PAPER
BROW PTOSIS
Disusun oleh:
VINCENT HANGGARA
NIM: 110100349
Supervisor:
dr. Ruly Hidayat, M.Ked(Oph), Sp.M
Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan ketersediaan waktu
bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Ruly
Hidayat, M.Ked(Oph), Sp.M, selaku supervisor yang telah memberikan arahan
dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berjudul Brow Ptosis dimana tujuan penulisan makalah ini
ialah untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal yang berhubungan
dengan Brow Ptosis. Dengan demikian diharapkan karya tulis ini dapat
memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran serta diharapkan
mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan yang
bersifat membangun dan saran-saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat
bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang................................................................................ 1
1.2.Tujuan Penulisan............................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1.Anatomi dan Fisiologi Alis Mata.................................................... 3
2.2.Definisi............................................................................................ 5
2.3.Epidemiologi................................................................................... 5
2.4.Etiologi............................................................................................ 5
2.5.Patofisiologi.................................................................................... 5
2.6.Diagnosis......................................................................................... 6
2.7.Estetika............................................................................................ 6
2.8.Penatalaksanaan.............................................................................. 8
2.9.Komplikasi...................................................................................... 12
2.10.Prognosis....................................................................................... 13
BAB 3 KESIMPULAN..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
iv
1.2. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
tentang Brow Ptosis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk melengkapi
persyaratan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
v
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
vi
Gambar 1. Otot penggerak alis mata5
vii
2.2. DEFINISI
Ptosis adalah kondisi dimana terjadi paralisis pada otot levator palpebra
diikuti dengan penurunan satu atau dua kelopak mata.6
Brow ptosis adalah kondisi medis dimana dijumpai adanya penurunan atau
jatuhnya alis mata.1
2.3. EPIDEMIOLOGI
Brow ptosis sering terjadi pada masyarakat, peningkatan prevalensi brow
ptosis yang tinggi terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Selain dari segi umur juga
sering terjadi bagi pasien yang telah menjalani blepharoplasty atau memiliki
dermatochalasis.2
2.4. ETIOLOGI
Etiologi dari brow ptosis cenderung disebabkan oleh gaya gravitasi dan
usia. Usia mempengaruhi perubahan dari kelopak mata dan wajah yang
berhubungan dengan hilangnya bermacam-macam jaringan di bawah kulit.
Perubahan yang terjadi pada kulit kelopak mata bagian atas umumnya
menyebabkan adanya penarikan yang pasif, hilangnya sokongan, atau berlebihnya
kulit sekunder di bawah alis mata. Penurunan adhesi wajah berhubungan dengan
usia dan efek gaya gravitasi, di mana jaringan tipis dari dahi jatuh ke bawah
tulang frontal.2
2.5. PATOFISIOLOGI
Hiperaktivitas yang berkepanjangan dari otot wajah atas menghasilkan tiga
jenis deformitas pada bagian dahi dan alis mata yang kompleks, yaitu kerutan dahi
melintang (otot frontalis), brow ptosis (otot corrugator dan orbicularis), dan
kerutan glabellar (otot corrugator, orbicularis dan procerus).4
Terdapat tiga gaya yang bertindak pada alis mata bagian lateral, yaitu:4
1. Relaksasi otot frontalis, dimana menghentikan alis mata bagian medial
terhadap penyatuan garis temporal pada tulang tengkorak.
viii
2. Gravitasi, dimana menyebabkan massa jaringan tipis bagian lateral
hingga temporal turun ke fascia temporalis dan mendorong segmen alis
mata lateral ke bawah.
3. Hiperaktivitas otot corrugator supercilii yang berhubungan dengan aksi
dari otot orbicularis oculi lateral, dimana dapat menghambat aktivitas
dari otot frontalis dan langsung memudahkan turunnya alis mata
bagian lateral.
2.6. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis untuk brow ptosis tidak memerlukan pemeriksaan
khusus. Biasanya hanya dengan kasat mata sudah dapat ditegakkan diagnosa brow
ptosis, dimana untuk penegakan brow ptosis didasarkan pada gejala ptosis pada
umumnya. Onset dan durasi terjadinya ptosis biasanya untuk membedakan kasus
ptosis yang kongenital atau yang didapat. Brow ptosis terjadi akibat berlebihnya
jaringan kulit pada alis mata atau adanya kerusakan pada nervus tujuh dengan ciri
diagnosa terjadinya elevasi alis mata.3
2.7. ESTETIKA
Gambaran estetika pada bentuk alis dan mata merupakan dasar
keberhasilan dalam operasi untuk meremajakan bagian atas dari wajah.
Keberhasilan ini pun berhubungan dengan jenis kelamin, usia, ras, budaya dan
tampilan personal. Kebanyakan tujuan dari estetika memperindah dahi, alis mata,
kelopak mata dan pupil pada bagian alis mata dan temporal kepala. Jarak dari alis
mata ke lubang orbital, alis mata ke lipatan supratarsal, dan alis mata ke mid pupil
seharusnya adalah 1 cm, 1.6 cm, dan 2.5 cm. Kemiringan rata-rata pada wanita
adalah 4.1 mm dan pada pria adalah 2.1 mm. Kulit pretarsal dapat diukur 3 hingga
6 mm dan bulu mata hingga ke kelopak jaraknya dari 8 mm hingga 10 mm.
Kelopak mata atas menutupi 2 hingga 3 mm iris dan kelopak mata membentuk
“Lazy-S” dan bertemu dengan aspek inferior. Jarak intercanthal idealnya satu
hingga lima lebar wajah pada mata dan menampilkan gambaran lebar dari satu
mata.4
ix
Ellenbogen menggambarkan hubungan estetika pada alis mata terhadap
ciri-ciri bagian wajah lainnya, yaitu :4
1. Pada wanita, alis mata dimulai di bagian tengah pada garis vertikal
yang digambarkan tegak lurus terhadap hidung.
2. Pada wanita, alis mata melengkung di atas lubang supraorbital; pada
laki-laki melengkung sepanjang lubang orbita.
3. Alis mata lateral berakhir pada garis melintang yang tergambar tengak
lurus dengan hidung dan canthus lateral
4. Bagian tengah dan lateral berakhir kira-kira pada level horizontal yang
sama.
5. Apeks dari alis mata membentuk garis vertikal langsung di atas limbus
lateral.
x
3. Jarak vertikal dari lengkungan supraorbital ke puncak alis mata akan
berbeda. Bagaimanapun, puncak alis mata jarang lebih dari 10 mm di
atas bagian caudal dari alis mata medial. Pada wanita lebih tinggi dari
pria.
4. Alis mata medial seharusnya lebih rendah dari puncak lateral.
5. Kelopak mata menjadi suatu estetika dengan elevasi alis mata, di
samping itu terdapat indikasi terhadap pembedahan pada perubahan
kelopak mata.
6. Area preorbital seharusnya memiliki keseimbangan tersendiri. Dia
seharusnya menyerupai bentuk oval yang terdiri dari alis mata
superior, garis hidung dorsal terletak di tengah, lekukan nasojugal di
belakang. Mata seharusnya berada di tengah dari bentuk oval dan
bentuk oval tersebut harus terletak seimbang pada wajah.
7. Estetika pada alis mata pria berbeda. Alis mata pria menuju ke sedikit
lengkungan dan biasanya rata atau hampir horizontal.
2.8. PENATALAKSANAAN
Pada brow ptosis tatalaksana yang dilakukan hanya tindakan pembedahan.
Indikasi utama pembedahan dilakukan pada ptosis dari dahi dan alis mata. Inklusi
kriteria kedua yaitu pada ketidakseimbangan kerutan otot, kulit dahi yang
melintang, estetika kelopak mata atas, kelemahan alis mata lateral-temporal, dan
ekspresi yang abnormal atau tidak menarik.4
Semua tujuan dari tindakan pembedahan adalah memperbaiki posisi,
bentuk, dan kesimetrisan alis mata. Selain itu hal penting untuk suatu estetika
adalah mengkoreksi posisi dari alis mata dan peningkatan dari alis mata medial.
xi
Kelebihan elevasi pada alis mata dan bentuk abnormal berhubungan kuat dengan
kelelahan, kesedihan, kemarahan dan kejutan.4
Beberapa teknik pembedahan yang digunakan meliputi:4
1. Insisi
a. Direct
Direct excision dilakukan paling banyak terhadap pria karena tepat
untuk menghilangkan bekas luka di atas alis mata pria yang tebal
dan karena tindakan lain tidak menghilangkan pada pasien yang
botak.
b. Midbrow
Eksisi ini dilakukan di tengah kulit dahi dan dianjurkan kepada
pasien yang memiki ketebalan kulit yang dalam, menyembunyikan
bekas luka, dan dilakukan pada pasien yang botak. Eksisi ini
dianjurkan pada pasien dengan kriteria:
1. Moderate undermining above the frontalis muscles
2. No hairline distortion
3. Precise sculpting of the entrire brow
4. Access to the orbital rim.
c. Transblepharoplasty
Transblepharoplasty alis mata dilakukan untuk mengangkat
jaringan tipis penutup alis mata ke penutup lubang orbita
periosteal. Pendekatan transblepharoplasty pada otot corrugator
supercilii dan otot procerus untuk pengobatan kerutan pada
glabellar.
d. Hairline
Diinsisi di sepanjang garis rambut anterior yang bertujuan
mengurangi kerutan dahi. Teknik ini direkomendasikan bagi
mereka yang memiliki jarak 5 cm antara alis mata ke garis rambut.
e. Temporal
xii
Pendekatan temporal melibatkan diseksi dalam subgaleal plande
dengan melepaskan ekstensif jaringan tipis pada lubang superior
dan lateral orbita.
f. Endoscopic
Pendekatan endoscopic memberikan akses bagi dahi untuk
menahan lepasnya struktur wajah atas dan reseksi otot dengan
insisi yang sangat kecil di kulit kepala.
xiii
Gambar 6. Teknik dari Limited Incision4
2. Plane of Dissection
a. Subcutaneous
Teknik ini dilakukan dalam pendekatan langsung dalam
menghilangkan kerutan melintang di kening dan elevasi dari alis
xiv
mata saat pengawetan insisi di kulit kepala posterior. Indikasi
dilakukan teknik ini adalah:
1. Kerutan dahi dengan brow ptosis
2. Peningkatan dahi sekunder dan tersier
3. Turunnya dahi yang membutuhkan peningkatan
4. Tingginya dahi yang membutuhkan penurunan dengan tindakan
penutupan
Forehead Wrinkles
Transcoronal foreheadplasty
Component endoscopically assisted or limited
incision foreheadplasty
xv
b. Subgaleal
Teknik subgaleal ini sangat cepat, tepat dan aman; dan reseksi
langsung dilakukan pada otot tanpa mengenai persarafan. Selain itu
dengan teknik ini perdarahan minimal, mudah untuk
diindentifikasi, dibedah dan merupakan akses yang bagus pada otot
hipertiroid.
c. Subperiosteal
Teknik ini dilakukan dengan membedah jaringan dahi antara otot
frontalis dengan pericranium.
2.9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul biasa didapatkan setelah melakukan tindakan
pembedahan (Browplasty). Dua komplikasi utama biasa berelasi dengan lokasi
pembedahan dan luasnya pembedahan. Komplikasi yang dijumpai pada
browplasty di antanya adalah:2
1) Granuloma
2) Hypestesia
3) Hematoma
4) Kehilangankemampuan dari pada otot alis mata.
2.10. PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari hasil pembedahan yang dilakukan. Biasanya
pada usia menengah tindakan browplasty lebih direkomendasikan daripada
penggunaan kosmetik dalam brow ptosis.2
xvi
BAB 3
KESIMPULAN
xvii
DAFTAR PUSTAKA
xviii