Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI DAN ANAK

Referat ini di buat untuk melengkapi persyaratan mengikuti


Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU. Haji Medan

Pembimbing:
dr. Beatrix Siregar, M. Ked (ped), Sp.A

Disusun Oleh:
Ayu Sabrina Susilo 20360125

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses
penyusunan referat ini dengan judul “Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Dan Anak”.
Penyelesaian referat ini banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
adanya kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sangat tulus
kepada dr. Beatrix Siregar M.Ked (ped), Sp.A selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan ilmu, petunjuk, nasehat dan memberi kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini tentu tentu tidak lepas dari
kekurangan karena kebatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka
sangat diperlukan masukan dan saran yang membangun. Semoga referat ini dapat
memberikan manfaat.

Tangerang, September 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik pada bayi dan anak berbeda dengan dewasa, ada
beberapa hal yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus
disesesuaikan dengan umur anak/bayi. Suasana harus tenang dan nyaman karena
jika anak ketakutan, kemungkinan dia akan menolak untuk diperiksa. Untuk
anak usia 1 – 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, sedangkan pada
bayi usia < 6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa.
Cara pemeriksaan pada bayi dan anak pada umumnya hampir sama
dengan pemeriksaan pada dewasa yaitu dimulai dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan dilakukan pada ruangan yang tenang
dengan pencahayaan cukup. Sebelum pemeriksaan, pemeriksa harus mencuci
tangan terlebih dahulu, kemudian tangan dikeringkan dan dihangatkan.
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung
kaki. (Richard E, 1999).
Untuk memeriksa bayi baru lahir diperlukan kesabaran, kelembutan dan
prosedur yang fleksibel. Jadi, bila bayi sangat tenang dan rileks pada awal
pemeriksaan, yang awal mula-mula harus dilakukan adalah pemeriksaan palpasi
dan auskultasi abdomen dan jantung, sebelum manipulasi lain yang lebih
mengganggu dilakukan.. (Richard E, 1999)

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui hal-hal
yang berkaitan tentang pemeriksaan fisik pada bayi dan anak, juga sebagai salah
satu pemenuhan tugas kepanitraan anak Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati.

C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.
2. Sebagai pedoman awal bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui apakah
terdapat kelainan fisiologis maupun patologis yang mungkin terjadi pada
bayi dan anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan tubuh pasien untuk
menentukan ada atau tidaknya masalah fisik. Tujuan pemeriksaan fisik adalah
untuk mendapatkan informasi valid tentang kesehatan pasien. (Richard E, 1999)
Tata cara dan urutan pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Inspeksi, ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi
secara umum dengan membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah
sekitarnya atau organ yang sama pada sisi yang berbeda. Palpasi, dilakukan
dengan telapak tangan dan atau jari-jari tangan. Palpasi diperlukan untuk
menentukan bentuk, ukuran, tepi, permukaan dan untuk mengetahui intensitas
nyeri serta konsistensi. Palpasi dapat dilakukan dengan kedua tangan, terutama
untuk mengetahui adanya cairan atau ballottement. Perkusi, ditujukan untuk
mengetahui perbedaan suara ketukan sehingga dapat ditentukan batas-batas
organ atau massa abnormal. Suara perkusi dibagi menjadi 3 macam yaitu sonor
(perkusi paru normal), timpani (perkusi abdomen), dan pekak (perkusi otot).
Suara lain yang terdapat diantara dua suara tersebut seperti redup (antara sonor
dan pekak) dan hipersonor (antara sonor dan timpani). Auskulatasi, pemeriksaan
dengan menggunakan stetoskop untuk mendengar suara pernafasan, bunyi dan
bising jantung, peristaltic usus dan aliran darah dalam pembuluh darah.

B. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak


Pemeriksaan fisik pada bayi dan anak berbeda dengan dewasa, ada
beberapa hal yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus
disesesuaikan dengan umur bayi atau anak.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi perlu diketahui riwayat
keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan riwayat persalinan.
Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang dibawah lampu yang
terang yang berfungsi juga sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas.
Pemeriksaan fisik pada bayi perlu dilakukan paling kurang 3 kali, yakni, pada
saat lahir, pemeriksaan yang dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan dan
pemeriksaan pada waktu pulang.
1. Keadaan Umum
Perhatikan keadaan umum apakah anak tampak sakit atau tidak.
Perhatikan juga kesadarannya: (Kompos mentis, Apatis, Somnolen, Sopor,
Koma, atau Delirium). Dilihat juga keadaan gizi anak, apakah ada malnutrisi,
gizi baik atau obesitas.

2. Tanda Vital
a. Tekanan Darah
Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai manset khusus untuk
anak, yang ukurannya lebih kecil dari manset dewasa. Besar manset antara
setengah sampai dua per tiga lengan atas. Tekanan darah waktu lahir 60 –
90 mmHg sistolik, dan 20 – 60 mmHg diastolik. Setiap tahun biasanya naik
2 – 3 mmHg untuk kedua-duanya dan sesudah pubertas mencapai tekanan
darah dewasa.

Kelompok Umur Nornal Hipertensi


< 2 tahun <104/70 mmHg >112/74 mmHg
3-5 tahun <108/70 mmHg >116/76 mmHg
6-9 tahun 114/74 mmHg 122/78 mmHg
10-12 tahun 122/78 mmHg >126/82 mmHg
13- 15 tahun 130/80 mmHg >136/86 mmHg
b. Nadi
Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadi, irama, isi atau kualitas nadi dan
ekualitas (perabaan nadi pada keempat ekstrimitas).
Denyut Jantung dan Frekuensi Napas Sesuai Kelompok Usia (IDAI, 2016)

Kelompok Denyut Jantung Frekuensi


Usia per menit * Napas per
menit
c.

0 hari – 1 100 - 190 ≤68


bulan

>1 bulan – 90 - 180 ≤58


<2 tahun

2-5 tahun ≤160 ≤44

6-12 tahun ≤140 ≤38

13-18 tahun ≤130 ≤35


Pernapasan
Perhatikan frekuensi pernapasan/menit, tipe pernapasan apakah normal,
kussmaul (cepat dan dalam, pada gagal ginjal dan sepsis), Cheyne-Stokes,
dan biot (tidak teratur, pada kasus infeksi otak berat).
d. Suhu
Suhu rectal hanya diperiksa satu kali pada saat masuk untuk mnyingkirkan
kemungkinan adanya anus imperforata. Pengukran selanjutnya dilakukan
lewat axila. Suhu neonatus normal 36,5 – 37,5 ºC. Neonatus di dalam
penghangat harus diraba suhunya setiap jam dan diukur melalui axila setiap
jam sampai stabil.
3. Keadaan Khusus
a. Kulit
Pada bayi baru lahir kulit berwarna merah sekali atau merah
kebiruan pada saat menangis. Warna akan makin gelap bila bayi menangis
kuat dengan glotis tertutup. Akrosianosis terdapat pada bayi yang
kedinginan.
Saat baru lahir seluruh tubuh bayi dilapisi oleh zat seperti lemak
yang berwarna putih kotor yang disebut dengan vernix kaseosa. Zat ini
mulai diekskresikan oleh kelenjar keringat janin pada masa gestasi 2o
minggu.
Pada anak perhatikan warna (sianosis, icterus, pucat, eritema),
edema, tanda tanda perdarahan, ; luka parut (sikatriks) , peleberan
pembuluh darah, hemangioma, nevu (andeng-andengan), bercak ‘café-au-
lait’, pigmentasi tonus dan turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan,
stria. Kulit yang keriput menunjukkan penurunan berat badan yang cepat.
1. Turgor berkurang terutama terlihat pada kulit perut dan betis, yang
menunjukkan dehidrasi
2. Telapak tangan dan kaki sering agak biru dan dingin pada bayi
muda.
3. Untuk menunjukkan ‘pitting edema’ pada anak perlu diadakan
tekanan yang agak lama di atas tulang tibia.
4. ‘Mongolian spots’ (daerah biru hitam agak luas) sering ditemukan
pada punggung bawah atau pantat; ini tidak mempunyai arti
patologis
5. Sianosis baru terlihat jika kadar ‘reduced hemoglobin’ 5 g % atau
lebih. Oleh karena itu tidak mudah terjadi pada anak dengan
anemia
6. Icterus mudah terlihat pada sklera, kulit dan selaput lender pada
sinar matahari, jika jumlah bilirubin pada neonatus lebih dari 5 mg
% dan pada anak lebih dari 2 mg %.
7. Karotenemia warna kulit kuning-oranye. Biasanya paling jelas
terlihat pada telapak tangan dan kaki, sekitar hidung; tidak terlihat
pada konjungtiva.
b. Kepala
Pada bayi baru lahir tengkorak mungkin bertumpangan
(Molded), terutama jika bayi adalah anak pertama dan kepala telah
terfiksasi selama berapa waktu. Tulang parietal Cenderung menumpangi
tulang oksipital dan frontal. Kepala bayi yang seksio sesaria atau dengan
presentasi bokong ditandai dengan kepalanya yang bulat. Pada
pemeriksaan kepala anak perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar
kepala, asimetri, sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun,
pelebaran pembuluh darah, rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur
pada lingkaran yang paling besar, yaitu melalui dahi dan daerah yang
paling menonjol daripada oksipital posterior.

Pada anak perhatikan ukuran lingkar kepala (mikrosefali atau


hidrosefali), gizi (marasmus-kwasiorkor).
c. Wajah
Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak
antara hidung dan mulut, jembatan hidung, mandibula,
pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada sinus.
d. Mata
Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat,
nistagmus, ptosis, eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis,
konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan fundus. Strabismus
ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.
e. Telinga
Perhatikan bentuk, ukuran dan posisi telinga, dan rasakan
kartilagonya. Pada BBL cukup bulan akan teraba tulang rawan. Pada
telinga kadangkala ditemukan daun telinga yang terlipat, dan
biasannya pulih dengan sendirinya dalam 1 minggu pertama.
f. Hidung
Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping
hidung, mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.
Apabila BBL bernapas melalui mulut maka harus diperkirakan
kemungkinan adanya obstruksi jalan napas oleh karena atresia koana
atau fraktur tulang hidng atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring.
g. Mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan dengan inspeksi dan palpasi.
Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.
Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh
lambat/tidak.
Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.
Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran,
gerakan, tepi hiperemis/tidak.
Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.
h. Tenggorok
Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel,
anak disuruh mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras,
selanjutnya spaltel diletakkan pada lidah sedikit ditekan kebawah.
Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna, paradangan.
i. Leher
Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak
trakhea, pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis,
dan gerakan leher.
j. Thoraks
Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi
urutan:
1. Inspeksi
Pada anak < 2 tahun : lingkar dada < lingkar kepala
Pada anak > 2 tahun : lingkar dada > lingkar kepala
Perhatikan :
a. Bentuk thorax : funnel chest (Sternum bagian bawah masuk
ke dalam), pigeon chest (Dada membusung), barell chest
(Dada yang bulat atau emfisematus), dll.
b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada
retraksi/tidak.
c. Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot.
d. Ictus cordis
2. Palpasi
Perhatikan:
a. Pengembangan dada : simetri/tidak
b. Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
c. Sela iga : retraksi/tidak
d. Perabaan iktus cordis
3. Perkusi
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu
jari/tanpa bantalan jari lain, atau secara tidak langsung dengan
menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan mengetok terlalu
keras karena dinding thoraks anak lebih tipis da ototnya lebih
kecil.
Tentukan :
a. Batas paru-jantung
b. Batas paru-hati : iga VI depan
c. Batas diagfragma : iga VIII – X belakang. Bedakan antara
suara sonor dan redup
4. Auskultasi
Tentukan suara dasar dan suara tambahan:
Suara dasar: vesikuler, bronkhial, amforik, cog-wheel breath
sound, metamorphosing bbreath sound.
Suara tambahan: ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing, bising,
gallop.
k. Abdomen
Seperti halnya pada dewasa pemeriksaan abdomen secara
berurutan meliputi :
1. Inspeksi
Perhatikan dengan cara pengamatan tanpa menyentuh :
a. Bentuk : cekung/cembung
b. Pernafasan : pernafasan abdominal normal pada
bayi dan anak kecil
c. Umbilikus : hernia/tidak
d. Gambaran vena : spider navy
e. Gambaran peristaltic
2. Auskultasi

Perhatikan suara peristaltik, normal akan terdengar tiap 10 –


30 detik.
3. Perkusi
Normal akan terdengar suara timpani.
Dilakukan untuk menentukan udara dalam usus, atau adanya
cairan bebas/ascites.
4. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan cara : anak disuruh bernafas
dalam, kaki dibengkokkan di sendi lutut, palpasi dilakukan
dari kiri bawah ke atas, kemudian dari kanan atas ke bawah.
Apabila ditemukan bagian yang nyeri, dipalpasi paling akhir.
Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan tentukan lokasinya.
Nilai perabaan terhadap hati, limpa, dan ginjal.
l. Hati
Pada bayi biasanya teraba, kadang-kadang sebesar 2 cm ditepi kosta.
Pada anak palpasi dapat dapat dilakukan secara mono/bimanual
Ukur besar hati dengan cara

1. Titik persilangan linea medioclavicularis kanan dan arcus aorta


dihubungkan dengan umbilikus.
2. Proc. Xifoideus disambung dengan umbilicus. Normal : 1/3 – 1/3
sampai usia 5 -6 tahun.
Perhatikan juga : konsistensi, permukaan, tepi, pulsasi, nyeri
tekan.
m. Limpa
Ukur besar limpa (schuffner) dengan cara:
Tarik garis singgung ‘a’ dengan bagian arcus aorta kiri.
Dari umbilikus tarik garis ‘b’ tegak lurus ‘a’ bagi dalam 4 bagian. Garis
‘b’ diteruskan ke bawah sampai lipat paha, bagi menjadi 4 bagian juga.
Sehingga akan didapat S1 – S8.
n. Ginjal
Terdapat 2 cara palpasi:
Jari telunjuk diletakkan pada angulus kostovertebralis dan menekan keras
ke atas, akan teraba ujung bawah ginjal kanan.
Tangan kanan mengangkat abdomen anak yang telentang. Jari-jari tangan
kiri diletakkan di bagian belakang sedemikian hingga jari telunjuk di
angulus kostovertebralis kemudian tangan kanan dilepaskan. Waktu
abdomen jatuh ke tempat tidur, ginjal teraba oleh jari-jari tangan kiri.
o. Ekstremitas
Pada bayi efek daripada posisi dalam uterus perlu diperhatikan. Adanya
tulang patah atau kelumpuhan saraf dapat diketahui dengan
memperhatikan pergerakan spontan.
Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger,
dan pembengkakan tulang persendian
Periksa : suhu, nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan
gerakan otot. Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus.
v. Genitalia
Untuk anak perempuan :
Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak.
Labia mayor : perlengketan / tidak
Himen : atresia / tidak
Klitoris : membesar/ tidak
Untuk anak laki-laki :
Orifisium uretra :
Hipospadi = di ventral / bawah penis
Epsipadia = di dorsal / atas penis.
Penis : membesar / tidak
Skrotum : membesar / tidak, ada hernia / tidak.
Testis : normal sampai puber sebesar kelereng.
Reflek kremaster : gores paha pagian dalam, testis akan naik dalam
skrotum.
q. Anus dan Rektum
Anus diperiksa rutin sedangkan rektum tidak. Untuk anus, perhatikan:
Daerah pantat adanya tumor, meningokel, dimple, atau abces perianal.
Fisura ani
Prolapsus ani
Pemeriksaan rektal : anak telentang, kaki dibengkokkan, periksa dengan
jari kelingking masuk ke dalam rektum.
Perhatikan :
Atresia ani
Tonus sfingter ani
Fistula rektovaginal
Ada penyempitan / tidak.

BAB III
KESIMPULAN

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa
tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis. Pemeriksaan fisik dan rekam medis akan membantu dalam
penegakan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal yang
tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan dengan umur
anak/bayi. Suasana harus tenang dan nyaman karena jika anak ketakutan, kemungkinan
dia akan menolak untuk diperiksa. Untuk anak usia 1 – 3 tahun, kebanyakan diperiksa
dalam pelukan ibu, sedangkan pada bayi usia  6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas
meja periksa.

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar W. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UI.

Kosim, M, S,. 2009. Buku Ajar Neonatalogi. Pemeriksaan Fisis Bayi Baru Lahir.
Jakart: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Richar E, Marcdante KJ and Kliegman RM. 1999. Nelson Essentials of Pediatrics. 15th
Edition. EGC.

Sekarwana, N,. Konsensus. Tatalaksana Hipertensi Pada Anak. Unit Kerja Koordinasi
Nefrologi. Ikatan Dokter Anak. Indonesia

Tjipta, G, D,. Pemeriksaan Fisis Neonatus. Departemen Ilm Kesehatan Anak. RSUP H.
Adam Malik

Wahyudi, A, K,. 2013. Ilmu Kesehatan Anak. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir.
RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.

Anda mungkin juga menyukai