DOSEN PENGAMPU
drg. Diana Wibowo, Sp.Ort
Disusun oleh:
Kelompok 4
Aisyah Nur Zahra 2111111120005
Aura Amelia 2111111320020
Ervina Nurrahmah 2111111120009
Ina Salsabila 2111111320029
Marsela Umbar Waty 2111111220040
Muhammad Said Akbar 2111111210001
Muhammad Waffa 2111111310026
Nadya Teresa Veroniq Sahetapy 2111111320002
Stefania Valentine Simanjuntak 2111111220021
Timothy Jogy Sotarduga Parhusip 2111111210036
Tsania Zahara 2111111220030
Vania Listiani 2111111220012
Verliani Nor Rahmad 2111111220018
Yudha Fatahillah Syahari 2111111310024
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Penyusun mengucapkan terima kasih
banyak kepada dosen pengampu yakni drg. Diana Wibowo, Sp.Ort yang telah banyak
membimbing sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak
lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan dukungan
moral sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini ditulis dan disusun dengan sebaik-baiknya. Jika ada kekurangan, penyusun
memohon maaf jika terdapat kesalahan kata atau bahasa. Penyusun sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan isi dari makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Definisi Analisis Model Studi .......................................................................................... 3
2.2 Persiapan Analisis Model Studi ....................................................................................... 3
2.3 Macam-macam analisis model studi ................................................................................ 3
2.3.1 Analisis Gigi Tetap .................................................................................................... 3
2.3.2 Analisis Gigi Campuran ............................................................................................ 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
maka terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang atas. Dibawah ini merupakan
tabel analisis bolton.
4. Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal cukup
untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth Material/ TM)
adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri sampai dengan molar
pertama kanan. Lebar lengkung basal premolar atau fosa kanina (Premolar Basal
Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis apikal dari model gigi pada
apeks gigi premolar pertama, yang diukur menggunakan jangka sorong atau jangka
berujung runcing. Rasio diperoleh dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan
100 . Howes percaya bahwa dalam keadaan normal perbandingan PMBAW dengan
TM kira-kira sama dengan 44%, perbandingan ini menunjukkan bahwa basis apikal
cukup lebar untuk menampung semua gigi. Bila perbandingan antara PMBAW dan
TM kurang dari 37% berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu
pencabutan gigi premolar. Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung
puncak premolar, maka 15 dapat dilakukan ekspansi premolar. Analisis Howes
berguna pada saat menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah
kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan: (1)
pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi atau (3) ekspansi palatal.
5. Index Pont
Pont memikirkan sebuah metoda untuk menentukan lebar lengkung ideal yang
didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang atas. Pont
menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar lengkung gigi melintang
yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi, idealnya adalah 0,8 pada fosa
sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa sentral molar pertama. Pont juga
menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapat diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih
besar dari idealnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya relaps.
6. Diagnostik Setup
Teknik untuk menggambarkan bagaimana mengatasi masalah ruang dalam tiga
dimensi, yaitu dengan melepaskan gigi dari tulang basal model dan
menempatkannya kembali ke dalam kedudukan yang lebih baik. Cetakan awal
tidak digunakan untuk teknik ini, tetapi disimpan untuk model studi. Perpotongan
dilakukan hingga batas tulang alveolar, lalu dilakukan pemotongan dalam arah
vertikal hingga margin gusi menggunakan gergaji kecil sehingga memungkinkan
6
pemecahan gips tanpa menimbulkan kerusakan di daerah titik kontak antara dua
gigi. Selanjutnya gigi diatur menggunakan lilin sesuai dengan posisi yang
diinginkan. Untuk menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam
keadaan oklusi sentrik dan pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi. Pada
saat penyusunan kembali, analisis sefalometri digunakan untuk memperkirakan
letak dan angulasi gigi insisif. Diagnostic setup akan memperlihatkan jumlah ruang
yang tersedia dan yang tersisa sehingga dapat membantu dalam memilih gigi mana
16 yang akan diekstraksi serta bagaimana pergerakan gigi untuk menutup ruang
tersebut.
2.3.2 Analisis Gigi Campuran
1. Perkiraan Ukuran Gigi Menggunakan Gambaran Radiografi.
Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak mengalami
distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih sedikit terjadi pada foto
periapikal dibandingkan dengan foto panoramik. Namun, meskipun menggunakan
film tunggal, seringkali sulit untuk menghindari distorsi terutama pada gigi yang
panjang seperti kaninus, sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.
Dengan penggunaan berbagai tipe gambaran radiografi yang semakin umum,
sangat penting untuk menghitung pembesaran yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengukur obyek yang dapat dilihat baik secara radiografi maupun
pada model. Pada umumnya, gigi yang dijadikan tolak ukur adalah molar sulung.
Perbandingan sederhana untuk mengetahui ukuran gigi sebenarnya yang belum
erupsi adalah sebagai berikut : perbandingan ukuran lebar molar sulung sebenarnya
dengan ukuran gigi tersebut pada gambaran radiografi sama dengan perbandingan
lebar premolar tetap yang belum erupsi dengan ukuran lebar premolar pada
gambaran radiografi. Ketepatan pengukuran bergantung pada kualitas radiografi
dan kedudukan gigi di dalam lengkung. Teknik ini juga dapat digunakan untuk gigi
lain baik pada maksila maupun mandibula.
2. Perkiraan Ukuran Gigi Menggunakan Tabel Probabilitas
Moyers memperkenalkan suatu analisis dengan dasar pemikiran bahwa
berdasarkan studi yang dilakukan beberapa ahli, terdapat hubungan antara ukuran
kelompok gigi pada satu bagian dengan bagian lainnya. Seseorang dengan ukuran
gigi yang besar pada salah satu bagian dari mulut cenderung mempunyai gigi-gigi
yang besar pula pada tempat lain. Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif 17
permanen rahang bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar
7
yang belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisif
rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena gigi ini
muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi campuran, mudah
diukur secara akurat, dan secara langsung seringkali terlibat dalam masalah
penanganan ruangan. Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai
kesalahan sistematik yang minimal. Metoda ini juga dapat dilakukan dengan cepat,
tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat dilaksanakan oleh
pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus. Walaupun pengukuran dan
penghitungan dilakukan pada model, tetapi mempunyai tingkat ketepatan yang
baik di dalam mulut. Metoda ini juga dapat dilakukan untuk mengalisis keadaan
pada kedua lengkung rahang. Dibawah ini merupakan gambar tabel probabilitas
(moyers):
3. Tanaka-Johnston
Mengembangkan cara lain penggunaan keempat insisif rahang bawah untuk
memperkirakan ukuran kaninus dan premolar yang belum erupsi. Menurut mereka,
metoda yang mereka temukan mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan
tingkat kesalahan yang kecil. Metoda ini juga sangat sederhana dan tidak
memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa pun. 18 Perkiraan ukuran lebar
kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula sama dengan setengah ukuran
keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm. Sedangkan perkiraan lebar
ukuran kaninus dan premolar pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran
keempat insisif rahang bawah ditambah 11,0 mm. 2.7.4 Analisis yang digunakan
pada kasus di skenario Berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan, analisis yang
digunakan pada kasus di skenario adalah analisis perkiraan ukuran gigi
menggunakan tabel probabilitas (analisis moyers), karena berdasarkan kepada
skenario yaitu umur pasien masih 9 tahun, dimana umur 9 tahun itu keadaan
giginya masih dalam keadaan gigi bercampur. 2.7.5 Apa yang dimaksud dengan
available space, required space, dan diskrepansi model Diskrepansi model adalah
perbedaan antara tempat yang tersedia (available space) dengan tempat yang
dibutuhkan (required space). Diskrepansi pada model merupakan bagian dari
diskrepansi total yang terdiri atas: diskrepansi model, diskrepansi sefalometrik,
kedalaman kurva spee, dan pergeseran molar ke mesial. Diskrepansi pada model
digunakan untuk menentukan macam perawatan pasien tersebut, apakah termasuk
perawatan pencabutan gigi permanen atau tanpa pencabutan gigi permanen. Untuk
8
mengetahui diskrepansi model perlu diketahui tempat yang tersedia dengan tempat
yang dibutuhkan. Pengertian tempat yang tersedia (available space) adalah tempat
disebelah mesial molar pertama permanen kiri sampai mesial molar pertama
permanen kanan yang ditempati gigi-gigi permanen dalam keadaan atau letak yang
benar. Tempat yang dibutuhkan (required space) adalah jumlah lebar mesio-distal
gigi-gigi permanen di sebelah mesial molar pertama permanen kanan sampai
mesial molar pertama pertama kiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis model studi merupakan penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada
rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya.
Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang lawan
dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Untuk keperluan diagnosis ortodonti,
model studi harus dipersiapkan dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. Analisis terdiri
dari analisis gigi tetap dan analisis gigi campuran.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, semoga penulis dan pembaca dapat mengetahui
atau memahami materi analisis model dalam perawatan ortodonti. Pembaca disarankan
untuk memperbanyak referensi atau sumber bacaan untuk lebih memperluas wawasan
mengenai materi ini. Diharapkan melalui makalah ini, kita dapat menangani setiap kasus
ortodonti dan menyusun rencana perawatan yang didasarkan pada diagnosis. Dengan
demikian, kita diharapkan dapat menerapkan semua pengetahuan yang didapat ke dalam
kehidupan sehari-hari agar berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
9
DAFTAR PUSTAKA
Laviana A. 2008. Analisis model studi, sumber informasi penting bagi diagnosis ortodonti.
Bandung: Universitas Padjadjaran.
10