Anda di halaman 1dari 101

BAB III

HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Laboratorium Patologi Klinik RSUD R. Syamsudin, S. H.


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2013 pasal 1 dijelaskan bahwa, Laboratorium Klinik merupakan
laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis dan penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan.
Sebagai usaha menyelenggarakan fungsinya dengan baik maka suatu
laboratorium patologi klinik perlu melakukan peningkatan dan pemantapan
mutu terhadap hasil pemeriksaan laboratorium, tak terkecuali dengan
Laboratorium Patologi Klinik RSUD R. Syamsudin, S. H yang terus
berusaha untuk meningkatkan dan memantapkan mutu laboratorium.

3.1.1 Manajemen Laboratorium


Manajemen laboratorium Patologi Klinik RSUD R. Syamsudin S.H.
berpedoman pada visi dan misi dari laboratorium tersebut dalam
melakukaan setiap penyelenggaraan kegiatannya. Perwujudan dari visi dan
misi tersebut dilihat dari amanjemen laboratorium yang meliputi: proses
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, serta evaluasi.

Dalam penyelenggaraan manajemen laboratorium Patologi Klinik RSUD R.


Syamsudin S.H. dilakukan pencatatan dan pelaporan yang keduanya tidak
dapat terpisahkan dalam melakukan penyelenggaraan tersebut. Kegiatan
tersebut diperlukan dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi, serta
pengambilan keputusan dalam peningkatan pelayanan laboratorium. Oleh
karena itu, kegiatan pencatatan dan pelaporan harus dilakukan secara
cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan
mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan selanjutnya.
Selain itu, penyimapanan dokumen pun harus menjadi hal penting yang
diperhatikan setelah pencatatan dan pelaporan dilakukan.

Pencatatan kegiatan laboratoriumm dilakukan berdasarkan dengan


jenis kegiatannya. Jenis kegiatan yang dilakukan dibagi menjadi 4 jenis
pencatatan, yaitu:

1. Pencatatan kegiatan pelayanan yang dilakukan dengan membuat buku


seperti:
- buku register penerimaan spesimen;
- buku induk yang berisi data pasien serta hasil pemeriksaan;
- buku masing-masing pemeriksaan;
- buku ekspedisi dari ruangan;
- buku pertukaran petugas (operan);
- buku register perawatan/kerusakan;
- buku stok alat & reagen;
- buku catatan kalibrasi dan quality control.
2. Pencatatan keuangan
3. Pencatatan logistik, yaitu seperti mencatat kegiatan maintenance alat
harian
4. Pencatatan kepegawaian, yaitu berupa absensi kepegawaian.
3.1.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Laboratorium patologi klinik RSUD R.Syamsudin, S.H. memiliki tenaga
analis kesehatan sebanyak 28 orang, terdiri dari PNS orang, TKS orang dan
TKK orang. Untuk mengantisipasi kekurangan tenaga analis kesehatan
tersebut, maka pengambilan sampel terkadang dilakukan oleh perawat
ruangan khususnya pada shift pagi.
Pelayanan laboratorium dilakukan selama 24 jam dan dibagi ke dalam
tiga shift, yaitu :
- shift pagi mulai pukul 08.00 s.d. 14.00 WIB;
- shift sore mulai pukul 14.00 s.d. 20.00 WIB;
- shift malam mulai pukul 20.00 s.d. 08.00 WIB.
Jadwal setiap analis kesehatan yang bertugas telah ditetapkan sebelumnya
untuk ditempatkan di setiap bagian pemeriksaan.
Shift pagi terdiri dari 11 orang analis kesehatan yang memiliki tugas
sebagai berikut:
- 1 orang analis bertugas sebagai validator;
- 1 orang analis bertugas mengambil sampel di IGD;
- 1 orang analis bertugas mengambil sampel rawat jalan;
- 2 orang analis bertugas melakukan pemeriksaan kimia klinik rawat
inap;
- 2 orang analis bertugas melakukan pemeriksaan kimia klinik rawat
jalan dan IGD;
- 1 orang analis bertugas melakukan pemeriksaan hematologi rawat
inap;
- 1 orang analis bertugas melakukan pemeriksaan hematologi rawat
jalan dan IGD;
- 1 orang analis bertugas melakukan pemeriksaan serologi;
- 1 orang analis bertugas melakukan pemeriksaan urin, feses, cairan
otak, transudat/eksudat dan cairan tubuh lainnya.
- 2 orang analis bertugas melakukan pemeriksaan BTA
Sekitar pukul 11.00 WIB, 1 orang analis yang bertugas di bagian urin
melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dan BTCT ke ruangan rawat
inap.

Shift sore terdiri dari 4 orang analis yang memiliki tugas sebagai berikut
:
- 1 orang analis bertugas mengambil sampel di IGD
- 3 orang analis mengerjakan sampel di laboratorium
- 1 orang analis dilaboratorium bertugas ganda sebagai validator
Sekitar pukul 15.30 WIB terdapat 2 orang analis kesehatan yang bertugas
mengambil sampel dan memeriksa gula darah sewaktu juga BTCT ke
ruangan rawat inap.

Shift malam terdiri dari 5 orang yang memiliki tugas sebagai berikut :
- 2 orang analis bertugas mengambil sampel di IGD
- 3 orang analis kesehatan mengerjakan sampel di laboratorium
- 1 orang analis dilaboratorium bertugas ganda sebagai validator
Sekitar pukul 22.00 WIB dan 05.00 WIB, 2 orang analis bertugas
mengambil sampel dan memeriksa gula darah sewaktu dan BTCT ke
ruangan rawat inap
3.1.1.2 Manajemen Keuangan
Setiap awal tahun laboratorium membuat Rencana Kebutuhan
Tahunan Unit (RKTU). Rancangan tersebut dibuat berdasarkan hasil
evaluasi kebutuhan pada tahun sebelumnya dan diperkirakan mengenai
kenaikan harga dan perkiraan jumlah pasien pada tahun tersebut.
Kemudian dari rencana kebutuhan tahunan dipecah menjadi kebutuhan
bulanan.
Laboratorium menjalin rekanan dengan pihak ketiga. Rekanan dipilih
dari perusahaan penyedia alat dan bahan kebutuhan laboratorium yang
memenuhi kriteria kebutuhan laboratorium. Keuntungan dari menjalin
rekanan dengan pihak ketiga adalah laboratorium tidak perlu lagi membeli
alat karena telah disediakan secara gratis dan dilakukan maintenance
secara berkala oleh rekanan tersebut. Namun pihak laboratorium
diwajibkan untuk membeli reagen pemeriksaan dari rekanan dengan
catatan harga reagen yang dibeli tersebut lebih mahal dibandingkan dengan
harga reagen di pasaran karena harga yang tinggi tersebut sudah termasuk
dengan biaya maintenance dan biaya penyediaan alat.
3.1.1.3 Alur Pasien/ Sampel

Pasien - Konsul
- APS
- R. Lab lain
TPP RJ TPP IGD/RI

Askes/BPJS Tunai/Nota

Tunai/Askes/Not
a

Poliklinik
Pemeriksaan

Pulang Pulang

Dirawat
Dirawat

Laboratorium

Gambar 3.1 Skema Alur Pasien/ Sampel


Keterangan :
TPP : Tempat Pendaftaran Pasien
RJ : Rawat Jalan
RI : Rawat Inap
R Lab lain : Rujukan Laboratorium lain
3.1.1.4 Alur pemeriksaan Pasien Rawat Inap

Dokter PJP
(Penanggung Formulir Permintaan
Jawab Pasien) Lab

PASIEN
Pengambilan
Sampel

Perawat Keluarga
Extra Laboratorium Pasien

Intra Laboratorium

Validasi dan
Interpretasi Pencatatan
(Konsultasi) Hasil Administrasi

Penanganan
Laporan Hasil
Sampel

Analisa Sampel

Gambar 3.2 Skema Alur Pemeriksaan Pasien Rawat Inap

Catatan :
Persyaratan : Pasien Rawat Inap
1. Perawat mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium secara
lengkap dari mulai data diri pasien sampai jenis pemeriksaan disertai sampel
darah.
2. Formulir di tanda tangan DPJP
3.1.1.5 Alur Pelayanan Laboratorium Pasien Rawat Jalan

DOKTER

VALIDASI
(KONSULTASI/INTERPRETASI) PASIEN

INPUT HASIL LAB ADMINISTRASI/PENCATATAN

ANALISA SAMPEL PENGAMBILAN SAMPEL

PENANGANAN SAMPEL

Gambar 3.3 Skema Alur Pelayanan Laboratorium Pasien Rawat Jalan


Catatan :
Persyaratan : Pasien Rawat Jalan
1. Untuk pasien BPJS pasien harus menyertakan formulir permintaan
pemeriksaan lab + SEP (Surat Eligibilitas Peserta) dari Loket Pendaftaran
Sentral.
2. Untuk pasien consul pasien harus membawa surat pengantar dokter untuk
pemeriksaan laboratorium klinik disertai tanda bukti pembayaran.
3. Untuk pasien tunai membawa formulir pemeriksaan lab dari poliklinik
disertai tanda bukti pembayaran.
3.1.1.6 Alur Keuangan

Pasien Rawat Jalan Kasir Rawat Jalan


Bagian Keuangan
Rumah Sakit

Pasien Rawat Inap Kasir Rawat Inap

Gambar 3.4 Skema Alur Keuangan

Pasien rawat jalan akan melakukan pembayaran pemeriksaan sesuai


dengan tagihan yang dibuat oleh bagian administrasi laboratorium kepada
kasir rawat jalan. Sedangkan untuk pasien rawat inap, bagian administrasi
laboratorium akan menyetorkan tagihan kepada bagian keuangan rumah
sakit, kemudian pasien melakukan pembayaran kepada kasir rawat inap.
3.1.2 Pelayanan Laboratorium
Laboratorium patologi klinik RSUD R. Syamsudin, S. H. melayani
berbagai pemeriksaan diantaranya, yaitu:
1. Hematologi
Parameter:
- Hemoglobin
- Jumlah Leukosit
- Laju Endap Darah (LED)
- Hematokrit
- Jumlah Eritrosit
- MCV
- MCH
- MCHC
- Jumlah Retikulosit
- Jumlah Trombosit
- Rumpel Leede
- Waktu Perdarahan
- Waktu Pembekuan
- Retraksi Bekuan
- Prothrombin Time (PT)
- Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)
- Golongan Darah
- Rhesus
- Jumlah Eosinofil
- Hitung Jenis Leukosit dan Morfologi Darah Tepi/Sumsum Tulang
- Fe/SI
- Transferin Iron Binding Capacity (TIBC)
- Feritin
- Hb
- Elektroforesa
- Malaria Apus Darah Tepi.

2. Kimia Klinik
Parameter:
- SGOT (AST)
- SGPT (ALT)
- Bilirubin Total
- Bilirubin Direk
- Bilirubin Indirek
- Gama GT
- Alkali Fosfatase
- Protein Total
- Albumin
- Globulin
- Elektroforesa Protein
- Glukosa Puasa,
- Glukosa 2JPP
- Glukosa Sewaktu
- HbA1c
- Trigliserida
- Kolesterol Total

3. Urin
Parameter:
- Urin Lengkap
- Tes Kehamilan
- Tes Narkoba.
4. Urin
Parameter:
- Urin Lengkap
- Tes Kehamilan
- Tes Narkoba.

5. Feses
Parameter: Makroskopis dan Mikroskopis.

6. Cairan Tubuh
Parameter:
- None
- Pandy
- Rivalta
- Hitung Jumlah Sel

- Hitung Jenis (PMN dan MN)


- Glukosa
- Protein.

7. Mikrobiologi
Parameter:
- Gram
- BTA
- Apus Vagina
- Apus Mata
8. Serologi
Parameter:
- HbsAg
- HBsAg Kuantitatif
- Anti-HBs
- Anti-HBc
- Anti-HCV
- VDRL
- TPHA
- Anti HIV
- Anti HIV Konfirmasi
- Anti Dengue IgG & IgM
- Dengue NS1
- Widal
- ICT TB
- Tubex TF
- CRP
- CD4
- ICT MALARIA
- RF
- ASTO
- T3 Total
- T4 Total
- TSH
9. Analisis Sperma:
Parameter:
- Volume
- Motilitas
- Jumlah
- Morfolog
3.1.2.5 Sistem Penyediaan Alat dan Reagen
Alur permintaan, pengadaan, penerimaan, serta penggunaan reagen dan
sarana-sarana laboratorium mengikuti prosedur yang berlaku, yaitu:
1. Petugas pengelola barang/AKHP (Alat Kesehatan Habis Pakai)
laboratorium menginventarisir barang/reagen/AKHP setiap akhir bulan.
2. Data atau rencana kebutuhan barang/reagensia/AKHP dicatatkan
dalam daftar permintaan/kebutuhan barang yang meliputi jenis dan
jumlah barang
3. Rencana kebutuhan barang/reagensia/AKHP dibuat berdasarkan:
a. Laporan pemakaian selama 1 bulan.
b. Stok akhir persediaan barang/reagensia/AKHP
c. Alokasi anggaran yang disediakan berdasarkan RKTU (Rencana
Kebutuhan Tahunan Unit) Rumah Sakit
d. Peningkatan permintaan/kebutuhan laboratorium
4. Formulir daftar permintaan/kebutuhan ditandatangani oleh Kepala
Instalasi Laboratorium Patologi Klinik dan diketahui/disetujui oleh Wakil
Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan atau Kepala Bidang
Pelayanan & Penunjang Medik
5. Formulir daftar permintaan/kebutuhan yang telah ditandatangani
selanjutnya diserahkan ke Unit Pelayanan Barang dan Jasa (UPBJ).
6. UPBJ (Unit Pelayanan Barang dan Jasa) menginventarisir daftar yang
diterima dan mengadakan rapat untuk membahas kebutuhan barang
serta merealisasikan dalam bentuk surat perintah kerja atau surat
perintah barang.
7. Selanjutnya SPK/SPB ditandatangani oleh Kepala Rumah Sakit.
8. Pelaksanaan pembelian sesuai dengan SPK/SPB kepada rekanan
rumah sakit yang dituju.
9. Dasar penunjukan rekanan:
a. Tercatat sebagai rekanan rumah sakit dengan mengajukan
permohonan menjadi rekanan rumah sakit
b. Harga barang kompetitif sehingga menguntungkan Rumah Sakit
c. Barang yang ditawarkan bermutu baik
d. Pelayanan purna jual rekanan baik

A. Prosedur Penerimaan Reagensia


1. Rekanan rumah sakit mengirimkan barang/reagensia/AKHP
berdasarkan pesanan sesuai SPK/SPB.
2. Petugas pengelola barang/reagensia/AKHP instalasi laboratorium
menerima barang yang dikirim rekanan.
3. P2B dari instalasi/unit terkait bersama SPI menerima barang yang
diterima.
4. Pemeriksaan barang/reagensia/AKHP meliputi:
a. Jumlah barang harus sesuai dengan pesanan.
b. Waktu kadaluarsa barang/reagensia/AKHP harus panjang/lama.
c. Merk barang harus sesuai dengan pesanan.
d. Kemasan reagensia harus dalam kondisi baik dan memenuhi
syarat.
e. Untuk reagensia yang tidak stabil (harus disimpan dalam suhu 4-
80C) maka di dalam kotak harus berisi es kering/botol es sebagai
pendingin.
5. Petugas pengelola barang menandatangani faktur dan mencatat
penerimaan barang dalam buku catatan gudang atau kartu stok barang.

B. Prosedur Tetap Penggunaan Barang/Reagensia/AKHP


1. Petugas pelaksana teknis/analis dari tiap sub bagian hematologi/kimia
klinik/mikrobiologi mengajukan permintaan barang/reagensia/AKHP
sesuai kebutuhan kepada petugas pengelola laboratorium.
2. Petugas pengelola barang akan menyerahkan/mengeluarkan
barang/reagensia/AKHP sesuai dengan formulir permintaan.
3. Petugas pengelolaan barang akan menyerahkan/mengeluarkan
barang/reagensia/AKHP sesuai dengan formulir permintaan barang
dan mencatat dalam buku catatan gudang serta kartu stok dengan
melaksanakan prinsip “first in first out”.
4. Petugas pelaksana teknis/analis akan menerima barang/ reagensia/
AKHP dan menggunakannya sesuai dengan keperluan.

3.1.2.5 Sistem Pemantapan Mutu


Hasil pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu dokumen penting
sehingga untuk mendapat hasil pemeriksaan dilaksanakan sesuai
ketentuan. Pelaksanaan pemantapan mutu artinya setiap tindakan/proses
yang dilakukan sejak tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik untuk
menjamin ketepatan dan ketelitian hasil pemeriksaan kesehatan.
Pemantapan mutu (quality assurance) Laboratorium Klinik adalah semua
kegiatan yang diajukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan Laboratorium Klinik.
Pengendalian mutu pelayanan laboratorium dilakukan mulai dari
preanalitik, analitik, dan pasca analitik
1. Preanalitik
Merupakan tahap persipan awal, dimana tahap ini sangat menentukan
kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan mempengaruhi proses
kerja berikutnya. Pengendalian mutu pada preanalitik dilakukan dari proses
administrasi pendaftaran, persiapan pasien sampling, proses pengelolaan
sampel, persiapan dan pemeriksaan peralatan dan reagensia yang akan
digunakan. Pemantapan mutu pada tahap ini dilakukan secara internal
dilingkup laboratorium.
2. Analitik
Tahap analitik merupakan tahapan dalam pelaksanaan proses analisa,
pengukuran, penilaian dan penetapan hasil dari pemeriksaan terhadap
sampel/spesimen, pemantapan mutu pada tahapan ini dilakukan dengan
pemeriksaan penilaian dan pengamatan terhadap suatu control yang sudah
memiliki nilai yang telah ditetapkan, pemantapan mutu dilakukan secara
internal maupun eksternal yang meliputi penentuan ketepatan dan ketelitian
dari hasil pengukuran dan penilaian.
3. Pasca Analitik
Pada tahap ini merupakan tahapan akhir terhadap pengolahan hasil
laboratorium. Pengawasan mutu dilakukan terhadap kesesuaian pengisian
hasil pemeriksaan, kebenaran hasil validasi dan verifikasi dan ketepatan
penyerahan hasil pemeriksaan.
Sistem kontrol mutuyang baik penting untuk memberikan pelayanan
laboratorium patologi klinik yang unggul. Prosesur kontrol mutu termasuk:
- Validasi metode teruntuk akurasi, presisi, rentang yang dapat
dilaporkan
- Survelains harian atas hasiloleh staf laboratorium yang kompeten
- Langkah koreksi yang cepat bila dijumpai ada kekurangan
- Pengetesan reagensia
- Dokumentasi dari hasil dan langkah-langkah koreksi.

A. Penyelenggaraan Pemantapan Mutu Internal


Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilakukan laboratorium secara terus-menerus agar tidak
terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh
hasil pemeriksaan yang tepat. Beberapa kegiatan pemantapan mutu
internal yang dibahas antara lain: persiapan pasien, pengambilan dan
penanganan specimen, kalibrasi peralatan, uji kualitas reagen, presisi dan
akurasi, bahan kontrol, pencatatan dan pelaporan hasil (evaluasi hasil).
Berikut ini adalah prosedur Pemantapan Mutu Internal:
1. Tenaga analis kesehatan menyiapkan sampel berupa bahan kontrol
yang sesuai dengan alat seperti kontrol serum dari pabrikan.
2. Kepala instalasi laboratorium menentukan jenis pemeriksaan dan nilai
rentang atau range berdasarkan yang tercantum dalam brosur bahan
kontrol.
3. Tenaga analis melakukan pemeriksaan, mencatat hasil pemeriksaan,
dan melaporkannya kepada kepala instalasi laboratorium.
4. Kepala instalasi laboratorium membandingkan antara hasil yang
diperoleh tenaga analis dengan nilai rujukan yang telah ditentukan
sebelumnya. Agar diperoleh hasil yang diterapkan maka perlu
dilakukan pengulangan pemeriksaan dengan mengevaluasi faktor-
faktor yang dapat menimbulkan kesalahan terlebih dahulu.
5. Memeriksa bahan kontrol dengan metode yang tepat sebagai standar
prosedur untuk pemeriksaan yang sebenarnya.
6. Pencatatan hasil pemeriksaan dan pendokumentasian.

B. Penyelenggaraan Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium untuk memantau dan
menilai penampilan suatu laboratorium. Pemantapan Mutu Eksternal
dilaksanaan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional. Setiap
laboratorium kesehatan wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang
diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi
semua bidang pemeriksaan laboratorium. Dalam pelaksanaannya, kegiatan
Pemantapan Mutu Eksternal ini mengikutsertakan semua laboratorium,
baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi
laboratorium kesehatan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta.
Berikut ini adalah prosedur Pemantapan Mutu Eksternal:
1. Laboratorium mendapat pemberitahuan dari pihak penyelenggara
PME.
2. Kepala instalasi laboratorium mengkaji perlu tidaknya laboratorium
mengikuti PME.
3. Jika laboratorium memutuskan untuk mengikuti PME, laboratorium
mengisi formulir pendaftaran dan mengirimkannya kepada
penyelenggara.
4. Laboratorium menerima bahan kontrol sebagai sampel pemeriksaan.
5. Menyimpan bahan kontrol pada kondisi yang sesuai dengan brosur.
6. Pada saat yang telah ditentukan bahan kontrol diperiksa sesuai dengan
jenis tes yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara.
7. Menulis hasil pemeriksaan pada formulir dan mengirimkannya pada
penyelenggara.
8. Menerima hasil keikutsertaan PME, mengevaluasi untuk kemudian
ditindaklanjuti.
9. Pendokumentasian sertifikat PME.

Laboratorium RSUD R. Syamsudin, S.H. aktif melakukan pemantapan


mutu internal dan mengikuti penyelenggaraan-penyelenggaraan
pemantapan mutu eksternal yang diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan atau pihak-pihak lainnya.
Adapun bidang pemeriksaan laboratorium yang diikutsertakan dalam
Pemantapan Mutu Internal pada proses analitik yaitu bidang Hematologi,
Kimia Klinik, Mikrobiologi, dan Serologi. Sebelum dilakukan pemantapan
mutu, pada proses analitik bidang-bidang tersebut maka dilakukan
tahapan-tahapan pra analitik sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Setelah semua prosedur dilakukan dengan baik dan benar maka kepala
instalasi atau penanggung jawab laboratorium patologi klinik akan
melakukan pengecekan (validasi dan evaluasi) terhadap hasil pemeriksaan
sebelum hasil pemeriksaan diserahkan kepada pasien.
Berbeda dengan Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan
oleh pemerintah secara teratur dan periodik dimana semua bidang
pemeriksaan laboratorium diikutsertakan dalam penilaian. Proses penilaian
tidak diperlakukan secara khusus sehingga hasil PME tersebut benar-benar
dapat mencerminkan penampilan laboratorium yang sebenarnya. Setiap
nilai yang diterima dari penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk mencari
penyebab-penyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan untuk
meningkatkan penampilan laboratorium.

3.1.2.3 Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)


Pendidikan dan pelatihan (diklat) tenaga laboratorium merupakan hal
yang sangat penting dalam pelayanan dan program pemantapan mutu
laboratorium. Diklat tenaga laboratorium harus direncanakan secara
berkelanjutan dan berkesinambungan serta dilaksanakan dan dipantau
sedemikian rupa. Dalam pelaksanaannya diklat ini dapat dilakukan baik
secara internal maupun eksternal yang diselenggarakan oleh instansi
resmi.
Pendidikan dan pelatihan tenaga laboratorium dapat dilakukan dalam
berbagai macam bentuk baik formal, informal dan bimbingan teknis. Dalam
hal ini laboratorium patologi klinik RSUD R. Syamsudin, S.H. melakukan
kegiatan pendidikan dan pelatihan internal berupa bimbingan teknis yang
dilakukan oleh tenaga laboratorium kepada tenaga laboratorium lain yang
memiliki kemampuan teknis dibawah tenaga laboratorium pembimbing.
Kegiatan ini dilakukan untuk tenaga laboratorium baru selama 2 bulan.Bila
sebelumnya tenaga laboratorium baru tersebut pernah melakukan praktik
kerja lapangan di RSUD R. Syamsudin, S.H maka kegiatan diklat hanya
dilakukan selama 1 minggu. Laboratorium patologi klinik RSUD R.
Syamsudin, S.H juga aktif mengikuti diklat/training eksternal yang
diselenggarakan oleh berbagai pihak seperti Kemenkes, Patelki, dan lain-
lain.
Gambar 3.5 Buku pendataan DIKLAT pegawai laboratorium
RSUD R. Syamsudin S.H

3.1.2.4 Sistem Pengaturan Limbah


Laboratorium RSUD R. Syamsudin, S.H. dan seluruh instalasi rumah
sakit lain, setiap harinya akan menghasilkan limbah berupa limbah padat
dan cair. Seperti halnya limbah industri, limbah rumah sakit pun dapat
mencemari lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia
terutama masyarakat di sekitar rumah sakit dan warga rumah sakit itu
sendiri. Untuk menanggulanginya, rumah sakit melakukan pengolahan
limbah cair dan padat.
A. Limbah Cair
Limbah cair yang berasal dari seluruh ruangan ditampung di dalam bak-
bak kontrol yang terletak di sebelah ruangan tersebut. Kemudian air limbah
dialirkan dan ditampung dalam satu kontainer dan dilakukan pengolahan
biologis dengan proses SBR, yaitu proses yang merupakan modifikasi
activeted sludge. Di dalam SBR semua langkah pengolahan biologis dan
pemisahan cairan atau lumpur berlangsung dalam bentuk reaksi tunggal
selama waktu siklus yang telah ditentukan yaitu 4 jam. Tangki SBR
mempunyai seluruh perlengkapan yang dibutuhkan untuk pengolahan
biologis, seperti misalnya untuk aerasi dan fasilitas mixing, juga terdapat
beberapa perlengkapan tambahan untuk decanting (mengeluarkan air
buangan terolah) proses ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Filling
Selama proses pengisian (filling) air limbah dipompa dari bugger tank
ke tangki SBR untuk proses. Level dalam tangki tidak terlalu konstan
tapi bervariasi tergantung dari jumlah air buangan yang akan diolah.
2. Mixing
Setelah atau selama tahap pengisian lumpur yang telah mengendap
dan air buangan yang akan diolah harus diaduk seluruhnya supaya
homogen.
3. Aerasi
Selama proses ini disediakan oksigen yang dibutuhkan untuk
pengolahan biologis.
4. Sedimentasi
Setelah sedimentasi, air buangan yang telah terolah dikeluarkan dari
tangki SBR dengan menggunakan sistem decanting level maka air
turun dengan level minimum yang telah ditentukan
5. Waiting
Secara prinsip siklus berikutnya dapat dimulai setelah tahap decanting
selesai. Bagaimanapun juga diperlukan tahapan-tahapan sebelum
dimulainya siklus berikutnya.
Pengolahan limbah di RSUD R. Syamsudin, S.H. berlangsung selama
jam kerja mulai dari jam 08.00-14.00. Untuk pemantapan mutu harian
dilakukan pemeriksaan pH, TSS (Total Suspected Solid), AV30 (volume
lumpur yang terkumpul dalam sludge container selama 30 menit).
Sementara untuk pemantapan mutu mingguan dilakukan pemeriksaan:
PO4, NO2, amonia, dan sisa Klor.
B. Limbah padat
Limbah padat terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1. Limbah medis
a. Limbah benda tajam, seperti jarum suntik dan blood lancet
b. Limbah infeksius, seperti bekas balutan, perban, dan sebagainya.
2. Limbah umum (organik dan an organik) seperti bahan makanan, kertas,
kapas, dan sebagainya.
Limbah-limbah padat tersebut dipisahkan. Limbah padat medis
ditampung dalam tempat-tempat sampah khusus yang telah disediakan dan
selanjutnya diangkut oleh petugas ke tempat penampungan khusus
(insenerator) untuk dibakar dan dimusnahkan. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi resiko penyebaran infeksi.

3.1.2.5 Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Fasilitas Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pekerja di
laboratorium patologi klinik RSUD R. Syamsudin, S. H sudah cukup baik,
hal ini terlihat dari perlengkapan APD (Alat Pelindung Diri) yang disediakan
untuk pekerja laboratorium yang meliputi jas laboratorium, sarung tangan,
dan masker. Terdapat juga kotak P3K sebagai pertolongan pertama
dengan isi yang cukup lengkap dan mudah dijangkau apabila terjadi hal
yang tidak diinginkan. Selain itu, laboratorium patologi klinik ini juga
dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan tanda petunjuk
jalur evakuasi.

3.1.2.6 Sistem Sampel yang Dirujuk


Sampel dirujuk bila pemeriksaan yang diminta oleh dokter bersifat
jarang dan sarana/prasarana pemeriksaan tidak tersedia di laboratorium
RSUD R. Syamsudin, S.H. Pemeriksaan yang biasanya di rujuk adalah Hb
Elektroforese, Viral Load HIV (PCR DNA), ANA Test, PT/APTT, CA 125
(Ovarium), CA 19-9 (Pankreas/GIT), CA 15-3 (Payudara), SCC (Servic),
HBeAg, HIV Konfirmasi dan lain sebagainya. Pemeriksaan tersebut dirujuk
ke laboratorium yang memiliki alat yang memadai. Laboratorium yang
ditunjuk sebagai laboratorium rujukan yaitu Prodia.
Adapun prosedur pengiriman sampel rujukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan konfirmasi kepada dokter pengirim dan memberikan
penjelasan kepada pasien atas pemeriksaan yang dirujuk dan sanggup
menyelesaikan biaya administrasinya.
2. Sampel yang diperoleh di laboratorium diolah terlebih dahulu sesuai
dengan kriteria sampel yang diperiksa, apabila dibutuhkan media
pengiriman maka dilakukan sesuai prosedur.
3. Laboratorium RSUD R. Syamsudin, S.H. bekerja sama dengan biro
jasa pengiriman untuk mengirimkan sampel ke laboratorium yang
dirujuk.
4. Adminstrasi dilakukan melalui perbankan.
5. Hasil pemeriksaan dilakukan via pos atau faks dan telepon bila
dibutuhkan segera.
6. Dilakukan pencatatan administrasi dan pengarsipan di laboratorium
RSUD R. Syamsudin, S.H. untuk selanjutnya diinformasikan kepada
dokter yang meminta ataupun pasien yang bersangkutan.
Adapun spesimen yang akan di kirim ke laboratorium lain (dirujuk),
sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu
diperhatikan persyaratan pengiriman sampel yaitu:
1. Waktu pengiriman tidak melampaui masa stabilitas spesimen.
2. Tidak terkena sinar matahari langsung.
3. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
termasuk pemberian label yang tertuliskan “Bahan Pemeriksaan
Infekksius” atau “Bahan Pemeriksaan Berbahaya”
4. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
5. Penggunaan media transport untuk pemeriksaan mikrobiologi.
3.1.3 Operasional Laboratorium
Tahapan operasional laboratorium patologi klinik RSUD R. Syamsudin,
S. H. dilakukan mulai dari tahapan pra analitik, analitik dan post analitik.

3.1.3.1 Pra Analitik


A. Pencatatan Data Pasien
1. Rawat Jalan
a. Pasien rawat jalan memberikan formulir pemeriksaan rujukan dari
dokter kepada petugas administrasi.
b. Dilakukan pencatatan oleh petugas administrasi dengan sistem
komputerisasi
c. Setelah pencatatan, pasien diminta untuk melakukan pembayaran.
2. Rawat Inap
a. Formulir pemeriksaan beserta sampel dari ruangan diterima oleh
petugas administrasi, kemudian dilakukan pencatatan dengan
sistem komputerisasi.
b. Formulir pemeriksaan yang telah dicatat di administrasi diberikan
kepada petugas analis untuk dilakukan pemeriksaan sesuai
dengan pemeriksaan yang diminta dan kemudian dilakukan
pencatatan hasil.
c. Pencatatan data pasien dilakukan ulang oleh analis pada buku
pemeriksaaan secara manual.

B. Pengambilan dan Penerimaan Sampel


1. Rawat Jalan
a. Pasien mengajukan permintaan pemeriksaan laboratorium dengan
membawa surat pengantar dari dokter.
b. Pasien yang tidak disertai surat pengantar dokter dianjurkan untuk
menemui dokter poliklinik atau kepala instalasi laboratorium untuk
konsultasi pemeriksaan.
c. Untuk pemeriksaan-pemeriksaan tertentu seperti HIV, HCV, drug
abuse, dan lain-lain harus disertai surat pengantar dari dokter.
d. Khusus untuk pemeriksaan HIV, pasien atau keluarga pasien harus
menandatangani persetujuan dahulu inform concent dan
melakukan VCT dengan kepala instalasi laboratorium atau tenaga
konselor yang telah dilatih (mengikuti pelatihan konselor).
e. Pengambilan spesimen/sampel dilakukan di laboratorium
satelit/atas (IGD) dan laboratorium pusat/bawah khusus untuk
rawat jalan.
f. Hampir seluruh sampel/spesimen darah vena dilakukan
pengambilan oleh tenaga analis yang bertugas. Untuk urin, sputum,
sekret vagina, dan sperma dilakukan pengambilan oleh pasien
dengan diberikan pengarahan sebelumnya oleh tenaga analis.
Semua sampel/spesimen dikirimkan langsung ke bagian
laboratorium pusat untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Rawat Inap
a. Dokter dari ruangan mengajukan formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium.
b. Pengambilan spesimen/sampel pasien dilakukan sesuai dengan
jenis pemeriksaan yang diajukan.
c. Jenis bahan pemeriksaan diantaranya darah vena untuk
pemeriksaan hematologi dan kimia klinik, urin, feses, dan sputum.
d. Untuk sampel pemeriksaan hematologi dan kimia klinik dilakukan
pengambilan oleh tenaga analis pada sore dan malam hari. Untuk
pagi hari dilakukan pengambilan oleh perawat ruangan.
e. Khusus untuk pemeriksaan hematologi pada pagi hari dilakukan
pengambilan oleh tenaga analis pada pagi hari. Urin, sputum dan
feses dikirimkan oleh perawat ruangan ke laboratorium langsung.
f. Semua spesimen/sampel yang dilakukan pengambilan maupun
dikirim dari ruangan disertakan dengan formulir pemeriksaan dari
dokter ruangan.
C. Persyaratan Spesimen
1. Spesimen Darah
a. Pasien diberikan pengarahan untuk puasa selama 8-12 jam
sebelum diambil darah untuk beberapa parameter pemeriksaan
tertentu, diantaranya yaitu Glukosa Darah Puasa, Kolesterol,
Trigliserida, Kolesterol-HDL, Kolesterol-LDL, pemeriksaan enzim,
dan lain-lain.
b. Pengambilan spesimen dilakukan pukul 07.00-11.00.
c. Pasien dianjurkan menghindari mengkonsumsi obat-obatan, tetapi
pemberian obat-obatan penting tidak boleh dihentikan, petugas
laboratorium harus menanyakan kepada pasien tentang jenis obat
yang dikonsumsi.
d. Pasien dianjurkan menghindari aktifitas fisik yang berlebihan
sebelum spesimen darah diambil. Untuk pemeriksaan hematologi
rutin, sampel darah dicampur antikoagulan EDTA per mg/mL darah.
Untuk Kimia Klinik, bahan pemeriksaan berupa serum yang
terhindar dari lisis dan lipemik.
2. Spesimen Urin
a. Untuk pemeriksaan urin rutin, tes kehamilan, dan sedimen
menggunakan spesimen urin pagi atau urine sewaktu.
b. Spesimen urin yang diperiksa adalah urin porsi tengah yaitu aliran
urin pertama dibuang dan aliran urin selanjutnya ditampung.

3. Spesimen Sputum
a. Untuk pengumpulan sampel sputum, pasien diberikan pengarahan
sebelumnya oleh analis. Pengarahan yang diberikan yaitu sebelum
mengeluarkan sputum (dahak), pasien berkumur terlebih dahulu
lalu yang ditampuk yaitu dahak bukan air liur.
b. Sputum (dahak) diambil pagi hari sesaat setelah pasien bangun
tidur. Adakalanya diperlukan sputum kumpulan, yaitu sputum 12
jam dan 24 jam.
4. Spesimen Feses
Spesimen feses yang diterima diperiksa diperiksa secara makroskopis
dan mikroskopis.
5. Spesimen Cairan Sperma
a. Sebelum menjalani pemeriksaan, pasien diminta supaya tidak
melakukan hubungan seksual selama 3-5 hari.
b. Cairan sperma harus sampai laboratorium maksimal 30 menit
setelah dikeluarkan.
c. Sperma dikeluarkan dengan cara masturbasi.

D. Wadah Spesimen
1 Wadah spesimen harus bersih, kering, tidak mengandung bahan-bahan
kimia, tidak bocor, dan tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam
spesimen.
2 Ukuran wadah spesimen disesuaikan dengan volume spesimen yang
diperlukan.
3 Wadah spesimen harus diberi label yang berisi nama pasien, jenis
pemeriksan, ruangan, dan nomor rekam medis pasien.
4 Untuk pemeriksaan biakan atau kultur dan tes resistensi wadah
spesimen harus steril

E. Volume Spesimen
1. Untuk pemeriksaan darah rutin volume yang dibutuhkan kurang lebih 3
mL darah dengan anti koagulan EDTA 1 mg/1mL darah.
2. Untuk pemeriksaan kimia klinik volume darah yang diperlukan 3-5 mL
darah tanpa antikoagulan, yang digunakan untuk pembuatan serum.
3. Untuk pemeriksaan urin rutin atau urinalisa, minimal volume urin yang
dibutuhkan 5 mL.
4. Untuk pemeriksaan
serologi atau immunologi
volume darah 3-5 mL
tanpa antikoagulan
(serum), dengan
antikoagulan (plasma), atau
whole blood, disesuaikan
dengan ketentuan yang
dipakai oleh reagen kit.

F. Teknik Pengambilan Spesimen


1. Sebelum melakukan pengambilan spesimen, pasien harus diberi
penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2. Darah vena berasal dari vena cubiti kiri atau kanan pasien.
3. Pada pasien yang diinfus maka pengambilan darah vena harus diambil
dari vena cubiti yang lokasinya berseberangan dengan lengan yang
dipasang infus.
4. Darah kapiler diambil dari ujung jari tangan, khusus pasien bayi lokasi
pengambilan darah dari tumit kaki atau cuping telinga.
5. Bersihkan lokasi kulit yang akan ditusuk jarum dengan alkohol 70 %.
6. Pemasangan tourniquet pada pengambilan darah vena tidak boleh
terlalu lama dan terlalu keras.
7. Pada saat mengeluarkan darah dari spuit ke dalam tabung, jangan
terlalu cepat dan jangan dikocok terlalu kencang karena akan
menyebabkan sel darah merah menjadi lisis atau hemolisis.
8. Untuk pemeriksaan darah lengkap atau rutin, darah yang telah
ditampung dalam tabung atau botol penampung langsung digoyang-
goyang secara perlahan supaya
Gambar 3.6 Simulasi pengambilan darah Vena
3.1.3.2 Analitik
A. Pemeriksaan Hematologi Klinik
1. Pemeriksaan Darah Rutin Menggunakan Mindray BC 30s

Gambar 3.7 Mindray BC 30 S

a. Metode : Impedansi (DC Detection)


b. Prinsip : Reagensia yang memiliki konduktivitas (sifat
menghantarkan listrik) dan osmolaritas yang spesifik, maka sel-sel
darah akan mengalami modifikasi yang disebabkan oleh reagensia
yang digunakan. Sel-sel yang telah dimodifikasi tersebut akan
melewati orifice dalam transducer yang memiliki elektroda. Sinyal
yang ditimbulkan oleh sel-sel tersebut berupa tegangan listrik (V)
ataupun hambatan listrik (R) secara spesifik mewakili volume dari
masing-masing sel. Dengan menggunakan suatu alogaritma yang
dikembangkan untuk mengolah data berdasarkan sinyal yang
dihasilkan tersebut, maka suatu sel dapat ditentukan jenisnya.
c. Parameter :
- Hitung jumlah leukosit yang terdapat pada satu mikro liter darah
lengkap
- Prosentasi limfosit dan granulosit
- Hitung jumlah eritrosit yang terdapat pada satu mikro liter darah
lengkap
- Hemoglobin
- Nilai hematokrit
- MCV
- MCH
- MCHC
- Hitung jumlah trombosit yang terdapat pada 1 mikro liter darah
lengkap
- Rata-rata volume trombosit

Gambar 3.8 Mahasiswa sedang mengoprasikan alat Mindray BC 30 S


2. Pemeriksaan Darah Lengkap Menggunakan Mindray BC-5000

Gambar 3.9 Alat Mindray BC 5000


a. Metode : Impedansi (DC Detection)
b. Prinsip : Reagensia yang memiliki konduktivitas
(sifat menghantarkan listrik) dan osmolaritas yang spesifik, maka
sel-sel darah akan mengalami modifikasi yang disebabkan oleh
reagensia yang digunakan. Sel-sel yang telah dimodifikasi tersebut
akan melewati orifice dalam transducer yang memiliki elektroda.
Sinyal yang ditimbulkan oleh sel-sel tersebut berupa tegangan
listrik (V) ataupun hambatan listrik (R) secara spesifik mewakili
volume dari masing-masing sel. Dengan menggunakan suatu
alogaritma yang dikembangkan untuk mengolah data berdasarkan
sinyal yang dihasilkan tersebut, maka suatu sel dapat ditentukan
jenisnya.
c. Parameter :
- Kadar hemoglobin
- Hitung jumlah eritrosit yang terdapat pada satu mikro liter darah
lengkap
- Hitung jumlah leukosit yang terdapat pada 1 mikro liter darah
lengkap
40

- Hitung jumlah trombosit yang terdapat pada 1 mikro liter darah


lengkap
- Nilai hematokrit
- MCV, MCH, MCHC
- Prosentasi limfosit, rosentasi basofil, eosinofil, dan monosit/ µL
darah
- Jumlah neutrofil
- Jumlah limfosit yang terdapat pada satu mikro liter darah lengkap
- Jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang terdaat pada satu
mikro liter darah lengkap.
- Jumlah neutrofil yang terdapat pada satu mikro liter darah
lengkap.
- Rata-rata volume trombosit

3. Pemeriksaan Laju Endap Darah

Gambar 3.10 Proses pemeriksaan LED


a. Metode : Westergreen
b. Prinsip : Darah dengan antikoagulan akan didiamkan
secara vertikal pada suhu kamar, maka eritrosit akan mengendap
pada dasartabung dan dihitung panjang plasmanya.
c. Nilai Normal : Laki-laki = 0 - 10 mm/jam
Wanita = 0 - 20 mm/jam
41

d. Alat dan Bahan :


- Bahan pemeiksaan berupa darah vena dengan antikoagulan
EDTA 10%
- Tabung Westergren
- Rak tabung Westergren
- Tabung reaksi
- Mikropipet 1000 µL
- Tip biru
- NaCl fisiologis
- Timer
e. Cara Kerja :

Gambar 3.11 Seorang mahasiswi sedang


melakukan persiapan pemeriksaan LED

1) Disiapkan darah vena dengan antikoagulan EDTA sebanyak 1


mL, campurkan dengan NaCl fisiologis sebanyak 0,25 ml dalam
tabung, lalu dihomogenkan.
2) Hisap darah tersebut ke dalam tabung westergen sampai
angka 0.
3) Letakkan tabung westergen tersebut pada rak westergen
dengan posisi tegak lurus.
4) Catat waktu mulai didiamkan dan periksa tingginya plasma dan
buffy coat sesudah satu jam pertama dan kedua.

4. Waktu Perdarahan (Bleeding Time)

Gambar 3.12 Proses pemeriksaan Bleeding Time


a. Metode : Duke
b. Prinsip : Menguji sistem vaskuler dengan membuat
perdarahan buatan (artifical bleeding),kemudian lihat lamanya
sampai tidak terjadi perdarahan. Lamanya waktu yang diperlukan
untuk terhentinya perdarahan dihitung setiap 30 detik.
c. Nilai Normal : 1-3 menit
d. Alat dan Bahan :
- Stopwatch
- Autoclick lancet
- Kapas alkohol
- Tissue/kapas kering
e. Cara Kerja :
1) Bersihkan cuping telinga dengan kapas alkohol, biarkan kering
2) Tusuk pinggir daun telinga dengan autoklik
3) Jalankan stop watch begitu darah keluar
4) Isap tetes darah yang keluar setiap 15 menit dengan tisu kering
5) Hitung waktunya hingga darah berhenti keluar
6) Catat waktu yang terhitung dengan stopwatch pada buku kerja
sebagai acuan waktu pendarahan
7) Tulis hasil pada buku hasil pemeriksaan
8) Buang lancet bekas ke dalam tempat sampah medis khusus
benda tajam.

5. Waktu Pembekuan (Clotting Time)

Gambar 3.13 Proses


pemeriksaan Clotting Time
a. Metode
: Lee-White
b. Prinsip : Bila darah dikeluarkan dari pembuluh darah
dan ditempatkan pada tabung reaksi pada suhu 37 0 C, maka akan
timbul pembekuan karena adanya kontak terhadap dinding gelas
yang selanjutnya diikuti dengan reaksi pembekuan biasa (jalur
intrinsik).
c. Nilai Normal : 5 – 11 menit
d. Metode lain : Object glass : 3-7 menit
Kapiler : 3-5 menit
e. Cara kerja :
1) Ujung jari pasien dihapus dengan kapas alkolhol, tunggu
sampai kering.
2) Jari ditusuk dengan lanset steril sedalam  3 mm, tetes darah
pertama dihapus dengan kapas kering. Tetes darah berikutnya
diteteskan pada kaca objek di 2 tempat (kanan dan kiri) dengan
diameter tetesan 4 mm atau 5 mm. Pada saat tetesan darah
pertama menyentuh kaca objek, stopwatch dijalankan
3) Setiap 30 detik amati terbentuknya benang fibrin pada tetesan
kedua dengan cara mengoreknya dengan ujung jarum
spuit/tusuk gigi. Bila sudah terbentuk benang fibrin pada
tetesan kedua selanjutnya memperlakukan hal yang sama
pada tetesan darah pertama.
4) Stopwatch dihentikan bila sudah terbentuk benang fibrin pada
tetesan darah pertama. Nilai normal : Metode Lee White 4-11
menit

6. Penentuan Golongan Darah Sistem ABO


a. Metode : Slide
b. Prinsip : Reaksi antigen antibodi menyebabkan
terjadinya
aglutinasi
c. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan berupa darah vena/kapiler
- Batang pengaduk
- Mikropipet 10 µL
- Slide
d. Cara kerja :
1) Disiapkan reagen siap pakai yang disimpan pada suhu 8ºC.
2) Gunakan alat pelindung diri (jas laboratorium dan sarung
tangan)
3) Teteskan 20 µL reagen golongan darah pada masing–masing
kotak pada kartu golongan darah.
4) Teteskan 20 µL darah pada kotak–kotak yang sudah terisi
reagen.
5) Campur masing – masing kotak tersebut hingga homogen
6) Baca hasil dan tulis pada buku hasil pemeriksaan.
e. Interpretasi Hasil :
Anti-A Anti-B Anti-AB Golongan Darah
- - - O
+ - + A
- + + B
+ + + AB
B. Pemeriksaan Kimia Klinik
1. Pemeriksaan Kimia Klinik Menggunakan Alat ABX PENTRA 400

Gambar 3.14 Alat ABX


Pentra 400
a. Prinsip : Bila pada larutan suatu zat dengan ketebalan
tertentu dilewatkan sinar monokromatis, maka sebagian sinar
tersebut akan diabsorpsi oleh larutan tersebut. Banyaknya sinar
yang terabsorpsi tergantung dari konsentrasi zat dalam larutan.
b. Parameter :
- Albumin - HDL
- ALP - LDL
- ALT - Trigliserida
- Amylase - Protein Total
- AST - Globulin
- Total Bilirubin - Lypase
- Direct Bilirubin - CK
- Ca - CKMB
- Cholesterol - Kreatinin
- Glukosa - LDH
- Gamma-GT - Mg
- Iron - P
- Urea - K
- Asam urat - Cl
- Na
c. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan - Mikropipet 500 uL
berupa serum - Cup ABX
- Tissue - ABX Pentra 400
d. Cara Kerja :
 Kalibrasi Kontrol
1) Dari menu utama pilih Worklist.
2) Pilih calibration dari worklist, kemudian tekan Add New untuk
menambahkan jenis parameter yang akan dikalibrasi.
3) Kemudian pilih All Calibrations Expired lalu tekan OK untuk
validasi atau pilih jenis parameter yang akan dikalibrasi.
4) Pilih Kontroluntuk menjalankan kontrol, kemudian pilih Add
New untuk menambahkan jenis kontrol yang akan dilakukan.
5) Pilih Default Kontrol untuk menambahkan jenis kontrol
manual. Tekan OK untuk validasi terhadap permintaan
kontrol. Tekan tombol Run untuk memulai.
 Running Sampel
1) Dari menu utama, pilih Worklist.
2) Pilih patient pada menu Worklist kemudian tekan Add New
untuk menambahkan pemeriksaan.
3) Isi data dari pasien pada bagian Patient Demogaphic,
kemudian isi pula Sampel Characteristic. Tentukan jenis
parameter yang akan diperiksa lalu tekan OK untuk validasi
pemeriksaan yang akan diminta. Kemudian letakan sampel
pada sampel Rak sesuai dengan No pada
sampelCharateristic.
4) Jika ingin meletakan sampel pada saat alat sedang bekerja
dapat dilakukan apabila lampu pada sampel tray sudah
berwarna hijau.
5) Jika ingin meletakan sampel pada saat lampu masih
berwarna merah, dapat dilakukan dengan menekan tombol
Pause.
6) Tekan tombol Run untuk memulai pemeriksaan.

Gambar 3.15 Mahasiswa sedang


melakukan pemeriksaan kimia dengan alat ABX P400
 Mematikan Status Sampel
1) Dipergunakan untuk melihat status dari sampel yang sedang
dijalankan. Dari menu utama periksa status dari sampel yang
ada pada tray dengan melihat warna ada (1)
2) Jika ada sampel yang membutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut, tekan test Review (2).
3) Kemudian tekan sampling exception (3) untuk melihat
sampling alarm terjadi.
 Mematikan Alat
1) Tekan tombol exit (1) dari Menu utama sehingga pada layar
keluar Menu Shutdown.
2) Pilih standby (2), kemudian beri tanda ISE Cleaning (3) jika
ada system clening (4)
3) Kemudian tekan OK.

2. Pemeriksaan Kimia dengan menggunakan Cobas Integra 400 Plus

Gambar 3.16 Alat Cobas Integra 400 Plus


a. Metode : Fotometri
b. Prinsip : Kuvet akan dipindahkan ke inkubator di mana
lengan dispensing membagi-bagikan sampel dan reagen yang
sesuai uji. Jarum mengaktifkan pengoperasian pencampuran di
dalam kuvet dan bergerak melalui fotometer. Fotometer mengukur
absorbansi dari setiap kuvet. Dalam pengukuran kinetik
pengukuran absorbansi diulang sebanyak didefinisikan dalam
parameter uji selama periode waktu tertentu.
c. Parameter :
- Albumin - ALP
- ALT - Gamma-GT
- Amylase - Iron
- AST - LDH
- Total Bilirubin - Mg
- Direct Bilirubin - P
- Ca - Urea
- Cholesterol - Asam urat
- HDL - Protein Total
- LDL - Trigliserida
- CK - Na
- CKMB - K
- Kreatinin - Cl
- Glukosa
d. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan - Mikropipet 500 uL
berupa serum - Cup Konelab 20Xt
- Tissue - Konelab 20Xt
e. Cara kerja :
 Menghidupkan C.I. 400 Plus
1) Pastikan UPS bekerja dengan baik
2) Periksa water reservoir (aquadest) tambahan bila perlu
3) Nyalakan alat serta nyalakan computer
4) Isi user ID (lab) dan Password (1234)
5) Instrument akan melakukan inisialisasi dan melakukan daily
maintenance, tunggu sampai standby.
6) Kerjakan yang memang diperlukan
NOTES : Pastikan menggunakan aquadest yang berkualitas baik
dikarenakan air
sangat berpengaruh pada performa pengukuran
pemeriksaan.
Gambar 3.17 Mahasiswa sedang melakukan pemeriksaan kimia dengan
alat C.I 400
 Persiapan Reagent
Periksa kecukupan reagent Cleaner,Kuvet, ISE Deproteinezer, dan
activator (aquadest)
1) Periksa limbah cair dan limbah padat (cuvette waste)
2) Masukkan reagent kerja, periksa kecukupan jumlah test
(Status-cassette)
NOTES : usahakan untuk tidak memegang label barcode reagent untuk
menghindari kerusakan label barcode yang dapat mengakibatkan
reagent tidak bias dibaca oleh alat.
 Melakukan Kalibrasi
1) Pilih order » Calibration
2) Pilih jenis tes yang akan dikalibrsi
3) Save
4) Siapakan Kalibrator yang diperlukan sesuai dengan jenis test
yang akan dikalibrasi
5) Letakan kalibrator pada rak yang telah ditentukan, kemudian
masukan ke dalam slot kontrol & kalibrator
6) Tekan start
7) Evaluasi hasil kalibrasi pada menu result-calibration
NOTES : pastikan no. lot kalibrator yang digunakan dengan yang
tertera pada alat sudah sesuai agar tidak terjadi kesalahan
dalam proses kalibrasi.
 Melakukan Kontrol
1) Pilih order » Quality Control
2) Pilih jenis test yang akan dikontrol.
3) Save
4) Siapkan bahan control yang diperlukan sesuai dengan jenis
test yang akan dikontrol
5) Letakan control pada arah yang telah ditentukan, kemudian
masukkan ke dalam slot kontrol & kalibrator.
6) Tekan start
7) Evaluasi hasil kontrol pada menu Result-Quality Control
8) Pastikan semua control masuk dalam range 2SD
NOTES : pastikan no.lot control yang digunakan dengan tertera pada alat
sudah sesuai agar tidak terjadi kegagalan dalam proses quality
control.
 Melakukan pemeriksaan (dengan barcode)
1) Letakkan sampel di rak sampel, masukkan ke dalam slot
sampel
2) Tekan start
 Menjalankan Kontrol
1) Order » sampel
2) Isi order ID dan masukkan data pasien
3) Pilih jenis tes yang diminta » save
4) Isi posisi tabung dan rak » save
5) Ulangi langkah 1-4 untuk memasukkan data sampel lainnya
6) Pilih worklist – recheck data pasien dan pemeriksaan yang
akan di running
7) Tekan start
8) Evaluasi hasil pada menu result » sampel
9) Periksa juga hasil pada menu result » validate.

 Mematikan Instrument
1) Keluarkan semua reagent dari alat simpan dalam lemari
pendingin
2) Pastikan alat sudah standby kemudian pilih file » shutdown
» ok
3) Setelah komputer mati, lalu matikan alat.

3. Pemeriksaan Gula Darah dengan On Call Plus

Gambar 3.18 Strip On Call Plus

a. Prinsip : Darah yang di teteskan ke ujung strip tes akan


di serap oleh sel reaksi menjadi sebuah arus listrik yang kemudian
di deteksi oleh meter.
b. Cara kerja :
1) Siapkan glukometer, dengan cara memasukan strip kalibrasi bila
sukses akan keluar no. LOT reagen pada display jika tidak maka
kalibrasi harus di ulang.
2) Lakukan intruksi kerja pengambilan sampel darah kapiler
Masukan reagen strip pada medisense optium kemudian tunggu
sampai keluar tanda APPLY BLOOD.
3) Teteskan darah pasien yang keluar pada lubang reagen strip,
sampai memenuhi lubang, dan pada display akan keluar
hitungan waktu mundur selama 10 detik.
4) Tutup jari pasien yang ditusuk dengan kapas alkohol.
5) Catat hasil yang keluar pada display di buku kerja.
c. Nilai normal :
 Glukosa puasa : 70 – 100 mg/dl
 Glukosa 2JPP : < 140 mg/dl
 Glukosa sewaktu : < 180 mg/dl
 Jika pada display keluar tanda Lo, maka kadar glukosa
sebenarnya mungkin < 20 mg/dl
 Jika pada display keluar tanda Hi, maka kadar glukosa
sebenarnya mungkin > 600 mg/dl
 Jika pada display keluar tanda test error 2, maka berarti tes yang
dilakukan error ( kesalahan prosedur )
 Jika pada display keluar tanda test error 4, maka berarti kadar
glukosa terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah sehingga tidak
dapat terbaca oleh alat
4. Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah) dengan RapidLab 348

Gamabar 3.19 Alat RapidLab 348


a. Prinsip : Gas sampel yang diambil melalui Probe akan
masuk ke setiap sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel
akan dibandingkan dengan gas standar melalui pemancaran sistem
infra red dimana akan menghasilkan perbedaan panjang
gelombang yang akan di konversi receiver menjadi signal analog.
b. Parameter : Blood Gas (pH, pCO2, pO2), Elektrolit (Na, K, Cl)
dan Hematokrit.
c. Prosedur :
1) Bilas spuit dengan heparin dengan cara menghisap 0,5 mL
heparin kedalam spuit dengan posisi spuit tegak, kemudian tarik
hingga pangkal spuit dan kembalikan heparin ke dalam
penampungnya.
2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan dan jas
laboratorium) cuci tangan sebelum menggunakannya.
3) Raba nadi femoralis dengan ibu jari dan jari tengah hingga
terasa denyut nadi.
4) Lakukan desinfektan pada daerah ateri yang akan ditusuk
dengan kapas alkohol.
5) Dengan tangan dominan memegang spuit, tusukan jarum
dengan mulut menghadap ke atas dan sudut 45 – 50 º terhadap
kulit. Tusukan dilakukan ke arah denyut maksimum, bila arteri
tertusuk darah akan masuk ke dalam spuit secara spontan.
6) Setelah memperoleh darah sebanyak 1 – 2 cc, hentikan
pengambilan darah, cabut spuit.
7) Berikan tekanan diatas tempat tusukan dengan kapas alkohol
selama 5 menit untuk mencegah hematoma. Kemudian diberi
plester.
8) Keluarkan gelembung udara yang ada dalam spuit, sumbat
ujung jarum dengan penyumbat karet.
9) Beri label berisi identitas pasien, sertakan formulir pemeriksaan
yang dilengkapi keterangan data pasien berupa kadar Hb, Suhu,
dan waktu pengambilan sampel.
10) Masukan spuit ke dalam coolbox apabila jarak tempat
pengambilan sampel ke laboratorium memerlukan waktu lebih
dari 15 menit.
11) Disposible syringe bekas di buang kedalam tempat sampah
medis khusus benda tajam.
d. Cara Kerja :
1) Tekan tanda bintang (*), pada posisi alat standby.
2) Tunggu sampai alat selesai kalibrasi secara otomatis.
3) Setelah posisi alat Ready, buka holder dan letakan sampel pada
kapiler penghisap hingga sampel terhisap.
4) Tunggu hingga bunyi beep dan tutup holder kembali.
5) Setelah muncul parameter yang diperiksa klik enter patient dan
masukan nomor ID pasien, suhu pasien, dan Hb pasien.
6) Tunggu beberapa saat sampai keluar hasil.
7) Setelah selesai, kembali ke menu awal. Tekan tanda pagar (#).
8) Tekan angka 7 (Standby).

5. Pemeriksaan Elektrolit ( Na+,K+,Cl- ) dengan XD 683 Elektrolit


Analyzer
Gambar 3.20 Alat XD 683
Elektrolit Analyzer
a. Prinsip : Dengan membandingkan aliran listrik yang
terbentuk pada kedua elektroda, kita dapat menentukan konsentrasi
zat yang kita periksa.
b. Nilai Normal : Natrium : 135 – 148 meq/L
Kalium : 3,5 – 5,5 meq/L
Klorida : 92 – 108 meq/L
Kalsium : 4,7 – 5,2 meq/ L
c. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan berupa serum
- Tissue dan Electrolyte Analyzer
d. Cara kerja :
 Menghidupkan Alat
1) Tekan ON sampai muncul tanda READY pada tampilan.
2) Tekan YES, tunggu tampilan Please wait (sampai bunyi
beep)
 Memasukkan Sampel
1) Buka holder dan masukkan sampel di posisi PROBE (tunggu
bunyi beep)
2) Angkat sampel dari PROBE dan tutup holder kembali.
3) Setelah muncul parameter yang diperiksa klik enter patient
dan masukan nomor id pasien.Tunggu beberapa saat
sampai keluar hasil.

Gambar 3.21 Mahasiswa


sedang melakukan pemeriksaan
elektrolit

C. Pemeriksaan Urin
1. Pemeriksaan Urin Rutin

Gambar 3.22 Mahasiswa sedang


melakukan pemeriksaan urin rutin
a. Metode : Carik Celup
b. Prinsip : Adanya enzim yang akan menguraikan substrat
kemudian bereaksi dengan zat kromogen sehingga menimbulkan
perubahan warna.
c. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan - Strip reagen carik celup
urin - Standar warna (skala
- Tabung reaksi warna) yang terdapat
- Mikroskop pada botol
- Object glass dan Deck
glass
- Sentrifuge
- Tissue
d. Cara Kerja :
1) Urin ditampung dalam botol bersih.
2) Dikocok perlahan lahan agar homogen.
3) Strip tes dicelupkan kedalam urin tersebut.
4) Strip tes dikeluarkan sambil menyeka bagian pinggirnya pada
mulut botol urin, sehingga tidak terdapat urin yang berlebihan
dari kertas tersebut.
5) Baca hasil pemeriksaan dengan cara membandingkan warna-
warna hasil reaksi pada strip tes dalam 60 detik.
6) Tabung yang berisi urin disentrifuge selama 5 menit.
7) Supernatannya diambil kemudian memeriksa endapannya
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x.
8) Interpretasi hasil
- Makroskopis : e) Keasaman/pH
a) Warna - Mikroskopis :
b) Kekeruhan a) Leukosit : 0-5/LPB
c) Bau b) Eritrosit : 0-1/LPB
d) Bj c) Epitel : + (positif)
d) Silinder : - (negatif)

Gambar 3.23 Mahasiswa sedang melakukan pemeriksaan


sedimentasi urin
2. Pemeriksaan Kehamilan Metode Tes Stick

Gambar 3.24 Pemeriksaan kehamilan metode tes stick

a. Metode : Tes stick


b. Prinsip : Tes kehamilan satu langkah menggunakan
prinsip immunochromatography. Pemeriksaan immuno mempunyai dua
tempat unik pada membran, kemudian sampel akan mengalir melalui
membran dan berkumpul di dalam stick, warna emas anti hCG-koloid
akan berkonjugasi kompleks dengan hCG di dalam sampel. Kompleks
ini akan bergerak lebih jauh di dalam membran sehingga membentuk
formasi pita berwarna merah muda dimana akan menghasilkan tes
positif. Tidak adanya pita berwarna merah muda pada stick
mengindikasikan hasil negatif.
c. Alat dan Bahan :
- Test Stick
- Tabung urin
- Urin
d. Cara Kerja :
 Test Stick
1) Kumpulkan urin dalam tabung bersih, pastikan jumlahnya cukup
untuk mencelupkan stick
2) Celup stick hingga tanda batas
3) Diamkan beberapa saat
4) Jika garis kontrol dan garis sampai berwarna merah muda, hasil
positif hamil
5) Jika garis kontrol saja yang berwarna merah muda, hasil negatif

3. Pemeriksaan Kehamilan Metode Slide test-Direct


a. Prinsip : Urin yang mengandung hCG dengan penambahan
anti-hCG akan berikatan, maka terjadi aglutinasi dan wanita positif
hamil.
b. Alat dan Bahan :
- Plat tetes - Urin
- Anti hCG - Kontrol(+) dan (-)
- Anti hCG Lateks
c. Cara kerja :
1) Teteskan 1 tetes (50 µl) kontrol (+) pada bulatan I
2) Teteskan 1 tetes (50 µl) kontrol (-) pada bulatan II
3) Teteskan 1 tetes (50 µl) kontrol urin pada bulatan III
4) Pada masing-masing bulatan teteskan 1 tetes (50 µl) anti serum ᵝ-
hCG, campurkan sampai merata.
5) Diputar slide selama 2 menit dan baca hasil dibawah cahaya
langsung.
4. Pemeriksaan Narkoba

Gambar 3.25 Proses pemeriksaan narkoba metode kromatografi


a. Metode : Kromatografi
b. Prinsip : Tes didasarkan pada kompetisi penjenuhan IgG
anti-narkoba yang mengandung substrat enzim (ada dalam keadaan
bebas di zona S). Jika dijenuhi oleh sampel positif narkoba, maka IgG
anti narkoba-substrat tidak akan berikatan dengan narkoba-enzimnya,
sehingga tidak terjadi reaksi enzim-subtrat yang berwarna. Sebaliknya
jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba) atau hanya sebagian
dijenuhi (sampel mengandung narkoba dalam jumlah di bawah ambang
batas pemeriksaan), maka IgG anti-narkoba-substrat akan berikatan
dengan narkoba-enzimnya secara penuh atau sebagian, sehingga
terjadi reaksi enzim-substrat yang menghasilkan garis berwarna pada
daerah tes dan kontrol.
c. Alat dan Bahan :
- Strip tes narkoba (AMP, THC, MOP dan BZO)
- Urin
d. Cara kerja :
1) Bawa tes device ke suhu ruangan sebelum membukanya. Sobek
pembungkus dan pindahkan alat tersebut dan gunakan segera
2) Celupkan strip tes pada urin sampai batas, kemudian angkat
setelah 10 detik dan keringkan. Tunggu hingga garis merah muncul,
hasil dibaca pada 5 menit.
e. Interpretasi hasil:
 Hasil Positif : Muncul 1 garis merah pada garis kontrol
 Hasil Negatif : Muncul 2 garis merah pada garis kontrol
dan tes
 Hasil Invalid : Jika muncul 1 garis pada garis tes atau tidak
muncul
garis

D. Pemeriksaan Feses
1. Pemeriksaan Feses Rutin
Pada pemeriksaan feses secara makroskopis yang diperhatikan adalah
volume, bentuk, konsistensi, warna, bau, ada tidaknya darah samar, lendir,
nanah, sisa-sisa jaringan, sisa-sisa makanan maupun parasit. Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan sebelum pasien diberi barium atau pencahar.
Pemerikasaan feses secara mikroskopis dapat menambah hasil
pengamatan sacara makroskopis, pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan
terhadap sisa makanan (kabohidrat, protein, lemak), sel-sel darah
(eritrosit/leukosit), sel epitel, sel ragi, kristal-kristal, parasit (amoeba,telur
cacing)
a. Alat dan Bahan:
- Bahan pemeriksaan berupa
feses - Dectglass
- Mikroskop - Tusuk gigi
- Kaca objek - Pewarna eosin
b. Cara kerja:
 Pemeriksaan Makroskopik
1) Warna : Normal : kuning
Abnormal : melena/hitam, akholis/pucat
2) Bau : Bau khas feses yang disebabkan oleh indol,
skatol dan
asam butirat
3) Konsistensi : Lunak/lembek sampai padat dan berbentuk.
4) Lendir/darah /pus : Negatif tidak terdapat lendir/ darah/ pus
pada feses normal.
5) Parasit : negatif
 Pemeriksaan Mikroskopik
1) Tetesi kaca objek disebelah kiri dengan 1 tetes larutan Eosin
1%.
2) Ambil feses di bagian tengahnya atau pada permukaan yang
mengandung lendir, darah atau nanah + seujung lidi.
3) Aduk tetesan EOSIN 1% dengan feses di atas permukaan kaca
objek, kemudian buat preparat yang tipis.
4) Tutupi dengan cover glass/kaca penutup.

2. Pemeriksaan Darah Samar Feses


a. Metode : Benzidine
b. Prinsip : Hemoglobin sebagai peroksidase yang
berfungsi menguraikan H2O2 dan On (Onase) akan mengoksidasi
benzidine sehingga timbul warna biru kehijauan.
c. Alat dan Bahan :
- Sampel berupa feses - Benzidine
- Aquadest - H2O2
- Asam asetat glacial
d. Cara kerja:
1) Buatlah emulsi tinja dengan air atau larutan garam kira–kira 10
ml dan panaskan sampai mendidih.
2) Saringlah emulsi yang masih panas tersebut dan biarkan
filtratnya menjadi dingin kembali.
3) Masukan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau ke dalam
tabung lain.
4) Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocok sampai benzidine
tersebut larut dan meninggalkan beberapa kristal.
5) Masukan 2 ml emulsi tinja pada tabung tersebut, campurkan.
6) Berilah 1 ml larutan H2O2 3 %, campurkan.
7) Baca hasil dan tulis pada buku hasil pemeriksaanInterpretasi
hasil:
(+) : Larutan berwarna hijau
(++) : Larutan berwarna hijau kebiruan
(+++) : Larutan berwarna biru
(++++) : Larutan berwarna biru tua
(-) : Tidak ada perubahan warna atau warna yang
terbentuk
Berwarna hijau samar

E. Pemeriksaan Liquor Cerebral Spinalis (LCS)


1. Pemeriksaan LCS Metode Nonne Apelt
a. Prinsip : Protein dalam suasana asam akan menggumpal
b. Alat dan bahan :
- Tabung reaksi
- Ammonium Sulfat
- Bahan Pemeriksaan berupa LCS
- Pipet
c. Cara kerja :
1) Tempatkan 1 cc LCS dalam tabung reaksi.
2) Tambahkan 1 cc larutan ammonium sulfat.
3) Biarkan selama 3 menit.
d. Intrepetasi hasil
1) Normal : tidak terjadi cincin putih pada daerah
perbatasan kedua cairan.
2) Positif : terbentuk cincin putih pada daerah
perbatasan kedua cairan. Hasil positif menunjukkan protein
dalam LCS.
2. Pemeriksaan LCS Metode Pandy
a. Prinsip : Protein dalam suasana asam akan menggumpal
b. Alat dan bahan :
- Tabung reaksi
- Fenol
- Bahan Pemeriksaan berupa LCS
- Pipet
c. Cara kerja :
1) Tempatkan 1 cc LCS dalam tabung reaksi.
2) Tambahkan 1 cc larutan fenol (pandy).
3) Biarkan selama 3 menit.
d. Intrepetasi hasil :
Normal : tidak ada kekeruhan
Positif : terdapat kekeruhan seperti awan putih
kebiruan. Hasil positif menunjukkan protein
dalam LCS

3. Pemeriksaan Mikroskopik LCS


a. Hitung jumlah leukosit
1) Kocoklah dulu cairan otak yang akan diperiksa.
2) Isaplah lebih dulu larutan Turk pekat 20 µL.
3) Kemudian isaplah cairan otak 180 µL.
4) Kocoklah kemudian isilah kamar hitung fuchs-
Rosenthal/Improved Neubaeur dan biarkan kamar hitung selama
5 menit.
5) Hitunglah semua sel leukosit yang dilihat dalam seluruh bidang
yang dibagi dengan memakai lensa objektif 10 x.
b. Hitung jenis leukosit
1) Cairan LCS yang jernih atau agak keruh harus disentrifuge
terlebih dahulu dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 10
menit.
2) Supernatan dibuang dan sedimen dipakai untuk membuat sedian
apus yang dibiarkan kering pada suhu kamar. Jangan memakai
panas untuk merekat sediaan tersebut.
3) Warnai dengan Wright atau Giemsa.

c. Pemeriksaaan terhadap protein


 Tes Busa
Cairan otak dikocok kuat, maka busa yang terjadi hanya sedikit
saja dan menghilang lagi setelah ditenangkan 1-2 menit, jika
kadar protein sangat tinggi, maka akan lebih banyak busa dan
belum hilang dalam waktu lewat 5 menit.

F. Pemeriksaan Transudat/ Eksudat


a. Metode : Rivalta
b. Prinsip : Seromisin dalam suasana asam akan
menggumpal/ mengendap.
c. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan transudat/eksudat (acites)
- Beker Glass
- Asam asetat glasial
- Aquadest
- Pipet Tetes
d. Cara Kerja :
1) Beker gelas diisi akuades sebanyak 100 ml.
2) Beri 0,1 cc asam asetat glasial.
3) Teteskan 1 tetes cairan transudat/eksudat kedalam larutan di
atas.
4) Lihat kekeruhan atau gumpalan yang terjadi.

G. Pemeriksaan Imunoserologi
1. Pemeriksaan Imunoserologi dengan alat Maglumi 800
Gambar 3.26 Alat
Maglumi 800
a. Metode
:
Chemiluminescence Immunoassay (CLIA)
b. Prinsip : Adanya ikatan antigen-antibodi yang
membentuk kompleks imun, kemudian berikatan dengan antibodi
berlabel membentuk dasar CLIA. Dengan menggunakan partikel
padat stationer (medan magnet) yang menarik antigen atau antibodi.
Adanya inkubasi yaitu untuk memberikan waktu agar kompleks imun
terbentuk dengan utuh, kemudian ditambahkan substrat. Hal ini
menimbulkan generasi cahaya. Intensitas cahaya yang terbentuk
sebanding dengan jumlah kompleks imun yang terdapat dalam
sampel. Intensitas tersebut diukur dalam RLU.
c. Cara Kerja :
 Pengecekan sebelum menghidupkan alat :
1) Cek ketersediaan Reaction Modules (cuvette)
2) Cek ketersediaan starter 1 dan starter 2
3) Cek ketersediaan System Liquid
4) Cek kantong cuvette
5) Cek Waste Tank
 Menghidupkan alat :
1) Nyalakan tombol Main Switch dan Sub Main Switch
2) Nyalakan Personal Computer.
 Menjalankan Alat :
1) Double Klik Icon Maglumi User
2) Masukan User : LAB
3) Masukan password : LAB123
4) Ceklist Initialization with cuvette(s) Clear
5) Jalankan System Test (BGW dan Light cek)
6) Tempatkan light cek (LC) pada rak sampel
7) Masukan rak sampel tadi di area sampel station ( rak no.5)
8) Masuk menu Pat & Rea
9) Pilih di rak station nomor rak yang sudah di tempatkan LC tadi.
10) Pada sampel info, pilih nomor penempatan LC
11) Klik Std/LC, klik OK
12) Klik Menu, Klik System Tes
13) Masukan nilai :
Pippetor 3 Chamber 3
Washer 3 BGW 1 & LC 1
14) Klik OK, klik Start untuk menjalankan
15) Untuk melihat hasil dan berapa lama selesainya
16) Klik Report kemudian System Tes
Range BGW 300-1200 RLU, CV < 5%
Range LC 400000-600000 RLU, CV <5%

 Cara Memasukan Reagen


a. Buka reagen station
b. Scan reagen pada RFID
c. Masukan reagen pada slot yang diinginkan pada reagen
station
d. Cek status pada menu utama, lalu klik reagen
e. Tunggu masing-masing reagen 30 menit sampai proses
mixing selesai
- Warna hijau : Reagen siap pakai, kalibrasi valid
- Warna merah muda : Kalibrasi reagen expired
harus kalibrasi ulang
- Warna merah : Reagen belum siap/belum kalibrasi
 Cara Menjalankan kalibrasi
1) Kalibrasi dilakukan jika reagen baru dan nomor LOT berbeda
dan kalibrasi reagen expired
2) Klik Menu Pat & Rea
3) Klik parameter yang akan dikalibrasi, klik bagian
CALIBRATION lalu klik Start
4) Untuk melihat hasil kalibrasi dan waktu selesainya klik
Report lalu pilih Journal
5) Setelah selesai masuk menu Pat & Rea lalu klik view dan
divalidasi dengan mencentang pilihan VALIDATE
6) Jika status pada tes warna hijau maka reagen siap
digunakan.
 Cara memasukan nilai control baru
1) Pilih menu DEFINITIONS lalu CONTROL
2) Pilih Add masukan nama parameter control,lalu LOT No dan
EXP Date.
3) Pilih parameter ASSAY
4) Klik Add lalu masukan nilai Range,Ref Range, Target Value
dan Target SD lalu klik OK.
 Cara menjalankan Control
1) Tempatkan serum control di rak sampel
2) Masukan rak sampel tadi di area sampel station
3) Pilih menu Pat & Rea, pilih posisi rak dimana control
ditempatkan.
4) Lalu klik control, pilih tes control yang akan dijalankan (
warna panah berwarna hijau)
5) Pilih pilihan ( star in next run) lalu pilih ASSAY, lalu tekan
SAVE
6) Klik Start, lihat hasil pada Report lalu Journal.
 Cara menjalankan sampel
1) Tempatkan sampel pada rak sampel
2) Masukan rak sampel di area sampel station rak no.1 s/d 5
3) Pilih menu Pat &Rea, pilih posisi rak dimana sampel
ditempatkan
4) Masukan ID atau nama pasien, lalu pilih parameter ASSAY
yang diinginkan , SAVE
5) Klik Start, lihat hasil pada Report lalu Journal.
 Cara Mematikan alat
1) Klik tombol Power OFF pada layar
2) Matikan PC,lalu matikan sub- main switch dan main switch.

2. Pemeriksaan CD4
Gambar 3.27 Alat Pima
a. Prinsip : Reagen kering di segel dalam catridge tes
Alere Pima CD4 mengandung CD3 dan CD4 penanda deteksi.
Setelah catridge dimasukkan dalam Analyzer reagen yang
dilarutkan dalam sampel darah. Sampel akan berinteraksi dengan
CD3 dan CD4 antibodi monoklonal spesifik ysng diberi label dengan
pewarna flourescent yang berbeda. T-helpet akan secara otomatis
terdeteksi dengan menentukan mana sinyal neon dari kedua CD3
dan CD4 antibodi ditemukan pada sel yang sama. Sampel yang
menoda kemudian menyebar sepanjang saluran deteksi untuk
menunggu pengambilan gambar. Sinyal co-terletak didalam saluran
deteksi yang kemudian dihitung dan berkolerasi terhadap volume
saluran deteksi dan CD4 mutlak hitungan di tampilkan dalam sel/µl
pada layar analyzer.
b. Cara kerja :
 Preparasi Alat
a. Sambungkan kabel power ke aliran listrik, sambungkan kabel
printer dengan alat.
b. Tekan tombol power di belakang alat (warna orange) hingga
layar nyala.
c. Tekan Tombol √ pada layar
d. Masukan Cartrigde normal :
- Muncul pilihan user name
- Muncul pilihsn ID (tekan M), ketik Normal
- Nilai normal : 850 – 1.150 cL
- Tunggu sampai keluar hasil di layar, cabut cartdrige
- Pilih √ print
e. Alat akan kembali ke menu awal, tekan tombol √
f. Lakukan hal yang sama untuk cartdrige Low
- Nilai normal : 170 – 230 cL

 Preparasi Sampel
1) Buka Kemasan Prima CD4
2) Masukan sampel kedalam pipet bening
3) Cabut corong bening, tutup dengan kuat tutup orange.
Jangan ada celah, jangan menyentuh bagian cassete,
pegang ujung atas dan bawahnya saja ketika menutup.
4) Masukan cartdrige sampel, perlakuan sama seperti control.
 Prosedur mematikan alat
1) Kembali ke menu awal.
2) Ikuti petunjuk di alat.
3) Cabut kabel power dan printer.
4) Buang semua bekas cassete dan sampel ke dalam tempat
sampah medis.

3. Pemeriksaan HbA1c dengan Maglumi 800


Gambar 3.28 Mahasiswa sedang menggunakan alat Maglumi 800
a. Metode : Chemiluminescence Immunoassay (CLIA)
b. Prinsip : Antibodi detektor dalam buffer mengikat
antigen dalam sampel, membentuk kompleks antigen-antibodi, dan
bermigrasi ke membran nitroselulosa ke strip uji. Intensitas warna
yang terbentuk sebanding dengan banyaknya antigen di dalam
sampel.
c. Cara Kerja :
1) Pastikan alat terhubung dengan listrik, tekan tombol ”power”
pada bagian samping alat.
2) Masukan chip control HbA1c pada bagian ID chip,tekan tombol
”in-out”
3) Preparasi sampel
- Pipet 100µL Hemolysis buffer, masukan kedalam tube ”
deteksi buffer”
- Tambahkan 5µL sampel ”whole blood”, kedalam tube
”deteksi buffer”,kemudian homogenkan.
- Siapkan Cartdrige
- Masukan 75 µL sampel yang telah dihomogenkan kedalam
sumur cartdridge [O]
- Masukan certdridge kedalam ”i-chamber”
- Inkubasi selama 12 menit
- Setelah 12 menit, klik tombol ”select”, kemudian baca hasil
pada layar.
4) Mematikan Alat :
- Klik ”Reset”
- Klik ”in-out”
- Cabut chip HbA1c

4. Pemeriksaan Malaria Metode Rapid Test


a. Prinsip : Daerah tes “Pf” mengandung antibodi
monoklonal tikus spesifik terhadap HRP-II P.falciparum dan pada
daerah tes “pan” mengandung antibodi monoklonal tikus spesifik
terhadap pLDH dari “pan” (Plasmodium vivax, P. malariae, P.
ovale). Campuran dari antibodi monoklonal tikus spesifik terhadap
HRP-II P.falciparum dan antibodi monoklonal tikus spesifik terhadap
pLDH dari pan yang dilapisi koloidal gold konjugat bereaksi dengan
antigen malaria dalam sampel yang kemudian bergerak secara
kromatografi ke bagian tes dan menghasilkan garis berwarna.
b. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan berupa whole blood
- Test kit Malaria
- Tissue
- Timer
c. Cara Kerja :
1) Letakkan komponen kit pada suhu ruangan sebelum digunakan.
2) Membuka kemasan dan ambil alat tes untuk segera digunakan.
Setelah kemasan terbuka, alat tes harus segera digunakan.
Simpan alat tes pada permukaan yang bersih dan datar
3) Diambil spesimen whole blood dengan menggunakan pipet yang
tersedia (kira-kira 5µL) kemudian masukkan ke sumur sampel
(S) yang berbentuk bulat.
4) Ditambahkan 4 tetes buffer pada sumur diluen yang berbentuk
kotak kemudian nyalakan timer.
5) Dibaca hasil setelah 15 menit. Jangan membaca hasil setelah
30 menit.
d. Interpretasi Hasil
- Hasil positif : Bila terbentuk 2 atau 3 pita merah (pada garis
“C” dan garis tes “pf”, atau pada garis tes “pan”, atau ketiganya).
- Hasil negatif : Bila hanya terbentuk sebuah pita biru di garis
kontrol.

5. Pemeriksaan VDRL
a. Metode : Slide Carbon
b. Prinsip : Serum dicampur dengan Ag yang melapisi
karbon dan dirotasikan selama 8 menit. Jika dalam sampel terdapat
antibodi antilipoidal maka akan bereaksi dengan reagen karbogen
dan tampak sebagai flokulasi hitam. Jika dalam sampel tidak
terdapat antibodi lipoidal maka tidak terjadi flokulasi.
c. Nilai Normal : Negatif
d. Alat dan Bahan :
- Kertas RPR - Rotator
- Clinipet - Kontrol (+)
- Tip kuning - Kontrol (-)
- Batang pengaduk - Sampel
plastik - Reagen kit
e. Cara Kerja :
1) Siapkan alat dan bahan.
Reagen
Serum Kontrol 50µL 20µL
(+)
Serum Kontrol 50µL 20µL
(-)
Serum sampel 50µL 20µL
2) Campur dengan batang pengaduk.
3) Rotasikan pada rotator 180 rpm selama 8 menit, amati ada
tidaknya flokulasi.
f. Interpretasi Hasil :
Hasil positif : Bila terbentuk aglutinasi
Hasil negatif : Bila tidak terbentuk aglutinasi

6. Pemeriksaan TPHA
a. Metode : Hemaglutinasi
b. Prinsip : Antibodi dalam serum direksikan degan
antigen Treponema Pallidum yang dilekatkan pada eritrosit
sehingga terjadi atau terbentuk hemaglutinasi.
c. Nilai Normal : Negatif
d. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan berupa serum
- Reagen TPHA
- Mikropipet 5 µL, 25 µL dan 100 µL
- Tip kuning
- Timer
e. Cara Kerja :
1) Reagen TPHA disiapkan dan dibiarkan pada suhu kamar.
2) Pada sumur 1 : Buat pengenceran serum 1: 20 (5µL serum +
95µL diluent).
3) Ambil masing-masing 25µL diluent serum dan masukkan ke
sumur 2 dan 3.
4) Pada sumur 2 tambahkan 75µL kontrol sel.
5) Pada sumur 3 tambahkan 75µL test sel.
6) Campur dan inkubasi pada suhu kamar selama 60 menit
f. Interpretasi Hasil:
Hasil positif : Bila terjadi aglutinasi
Hasil negatif : Bila tidak terjadi aglutinasi (menggumpal
berupa titik).

7. Pemeriksaan HbsAg Rapid Test

Gambar 3.29 Pemeriksaan


HbsAg
a. Metode : Kromatografi immunoassay
b. Prinsip : Serum yang berisi antigen diteteskan pada
bantalan sampel akan bereaksi dengan partikel yang telah
dilapisi anti-HBs. Campuran ini selanjutnya akan berikatan
dengan antibodi spesifik pada daerah tes, sehingga membentuk
garis berwarna pink.
c. Nilai Normal : Negatif
d. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan berupa serum atau plasma
- Reagen HbsAg
- Tissue
e. Cara Kerja :
1) Ambil reagen HbsAg satu buah kemudian dibuka
pembungkusnya.
2) Teteskan 2-3 tetes sampel ke lubang serum.
3) Biarkan 10-20 menit sampai muncul garis pink pada
membran.
f. Interpretasi Hasil:
Hasil positif : Bla terdapat 2 garis (pada kontrol dan tes)
Hasil negatif : Bila terdapat 1 garis (hanya terdapat garis
kontrol)
8. Pemeriksaan HCV Rapid Test
a. Metode : Kromatografi immunoassay
b. Prinsip : Spesimen mengandung antibodi terhadap
HCV akan berikatan dengan antigen rekombinan HCV yang telah
dilabel partikel koloidal gold pada membrane tes, yang akan
menimbulkan garis berwarna pink pada garis tes dan garis kontrol.
c. Nilai Normal : Negatif
d. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan berupa serum, plasma atau whole blood.
- Test pack HCV
- Mikropipet 100 µL & Tip kuning
- Tissue
- Timer

e. Cara Kerja :
1) Letakkan komponen kit pada suhu ruangan sebelum digunakan.
2) Dibuka kemasan dan ambil alat tes untuk segera digunakan.
Setelah kemasan terbuka, alat tes harus segera digunakan.
Simpan alat tes pada permukaan yang bersih dan datar.
3) Spesimen yang disimpan pada suhu 20C - 80C harus
disesuaikan suhunya agar mendekati suhu ruang sebelum
dilakukan pengetesan.
4) Pipet 100 µL serum atau plasma pada sumur sampel atau 1
tetes whole blood.
5) Baca hasil dalam 5-30 menit, tunggu hingga muncul garis
berwarna pink pada garis tes dan kontrol.
f. Interpretasi Hasil:
Hasil positif : bila terbentuk garis pink pada garis tes dan
kontrol.
Hasil negatif : bila terbentuk 1 garis pink pada garis kontrol.
6. Pemeriksaan Dengue IgG dan IgM
a. Metode : Rapid Tes
b. Prinsip : Rekombinan Dengue Virus Antigen Coloidal
Gold membentuk kompleks dengan antibodi IgM dan atau IgG pada
sampel sehingga menimbulkan pita yang berwarna merah.
Timbulnya pita merah pada daerah tes menandakan bahwa hasil
pemeriksaan positif, kontrol ditunjukkan dengan adanya pita
berwarna merah pada daerah C.
c. Nilai Normal : Negatif
d. Alat dan Bahan :
- Bahan pemeriksaan berupa serum
- Tes kit visitect dengue omega diagnostic
- Tissue
- Timer
- Pipet
e. Cara Kerja :
1) Letakkan komponen kit pada suhu ruangan sebelum digunakan.
2) Dibuka kemasan dan ambil alat tes untuk segera digunakan.
Setelah kemasan terbuka, alat tes harus segera digunakan.
Simpan alat tes pada permukaan yang bersih dan datar.
3) Spesimen yang disimpan pada suhu 20 C-80 C harus
disesuaikan suhunya agar mendekati suhu ruang sebelum
dilakukan pengetesan.
4) Untuk spesimen berupa serum atau plasma:
- Diambil spesimen dengan menggunakan pipet yang tersedia
(kira-kira 5 µL) kemudian dimasukkan ke sumur sampel (S)
yang tersedia pada alat.
- Ditambahkan 3 tetes buffer (kira-kira 90 µL) kemudian
menyalakan timer.

5) Untuk spesimen berupa whole blood (vena/ kapiler):


- Diambil spesimen dengan menggunakan pipet yang tersedia
(kira-kira 10 µL) kemudian dimasukkan ke sumur sampel (S)
yang tersedia pada alat.
- Ditambahkan 3 tetes buffer (kira-kira 90 µL) kemudian
menyalakan timer.
- Menunggu hingga tampak pita merah. Baca hasil dalam 10
menit. Jangan membaca hasil setelah 20 menit.
f. Interpretasi Hasil:
- Hasil positif : Bila terbentuk 2 atau 3 pita merah (1 pada C, 1
pada
IgM/IgG, atau pada IgM dan IgG).
- Hasil negatif : Bila hanya terbentuk 1 garis berwarna merah
pada
jendela kontrol (C)

7. Pemeriksaan HIV
Gambar 3.30
Pemeriksaan
HIV
a. Metode : Rapid test
b. Prinsip : Pemeriksaan ini menggunakan
imunokromatografi double antigen sandwich immunoassay pada
suatu membran. Munculnya warna dikarenakan adanya ikatan
komplek antara rekombinan konjugat koloidal gold dengan antibodi
HIV pada sampel. Komplek tadi bergerak ke membran daerah T
dimana telah dimobilisasi dengan antigen rekombinan HIV spesifik,
yang akan membentuk garis warna merah yang menunjukan hasil
positif. Didaerah C mengandung antibodi anti-rabit, campuran ini
bermigrasi keatas, jika terdapat antibodi HIV akan terbentuk garis
berwarna merah.
c. Alat dan Bahan :
- Serum atau plasma - Cassete Acon
- Pipet tes yang - Running Bufer Acon
disposibel
d. Cara Kerja :
1) Teteskan 1 tetes (25µL) sampel pada lubang S dengan pipet
disposibel yang sudah disediakan.
2) Tambahkan 40 µL Running Buffer., Diamkan selama 10 menit.
3) Amati terjadinya garis merah.
4) Pembacaan tidak boleh lebih dari 20 menit.
e. Interpretasi Hasil :
- Hasil Positif : Terbentuk garis warna merah pada area C dan
T
- Hasil Negatif : Tidak terbentuk garis warna merah pada area C
- Hasil Invalid : Tidak terbentuk garis warna merah pada area C

8. Pemeriksaan Widal

Gambar 3.31
Pemeriksaan Widal
a. Metode : Slide
b. Prinsip : Antigen ditambah dengan antibody akan
membentuk aglutinasi.
c. Alat dan Bahan :
- Mikropipet (5µL, 20µL, - Slide
100µL) - Serum sampel
- Stirer (batang - Ag (O, H, AH, BH)
pengaduk)
d. Cara Kerja :
 Test Kualitatif
1) Siapkan alat dan bahan
Slide I = 20µL serum + 1 tetes Ag O
Slide II = 20µL serum + 1 tetes Ag H
Slide III = 20µL serum + 1 tetes Ag AH
Slide IV = 20µL serum + 1 tetes Ag BH
2) Homogenkan serum dengan antigen
3) Goyangkan selama 2 menit
4) Amati ada tidaknya aglutinasi
 Test Kuantitatif
1) Siapkan alat dan bahan
Slide I = 40µL serum + 1 tetes Ag (P=1/40)
Slide II = 20µL serum + 1 tetes Ag (P=1/80)
Slide III = 10µL serum + 1 tetes Ag (P=1/160)
Slide IV = 50µL serum + 1 tetes Ag (P=1/320)
2) Homogenkan serum dengan antigen
3) Goyangkan selma 2 menit, amati ada tidaknya aglutinasi

9. Pemeriksaan TUBEX TF

Gambar 3.32
Pemeriksaan Tubex TF
a. Prinsip : TUBEX TF mendeteksi adanya anti-O9 dalam
serum passien dengan cara mengukur kemampuan serum antibodi
IgM dalam menghambat reaksi antara reagen warna coklat yang
mengandung antigen berlabel partikel lateks magnetik dan
monoklonal antibodi berlabel lateks warna dalam reagen biru.
Tingkat penghambatan yang dihasilkan, setara dengan konsentrasi
antibodi anti-O9 dalam sampel. Reagen coklat mengandung partikel
besi, dan pemisahan dilakukan oleh suatu daya magnetik. Hasil
dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir reaksi
terhadap skala warna. Hasil TUBEX TF yang positif, yang disertai
dengan gejala klinis demam tifoid, merupakan indikasi kuat adanya
infeksi tifoid.
b. Alat dan Bahan :
- Sampel Serum - Reaction Well Strip
- Reagen Blue - Sealing Tape
- Reagen Brown - Mikropipet 10-100 μL
c. Cara kerja :
1) Bawa semua reagen dan sampel pada suhu ruangan,
homogenkan secara perlahan seluruh reagen dengan teliti
sebelum digunakan. Pastikan tidak adaendapan di dasar botol.
2) Letakkan Reaction Well Strip tegak lurus diatas meja.
3) Pipetkan 45 μL Brown reagen ke semua well.
4) Pipetkan 45 μL Kontrol positif, kontrol negatif dan serum pasien
pada Brown reagen dan homogenkan dengan pipet sebanyak
10x. Gunakan tip pipet biru untuk setiap sampel. Inkubasi
selama 2 menit.
5) Pipetkan 90 μL Blue reagen ke semua well. Tutup Reaction Well
Strip dengan sealing tape.
6) Miringkan 90˚ dan kocok maju mundur selama 2 menit.
7) Letakkan well strip di atas skala magnetik selama 5 menit. Baca
hasil setelah 5 menit. Hasil pengujian stabil dalam waktu 30
menit.
d. Interpretasi hasil
0-2 NEGATIF Tidak mengindikasikan terjadinya
>2 atau TIDAK Ulangi pengujian. Bila masih tidak
<4 KONKLUSIF konklusif, ulangi pengambilan sampel pada
(Inconclusive) hari berikutnya.
4-10 POSITIF Semakin tinggi skornya, maka semakin
kuat indikasi terjadinya infeksi demam tifoid
saat ini.
H. PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
1. Pemeriksaan BTA
a. Metode : Ziehl-Neelsen
b. Prinsip : Dengan pewarnaan ini pori-pori lipid pada
bakteri akan melebur, sehingga zat warna bisa masuk kedalam
tubuh kuman, bila preparat dingin zat warna tidak dapat terlepas
kembali walaupun di pengaruhi dengan asam, sehingga kuman
yang tahan asam akan mengambil zat warna kedua pada
pewarnaan berikutnya. Basil Tahan Asam berwarna merah, non
Basil Tahan Asam berwarna Biru

c. Alat dan Bahan :


- Bahan Pemeriksaan - Pinset
berupa dahak - Tissue
- Ose/ Tusuk Gigi - Mikroskop
- Lampu spirtus - Rak pengering
- Objeck glass - Reagen Ziehl Neelsen
d. Prosedur :
1) Bakar ose sampai pijar
2) Ambil sputum dengan ose
3) Oles dan ratakan di atas kaca objek dengan diameter ± 2-3 cm
4) Diamkan pada suhu kamar 15-30 menit
5) Bakar ose sampai pijar
6) Lewatkan kaca sediaan diatas nyala api dengan cepat sebanyak
3 kali.
7) Letakkan kaca sediaan diatas pewarna
8) Tuang larutan Carbol Fuchsin sampai menutup sediaan
9) Panasi sediaan diatas api sampai keluar uap, diamkan 15 menit
dan cuci dengan air mengalir.
10) Tuang dengan asam alkohol 3% sampai warna merah Fuchsin
hilang, diamkan selama 2 menit, dan cuci dengan air mengalir.
11) Tuang larutan Methylen Blue 0,1% diamkan selama 10-20 detik,
cuci dengan air mengalir
12) Keringkan diatas rak pengering pada suhu kamar.
13) Teteskan 1 tete oil imersi diatas sediaan
14) Periksa dengan mikroskop pembesaran Objektif 100x dan
Okuler 10x
15) Cari BTA yang berwarna merah, berbentuk batang sedikit
bengkok, bergranular atau tidak, terpisah atau berpasangan,
atau berkelompok dengan dasar berwarna biru.
16) Hitung jumlah BTA paling sedikit dalam 100 Lapang Pandang.
17) Rendam dan cuci semua alat-alat yang terkontaminasi sputum
dalam larutan desinfektan.

e. Interpretasi Hasil
Negatif (-) : Non Basil Tahan Asam berwarna Biru
Positif (+) : Basil Tahan Asam berwarna Merah
Hasil pemeriksaan menurut skala :
0/100 LP : (-) Negatif
1 - 9/100 LP : Ulang
10 - 99/100 LP : (+)
1 - 10/1 LP : (++)
> 10/1 LP : (+++)
Nilai Normal : (-) Negatif tidak ditemukan Basil Tahan Asam

2. Pemeriksaan GeneXpert
GeneXpert adalah instrument in vitro diagnostik yang berfungsi untuk
melakukan pemeriksaan atau monitoring berbagai jenis penyakit atau
kelainan genetik sesuai dengan cartridge (reagensia) yang digunakan
dengan teknik real time PCR (Polymerase Chain Reaction) atau
pengendalian DNA (Deoxyribonucleic Acid). Dengan berbagai parameter ,
yakni; MTB/RIF , HIV-1 Qual . HIV-1 VL , HCV VL , Ebola , CT/NG , TV dan
HPV. Namun di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R.Syamsudin. S.H.
Kota Sukabumi hanya memiliki 2 macam cartridge dengan pemeriksaan
MTB/RIF dan HCV VL . Pemeriksaan BTA dengan GeneXpert dilakukan
setiap hari senin sd jumat dengan bahan pemeriksaan sputum , sedangkan
untuk hari sabtu dilakukan GeneXpert untuk pemeriksaan HCV dengan
bahan pemeriksaan serum .

Prinsip dari Sistem Instrumen GeneXpert mengotomatisasi dan


mengintegrasikan pemurnian sampel, amplifikasi asam nukleat, dan deteksi
urutan target pada sampel sederhana atau kompleks menggunakan RT-
PCR yang menggunakan fluoresensi untuk mendeteksi RNA yang diminati.
Sistem ini terdiri dari instrumen, komputer pribadi, dan perangkat lunak
yang sudah dimuat untuk menjalankan tes dan melihat hasilnya.Sistem
memerlukan penggunaan cartridge sekali pakai GeneXpert yang
memegang reagen RT-PCR dan menjadi tuan rumah proses RT-PCR.
Karena cartridge itu sendiri, kontaminasi silang antara sampel
diminimalkan.

Setiap melakukan pemeriksaan , alat ini melakukan kalibrasi bersistem


otomatis karena setiap cartridge memiliki Sample Processing Control (SPC)
yang berfungsi sebagai control proses yang adekuat terhadap bakteri target
serta untuk memonitor keberadaan penghambat reaksi PCR, dan Probe
Check Control berfungsi untuk memastikan proses rehidrasi proses reagen
, pengisian tabung PCR pada cartridge integritas probe , dan stabilitas dye.

Sebelum menggunakan alat ini kita perlu mempersiapkan nya ,seperti


berikut;

1. Nyalakan UPS
2. Nyalakan alat GeneXpert dengan menekan tombol power pada bagian
belakang Alat
3. Nyalakan komputer atau laptop
4. Tekan Cepheid-Admin, lakukan login dan masukkan user account dan
password
5. Tunggu hingga software GeneXpert DX terbuka secara otomatis. Klik
NO pada kotak Database Management Task
6. Periksa status semua modul Available

Prosedur memulai Tes

1. Klik Create Test


2. Ikuti perintah untuk melakukakan scanning barcode pada cartridge
dengan menekan tombol kuning pada scanner
3. Masukkan identitas pasien
4. Klik Start Test . Lampu indikator hijau pada modul akan berkedip
5. Masukkan cartridge ke dalam modul .Tutup rapat modul untuk
melakukan test

Gambar 3.33 Pemeriksaan GeneXpert


A. Pemeriksaan MTB/RIF

Xpert MTB/RIF merupakan assay GeneXpert yang berfungsi untuk


mendeteksi bakteri TB (Tuberculosis) pada sampel dahak serta resistensi
bakteri tersebut terhadap antibiotik jenis Rifampisin .

Hal – hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan Pemeriksaan


MTB/RIF yaitu :
1. Dahak yang akan diperiksa harus disertai formulir TB05 yang
tertuliskan sediaan BTA . contoh ; 19/014(No Urut Klink Atau
Ruangan)/0000(No Urut Pasien)
2. Jika tidak ada formulir TB05 jangan diterima dan jangan dikerjakan ,
hubungi kembali ke ruangan atau poli untuk meminta form TB05 dan
no sediaan BTA ke poli DOTS
3. Pada formulir TB05 dilihat juga ada permintaan tambahan
menggunakan alat GeneXpert atau hanya BTA preparat biasa.
4. Penulisan di buku BTA harap diisi lengkap dan rapih meliputi ; Reg
Lab,Nomor Identitas Contoh Uji,Tanggal Penerimaan Contoh Uji,Nama
Lengkap Pasien, Nomor Induk
Kependudukan(NIK),Umur(Tahun),Alamat Lengkap,Nama Fasilitas
Kesehatan Asal Contoh Uji,Alasan Pemeriksaan,Hasil pemeriksaan
Mikroskopos (BTA)”Tanggal Hasil , 1,2,3”,Hasil Cepat dengan
Xpert”Tanggal Pemeriksaan,Hasil Pemeriksaan,Tanggal Hasil
dilaporkan,Tanda Tangan, Keterangan”.

Tahapan dibawah ini merupakan tahapan pre-run yang dilakukan


sebelum sampel dimasukkan ke dalam alat GeneXpert MTB/RIF .
1. Buka segel Sampel Reagent (SR) dan penutup tabung yang berisi
sampel dahak
2. Tuang SR ke dalam tabung dahak dengan volume SR dua kali volume
dahak . Tutup kembali tabung dahak.
3. Kocok kencang tabung dahak sebanyak 10-20 kali, lalu inkubasi
selama 15 menit .Setelah inkubasi, perhatikan kualitas dahak, apabila
masih kental dan menggumpal tambahkan waktu inkubasi 5-10 menit
4. Siapkan cartridge Xpert MTB/RIF, beri identitas di sisi kanan atau kiri
cartridge dengan menggunakan spidol
5. Buka penutup bagian atas cartridge
6. Pindahkan dahak yang sudah diproses menggunakan pipet yang
disediakan. Isi pipet sampai melebihi tanda 2mL yang ada pada pipet
7. Secara perlahan masukkan pipet masukan ke dalam ruang sampel
yang terdapat pada cartridge, lalu keluarkan dahak perlahan. Hindari
pembentukan gelembung udara.
8. Tutup rapat penutup cartridge, segera proses sampel menggunakan
mesin GeneXpert

A. Pemeriksaan HCV VL
Xpert HCV VL merupakan assay GeneXpert yang berfungsi untuk
mengukur konsentrasi virus Hepatitis C pada serum atau plasma darah

CATATAN : Cartridge disimpan pada suhu 2-28ºC

Stabilitas Spesimen
Suhu Whole Blood Plasma & Serum
15-35ºC 6 Jam 24 Jam

2-8 ºC 72 Jam 3 Hari

- 70 sampai -18ºC - 6 minggu

Tahapan dibawah ini merupakan tahapan pre-run yang dilakukan


sebelum sampel dimasukkan ke dalam alat GeneXpert HCV VL

1. Apabila menggunakan sampel beku, tempatkan sampel pada suhu


ruang terlebih dahulu sampai suhu nya sama dengan suhu ruang
2. Vortex sampel selama 15 detik. Apabila diperlukan, sentrifuge sampel
beberapa detik untuk menghilangkan tetesan pada dinding tube.
3. Siapkan cartridge Xpert HCV VL. Beri identitas sampel pada sisi kanan
atau kiri cartridge dengan menggunakan spidol
4. Buka penutup bagian atas cartridge
5. Pipet 1mL sampel , pindahkan sampel ke ruang pada cartridge
6. Tutup rapat penutup cartridge
7. Segera proses cartridge yang sudah berisi sampel pada alat GeneXpert
Cara melihat dan mencetak hasil tes
1. Klik ikon View Result
2. Klik View Test
3. Double klik pada hasil test yang ingin ditampilkan. Pada layar akan
muncul hasil tes yang dipilih.
4. Untuk mencetaknya ,klik Report
5. Akan muncul kotak dialog Test Report, klik Preview PDF
6. Hasil test akan ditampilkan dalam format PDF, lakukan cara mencetak
PDF sesuai aplikasi PDF yang digunakan

Cara mengarsip Hasil Tes (Archiev Test)


1. Klik menu Data Management
2. Klik Archiev Test
3. Pilih hasil tes yang akan diarsip
4. Beri tanda centang pada bagian Purge Selected Test
5. Klik Procced
6. File akan tersimpan pada folder Export didalam folder GeneXpert yang
terdapat di dekstop .
7. Klik save
8. Salin hasil archiev ke CD atau CD-RW
Prosedur Mematikan Alat
1. Tutup software GeneXpert. Pilih No pada semua kotak dialog yang
muncul
2. Shut down komputer seperti biasa. Tunggu sampai komputer mati
3. Matikan alat GeneXpert dengan menekan dengan tombol power di
bagian belakang alat

3. Pewarnaan Gram
a. Metode : Gram
b. Prinsp : Bakteri yang dindingnya mengandung
peptidoglikan akan mengikat warna pertama (Gentian Violet) dan
tidak luntur oleh alkohol, disebut Gram (+) berwarna violet. Bakteri
yang tidak mengandung peptidoglikan akan mengikat warna kedua
(Fuchsin) berwarna merah disebut Gram (-).
c. Alat dan Bahan :
- Reagen pewarnaan - Pinset
Gram - Timer
- Object glass - Tissue
- Ose - Bahan pemeriksaan :
- Bunsen sekret mata, sekret
- Bak vagina, uretra
- Rak pewarnaan - dll

d. Prosedur
1) Buat preparat dari bahan yang akan diperiksa.
2) Fiksasi dengan api, dinginkan.
3) Teteskan ke pewarna (1) Gentian Violet selama 30 detik , bilas
dengan air mengalir.
4) Teteskan dengan alkohol 70%, bilas dengan air mengalir.
5) Teteskan pewarna (3) Carbol Fuchsin selama 30 detik, bilas
dengan air mengalir.
6) Keringkan di udara, periksa dengan mikroskop.
7) Hasil ditulis di buku kerja.
e. Interpretasi Hasil
Gram Positif (+) : Berwarna Violet
Gram Negatif (-) : Berwarna Merah

3.1.3.3 Post Analitik


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan post analisa, yaitu:
1. Menjaga kesesuaian antara sampel yang diperiksa dengan formulir
pemeriksaan.
2. Hasil yang didapat selain dicatat pada formulir pemeriksaan juga harus
selalu dilaporkan/dicatat pada catatan harian.
3. Hasil pemeriksaan yang didapat harus selalu di verifikasi dengan
pemeriksaan sebelumnya.
4. Pada pemeriksaan hematologi menggunakan alat mindry, jika pada hasil
pengukuran terdapat flag maka harus dilakukan uji konfirmasi dengan
melakukan pemeriksaan secara manual dan mencocokkan kembali
dengan hasil sebelumnya.

3.1.4Keuntungan dan Kerugian Alat Analisa yang Baru


1. Pemeriksaan hematologi dengan menggunakan MINDRAY BC-30s
a. Keuntungan
1) Pengerjaannya mudah dan cepat.
2) Sampel & Reagen yang dibutuhkan sedikit.
3) Sensitivitas & Spesifisitas tinggi.
b. Kerugian
1) Membutuhkan perawatan yang intensif.

2. Pemeriksaan klinik dengan menggunakan ABX PENTRA-400


a. Keuntungan
1) Pengerjaan mudah dan cepat.
2) Sampel & Reagen yang dibutuhkan sedikit.
3) Sensitivitas & Spesifisitas tinggi.
4) Alat disertai sistem Quality Kontrol.
5) Tidak dipengaruhi faktor pemipetan.
b. Kerugian
1) Human error tinggi bagi petugas/ analis yang tidak mengerti/
menguasai komputerisasi.
2) Membutuhkan perawatan yang intensif.
3. Pemeriksaan AGD dengan menggunakan Rapidlab 348
a. Keuntungan
1. Pengerjaannya mudah dan cepat.
2. Sampel & Reagen yang dibutuhkan sedikit.
3. Sensitivitas & Spesifisitas tinggi.
4. Alat sudah dilengkapi dengan sistem Quality Kontrol.

b. Kerugian
1) Membutuhkan perawatan yang intensif.
2) Reagen alat mahal.

4. Pemeriksaan Elektrolit dengan menggunakan XD 683 Elektrolit Analyzer


a. Keuntungan
1) Pengerjaannya mudah dan cepat.
2) Sampel yang dibutuhkan sedikit.
3) Reagen yang dibutuhkan sedikit.
4) Sensitivitas tinggi.
5) Spesifisitas tinggi.
6) Alat sudah dilengkapi dengan sistem Quality Kontrol.
b. Kerugian
1) Membutuhkan perawatan yang intensif.
2) Reagen alat mahal.

3.1.5 Sistem Informasi Laboratorium


Gambar
3.34 Menu VansLab
Sistem Informasi Laboratorium (Laboratorium Information System)
adalah sebuah sistem informasi yang digunakan di klinik/laboratorium/rumah
sakit. Sistem ini bertanggung jawab atas manajemen pasien, hasil
pemeriksaan laboratorium, pengambilan keputusan oleh dokter dan
berbagai hal lain yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan baik di
klinik, laboratorium, maupun rumah sakit. Salah satu program sistem
informasi yang digunakan di laboratorium patologi klinik RSUD R.
Syamsudin, S.H adalah Vans Lab.
Vans Lab adalah perangkat lunak sistem informasi laboratorium yang
dapat dikonfigurasi sesuai kebutuhan laboratorium modern. Didesain untuk
membantu pekerjaan rutin di laboratorium, mengoptimalkan penggunaan
instrumen dan menyediakan data statistik yang cepat bagi pengguna.
Pengguna dari sistem informasi labortorium terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Administrator
2. Dokter
3. Staf Laboratorium
4. User
3.1.5.1 Entry Order Pemeriksaan
Order pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan barcode (nomor
laboratorium), kemudian barcode tersebut akan digunakan untuk
memasukan hasil pemeriksaan. Berikut ini adalah cara untuk memasukan
pemeriksaan dari formulir ke dalam program vans lab:
1. Buka program vans lab, lalu masukkan user name dan password.
2. Klik menu order.
3. Pada kolom no lab, klik tanda * lalu pada kolom nomor PID masukan
nomor RM (Rekam Medik) pasien dan tekan enter, tunggu hingga nama
pasien muncul.
4. Isi kolom asal pasien, (contoh: FLB untuk Flamboyan atau PD untuk poli
dalam) lalu tekan enter.
5. Isi kolom dokter, dengan mengetik nama dokter yang menangani pasien
tersebut.
6. Isi kolom status pasien dengan mengetik JKN atau tunai.
7. Isi kolom pemeriksaan dengan memasukan kode pemeriksaan dan
tekan enter, (contoh : GLUS untuk glukosa sewaktu atau OTPT untuk
pemeriksaan SGOT dan SGPT), atau klik tombol F9 untuk mencari kode
pemeriksaan.
8. Setelah memasukan permintaan pemeriksaan, klik simpan, dan tunggu
hingga pada kolom nomor lab muncul angka.
9. Tulis nomor barcode tersebut pada formulir pasien.

3.1.5.2 Entry Hasil dan Validasi Pemeriksaan


Hasil pemeriksaan dari alat, akan terhubung langsung pada komputer,
sehingga data-data dari hasil pemeriksaan akan otomatis masuk ke dalam
program vans lab. Untuk hasil pemeriksaan LED, Glukosa Sewaktu, Widal,
Urin lengkap, dan Serologi dimasukan secara manual. Berikut ini adalah cara
memasukan dan validasi hasil pemeriksaan:
1. Klik menu Hasil.
2. Pada kolom no.lab masukan nomor lab pasien yang tertera pada
formulir, lalu tekan enter. Untuk melihat order pemeriksaan yang belum
masuk pada alat, klik kolom tanggal dan masukan tanggalnya, lalu klik
kolom kategori dan pilih pending, setelah itu akan muncul daftar nama
pasien.
3. Setelah muncul data pasien beserta kolom pemeriksaannya, maka kita
cocokan kembali dengan formulir pasien, lalu masukan hasil
pemeriksaan secara manual bila pemeriksaan tidak melalui alat atau
meng-validasi hasil bila pemeriksaan melalui alat.
4. Bila pasien tersebut merupakan pasien lama, maka kita bisa melihat
hasil pemeriksaan sebelumnya dengan melihat kolom kumulatif, setelah
itu kita cocokan dengan hasil pemeriksaan hari ini apakah hasilnya
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Jika hasil pemeriksaan yang
sebelumnya tidak terlalu jauh dari hasil pemeriksaan pada hari ini maka
hasil bisa divalidasi.
5. Untuk mengubah hasil pemeriksaan, klik F5 lalu isi kolom dengan hasil
yang baru dan tekan enter. Bila ingin menyelipkan catatan misalnya
pemeriksaan tersebut sudah dilakukan duplo atau sampel beku maka
klik F8.
6. Klik simpan, lalu klik validasi setelah itu klik cetak.
7. Bila nama pasien pada daftar berubah menjadi warna hijau dan di ujung
nama tersebut tertera angka 1 artinya pemeriksaan sudah divalidasi dan
dicetak 1 kali.
Semua data hasil pemeriksaan dan sejarah klinis pasien disimpan
kedalam VANSLab database. Kebutuhan untuk mencarihasil pasien satu
persatu atau kumulatif dapat dilakukan kapan sajadengan mudah dan secara
elektronik.
a. Mempercepat kegiatan dan proses analisa dalam laboratorium
b. Mencegah kesalahan dalam menyalin hasil dari Instrument
c. Barcode sistem, mempercepat dan mengurangi kesalahanmemasukan
nomor laboratorium ke instrument.
d. Mempercepat pencarian hasil dan laporan statistik.

Gambar 3.35 Tampilan hasil pemeriksaan dan sejarah klinis


pasien

3.1.5.3 Laporan hasil pemeriksaan laboratorium

Gambar 3.36 Tampilan hasil pemeriksaan dan sejarah klinis pasien


3.2 Akreditasi
Akreditasi laboratorium adalah suatu pengakuan formal yang diberikan
kepada laboratorium kesehatan yang telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Tujuan umum diadakannya akreditasi yaitu untuk memacu
laboratorium untuk memenuhi standar, sehingga dapat memberikan
pelayanan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
Banyak manfaat yang diberikan dari diadakannya akreditasi. Bagi
masyarakat, akreditasi memberikan manfaat yaitu masyarakat dapat
mengenali laboratorium mana yang pelayanannya telah memenuhi standar
danmasyarakat akan merasa lebih aman mendapat pelayanan di
laboratorium kesehatan yang sudah diakreditasi. Bagi laboratorium,
akreditasi merupakan suatu simbol bagi laboratorium kesehatan dan dapat
meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat atas laboratorium
kesehatan. Selain itu akreditasi juga dapat meningkatkan kesadaran
laboratorium kesehatan akan pentingnya upaya peningkatan mutu
pelayanan laboratorium kesehatan.
Dalam rangka penilaian akreditasi yang akan dihadapi oleh RSUD R.
Syamsudin, S. H. pada bulan Juni yang akan datang, maka
penyelenggaraan laboratorium patologi klinik pun menjadi salah satu
indikator penilaian yang penting. Oleh karena itu, laboratorium patologi klinik
RSUD R. Syamsudin, S. H. terus berusaha untuk meningkatkan dan
memantapkan mutu agar penyelenggaraan laboratorium patologi klinik
dapat memberikan pelayanan dengan baik. Upaya tersebut dilakukan di
berbagai aspek baik dalam hal manajemen maupun operasional
laboratorium.

3.2.1Penyelenggaraan Operasional Laboratorium Setelah Akreditasi


Disamping setiap kegiatan penyelenggaraan laboratorium yang rutin
dilakukan, penyelenggaraan operasional laboratorium patologi klnik RSUD
R. Syamsudin, S.H. terus mengalami perbaikan dan pemantapan mutu yang
dilakukan dalam berbagai cara, diantaranya:

1. Hand Hygiene
Hand hygiene atau kegiatan membersihkan tangan dengan baik dan
benar merupakan kegiatan yang penting dalam menjaga kebersihan tangan.
Kegiatan yang seringkali dianggap sepele ini merupakan hal yang penting
untuk seorang tenaga kesehatan pada khususnya karena seringnya kontak
dengan orang yang sedang sakit. Dalam rangka penilaian akreditasi, RSUD
R. Syamsudin, S. H. kini mulai gencar untuk menerapkan Hand Hygienedi
dalam kesehariansetiap pekerjanya. Kegiatan ini dilakukan di waktu-waktu
tertentu yang biasa dikenal dengan sebutan “5 Moments”.
5 Moments dalam Hand Hygiene:
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptis
3) Sesudah kontak dengan pasien
4) Sesudah terkena cairan tubuh pasien
5) Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Gambar 3.37 Langkah melakukan Hand Hygiene

Kegiatan Hand Hygiene dapat dilakukan dalam 2 cara, yaitu dengan


Handrub atau dengan Handwash. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
hand hygiene dengan handrub adalah 20 – 30 detik sedangkan untuk
melakukan hand hygiene dengan handwash adalah 40 – 60 detik.
 Cara melakukan Hand Hygiene
1) Ratakan antiseptik/sabun dengan menggosokan kedua telapak
tangan.
2) Gosok punggung telapak tangan kiri dengan menggunakan
telapak tangan kanan dengan jemari saling menjalin dan
sebaliknya.
3) Gosok kedua telapak dan sela-sela jari kedua tangan.
4) Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi saling
mengunci.
5) Genggam ibu jari tangan kiri dengan tangan kanan kemudian
gosok secara memutar dan sebaliknya.
6) Usapkan ujung kuku tangan kanan dengan diputar di telapak
tangan kiri berlawanan dengan arah jarum jam dan lakukan
sebaliknya.
Catatan: Langkah yang sama diulangi pada saat membilas tangan
menggunakan air pada saat melakukan Handwash.

Gambar 3.38 Mahasiswa sedang melakukan proses Hand Hygiene


Sebagai analis yang selalu bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
setiap harinya kegiatan Hand Hygiene menjadi hal yang mutlak harus
dilakukan dalam keseharian demi kesehatan dan keselamatan kerja seorang
analis. Hal ini pula yang coba diterapkan oleh laboratorium patologi klinik
RSUD R. Syamsudin, S.H sehingga kini kegiatan Hand Hygiene merupakan
kegiatan yang tidak terlepas dari pekerjaan tenaga analis laboratorium
patologi klinik RSUD R. Syamdusin, S. H.
2. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Bantuan Hidup Dasar atau BHD adalah serangkaian usaha awal untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada seseorang yang
mengalami henti nafas dan atau henti jantung tanpa menggunakan alat
bantu. Sebagai tenaga kesehatan yang bergerak di bidang pelayanan
kesehatan masyarakat, BHD merupakan hal penting yang harus dikuasai
sehingga dapat langsung diaplikasikan apabila terjadi kejadian
kegawatdaruratan. Disamping pentingnya seorang tenaga kesehatan
menguasai BHD, maka dalam rangka penilaian akreditasi, RSUD R.
Syamsudin, S. H pun mewajibkan setiap pekerjanya untuk dapat melakukan
BHD. Usaha rumah sakit ini dilakukan melalui berbagai cara, seperti
pendidikan dan pelatihan

Cara melakukan Bantuan Hidup Dasar:


a. Melakukan 3A (Aman diri, aman lingkungan, aman pasien)
b. Cek respon pasien dengan cara menggoyangkan tubuhnya
c. Hubungi/ meminta bantuan terdekat
d. Periksa nadi carotis
1) Jika tidak teraba lakukan RJP dengan perbandingan 30 kompresi 2.
2) Lakukan RJP sampai ada respon atau sampai bantuan datang
e. Jika nadi carotis teraba, buka jalan nafas dengan teknik Head Tilt, Chin
Lift/Jawtrusht
f. Periksa pernafasan (Look, Listen, Feel) selama 10 detik. Jika tidak ada
nafas lakukan rescue breathing dengan hitungan 1234-1, 1234-2, 1234-
3, dst.

g. Setelah nadi teraba dan nafas ada posisikan tubuh pasien dengan posisi
mantap/recovery position:
1) Tangan pasien yang berada pada sisi penolong diluruskan ke atas
4) Tangan lainnya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan
pada pipi pasien
5) Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong ditekuk dan ditarik
ke arah penolong, sekaligus miringkan tubuh korban ke arah
penolong
3. APAR

Gambar 3.39 Mahasiswa


sedang menunjukan
fasilitas red code
CATATAN :
 Kode helm merah : petugas laboratorium yang sedang bertugas di pagi,
sore ataupun malam bertugas untuk pemadaman api
 Kode helm hijau : petugas laboratorium yang sedang bertugas di pagi,
sore ataupun malam bertugas untuk evakuasi pasien dan pengunjung
 Kode helm putih : petugas laboratorium yang sedang bertugas di pagi,
sore ataupun malam bertugas untuk evakuasi dokumen
 Kode helm kuning : petugas laboratorium yang sedang bertugas di pagi,
sore ataupun malam bertugas untuk evakuasi peralatan

Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) menjadi salah satu


point penilaian dalam hal akreditasi. Untuk itu RSUD R. Syamsudin, S. H
membekali setiap pekerjanya termasuk pekerja di laboratorium patologi klinik
bagaimana cara menggunakan APAR dengan baik dan benar yang dikenal
dengan istilah “CATRA”.
Cara memakai APAR dengan baik dan benar:
a. Cabut pin pengaman
b. Arahkan selang ke titik pusat api dengan memegang ujung selang
c. Tekan tuas hingga media pemadam keluar
d. Ratakan pada titik pusat api searah dengan arah angina
Semua usaha untuk penilaian akreditasi ini tentunya tidak akan berjalan
dengan baik tanpa adanya partisipasi dari berbagai kalangan pekerja rumah
sakit, pekerja laboratorium patologi klinik misalnya. Untuk itu perlu dijadikan
suatu kebiasaan agar setiap upaya tersebut dapat dipahami dan
diaplikasikan secara berkesinambungan dalam keseharian. Laboratorium
patologi klinik RSUD R. Syamsudin, S. H pun akhirnya membuat kebijakan
khususnya untuk pekerja di shift pagi dimana setiap setelah selesai
melakukan pekerjaan pekerja laboratorium akan berkumpul dan duduk
melingkar kemudian bersama-sama melantunkan Asmaul Husna dan doa
seusai bekerja dan dilanjutkan dengan diskusi mengenai penilaian akreditasi
yang mencakup Visi & Misi Rumah sakit dan laboratorium patologi klinik
RSUD R. Syamsudin, S.H, review praktik Hand Hygiene, pendalaman
pemahaman BHD, dan review praktik penggunaan APAR.
Kegiatan ini telah menjadi kebiasaan laboratorium patologi klinik RSUD
R. Syamsudin, S. H selama kurang lebih satu bulan ini. Semua pekerja baik
itu dokter patologi klinik, analis, administrasi ataupun cleaning service ikut
serta dalam kegiatan ini. Kami sebagai mahasiswa PKL pun turut
mendukung kegiatan untuk penilaian akreditasi tersebut dengan cara ikut
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut setiap harinya.

3.3 Swisslog Transforter (Pneumatic Tube)


Pneumatic tube merupakan alat pengirim/pengantar sample blood,
medical record, obat-obatan dan dokumen administrasi yang rutin dilakukan
pada suatu fasilitas layanan kesehatan. Pneumatic tube merupakan sistem
yang cepat dan handal, sehingga pengiriman akan menjadi cepat, tepat,
handal, efisien dan efektif.

Pneumatic tube system terdiri atas beberapa komponen, yaitu:


1. Stasiun, merupakan tempat pengiriman dan penerimaan carrier atau
barang yang telah dikirim dari atau ke stasiun yang terhubung dengan
pusat control

2. Pengalir, merupakan tempat pengiriman untuk meluncurkan barang atau


jalan untuk carrier yang dihubungkan dari blower sampai stasiun.

3. Pusat kontrol, merupakan pusatnya kontrol semua sistem yang


dilengkapi dengan PC untuk memprogram sistem yang dikehendaki
yang dihubungkan ke semua sistem pneumatic

4. Blower, merupakan mesin pendorong carrier atau tabung supaya barang


yang dikirim sampai ke tempat tujuan yang diinginkan.

5. Sistem kopling, merupakan sistem yang berfungsi sebagai percabangan


pipa yang dihubungkan ke stasiun yang mempunyai 1 input dan
outputnya bisa 2,3, sampai 4 lubang.

Cara pemaikan:
1. Isi tabung dengan barang yang akan dikirim.

2. Masukkan tabung pada station peluncur

3. Tekan / sentuh tulisan “SEND” atau sesuai petunjuk penggunaan pada


masing-masing mesin pengirim. Biasanya disini juga mengatur ke lantai
berapa barang akan dikirim

Anda mungkin juga menyukai