Anda di halaman 1dari 1

Cari

Referat
Unduh- Typhoid Toxic!

Diunggah oleh AryantiPuspitarini pada Jun 01, 2016

" 0% (1) · 1K tayangan · 28 halaman


Informasi Dokumen #
referat toxic
Data diunggah
Jun 01, 2016

Hak Cipta
Unduh !
© © All Rights Reserved

Format Tersedia
DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
BAB I
Bagikan dokumen Ini
PENDAHULUAN

Penyakit Demam Tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Salmonella typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah
Facebook Twitter
penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia
balita, anak-anak dan dewasa.

$
Insiden demam tifoid ber@ariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi
lingkungan. Di daerah rural (!awa "arat) didapatkan #$% kasus per #&&.&&& penduduk,
sedangkan di daerah urban ditemukan %'&-H#& kasus per #&&.&&& penduduk. Perbedaan
Email
insiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai
serta sanitasi lingkungan dengan salah satunya tempat pembuangan sampah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan lingkungan.

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?


Pre@alensi kasus I#* demam tifoid ter+adi pada usia L-#I tahun, ke+adian meningkat
setelah usia $ tahun. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar dibedakan
dengan penyakit demam lainnya sehingga untuk memastikan diagnosis diperlukan
pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmasi. Demam yang ter+adi biasanya bertipe
berkepan+angan ( prolonged fever), yaitu demam yang berlangsung minimal lebih dari $ hari
dengan pola yang biasanya khasMklasik yaitu demam yang rendah dan perlahan lahan lalu
meningkat dari hari ke hari hingga cenderung konstan tinggi. Namun pola demam yang
Apakah
sepertikonten ini tidak
itu sudah +arang ditemuipantas? Laporkan
karena pengaruh pemakaian Dokumen
antibiotik dalamIni
pengobatan
pribadi.

"akteri penyebab demam tifoid adalah Salmonella typhi bersama turunan lainnya
Salmonella paratyphii A dan parathypii B kedua kuman ini dapat mencemari makanan dan
minuman penderita karena paling sering ditemukan di tin+a atau air kemih penderita. /anitasi
yang kurang adalah penyebab utama seperti pencucian tangan yang kurang bersih, makanan
atau minuman yang tercemar @ektor pembawa penyakit seperti lalat sehingga memudahkan
penularan penyakit melalui media fecal-oral.

Pada anak- anak demam tifoid cukup sering ditemui, salah satu penyebabnya selain
sanitasi adalah system kekebalan atau imunitas yang belum berkembang dengan baik.

Tingkatkan Pengalaman Anda '


Nilai akan membantu kami untuk
menyarankan dokumen terkait yang
lebih baik kepada semua pembaca kami!

% Bermanfaat

& Tidak
bermanfaat

0omplikasi atau penyulit pun tidak +arang ter+adi seperti gangguan //P (delirium sampai
gangguan kesadaran) dan perforasi usus yang menyebabkan peritonitis. /edangkan pada bayi
relati@e +arang ditemukan karena masih mendapatkan perlindungan dari 1/I yang
mengandung Ig1 sekretorik yang memberikan proteksi local khususnya pada saluran cerna.

/eringkali keterlambatan diagnosis dan ketidakpahaman orang tua terhadap apa yang
dialami oleh anak men+adikan demam tifoid cukup serius untuk ditangani. Penularan yang
cukup mungkin ter+adi adalah pada orang tua atau orang- orang serumah yang kontak dengan
penderita. /angatlah mungkin dari penderita yang sifatnya tidak memperlihatkan ge+ala tapi
sesungguhnya membawa penyakit dalam tubuhnya (carier).

Pada tahun #HI%, 1lmorth 2dward 3right mengembangkan @aksin untuk penyakit ini
disusul pada tahun #I&I 4rederik 4. 5ussell, seorang dokter 1ngkatan Darat 1/ yang
mengembangkan @aksin ini untuk kemudian di@aksinasikan guna mengeliminasi epidemi
tifus kala itu.

/aat ini telah berkembang imunisasi untuk demam tifoid ini yaitu Ty6#a dan 7i8P/,
namun masih dicari tingkat efekti@itas dan keamanannya terutama bagi anak anak.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi

Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
Salmonella typhii. Disebut Tifoid karena pada awalnya penyakit ini memiliki mnanifestasi
yang hampir sama dengan Demam Tifus yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia oleh karena
itu penyakit ini diberi akhiran 9id: yang berarti mirip.

Di Indonesia sendiri penyakit ini lebih akrab dengan sebutan Tifus atau Tipes karena
kemiripannya dengan demam Tifus tersebut. Demam tifoid merupakan suatu infeksi 4ecal-
;ral yang pada nantinya akan menyerang saluran 8erna khususnya usus halus (+e+unum dan
ileum) dilan+utkan dengan masuknya ke dalam aliran darah (bakteremia) yang akan
menyebabkan ge+ala atau tanda yang khas tempat dimana kuman melewati organ selama
bakteremia tersebut.

II.2 Etiologi

/almonella sp. adalah salah satu strain dari bakteri gram negati@e bentuk bacil atau
batang, tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak dengan flagella peritrik, memiliki ukuran 6-
< =m > &,$ -&,H =m. 0uman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob, mati
dalam suhu $' o8 dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan selama < minggu dan
hidup subur dalam media yang mengandung garam empedu. ?emiliki L macam antigen yaitu
antigen ; (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen @ (flagel) dan antigen 7i

"erdasarkan serotipenya kuman /almonella dibedakan men+adi <A /almonella typhi,


/almonella paratyphi 1, /almonella paratyphi ", dan /erotipe group D.

/almonella typhi, Paratyphi 1, dan Paratyphi " merupakan penyebab infeksi utama
pada manusia, bakteri ini selalu masuk melalui +alan oral, biasanya dengan mengkontaminasi
makanan dan minuman. 4aktor- faktor lain yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap
infeksi /almonella sp. adalah keasaman lambung, flora normal usus, dan ketahanan usus
lokal.

II.3 Epidemologi

Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemic di 1sia,
1frika, 1merika Batin, kep. 0aribia, dan ;ceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong
menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.

Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 6&&6 sekitar #' +uta
per tahun, '&&.&&& diantaranya berakhir dengan kematian. Di Indonesia pre@alensi I#* kasus
demam tifoid ter+adi pada umur L-#I tahun dengan ke+adian yang meningkat setelah usia $
tahun.

1da dua sumber penularan penyakit ini yaitu pasien yang menderita demam tifoid dan
yang lebih sering adalah dari carier yaitu orang yang sudah sembuh dari demam tifoid tapi
masih mengekskresikan /. typhii dalam tin+a selama lebih dari setahun.

/almonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai natural
reser@oir). ?anusia yang terinfeksi /almonella typhi dapat mengekskresikannya melalui
secret saluran nafas, urin, tin+a dalam +angka waktu yang sangat ber@ariasi. /almonella typhi
yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di
dalam air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. ?udah mati pada
klorisasi dan pasteurinisasi (temp 'Lo8).

Ter+adinya penularan /almonella typhi sebagian besar melalui makananMminuman


yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman (carier),
biasanya keluar bersama- sama dengan tin+a (rute fecal-oral).

Dapat +uga ter+adi transmisi transprasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam
bakteremia kepada bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi oro-fekal dari seorang ibu
pembawa kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber kuman berasal
dari laboratorium penelitian.

II.4 Patofisiologi

Patogenesis demam tifoid melibatkan < proses kompleks yang mengikuti ingesti
organism, yaituA #) penempelan dan in@asi sel- sel pada Peyer Patch, 6) bakteri bertahan
hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer Patch, nodus limfatikus mesenterica, dan
organ- organ e>tra intestinal sistem retikuloendotelial L) bakteri bertahan hidup di dalam
aliran darah, <) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar c1?P di dalam kripta usus
dan meningkatkan permeabilitas membrane usus sehingga menyebabkan keluarnya elektrolit
dan air ke dalam lumen intestinal

?asuknya kuman /almonella typhi dan /almonella paratyphi ke dalam tubuh


manusia ter+adi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. /ebagian kuman dimusnahkan
dalam lambung karena suasana asam di lambung (p@ C 6) banyak yang mati namun sebagian
lolos masuk ke dalam usus dan berkembang biak dalam peyer patch dalam usus. dntuk
diketahui, +umlah kuman yang masuk dan dapat menyebabkan infeksi minimal ber+umlah #& $
dan +umlah bisa sa+a meningkat bila keadaan lokal pada lambung yang menurun seperti
aklorhidria, post gastrektomi, penggunaan obat- obatan seperti antasida, @6-bloker, dan
Proton Pump Inhibitor.

"akteri yang masih hidup akan mencapai usus halus tepatnya di +e+num dan ileum.
"ila respon imunitas humoral mukosa usus (Ig1) kurang baik maka kuman akan menembus
sel- sel epitel (sel-? merupakan sel epitel khusus yang yang melapisi Peyer Patch,
merupakan port de entry dari kuman ini) dan selan+utnya ke lamina propria. Di lamina
propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel- sel fagosit terutama makrofag.
0uman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selan+utnya dibawa ke
peyer patch di ileum distal dan kemudian kelen+ar getah bening mesenterika.

/elan+utnya melalui ductus thoracicus, kuman yang terdapat dalam makrofag ini
masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang sifatnya
asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ 5etikuloendotelial tubuh terutama hati dan
Bimpa. Di organ- organ 52/ ini kuman meninggalkan sel- sel fagosit dan kemudian
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selan+utnya kembali masuk ke sirkulasi
sistemik yang mengakibatkan bakteremia kedua dengan disertai tanda- tanda dan ge+ala
infeksi sistemik.

Di dalam hepar, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan
bersama cairan empedu diekskresikan secara 9intermitten: ke dalam lumen usus. /ebagian
kuman dikeluarkan bersama feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah terakti@asi
dan hiperaktif maka pada saat fagositosis kuman /almonella ter+adi beberapa pelepasan
mediator inflamasi yang selan+utnya akan menimbulkan ge+ala reaksi inflamasi sistemik
seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, diare diselingi konstipasi, sampai
gangguan mental dalam hal ini adalah delirium. Pada anak- anak gangguan mental ini
biasanya ter+adi sewaktu tidur berupa mengigau yang ter+adi dalam L hari berturut- turut.

Dalam Peyer Patch makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasi +aringan (/.
typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensiti@itas tipe lambat, hyperplasia +aringan
dan nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna dapat ter+adi akibat erosi pembuluh darah
sekitar peyer patch yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasi akibat akumulasi sel- sel
mononuclear di dinding usus.

Proses patologis +aringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa
usus, dan dapat mengakibatkan perforasi. 2ndoto>in dapat menempel di reseptor sel endotel
kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik,
kardio@askuler, respirasi, dan gangguan organ lainnya.

Peran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid tidak +elas, hal tersebut terbukti
dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan
limulus. Diduga endotoksin dari salmonella typhi ini menstimulasi makrofag di dalam hepar,
lien, folikel usus halus dan kelen+ar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan Eat-
Eat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan kelainan anatomis seperti
nekrosis sel, sistem @askuler, yang tidak stabiil, demam, depresi sumsum tulang, kelainan
pada darah dan +uga menstimulasi sistem imunologis.

II.@ !e"ala #linis

0eluhan dan ge+ala Demam Tifoid umumnya tidak khas, dan ber@ariasi dari ge+ala
yang menyerupai flu ringan sampai sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ.

/ecara klinis gambaran penyakit demam tifoid berupa demam berkepan+angan, gangguan
gastrointestinal dan keluhan susunan saraf pusat.

?asa tunas demam tifoid berlangsung antara #&-#< hari. Demam lebih dari % hari,
biasanya mulai dengan subfebris yang makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke
6 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari. Demam yang ter+adi biasanya khas
tinggi pada sore hingga malam hari dapat mencapai LI-<& o8 dan cenderung turun men+elang
pagi. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu
ketiga suhu badan berangsur- angsur turun dan normal pada akhir minggu ketiga. Perlu
diperhatikan bahwa tidak selalu ada bentuk demam yang khas seperti di atas pada demam
tifoid. Tipe deman men+adi tidak beraturan, mungkin karena inter@ensi pengobatan
(penggunaan antipiretik atau antibiotic lebih awal) atau komplikasi yang ter+adi lebih awal.
Pada khususnya anak balita, demam tinggi dapat menyebabkan ke+ang.

?ekanisme demam sendiri tidak +auh berbeda dengan mekanisme demam akibat
infeksi pada umumnya. Dimana "akteri /almonella typhi yang memproduksi endotoksin
merupakan pirogen eksogen selain mediator- mediator radang yang disekresi oleh sel- sel
mukosa usus yang mengalami infeksi (IB-#, IB-', TN4-alfa, F I4N-') yang merupakan
pirogen endogen. 0edua pirogen ini akan mengakti@asi pelepasan 4osfolipase 16 pada
membran sel yang mana akan mengakti@asi asam arakidonat yang melalui +alur
siklooksigenase memproduksi Prostaglandin 26 (PG26). Prostaglandin 26 bersama dengan
1?P siklik yang diakti@asinya akan mengubah seting termostat yang terdapat di
hipothalamus sehingga ter+adilah demam.

Ge+ala sistem gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, perut
kembung, lidah kotor, sampai hepato-splenomegali. Gastrointestinal problem biasanya
dipengaruhi oleh peredaran bakteri atau endotoksinnya pada sirkulasi. Dari ca@um oris
didapatkan lidah kotor yaitu ditutupi selaput putih dengan tepi yang kemerehan kadangkala
waktu lidah di+ulurkan lidah akan tremor kesemua tanda pada lidah ini disebut dengan Tifoid
Tongue. ?eskipun +arang ditemukan pada anak- anak tapi cukup berarti diagnostik. Ge+ala-
ge+ala lain yang tidak spesifik seperti mual, anoreksia. 0arena bakteri menempel pada
mukosa usus dan berkembang biak dalam Peyer patch di dalamnya maka tidak +arang akan
muncul ge+ala- ge+ala seperti diare atau kadang diselingi konstipasi. Diare merupakan respon
terhadap adanya bakteri dalam lumen usus yang perlu untuk secepatnya dikeluarkan, namun
diare pada demam tifoid tidak sampai menyebabkan dehidrasi, pun begitu dengan konstipasi

yang mungkin baru dialami setelah mengalami diare beberapa kali. Penderita anak- anak
lebih sering mengalami diare daripada konstipasi dewasa sebaliknya, hal itulah yang kadang-
kadang membuat sering miss diagnosis ketika penderita datang berobat.

0uman yang mengalami per+alanan dalam sirkulasi (bekteremia) +uga menimbulkan


ge+ala pada organ 5etikulo 2ndotelial /ystem salah satunya @epar dan Bien. @epato-
splenomegali ter+adi akibat dari replikasi kuman dalam sel- sel fagosit atau sinusoid.
5eplikasi dalam hepar dan lien ini tentunya akan menyebabkan respon inflamasi lokal yang
melibatkan mediator radang seperti InterBeukin (IB-#, IB-'), Prostaglandin (PG2-6) dimana
menyebabkan permeabilitas kapiler akan meningkat sehingga ter+adi oedema. Pembesaran
pada hepar-lien ini umumnya tidak selalu nyeri tekan dan hanya berlangsung singkat
(terutama ter+adi waktu bakteremia sekunder). Penanda ini cukup spesifik dalam membantu
diagnostik.

Gangguan /istem /araf ter+adi bila ada toksin yang menembus "lood "rain "arier,
pada anak gangguan sistem saraf akibat tifoid ini lebih sering bersifat Sindrom Otak Organik
yang berarti kelainan e>tra cranial mengakibatkan gangguan kesadaran seperti Delirium,
gelisah, somnolen, supor hingga koma. Pada anak- anak tanda- tanda ini sering muncul waktu
mereka tidur dengan manifestasi khas “mengigau atau nglindur” yang ter+adi selama periode
demam tifoid tersebut. Gangguan otak organik ini biasanya lebih berat ditemukan pada
demam tifoid pada keadaan lan+ut yang sudah mengalami komplikasi. Pada keadaan ini
biasanya gangguan kesadaran tidak lagi ditemukan hanya sewaktu tidur sa+a melainkan bisa
timbul sewaktu- waktu.

Pada ekstremitas, punggung, atau perut mungkin didapatkan floresensi kulit berupa
ruam makulo papular kemerahan dengan ukuran #-$ mm yang mirip dengan ptechiae disebut
dengan Roseola/ Rose Spot. Penyebab roseola ini karena emboli basil dalam kapiler kulit
terkumpul di bawah permukaan kulit sehingga menyerupai bentuk bunga roseola. 5uam ini
muncul paa hari ke %-#& dan beratahn selama 6-L hari. Namun menurut ID1I penyakit tropik
infeksi ruamMrose spot ini hampir tidak pernah dilaporkan pada kasus anak di Indonesia.

"radikardi 5elatif, adalah tanda lain yang mungkin ditemukan pada infeksi tifoid.
Pada umumnya tiap kenaikan suhu # o8 akan diikuti oleh peningkatan denyut nadi sampai #&>
tiap menitnya. Namun pada demam tifoid peningkatan suhu tubuh tidak diikuti oleh
peningkatan denyut nadi sehingga dikatakan "radikardi yang relatif pada demam. "radikardi
relatif ini +uga cenderung +arang ter+adi pada anak.

10

Dipercayai oleh lebih dari 1 juta anggota

Coba Scribd GRATIS selama 30 hari untuk


mengakses lebih dari 125 juta judul tanpa iklan
atau gangguan!

Mulai Coba Gratis


Batalkan Kapan Saja.

Makanan $ang Masuk Saluran &erna


terkontaminasi dalam 'umlah minimal
Salmonell typhii 105(109 untuk

Masuk ke dalam
usus halus melalui
*akteri memproduksi
-ndotoksin .Pirogen
Men"apai #!lak
EksogenP
!e er%

Masuk !embuluh darah


Mukosa ;sus $ang terin)eksi
.Bakteremia PrimerP
akan menstimulasi
datangn$a sel( sel )agosit
Men"apai organ ,etikulo
Sel(sel $ang mengalami "edera+ -ndothelial S$stem ./epar+ SplenP
netroSl+ dan makro)ag sekresi Q Bakteremia Sekunder
mediator peradanganT UV(1+ UV(6+
WXR(al)a+ : URX(6 .Pirogen *akteri+ toksin atau )aktor ?irulensi
lainn$a men$ebabkan proli)erasi
Akti?asi Ros)olipase A2
pada membran !embesaran

Hepatomegali
Akti?asi Asam Splenomegali
Arakidonat

Asam Arakidonat melalui


'alur siklooksigenase
membuat !rostaglandin -2

Akti?asi AM! siklik

DEMAM
Mengubah setting Suhu tubuh diatur
termostat di agar lebih tinggi

11

II.$ Diagnosis

II.$.a Anamnesis

Diagnosis cukup ditegakkan dengan ge+ala klinis yaitu anamnesis dan pemeriksaan
fisik. 0arena pemeriksaan kuman melalui metode kultur memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mendapatkan hasil pasti /almonella typhi.

1namnesis yang perlu die@aluasi untuk mengarahkan kecurigaan terhadap demam


tifoidA

- Demam, onset (hitung lama demam dari awal sakit sampai dibawa ke pusat
pengobatan), tipe demam (demam terutama pada malam hari dan turun
men+elang pagi hari), menggigil atau tidak, keringat dingin, se+ak kapan mulai
demam tinggi terus tanpa suhu turun, disertai ke+ang atau tidak

- Ge+ala gastrointestinal, Diare (se+ak kapan, frekuensi, ampas HM-, konsistensi,


@olume tiap diare, warna, darah, lender), konstipasi (se+ak kapan mulai tidak
"1"), mual atau muntah, anoreksia, malaise, perut kembung

- Ge+ala //P, apakah anak sempat mengalami tidak sadari 1tau hanya sebatas
ngelindur atau mengigau sa+a waktu tidur.

- 5iwayat Penyakit dahulu ditanyakan untuk mencari tahu apakah pernah sakit
seperti ini, karena demam tifoid adalah infeksi yang sangat mungkin men+adikan
penderitanya sebagai carier atau pembawa meskipun tidak menun+ukkan ge+ala

- 5iwayat Terapi, bila sudah mendapatkan terapi baik hanya antipiretik dan atau
antibiotika klinis penyakit kemungkinan sangat mungkin sudah mengalami
perubahan

- 5iwayat kehidupan sosial adalah yang tidak boleh dilupakan mengingat salah
satu faktor resiko ter+adinya penyakit adalah lingkungan yang padat dan sanitasi
perorangan yang kurang baik.

- 5iwayat makanan penderita perlu dicari kebiasaan makan atau minum


sembarangan atau di tempat yang kurang sehat dan mudah dihinggapi lalat dan
@ektor penyakit yang lain. 5iwayat pemberian 1/I +uga perlu diketahui karena

12

pentingnya 1/I dalam pembentukan Ig1 yang berperan dalam imunologi lokal
dalam saluran cerna. 1nak yang minum susu formula se+ak kecil tentunya
memiliki saluran cerna yang kurang diproteksi dengan baik oleh Imunoglobulin.

- 5iwayat Imunisasi. /elain imunisasi wa+ib pemerintah +uga telah ditemukan


@aksin untuk penyakit ini. "ila setelah diimunisasi pasien tetap terinfeksi Tifoid
sangat mungkin titer antibodi yang dibentuk oleh @aksinasi sebelumnya tidak
cukup kuat untuk mengantisipasi infeksi berikutnya. 1tau terdapat kegagalan
dalam @aksinasi yang dipengaruhi banyak faktor.

II.$.% Peme&i'saan (isi'

Pemeriksaan fisik penderita sangat tergantung pada keadaan pasien yang


ber@ariasi menurut sudah sampai dimana per+alanan penyakitnya.

0eadaan dmum anak biasanya tampak lemah atau lebih rewel dari biasanya.
Pada keadaan yang sudah ter+adi komplikasi sangat mungkin keadaan men+adi
toksik, salah satunya adalah penurunan kesadaran mulai dari delirium, stupor hingga
koma.

Pada pemeriksaan kepala dan leher obser@asi tanda- tanda dehidrasi yang
mungkin ter+adi akibat diare sebagai suatu symptom yang dapat ter+adi pada infeksi
demam tifoid. Tanda- tanda dehidrasi dapat dinilai dari mata cowong dan bibir
kering dengan rasa haus yang meningkat. Pemeriksaan intra oral e@aluasi lidah
apakah didapatkan Tifoid Tongue dengan pinggir yang hiperemi sampai tremor.

Pemeriksaan Thora> pada umumnya +arang didapatkan kelainan, kecuali pada


demam tifoid yang sangat berat dengan komplikasi e>traintestinal pada ca@um
pleura yang menyebabkan pleuritis, namun sangat +aarang ter+adi pada anak- anak.

Pemeriksaan 1bdomen adalah yang paling penting dari pemeriksaan fisik pada
demam tifoid. ?eteorismus dapat ter+adi karena pengaruh kuman /almonella typhi
pada intestinal atau akibat pengaruh diare yang diselingi konstipasi. "ising usus
biasanya meningkat baik pada saat diare maupun saat konstipasi. Palpasi organ
kemungkinan didapatkan hepato-splenomegali ringan permukaan rata dengan nyeri
tekan minimal.

13

Pada e>tremitas, thora>, abdomen, atau punggung biasanya didapatkan rose


spot atau 5oseola, yaitu ruam makulopapular kemerahan dengan diameter #-$ mm.
Namun sangat +arang ter+adi pada anak- anak

II.$.) Peme&i'saan Pen*n"ang

Da&a+ Leng'ap, pada darah lengkap infeksi bakteri akan menun+ukkan leukositosis
dengan hitung +enis yang cenderung ke kiri (Diff. count shift to the Beft). Namun
untuk tifoid leukosit cenderung normal atau bahkan sampai leukopenia. Penyebab
dari leukopenia ini belum diketahui secara +elas, tetapi diyakini akibat replikasi
kuman di dalam Peyer Patch yang merupakan makrofag +aringan usus sehingga
tidak mampu dideteksi oleh polimorfonuklear leukosit granul seperti Netrofil stab
ataupun segmen. ?akrofag +aringan merupakan Bimfosit sehingga tidak +arang
ter+adi Bimfositosis relatif, karena makrofag meningkat sedangkan lekosit P?N
normal sampai menurun, hitung +enis bisa +adi /hift to 5ight. Namun tidak +arang
ditemukan leukosit yang meningkat (leukositosis) bisa primer ataupun sekunder.
Primer dari penyakit demam tifoid itu sendiri, sedangkan sekunder bisa ter+adi
akibat infeksi tumpangan. Pada keadaan Demam Tifoid yang sudah ter+adi
komplikasi berupa perdarahan usus sangat mungkin didapatkan anemia dengan tipe
@ipokromik ?ikrositik.

U"i -idal, u+i widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman Salmonella
typhi. Pada u+i widal ter+adi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman
Salmonella typhi dengan antibody penderita yang disebut agglutinin. 1ntigen yang
digunakan pada u+i widal adalah suspense bakteri /almonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. ?aksud u+i widal adalah untuk menentukan
adanya agglutininMantibodi dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaituA
antigen ; (dari tubuh kuman itu sendiri), antigen @ (dari flagella kuman), antigen
7i (simpai kuman) dan antigen Paratyphi 1 dan " (antigen dari /almonella
Paratyphi 1 dan ")

o d+i 3idal menggunakan cara klasik dengan menggunakan tabung ( Tube


Aglutination Test), dengan rincian sebagai berikutA
Tabung I II III I7 7

Barutan &,I &,$ &,$ &,$ &,$

14

garam
fisiologis
(ml)

/erum &,# &,$ &,$ &,$ &,$


pasien (ml)

/uspensi &,$ &,$ &,$ &,$ &,$


antigen (ml)

Titer 1N1/ 1N2/ 1N4/ 1N0/ 1N1$/


antibodi

o Dengan keterangan sebagai berikutA Tabung I J solut A &,# ml serum pasien,


sol@enA &,I larutan garam fisiologis -K &,# dibagi &,I H &,# J &,#M&,# J #M#&.
Tabung II J &,$ ml campuran larutan garam fisiologis dan serum pasien tabung
I (#M#&) H &,$ ml larutan garam fisiologis tabung II J #M6&
Titer #M#& mengandung arti dalam # ml serum terdapat #& unit antibodi

8ara menentukan titer antibodi sebagai berikutA

Tabung I II III I7 7

Titer #M#& #M6& #M<& #MH& #M#'&

Dereta H H - - -
n H H H - -
Tabung
H H H H H

o 0eteranganA tanda (H) berarti ter+adi aglutinat yaitu ter+adi reaksi antigen
antibodi dan yang digunakan adalah tabung aglutinat terakhir (titer #M#'&)
o d+i widal dianggap positif apabila didapatkan titer #M6&& atau ter+adi
peningkatan sebanyak <>
Dari keempat agglutinin tersebut hanya agglutinin ; dan @ yang digunakan untuk
diagnosis demam tifoid. /emakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini.

15

Pembentukan antibodi mulai ter+adi pada akhir minggu pertama demam atau awal
minggu kedua, kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada
minggu keempat dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-
mula timbul agglutinin ;, kemudian diikuti oleh agglutinin @. pada penderita yang
sudah sembuh agglutinin ; masih tetap di+umpai setelah <-' bulan, sedangkan
agglutinin @ dapat menetap I-#6 bulan. ;leh karena itu u+i 3idal bukan untuk
menentukan kesembuhan penyakit.

1da beberapa faktor yang mempengaruhi u+i 3idal yaituA #) pengobatan dini
dengan antibiotik, 6) gangguan pembentukan antibodyM immunocompromissed, L)
pemberian kortikosteroid, <) waktu pengambilan darah, $) riwayat @aksinasi, ')
5eaksi amnestik, yaitu peningkatan titer antibodi pada non infeksi tifoid atau
infeksi tifoid pada masa lalu, %) faktor teknik pemeriksaan antara
laboratorium,akibat aglutinasi silang dan strain salmonella yang digunakan untuk
suspense antigen. Tromnositopeni +uga sangat mungkin ter+adi bila ter+adi
penekanan sumsum tulang akibat bakteremia kuman.

#*lt*&, hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil
negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa
hal sebagai berikutA #) telah mendapat terapi antibiotik. "ila pasien sebelum
dilakukan kultur darah telah mendapat antibiotik, pertumbuhan kuman dalam
media biakan terhambat dan hasil mungkin negatif, 6) @olume darah yang kurang
(C $cc darah). "ila @olume darah yang dibiakkan terlalu sedikit hasil biakan kuman
bisa negati@e. Darah yang diambil sebaiknya secara bedsaide langsung dimasukkan
ke media cair empedu (o>gall) untuk pertumbuhan kuman. L) riwayat @aksinasi.
7aksinasi di masa lalu dapat menimbulkan antibodi dalam darah pasien. 1ntibodi
in dapat menekan bakteremia hingga biakan darah dapat negatif, <) saat
pengambilan darah yang kurang tepat pada waktu antibodi meningkat (minggu
pertama).

;leh karena itu untuk pengambilan spesimen yang akan dikultur sebaiknya diambil
waktu awal minggu kedua setelah sakit karena sensitifitasnya cukup tinggi,
dikarenakan kuman hampir pasti didapatkan diseluruh organ dan +aringan tubuh.

16

0ultur kuman dapat diambil dari darah, urin, atau feses. 1rti diagnostik yang
penting didapat dari gall kultur (kultur di media biakan garam empedu) karena
kemampuan hidup bakteri salmonella sangat tinggi di media ini. /pesimen lain
yang mengandung arti diagnostik penting adalah biopsi sumsum tulang yang
memiliki hasil positif hampir I&* kasus. Pada biakan feses yang perlu dicari
adalah @ecal !onocyte sebagai respon dari usus yang mengalami reaksi dengan
skuman salmonella yang bereplikasi di dalamnya. "iakan dari feses ini khususnya
bermanfaat bagi carier tifoid

Peme&i'saan Se&ologi QIgM dan Ig! anti SalmonellaR, Ig? anti salmonella atau
yang dikenal dengan Td"2L 5 tes adalah pemeriksaan diagnostic in @itro
semikuantitatif yang cepat dan mudah untuk mendeteksi infeksi Tifoid akut.
Pemeriksaan ini mendeteksi antibody Ig? terhadap antigen Bipo Polisakarida
bakteri /almonella typhi dengan sensiti@itas dan spesifitas mencapai K I$* dan K
I#*.

Prinsip pemeriksaan dengan metode Inhibition ?agnetic "inding Immunoassay


(I?"I). 1ntibodi Ig? terhadap Bipopolisakarida bakteri dideteksi melalui
kemampuannya untuk menghambat reaksi antara kedua tipe partikel reagen yaitu
indikator mikrosfer late> yang disensitisasi dengan antibodi monoclonal anti &I
(reagen warna biru) dan mikrosfer magnetic yang disensitisasi dengan BP/
/almonella typhi (reagen warna coklat). /etelah sedimentasi partikel dengan
kekuatan magnetik, konsentrasi partikel indikator yang tersisa dalam cairan
menun+ukkan daya inhibisi. Tingkat inhibisi yang dihasilkan adalah setara dengan
konsentrasi Ig? /almonella typhi dalam sampel. @asil dibaca secara @isual dengan
membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna.

1da < interpretasi hasil A

! /kala 6-L adalah Negatif "orderline. Tidak menun+ukkan infeksi demam


tifoid. /ebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang L-$ hari kemudian.

! /kala <-$ adalah Positif. ?enun+ukkan infeksi demam tifoid

! /kala K ' adalah positif. Indikasi kuat infeksi demam tifoid

17

Penggunaan antigen &I BP/ memiliki sifat- sifat sebagai berikutA

! Immunodominan yang kuat

! "ersifat thymus independent tipe #, imunogenik pada bayi (antigen 7i dan

@ kurang imunogenik) dan merupakan mitogen yang sangat kuat terhadap


sel ".

! Dapat menstimulasi sel limfosit " tanpa bantuan limfosit T sehingga respon

antibodi dapat terdeteksi lebih cepat.

! Bipopolisakarida dapat menimbulkan respon antibodi yang kuat dan cepat

melalui akti@asi sel " @ia reseptor sel " dan reseptor yang lain.

! /pesifitas yang tinggi (I&*) dikarenakan antigen &I yang +arang ditemukan

baik di alam maupun diantara mikroorganisme

0elebihan pemeriksaan menggunakan Ig? anti /almonellaA

! ?endeteksi infeksi akut /almonella

! ?uncul pada hari ke L demam

! /ensifitas dan spesifitas yang tinggi terhadap kuman /almonella

! /ampel darah yang diperlukan relatif sedikit

! @asil dapat diperoleh lebih cepat

Peme&i'saan &adiologi, bukan merupakan pemeriksaan wa+ib untuk menegakkan


diagnosa, tapi untuk e@aluasi sudah ter+adi komplikasi atau belumA

4oto thora>, apabila saat perawatan didapatkan sesak, sangat mungkin


ter+adi infeksi sekunder berupa pneumonia

4oto Polos abdomen (";4), bila diduga sudah ter+adi komplikasi

intestinal seperti perforasi usus. Gambaran yang tampak bisa distribusi


udara yang tidak merata, air fluid level, bayangan radiolusen di daerah
hepar, tanda- tanda udara bebas dalam ca@um abdomen.

18

II.S Diagnosa Banding

Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang- kadang secara klinis
dapat men+adi diagnosis banding dari demam tifoid diantaranya influenEaMcommon cold,
gastroenteritis akut, bronchitis atau bronkopneumonia bila didapatkan tanda- tanda sesak,
batuk dan demam. Pada demam tifoid yang berat sepsis, leukemia, limfoma dan penyakit
@odgkin dapat sebagai diagnosis banding.

II.0 #ompli'asi

/ecara garis besar terdapat 6 macam komplikasi yaitu komplikasi intestinal dan
komplikasi ekstra intestinal.

• 0omplikasi intestinal mencakup perdarahan intestinal dan perforasi usus. Pada


perdarahan intestinal diawali dari Peyer Patch yang mengalami infeksi terutama pada
ileum terminal dapat terbentuk tukakMluka yang berbentuk lon+ong dan meman+ang
terhadap sumbu usus. "ila luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah
maka akan ter+adi perdarahan. /elan+utnya bila tukak menembus dinding usus maka
perforasi dapat ter+adi. /elain karena faktor luka, perdarahan +uga dapat ter+adi
gangguan koagulasi darah atau gabungan keduanya. /ekitar 6$* penderita demam
tifoid dapat mengalami perdarahan minor dan tidak memerlukan tranfusi darah.
Perdarahan yang hebat dapat ter+adi hingga penderita dapat mengalami syok
hipo@ilemik. /ecara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat
perdarahan sebanyak $ mlMkgM+am dengan factor hemostasis yang masih dalam batas
normal.

Perforasi dsus ter+adi sekitar L* penderita yang dirawat. "iasanya timbul pada
minggu ketiga namun dapat pula ter+adi pada minggu pertama. /elain ge+ala umum
demam tifoid yang biasa ter+adi, penderita demam tifoid dengan perforasi usus akan
mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah lalu
menyebar ke seluruh lapang perut dan disertai tanda- tanda ileus. "ising usus
melemah, pekak hapar +uga menghilang yang menandakan adanya udara bebas dalam

19

ca@um abdomen. dntuk lebih menguatkan kea rah perforasi usus dapat dilakukan
pemeriksaan foto polos abdomen 1P dan lateral dimana akan didapatka gambaran air
fluid level dan "ayangan radiolusen pada hepar.

"ila sudah ter+adi perforasi maka harus segera diberikan antibiotik spectrum luas
untuk infeksi kuman /almonella typhi dengan kombinasi 8hloramphenicol dan
1mpisilin I7 serta untuk mengatasi kuman yang fakultatif anaerob pada flora usus
digunakan Gentamisin atau ?etronidaEole. 3alaupun +arang ter+adi pada anak- anak
namun mortalitasnya cukup tinggi bila sampai ter+adi perforasi usus.

0omplikasi e>traintestinal yang paling sering ter+adi pada anak- anak adalah
manifestasi neuropsikiatrik yang mana sering ter+adi delirium dan atau /indroma ;tak
;rganik yang lain. @al ini sering +uga disebut sebagai tifoid to>ic atau tofoid
ensefalopati.

T+5poid To6i)

Thypoid to>ic secara klinis ter+adi perubahan mental yang terdiri dari disorientasi,
kebingungan, delirium K $ hari, yang dapat diikuti denganMtanpa munculnya ge+ala
neurologis A afasia, ata>ia, perubahan refleks, kon@ulsi dan lain-lainnya. Thypoid to>ic
dapat dibagi men+adi A

! ?eningocerebral (Demam K ' hari dan men+adi delirium, setengah sadar atau tidak

sadar, selalu ada kaku kuduk. tanda kernig dapat positif atau negatif, refleks tendo
men+adi meninggi terutama 1P5, liMuor cerebro spinal normal.

! 2ncephalitis diffus (Demam tinggi diikuti penurunan kesadaran, refleks tendo dapat

positif atau menurun, refleks dinding perut negatif, rangsang meningen negatif,
setelah berlangsung lebih dari # minggu akan sembuh sempurna.

! 2ncephalitis akut (Tiba-tiba hiperpireksia, tidak sadar dan ke+ang umum 6< +am
setelah onset,bisa timbul ke+ang ulang.

! ?eningitis akut (BiMuor cerebro spinal A +ernih dengan pleositosis ringan, electro

encephalograph A gambaran encephalopati.

"isa ter+adi karena dikaitkan dengan sistem imunologis atau kekebalan seseorang.

20

Tingkatkan Pengalaman Anda '


Nilai akan membantu kami untuk
menyarankan dokumen terkait yang
lebih baik kepada semua pembaca kami!

% Bermanfaat

& Tidak
bermanfaat

II.7 Penatala'sanaan

Prinsip utama dalam pengobatan demam tifoid adalah Istirahat dan perawatan, diet
dan terapi penun+ang (simtomatik dan suportif), serta pemberian antibiotika. Pada kasus tifoid
yang berat hasus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan, eletrolit, serta nutrisi
disamping obser@asi kemungkinan penyulit.

a) Isti&a+at dan pe&a8atan bertu+uan untuk menghentikan dan mencegah penyebaran


kuman. 1nak yang menderita demam tifoid sebaiknya tirah baringM Bed rest total
dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil,
dan buang besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam
perawatan perlu sekali di+aga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang
dipakai. Posisi anak +uga perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia
ortostatik serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan di+aga.

b) Diet dan Te&api Pen*n"ang Qsimtomati' dan s*po&tifR, bertu+uan untuk


mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal. Diet merupakan hal
yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam tifoid terutama sekali
pada anak- anak, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan
giEi penderita akan semakin turun serta proses penyembuhan yang akan men+adi lama.

Pemberian diet penderita demam tifoid awalnya diberi bubur saring, kemudian
ditingkatkan men+adi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi,yang mana perubahan
diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring
tersebut ditu+ukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau
perforasi usus. @al ini disebabkan karena usus harus diistirahatkan. Pemberian
makanan padat dini terutama tinggi serat seperti sayur dan daging dapat meningkatkan
ker+a dan peristaltic usus sedangkan keadaan usus sedang kurang baik karena infeksi
mukosa dan epitel oleh kuman /almonella typhi. Pemberian makanan tinggi kalori dan
tinggi protein (T0TP) rendah serat adalah yang paling membantu dalam memenuhi
nutrisi penderita namun tidak memperburuk kondisi usus.

Terapi penun+angMsuportif lain yang dapat diberikan tergantung ge+ala yang muncul
pada anak yang sakit tersebut. Pemberian infus pada anak- anak penting tapi tidak
mutlak, mengingat resiko untuk ter+adinya phlebitis cukup tinggi. ;leh karena itu
pemberian infuse sebaiknya diberikan bagi anak yang sakit dengan intake per;ral yang

21

kurang. !enis infus yang diberikan tergantung usiaA L bln-L tahun D$ N Normal saline,
K L tahun D$ O Normal saline. !umlah pemberian infus disesuaikan dengan kebutuhan
kalori pada anak. 0ebutuhan kalori anak pada infus setara dengan kebutuhan cairan
rumatannya.

Panas yang merupakan ge+ala utama pada tifoid dapat diberi antipiretik. "ila mungkin
peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal ini adalah Paracetamol dengan
dosis #& mgMkgMkali minum, sedapat mungkin untuk menghindari aspirin dan
turunannya karena mempunyai efek mengiritasi saluran cerna dengan keadaan saluran
cerna yang masih rentan kemungkinan untuk diperberat keadaannya sangatlah
mungkin. "ila tidak mampu intake peroral dapat diberikan @ia parenteral, obat yang
masih dian+urkan adalah yang mengandung ?ethamiEole Na yaitu antrain atau
No@algin.

c) Anti%ioti'a

8hloramphenicol, merupakan antibiotik pilihan pertama untuk infeksi tifoid fe@er


terutama di Indonesia. Dosis yang diberikan untuk anak- anak $&-#&& mgMkgMhari
dibagi men+adi < dosis untuk pemberian intra@ena biasanya cukup $& mgMkgMhari.
Diberikan selama #&-#< hari atau sampai % hari setelah demam turun. Pemberian Intra
?uskuler tidak dian+urkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan
tempat suntikan terasa nyeri. Pada kasus malnutrisi atau didapatkan infeksi sekunder
pengobatan diperpan+ang sampai 6# hari. 0elemahan dari antibiotik +enis ini adalah
mudahnya ter+adi relaps atau kambuh, dan carier.

8otrimo>aEole, merupakan gabungan dari 6 +enis antibiotika trimetoprim dan


sulfameto>aEole dengan perbandingan #A$. Dosis Trimetoprim #& mgMkgMhari dan
/ulfameto>EaEole $& mgMkgMhari dibagi dalam 6 dosis. dntuk pemberian secara syrup
dosis yang diberikan untuk anak <-$ mgMkgMkali minum sehari diberi 6 kali selama 6
minggu. 2fek samping dari pemberian antibiotika golongan ini adalah ter+adinya
gangguan sistem hematologi seperti 1nemia megaloblastik, Beukopenia, dan
granulositopenia. Dan pada beberapa Negara antibiotika golongan ini sudah
dilaporkan resisten.

22

1mpicillin dan 1mo>icillin, memiliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan


dengan chloramphenicol dan cotrimo>aEole. Namun untuk anak- anak golongan obat
ini cenderung lebih aman dan cukup efektif. Dosis yang diberikan untuk anak #&&-6&&
mgMkgMhari dibagi men+adi < dosis selama 6 minggu. Penurunan demam biasanya
lebih lama dibandingkan dengan terapi chloramphenicol.

/efalosporin generasi ketiga (8eftria>one, 8efota>im, 8efi>ime), merupakan pilihan


ketiga namun efektifitasnya setara atau bahkan lebih dari 8hloramphenicol dan
8otrimo>aEole serta lebih sensiti@e terhadap /almonella typhi. 8eftria>one
merupakan prototipnya dengan dosis #&& mgMkgMhari I7dibagi dalam #-6 dosis
(maksimal < gramMhari) selama $-% hari. 1tau dapat diberikan cefota>im #$&-6&&
mgMkgMhari dibagi dalam L-< dosis. "ila mampu untuk sediaan Per ;ral dapat
diberikan 8efi>ime #&-#$ mgMkgMhari selama #& hari.

d) Te&api pen5*lit

Pada demam tifoid to>ic diberikan terapi tambahan kortikosteroid I7 (de>ametasone) L


mgMkg dalam L& menit untuk dosis awal, dilan+utkan # mgMkg tiap ' +am sampai <H +am.

dntuk demam tifoid dengan penyulit perdarahan usus kadang- kadang diperlukan
tranfusi darah. /edangkan yang sudah ter+adi perforasi harus segera dilakukan
laparotomi disertai penambahan antibiotika metronidaEol.

II.1/ Pen)ega+an

Pencegahan demam tifoid sangatlah penting, selain utntuk meningkatkan kualitas


kesehatan masyarakat pencegahan +uga berperan dalam mengurangi penderita carier sehingga
resiko penulara nnya akan berkurang. pang terpenting adalah hygiene pribadi dengan
men+aga kebersihan dan kualitas makanan yang dikonsumsi. ?acam- macam pencegahan
untuk demam tifoid antara lainA

• Pre@entif dan control penularan, merupakan tindakan pencegahan penularan dan


peledakan 0asus Buar "iasa (0B") demam tifoid. ?encakup kuman /almonella
typhi, faktor pe+amu, serta faktor lingkungan. /ecara garis besar ada L strategi pokok
untuk memutuskan tranmisi tifoidA

23

o Identifikasi dan eradikasi /almonella typhi pada pasien Tifoid 1simtomatik,


carier, dan akut. 8ara pelaksanaannya dapat secara aktif yaitu mendatangi
sasaran maupun pasif menunggu. /asaran aktif lebih diutamakan pada
populasi tertentu terutama anak- anak yang tinggal di lingkungan padat dengan
sanitasi yang kurang.

o Pencegahan transmisi langsung dari penderita terifeksi /almonella typhi akut


maupun carier.

o Proteksi pada orang yang beresiko tinggi tertular dan terinfeksi

• 7aksinasi. 7aksin tifoid pertama kali ditemukan tahun #HI' dan setelah tahun #I'&
efektifitas @aksinasi telah ditegakkan, keberhasilan proteksi sebesar $#-HH* (3@;).
!enis @aksin ada yang berisi kuman Salmonella typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B
yang dimatikan (T1" @accine) telah puluhan tahun digunakan dengan cara pemberian
/ub 0utan, namun daya kekebalannya terbatas, disamping efek samping lokal pada
tempat suntikan yang cukup sering. 7aksin yang berisi kuman /almonella typhi hidup
yang dilemahkan disebut A Ty6#a (@i@otif "erna) pemberiannya secara ;ral belum
beredar di Indonesia, parenteralA 7i8P/ (Typhim 7iMPasteur ?erineu>) yang
merupakan @aksin kapsul polisakarida.

Pada beberapa penelitian @aksin oral Ty6#a diberikan L> secara bermakna dengan
selang # hari (hari #,L,$) dapat memberi daya perlindungan selama ' tahun. dsia

Apa itu Scribd?


sasaran @aksinasi berbeda efekti@itasnya, untuk anak usia K #& tahun insiden yang
turun dapat sebesar $L* sedangkan anak usia $-I tahun insiden turun sebesar #%*. (
Imunisasi ulangan dilakukan tiap L-$ tahun. 7aksin +enis ini diberikan pada anak

Jutaan judul di ujung jari Anda


berumur diatas 6 tahun. 7aksin oral ini pada umumnya diperlukan untuk turis yang
akan berkun+ung ke daerah endemis tifoid.

Hanya
Beranda Rp70,000/bulan.
7aksin parenteral Buku
non Batalkan
aktif relatif lebih seringBuku audio
menyebabkan kapan saja.
Dokumen
reaksi efek samping serta
tidak seefektif dibandingkan dengan pemberian peroral. Diberikan pada usia K 6 tahun

Anda mungkin juga menyukai