Anda di halaman 1dari 19

PAPER NAMA : VINCENT HANGGARA

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100349


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PAPER

BROW PTOSIS

Disusun oleh:

VINCENT HANGGARA
NIM: 110100349

Supervisor:
dr. Ruly Hidayat, M.Ked(Oph), Sp.M

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan ketersediaan waktu
bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Ruly
Hidayat, M.Ked(Oph), Sp.M, selaku supervisor yang telah memberikan arahan
dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berjudul Brow Ptosis dimana tujuan penulisan makalah ini
ialah untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal yang berhubungan
dengan Brow Ptosis. Dengan demikian diharapkan karya tulis ini dapat
memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran serta diharapkan
mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan yang
bersifat membangun dan saran-saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat
bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang................................................................................ 1
1.2.Tujuan Penulisan............................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1.Anatomi dan Fisiologi Alis Mata.................................................... 3
2.2.Definisi............................................................................................ 5
2.3.Epidemiologi................................................................................... 5
2.4.Etiologi............................................................................................ 5
2.5.Patofisiologi.................................................................................... 5
2.6.Diagnosis......................................................................................... 6
2.7.Estetika............................................................................................ 6
2.8.Penatalaksanaan.............................................................................. 8
2.9.Komplikasi...................................................................................... 12
2.10.Prognosis....................................................................................... 13
BAB 3 KESIMPULAN..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Otot Penggerak Alis Mata...................................................... 4


Gambar 2: Perluasan Otot Corrugator Supercilii..................................... 4
Gambar 3: Hubungan Renggang dari Alis Mata Ideal............................ 7
Gambar 4: Periorbital Oral...................................................................... 8
Gambar 5: Insisi Kecil Kulit Kepala....................................................... 10
Gambar 6: Teknik dari Limited Incision................................................. 10
Gambar 7: Tipe-tipe Insisi....................................................................... 11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Brow ptosis adalah kondisi medis dimana dijumpai adanya penurunan atau
jatuhnya alis mata.1
Brow ptosis sering terjadi pada masyarakat, peningkatan prevalensi brow
ptosis yang tinggi terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Selain dari segi umur juga
sering terjadi bagi pasien yang telah menjalani blepharoplasty atau memiliki
dermatochalasis.2
Etiologi dari brow ptosis cenderung disebabkan oleh gaya gravitasi dan
usia. Usia mempengaruhi perubahan dari kelopak mata dan wajah yang
berhubungan dengan hilangnya bermacam-macam jaringan di bawah kulit.
Perubahan yang terjadi pada kulit kelopak mata bagian atas umumnya
menyebabkan adanya penarikan yang pasif, hilangnya sokongan, atau berlebihnya
kulit sekunder di bawah alis mata. Penurunan adhesi wajah berhubungan dengan
usia dan efek gaya gravitasi, di mana jaringan tipis dari dahi jatuh ke bawah
tulang frontal.2
Penegakan diagnosis pada brow ptosis dapat dilakukan hanya dengan kasat
mata tanpa harus dilakukan pemeriksaan khusus. Pada brow ptosis dijumpai
berlebihnya jaringan kulit pada alis mata atau adanya kerusakan pada nervus tujuh
yang ditandai dengan elevasi dari alis mata.3
Pada brow ptosis tatalaksana yang bisa dilakukan hanya tindakan
pembedahan. Tujuan dari dilakukannya pembedahan ini adalah untuk
memperbaiki posisi, bentuk, dan kesimetrisan alis mata. Di samping itu tujuan
lainnya adalah mengembalikan nilai estetika dari seseorang, yaitu dengan
mengkoreksi posisi dari alis mata dan peningkatan dari alis mata medial.4

iv
1.2. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
tentang Brow Ptosis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk melengkapi
persyaratan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

v
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI ALIS MATA


Alis mata terdiri dari kulit tebal yang ditutupi oleh permukaan kasar,
rambut-rambut yang mencolok sepanjang margin orbital superior, biasanya
melengkung sedikit tetapi kadang-kadang hanya berbentuk horizontal. Umumnya,
pada laki-laki alis mata membentang sepanjang margin orbital, sedangkan pada
wanita alis mata membentang di atas sepanjang margin orbital. Produksi rambut
pertama kali selama perkembangan embrio adalah alis mata.5
Otot-otot yang berlokasi pada bagian dahi diantaranya adalah otot
frontalis, procerus, corrugator superciliaris, dan orbicularis oculi merupakan otot
penggerak alis mata yang berfungsi penting dalam ekspresi wajah. Otot frontalis
berasal dari puncak kulit kepala dan masuk ke dalam jaringan ikat dekat dengan
lingkaran superior orbital. Serabut otot tersebut berorientasi secara vertikal dan
mengangkat alis mata yang menyebabkan penampilan seperti terlihat terkejut atau
penuh perhatian. Otot corrugator superciliaris berasal dari tulang frontal dan
masuk ke dalam kulit superior hingga mencapai bagian tengah alis mata.
Karakteristik dari otot ini terlihat seperti ekspresi mendapat masalah atau sedang
konsentrasi dan serabutnya berorientasi miring. Otot ini membuat pergerakan
pada bagian tengah alis ke arah hidung dan menciptakan alur vertikal antara alis
mata. Otot procerus merupakan otot untuk ekspresi ancaman atau agresi. Otot ini
berasal dari tulang hidung dan masuk ke bagian tengah dari sisi frontal. Otot ini
menarik bagian medial alis inferior dan menghasilkan alur horizontal melalui jalur
dari hidung. Otot orbicularis oculi berfungsi menurunkan alis mata. Serabut otot
ini bercampur satu sama lain dan sulit untuk dipisahkan. Semua dipersarafi oleh
saraf wajah yaitu saraf kranial VII.5

vi
Gambar 1. Otot penggerak alis mata5

Gambar 2. Perluasan otot corrugator supercilii4

vii
2.2. DEFINISI
Ptosis adalah kondisi dimana terjadi paralisis pada otot levator palpebra
diikuti dengan penurunan satu atau dua kelopak mata.6
Brow ptosis adalah kondisi medis dimana dijumpai adanya penurunan atau
jatuhnya alis mata.1

2.3. EPIDEMIOLOGI
Brow ptosis sering terjadi pada masyarakat, peningkatan prevalensi brow
ptosis yang tinggi terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Selain dari segi umur juga
sering terjadi bagi pasien yang telah menjalani blepharoplasty atau memiliki
dermatochalasis.2

2.4. ETIOLOGI
Etiologi dari brow ptosis cenderung disebabkan oleh gaya gravitasi dan
usia. Usia mempengaruhi perubahan dari kelopak mata dan wajah yang
berhubungan dengan hilangnya bermacam-macam jaringan di bawah kulit.
Perubahan yang terjadi pada kulit kelopak mata bagian atas umumnya
menyebabkan adanya penarikan yang pasif, hilangnya sokongan, atau berlebihnya
kulit sekunder di bawah alis mata. Penurunan adhesi wajah berhubungan dengan
usia dan efek gaya gravitasi, di mana jaringan tipis dari dahi jatuh ke bawah
tulang frontal.2

2.5. PATOFISIOLOGI
Hiperaktivitas yang berkepanjangan dari otot wajah atas menghasilkan tiga
jenis deformitas pada bagian dahi dan alis mata yang kompleks, yaitu kerutan dahi
melintang (otot frontalis), brow ptosis (otot corrugator dan orbicularis), dan
kerutan glabellar (otot corrugator, orbicularis dan procerus).4
Terdapat tiga gaya yang bertindak pada alis mata bagian lateral, yaitu:4
1. Relaksasi otot frontalis, dimana menghentikan alis mata bagian medial
terhadap penyatuan garis temporal pada tulang tengkorak.

viii
2. Gravitasi, dimana menyebabkan massa jaringan tipis bagian lateral
hingga temporal turun ke fascia temporalis dan mendorong segmen alis
mata lateral ke bawah.
3. Hiperaktivitas otot corrugator supercilii yang berhubungan dengan aksi
dari otot orbicularis oculi lateral, dimana dapat menghambat aktivitas
dari otot frontalis dan langsung memudahkan turunnya alis mata
bagian lateral.

2.6. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis untuk brow ptosis tidak memerlukan pemeriksaan
khusus. Biasanya hanya dengan kasat mata sudah dapat ditegakkan diagnosa brow
ptosis, dimana untuk penegakan brow ptosis didasarkan pada gejala ptosis pada
umumnya. Onset dan durasi terjadinya ptosis biasanya untuk membedakan kasus
ptosis yang kongenital atau yang didapat. Brow ptosis terjadi akibat berlebihnya
jaringan kulit pada alis mata atau adanya kerusakan pada nervus tujuh dengan ciri
diagnosa terjadinya elevasi alis mata.3

2.7. ESTETIKA
Gambaran estetika pada bentuk alis dan mata merupakan dasar
keberhasilan dalam operasi untuk meremajakan bagian atas dari wajah.
Keberhasilan ini pun berhubungan dengan jenis kelamin, usia, ras, budaya dan
tampilan personal. Kebanyakan tujuan dari estetika memperindah dahi, alis mata,
kelopak mata dan pupil pada bagian alis mata dan temporal kepala. Jarak dari alis
mata ke lubang orbital, alis mata ke lipatan supratarsal, dan alis mata ke mid pupil
seharusnya adalah 1 cm, 1.6 cm, dan 2.5 cm. Kemiringan rata-rata pada wanita
adalah 4.1 mm dan pada pria adalah 2.1 mm. Kulit pretarsal dapat diukur 3 hingga
6 mm dan bulu mata hingga ke kelopak jaraknya dari 8 mm hingga 10 mm.
Kelopak mata atas menutupi 2 hingga 3 mm iris dan kelopak mata membentuk
“Lazy-S” dan bertemu dengan aspek inferior. Jarak intercanthal idealnya satu
hingga lima lebar wajah pada mata dan menampilkan gambaran lebar dari satu
mata.4

ix
Ellenbogen menggambarkan hubungan estetika pada alis mata terhadap
ciri-ciri bagian wajah lainnya, yaitu :4
1. Pada wanita, alis mata dimulai di bagian tengah pada garis vertikal
yang digambarkan tegak lurus terhadap hidung.
2. Pada wanita, alis mata melengkung di atas lubang supraorbital; pada
laki-laki melengkung sepanjang lubang orbita.
3. Alis mata lateral berakhir pada garis melintang yang tergambar tengak
lurus dengan hidung dan canthus lateral
4. Bagian tengah dan lateral berakhir kira-kira pada level horizontal yang
sama.
5. Apeks dari alis mata membentuk garis vertikal langsung di atas limbus
lateral.

Gambar 3. Hubungan renggang dari alis mata ideal. B) alis mata


medial; E) alis mata apeks; C) alis mata lateral.4

Gunter dan Antrobus memberi tambahan pembagian kriteria dari estetika


alis mata, yaitu:4
1. Alis mata tengah seharusnya bersambung estetika dengan garis dorsal
hidung.
2. Alis mata tengah seharusnya kira-kira dimulai di atas medial canthus.

x
3. Jarak vertikal dari lengkungan supraorbital ke puncak alis mata akan
berbeda. Bagaimanapun, puncak alis mata jarang lebih dari 10 mm di
atas bagian caudal dari alis mata medial. Pada wanita lebih tinggi dari
pria.
4. Alis mata medial seharusnya lebih rendah dari puncak lateral.
5. Kelopak mata menjadi suatu estetika dengan elevasi alis mata, di
samping itu terdapat indikasi terhadap pembedahan pada perubahan
kelopak mata.
6. Area preorbital seharusnya memiliki keseimbangan tersendiri. Dia
seharusnya menyerupai bentuk oval yang terdiri dari alis mata
superior, garis hidung dorsal terletak di tengah, lekukan nasojugal di
belakang. Mata seharusnya berada di tengah dari bentuk oval dan
bentuk oval tersebut harus terletak seimbang pada wajah.
7. Estetika pada alis mata pria berbeda. Alis mata pria menuju ke sedikit
lengkungan dan biasanya rata atau hampir horizontal.

Gambar 4. Periorbital oval4

2.8. PENATALAKSANAAN
Pada brow ptosis tatalaksana yang dilakukan hanya tindakan pembedahan.
Indikasi utama pembedahan dilakukan pada ptosis dari dahi dan alis mata. Inklusi
kriteria kedua yaitu pada ketidakseimbangan kerutan otot, kulit dahi yang
melintang, estetika kelopak mata atas, kelemahan alis mata lateral-temporal, dan
ekspresi yang abnormal atau tidak menarik.4
Semua tujuan dari tindakan pembedahan adalah memperbaiki posisi,
bentuk, dan kesimetrisan alis mata. Selain itu hal penting untuk suatu estetika
adalah mengkoreksi posisi dari alis mata dan peningkatan dari alis mata medial.

xi
Kelebihan elevasi pada alis mata dan bentuk abnormal berhubungan kuat dengan
kelelahan, kesedihan, kemarahan dan kejutan.4
Beberapa teknik pembedahan yang digunakan meliputi:4
1. Insisi
a. Direct
Direct excision dilakukan paling banyak terhadap pria karena tepat
untuk menghilangkan bekas luka di atas alis mata pria yang tebal
dan karena tindakan lain tidak menghilangkan pada pasien yang
botak.
b. Midbrow
Eksisi ini dilakukan di tengah kulit dahi dan dianjurkan kepada
pasien yang memiki ketebalan kulit yang dalam, menyembunyikan
bekas luka, dan dilakukan pada pasien yang botak. Eksisi ini
dianjurkan pada pasien dengan kriteria:
1. Moderate undermining above the frontalis muscles
2. No hairline distortion
3. Precise sculpting of the entrire brow
4. Access to the orbital rim.
c. Transblepharoplasty
Transblepharoplasty alis mata dilakukan untuk mengangkat
jaringan tipis penutup alis mata ke penutup lubang orbita
periosteal. Pendekatan transblepharoplasty pada otot corrugator
supercilii dan otot procerus untuk pengobatan kerutan pada
glabellar.
d. Hairline
Diinsisi di sepanjang garis rambut anterior yang bertujuan
mengurangi kerutan dahi. Teknik ini direkomendasikan bagi
mereka yang memiliki jarak 5 cm antara alis mata ke garis rambut.
e. Temporal

xii
Pendekatan temporal melibatkan diseksi dalam subgaleal plande
dengan melepaskan ekstensif jaringan tipis pada lubang superior
dan lateral orbita.
f. Endoscopic
Pendekatan endoscopic memberikan akses bagi dahi untuk
menahan lepasnya struktur wajah atas dan reseksi otot dengan
insisi yang sangat kecil di kulit kepala.

Gambar 5. Insisi kecil pada kulit kepala4


g. Limited incision
Digunakan dalam endiscopic terangkatnya alis – tipe insisi dalam
garis rambut untuk meningkatkan alis mata lateral.

xiii
Gambar 6. Teknik dari Limited Incision4

Gambar 7. Tipe-tipe insisi. A) Hairline; B) Gull wing; C) Vertex; D)


Lambdoidal; E) W Incision; F) Lambdoidal paddle; G) Interlocking Ms4

2. Plane of Dissection
a. Subcutaneous
Teknik ini dilakukan dalam pendekatan langsung dalam
menghilangkan kerutan melintang di kening dan elevasi dari alis

xiv
mata saat pengawetan insisi di kulit kepala posterior. Indikasi
dilakukan teknik ini adalah:
1. Kerutan dahi dengan brow ptosis
2. Peningkatan dahi sekunder dan tersier
3. Turunnya dahi yang membutuhkan peningkatan
4. Tingginya dahi yang membutuhkan penurunan dengan tindakan
penutupan

Alogaritma pengobatan untuk kerutan dahi, yaitu:4

Forehead Wrinkles

Correction of brow ptosis and dynamic forehead frown lines

-Long forehead -Normal short forehead


-Young middle aged patient -Older patient
-Mild to moderate brow ptosis (more lateral than -Thick, oily skin with
mideal) diminished scalp forehead
-Relativity thin skin with good scalp forehead elasticity
elasticity -Deep glabellar forehead
-Mild to moderate glabellar forehead rhytids rhytids

Transcoronal foreheadplasty
Component endoscopically assisted or limited
incision foreheadplasty

xv
b. Subgaleal
Teknik subgaleal ini sangat cepat, tepat dan aman; dan reseksi
langsung dilakukan pada otot tanpa mengenai persarafan. Selain itu
dengan teknik ini perdarahan minimal, mudah untuk
diindentifikasi, dibedah dan merupakan akses yang bagus pada otot
hipertiroid.
c. Subperiosteal
Teknik ini dilakukan dengan membedah jaringan dahi antara otot
frontalis dengan pericranium.

2.9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul biasa didapatkan setelah melakukan tindakan
pembedahan (Browplasty). Dua komplikasi utama biasa berelasi dengan lokasi
pembedahan dan luasnya pembedahan. Komplikasi yang dijumpai pada
browplasty di antanya adalah:2
1) Granuloma
2) Hypestesia
3) Hematoma
4) Kehilangankemampuan dari pada otot alis mata.

2.10. PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari hasil pembedahan yang dilakukan. Biasanya
pada usia menengah tindakan browplasty lebih direkomendasikan daripada
penggunaan kosmetik dalam brow ptosis.2

xvi
BAB 3
KESIMPULAN

Brow ptosis merupakan kondisi medis di mana dijumpai adanya


penurunan atau jatuhnya alis mata. Biasanya sering terjadi pada masyarakat dan
terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Brow ptosis biasanya disebabkan karena
gaya gravitasi dan usia. Di mana kedua hal tersebut berpengaruh terhadap
perubahan dari kelopak mata dan wajah yang menyebabkan hilangnya bermacam-
macam jaringan di bawah kulit.
Terdapat empat otot yang berperan dalam pergerakan alis mata, yaitu : otot
frontalis, otot corrugator supercilii, otot orbicularis oculi, dan otot procerus. Pada
brow ptosis yang mengalami kerusakan adalah otot corrugator supercilii dan otot
orbicularis oculi.
Tindakan yang dapat dilakukan pada brow ptosis hanya pembedahan.
Diharapkan dengan tindakan pembedahan ini dapat mengembalikan alis mata
kembali ke posisi semula dan tetap menjaga estetika dari pada penampilan
penderita.
Prognosis tergantung dari hasil pembedahan yang dilakukan. Biasanya
pada usia menengah tindakan browplasty lebih direkomendasikan daripada
penggunaan kosmetik dalam brow ptosis.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

1. Clinica London, update 2016. Diunduh dari :


www.clinicalondon.co.uk/brow-ptosis/
2. Bashour M. Direct brow lift. America: Medscape, update 2014 Maret 04.
Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/842258-overview
3. Kanski JJ. Ptosis: Clinical Opthalmology. Edisi ke 6. China: Elsevier;
2007. Hal 133-6.
4. Liu JH abd Trussler AP. Brow lift: Selected readings in plastic surgery.
Volume 11 issue c1. Department of plastic surgery, university of texas
southwestern medical center at Dallas, Texas.
5. Remington LA. Ocular adnexa and lacrimal system: Clinical anatomy of
the visual system. Edisi ke 2. China: Elsevier; 2005. Hal 153-76.
6. Lang GK. Ptosis: Opthalmology. New York: Appl,Wemding; 2000. Hal
22-4.

xviii

Anda mungkin juga menyukai