usus akan
mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah lalu
menyebar ke seluruh lapang perut dan disertai tanda- tanda ileus. "ising usus
melemah, pekak hapar +uga menghilang yang menandakan adanya udara bebas dalam
19
ca@um abdomen. dntuk lebih menguatkan kea rah perforasi usus dapat dilakukan
pemeriksaan foto polos abdomen 1P dan lateral dimana akan didapatka gambaran air
fluid level dan "ayangan radiolusen pada hepar.
"ila sudah ter+adi perforasi maka harus segera diberikan antibiotik spectrum luas
untuk infeksi kuman /almonella typhi dengan kombinasi 8hloramphenicol dan
1mpisilin I7 serta untuk mengatasi kuman yang fakultatif anaerob pada flora usus
digunakan Gentamisin atau ?etronidaEole. 3alaupun +arang ter+adi pada anak- anak
namun mortalitasnya cukup tinggi bila sampai ter+adi perforasi usus.
0omplikasi e>traintestinal yang paling sering ter+adi pada anak- anak adalah
manifestasi neuropsikiatrik yang mana sering ter+adi delirium dan atau /indroma ;tak
;rganik yang lain. @al ini sering +uga disebut sebagai tifoid to>ic atau tofoid
ensefalopati.
T+5poid To6i)
Thypoid to>ic secara klinis ter+adi perubahan mental yang terdiri dari disorientasi,
kebingungan, delirium K $ hari, yang dapat diikuti denganMtanpa munculnya ge+ala
neurologis A afasia, ata>ia, perubahan refleks, kon@ulsi dan lain-lainnya. Thypoid to>ic
dapat dibagi men+adi A
! ?eningocerebral (Demam K ' hari dan men+adi delirium, setengah sadar atau tidak
sadar, selalu ada kaku kuduk. tanda kernig dapat positif atau negatif, refleks tendo
men+adi meninggi terutama 1P5, liMuor cerebro spinal normal.
! 2ncephalitis diffus (Demam tinggi diikuti penurunan kesadaran, refleks tendo dapat
positif atau menurun, refleks dinding perut negatif, rangsang meningen negatif,
setelah berlangsung lebih dari # minggu akan sembuh sempurna.
! 2ncephalitis akut (Tiba-tiba hiperpireksia, tidak sadar dan ke+ang umum 6< +am
setelah onset,bisa timbul ke+ang ulang.
! ?eningitis akut (BiMuor cerebro spinal A +ernih dengan pleositosis ringan, electro
"isa ter+adi karena dikaitkan dengan sistem imunologis atau kekebalan seseorang.
20
% Bermanfaat
& Tidak
bermanfaat
II.7 Penatala'sanaan
Prinsip utama dalam pengobatan demam tifoid adalah Istirahat dan perawatan, diet
dan terapi penun+ang (simtomatik dan suportif), serta pemberian antibiotika. Pada kasus tifoid
yang berat hasus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan, eletrolit, serta nutrisi
disamping obser@asi kemungkinan penyulit.
Pemberian diet penderita demam tifoid awalnya diberi bubur saring, kemudian
ditingkatkan men+adi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi,yang mana perubahan
diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring
tersebut ditu+ukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau
perforasi usus. @al ini disebabkan karena usus harus diistirahatkan. Pemberian
makanan padat dini terutama tinggi serat seperti sayur dan daging dapat meningkatkan
ker+a dan peristaltic usus sedangkan keadaan usus sedang kurang baik karena infeksi
mukosa dan epitel oleh kuman /almonella typhi. Pemberian makanan tinggi kalori dan
tinggi protein (T0TP) rendah serat adalah yang paling membantu dalam memenuhi
nutrisi penderita namun tidak memperburuk kondisi usus.
Terapi penun+angMsuportif lain yang dapat diberikan tergantung ge+ala yang muncul
pada anak yang sakit tersebut. Pemberian infus pada anak- anak penting tapi tidak
mutlak, mengingat resiko untuk ter+adinya phlebitis cukup tinggi. ;leh karena itu
pemberian infuse sebaiknya diberikan bagi anak yang sakit dengan intake per;ral yang
21
kurang. !enis infus yang diberikan tergantung usiaA L bln-L tahun D$ N Normal saline,
K L tahun D$ O Normal saline. !umlah pemberian infus disesuaikan dengan kebutuhan
kalori pada anak. 0ebutuhan kalori anak pada infus setara dengan kebutuhan cairan
rumatannya.
Panas yang merupakan ge+ala utama pada tifoid dapat diberi antipiretik. "ila mungkin
peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal ini adalah Paracetamol dengan
dosis #& mgMkgMkali minum, sedapat mungkin untuk menghindari aspirin dan
turunannya karena mempunyai efek mengiritasi saluran cerna dengan keadaan saluran
cerna yang masih rentan kemungkinan untuk diperberat keadaannya sangatlah
mungkin. "ila tidak mampu intake peroral dapat diberikan @ia parenteral, obat yang
masih dian+urkan adalah yang mengandung ?ethamiEole Na yaitu antrain atau
No@algin.
c) Anti%ioti'a
22
d) Te&api pen5*lit
dntuk demam tifoid dengan penyulit perdarahan usus kadang- kadang diperlukan
tranfusi darah. /edangkan yang sudah ter+adi perforasi harus segera dilakukan
laparotomi disertai penambahan antibiotika metronidaEol.
II.1/ Pen)ega+an
23
• 7aksinasi. 7aksin tifoid pertama kali ditemukan tahun #HI' dan setelah tahun #I'&
efektifitas @aksinasi telah ditegakkan, keberhasilan proteksi sebesar $#-HH* (3@;).
!enis @aksin ada yang berisi kuman Salmonella typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B
yang dimatikan (T1" @accine) telah puluhan tahun digunakan dengan cara pemberian
/ub 0utan, namun daya kekebalannya terbatas, disamping efek samping lokal pada
tempat suntikan yang cukup sering. 7aksin yang berisi kuman /almonella typhi hidup
yang dilemahkan disebut A Ty6#a (@i@otif "erna) pemberiannya secara ;ral belum
beredar di Indonesia, parenteralA 7i8P/ (Typhim 7iMPasteur ?erineu>) yang
merupakan @aksin kapsul polisakarida.
Pada beberapa penelitian @aksin oral Ty6#a diberikan L> secara bermakna dengan
selang # hari (hari #,L,$) dapat memberi daya perlindungan selama ' tahun. dsia
Hanya
Beranda Rp70,000/bulan.
7aksin parenteral Buku
non Batalkan
aktif relatif lebih seringBuku audio
menyebabkan kapan saja.
Dokumen
reaksi efek samping serta
tidak seefektif dibandingkan dengan pemberian peroral. Diberikan pada usia K 6 tahun