Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi
endemis di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, Oceana dan jarang terjadi di
Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data World Health Organization (WHO,
2010) terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus tifoid diseluruh dunia dan
diperkirakan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit
ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus tifoid ini, dan terdapat 13 juta
kasus dengan 400.000 setiap tahunnya. 91% kasus tifoid menyerang anak-
anak usia 3-19 tahun dan angka kematian 20.000/ tahunnya. Di Indonesia
14% demam enteris ini disebabkan oleh S. Paratyphi A (Suratun2010, h 120).
Menurut WHO (2012) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di
Indonesia saat ini ada 600.000 – 1,3 juta setiap tahunnya dengan lebih dari
20.000 kematian. Rata- rata di Indonesia, orang yang berusia 3-19 tahun
memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus demam tifoid.
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, demam tifoid menempati
urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak dari pasien rawat inap di rumah
sakit,yaitu sebanyak 41.081 kasus dan yang meninggal 274 orang dengan
CaseFatality Rate tertinggi sebesar 0,67%. Pada kasus tifoid data yang
diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 memperlihatkan
bahwa prevalensi demam tifoid sebesar 635.60 kasus yang tersebar diseluruh
kabupaten dengan prevalensi yang berbeda di setiap tempat. Demam tifoid
menurut karakteristik responden tersebar merata pada setiap umur, akan tetapi
prevalensi demam tifoid banyak ditemukan pada umur (5-14 tahun)
sebesar1,9% dan paling rendah pada bayi sebesar 0,8%. Prevalensi demam
tifoid menurut tempat tinggal paling banyak di pedesaan dibandingkan
perkotaan,dengan pendidikan rendah dan dengan jumlah pengeluaran rumah
tangga rendah ( Rikesda, 2007 ).

1
Menurut Ranuh (2013) demam tifoid adalah penyakit infeksi
yanglazim didapatkan di daerah tropis dan subtropis dan sangat erat kaitannya
dengan sanitasi yang jelek di suatu masyarakat. Penularan penyakit ini lebih
mudah terjadi di masyarakat yang padat seperti urbanisasi di negara yang
sedang berkembang dimana sarana kebersihan lingkungan dan air minum
bersih belum terpenuhi. Oleh karena itu penyakit demam tifoid mudah
menyebar melalui makanan dan minuman yang tercemar melalui lalat, dan
serangga. Sumber utamanya hanyalah manusia. Penularan terjadi melalui air
atau makanan yang tercemar kuman salmonella secara langsung maupun tidak
langsung yang erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan perorangan.
Demikian juga cara mencuci bahan makanan (segala macam makanan)
dengan air yang tercemar akan mempermudah penularan demam tifoid apabila
tidak dimasak dengan baik. Demikian juga apabila penyakit demam tifoid
tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan berbagai komlpikasi.
Komplikasi yang dapat muncul akibat demam tifoid yang tidak segera
ditangani adalah dapat terjadi perdarahan dan perforasi usus, yaitu sebanyak
0,5 – 3% yang terjadi setelah minggu pertama sakit. Komplikasi tersebut
dapat ditengarai apabila suhu badan dan tekanan darah mendadak turun dan
kecepatan nadi meningkat. Perforasi dapat ditunjukkan lokasinya dengan
jelas, yaitu di daerah distal ileum disertai dengan nyeri perut, muntah-muntah
dan adanya gejala peritonitis yang dapat berlanjut menjadi sepsis, komplikasi
lain yaitu pneumonia dan bronchitis. Komplikasi ini ditemukan sekitar 10%
pada anak-anak. Komplikasi lain yang lebih berat dengan akibat fatal adalah
apabila mengenai jantung (myocarditis) dengan arrhytmiasis, bloksinoarterial,
perubahan ST-T pada elektrokardiogram atau cardiogenic shock. Prognosa
tergantung dari pengobatan yang tepat dan cepat (Ranuh, 2013, h184).
Tingginya kasus tifoid dan komplikasi yang dapat berakibat kematian
serta mudahnya penularan penyakit tifoid membutuhkan peran petugas
kesehatan termasuk untuk menurunkan angka kejadian demam tifoid. Perawat
dapat melakukan berbagai cara diantaranya, yaitu: a) Peran Promotif adalah

2
memberikan penyuluhan melaui pendidikan kesehatan tentang penyakit tifoid.
b) Peran preventif adalah perawat bekerja sama dengan keluarga dan
masyarakat bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan terutama
kebersihan diri baik makanan serta minuman yang dikonsumsi sehari-hari hal
ini juga mencegah agar tidak berulannya kembali penyakit tersebut. c) Peran
kuratif adalah dilakukan pemeriksaan setelah itu berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam pemberian terapi obat agar hasilnya lebih efektif. d)
Peran rehabilitatif adalah memberitahu orang tua agar selalu menjaga
kebersihan diri, lingkungan serta makanan dan minuman agar proses
penyembuhan dapat berjalan efektif.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD dr. Rasidin Padang
didapatkan pada tahun 2017 sampai dengan oktober 2018 dengan data sebagai
berikut: pada tahun 2017 jumlah pasien penderita typoid sebanyak 16 orang,
terdiri dari pasien laki-laki 8 orang dan pasien perempuan 8 orang. sedangkan
pada bulan januari sampai dengan oktober 2018 sebanyak 17 orang, terdiri
dari pasien laki-laki sebanyak 10 orang dan pasien perempuan 7 orang dengan
kasus typoid. Dari dua tahun terakhir, penderita typoid kebanyakan adalah
usia 5-12 tahun dan penderita terbanyak adalah laki-laki.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Demam Typoid di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Rasidin
Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya pengkajian pada klien dengan Demam Typoid di
Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang.
b. Teridentifikasinya Diagnosa Keperawatan pada klien dengan Demam
Typoid di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang.

3
c. Teridentifikasinya Rencana Keperawatan pada klien dengan Demam
Typoid di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang.
d. Teridentifikasinya Implementasi pada klien dengan Demam Typoid di
Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang
e. Teridentifikasinya evaluasi pada klien dengan Demam Typoid di
Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Demam tifoid (typus abdominalis, enteric fever) adalah infeksi
sistemik yang disebabkan kuman salmonella enterika, khususnya varian -
varian turunannya, yaitu salmonella typhi, Paratyphi A, Paratyphi B
danParatyphi C. Kuman-kuman tersebut menyerang pencernaan, terutama
diperut dan usus. Demam tifoid sendiri merupakan penyakit infeksi akut yang
sering ditemukan dimasyarakat (endemik) Indonesia. Penderita juga beragam
mulai dari usia balita, anak-anak, dan dewasa (Suratun & Lusianah 2010, h
225).
Menurut Widagdo (2011) demam tifoid ialah suatu sindrom sistemik
yang terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan
jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah
demam paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S.
Schottmuelleri(semula S. Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S.
Paratyphi C). Demam tifoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan
demam enterik yang lain. Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
penyakit demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang
manusia khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan atau
minuman yang tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih
dari satu minggu,gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih diperburuk
dengan gangguan penurunan kesadaran.

B. ETIOLOGI
Menurut Suratun & Lusianah (2010) etiologi dari demam tifoid
disebabkan oleh Salmonella typhi (S. Typhi), Paratyphi A, Paratyphi B, and
Paratyphi C. Salmonella typhi merupakan basil gram negatif, berflagel dan

5
tidak berspora, anaerob fakultatif masuk ke dalam keluarga
enterobacteriaceae, panjang 1-3 um dan lebar 0.5-0.7 um, berbentuk batang
single atau berpasangan. Salmonella hidup dengan baik pada suhu 37°C dan
dapat hidup pada air steil yang beku dan dingin, air tanah, air laut dan debu
selama berminggu-minggu, dapat hidup berbulan-bulan dalam telur yang
terkontaminasi dan tiram beku. Parasit hanya pada tubuh manusia. Dapat
dimatikan pada suhu 60°C selama 15 menit. Hidup subur pada medium yang
mengandung garam empedu. S typhi memiliki 3 macam antigen O (somatic
berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam
serum penderita demam tifoid akan berbentuk antibodi terhadap ketiga macam
antigen tersebut.

C. PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai
cara,yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari
tangan/kuku),Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan
muntah pada penderita tifoid dapat menularkan kuman salmonella typhi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang
sehat. Apabila makanan tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya
seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar salmonella typhi masuk
ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotetial. Sel-sel
retikuloendotetial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah
dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus
dan kandung empedu (Padila 2013, h187).
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada tifoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian sperimental disimpulkan

6
bahwa endotoksemia bukan penyebab utama demam pada tifoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis tifoid, karena membantu
prosesinflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella
thypi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang (Padila 2013, h187).

7
D. PATHWAY
Salmonella typhi

Basil masuk bersama makanan / minuman yang terkontaminasi

Terjadi infeksi pada saluran pencernaan

Anoreksia , mual, muntah diserap usus halus

Kehilangan volume cairan secara aktif melalui pembuluh limfe


masuk kedalam
pembuluh darah

Deficit volume cairan masuk ke organ tubuh


terutama hati dan limfe

Nyeri akut Basil yang tidak dihancurkan


berkembang biak dalam hati
dan limfe akan membesar

Kurang informasi masuk kembali dalam


darah(endotoksin)

Deficit pengetahuan/ cemas (bakterimia) akan menyebar ke


seluruh tubuh

Hipertermia basil ke dalam kelenjar limfoid


usus halus timbul tukak
berbentuk lonjong pada mukosa
diatas plak penyeri

Perdarahan dan perforasi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


(padila, 2013)

8
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Ardiansyah (2012) gejala klinis demam tifoid pada anak
biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-
20 hari. Masa tunas tersingkat 4 hari, jika infeksi terjadi melalui makanan.
Sedangkan masa tunas terlama berlangsung 30 hari, jika infeksi melalui
minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat,yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis sebagai
berikut:
1. Demam
Demam berlangsung selama tiga minggu, bersifat febris
remiten,dan dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi. Selama
minggu pertama, suhu berangsur-angsur meningkat, biasanya turun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada soredan malam hari. Pada
minggu kedua,penderita terus demam dan pada minggu ketiga demam
penderita berangsur-angsur normal.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut
kembung,hati dan limpa membesar, disertai nyeri pada perabaan.
3. Gangguan kesadaran
Kesadaran menurun, walaupun tidak terlalu merosot, yaitu
apatis sampai samnolen (keinginan untuk tidur dan terus tidur). Di
samping gejala-gejala tersebut, pada punggung dan anggota gerak juga
dijumpai adanya roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli
basil dalam kapiler kulit.

9
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2006) pemeriksaan penunjang demam
tifoid adalah:
1. Pemeriksaan darah tepi
Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia
2. Pemeriksaan sumsum tulang
Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang
3. Biakan empedu
Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil
salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul -
betul sembuh
4. Pemeriksaan widal
Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan
titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna
untuk menegakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi setelah
dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.

G. Komplikasi
Komplikasi dari demam tifoid menurut Riyadi (2010) & Ngastiyah
(2012) dapat dibagi dalam intestinal dan ekstra intestinal. Komplikasi
intestinal diantaranya ialah :
1. Perdarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri
perut dengan tanda-tanda ranjatan.
2. Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya

10
dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga peritoneum, yaitu pekak
hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada
foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
3. Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat dan
dinding abdomen tegang. Komplikasi ekstra intestinal diantaranya
ialah :
a. Komplikasi cardiovaskuler: miakarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombusta penia dan
sindromurenia hemolitik
c. Komplikasi paru: premonia, emfiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitaris.
e. Komplikasi ginjal: glumerulonetritis, prelene tritis, dan perine
pitis.
f. Komplikasi tulang: ostieomilitis, spondilitis, dan oritis.

H. Penatalaksanaan
Menurut Suratun & Lusianah (2010) pengobatan / penatalaksanaan
pada penderita Demam tifoid adalah sebagai berikut:
1. Istirahat ditempat tidur, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan minimal 7/14 hari. Mobilisasi bertahap, sesuai dengan
pulihnya keadaan pasien. Tingkatkan hygiene perseorangan,
kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh
pasien. Ubah posisi minimal tiap 2 jam untuk menurunkan resiko
terjadi dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan
karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin, isolasi
penderita dan desinfeksi pakaian dan eksreta pasien.

11
2. Diet dan terapi penunjang, diet makanan harus mengandung cukup
cairan dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap mulai dari
bubur saring bubur kasar hingga nasi. Diet tinggi serat akan
meningkatkan kerja usus sehingga resiko perforasi usus lebih tinggi.
3. Pemberian antibiotika, anti radang anti inflamasi dan anti piretik.
a. Pemberian antibiotika
 Amoksilin 100 mg/hari, oral selama 10 hari.
 Kotimoksazol 6 mg/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis
selama 10 hr
 Seftriakson 80 mg/hari, IV atau IM, sekali sehari
selama 5 hari.
 Sefiksim 10 mg/hari, oral dibagi dalam 2 dosis selama
10 hari.
 Untuk anak pilihan antibiotika yang utama adalah
kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi
pemberantasan/ eradikas kuman serta waktu perawatan
dipersingkat.
b. Anti radang (antiinflamasi). Kortikosteroid diberikan pada
kasus berat dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1-3
mg/hari IV, dibagi dalam 3 dosis hingga kesadaran membaik.
c. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol.
d. Antiemetik untuk menurunkan keluhan mual dan muntah
pasien.
I. Asuhan Keperawatan
1. Fokus pengkajian
Menurut Ardiansyah (2012) adalah sebagai berikut:
a. Identitas
b. Riwayat Sesehatan Sekarang

12
Tanyakan mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan
utama pasien, sehingga dapat ditegakan prioritas masalah
keperawatan yang dapat muncul.

c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau
penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit sistem
pencernaan, sehingga menyebabkan penyakit demam tifoid.
d. Riwayat Tumbuh Kembang
Yang dimaksud dengan riwayat tumbuh kembang adalah
kelainan – kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan
dan pertumbuhan seseorang yang dapat mempengarui keadaan
penyakit, misalnya pernah ikterus saat proses kelahiran yang
lama atau lahir prematur. Kelengkapan imunisasi pada form
atau daftar isian yang tersedia tidak terdapat isian yang
berkaitan dengan tumbuh kembang.
e. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital
2) Konjungtiva anemis, kondisi lidah khas (selaput putih
kotor,ujung dan tepi lidah berwarna kemerahan), napas
berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, dan
hidung-hidung terjadi epistaksis.
3) Perut kembung (meteorismus), hepatomegali,
splenomegali, dan nyeri tekan
4) Sirkulasi bradikardi dan gangguan kesadaran.
5) Terdapat bintik-bintik kemerahan pada kulit punggung
dan ekstremitas.
f. Pemeriksaan Diagnostik

13
Untuk menegakan diagnosis penyakit demam tifoid, perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup
pemeriksaan pemeriksaan sebagai berikut:
1) Darah tepi
 Terdapat gambaran leucopenia.
 Limfositosis retalif.
 Emeosinofila pada permulaan sakit.
 Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia
ringan.
Hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu
menentukan penyakit secara tepat.
2) Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan positif apabila terjadi reaksi aglutinasi.
Apabila titer lebih dari 1/80, 1/160 dan seterusnya,
maka hal ini menunjukan bahwa semakin kecil titrasi
berarti semakin berat penyakitnya.
3) Pemeriksaan darah untuk kultur (Biakan Empedu).

2. Diagnosa Keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1 Hipertermi Thermoregulation Fever treatment
berhubungan Criteria hasil:  Monitor suhu
dengan proses  Suhu tubuh dalam sesering mungkin
inflamasi usus rentang normal  Monitor IWL
36,5-37,5 °C  Monitor warna dan
 Nadi dan RR suhu kulit
dalam rentang  Monitor tekanan
normal 16-20 darah, nadi dan RR
 Monitor penurunan
x/menit
tingkat kesadaran
 Tidak ada  Monitor WBC, Hb,
perubahan warna dan Hct

14
kulit dan tidak ada  Monitor intake dan
pusing, merasa outpu
nyaman  Berikan anti piretik
 Berikan
pengobatan untuk
mengatasi
penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid
sponge
 Berikan cairan
intravena
 Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
 Tingkatkan
sirkulasi udara
 Berikan
pengobatan untuk
mencegah
terjadinya
menggigil
Temperature regulation
 Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
 Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
 Monitor TD, nadi,
dan RR
 Monitor warna dan
suhu kulit
 Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada
pasien cara

15
mencegah
keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
 Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
 Berikan anti piretik
jika perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas
dari nadi
 Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru

16
 Monitor pola
pernapasan
abnormal
 Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
2 Ketidakseimbangan Nutritional Status : food Nutrition Management
nutrisi kurang dari and Fluid Intake  Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan makanan
berhubungan tindakan keperawatan  Kolaborasi dengan
dengan anoreksia diharapkan masalah ahli gizi untuk
menentukan
keperawatan dapat teratasi
jumlah kalori dan
dengan criteria hasil: nutrisi yang
 Adanya dibutuhkan pasien.
peningkatan berat  Anjurkan pasien
badan sesuai untuk
dengan tujuan meningkatkan
Berat badan ideal intake Fe
sesuai dengan  Anjurkan pasien
tinggi badan untuk
 Mampu meningkatkan
mengidentifikasi protein dan vitamin
kebutuhan nutrisi. C.
 Tidak ada tanda  Berikan substansi
tanda malnutrisi. gula
 Tidak terjadi  Yakinkan diet yang
penurunan berat dimakan
badan yang berarti mengandung tinggi
serat untuk
mencegah

17
konstipasi
 Berikan makanan
yang terpilih (
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
 Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
 Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam
batas normal
 Monitor adanya
penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan.
 Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan.
 Monitor
lingkungan selama
makan.
 Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
 Monitor kulit
kering dan
perubahan

18
pigmentasi
 Monitor turgor
kulit
 Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht.
 Monitor makanan
kesukaan
 Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan.
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva.
 Monitor kalori dan
intake nuntrisi.
 Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
3 Ganguan Keseimbangan cairan Keseimbangan cairan
keseimbangan Setelah dilakukan
cairan berhubungan tindakan keperawatan  Pantau warna,
dengan out put diharapkan masalah jumlah dan
berlebih keperawatan dapat teratasi frekuensi
kehilangan cairan
dengan criteria hasil:
 Observasi
 Status mental khususna terhadap
normal kehilangan cairan
 Turgor kulit dan yang tinggi
lidah normal elektrolit

19
 jumnlah urin  Pantau perdarahan
normal  Identifikasi factor
 Penurunan pengaruh terhadap
pengisian vena bertambah
 Kulit dan buruknya
membrane mukosa dehidrasii
lembab  Pantau hasil
 Hematokrit normal laboratorium yang
 Suhu tubuh relevan dengan
normal. keseimbangan
 frekuensi nadi, cairan
penurunan TD,  Kaji adanya
penurunan volume vertigo atau
dan tekanan nadi hipotensi postural
normal  Kaji orientasi
 berat badan yang terhadap orang,
normal tempat dan waktu
 tidak merasa  Cek arahan lanjut
Kelemahan klien untuk
menentukan
apakah
penggantian cairan
pada pasien sakit
terminal tepat
dilakukan

Manajemen cairan
 Pantau status
hidrasi
 Timbang berat
badan setiap hari
dan pantau
kecenderungannya
 Pertaruhkan
keakuratan catatan
asupan
4 Intoleran aktifitas Energy conservation Energy Management
berhubungan · Self Care : ADLs  Observasi adanya
dengan keletihan Setelah dilakukan pembatasan klien
fase penyakit tindakan keperawatan dalam melakukan
thypoid diharapkan masalah aktivitas
 Dorong anal untuk
keperawatan dapat teratasi
mengungkapkan
dengan criteria hasil: perasaan terhadap

20
 Berpartisipasi keterbatasan
dalam aktivitas  Kaji adanya factor
fisik tanpa disertai yang menyebabkan
peningkatan kelelahan
tekanan darah,  Monitor nutrisi
nadi dan RR dan sumber energi
 Mampu tangadekuat
melakukan  Monitor pasien
aktivitas sehari akan adanya
hari (ADLs) kelelahan fisik dan
secara mandiri emosi secara
berlebihan
 Monitor respon
kardivaskuler
terhadap aktivitas
 Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
 Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang
tepat.
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
 Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk
mendpatkan alat

21
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
 Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual
5 Cemas berhubungan NOC : NIC :
dengan kurang Teaching : disease
pengetahuan tentang  Kowlwdge : disease Process
penyakitnya process  Berikan penilaian
 Kowledge : health tentang tingkat
Behavior pengetahuan pasien
Setelah dilakukan tentang proses penyakit
tindakan keperawatan yang spesifik
 Jelaskan patofisiologi
diharapkan masalah
dari penyakit dan
keperawatan dapat teratasi bagaimana hal ini
dengan criteria hasil: berhubungan dengan
 Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,
menyatakan dengan cara yang tepat.
pemahaman tentang  Gambarkan tanda dan
penyakit, kondisi, gejala yang biasa
prognosis dan muncul pada penyakit,
program pengobatan dengan cara yang tepat.
 Pasien dan keluarga  Gambarkan proses
mampu melaksanakan penyakit, dengan cara
prosedur yang yang tepat

22
dijelaskan secara  Identifikasi
benar kemungkinan
 Pasien dan keluarga penyebab, dengna cara
mampu menjelaskan yang tepat
kembali apa yang  Sediakan informasi
dijelaskan perawat/tim pada pasien tentang
kesehatan lainnya kondisi, dengan cara
yang tepat
 Hindari harapan yang
kosong
6. Perubahan nutrisi Nutritional status  Bina hubungan
kurang dari dengan keluarga
kebutuhan tubuh Nutritional status: Food klien
berhubungan and fluid intake  Jelaskan keluarga
klien mengenai
dengan intake
1. Nutritional status: pentingnya
makanan yang tidak pemberian
adekuat nutrient intake
makanan,
2. Weight control penambahan berat
badan dan
Kriteria Hasil: kehilagan berat
badan
 Adanya  Jelaskan kelurga
peningkatan berat klien tentang
badan sesuai kondisi berat badan
dengan tujuan. klien
 Berat badan ideal  Jelaskan resiko
sesuai dengan dari kekurangan
tinggi badan. berat badan
 Mampu  Berikan motivasi
mengidentifikasi keluarga klien
kebutuhan nutrisi untuk
 Tidak ada tanda meningkatkan
malnutrisi berat badan klien
 Menunjukan  Pantau porsi
peningkatan fungsi makan klien
pengecapan dari  Anjurkan klien
menelan makan teratur
 Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
1. Data Identitas
Nama : An. G Tgl masuk: 12 Oktober 2018
TTL : Padang/ 12 Nov 2007 Tgl pengkajian: 12 Oktober
Usia : 11 tahun 11 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Pelajar
Alamat : Kalumbuk Padang
Nama Ayah : Tn. T
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Ny. E
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
2. Keluhan Utama : Demam ± 10 hari yang lalu
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan 10 hari yang lalu klien badannya panas
sebelumnya klien sudah diperiksa ke bidan di dekat rumah, tapi klien tidak
ada perubahan klien masih panas, Kemudian klien dibawa ke Poliklinik
RSUD dr. Rasidin Padang pada tanggal 12 Oktober 2018 jam 08.00 WIB
dan disarankan untuk dirawat inap diruang rawat Anak Class II.

Keluhan pada saat pengkajian


Pada saat pengkajian tanggal 12 Oktober 2018, pukul 10.30 WIB. Klien
mengatakan masih panas, klien mengatakan bab keras 1 x selama 10 hari
ini, klien mengatakan klien makan hanya habis ¼ porsi, klien tampak

24
lemas, kulit teraba hangat, wajah tampak kemerahan, tekanan darah 90/70
mmHg, nadi 104 x/menit, RR 24 x/menit, suhu 36°C, mukosa bibir kering,
turgor kulit ± 1 detik, BB 35 kg, TB 147 cm.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit pada waktu kecil
Ibu klien mengatakan baru pertama kali anaknya masuk rumah sakit dan
sebelumnya klien belum pernah menderita penyakit tersebut.
b. Obat – obatan yang digunakan
Ibu klien mengatakan klien tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun.
c. Tindakan Operasi
Ibu klien mengatakan klien belum pernah menjalani tindakan operasi.
d. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi lengkap.
e. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan yang
serius.
5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Kemandirian dan bergaul
An.G mengatakan suka bermain dengan teman sebayanya baik
dilingkungan rumah maupun sekolah
b. Motorik halus
Ibu klien mengatakan klien tumbuh dan berkembang sesuai usianya.
c. Kognitif dan bahasa
Ibu klien mengatakan klien dalam sehari-harinya menggunakan bahasa
minang.
d. Motorik kasar
Ibu klien mengatakan klien tumbuh dan berkembang sesuai tahapan
usianya.

25
6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggal Serumah

7. Pola Kesehatan
a. Pola persepsi kesehatan – manajemen (pemeliharaan kesehatan)
Ibu klien mengatakan bahwa sudah mengetahui penyakit yang
diderita ananknya yaitu tifoid, tetapi belum tahu tentang
perawatannya.
b. Pola metabolisme nutrisi
Sebelum sakit :
Makan pagi : Habis 1 porsi (nasi + lauk)
Makan siang : Habis 1 porsi (nasi + lauk)
Makan malam : Habis 1 porsi (nasi + sayur + lauk)

26
Selama sakit :
Makan pagi : Habis ¼ porsi (bubur + lauk)
Makan siang : Habis ¼ porsi (bubur + sayur + lauk)
Makan malam : Habis ¼ porsi (bubur + lauk)
Kudapan : buah
Minum : ±5 gelas

Masalah : Ada
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Bak Bab
Frekuensi : +- 5 x/hari Frekuensi : 1 x/hari
Jumlah urin : (900cc) Jumlah feses : (-)
Warna : kekuningan Warna : kuning
Bau : khas urine Konsistensi : lunak
Selama sakit
Bak Bab
Frekuensi : ± 5-6 x/hari Frekuensi : blm ada

Jumlah urin : (-) Jumlah feses : (-)


Warna : kekuningan warna :
Bau : khas urin Konsistensi :
Masalah : tidak ada Masalah : 10 hari belum BAB
d. Pola aktivitas latihan
Klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dibantu oleh orang tua.
Tingkat fungsi aktivitas II ( dibantu oleh orang lain ).
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit Selama sakit :
Tidur siang : ±2 jam Tidur siang : ±3 jam
Tidur malam : ±8 jam Tidur malam : ±8 jam
Masalah : tidak ada

27
f. Pola persepsi kognitif
Ibu klien mengatakan belum tau cara penanganan penyakit yang
diderita anannya.
g. Pola hubungan social
Ibu klien mengatakan klien mudah akrab dalam bergaul dan
bermain dengan teman sebayanya.
h. Pola pemecahan masalah mengatasi stress
a) Stressor : Penyakit dan perawatan di RS
b) Metode koping yang biasa digunakan : Keluarga selalu
memberikan motivasi agar anaknya cepat sembuh
c) Sistem pendukung : Bapak dan Ibu
i. Sistem kepercayaan nilai-nilai
Ibu klien mengatakan tidak ada kepercayaan yang bertentangan
dengan kesehatan.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmetis
c. Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/70 mmhg
Nadi : 104 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 38,3°C
d. Tinggi Badan : 147 cm
Berat Badan : 40 kg (Sebelum sakit)
Berat Badan : 35 kg (sesudah sakit)
e. Kepala
Inspeksi : rambut hitam, bulat, tidak ada benjolan, tidak ada
luka
f. Mata
Inspeksi :simetris, tidak cekung, konjungtiva anemis

28
g. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada perdarahan
Palpasi : tidak teraba benjolan
h. Mulut
I : Mukosa bibir kering, lidah kotor
i. Telinga
I : simetris, bersih, tidak ada secret
j. Tengkuk
I : tidak ada luka, tidak ada kelainan
k. Dada
I : simetris, tidak ada luka, tidak ada keluhan
l. Jantung
I: tidak ada pembesaran jantung ( iktus cordis ics 5 )
P: tidak ada benjolan
P: pekak
A: suara jantung normal
m. Paru
I : simetris, gerakan naik turunnya sama
P: tidak ada benjolan
P: sonor
A: vesikuler
n. Perut
I : simetris, tidak ada luka
A : terdengar bising usus normal 12x/i
P : tidak ada benjolan
P : tympani
o. Punggung
I : tidak ada kelainan
p. Genetalia
I: tidak terpasang kateter

29
q. Ekstremitas
I : tidak ada luka, pada tangan kiri terpasang infus Ka En 1b 14
tts (makro)
r. Kulit
Turgor kulit ( dicubit kembali ±1 detik)

Medical Management
a. IVF, O2 terapi
Medical Tanggal Penjelasan Secara Indikasi Dan Respon
Management Terapi Umum Tujuan Pasien

Infus KaEn 12 Okt 2018 Merupakan cairan Untuk Pasien


1b 14 tts, KaEn 1b memenuhi bersedia
makro kebutuhan untuk diinfus
cairan tubuh
O2 terapi - Tidak ada terpakai
O2

b. obat-obatan
Respon
Tgl Cara, Dosis,
Nama Obat Pasien
Terapi Frekuensi
Paracetamol 12 – 14 Okt 2018 Tablet dosis 3 x Klien tidak
500mg alergi
Curcuma 12 – 14 Okt 2018 Tablet dosis 3 x Klien tidak
sehari alergi
Chlorampenicol 12 – 13 Okt 2018 Tablet dosis 4 x 500 Klien tidak
mg alergi
Cefotaxime 14 Okt 2018 2 x 1 gram Klien tidak
alergi

Prosedur Diagnostik dan Laboratorium


Prosedur Tgl Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Diagnostic pemeriksaan
Pemeriksaan 12 Oktober Hemoglobin 13,3 12 - 14 Gr/100ml
darah 2108, jam Leukosit 4800 4.000– 10.000 /mm3

30
lengkap 08.30 wib Hematokrit 37 – 43 %
39
Thrombosit 150. 000 - /mm3
361.000
450.000
Widal
Widal type O 1/160
Widal type H
1/320
Wdl type AH

II. ANALISA DATA KEPERAWATAN


Tanggal Symptom Problem Etiologi
12 Okt Ds: Hipertermi Proses Infeksi
2018  klien mengatakan Salmonella
suhu meningkat pada
thypi
sore dan malam hari
 ibu klien mengatakan
demam naik turun
Do:
 Kulit teraba hangat
 Suhu: 38,3°C
 TD: 90/70 mmHg
 RR: 24x/i
 Nadi: 104x/i
 Wajah tampak
kemerahan
 Widal: tipe O : +1/320
H : +1/160
12 Ds: Ketidakseimbangan Anoreksia
Oktober  Klien mengatakan nutrisi kurang dari
nyeri saat menelan
2018 kebutuhan tubuh
 Klien mengatakan
mual dan tidak nafsu
makan
Do:
 BB sesudah : 35 kg

31
 BB sebelum: 40 kg
 TB : 147 cm
 IMT : 10,2
 Makan tidak
dihabiskan
 Klien tampak lemah
dan lemas
 Konjungtiva anemis
 Klien hanya
menghabiskan 4 sdm
atau ¼ porsi makanan
yang disediakan

12 Ds : Cemas Kurangnya
Oktober  Orang tua klien pengetahuan
mengatakan cemas dan
2018 pasien dan
khawatir dengan
penyakit anaknya. keluarga tentang
penyakitnya
Do :
 Klien tampak lemas
 Klien dan keluarga
sering menanyakan
tantang penyakitnya

C. MASALAH KEPERAWATAN

NO Tanggal Muncul Diagnosa Keperawatan


Hipertermi berhubungan dengan Proses Infeksi
1. 12 Oktober 2018
Salmonella Thypi
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
2. 12 Oktober 2118
berhubungan dengan anoreksia
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
3. 12 Oktober 2018
dan keluarganya tentang penyakit

32
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosis
Tanggal NOC NIC
Keperawatan
12 Hidration Temperature regulation
Oktober (pengaturan suhu)
2018 1. Adherence behavior
2. Immune status 1. Monitor suhu minimal tiap
3. Risk control dua jam
4. Risk detection 2. Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Kriteria hasil: 3. Monitor tekanan darah,
nadi dan respiratory rate
1. Keseimbangan antara 4. Monitor warna dan suhu
produksi panas, panas kulit
yang diterima, dan 5. Monitor tanda-tanda
kehilangan panas hipertermi dan hipotermi
2. Seimbang antara 6. Tingkatkan intake cairan
produksi panas, panas dan nutrisi
Hipertermia yang diterima, dan 7. Selimuti pasien untuk
berhubungan kehilangan panas selama mencegah hilangnya
dengan proses 28 hari pertama kehangatan tubuh
infeksi salmonell kehidupan 8. Ajarkan pada orang tua
thype 3. Keseimbangan asam basa pasien cara mencegah
bayi baru lahir keletihan akibat panas
4. Temperature stabil : 36,5 9. Diskusikan tentang
– 37,5°C pentingnya pengaturan
5. Tidak ada kejang suhu dan kemungkinan
6. Tidak ada perubahan efek negative dari
warna kulit kedinginan
7. Pengendalian risiko: 10. Beritahu tentang indikasi
hipertermia terjadinya keletihan dan
8. Pengendalian risiko: penanganann emergency
hipotermia yang diperlukan
9. Pengendalian risiko: 11. Ajarkan indikasi dari
proses menular hipotermia dan
10. Pengendalian risiko: penanganan yang
paparan sinar matahari diperlukan yang
diperlukan

33
12. Berikan anti piretik jika
diperlukan

12 Ketidakseimbangan 1. Nutritional status 1. Bina hubungan dengan


Oktober Nutrisi Kurang dari 2. Nutritional status: Food keluarga klien
2018 kebutuhan tubuh and fluid intake 2. Jelaskan keluarga klien
berhubungan 3. Nutritional status: mengenai pentingnya
dengan anoreksia nutrient intake pemberian makanan,
4. Weight control penambahan berat badan
dan kehilagan berat badan
Kriteria Hasil: 3. Jelaskan kelurga klien
tentang kondisi berat
1. Adanya peningkatan badan klien
berat badan sesuai 4. Jelaskan resiko dari
dengan tujuan kekurangan berat badan
2. Berat badan ideal sesuai 5. Berikan motivasi keluarga
dengan tinggi badan klien untuk meningkatkan
3. Mampu mengidentifikasi berat badan klien
kebutuhan nutrisi 6. Pantau porsi makan klien
4. Tidak ada tanda 7. Anjurkan klien makan
malnutrisi teratur
5. Menunjukan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan.
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti

12 Cemas Knowledge :disease 1. Kaji tingkat pengetahuan


Oktober berhubungan process pasien dan keluarga
2018 dengan kurangnya Knowledge : health 2. Jelaskan patofisiologi dari
pengetahuan klien behavior penyakit dan bagaimana
dan keluarganya Kriteria hasil : hal ini berhubungan
tentang penyakit 1. Pasien dan keluarga dengan anatomi dan
mengatakan fisiologi, dengan cara
pemahaman tentang yang tepat
penyakit, kondisi,
3. Gambarkan tanda dan
prognosis dan program
pengobatan gejala yang biasa muncul
2. Pasien dan keluarga pada penyakit dengan cara
mampu melaksanakan yang tepat.

34
prosedur yang 4. Gambarkan proses
dijelaskan secara benar. pengetahuan dengan cara
3. Pasien dan keluarga yang tepat.
mampu menjelaskan
5. Identifikasi kemungkinan
kembali apa yang
dijelaskan perawat / tim penyebab, dengan cara
kesehatan lainnya yang tepat.
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi
dengan cara yang tepat.
7. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien
8. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
9. Dukung pasien untuk
mengekplorasi/mendapatk
an second opinion dengan
tepat.
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan
dengan cara yang tepat

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/ Diagnosis Implementasi SOAP
No
Jam

1. 12 Okt Hipertermi 1. Mengukur TTV Jam Evaluasi : 18.00


2018 berhubungan pasien : WIB
dengan Proses  S : 38,3 S:
Infeksi Salmonella °C  Klien
Thypi  N : 100 mengatakan
x/m badan masih
hangat dan
 P : 24 demam
x/m  Klien
2. Memberikan mengatakan
kompres air kedinginan
hangat pada
aksila anak O:
3. Memakaikan  Suhu tubuh

35
anak pakaian sedikit
yang mudah menurun 38 °C
menyerap  Klien tampak
keringat menggigil
4. Memberikan
A:
obat paracetamol
 Peningkatan
tablet 3x 500mg suhu tubuh
5. Menganjurkan teratasi
orang tua untuk sebagian
membatasi
aktifitas anak P:
 Intervensi 1-5
masih
dilanjutkan

2. 12 Okt Ketidakseimbangan 1. Menanyakan Jam Evaluasi : 18.00


2018 Nutrisi Kurang dari pola nutrisi WIB
kebutuhan tubuh anak dari orang S:
berhubungan tua anak, hasil :  Orang tua
dengan anoreksia orang tua mengatakan
mengatakan : anaknya masih
kurang nafsu
 Klien
makan
makan 3x
sehari O:
 Klien tidak  Makanan yang
suka dihabiskan ¼
mengkonsu porsi dari diit
msi yang
sayuran disediakan RS
 Klien lebih
suka A:
mengkonsu  Kebutuhan
nutrisi teratasi
msi
sebagian
makanan
yang manis P:
2. Menanyakan  Intervensi
makanan yang dilanjutkan
disukai dan
yang tidak

36
disukai
3. Memberikan
makanan sesuai
dengan diit
4. Memberitahu
orang tua untuk
memberikan
makanan
kepada anaknya
sedikit demi
sedikit
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi
3. 12 Okt Cemas 1. Melakukan Jam Evaluasi : 18.00
2018 berhubungan pendekatan WIB
dengan kurangnya pada klien S:
2. Mengkaji
pen getahuan pasien  Klien dan orang
tingkat
tentang penyakitnya tua mengatakan
kesadaran dan
cemas dan
KU klien
khawatir
3. Mengkaji
dengan
penyebab
penyakit
peningkatan
anaknya
suhu tubuh
klien
4. Mengkaji O:
tingkat  Klien tampak
kecemasan cemas
klien  Klien dan
5. Mengobservasi keluarganya
TTV sering
6. Memberikan menanyakan
penjelasan penyembuhan
tentang penyakitnya
penyakit
thypoid, A:
penyebab, dan  Masalah belum
pengobatannya teratasi
P:
 Intervensi
dilanjutkan

37
4 13 Okt Hipertermi 1. Melakukan Jam evaluasi : 17.00
2018 berhubungan pendekatan WIB
dengan Proses kepada klien S:
2. Mengkaji
Infeksi Salmonella  Klien
tingkat
Thypi mengatakan
kesadaran dan
demam setelah
KU klien
diberi obat,
3. Mengkaji
panas menurun
penyebab
kemudian naik
peningkatan
lagi
suhu tubuh
4. Memberikan
O:
kompres air
hangat pada  Keadaan umum
kening, ketiak lemah
dan daerah  Berkeringat
lipatan paha  Suhu : 38,5 °C
5. Mengobservasi  Terpasang infus
TTV KaEn 1b
6. Membantu 14tts/macro
perawat dalam
pemberian obat A:
anti piretik dan  Masalah belum
anti biotic teratasi

P:
 Intervensi
dilanjutkan

5. 13 Okt Ketidakseimbangan 1. Melakukan Jam Evaluasi : 17.00


2018 Nutrisi Kurang dari pendekatan WIB
kebutuhan tubuh kepada klien S:
2. Mengkaji
berhubungan  Klien
tingkat
dengan anoreksia mengatakan
kesadaran dan
tidak nafsu
KU klien
makan
3. Menganjurkan
O:
klien makan
makanan selagi  Klien tampak
hangat lemah
4. Menganjurkan  Wajah klien
klian untuk tampak pucat
minum air  BB menurun
hangat  Klien hanya

38
5. Mengobservasi menghabiskan
TTV ½ porsi
6. Kolaborasi makanan yang
dengan ahli gizi disediakan
7. Memberikan
makanan sesuai A:
diit  Kebutuhan
nutrisi teratasi
sebagian

P:
 Intervensi
dilanjutkan

6. 13 Okt Cemas 1. Melakukan Jam Evaluasi : 17.00


2018 berhubungan pendekatan WIB
dengan kurangnya kepada klien S:
2. Mengkaji
pen getahuan pasien  Klien dan orang
tingkat
tentang penyakitnya tua mengatakan
kecemasan
cemas dan
klien
khawatir
3. Mengobservasi
tentang
TTV
penyakit
4. Menjelaskan
anaknya
tentang
penyakit
O:
thypoid,
penyebab dan  Klien tampak
pengobatannya cemas
 Klien dan
keluarga tidak
lagi
menanyakan
tentang
penyakit
anaknya

A:
 Masalah
teratasi
sebagian

39
P:
 Intervensi
dilanjutkan

7. 14 Okt Hipertermi 1. Melakukan Jam evaluasi: 15.00


2018 berhubungan pendekatan WIB
dengan Proses kepada klien S:
2. Mengukur TTV
Infeksi Salmonella  Klien
klien
Thypi mengatakan
3. Memberikan
demamnya
kompres air
masih naik
hangat pada
turun
aksila anak
O:
4. Memakaikan
anak pakaian  Keadaan umum
yang mudah sedang
menyerap  Keringat klien
keringat berkurang
5. Memberikan  Suhu : 37,6 °C
obat  Terpasang
paracetamol infuse kaEn 1b
tablet 3x 14tts
500mg A:
6. Menganjurkan  Masalah
orang tua untuk teratasi
membatasi sebahagian
aktivitas anak P:
 Intervensi
dilanjutkan

8. 14 Okt Ketidakseimbangan 1. Menanyakan Jam evaluasi: 15.00


2018 Nutrisi Kurang dari pola nutrisi WIB
kebutuhan tubuh anak dari orang S:
tua
berhubungan  Klien
2. Menanyakan
dengan anoreksia mengatakan
makanan yang
nafsu makan
disukai dan
sudah
tidak disukai
bertambah dari
3. Memberikan
pada
makanan sesuai
sebelumnya
diit
O:
4. Memberitahu
orangtua untuk  Keadaan umum
memberikan sedang

40
makanan  Wajah klien
kepada tidak terlalu
anaknya sedikit pucat
demi sedikit  BB masih 35kg
5. Kolaborasi  Klien
dengan ahli gizi menghabiskan
10sdm dalam
porsinya
A:
 Masalah
teratasi
sebahagian
P:
 Intervensi
dilanjutkan

9. 14 Okt Cemas 1. Melakukan Jam evaluasi:15.00


2018 berhubungan pendekatan WIB
dengan kurangnya kepada klien S:
2. Mengkaji
pen getahuan pasien  Klien dan orang
tingkat
tentang penyakitnya tua mengatakan
kecemasan
sudah tidak
klien
cemas dan
3.Mengobservasi
khawatir
TTV
dengan
4. Menjelaskan
penyakitnya
tentang penyakit
setelah diberi
thypoid, penyebab
penjelasan
dan
O:
pengobatannya
 Klien tidak
tampak cemas
lagi
 Klien dan
keluarganya
tidak
menanyakan
lagi tentang
penyembuhan
penyakitnya.

A:

41
 Masalah cemas
teratasi
P:
 Intervensi
dihentikan

42
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini penulis akan membandingkan antara teori dengan
aplikasi ataupun data yang didapatkan dipraktek klinik pada kasus An. G dengan
dignosa Demam thypoid diruangan Anak RSUD dr. Rasidin Padang yang telah
dilakukan selama 3 hari mulai dari 12 Oktober–14 Oktober 2018. Kegiatan yang
dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien
(Nursalam, 2011). Hasil pengkajian berdasarkan identitas pasien didapatkan yaitu
An. G perempuan berusia 11 tahun 11 bulan, agama islam, Pendidikan pelajar,
alamat kalumbuk Padang, memiliki diagnosa medis demam Thypoid. Berdasarkan
data tersebut sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa 91% kasus tifoid
menyerang anak-anak usia 3-19 tahun dan angka kematian 20.000/ tahunnya. Di
Indonesia 14% demam enteris ini disebabkan oleh S. Paratyphi A (Suratun2010, h
120). Hasil pengkajian pada An. G didapatkan keluhan utama bahwa pasien
mengeluh demam sejak 10 hari yang lalu.
Riwayat kesehatan sekarang pada kasus An. G didapatkan bahwa pasien
rawatan hari ke 1. Ibu klien mengatakan 10 hari yang lalu klien badannya panas
sebelumnya klien sudah diperiksa ke bidan di dekat rumah, tapi klien tidak ada
perubahan klien masih panas, Kemudian klien dibawa ke Poliklinik RSUD dr.
Rasidin Padang pada tanggal 12 Oktober 2018 jam 08.00 WIB dan disarankan
untuk dirawat inap diruang rawat Anak Class II.
Ardiansyah (2012) menyatakan bahwa pengkajian lengkap yang
didapatkan pada kasus Thypoid meliputi: pengkajian riwayat kesehatan dahulu,

43
riwayat tumbuh kembang, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
laboratorium.
Hasil pengkajian yang didapatkan melalui pemeriksaan fisik dan
pengukuran tanda-tanda vital, pasien tampak lemah, TD 90/70 mmhg, Nadi
104x/i, suhu : 38,3 0C, RR : 24 x /I, mukosa bibir kering, BB sebelum sakit 40 kg,
BB saat sakit 35 kg, mual +, tidak nafsu makan.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien An. G , prioritas diagnosa
utama yang muncul adalah Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
salmonella thypi. Diagnosa ini ditegakkan karena didukung oleh data subjektif dan
data objektif. Data subjektif yang ditemukan pada An. G yaitu klien mengatakan
suhu tubuh meningkat pada sore dan malam hari dan ibu klien mengatakan demam
naik turun. Data objektif didapatkan kulit teraba hangat, S : 38,30C , TD : 90/70
mmHg, N : 104 x/menit, RR : 24x/menit, wajah tampak kemerahan, widal O :
+1/320 H : + 1/160, klien tampak lemah.
Diagnosa ini penulis prioritaskan pada urutan pertama karena berdasarkan
hirarki maslow pada keluhan utama yang dirasakan oleh pasien dan kondisi ini
harus segera ditangani, apabila kondisi ini tidak segera ditangani akan
mengakibatkan masalah pada kebutuhan dasar manusia (Asmadi, 2008).
Pada diagnosa kedua dirumuskan diagnosa ketidak seimbangan nutrisi
kurng dari kebutuhan tubuh derhubungan dengan anoreksia. Diagnosa ini
ditegakkan karena didukung oleh data subjektif dan data objektif. Data subjektif
yang ditemukan pada An. G yaitu klien mengatakan nyeri pada saat menelan,klien
mengatakan mual dan tidak nafsu makan .
Data objektif didapatkan BB sebelum sakit : 40 kg, BB saat sakit : 35kg,
TB : 147cm, IMT : 10,2 , makanan yang disediakan tidak dihabiskan, klien
tampak lemah, konjungtiva anemis, klien hanya menghabiskan ¼ porsi makanan
yang disediakan, S : 38,30C , TD : 90/70 mmHg, N : 104 x/menit, RR : 24x/menit.

44
Masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
muncul sebagai proses penyakit yang mempengaruhi system pencernaan dan
terjadi peradangan pada usus halus. Peradangan pada usus halus mengakibatkan
malabsorbsi makanan sehingga penyerapan nutrisi terganggu. Adanya tukak di
usus halus dan pembesaran hepar serta limfe juga dapat mengakibatkan penurunan
nafsu makan. Selain itu peningkatan asam lambung dapat mengakibatkan mual
dan muntah sehingga anak menjadi anoreksia. Keadaan ini mengakibatkan
kurangnya masukan nutrisi dalam tubuh sehingga kebutuhan nutrisinya berkurang
(Ngastiyah 2012, h 240). Penulis memprioritaskan masalah resiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sebagai prioritas kedua
karena rencana keperawatan harus mempertimbangkan kebutuhan fisiologis klien,
nutrisi merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Apabila
kebutuhan fisiologis terpenuhi akan berdampak positif pada tercapainya
kesembuhan klien dalam “Hierarki Maslow” (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Diagnosa keperawatan ketiga adalah Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan pasien tentang penyakitnya. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan
data subjektif yang didapatkan dari An. G yaitu : orang tua klien mengatakan
cemas dan khawatir dengan penyakit anaknya. Data objektif : klien tampak lemas ,
klien tampak bingung, klien dan keluarga sering bertanya tentang penyakitnya.
Cemas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon otonom ( sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya (nanda
2015-2017).

C. Intervensi
Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada
klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2010). Dalam teori intervensi dituliskan sesuai
dengan rencana dan criteria hasil berdasarkan NIC (Nursing Intervention
Claasification) dan NOC (Nursing Intervention Claasification).

45
Kriteria hasil yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkapkan klien memiliki pengetahuan : proses penyakit
(knowledge:disease proces) dan pengetahuan : prilaku kesehatan (knowledge:
health behavior) indikator untuk pengetahuan :proses penyakit adalah memahami
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan, dapat melaksanakan
prosedur yang dijelaskan secara benar dan menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya. Indikator pengetahuan : prilaku
kesehatan adalah: tingkat pengetahuan, bagaimana patofisiologi dari penyakit,
tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
Dengan ditegakkan diagnosa keperawatan untuk melakukan pendekatan
terhadap klien, mendekati klien agar klien dapat mengungkapkan rasa takut, serta
mengkaji tingkat kecemasan dan memberikan penjelasan tentang penyakit thypoid
(penyebab dan pengobatannya).

D. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan tanggal 12-14 oktober 2018
adalah: melakukan pendekatan terhadap klien agar klien merasa aman, kemudian
mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga sejauh mana klien dan
keluarganya mengetahui tentang penyakit, kondisi prognosis dan program
pengobatan klien, mengkaji tingkat kecemasan klien agar klien tidak merasa
cemas dan khawatir tentang penyakit thypoid.
Semua implementasi yang dilakukan pada An. G usia 11 tahun, intervensi
tidak dilakukan sendiri namun dibantu oleh perawat di RSUD dr. Rasidin Padang,
hal tersebut karena tidak berada di rumah sakit selama 24 jam. Penulis melakukan
asuhan keperawatan selama 3 hari.

E. Evaluasi

46
Evaluasi keperawatan dilakukan dari tanggal 12 – 14 Oktober 2018 dengan
metoda Subyektif, Obyektif, Assesment dan Planning (SOAP) untuk mengetahui
keefektifan dan tindakan yang telah dilakukan. Setelah implementasi pada tanggal
12 Oktober 2018 untuk diagnosa Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
salmonella thypi, ditemukan data subyektif pada An. G Ibu klien mengatakan 10
hari yang lalu klien badannya panas sebelumnya klien sudah diperiksa ke bidan di
dekat rumah, tapi klien tidak ada perubahan klien masih panas, Kemudian klien
dibawa ke Poliklinik RSUD dr. Rasidin Padang pada tanggal 12 Oktober 2018 jam
08.00 WIB dan disarankan untuk dirawat inap diruang rawat Anak Class II. Hasil
pengkajian yang didapatkan melalui pemeriksaan fisik dan pengukuran tanda-
tanda vital, pasien tampak lemah, TD 90/70 mmHg, Nadi 104 x/i, suhu : 38,3 0C,
RR : 24 x/i, mukosa bibir kering, BB sebelum sakit 40 kg, BB saat sakit 35 kg,
mual (+), tidak nafsu makan.
Pada saat pengkajian tanggal 12 Oktober 2018, pukul 10.30 WIB. Klien
mengatakan masih panas, klien mengatakan BAB keras 1x selama 10 hari ini ,
klien mengatakan klien makan hanya habis ¼ porsi, klien tampak lemas, kulit
teraba hangat, tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 104 x/i, RR 24 x/i, suhu 36°C,
mukosa bibir kering, turgor kulit ±1 detik, BB 35 kg, TB 147 cm.
Pada saat pengkajian tanggal 13 Oktober 2018, keadaan umum tampak lemah,
An. G berkeringat, Suhu : 38,5 °C, dan Terpasang infus KaEn 1b 14tts/macro.
Pada saat pengkajian tanggal 14 Oktober 2018, Keadaan umum tampak
sedang, keringat klien berkurang, S : 37,60C , TD : 90/70 mmHg, N : 104 x/i, RR :
24 x/i, wajah tampak kemerahan, klien tampak lemah. Terpasang infuse kaEn 1b
14tts/macro.

47
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengkajian terhadap An.G dan keluarga didapatkan data :
Subjektif : Klien mengatakan panas ± 10 hari, hanya minum ±5gelas/hari,
makan hanya habis ¼ porsi, orang tua klien mengatakan cemas dan khawatir
dengan penyakit anaknya. Data objektif: kulit teraba hangat, TD: 90/70
mmHg, Nadi: 104 x/menit, RR: 24x/menit, Suhu: 38,3°C, klien tampak lemas,
mukosa bibir kering,konjungtiva anemis, Widal:tipe O : +1/320, H : +1/160,
AH: Negatif, turgor kulit : ±1 detik, BB sebelum sakit : 40 kg, BB selama
sakit : 35 kg, TB : 147 cm, klien dan orang tua banyak bertanya tentang
penyakitnya. Data penunjang pemeriksaan laboratorium di dapatkan : leukosit
4800/mm³, trombosit 361.000/mm³, hematokrit 39%, hemoglobin 13,3
gr/100ml,Widal: tipe O : +1/320, H : +1/160.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien adalah hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga
tentang penyakitnya.
3. Rencana asuhan keperawatan demam tifoid pada anak dibuat secara
menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat
pada langkah-langkah sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi klien.
4. Implementasi keperawatan demam tifoid pada anak diberikan dengan
memperhatikan efisiensi dan keamanan tindakan. Dalam melakukan
perawatan pada An. G penulis berusaha melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai rencana dan perawatan ditujukan untuk memecahkan masalah yang
dialami klien.

48
5. Evaluasi selama tiga hari dari ketiga diagnosa yang muncul ketiga masalah
sudah teratasi sebagian.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan agar dapat meningkatkan
pengetahuan tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam
Typoid, sehingga perawat mampu menerapkan asuhan keperawatan yang
berkualitas kepada pasien.

49
50

Anda mungkin juga menyukai