Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN HORDEULUM Pada An.

RIZKA di POLI ANAK PUSKESMAS TANAH KALI


KEDINDING

Oleh :
NAMA: ALIEF NURDIANA
NIM: P27820319056
Tingkat III Reg B

DOSEN PEMBIMBING :
Bambang Heriyanto S. Kep. Ns, M. Kes
NIP : 197440811 199803 1 001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
Laporan pendahuluan Hordeulum

A. Definisi
Hordeolum adalah istilah medis dari penyakit bintitan, atau dikenal juga
dengan sebutan timbilan. Hordeolum adalah benjolan kecil yang sekilas terlihat
seperti jerawat di dekat bulu mata. Penyebab mata bintitan biasanya adalah infeksi
bakteri. [ CITATION Riz201 \l 1057 ]
Hordeolum  yakni benjolan dikelopak mata yang disebabkan oleh peradangan
di folikel atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu
mata. Bila terjadi di daerah  ini, penyebab utamanya adalah infeksi akibat bakteri
(Sidarta Ilyas,2010:92).

B. Klasifikasi
Terdapat dua jenis hordeolum atau bintitan, yaitu muncul di luar kelopak mata
(eksterna) dan di dalam kelopak mata (internal). Dalam kasus tertentu, bintitan
kadang kala juga bisa mengandung nanah.

1. Hordeolum eksterna

Hordeolum eksterna biasanya lebih umum dibandingkan yang terjadi di dalam


kelopak mata (internal). Hordeolum eksterna terjadi karena adanya infeksi di kelenjar
Zeis atau Moll pada mata.
Kelenjar Zeis dan kelenjar Moll berada di pangkal bulu mata, baik bagian atas
maupun bawah. Itu sebabnya, hordeolum eksterna bisa menyebabkan bintitan di
kelopak mata atas ataupun bawah. Benjolannya akan terlihat mengarah ke sisi luar.

2. Hordeolum internal
Hordeolum internal adalah bintitan yang terjadi di dalam kelopak mata. Kebanyakan
hordeolum internal muncul di kelenjar minyak pada jaringan kelopak mata Anda
(kelenjar Meibom). Hordeolum internal biasanya akan muncul pada kelopak mata
atas.
Benjolan mengarah ke sisi dalam sehingga kelopak mata perlu dibuka untuk dapat
melihat benjolan dengan lebih jelas. Ketika tumbuh, kondisi ini menekan mata
sehingga terasa lebih sakit dari jenis yang eksternal.

C. Etiologi

Etiologi hordeolum adalah bakteri golongan Staphylococcus. Penyebab


tersering adalah Staphylococcus aureus, dan penyebab tersering kedua
adalah Staphylococcus epidermidis. Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam
kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh
bakteri stafilokokkus). Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum
kadang timbul besamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum bisa timbul secara
berulang.
Faktor resiko hordeolum :
1. Penyakit kronik.
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
4. Diabetes
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.[ CITATION dew15 \l 1057 ]

D. Patofisiologi
Patofisiologi hordeolum diawali dengan infeksi S.aureus pada silia palpebra
yang meluas mengenai glandula-glandula di sekitarnya, menyebabkan bengkak pada
palpebra. Pada kelopak mata terdapat beberapa kelenjar yang memiliki fungsi
beragam, yaitu kelenjar Zeis, Moll, dan meibom. Kelenjar Zeis dan Moll merupakan
kelenjar siliar. Kelenjar Zeis berfungsi untuk mensekresi sebum yang bersifat
antiseptik. Kelenjar Moll berfungsi untuk memproduksi immunoglobulin A, musin 1,
dan lisosom yang berperan dalam pertahanan imun terhadap adanya bakteri. Kelenjar
meibom berfungsi sebagai kelenjar sebasea yang berada pada bagian tarsal kelopak
mata. Fungsi kelenjar ini untuk menjaga permukaan kelopak mata agar tetap
terlubrikasi dengan baik. Apabila terjadi sumbatan atau stasis pada kelenjar ini,
pertahanan terhadap invasi bakteri tidak ada. Akibatnya, dapat terjadi infeksi. Infeksi
pada kelenjar tersebut menyebabkan terjadinya nyeri dan edema pada dasar bulu mata
dan terbentuk abses lokal. [ CITATION Gis19 \l 1057 ]
E. Pathway

Stafilokokus aureus Streptokokus epidermidis

Kelenjar palpebra

Infeksi kelenjar zeis dan infeksi meibom


moll (hordeolum eksterna) (hordeolum intermum)

vasodilatasi peningkatan sekresi kelenjar

merah permeabilitas meningkat tonjolan pada palpebra perubahan penampilan

edema Gangguan
nyerirasa Gangguancitra
konsep diri
Gangguan tubuh
nyaman (nyeri)

Bagan 1.1 perjalanan penyakit hordeolum dan implikasi keperawatan


[ CITATION Ist04 \l 1057 ]

F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala hordeolum antara lain:
a. Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila
ditekan.
b. Adanya pseudoptosis atau ptosis yang mengakibatkan kelopak sukar diangkat.
c. Terjadi pembesaran pada kelenjar preaurikel
d. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar
e. Adanya abses yang dapat pecah dengan sendirinya.
G. Penatalaksanaan
a. Medis
1. Pemberian salep antibiotic pada saccus conjunctivalis setiap 3 jam. Antibiotic
sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis.
2. Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,
Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat
topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase
peradangan.
3. Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin,
Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan
perbaikan dengan antibiotika topikal.
4. Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan
keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan
sejenisnya.

b. Keperawatan
1) Kompres hangat 3 kali sehari selama 10-15 menit sampai nanah keluar.
2) Ajarkan 6 langkah cara mencuci tangan.
3) Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit, tanda gejala penyakit,
pengobatan dan penatalaksanaannya pada pasien.
4) Lakukan insisi untuk mengeluarkan nanah pada daerah abses dengan fluktuasi
terbesar
 Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebral.
 Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
 Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotik.
H. Komplikasi
Komplikasi dari hordeolum antara lain:
 Selulitis preseptal
adalah infeksi umum pada jaringan lunak kelopak mata dan periorbital yang
ditandai dengan eritema dan edema kelopak mata akut. Menurut American
Academy of Ophthalmology, penyebab paling umum dari selulitis preseptal adalah
infeksi bakteri. Infeksi bakteri pada orbita atau jaringan lunak periorbital berasal
dari 3 sumber utama, yaitu:
(1) penyebaran langsung dari sinusitis yang berdekatan, dakriosistitis atau
dakrioadenitis;
(2)inokulasi langsung setelah trauma atau infeksi kulit; dan
(3) penyebaran hematologis dari fokus yang jauh (misalnya, otitis media,
pneumonia).

 Konjungtivitis adenovirus
Konjungtivitis virus menjadi jenis konjungtivitis yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus, seperti adenovirus atau virus herpes simpleks (HSV).
Kondisi ini terjadi ketika infeksi virus menyebabkan peradangan pada
konjungtiva, selaput yang melapisi bagian putih mata. Sebagian besar virus yang
menyebabkan konjungtivitis menyebar melalui kontak tangan ke mata melalui
benda yang telah terkontaminasi virus tersebut. Gejala konjungtivitis virus dapat
disertai flu atau kondisi lain, termasuk hidung pilek dan berair, sensitivitas cahaya,
dan iritasi mata secara umum. Konjungtivitis virus umumnya dimulai di satu mata
kemudian menyebar ke mata lainnya.[ CITATION Riz21 \l 1057 ]

 Granuloma pyogenik
Pyogenic granuloma merupakan tumor jinak pada pembuluh darah. Diagnosa
tumor akan di berikan apabila keluhan yang dialami belum di ketahui penyebab
atau sembari menunggu hasil dari pemeriksaan penunjang. Karena tumor memiliki
ranah yang luas, sehingga dapat di gunakan sebagai diagnosis tak pasti terlebih
dahulu.

Pyogenic granuloma merupakan suatu keadaan dimana pembuluh darah


berpoliferasi. Yang dimana hal tersebut disebabkan oleh sesuatu yang belum
pasti, namun ada beberpa di duga menjadi penyebab munculnya pyogenic
granuloma, yaitu :

1. Trauma

2. Infeksi bakteri

3. Hormonal
Daftar Pustaka

Aghita, G. R. (2019, November 29 ). Patofisiologi Hordeulum. Retrieved from Alomedika:


https://www.alomedika.com/penyakit/oftalmologi/hordeolum

dewiamura. (2015, Agustus 24). LP Hordeulum. Retrieved from Scribd:


https://www.scribd.com/doc/275787276/Lp-Hordeolum

Fadli, R. (2021, Maret 1). Konjungtivitis Virus, Penyakit Mata Apa Itu? Retrieved from
Halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/konjungtivitis-virus-penyakit-mata-apa-itu

Istiqomah, I. N. (2004). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan mata . jakarta.

Swari, R. C. (2020, Desember 22). Hordeolum (Bintitan). Retrieved from hellosehat:


https://hellosehat.com/mata/penyakit-mata/hordeolum/

http://repository.lppm.unila.ac.id/21697/1/625-630%20Nabila%20Fatimah.pdf

Anda mungkin juga menyukai