Anda di halaman 1dari 23

TIPE WAJAH DAN BENTUK LENGKUNG GIGI

PADA MAHASISWA FAKULTAS


KEDOKTERAN GIGI ANGKATAN 2010-2013
UNIVERSITAS PADJADJARAN
(JOURNAL READING ORTHODONSIA)

Disusun oleh:

GRACIELA VALERY YULITA PAMPANG


NIM. 40620022

DEPARTEMEN ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat Rahmat

dan bimbinganNya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul

”Rangkaian dan Keamanan Produk Headgear”, sebagai tugas journal reading

ortodonsia. Dalam penyajiannya kami menyusun tiap bab dengan uraian singkat

dan pembahasan serta kesimpulan akhir. Dalam makalah ini penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Zainudin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri.

2. Multia Ranum Sari, drg., MmedEd., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan fasilitas

selama masa pendidikan.

3. Anisa Ramadhani Kusumatiti, drg., MMRS., yang telah membantu dan

membimbing dalam pembuatan makalah ini.

4. Orang tua yang selalu menghebatkan, memberikan dukungan baik moril maupun

materi, nasehat, doa yang tulus ikhlas serta motivator terhebat dalam hidup.

5. Seluruh Bapak, Ibu Dosen, dan Staf serta karyawan Fakultas Kedokteran Gigi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, yang selama ini membantu dan

mendidik penulis selama masa pendidikan.

Penulis menyadari makalah kami masih banyak kekurangan. Penulis juga

mengharapkan saran dan kritik yang sekiranya dapat membangun agar

ii
penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Khususnya dapat

menambah wacana dan pengetahuan Mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan Bhakti

Wiyata Kediri.

Kediri, November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3


A. Tipe Wajah ..................................................................................................... 3
B. Macam Tipe Wajah ......................................................................................... 4
1. Euryprosop………………………………………………………………
2. Mesoprosop………………………………………………………….…..
3. Leptoprosop………………………………………………………….….
C. Lengkung Gigi……………………………………………………………….…
D. Macam Bentuk Lengkung Gigi………………………………………………...
E. Langkah-langkah Proses Pengambilan, Pencetakan & Pengukuran Tipe
Wajah………………………………………………………………………………
F. Pengambilan dan Pengukuran Bentuk Lengkung Gigi…………………………
BAB III LAPORAN KASUS.............................................................................. 12
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 14
BAB V KESIMPULAN………………………………………………………...16
A. Kesimpulan .......................................................................................................17
B. Saran ..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar II.1 .................................................................................................... 4
Gambar II.2 .................................................................................................... 6
Gambar II.3 ..................................................................................................... 7
Gambar II.4 .................................................................................................... 7
Gambar II.5 ................................................................................................... 10
Gambar II.6 ................................................................................................... 11

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wajah merupakan salah satu bagian terpenting dari penampilan. Bentuk


wajah yang ideal dipengaruhi oleh bentuk lengkung gigi, karena lengkung gigi
dijadikan sebagai factor yang penting dalam perawatan orthodontic. Seringkali
penampilan menjadi suatu hal yang paling penting dari setiap orang. Tidak bisa
dipungkiri bahwa wajah merupakan salah satu bagian terpenting dari
penampilan. Hal ini dikarenakan penampilan wajah bisa melambangkan
kepribadian dari seseorang. Penampilan wajah akan memberikan pengaruh
pada efek sosial dan psikologis pada setiap kepribadian manusia. Penampilan
dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya adalah tipe wajah dan
bentuk lengkung gigi

Tipe wajah merupakan hal yang dapat menggambarkan perbedaan dari


bentuk wajah setiap orang. Terdapat beberapa klasifikasi dari tipe wajah yaitu ;
hypereuryprosop, euryprosop, mesoprosop, leptoprosop, hyperleptoprosop,
keseimbangan dan keharmonisan dari proporsi wajah pada umumnya akan
memberikan bentuk wajah yang ideal. Selain itu bentuk wajah yang ideal
dipengaruhi juga oleh bentuk lengkung gigi. Lengkung gigi dibagi menjadi 3
bentuk, antara lain; persegi, oval dan lancip

Dalam sebuah penelitian di Medan yang dilakukan pada 50 orang


mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, mengatakan
bahwa tipe wajah yang paling dominan ditemukan adalah euryprosop dan
bentuk lengkung gigi yang paling dominan ditemukan adalah square baik pada
rahang atas maupun rahang bawah. Adanya ketidakseimbangan antara
pertumbuhan dan perkembangan serta adanya hubungan yang tidak harmonis
antara gigi geligi dengan komponen kraniofasial maka bisa menyebabkan
terjadi maloklusi.
2

Maloklusi memberikan pengaruh yang tinggi terhadap kualitas hidup


seseorang. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan masyarakat dan
keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup, maka permintaan kebutuhan
ortodonti di masyarakat pun meningkat. Maloklusi ini bisa diatasi dengan
perawatan ortodonti. Perawatan ortodonti adalah perawatan yang dilakukan di
bidang kedokteran gigi dengan tujuan untuk mendapatkan penampilan dengan
estetik wajah dan gigi. Dalam perawatan ortodonti yang mangatasi masalah
maloklusi, memerlukan pemeriksaan untuk mendapatkan data-data yang
lengkao dari keadaan penderita. Salah satu jenis pemeriksaan yang dilakukan
adalah analisis foto profil dan foto muka (wajah) serta penentuan bentuk
lengkung gigi. Kedua hal tersebut penting untuk diketahui dalam menunjang
proses penegakkan diagnosis dan rencana perawatan.

B. Rumusan Masalah

Apakah tipe wajah dan bentuk lengkung gigi dapat mempengaruhi perawatan
ortodonti?

C. Tujuan

Untuk mengetahui gambaran tipe wajah dan bentuk lengkung gigi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tipe Wajah

Tipe wajah merupakan hal yang dapat menggambarkan perbedaan dari

bentuk wajah setiap orang. Terdapat beberapa klasifikasi dari tipe wajah yaitu

hypereuryprosop < 75 dan 75-79,9 ; euryprosop 80-84,9 ; mesoprosop 85-89,9

; leptoprosop 90-94,9 ; hyperleptoprosop > 95. Keseimbangan dan

keharmonisan dari proporsi wajah pada umumnya akan memberikan bentuk

wajah yang ideal. Selain itu bentuk wajah yang ideal dipengaruhi oleh bentuk

lengkung gigi (oktarina, 2016).

Penentuan tipe wajah merupakan salah satu prosedur penting dalam

menentukan diagnosis ortodonti walaupun tidak memberikan keterangan

secara lengkap mengenai tulang kraniofasial. Analisis tipe wajah dapat

memperlihatkan hubungan variasi bagian-bagian wajah sehingga para klinisi

lebih mudah untuk mengidentifikasi kemungkinan malrelasi yang terjadi.

Secara umum morfologi tipe wajah dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis

kelamin dan usia. Walaupun bentuk wajah setiap orang berbeda, seseorang

mampu mengenal ribuan wajah karena ada kombinasi unik dari kontur nasal,

bibir, rahang dan sebagainya yang memudahkan seseorang untuk mengenal

satu sama lain. Bagian-bagian yang dianggap mempengaruhi wajah adalah


4

tulang pipi, hidung, rahang atas, rahang bawah, mulut, dahi, mata, dagu dan

supraorbital.
5

B. Macam tipe wajah

1. Euryprosopic
Tipe wajah euryprosopic memiliki tulang pipi yang lebih lebar, datar
dan kurang protusif sehingga membuat konfigurasi tulang pipi terlihat
jelas berbentuk persegi. Bola mata juga lebih besar dan menonjol karena
kavitas orbital yang dangkal, karakter wajah seperti ini membuat tipe
wajah euryprosopic terlihat lebih menonjol daripada leptoprosopic. Tipe
wajah euryprosopic memiliki lengkung maksila dan palatum yang lebar
dan dangkal. Mandibula dan dagu cenderung lebih protusif sehingga
profil wajah menjadi lurus atau bahkan cekung. Tipe wajah euryprosopic
berada pada rentang indeks 80-84,9.
6

2. Mesoprosopic

Tipe wajah mesoprosopic memiliki karakteristik fisik antara lain,


kepala lonjong dan bentuk muka terlihat oval, dengan zygomatic yang
sedikit mengecil, profil wajah ortognasi, apertura nasal yang sempit,
spina nasalis menonjol dan meatus auditory external membulat. Tipe
wajah seperti ini kebanyakan dimiliki oleh orang kaukasoid. Tipe
wajah mesoprosopic berada pada rentang indeks 85 - 89,9. Tipe wajah
mesoprosopic memiliki bentuk hidung, dahi, tulang pipi, bola mata dan
lengkung rahang yang tidak selebar tipe wajah euryprosopic dan tidak
sesempit tipe wajah leptoprosopic.

3. Leptoprosopic
Tipe wajah leptoprosopic memiliki ciri-ciri bentuk kepala Panjang
dan sempit, bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk
wajah seperti segitiga (tapered), tulang pipi tegak, rongga orbita
berbentuk rectangular dan aperturanasal yang lebar. Kebanyakan bentuk
7

kepala ini dimiliki oleh ras Negroid dan Aborigin Australia. Tipe wajah
leptoprosop berada pada rentang indeks 90 -94,9.

Tipe wajah leptoprosop memiliki tulang hidung cenderung tinggi


dan hidung terlihat lebih protusif. Karena sangat protusif, kadang-kadang
hidung menjadi bengkok bahkan turun. Oleh karena bagian hidung dari
tipe wajah leptoprosopic lebih protusif, glabela dan lingkaran tulang
orbital bagian atas menjadi sangat menonjol sedangkan tulang pipi
menjadi terlihat kurang menonjol. Tipe wajah juga mempengaruhi
bentuk lengkung gigi. Bentuk wajah sempit dan Panjang akan
menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang panjang, sempit dan
dalam. Selain itu mandibula dan bibir bawah cenderung menjadi
retrusive sehingga profil wajah menjadi cembung.

D. Lengkung Gigi
Lengkung gigi merupakan suatu garis imajiner yang
menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah yang
dibentuk oleh mahkota gigi geligi dan merupakan refleksi gabungan dari
ukuran mahkota gigi, posisi dan iklinasi gigi, bibir, pipi dan lidah. Setap
orang mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, sehingga tidak ada
manusia yang mempunyai ukuran dan bentuk lengkung gigi yang sama
8

persis. Variasi bentuk lengkung gigi anterior secara kualitatif adalah oval,
tapered, square, sedangkan secara kuantitatif bentuk lengkung gigi
dipengaruhi oleh interkaninus, tinggi kaninus, intermolar dan tinggi molar.
Selama periode tumbuh kembang gigi geligi terjadi perubahan
karakteristik dimensi lengkung gigi. Hal ini mengikuti perubahan variabel
garis vektor pertumbuhan, perbedaan ukuran gigi sulung dan gigi permanen,
perkembangan oklusi, serta fungsi rongga mulut. Perubahan lengkung gigi
adalah pertambahan ukuran dimensi lengkung gigi pada masa gigi sulung,
gigi bercampur dan gigi permanen.
Perubahan lengkung gigi yang terjadi pada jangka hidup seseorang penting

pada klinis kedokteran gigi terutama dalam perawatan maloklusi. Perubahan

lengkung gigi ini bukan saja membantu secara klinis dokter gigi dalam

perencanaan perawatan tetapi juga membantu menjelaskan kepada pasien

tentang perubahan yang mungkin terjadi selama perawatan (oktarina, 2016).

E. Macam Bentuk Lengkung Gigi


Pada tahun 1932 Chuck mengklasifikasi bentuk lengkung gigi menjadi
tapered, ovoid, square atau bisa juga disebut narrow, normal dan broad.
Klasifikasi bentuk lengkung tersebut saat ini sering digunakan sebagai
template dalam praktek ortodontik (Arthadini & Anggani,2008). Chuck
menyatakan bahwa sementara bentuk lengkung BonWill-Hawley tidak cocok
untuk setiap pasien (Jain & Dhakar, 2013).
9

E. Langkah-langkah Proses Pengambilan, Pencetakan & Pengukuran Tipe


Wajah
Pengaturan tata letak studio mini yaitu dengan menempelkan kain sebagai
latar belakang pada dinding yang telah ditentukan. Lalu di depan kain tersebut
diletakkan sebuah kursi sebagai tempat duduk untuk subjek penelitian.
Kemudian di depan kursi diletakkan tripod yang digunakan sebagai
penyangga kamera, kemudia subjek penelitian diminta untuk melepaskan
kacamata ataupun benda-benda lain yang dapat menghalangi wajah dan
sekitarnya, subjek penelitian diminta untuk melepaskan kacamata ataupun
benda-benda lain yang dapat menghalangi wajah dan sekitarnya, subjek
penelitian diminta untuk duduk di kursi yang telah disediakan dengan posisi
badan yang tegak. Kamera diatur dalam posisi landscape dan tinggi lensa
kamera berada pada pertengahan wajah subjek penelitian yaitu dengan
mengatur lengan tripod tersebut, kemudian subjek penelitian diminta untuk
melihat lurus ke lensa sehingga dapat menghasilkan keadaan natural head
position (NHP) saat mengatur wajahnya dalam ekspresi serius dengan posisi
bibir tertutup.

Operator memperhatikan garis khayal interpupil pasien agar dalam posisi

yang sejajar serta median line pasien dalam posisi yang sejajar serta median

line pasien dalam posisi yang tegak lurus terhadap lantai. Apabila semuanya

sudah dalam posisi yang sesuai dan tepat maka tombol capture pada kamera
10

dapat ditekan, proses pencetakan dilakukan, operator melakukan pengukuran

pada foto tersebut, kemudian operator menentukan garis Frankfurt horizontal

plane pada foto, menarik garis secara horizontal juga ke menton sejajar dengan

garis Frankfurt horizontal plane yang telah dibuat dan dilakukan pegukuran

jarak dari nasion ke menton dengan menggunakan kaliper geser digital

kemudia hasil pengukuran dicatat kemudian diolah datanya dan dianalisis

(oktarina, 2016).

Jarak morfometrik diukur untuk menentukan indeks wajah (FI). Nilai ini
didapat dari perbandingan tinggi wajah dan lebar wajah. Tengara yang
digunakan jarak antara nasion (N) dan menton (Mn) dan lebar bi-zigomatik
(Zy-Zy), perhitungan tipe wajah menurut rumusnya [ FI = (N -Mn/Zy-Zy) x
100 (Islam, dkk, 2017).

F. Pengambilan dan Pengukuran Bentuk Lengkung Gigi


Proses pengambilan dan pengukuran bentuk lengkung gigi, yaitu operator

melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah menggunakan alginate

dan sendok cetak yang sesuai dengan rahang subjek penelitian, pengisian gips
11

stone pada setiap cetakan. Setelah kering dilakukan pendataan pada model gigi,

penempatan orthoform template pada bagian atas midline lengkung gigi,

penempatannya pada bagian insisal gigi anterior dan pada bagian tonjol bukal

gigi posterior di setiap model cetakan, kemudian bentuk lengkung yang dipilih

disesuaikan dengan template yang paling cocok. Operator melakukan

pengaturan untuk menentukan bentuk lengkung gigi setiap subjek penelitian.

Hasil pengukuran dicatat kemudian diolah datanya dan dianalisis (oktarina,

2016).
BAB III

LAPORAN KASUS
BAB IV

PEMBAHASAN

Antropometri fisik menilai dimensi tubuh, dan pengukuran kepala dan

dimensi leher melalui sefalometri adalah dianggap sebagai bagian penting dari

antropometri. Ini dilakukan secara langsung melalui pengukuran antropometrik atau

secara tidak langsung melalui magnet pencitraan resonansi (MRI), computed

tomography (CT), radiografi, sefalometri ultrasonik dan stereologis metode. Selain

antropometri konvensional, fotoantropometri juga digunakan dalam bidang medis dan

antropologi riset. Hal ini dilakukan dengan pengukuran longitudinal dan sudut yang

dilakukan pada foto konvensional. Metode ini sangat cocok untuk anak-anak dengan

keterbelakangan mental di siapa pengukuran wajah langsung mungkin tidak layak. Ini

metode ini dapat membantu mendiagnosis beberapa sindrom. Sefalometri memiliki

beberapa aplikasi dalam kedokteran forensik, studi genetik, bedah plastik, kedokteran

gigi anak dan

penilaian kesehatan bayi baru lahir. Selain itu, pengukuran indeks wajah dapat

menentukan jenis wajah, etnis, ras dan jenis kelamin individu anonim. Bukti

menunjukkan bahwa faktor bioenvironmental, geografis dan biologis serta etnis, jenis

kelamin dan usia mempengaruhi tubuh

dimensi terutama di daerah kepala dan leher . Misalnya, orang kulit hitam kebanyakan

memiliki wajah yang sempit (leptoprosopic) dan pipi menonjol sedangkan oriental

sering memiliki wajah lebar (euryprosopic) dengan lebih menonjol pipi. Profil

retrognatik adalah umum di bule

sedangkan profil prognatik lebih umum di Asia Timur dan Eropa Tengah

Studi sefalometri memiliki beberapa aplikasi terutama dalam kedokteran

klinis. Tsai dkk. dalam studi mereka di pasien dengan apnea tidur obstruktif (OSA)
menemukan bahwa gangguan ini dapat menyebabkan perubahan struktural di kepala

dan daerah leher dan retrognathia dan micrognathia sering terlihat pada pasien

tersebut. Mereka melaporkan pengurangan indeks wajah total dan peningkatan indeks

kepala di Kaukasia dengan OSA. Mereka menyatakan bahwa kepala dan wajah indeks

mungkin digunakan untuk diagnosis OSA [10]. Osteoporosis juga mempengaruhi

dimensi wajah dan indeks dan menurunkan total indeks wajah dan indeks wajah atas
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Wajah merupakan salah satu bagian terpenting dari penampilan. Bentuk wajah

yang ideal dipengaruhi oleh bentuk lengkung gigi, karena lengkung gigi dijadikan

sebagai faktor yang penting dalam perawatan ortodonti.

B. Saran

Disarankan bagi para dokter gigi, khususnya dalam bidang ortodonti, agar

lebih memerhatikan ukuran dan bentuk lengkung rahang gigi pasien. Di

karenakan, setiap individu memiliki ukuran dan bentuk lengkung rahang gigi

yang bervariasi. Ukuran dan bentuk lengkung gigi merupakan salah satu hal

yang penting dalam menentukan stabilitas suatu perawatan ortodonti.


DAFTAR PUSTAKA

1. Valla JM, Ceci SJ, Williams WM. The accuracy of inferences about

criminality based on facial appearance. New York: J Soc Evolution Cultur

Psychol 2011;5(1):69.

2. Ibrahimagic L, Jerolimov V, Celebic A, Carek V, Baucic I, Zlataric DK.

Relationship between the face and the tooth form. Coll Antropol.

2001;25(2001)2:619-26.

3. O’Mara DTJ. Automated facial metrology. Australia: University of Western

Australia. 2002

4. Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Orthodontic Diagnosis. 6th ed. New York:

Thieme Medical Publishers, 1993.

5. Othman SA, Xinwei ES, Lim SY, Jamaludin M, Mohamed NH, Yusof ZY,

dkk. Comparison of arch form between ethnic malays and malaysian

aborigines in peninsular malaysia. Korean J Orthod 2012;42(1):47-54.


15

Anda mungkin juga menyukai