Anda di halaman 1dari 124

MAKALAH MANAGEMEN

ANALISIS SWOT RUANG JASMIN SILVER


DI RS GATOEL MOJOKERTO
Dosen Pembimbing Windu Santoso, M.Kep

Di Susun : Kelompok 39 & 40 (Gelombang 2) /Semester 6


Kelompok 39 & 40
1. Yuli Pista Kristanti (201401199)
2. Dwi Sulistyo Ningsih (201401200)
3. Fina Dwi Wahyuningsih (201401203)
4. Marta Prischilla (201401204)
5. Dionisius Yuniko Cristianto (201401205)
6. Kholik Ainul Hasan (201401206)
7. Rizky Arif Prasetya (201401207)
8. Lucky Fajar Ardianto (201401208)
9. Putri Atmahisa Juwono (201401211)

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKes BINA SEHAT PPNI
KAB MOJOKERTO
2017

KATA PENGANTAR

i
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis SWOT di Ruang Jasmine Silver
RS GATOEL” tepat waktu.
Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak lain
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan. Tidak lupa
ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
1. Bapak Dr. M Sajidin S.Kep Ns M.Kes , selaku Ketua STIKes Bina Sehat
PPNI Mojokerto
2. Ibu Ifa Roifah S.Kep Ns M.Kes selaku Kepala Prodi S1 Keperawatan .
3. Bapak Windu Santoso M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah
Manajemen Keperawatan.
4. Ibu Khoirun Nisak S.Kep Ns selaku pembimbing klinik Ruang Jasmine
Silver RS GATOEL
5. Orang tua yang memberi motivasi dalam penyusunan makalah ini sehingga
dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
6. Teman-teman senasib seperjuangan yang telah memberi dukungan baik
secara moril dan materiil.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak yang memerlukannya pada masa yang akan datang serta untuk
penyusunan makalah yang selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, sekiranya para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun sehingga isi makalah ini dapat lebih sempurna.

Mojokerto, 12 Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI.....................................................................................3
2.1 Definisi Managemen keperawatan............................................................3
2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen........................................................................3
2.3 Fungsi Operasional Manajemen................................................................5
2.4 Unsur-Unsur Manajemen..........................................................................6
2.5 Tingkatan Manajemen...............................................................................7
2.6 Kepemimpinan..........................................................................................8
2.7 Lima Unsur Dalam Metode Keperawatan...............................................10
2.8 Hak Dan Kewajiban Pasien.....................................................................76
BAB 3 PENGUMPULAN DATA..........................................................................77
3.1 Tenaga dan Pasien ( M1-Man).....................................................................77
Tingkat Ketergantungan.................................................................................82
Tingkat ketergantungan..................................................................................82
Jumlah pasien.................................................................................................82
3.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material).......................................................93
3.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan ( M3-Methods)....................103
3.4 Money (M4)...........................................................................................112
3.5 Marketing (M5).....................................................................................116
BAB 4 ANALISA SWOT....................................................................................119
4.1 Man (M1)...............................................................................................119
4.2 Material (M2)........................................................................................121
4.3 Metode (M3)..........................................................................................122
4.4 Money (M4)..........................................................................................123
4.5 Marketing (M5).....................................................................................124
4.6 Matrix.........................................................................................................
4.7 Kesimpulan analisis swot...........................................................................
4.8 Strategi........................................................................................................
BAB 5 EVALUASI
5.1 Kekurangan gelombang 1-3........................................................................
5.2 Evaluasi Hasil Akhir gelombang 4.............................................................
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan................................................................................................
6.2 Saran...........................................................................................................

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Manajemen juga diartikan sebagai suatu
organisasi bisnis yang memfokuskan pada produksi dan dalam banyak hal lain
untuk menghasilkan suatu keuntungan. Manajemen mencakup semua kegiatan
terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencakup tujuan organisasi(Grant &
Massey, 1999 dalam Nursalam, 2002). Manajemen keperawatan mempunyai
kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seorang pegawai, maka setiap
tahapan didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep
manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui
pendekatan: pengumpulan data, analisis SWOT dan penyusunan langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan pengawasan
serta pengendalian(Nursalam, 2002).
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus berkembang sebagai
suatu tuntutan kualitas pelayanan keperawtan pada saat ini yang melibatkan
pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari para praktisi, klien, keluarga dan
dokter. Saat mendefinisikan kualitas keperawatan, perlu diperhitungkan nilai-nilai
dasar keyakinan para perawat serta cara mengorganisasikan asuhan keperawatan
tersebut. Latar belakang dalam pemberian tugas dalam mutu asuhan yang
berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan
keperawatan yang lebih holistik dan ada kemungkinan bahwa metode
keperawatan hanya merupakan prosedur dan teknik bukannya interoersonal dan
kontekstual yang berkaitan dengan mutu asuhan. Model pemberian asuhan
keperawatan yang saat ini menjadi trend dalam keperawatan Indonesia adalah
Model Asuhan Keperawatan Profesional dengan metode pemberianasuhan
keperawatan Tim. Mengenai model keperawatan ini salah satu kritik yang
dikemukakan adalah bentuk yang terlalu komplek dan teoritis sehingga akan dapat

1
memotivasi perawat untuk memperjelas keyakinan dan pekerjaannya,
meningkatkan kemampuan perawat dalam mendiskusikan masalah dengan lebih
terbuka untuk membantu para perawat lebih bertanggung gugat secara profesional
terhadap tindakan.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat mengerti, memahami, serta mengaplikasikan tentang
prinsip-prinsip manajemen keperawatan serta Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) tim.
b. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Melaksanakan pengkajian di Ruang jasmine silver RS GATOEL
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT
3. Menentukan matrix sesuai dengan analisa swot
4. Menentukan strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan mutu
pelayanan.

1.3 Manfaat
1. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan klien yang optimal
2. Bagi perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
4. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

b.1 Definisi Managemen keperawatan


Menurut James F. AgarStoner, manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian dan penggunaan sumber – sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan.(Amirullah, 2004:7)
Manajemen merupakan suatu proses untuk melaksanakan pekerjaan
melalui upaya orang lain. Menurut Liang Lie, manajemen adalah suatu ilmu dan
seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengontrol dari benda dan
manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya (Liang Lie, 2008
dalam Nursalam, 2011).
Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya
Sukmana (1996), managemen keperawatan suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Di
dalam Manajamenen Keperawatan-pun terdiri dari pengumpulan data, identifikasi
masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.Manager di tuntut untuk
merencanakan, pengorganisasi memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana
yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan
seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat. (Nursalam,2007:49)
Adapun dasar-dasar dari manajemen adalahsebagai berikut: adanya
kerjasama diantara sekelompok orang dalam ikatan formal; adanya tujuan
bersama serta kepentingan yang sama yang akan tercapai; adanaya pembagian
kerja, tugas dan tanggungjawab secara teratur; adanya hubungan formal dan
ikatan-ikatan tata tertib yang baik; adanya kelompok orang dan pekerjaan yang
akan dikerjakan; adanya human organization.

b.2 Fungsi-Fungsi Manajemen


Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer
dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Lima fungsi manajemen,
yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengkoordinasi, dan

3
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi
empat, yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Maksud dari fungsi perencanaan adalah proses yang menyangkut upaya
yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan dimasa yang akan
datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan
target dan tujuan organisasi. Perencanaan mencakup kegiatan sebagai
berikut: menetapkan tujuan dan target bisnis; merumuskan strategi untuk
mencapai tujuan dan target bisnis tersebut; menentukan sumber-sumber
daya yang diperlukan; menetapkan standar/ indikator keberhasilan dalam
pencapaian tujuan dan target bisnis.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Merupakan proses yang mencakut bagaimana strategi dan taktik yang telah
dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi
yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif,
dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja
secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
Pengorganisasian mencakup kegiatan sebagai berikut: mengalokasikan
sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan
prosedur yang diperlukan; menetapkan struktur organisasi yang
menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab; kegiatan
perekrutan, penyelesaian, pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia atau tenaga kerja; kegiatan penempatan sumber daya manusia
pada posisi yang paling tepat.
c. Pengarahan dan pengimplementasian (Directing/Leading)
Adalah proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh
pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut
dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan
produktifitas yang tinggi. Proses pengarahan dan pengimplementasian
mencakup kegiatan sebagai berikut: 1) Mengimplementasikan proses
kepemimpinan, pembimbingan,dan pemberian motivasi kepada tenaga
kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
: 2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan, 3)
Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

4
d. Pengawasan dan Pengendalian (Controlling)
Pengawasan dan pengendalian adalah proses yang dilakukan untuk
memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target
yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan
dunia bisnis yang dihadapi. Pengawasan dan pengendalian mencakup
kegiatan sebagai berikut : 1) Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian
tujuan dan target bisnis sesuai dengan indicator yang telah ditetapkan; 2)
Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang
mungkin ditemukan: 3) melakukan berbagai alternative solusi atas
berbagai masalah yang terkait dengan pencapaia tujuan dan target bisnis.

b.3 Fungsi Operasional Manajemen


a. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah penerapan manajemen
berdasarkan fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia yang
terbaik bagi bisnis yang kita jalankan dan bagaimana sumber daya manusia
yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama kita
dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah.
b. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah kegatan manajemen berdasarkan fungsinya
yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya
yang dibutuhkan oleh konsumen.
c. Manajemen Operasi / Produksi
Manajemen produksi adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya
untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
berdasarkan keinginan konsumen.
d. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya
yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang
dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis yaitu diukur
berdasarkan profit.
e. Manajemen Informasi
Manajemen informasi adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya
yang pada intinya berusaha memastikan bahwa bisnis yang dijalankan
mampu untuk terus bertahan dalam jangka panjang.

5
b.4 Unsur-Unsur Manajemen
Unsur-unsur manajemen adalah sesuatu yang menjadi bagian mutlak
sebagai pembentuk manajemen. Banyak yang mengemukakan bahwa unsur-unsur
manajemen seperti yang dikemukakan oleh Terry dengan istilah the five M in
management (5 M di dalam manajemen), yaitu man, money, materials, market,
and methods. Sejalan dengan pengertian manajemen, yaitu suatu kegiatan usaha
kearah pencapaian tujuan tertentu melalui kerja sama orang lain serta pemanfaatan
sumber-sumber yang tersedia, maka unsur-unsur manajemen mencakup : 1)
Manusia, 2) tujuan yang hendak dicapai sebagai titik pengarahan, 3) Wadah, 4)
Alat atau sarana mencapai tujuan, 5) Kegiatan seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan sebagainya.
Fungsi dan Efektifitas sistem dalam usaha mencapai tujuan tergantung dari
ketepatan susunan rangkaian dan struktur terhadap tujuan yang telah ditentukan :
a. Bersifat Dinamis
Sistem menunjukkan sifat yang dinamis, dengan perilaku tertentu. Perilaku
system umumnya dapat diamati pada caranya mengkonversikan masukkan
(input) menjadi hasil (output)
b. Sistem terpadu lebih besar daripada jumlah komponen-komponennya
c. Mempunyai arti yang berbeda
Satu system yang sama mungkin dipandang atau diartikan berbeda,
tergantung siapa yang mengamatinya dan untuk kepentingan apa
d. Mempunyai sasaran yang jelas
Salah satu tanda keberadaan adalah adanya tujuan atau sasaran yang
jelas.Umumnya identifikasi tujuan merupakan langkah awal mengambil
perilaku suatu system dan bagiannya.

e. Mempunyai keterbatasan
Disebabkan oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar berupa hambatan dari
lingkungan, sedangkan faktor dari dalam adalah keterbatasan sumber daya
f. Siklus dan proses system
Aspek penting dari pendekatan system terletak pada siklus system dan
prosesnya, yaitu perubahan teratur yang mengikuti pola dasar tertentu dan
terjadi selama system masih aktif.
g. Penahapan dalam siklus system

6
Proses mewujudkan system untuk keperluan operasi atau produksi sampai
siklus system berhenti berfungsi dikelompokkan menjadi beberapa tahap
yang dibedakan atas jenis kegiatan yang dominan

b.5 Tingkatan Manajemen


Setiap manajer dalam melaksanakan tugas, aktivitas, dan kepemimpinannya
untuk mencapai tujuan, harus melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian dengan baik.Dalam organisasi terdapat tiga
tingkatan manajemen yang melaksanakan fungsi manajemen yang berbeda yaitu
top management, middle management, dan low management.
a. Top Management
Top manajer tugas-tugasnya lebih banyak pada fungsi planning dan
organizing dari pada fungsi directing dan controlling, karena sifat
pekerjaannya berpikir, yaitu merencanakan, mengambil keputusan dan
mengorganisir.
b. Middle Manajer
Middle manajer tugasnya terhadap planning dan organizing seimbang
dengan directing dan controlling, karena kerja “berpikirnya” sama dengan
fisiknya. Midle manajer merupakan manajer dua alam, artinya harus bisa
untuk planning dan organizing serta dapat pula untuk directing dan
controlling.
c. Lower Manajer
Lower manajer tugasnya lebih pada fungsi directing atau actuating dan
controlling daripada planning dan organizing. Keterampilan lower manajer
lebih diutamakan pada kemampuan teknis daripada kecakapan manajerial.
Dilihat dari kegiatan yang dilakukan dapat dibedakan menjadi : 1) Manajer
Fungsional, dan 2) Manajer Umum.
Di dalam melaksanakan tugas, setiap tingkatan manajer mempunyai fungsi
utama atau keahlian yang berbeda yaitu : 1) Keahlian teknik (technical
skill), Keahlian manajerial (Managerial Skill).

7
b.6 Kepemimpinan
Istilah Kepemimpinan di dalam Manajemen sering diartikan hanya
berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut
sangatlah luas. Jika posisi sebagai ketuan tim, kepala ruangan, atau perawat
pelaksana dalam suatu ruang, maka perlu pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan Asuhan Keperawatan
yang berkualitas. Sebagai Perawat Profesional tidak hanya mengelola orang tetapi
sebuah proses secara keseluruhan yang memungkinkan orang dapat
menyelesaikan tugasnya.
Di dalam Manajemen ada beberapa model atau gaya kepemimpinan dalam
suatu organisasi..Gaya kepemimpinan ini dapat diartikan sebagai suatu cara
penampilan karakteristik.
Jenis gaya Kepemimipinan (Menurut Gillies 1996) :
a. Otoriter : Kepemimpinan berorientasi pada tugas atau pekerjaan.Pemimpin
menetukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan
keputusan.Informasi disampaikan hanya demi kepentingan tugas.Motivasi
dengan reward dan punishment
b. Demokratis: Kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan
setiap staff.Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.Pemimpin
menggunakan kekuasaannya untuk mendorong ide dari staf dan memotivasi
kelompok untuk menetukan tujuannya sendiri.
c. Pertisipatif :Kepemimpinan gabungan antara gaya otoriter dan demokrasi.
Pemimpin yang menyampaikan hasil analisa dan mengusulkan tindakan
tersebut pada bawahanya. Staf diminta saran dan kritiknya serta
mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir
pada kelompok.
d. Bebas Tindak :Merupakan pimpinan Offisial. Karyawan menentukan sendiri
kegiatan tanpa pengarahan, supervise, dan koordinasi.Staf mengevaluasi
pekerjaan sesuai dengan cara sendiri.
Dari gaya kepemimpinan di atas, seorang pemimpin yang baik harus bisa
mengkombinasikan jenis gaya diatas dalam melakukan supervisi terhadap staf.
Pemimpin yang efektif harus memiliki kemampuan untuk menggunakan proses

8
penyelesaian masalah, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik,
menunjukkan kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif, dan kemampuan
mengembangkan kelompok.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Manajer Keperawatan:
Kepemimpinan, Pengambilan Keputusan & perencanaan, Hubungan
masyarakat/komunikasi, Anggaran, Pengembangan, Personaliti, Negosiasi.
Komponen Manajemen Keperawatan
a. Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan dan fasilitas.
b. Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai
tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Proses merupakan kegiatan yang cukup penting dalam suatu system
sehingga mempengaruhi hasil yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
c. Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil
atau keluaran.
d. Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil. Control dalam manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai standard
akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan
perbaikan kegiatan yang akan dating. Mekanisme umpan balik dapat
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali
mutu, serta penampilan kerja perawat.

b.7 Lima Unsur Dalam Metode Keperawatan


M I (MAN)

9
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang
terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk
sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta
seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan
kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau
cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang
dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara
maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama penisahaan, karyawan dan
masyarakat menjadi maksimal.
Tujuan-tujuan MSDM terdiri dari empat tujuan, yaitu:
1) Tujuan Organisasional
Walaupun secara formal suatu departemen sumber daya manusia diciptakan
untuk dapat membantu para manajer, namun demikian para manajer tetap
bertanggung jawab terhadap kinerja karyawan.
2) Tujuan Fungsional.
Sumber daya manusia menjadi tidak berharga jika manajemen sumber daya
manusia memiliki kriteria yang lebih rendah dari tingkat kebutuhan
organisasi.

3) Tujuan Sosial
Ditujukan untuk secara etis dan sosial merespon terhadap kebutuhan-
kebutuhan dan tantangan-tantangan masyarakat melalui tindakan
meminimasi dampak negatif terhadap organisasi.
4) Tujuan Personal
Tujuan personal karyawan harus dipertimbangkan jika para karyawan harus
dipertahankan, dipensiunkan, atau dimotivasi.Jika tujuan personal tidak
dipertimbangkan, kinerja dan kepuasan karyawan dapat menurun dan
karyawan dapat meninggalkan organisasi.
Faktor Pengaruh
1. Umur

10
Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan keluar
dari pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh
kesempatan pekerjaan lain. Di samping itu karyawan yang bertambah tua
biasanya telah bekerja lebih lama, memperoleh gaji yang lebih besar dan
berbagai keuntungan lainnya. Hubungan usia dengan kinerja atau
produktivitas dipercaya menurun dengan bertambahnya usia. Hal ini
disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan fisiknya sudah mulai menurun.
Tetapi produktivitas seseorang tidak hanya tergantung pada ketrampilan
fisik serupa itu. Karyawan yang bertambah tua, bisa meningkat
produktivitasnya karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam mengambil
keputusan (Mangkunegara, 2006).
2. Jenis Kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan pendapat-
pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan pria
ketika bekerja. Misalnya ada/tidaknya perbedaan yang konsisten pria-wanita
dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan, analisis, dorongan,
motivasi, sosiabilitas atau kemampuan bekerja (Robbins, 2001).
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja
karyawati lebih sering tidak masuk kerja daripada laki-laki (Anonim, 2005).
Alasan yang paling logis adalah karena secara tradisional wanita memiliki
tanggung jawab urusan rumah tangga dan keluarga. Bila ada anggota
keluarga yang sakit atau urusan sosial seperti kematian tetangga dan
sebagainya, biasanya wanita agak sering tidak masuk kerja.
3. Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas. Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari
prestasi kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat diambil
kesimpulan yang meyakinkan antara dua variabel tersebut. Hasil riset
menunjukkan bahwa suatu hubungan yang positif antara senioritas dan
produktivitas pekerjaan. Masa kerja yang diekspresikan sebagai pengalaman
kerja, tampaknya menjadi peramal yang baik terhadap produktivitas

11
karyawan. Studi juga menunjukkan bahwa senioritas berkaitan negatif
dengan kemangkiran. Masa kerja berhubungan negatif dengan keluar
masuknya karyawan dan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik
tentang keluar masuknya karyawan (Mangkunegara, 2003).
4. Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005) yaitu
tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu upaya
untuk meningkatkan sumber daya keperawatan adalah melalui pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan perawatan keterampilan
teknis atau keterampilan dalam hubungan interpersonal. Sebagian besar
pendidikan perawat adalah vokasional (D3 Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin
menjadi perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3
Keperawatan/Akademi Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin
menjadi perawat harus segera ke D3 Keperawatan atau langsung ke S1
Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat melanjutkan ke
S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1 dan Ners, baru ke Magister
Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan (Gartinah et. al., 1999).
5. Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang
tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia,
yang di dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan
pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya
diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara maksimal,
sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup
manusia tersebut dapat terpenuhi.

12
Moekijat (1993) juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan
praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito (1982) mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai
usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan
pengetahuan, sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga
yang bersangkutan. Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam
pengertian yang lebih luas, dan tidak terbatas sematamata hanya untuk
mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja. Pelatihan diberikan
dengan harapan individu dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik biasanya akan
memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada individu
yang tidak mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan
pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman, dan sikap peserta
pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu.
Hal ini sejalan dengan pendapat Henry Simamora (1995) yang menjelaskan
bahwa pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap
seorang individu atau kelompok dalam menjalankan tugas tertentu.
Penetapan Tenaga Keperawatan
Terdapat beberapa cara atau metode dalam menetapkan jumlah tenaga
keperawatan di suatu ruang atau rumah sakit. pada MPKP, jumlah tenaga
keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari klarifikasi klien berdasarkan
derajat ketergantungan. Menurut Douglas (1992), jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan di rumah sakit pada pagi, sore dan malam berdasarkan klarifikasi klien
dapat dilihat pada tabel.
Ketergantungan pasien berdasarkan teori Orem dalam buku nursalam dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
NO KLASIFIKASI DAN KRITERIA
I. MINIMAL CARE

13
1 PASIEN BISA MANDIRI/HAMPIR TIDAK MEMERLUKAN
BANTUAN:
1. MAMPU NAIK-TURUN TEMPAT TIDUR
2. MAMPU AMBULASI DAN BERJALAN SENDIRI
3. MAMPU MAKAN DAN MINUM SENDIRI
4. MAMPU MANDI SENDIRI/MANDI SEBAGIAN DENGAN
BANTUAN
5. MAMPU MEMBERSIHKAN MULUT (SIKAT GIGI SENDIRI)
6. MAMPU BERPAKAIAN DAN BERDANDAN DENGAN
SEDIKIT BANTUAN
7. MAMPU BAB DAN BAK DENGAN SEDIKIT BANTUAN
STATUS PSIKOLOGIS STABIL
PASIEN DIRAWAT UNTUK PROSEDUR DIAGNOSTIC
OPERASI RINGAN
II. PARTIAL CARE
1 PASIEN MEMERLUKAN BANTUAN PERAWAT SEBAGIAN:
1. MEMBUTUHKAN BANTUAN SATU ORANG UNTUK NAIK-
TURUN TEMPAT TIDUR
2. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK
AMBULASI/BERJALAN
3. MEMBUTUHKAN BANTUAN DALAM MENYIAPKAN
MAKANAN
4. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK MAKAN (DISUAP)
5. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK KEBERSIHAN
MULUT
6. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK BERPAKAIAN DAN
BERDANDAN
7. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK BAB DAN BAK
(TEMPAT TIDUR/KAMAR MANDI)
PASCAOPERASI MINOR (24 JAM)
MELEWATI FASE AKUT DARI PASCAOPERASI MAYOR
FASE AWAL DARI PENYEMBUHAN
OBSERVASI TANDA-TANDA VITAL SETIAP 4 JAM
GANGGUAN EMOSIONAL RINGAN
III. TOTAL CARE

14
1 PASIEN MEMERLUKAN BANTUAN PERAWAT SEPENUHNYA DAN
MEMERLUKAN WAKTU PERAWAT YANG LEBIH LAMA:
1. MEMBUTUHKAN DUA ORANG ATAU LEBIH UNTUK
MOBILISASI DARI TEMPAT TIDUR KE KERETA
DORONG/KURSI RODA
2. MEMBUTUHKAN LATIHAN PASIF
3. KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN DIPENUI MELALUI
TERAPI INTRAVENA (INFUS) ATAU NG TUBE (SONDE)
4. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK KEBERSIHAN
MULUT
5. MEMBUTUHKAN BANTUAN PENUH UNTUK
BERPAKAIAN DAN BERDANDAN
6. DIMANDIKAN PERAWAT
7. DALAM KEADAAN INKONTENSIA, PASIEN
MENGGUNAKAN KATETER
SETALAH 24 JAM PASCAOPERASI MAYOR
1. PASIEN DALAM KEADAAN TIDAK SADAR
2. KEADAAN PASIEN TIDAK STABIL
3. OBSERVASI TTV SETIAP KURANG DARI 2 JAM
4. PERAWATAN LUKA BAKAR
5. PERAWATAN KOLOSTOMI
6. MENGGUNAKAN ALAT BANTU PERNAPASAN
(RESPIRATOR)
7. MENGGUNAKAN WSD
8. IRIGASI KANDUNG KEMIH SECARA TERUS MENERUS
9. MENGGUNAKAN ALAT TRAKSI (SKELETAL TRAKSI)
FRAKTUR DAN ATAU PASCA OPERASI TULANG
BELAKANG/LEHER
1. GANGGUAN EMOSIONAL BERAT, BINGUNG DAN
DISORIENTASI
IV. TINGKAT KETERGANTUNGAN
PASIEN MEMERLUKAN BANTUAN PERAWAT SEBAGIAN:
1. MEMBUTUHKAN BANTUAN SATU ORANG UNTUK NAIK-
TURUN TEMPAT TIDUR
2. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK AMBULANSI/BERJALAN
3. MEMBUTUHKAN BANTUAN DALAM MENYIAPKAN

15
MAKANAN
4. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK MAKAN (DISUAP)
5. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK KEBERSIHAN MULUT
6. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK BERPAKAIN DAN
BERDANDAN
7. MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK BAB DAN BAK (TEMPAT
TIDUR/KAMAR MANDI)
8. PERLU PERAWATAN LUKA YANG INTENSIF
9. PERLU BANTUAN DALAM MENGGANTI KANTONG FESES
10. MELEWATI FASE AKUT DARI PASCAOPERASI MAYOR
11. OBSERVASI TANDA-TANDA VITAL SETIAP 4 JAM
12. GANGGUAN EMOSIONAL RINGAN (SERING MARAH-
MARAH)

Tabel Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruangan.


JUMLA KLASIFIKASI PASIEN
MINIMAL PARSIAL TOTAL
H
PAG SIAN MALA PAG SIAN MALA PAG SIAN MALA
PASIEN
I G M I G M I G M
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
DST
Sebagai contoh, suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan perawatan
minimal, 14 pasien dengan perawatan parsial, dan 5 pasien dengan perawatan
total) maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi adalah:
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0,27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,90
Jumlah 6,09 -------------- 6 orang
Bed Occuption Rate (BOR)
BOR adalah indikator tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit.
Rumus untuk mencari BOR adalah sebagai berikut:
BOR/hari = (Jumlah pasien dalam 1 hari : Jumlah Tempat Tidur) x 100%

16
BOR/bulan = {Jumlah pasien dalam 30 hari : (Jumlah Tempat Tidur x30 hari)} x
100%
BOR/tahun = {Jumlah pasien dalam 1 tahun : (Jumlah tmpat tidur x365)} x
100%

Metode Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satu unit
perawatan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
A = Rata-rata jumlah perawatan/ pasien/ hari
B = Rata-rata jumlah pasien / hari
C = Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan,
yaitu: Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang
ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual.
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat maka dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care
dan intensive care.
Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap
pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
a) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
b) Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
c) Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam
d) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
1. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim,
menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari

17
hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989) = 38 menit/ pasien/ hari,
sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989) = 60 menit/ pasien/
hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/
pasien (Gillies, 1994)
2. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies
(1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15
menit/ pasien/ hari.
 Rata-rata pasien per hari adalah jumlah pasien yang dirawat di
suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy
Rate” (BOR) dengan rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah tempat tertentu x 365
 Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari
 Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari
minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu
tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur
maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur
nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari
 Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari
kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari
per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)
 Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus
ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan.
Contoh Perhitungannya:
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah
sakit A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah
rata-rata pasien yang dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria pasien yang
dirawat tersebut adalah 5 orang dapat melakukan perawatan mandiri, 5
orang perlu diberikan perawatan sebagian, dan 5 orang lainnya harus
diberikan perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu, SPK dan D
III Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan

18
situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di
ruang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien


perhari, yaitu:
a. Keperawatan Langsung
1) Keperawatan Mandiri 5 Orang Pasien : 5 X 2 Jam = 10
Jam
2) Keperawatan Parsial 5 Orang Pasien : 5 X 3 Jam = 15
Jam
3) Keperawatan Total 5 Orang Pasien : 5 X 6 Jam =
30 Jam
b. Keperawatan Tidak Langsung 15 Orang Pasien : 5 X 1 Jam =
15 Jam
c. Penyuluhan Kesehatan 15 Orang Pasien : 15 X 0,25 Jam
= 3,75 Jam
Total Jam Keperawatan Secara Keseluruhan 73,75 Jam
2. Menetukan jumlah jam keperawatan per pasien per hari = 73,75 jam /
15 pasien = 4,9 jam
3. Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
tersebut:
4. menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang di butuhkan
perhari
5. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift,
yaitu dengan ketentuan menurut Warstler ( dalam Swansburg, 1990).
Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%. Maka pada
kondisi di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift
adalah:
 Shift pagi: 5,17 orang (5 orang)
 Shift sore: 3,96 orang (4 orang)
 Shift malam: 1, 87 orang (2 orang)
6. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc.
adalah:
 58% = 6,38 (6 orang) S I keperawatan
 26% = 2,86 (3 orang) D III keperawatan

19
 16% = 1,76 (2 orang) SPK
Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:
 55% = 6,05 (6 orang) tenaga professional
 45% = 4,95 (5 orang) tenaga non professional

Metode DEPKES
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut
direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan
memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model
pendekatan yang digunakan adalah tingkat ketergantungan pasien berdasarkan
jenis kasus, rata-rata pasien per hari, jumlah perawatan yang diperlukan / hari /
pasien, jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari dan jam kerja efektif tiap
perawat atau bidan 7 jam per hari.
Contoh Perhitungan:
Jumlah jam
Rata-rata Jumlah jam
perawatan
No Kategori* jumlah perawat/
ruangan/ hari
pasien/ hari hari**
(c x d)
A B C d E
1 Askep Minimal 7 2,00 14,00
2 Askep sedang 7 3,08 21,56
3 Askep agak berat 11 4,15 45,65
4 Askep maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 87,37
Keterangan:
* : Uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : Berdasarkan penelitian di luar negeri
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Jumlah jam perawatan ruangan/ hari = 87,37 = 12,5 perawat
Jam kerja efektif perawat 7

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi)


dengan:
Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
Jumlah hari miggu dalam setahun + cuti + hari besar x Jumlah perawat tersedia

20
Jumlah hari kerja efektif

52 +12 + 14 x 12,5 = 3,4


286
Perawat yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (non-nursing jobs)
Seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan
alat-alat makan pasien, dan lain-lain. Diperkirakan 25% dari jam pelayanan
keperawatan.
non-nursing jobs 25% : (Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (12,5 +
3,4) x 25% = 3,9
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi = 12,5
+ 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang perawat/)

Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai
komponen dan bagian organisasi.Pada organisasi formal struktur direncanakan
dan merupakan usaha sengaja untuk menetapkan pola hubungan antara berbagai
komponen, sehingga dapat mencapai sasaran secara efetif.
Menurut hasibuan (1996 ) struktur organisasi adalah suatu gambar yang
menggambarkan tipe organisasi, departemen organisasi,kedudukan dan jenis
wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung
jawab, rentang kendali dan sitem pimpinan organisasi.
Adapun menurut gibson, ivancevich, dan donnelly (1990 ), struktur
organisasi adalah pola formal tentang bagaimana orang dan pekerjaan
dikelompokkan. Struktur sering digambarkan dengan suatu bagan organisasi
untuk dapat bekerja secara efektif dalam organisasi, para manager harus memiliki
pemahaman yang jelas tentang struktur organisasi. Dengan memandang suatu
bagan organisasi, seseorang hanya melihat suatu susunan posisi, tugas-tugas
pekerjaan dan garis wewenang dari bagian-bagian dalam organisasi.Dalam hal ini
mencakup 2 aspek penting dari struktur organisasi, yaitu desain pekerjaan dan
desain organisasi. Desain pekerjaan mengacu pada proses yang digunakan para
manager merinci isi, metode, dan hubungan setiap pekerjaan untuk memenuhi

21
tuntutan organisasi dan individu. Sedangkan, desain organisasi menunjukkan
keseluruhan dari struktur organisasi. Sebagai contoh,berikut ditampilkan struktur
atau bagan dari organisasi lini dan staf.

Direktur

Staf

Manajer Manajer
Produksi Pemasaran

Staf Staf

Unit A Unit B Unit C Unit D Unit F


Unit E

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Lini Dan Staf

Struktur organisasi ada 5, yaitu :


a Struktur organisasi fungsional

Organisasi fungsional umum ditemui pada perusahaan-perusahaan yang


memproduksi suatu barang.(Kebanyakan perusahaan di Indonesia mungkin
menggunakan Functional Organization tapi Saya belum mendapatkan hasil survey
tentang ini).
Pada functional organization, semakin besar organisasi, semakin dalam
pula hirarkinya dan semakin terspesialisasi pekerjaannya.Semua orang melapor
kepada hirarki diatasnya, seterusnya hingga mencapai puncak hirarki (CEO).

22
Keuntungan dari Functional Organization adalah kesederhanaan dalam
komunikasi dan efisiensi proses yang berulang. Kerugiannya bila menghadapi
sebuah proyek antar divisi, pergerakan dari tiap anggota tim akan terbatasi oleh
sekat-sekat divisi dan manajer proyek dapat merangkap menjadi manajer salah
satu divisi yang mengakibatkan keputusannya terpengaruh kedudukannya pada
divisi. Kerugian lain dari sistem ini adalah komunikasi menjadi sangat terbatas
(umumnya top down) dan kreativitas terbatasi oleh rangkaian persetujuan
birokratis.
b Struktur organisasi proyek

Organisasi proyek seperti ini berfokus hanya saja proyek daripada


fungsionalitas.Saya sendiri belum pernah menemukan organisasi besar yang
menggunakan tipe organisasi proyek ini.Mungkin tipe organisasi ini ada pada
beberapa kelompok konsultan freelancer yang bekerja secara lepas tetapi memiliki
seorang koordinator.Manajer proyek memiliki kuasa yang besar selama sebuah
proyek berlangsung.
Keuntungan dari tipe organisasi ini adalah kemudahan untuk memasukkan
seorang konsultan luar, efisiensi dalam mengerjakan proyek, kemudahan untuk
membagikan sumber daya antar proyek, fleksibilitas dan independensi yang besar
dari tiap karyawannya.
Kekurangan yang dapat muncul adalah setiap karyawan harus cukup
memiliki motivasi, bertanggung jawab, dan terbiasa untuk mengambil
inisiatif.Struktur ini tidak terlalu cocok bila perusahaan memiliki banyak aspek
administrasi atau operasi.

23
c Struktur organisasi matriks

Organisasi Matrix merupakan peleburan dari kedua tipe organisasi diatas.


Organisasi Matrix menca ri keseimbangan antara operasional/administrasi dan
proyek. Contohnya adalah seorang manajer proyek yang ingin mengerjakan
proyek inventory. Tim proyek akan terdiri dari bagian purchasing dan finance.
Keuntungan yang diberikan tipe organisasi matrix adalah pemanfaatan
sumber daya manusia yang efisien, anggota tim mempunyai pekerjaan operasional
tetap setelah proyek selesai, sharing pengetahuan antar divisi yang lebih baik dari
pada tipe fungsional, dan adanya keterlibatan stakeholder yang kuat.
Kekurangan yang dapat muncul adalah dengan adanya dua buah atasan,
karyawan bawah harus melapor pada dua atasan dan hal ini dapat
membingungkan.Atasan-atasan dapat memperebutkan karyawan sehingga
membingungkan mereka dalam membuat prioritas kerja dan memahami
perannya.Prosedur komunikasi dan pemanfaatan sumber daya harus ada dan jelas
untuk menghindari kekacauan ini.
d Struktur organisasi vertikal
Struktur organisasi vertikal bagian dari formal karena ada diferensiasi
vertikal dan pembagian kerja dibentuk atas dasar peranan dan fungsi bagi berbagai
posisi, perbedaan status/kedudukan antar-tingkat.Posisi vertikal menentukan
wewenang, pengaruh, hak istimewa, status, imbalan yang dapat dinikmati,
wawasan makin luas, dan keputusan makin strategik. Koordinasi dapat berupa :
a)koordinasi hierarki, kegiatan dikaitkan berjenjang b)sistem administrasi,
prosedur formal kerjasama otomatis c)cara sukarela. Struktur tradisional kaku dan
tidak efisien dengan lingkungan dinamis.
e Struktur organisasi horizontal

24
Struktur organisasi horizontal yaitu departementalisasi atas dasar: a) fungsi
(pemasaran, produksi, personalia dll), b) divisi (produk, lokasi, langganan, waktu,
proses, peralatan yang digunakan, dan kombinasinya). Integrasi horizontal akan
berhasil bila ada komunikasi setaraf.
Visi dan misi
Visi (vision) adalah pernyataan yang mendefinsikan sesuatu yang ingin
dicapai perusahaan/organisasi di waktu yang akandatang. Visi lebih terkonsentrasi
ke masa depan (jangka panjang, future) dan cenderung merupakan pernyataan
yang sifatnya strategi.
Misi (mission) adalah pernyataan-pernyataan yang mendefinisikan apa yang
sedang/akan dilakukan atau ingin dicapai dalam waktu (sangat) dekat atau saat ini.
Misi lebih terkonsentrasi ke saat ini dan merupakan target-target yang sifatnya
lebih operasional yang mungkin dikaitkan dengan customer, proses-proses dalam
organisasi, serta tingkat kinerja yang diinginkan.
Ada beberapa strategi dalam menentukan visi, yaitu :
a. Mengidentifikasikan aktivitas perusahaan berdasarkan impian yang ingin
dikejar Menetapkan arah yang jauh ke depan (pandangan masa depan)
b. Menyediakan gambaran besar yang menggambarkan siapa "kita", apa yang
"kita" lakukan, dan kemana "kita" mengarah
Sedangkan strategi dalam membentuk misi adalah
a. Menetapkan perusahaan menjadi bagian – bagian yang kecil
b. Membangun rasa yang kuat terhadap identitas perusahaan dan tujuan
bisnis
Seorang pemimipin yang strategic akan selalu mulai dengan:
a. Konsep yang harus dan tidak harus dilakukan oleh perusahaan
b. Visi ke mana perusahaan akan melangkah

Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di
antara keduanya.
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan pen-gunaan proses komunikasi secara
spesifik sebagai berikut:
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu

25
2. Mempengaruhi perilaku seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain

Beban kerja
Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus
dicapai dalam satu satuan waktu tertentu. Menghitung beban kerja,biasanya
diperlukan untuk menentukan jumlah pegawai yang diperlukan dalam suatu unit
kerja. Perhitungan beban kerja adalah suatu teknik untuk menetapkan waktu bagi
seorang pegawai yang memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan tertentu dengan standar prestasi yang telah ditetapkan. Metode yang
digunakan untuk mengukur perhitungan beban kerja, menggunakan :
a. Metode teknik analitis, metode ilmiah dengan menggunakan pengukuran
waktu yang teliti melalui pengamatan langsung.
b. Metode praktis empiric, didasarkan pada pengalaman perorangan atau
pemegang jabatan.
c. Metode indentifikasi beban kerja, dengan mengindetifikasikan beban kerja
melalui hasil kerja, obyek kerja, peralatan kerja, dan tugas per tugas jabatan.

M 2 ( MATERIAL )
Material, merupakan satu dari nama metode manajemen keperawatan yang
memiliki karakteristik antara lain:
1. (umumnya) kebutuhannya tidak pasti;
2. Sangat menentukan kelancaran proses pelayanan ;
3. Keberadaan dan ketidakberadaan/kekurangannya menimbulkan
biaya;
4. (umumnya) memiliki persentase tertinggi dalam neraca;
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,selain manusia yang ahli

26
dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi – materi sebagai
salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi
tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Tujuan, manfaat dan sasaran
1. Memahami konsep management material secara mendalam dan
terintegrasi serta peranannya dalam kehidupan pelayanan
2. Menyusun rencana kebutuhan dan rencana rencana kegiatan pengadaan
material secara fisik maupun finansial
3. Menyajikan informasi material untuk dipakai sebagai referensi
pengambilan keputusan
4. Mengelola pergudangan dan distribuís barang
5. Melakukan evaluasi terhadap sistem management material sehingga bisa
diketahui inti masalah yang dihadapi dan cara pemecahannya
Tujuan management persediaan (material) ádalah untuk menyediakan
jumlah material yang tepat, waktu yang tepat dan biaya rendah.Untuk itu Sangat
dibutuhkan pengaturan material atau bahan baku agar biaya produksi dapat lebih
optimal.
Pengaturan material mempunyai pengertian sebagai satu pengaturan yang
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan sistem persediaan yang sekaligus
sistem informasinya, agar dicapai sistem pengadaan material yang tepat waktu,
tepat jumlah, tepat bahan, dan tepat harga. Sistem pengaturan ini kemudian
dikenal dengan perencanaan kebutuhan bahan baku atau dalam istilah asing
dikenal MRP (material requirement planning), (yamit,1996).
Tujuan dari perencanaan kebutuhan bahan baku ádalah sebagai berikut
(yamit,1996):
1. Menjamin tersedianya material, item, atau componen pada saat
dibutuhkan untuk memenuhi jadwal induk produksi dan menjamin
tersedianya produk jadi bagi consumen
2. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi mínimum
3. Merencanakan aktifitas pengiriman , dan aktifitas pembelian.
Perencanaan kebutuhan material atau yang sering dikenal dengan material
requirement planning (MRP) adalah suatu sistem informasi yang terkomputerisasi

27
untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal
produksi.sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan
meningkatkan produktifitas. Terdapat dua hal penting dalam MRP yaitu lead time,
dan berapa banyaknya jumlah material yang sebaiknya dipesan.(Johnny, et.al.).
(Jensen, 2004) MRP adalah prosedur penjadwalan untuk proses produksi yang
terdiri dari beberapa level. Informasi yang diberikan menggambarkan kebutuhan
produksi barang jadi dalam sistem, struktur sistem produksi, inventory dan
prosedur lot sizing untuk masing-masing operasi. MRP menentukan jadwal
operasi dan pembelian bahan baku.
Teknik lot sizing merupakan teknik untuk meminimalkan jumlah barang
yang akan dipesan dan meminimalkan biaya persediaan. Objek dari manajemen
persediaan adalah untuk menghitung tingkat persediaan yang optimum yang
sesuai dengan permintaan pasar dan kapasitas perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan harus bisa mendefinisikan apa yang harus dipesan, kapan harus
memesan, dan berapa banyak yang harus dipesan. Hal ini bukanlah persoalan
yang mudah. Maka dari itu manajemen harus bisa membuat keputusan untuk
memesan seekonomis mungkin barang yang dibutuhkan. Peranan manajemen
material:
1. Pengaruh material terhadap ROI
2. Ruang lingkup manajemen material
3. Objektif manajemen pengadaan
4. Organisasi
Kebutuhan material :
a. Gambaran teknis dan spesifikasi
b. Standarisasi
c. Membuat atau memebeli

Tabel Standar Keperawatan Dan Kebidanan Di Ruang Rawat Inap Menurut


DEPKES (2001)
No. Nama Barang Ratio Pasien : Alat
1 Tensi meter 2/ruangan

28
2 Stetoskop 2/ruangan
3 Timbangan BB/TB 1/ruangan
4 Irigator set 2/ruangan
5 Sterilisator 1/ruangan
6 Tabung oksigen + flow meter 2/ruangan
7 Slym Zuiger 2/ruangan
8 V C set 2/ruangan
9 Gunting verband 2/ruangan
10 Korentang dan semptung 2 /ruangan
11 Bak instrument besar 2/ruangan
12 Bak instrument sedang 2/ruangan
13 Bak instrument keci 2/ruangan
14 Blas spuit 2/ruangan
15 Gliserin spuit 2/ruangan
16 Bengkok 2/ruangan
17 Pispot 1: ½
18 Urinal 1: ½
19 Set angka jahitan 1: ½
20 Set ganti balutan 5/ruangan
21 Thermometer 5/ruangan
22 Standar infuse 1:1
23 Eskap 1: ¼
24 Masker O2 2/ruangan
25 Nasal kateter 2/ruangan
26 Reflek hamer 2/ruangan

Tabel 2.5. Alat Tenun Menurut DEPKES (2001)


No. Nama Barang Ratio Pasien : Alat
1 Gurita 1: 1 ½
2 Gordyn 1:2
3 Kimono/ baju besar 1:5
4 Sprei besat 1:5
5 Manset dewasa 1: ¼
6 Manset anak 1: 1/3
7 Mitela/ topi 1: 1/3
8 Penutup sprei 1:5
9 Piyama 1:5
10 Selimut wool 1:1
11 Selimut biasa 1:5
12 Selimut anak 1:6-8
13 Sprei kecil 1:6-8
14 Sarung bantal 1: 6
15 Sarung guling 1:3

29
16 Sarung kasur 1:1
17 Sarung buli-buli panas 1: ¼
18 Sarung eskap 1: ¼
19 Sarung windring 1: 1/10
20 Sarung O2 1: 1/3
21 Taplak meja pasien 1:3
22 Taplak meja teras 1:3
23 Vitrase 1:2
24 Tutup alat 1:2
25 Steek laken 1:6-8
26 Handuk 1:3
27 Waslap 1:5
28 Banak short 1: ½
29 Gurita dewasa 1: ½
30 Handuk fontanin 1: 1/5
31 Lap piring 1: ¼
32 Lap kerja 1: ½
33 Masker 1: ½
34 Popok bayi 1:15
35 Baju bayi 1:8
36 Duk 1: 1/3
37 Duk bolong 1: 1/3

Tabel Alat Rumah Tangga Menurut DEPKES (2001)


No. Nama Barang Ratio Pasien : Alat
1 Kursi roda 2-3/ruangan
2 Komot 1/ruangan
3 Lemari obat emergency 1/ruangan
4 Light cast 1/ruangan
5 Meja pasien 1:1
6 Over bed table 1:1
7 Standard infuse 2-3/ruangan
8 Standard Waskom double 4-6/ruangan
9 Waskom mandi 8-12/ruangan
10 Lampu sorot 1/ruangan
11 Lampu senter 1-2/ruangan
12 Lampu kunci duplikat 1/ruangan
13 Nampan 2-3/ruangan
14 Tempat tidur fungsional 1:1ruangan
15 Tempat tidur biasa 1:1/2 /ruangan
16 Troly obat 1/ruangan
17 Troly balut 1/ruangan
18 Troly pispot 1/ruangan
19 Troly suntik 1/ruangan
20 Timbangan BB/TB 1/ruangan
21 Timbangan bayi 1/ruangan

30
22 Dorongan O2 1/ruangan
23 Plato/ piring makan 1:1/ruangan
24 Piring snack 1:1/ruangan
25 Gelas 1:2/ruangan
26 Tatakan dan tuutp gelas 1:2/ruangan
27 Sendok 1:2/ruangan
28 Garpu 1:2/ruangan
29 Kran air 1:1/ruangan
30 Baki 5/ruangan
31 Tempat sampah pasien 1:1/ruangan
32 Tempat sampah besar tertutup 4/ruangan
33 Senter 2/ruangan

Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Rawat InapMenurut DEPKES (2001)


No. Nama Barang Ratio Pasien: Alat
1 Formulir pengkajian awal 1:1
2 Formulir rencana keperawatan 1:5
3 Formulir catatan perkembangan pasien 1:10
4 Formulir observasi 1:10
5 Formulir resume keperawatan 1:1
6 Formulir catatan pengobatan 1:10
7 Formulir medik lengkap 1:1
8 Formulir laboratorium lengkap 1:3
9 Formulir rontgen 1:2
10 Formulir permintaan darah 1:1
11 Formulir keterangan kematian 5 lambar /bulan
12 Resep 10 buku / bulan
13 Formulir konsul 1;5
14 Formulir permintaan makanan 1:1
15 Formulir permintaan obat 1:1
16 Buku ekspidisi 10 / ruangan / tahun
17 Buku register pasien 4 / ruangan / tahun
18 Buku folio 4/ ruangan / tahun
19 White board 1/ ruangan
20 Perforator 1/ruangan
21 Steples 2/ ruangan
22 Pensil 5/ ruangan
23 Pensil merah biru 2/ ruangan
24 Spidol White board 6/ ruangan

M3 (METHODE)
Sistem MAKP
adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan system MAKP.

31
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi /jasa pelayanan keperawatan .Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suetu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kapuasan klien tidak akanterwujud.
Terdapat beberapa jenis model metode asuhan keperawatan (MAKP),
diantaranya :
a. Metode fungsional.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan
kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.Metode
ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian
tersebut secara umum, sebagai berikut :
1) Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein,
membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi
dokter.
2) Perawat staf , tugasnya :
a) Melakukan askep langsung pada pasien
b) Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu
tenagakeperawatan
3) Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang,
pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit
kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).
4) Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk
mandi, membenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
5) Tenaga Administrasi ruangan
Menjawab telepon, menyampaikan pesan, memberi informasi,
mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk
dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat
permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas
instruksi kepala ruangan.
Kerugian metode fungsional:
a. Pasien mendapat banyak perawat.
b. Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
c. Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
d. Pelayanan terputus-putus
e. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

32
Kelebihan dari metode fungsional :
a. Sederhana dan efisien.
b. Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
c. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
tugas.
d. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
e. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta
didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.

Contoh metode fungsional


Perawat A bertugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu
badan klien.Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau
lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan
bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima laporan
tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.
b. Metode Kasus
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu
atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga
selama periode waktu tertentu sampai klien pulang.Kepala ruangan
bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan
tentang pelayanan keperawatan klien.Dalam metode ini staf perawat
ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada
pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
Kekurangan metode kasus :
1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
2) Membutuhkan banyak tenaga.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas
rutin yang sederhana terlewatkan.
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penaggung jawab klien bertugas.
Kelebihan metode kasus:
1) Kebutuhan pasien terpenuhi.
2) Pasien merasa puas.
3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

c. Metode penugasan tim

33
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok
perawat.Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian
tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu
pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota
tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan
keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan
tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang
melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau
asuhan keperawatan klien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari:
1) Kepala ruangan, tugasnya:
- perencanaan
- pengorganisasian
- pengarahan
- pengawasan
2) Ketua tim, tugasnya :
- membuat perencanaan
- membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
- mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
- mengembangkan kemampuan anggota
- menyelenggarakan konferensi
3) Perawat pelaksana, tugasnya :
- memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah
tanggungjawabnya
- kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
- memberikan laporan
Kelebihan metode tim:
1) Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
2) Pasien dilayani secara komfrehesif
3) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
4) Tercipta kerja sama yang baik .
5) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
Kekurangan metode tim:
1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan

34
kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelanncaran tugas terhambat.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim.
4) Akuntabilitas dalam tim kabur.

d. Metode Perawatan Primer


Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
Konsep dasar :
1)Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2)Ada otonomi
3)Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2) Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional
sebagai asisten.
Kepala bangsal/kepala ruangan :
1) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
2) Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3) Menyusun jadwal dinas
4) Memberi penugasan pada perawat asisten.
5) Perencanaan, pengawasan, dan pengarahan
6) Menyediakan material
Tugas perawat primer adalah:
1) Menerima pasien
2) Mengkaji kebutuhan
3) Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi (askep)
4) Mengkoordinasi pelayanan
5) Menerima dan menyesuaikan rencana
6) Menyiapkan penyuluhan pulang
Tugas perawat associate adalah :
1) Memberikan askep
2) Mengikuti timbanga terima
3) Melaksanakan tugas yang didelegasikan
4) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
Kelebihan dari metode perawat primer:
1) Mendorong kemandirian perawat.
2) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
3) Berkomunikasi langsung dengan Dokter
4) Perawatan adalah perawatan komfrehensif

35
5) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
6) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
7) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
Kelemahan dari metode perawat primer:
1) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat,
2) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
3) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

e. Metode Modul (Distrik)


Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat
pasien dari datang sampai pulang.
Keuntungan dan Kerugian
1) Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat
primer.
2) Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan
kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai
dengan yang telah dibahas pembicaraan yang sebelumnya.

f. Metode modifikasi: tim primer


Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan system model MAKP ini
berdasarkan pada bebrapa alasan:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperwatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akontabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan
perawat yang ada di RS, sebagian besar adalah SPK, maka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan
keperawatan.
Kelebihan

36
1) Terdapat pembagian tugas yang jelas sesuai dengan jenjang
pendidikan dan sesuai dengan kemampuannya
2) Perawat dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah dapat belajar
dari perawat dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi
Kekurangan
1) Dibutuhkan perawat dalam jumlah yang cukup banyak.
TIMBANG TERIMA
Timbang terima pasien (operan) merupakan tehnik atau cara untuk
menyampaikan atau menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan
penanggung jawabdinassebelumnya secara tertulis dan lisan.
Tujuan
1) Tujuan umum:
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
2) Tujuan khusus:
a) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus)
b) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
c) Menyampaikan hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
perawat dinas berikutnya.
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
Manfaat
1) Bagi perawat
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat.
b) Menjalin hubungan kerjasama dan tanggung jawab antarperawat.
c) Pelaksanaan terhadap asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2) Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.

37
a. Prosedur Timbang Terima
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift operan. 5 menit Ners PP dan PA
2. Prinsip timbang gterima, semua pasien baru masuk dan pasien
Station
yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan timbang terima pada PP berikutnya, hal yang
perlu disampaikan dalam timbang terima:
 Jumlah pasien.
 Identitas klien dan diagnosis medis.
 Data (keluhan/subjektif dan abjektif).
 Masalah keperawatan yang masih muncul.
 Intervensi keperawatan yang sudah/belum dilaksanakan (secara
umum).
 Intervensi kolaboratif dan dependen.
 Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang, dan lain-lain).
Pelaksan 1. Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga) 20 menit Ners KARU, PP dan
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
aan Station PA
3. Kepala ruangan membuka acara timbang terima.
4. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, Tanya jawab, dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang telah ditimbangterimakan dan berhak menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang jelas.

38
5. Kepala ruangan/PP menanyakan kebutuhan dasar pasien.
6. Penyampaian yang jelas,singkat dan padat.
7. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
Ruang
diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
Perawatan
9. Lama timbang terima untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang
rumit.

1. Diskusi. 5 menit Ners KARU, PP dan


2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
Station PA
format timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat
itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala ruangan.
3. Ditutup oleh kepala ruangan.

b. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah atau yang akan dinas.
4. Informasi yang dilakukan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga
kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

39
6. Pada saat timbang terima dikamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang dirahasiakan bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di nurse station.

40
c. Alur Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KEPERAWATAN
KOLABORATIF (didukung data)

RENCANA
TINDAKAN

BELUM
TELAH
DILAKUKAN
DILAKUKAN

PERKEMBANGAN/
d. Evaluasi KEADAAN PASIEN
1. Struktur (input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain: catatan timbang terima, status klien dan kelompok
MASALAH
TERATASI
shift timbang terima. Kepala ruang selalu memimpin kegiatan timbang
BELUM TERATASI
yang dilaksanakan pada pergantian shift, yaitu malam ke pagi dan pagi
TERATASI SEBAGIAN
ke sore. KegiatanMUNCUL
timbang MASALAH
terima pada shift sore ke malam dipimpin
BARU
oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
2. Proses
Proses timbang terima dip[impin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan
oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.
Perawat primer mengoperkan ke perawat primer selanjutnya yang
akanmengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse
station kemudian ke ruang perawat pasien dan kembali ke nurse
station.Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosis
keperawatan, dan intervensi yang belum/sudah dilakukan.Waktu untuk
setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.

41
3. Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan pasien.Komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.

Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatn pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruangan, PA, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan
(Nursalam, 2002).
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat
dan perkembangan iptek, maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model
keperawatan professional yang efektif dan efisien.
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian
pelayanan keperawatan dimana salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan,
yaitu suatu metode untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat primer/associate, konselor, kepala ruangan, dan
seluruh tim keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai focus
kegiatan.
Menurut Gillies (1989) keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan
berkesinambungan antara klien dan perawat tertentu yang bertanggung jawab
dalam perencanaan, pemberian, dan koordinasuhan keperawatan klien selama
klien dirawat.
Pada metode keperawatan primer, perawat yang bertanggung jawab
terhadap pemberian asuhan keperwatan disebut perawat primer yang disingkat
dengan PP. metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu, akuntabilitas,
otoritas, otonomi, advokasi, ketegasan dan 5 K yaitu kontinuitas,komunikasi,
kolaborasi, koordinasi, dan komitmen.

42
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas
lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar
bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor. Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan
terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori
kedalam praktek keperawatan.

43
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
Langkah-Langkah dalam Kegiatan Ronde Keperawatan adalah sebagaiberikut

Tahap pra ronde................................. pp

Penetapan pasien

Persiapan pasien:
Informed consent

Hasil pengkajian/
validasi data Apa diagnosa keperawatan?

Apa data yang mendukung?


Penyajian
masalah Bagaimana intervensi yang
Tahap pelaksanaan di Nurse Station...... sudah dilakukan?

Apa hambatan yang


ditemukan?
Validasi data

Diskusi PP-
PP,
Tahap pelaksaan di kamar pasien........................................................................
Konselor,KA
RU

Lanjutan-diskusi di
nurse Station

Pasca ronde.......................................................................... Kesimpulan dan


Rekomendasi Solusi
Masalah

MEDIA
1. Dokumentasi/ status pasien.
2. Sarana diskusi: kertas, pulpen.
3. Materi yang disampaikan secaara lisan.

44
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
WAKTU TAHAP KEGIATAN PELAKSAAN TEMPAT KEG. PASIEN
Pra Pra Pra ronde: Penanggung Ruang paru
ronde ronde 1. Menetukan kasus dan topik jawab RSX
2. Menetukan tim ronde.
3. Menetukan literatur.
4. Membuat proposal.
5. Mempersiapkan pasien.
6. Diskusi pelaksanaan.
5 menit Ronde Pembukaan : Kepala ruangan Nurse Station
1. Salam pembuka.
2. Mempeerkenalkan tim ronde.
5 menit
3. Menyampaikan identitas dan masalah pasien.
4. Menjelaskan tujuan ronde.
30 menit Penyajian masalah: Nurse Station
1. Memberi salam dan memperkenalkan pasien dan keluarga Karu
kepada tim ronde.
2. Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan pasien.
3. Menjalaskan masalah pasien dan rencana tindakan yang
telah dilaksanakan dan serta menetapkan prioritas yang
perlu didiskusikan.
Validasi data:
1. Mencocokan dan menjelaskan kembali data yang telah
disampaikan.
2. Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang masalah

45
keperawatan tersebut.
3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
4. Menetukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas
yang telah ditetapkan.
10 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatan. Karu, Nurse Station
2. Penutup.
ronde supervisor,
perawat,
konselor,pembi
mbing

46
KRITERIA EVALUASI
a. Struktur
 Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang x
 Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
 Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
 Peserta mengikuti dari awal hingga akhir
 Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peranyang telah ditentukan.
c. Hasil
1) Pasien puas dengan kegiatan.
2) Masalah pasien dapat teratasi.
3) Perawat dapat:
a) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sintetis.
b) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperaawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
d) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
e) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
f) Meningkatkan kemampuan manilai hasil kerja.

SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN RONDE KEPERAWATAN


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ............................................................
Umur : ............................................................
Alamat : ............................................................

Adalah suami/ istri/ orang tua/ anak dari pasien:

Nama : ............................................................
Umur : ............................................................
Alamat : ............................................................
............................................................
Ruang : ............................................................
No. RM : ............................................................

47
Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.
Surabaya,
Perawat yang menerangkan penanggung jawab

........................................... ...........................................

Saksi-saksi: Tanda tangan


1. ..................... ......................... .....................
2. ..................... ......................... .....................

SENTRALISASI OBAT
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obatyang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,
2002).
Tujuan pengelolaan obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi :
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerk, padahal obat standart yang
lebih murahdengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan kemanan
yang sama
3) Meresepakan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”
4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan
5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak dipercayainya dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum
6) Memesan obat lebih daripada yang idbutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa
7) Tidak menyediakan lemrai es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidka
efektif
8) Meletakkan obat di tepat yang lembab, terkena cahaya atau panas

48
9) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc Mahon, 1999)
Tehnik pengelolaan obat
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1) Penanguungjawag pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunan obat
3) Penerimaan obat :
a) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar terima obat
b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu control, dan diketahui
(ditandatangani) oleh keluatga atau pasien dalam buku masuk obat.
Keluarga atau paisen selanjutnya kan mendapatkan penjelasan kapan
atau bilamana obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5T
(jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian).
c) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat
d) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh parawat dalam
kotak obat (Nursalam, 2002)
4) Pembagian obat
a) Obat yang telah diterima untuk selnjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh parawat
dengan memerhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat; dengan terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi
yang diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan
tempat/wadah obat kembeli ke perawat setelah obat dikonsumsi.
Pantau efek samping pada pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruang atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat.
5) Penambahan Obat Baru
a. Bilamana terdapat penembahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian abat, maka informasi ini akan dimasukkan

49
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam
kartu sediaan obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
didinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus obat.
6) Obat Khusus
a. Obat dikatakan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alat pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
yang cukup besar atau hany diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu
saja.
b. Pemberian obat dilakukan menggunakan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penenggung jawab
pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan
kepada keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saatDOKTER
pemberian obat. Seorang manajer keperawatan kesehatan
dapat mendidik staf mengenai obat dengan cara-cara berikut ini:
Pendekatan perawat
1) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,
jelaskan penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan
PASIEN/KELUARGA
kepada semua staf.
2) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan
gantungkan didinding.
FARMASI/APOTIK
3) Adakan pertemuan untuk membahas penyebab pemborosan obat
4) Beritahu kepada semua staf mengenai harga macam-macam obat.
5) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu
Surat persetujuan
jenis obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf. obat dari
sentralisasi
PASIEN/KELUARGA
6) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku perawat.
farmakologi sederhana
diperpustakaan. Lembar serah terima
obat.
Buku serah
PP/PERAWAT YANG terima/masuk obat.
MENERIMA

Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat.

PENGATURAN DAN
PENGELOLAAN OLEH
PERAWAT

PASIEN/KELUARGA50
Menyimpan Persediaan Obat
Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulis
etiket dan alamat pasien (pedoman, 1997). Penyimpanan stok atau persediaan
yang teratur dengan baik merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat
yang diterima dicatat dalam buku besar persedian atau dalam kartu persediaan
(Mc Mahon, 1999).

1. Sistem kartu persediaan


Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk
menggantikan buku besar persediaan.Kartu ini berfungsi seperti buku
besar persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan menambah barang
yang diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan.
2. Lemari obat

51
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta
lemari pendingin.Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk
penggunaan oral (untuk diminum) dan obat luar (Pedoman, 1990).

SUPERVISI
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana D, 2004).
Arief (1987) merumuskan supervisi sebagai suatu proses kegiatan dalam
upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksana
program,sehingga program itu dapat terlaksana sesuai dengan proses dan hasil
yang diharapkan.Supervisi keperawtan adalah kegiatan pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisior mencakup
masalah pelayanan keperawatan,masalah ketenagaan,dan peralatan agar agar
pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Depkes, 2000)
Unsur pokok
Dalam melaksanakan supervisi terdapat beberapa unsur pokok.Unsur-unsur
pokok yang dimaksud menurut Azwar (1996) adalah:
a. Pelaksana
Pelaksana atau yang bertanggungjawab melaksanakan supervisi adalah
atasan,yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi.Ali Zaidin
membagi tingkatan menager dalam melakukan supervisi menjadi 3:
1) manager puncak (top manager)
2) menager menengah (middle manager)
3) manager tingkat pertama (first line,first level menejer,supervisior
manejer)
Syarat-syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi atau
supervisor (Azwar,1996) adalah:
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi,atau apabila tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan
batas-batas wewenang dan tanggungjawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi ahrus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yang disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan
supervisi,artinya memahami prinsii-prinsip pokok serta tehnik supervise

52
4. Pelaksana supervisi harus mempunyai sifat edukatif,suportif dan bukan
otoriter.
5. Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup,tidak tergesa-gesa
melainkan secara sabar berupaya meningkatkan
pengerahuan,keterampilan,dan sikap bawahan yang disupervisi.
Sasaran
Sasran atau obyek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan
yang melakukan pekerjaan.sasaran yang dilakukan oleh bawahan disebut sebagai
sasaran langsung.
Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda.supervisi yang
dilakukan hanya sekali,bukanlah supervisi yang baik.tidak ada pedoman yang
pasti tentang seberapa sering supervisi dilakukan.pegangan umum yang dilakukan
tergantung pada derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian
yang akan dilakukan.
Menurut Nursalam (2002), dalam melakukan supervisi yang tepat,supervisor
harus bisa menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan,
sepanjang kontrol supervisi penting,bergantung pada bagaimana staf melihatnya:
1) Overcontrol,kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang
diberikan sehingga staf tidak akan dapat memikul tanggungjawabnya.
2) Undercontrol,kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap
delegasi,dimana staf akan tidak produktif melaksanakan tugas limpah dan
berdampak signifikan terhadap hasil yang diharapkan.hal ini akan
berdampak terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya
dapat dihindarkan.berikan kesempatan waktu yang cukuo kepada staf
untuk berfikir dan melaksanakan tugas tersebut.
Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung,
sehingga bawahan memilki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas
atau pekerjaan dengan hasil yang baik
Menurut WHO (1999) tujuan pengawasan adalah:
1) Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia
2) Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan2 para petugas kesehatan
dalam hal kemampuan, pengetahuan dan pemahaman serta mengatur
pelatiha yang sesuai.

53
3) Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi pennghargaan atas
pekerjaan yang baik dan mengenali staff yang layak diberikan kenaikan
jabatan dan pelatihan lebih lanjut
4) Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakn bagi petugas
telah cukup dan dipergunakan dengan baik.
5) Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada
kinerja tersebut.
Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup 4 hal yang bersifat
pokok, yaitu menetapkan masalah dan prioritas, menetapkan penyebab masalah,
prioritas dan jalan keluarnya, melaksanakan jalan keluar dan menilai hasil yang
dicapai untuk tindak lanjut berikutnya.
Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik yaitu:
1) Pengamatan langsung
Pengamatan langsung yang dilaksanakan supervisi dan harus
memperhatikan :
a) Sasaran pengamatan
b) Objektifitas pengamatan
c) Pendekatan pengamatan
2) Kerja sama
Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya peningkatan penampilan
bawahan dalam supervisi, perlu terjalin kerjasama antara supervisor
dengan yang disupervisi. Kerja sama tersebut akan terwujud bila terjalin
komunikasi yang yang baik sehingga mereka yang disupervisi merasakan
masalah yang dihadapi adalah masalah mereka sendiri.
Langkah supervisi
Menurut Ali zaidin,teknik atau metode dalam melakssanakan pengawasan adalah
bertahap dengan langkah2 sebagai berikut:
Langkah I: mengadakan persiapan pengawasan
a. Menentukan tujuan
b. Menentukan metode pengawasan yang tepat
c. Menentukan kriteria pengukuran
Langkah II: menjalankan pengawasan
Terdiri atas 3 tahap yaitu :
a. Membuat dan menetukan rencana pengawasan, dimana rencana
pengawasan harus memuat sistem pengawasan, standar yang dipakai,
dan cara pelaksanaan
b. Pelaksanaan pengawasan dapat dilaksanakan dengan berbagai sistem
yaitu :
1) Sistem preventif,dilaksanakan sebelum suatu usaha di lakukan.

54
2) Sistem represif, di laksanakan setelah suatu usaha di lakukan,
misalnya memberikan laporan-laporan kegiatan
3) Sistem verifikasi, pemeriksaan secara terperinci dan analisis dari
segala hal yang terjadi dalam pelaksanaan rencana.
4) Sistem inspektif, yaitu suatu sistem pengawasan dengan
mengadakan pemeriksaan setempat secara langsung dengan tujuan
mengetahui sendiri keadaan yang sebenarnya.
5) Sistem infegatif, yaitu suatu pengawasan dengan jalan mengadakan
penelitian, penyelidikan untuk mengetahui kesalahan dan
membongkar adanya penyelewengan. Sistem ini terdiri atas
inspektif dan verifikasi.
6) Kombinasi sistem preventif dan represif, yaitu suatu sistem
pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan dari sebelum maupun
sesudah usaha tersebut berjalan.
c. Penilaian dari pelaksanaan pengawasan.
Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang
nilai, tujuan, efektifitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria
dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Unesco (1982)
dikutip oleh sudjana (2004) evaluasi dilakukan sejak pelaksanaan
program, berkaitan dengan dimensi kualitatif tentang efektivitas
program, mengarah pada upaya penyiapan bahan masukan untuk
pengambilan keputusan tentang ketepatan, perbaikan perluasan,atau
pengembangan program, terkait dengan pengmbilan keputusan
tentang penyusunan rancangan dan isi program.
Langkah III: memperbaiki penyimpangan.
Tujuan ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang kuarang atau
salah untuk memperolah hasil yang lebih besar dan lebih efisien.Setalah data
melalui pangawas diperoleh, dianalisis serta masalah yang timbul dicarikan
pemecahannya serta mencegah membuat masalah pada waktu mendatang.
Menurut Sudjana (2004) pembinaan yang efektif dapat digambarkan melalui
5 langkah pokok yang berurutan sebagai berikut :
a. Mengumpulkan informasi. Informasi yang dihimpun meliputi
kenyataan atau peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kegiatan
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.

55
b. Mengidentifikasi masalah. Masalah ini diangkat dari yang pernah
dikumpulkan dalam langkah pertama. Masalah akan muncul apabila
terjadi ketidak sesuaian dengan atau penyimpangan dari kegiatan yang
telah direncanakan. Ketidak sesuaian atau penyimpangan
menyebabkan adanya jarak (perbadaan) antara kegiatan yang
seharusnya terlaksana dengan kegiatan benar-benar terjadi.
c. Menganalisis masalah. Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui
jenis-jenis masalah dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah
tersebut. Faktor-faktor itu mungkin datang dari para pelaksana
kegiatan, sasaran kegiatan, fasilitas, gaya, proses, waktu, dan kondisi
lingkungan. Disamping faktor penyebab, identifikasi pula sumber-
sumber yang timbul.
d. Mencari dan menetapkan alternatif pemecahan masalah. Kegiatan
pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasinalternatif
upaya yang dapat dipertimbangakn untuk memecahkan masalah.
e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah. Pelaksanaan upaya ini
dapat dilakukan pembinaan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Pembinaan secara langsung dapat dibagi 2 macam :
pertama, pembinaan individual atau perorangan yaitu pembinaan yang
dilakukan terhadap seseorang pelaksana kegiatan. Pihak pembina
memberikan dorongan,bantuan, dan bimbingan langsung pada
pelaksana kegiatan.kedua, pembinaan kelompok. Pihak supervisor
mengalami para pelaksana kegiatan secara kelompok pembinaan ini
dapat digunakan apabila para pelaksana kegiatan atau pihak yang
dibina memiliki kesamaan kegiatan atau kesamaan permasalahan yang
dihadapi.
Manfaat supervisi
Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan
atas dua macam :
a. Meningkatkan efektifitas kerja
Peningkatan efektifitas kerja ini berhubungan erat dengan makin
meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan bawahan serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan
dan bawahan

56
b. Meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin
berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh bawahan dan karena itu
pemakaian sumber daya( tenaga,dana, dan sarana) yang sia2 akan dapat
dicegah.(Azwar,1996)
Fungsi supervisi
Supervisi mempunyai tiga fungsi. Pertama, supervisi berguna untuk
meningkatkan kemampuan supervisor dalam memberikan layanan kepada para
pelaksana kegiatan(perawat). Kemantapan kemampuan akan dialami apabila
supervisor sering melakukan supervisi. Kedua, supervisi bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan.Ketiga, hasil supervisi dapat
berguna untuk menyusun pedoman atau petunjuk pelaksanaan pelayanan
profesional kepada pelaksana kegiatan.
Tiga prinsip hubungan kemanusiaan yaitu pengakuan dan penghargaan,
objektifitas, dan kesejawatan.Hubungan kemanusiaan mengisyratkan bahwa
supervisi dilakukan secara wajar, terbuka, dan partisipatif.Pengakuan dan
penghargaan berkaitan dengan sikap supervisor untuk mengakui potensi dan
penampilan pihak yang di supervisi dan menghargai bahwa pihak yang di
supervisi dapat dan harus mengembangkan diri.Objektifitas berkaitan dengan
informasi dan permasalahan yang telah ditemukan yang diperlakukan oleh
supervisor sebagaimana adanya sedangkan upaya pemecahan permasalahan
dilakukan secara rasional.

DIACHARGE PLANNING
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis
dari penilaian, persiapan dan koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan
dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 1990). Menurut
Hurts (1996) perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien
melakukan perawatan mandiri di rumah.
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan

57
dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber
yang tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse: 94-95).
Tujuan
Menurut Jipp dan Siras (1986) perencanaan pulang bertujuan :
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
d. Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain
e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan ketrampila serta
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
f. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat
Rorden dan Traft (1993) mengungkapkan bahwa perencanaan pulang bertujuan
untuk :
a. Membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan dan
upaya pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi angka
kembuh dan penerimaan kembali di rumah sakit
b. Terjadi pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan
dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Manfaat
Menurut Spath (2003), perencanaan pulang mempunyai manfaat :
a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien yang dimulai dari rumah sakit
b. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyenbuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan
rumah
Manfaat discharge planning dapat dibedakan menjadi 3 :
Bagi pasien :
a. Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan perawatan di
rumah
b. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
c. Membantu pasien memiliki pengetahuan,ketrampilan dan sikap dalam
memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
Bagi perawat :
a. Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam system

58
d. Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan
cara yang berbeda.
f. Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
Bagi mahasiswa :
a. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien sebagai
penerimaan pelayanan
b. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien
c. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan
di rumah
Prinsip-prinsip
a. Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi
b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisipilin dan setiap tim harus saling bekerja
sama
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumberdaya dan fasilitas yang
ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun
fasilitas yang tersedia di masyarakat
e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system pelayanan kesehatan.
Setaip klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus
dilakukan.
Jenis
Chesca (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan sebagai berikut:
a. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi.
pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan
dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat
b. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan
akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila psien
perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali

59
c. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi
pasien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat
puskesmas terdekat.
Tindakan keperawatan sebelum pasien pulang
Menurut Naylor (2003) beberapa tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada
pasien sebelum pasien diperbolehkan pulang antara lain:
a. Pendidikan kesehatan, diharapkan dapat mengurangi angka kambuh
atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga
tentang perawatan
b. Program pulang bertahap, bertujuan untuk melatih pasien untuk
kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang
harus dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan
oleh keluarga
c. Rujukan, integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawat komunitas atau praktik mandiri perawat
dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien
di rumah

Dokter dan Tim Kesehatan PP dibantu PA


Alur discharge planning
Keadaan Pasien :
Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian PROGRAM HE Lain - lain


Administrasi kontrol dan
obat/perawatan
gizi
aktivitas dan istirahat
perawatan diri

Monitor60 (sebagai
program service safety)
oleh :
keluarga dan pasien
Keterangan :
Tugas perawat primer :
a. Membuat rencana discharge planning
b. Membuat leaflet
c. Memberikan konseling dan pendidikan kesehatan
d. Menyediakan format discharga planning dan mendokumentasikan
discharge planning
Tugas perawat Associate :melaksanakan agenda discharge planning

Tahap-tahap discharge planning


1) Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang
klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan
bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam
proses discharge agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat
efektif.Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
a) Data Kesehatan
b) Data Pribadi
c) Pemberi Perawatan
d) Lingkungan
e) Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga
sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang
membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah
masalah tersebut aktual atau potensial.
a) Perencanaan
Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat
berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan
pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
1. Medication (obat).
2. Environment (Lingkungan).
3. Treatrment (pengobatan)
4. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
5. Outpatient referral
6. Diet

61
b) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat
dan ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan
kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan
alat yang akan digunakan di rumah.
c) Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja
proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.
Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga
perubahan. Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan
seminggu setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui
telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:
1. Derajat penyakit
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan
4. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
5. Komplikasi tambahan
6. Ketersediaan sumber-sumber

M4 (MONEY)
Pengertian Budget
Budget (Anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis,
yang meliputi seluruh kagiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Dari pengertian diatas nampaknya bahwa suatu Budget mempunyai empat
unsure, yaitu :
1. Rencana
2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
3. Dinyatakan dalam unit moneter
4. Jangka waktu tertentu yang akan dating
Manfaat Budget
Manfaat budget terdiri dari tiga pokok, yaitu :
1) Sebagai pedoman kerja

62
Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arahan serta
sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan
perusahaan diwaktu yang akan datang.
2) Sebagai alat pengawasan kerja
Budget berfungsi pula sebagai tolak ukur, sebagai alat pembanding untuk
mengevalusai realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa
yang tertuang di dalam budget dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja
perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah
kurang sukses bekerja.
3) Sebagai alat pengkoordinasian kerja
Budget berfungsi sebagai alat utuk mengkoordinasikan kerja agar semua
bagian-bagian yang tedapat didalam perusahaan dapat saling menunjang, saling
bekerja sama dengan baik untuk menuju kesasaran yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.
Proses penyusunan budget
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, suatu budge dapat berfungsi dengan
baik bilamana tafsiran-tafsiran (forecast) yang termuat didalamnya cukup akurat,
sehingga tidak jauh berbeda dengan ealisasi nanti. Untuk bisa melakukan
penafsiran secara lebih akurat, diperlakukan sebagai data, informasi dan
pengalaman, yang merupakan factor-factor yang harus dipertimangkan didalam
menyusun budget. Adapun factor-faktor tersebut secara garis besar dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, ialah :
Faktor-faktor budget
1) Faktor intern
Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat didalam peruahaan sendiri.
Faktor-faktor terebut antara lain berupa:
a) Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual,
syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dsb.
b) Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.
c) Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya (kuantiatif)
maupun ketrampilan dan keahliannya (kualitatif).
d) Modal kerja yang dimiliki perusahaan.
e) Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan.
f) Kebijaksanaan- kebijaksanaan perusahaan yang berkaitan denga
pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan, baik dibidang pemasaran,
produksi, pembelanjaan, administrasi maupun bidang personalia.

63
Sampai batas-batas tertentu, perusahaan masih dapat mengatur dan
menyesuaikan factor-faktor intern ini dengan apa yang diinginkan untuk
masa yang akan datang. Misalnya modal kerja yang sekarang dimiliki
dirasakan kurang untuk periode budget yang akan datang, maka
perusahaan dalam batas-batas tertentu masih bisa menambahnya,
misalnya dengan meminta kredit ke bank. Demikian pula halnya dengan
mesin-mesin, peralatan-peralatan, tenaga kerja serta fasilitas-fasilitas
lain, dalam batas-batas tertentu masih diseuaikan dengan apa yang
diinginkan untuk periode budget yang akan datang, baik ditambah
maupun dikurangi. Oleh karena itu factor-faktor intern ini sering disebut
sebagai factor controllable (data diukur), yaitu factor-faktor yang dalam
batas tertentu masih bisa disesuaikan dengan keinginan atau kebutuhan
untuk periode budget yang akan datang.
2) Faktor ekstern
Factor-faktor ekstern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di
luar perusahaan, tetapi dirasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
perusahaan. Factor-faktor tersebut antara lain berupa :
a) Keadaan persaingan
b) Tingkat pertumbuhan penduduk
c) Tingkat penghasilan masyarakat
d) Tinkat pendidika masyarakat
e) Tingkat penyebaran penduduk
f) Agama, adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat.
g) Berbagai kebijakan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, social,
budaya, maupun keamanan
h) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan
eknologi dan sebagainya.
Terhadap factor-faktor ekstern ini, perusahaan tidak mampu untuk
mengaturnya sesuai dengan apa yang diinginkannya dalam periode budget yang
akan datang. Oleh karena itu factor-faktor ekstern ini sering disebut sebagai factor
yang un-controlable (tidak dapat diukur), yaitu factor-faktor yang tidak dapat
diukur dan tidak dapat disesuaikan dengan keinginan perusahaan.Akibatnya
perusahaanlah yang harus menyesuaikan dirinya, menyesuaikan kebijaksanaan-
kebijaksanaannya dengan factor-faktor tersebut.
Pengertian Budgeting

64
Dalam pengertian budget yang telah diuraikan diatas dapat diketahui bahwa
budget merupakan hasil kerja (out-put) yang terutama berupa tafsiran-tafsiran
yang akan dilaksanakan diwaktu yang akan datang. Karena suatu budget
merupakan hasil kerja (out-put), maka budget dituangkan dalam suatu naskah
tulisan yang disusun secara teratur dan sisematis. Sedangkan yang dimaksud
dengan budgeing adalah proses kegiatan yang menghasilkan budget tersebut
sebagai hasil kerja (out-put), serta proses kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi budget, yaitu fungsi-fungsi pedoman kerja, alat
pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja. Secara lebih terperinci, proses
kegiatan yang tercakup dalam Budgeting tersebut antara lain :
a) Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun budget.
b) Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk
mengadakan tafsiran-tafsiran dalam rangka menyusun budget.
c) Menyusun budget serta menyajikannya secara teratur dan sistematis.
d) Pengkoordinasian pelaksanaan budget.
e) Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan, yaitu untuk
mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan budget.
f) Pengolahan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan
interpretasi dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan dalam rangka
mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah dilaksanakan,
serta menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai tindak lanjut
(follow-up) dari kesimpulan-kesimpulan tersebut.
Prosedur penyusunan Budget
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau menyusun
budget serta pelaksanaan kegiatan budgeting lainnya, ada ditangan pimpinan
tertinggi perusahaan.Hal ini disebabkan kerena pimpinan tertinggi perusahaanlah
yang paling berwenang dan paling bertanggung jawab atas kegiatan-kagiatan
perusahaan secara keseluruhan.Namun tugas menyiapkan dan menyusun budget
serta kegiatan-kegiatan budgeting lainnya tidak harus ditangani sendiri oleh
pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelagasikan kepada bagian lain
dalam perusahaan. Adapaun siapa-siapa atau bagian apa yang diserahi tugas
mempersiapkan dan menyusun budget tersebut sangat tergantung pada struktur
organisasi dari masing-masing perusahaan. Akan tetapi pada garis besarnya tugas
mempersiapkan dan manyusun budget ini dapat didelegasikan kepada :

65
Bagian administrasi, bagian perusahan kecil. Hal ini disebabkan karena bagi
perusahaan yang kecil, kegiatan-kegiatan perusahaan tidak terlalu kompleks,
sederhana, dengan ruang lingkup yang terbatas, sehingga tugas penyusunan
budget dapat diserahkan kepada salah satu bagian saja dari perusahaan yang
bersangkuan, dan tidak perlu banyak melibatkan secara aktif seluruh bagian-
bagian yang ada dalam perusahaan.
Panitia Budget, bagian perusahaan yang besar. Hal ini disebabkan karena
bagi perudahaan besar, kegiatan-kegiatan perusahaan cukup kompleks, beraneka
ragam dengan ruang lingkup yang cukup luas, sehingga bagian Administasi tidak
mungkin dan tidak mampu lagi untuk menyusun Budget sendiri tanpa partisipasi
aktif bagian-bagian lain dalam perusahaan. Oleh sebab itu tugas menyusun Budget
perlu melibatkan semua unsur yang mewakili semua bagian yang ada di dalam
perusahaan, yang duduk dalam panitia Budget. Tim penyusunan Budget ini
biasanya diketuai oleh pimpinan perusahaan (misalnya Wakil Direktur) dengan
anggota-anggota yang mewakili Bagian Pemasaran, Bagian Produksi, Bagian
Pembelanjaan, serta Bagian Personalia. Di dalam Panitia Budget inilah dilakukan
pembahasan-pembahasan tentang rencana-rencana kegiatan yang akan datang,
sehingga Budget yang tersusun nanti merupakan kesepakatan berama, sesuai
dengan kondisi, fasilitas serta kemampuan masing-masing bagian secara terpadu.
Keepakatan bersama ini penting agar pelaksanaan Budget nanti benar-benar
didukung seluruh bagian yang ada dalam perusahaan, sehingga memudahkan
terciptanya kerja sama yang saling menunjang dan terkoordinasi dengan baik.
Baik Budget yang disusun oleh Bagian Administrasi (perusahaan kecil),
maupun yang disusun oleh Panitia Budget (perusahaan besar), barulah merupakan
Rancangan Budget atau Draft Budget (tentative budget). Rancangan Budget inilah
yang diserahkan kepada pimpinan teringgi untuk disahkan serta ditetapkan
sebagai Budget yang defenitif. Sebelum disahkan oleh pimpinan tertinggi
perusahaan, masih dimungkinkan untuk diadakan perubahan-perubahan terhadap
racangan tersebut, dan dimungkinkan pula untuk diadakannya pembahasan-
pembahasan antara pimpinan tertinggi perusahaan dengan pihak yang diserahi
tugas menyusun Rancangan Budget tersebut.
Setelah disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka Rancangan
Budget tersebut telah menjadi Budget yang defenitif

66
M 5 (MARKET)
Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting
sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan
berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan
pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor yang menentukan
dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang
harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)konsumen.
Faktor kunci keberhasilan dari pemasaran
Faktor kunci keberhasilan dalam rencana strategi pemasaran suatu rumah
sakit adalah
a) Adanya subbag marketing dalam struktur organisasi suatu rumah
sakit.
b) Adanya visi dan misi.
c) Status rumah sakit yang profit.
d) Adanya upaya pemasaran yang telah dilaksanakan disuatu rumah
sakit.
e) Jumlah spesialisasi yang cukup memadai.
f) Tersedianya fasilitas medic dan non medic yang memadai.
Pengumpulan data dan analisa SWOT
1. Data Internal
Data internal dapat diperoleh pada suatu rumah sakit merupakan sumber
daya yang ada yaitu mencakup :
a) Struktur organisasi yang dilengkapi subbag marketing.
b) Jumlah dan mutu SDM yang memadai.
c) Sarana dan prasarana.
d) Pelayanan klinik yang cukup banyak.
e) Upaya pemasaran yang dilakukan.
f) Menajemen Rumah sakit negeri murni.
g) Menciptakan suasana kerja yang serasi dan bertanggung jawab.
h) Meningkatkan kerjasama karyawan.
2. Data eksternal
Untuk mendapatkan data eksternal dapat diperoleh dilingkungan diluar
rumah sakit yang meliputi :
a) Kebijakan atau politik : penetapan suatu rumah sakit sebagai rumah
sakit swasta/ negeri direktur berada dibawah yayasan atau
pemerintah

67
b) Sosial atau pendidikan : semakin tingginya keyakinan masyarakat
akan kesehatan membuat masyarakat semakin kritis terhadap
kebutuhan kesehatannya.
c) Adanya kerjasama antar rumah sakit swasta sebagai rumah sakit
rujukan.
d) Ekonomi.
e) Budaya : Masyarakat mencari pelayanan kesehatan yang murah.
f) Teknologi : Adanya teknologi yang komputerisasi.
g) Persaingan bisnis : Adanya Rumah sakit swasta yang lebih baik
fasilitasnya sebagai pesaing

b.8 Hak Dan Kewajiban Pasien


Hak Pasien:
Hak untuk memperoleh informasi meliputi:
1. Diagnosa penyakit yang di deritanya
2. Tindakan medis yang akan atau telah dilakukan
3. Kemunginan penyakit yang timbul sebagai akibat tersebut serta rencana
tindakan untuk mengatasainya
4. Perkiraaan biaya pengobatan
5. Hak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya,
sesuai dengan peraturan yang berlaku dirumah sakit Pelabuhan Palembang
6. Hak untuk memberikan persetujuan/ menolak untuk tindakan atau
pemeriksaan yang akan dilakukan atas dirinya sehubungan dengan
penyakit yang dideritanya
7. Hak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran
8. Hak mendapat pelayanan yang manusiawi tanpa diskriminasi
9. Berhak memperoleh asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
profesi keperawatan
10. Hak atas “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
rekam medisnya
Kewajiban Pasien:
Pasien, dan keluarga tau penaggung jawab pasien berkewajiban:
1. Mentaati segala peraturan dan tata tertib Rumah Sakit Pelabuhan
Palembang
2. Memberikan informasi yang jujur dan lengkap tentang penyakit yang
diderita kepada dokter dan para medis

68
3. Mematuhi segala petunjuk dokter, para medis, bidan yang merawat
4. Pasien dan atau penanggung jawabnya wajib melunasi semua biaya
pelayanan pengobatan
5. Wajib mematuhi hal-hal yang telah disepakati bersama pihak Rumah Sakit
sebelum dan selama menjalani pengobatan

BAB 3
PENGUMPULAN DATA

3.1 Tenaga dan Pasien ( M1-Man)


3.1.1 Tenaga
1. Struktur Organisasi
Ruang Jasmin Silver dipimpin oleh seorang kepala ruangan dan
dibantu oleh beberapa perawat pelaksana serta tenaga pekarya dan tata
usaha. Adapun struktur organisasi sebagai berikut :

KEPALA SUB DIVISI


IRNA III

- PETUGAS
ADMINISTRASI
- PETUGAS ALAT
MEDIS / NON MEDIS
- PETUGAS
KEBERSIHAN

KEPALA KEPALA
JAGA 1 KEPALA JAGA 3
JAGA 2

PERAWAT
PERAWAT
PELAKSANA
PELAKSANA PERAWAT
PELAKSANA

69
STRUKTUR RUANG JASMIN SILVER

KASUBDIV
Khoirun Nisak, S.Kep., Ns

KEPALA JAGA KEPALA JAGA KEPALA JAGA KEPALA JAGA


Eny H, S.Kep.Ns Risa Ari, S.Kep. Ns Hariyanti Y, S.Kep.Ns Helmi Riania, S.Kep.Ns

70
PERAWAT PELAKSANA

Asih, S.Kep.Ns Lilis S, S.Kep.Ns Riska , S.Kep.Ns Nenda, S.Kep.Ns

Hermin, S.Kep.Ns Dista N, Amd.Kep Ratna Sri, Amd.Kep. Fendi F, Amd.Kep

Tri K, Amd.Kep. Siti Navida, Amd.Kep

71
2. Tenaga Keperawatan
No Tenaga Pendidikan
1. Kepala Ruangan S.Kep.Ns
2. Kepala Jaga S.Kep.Ns : 4 orang
3. Perawat Pelaksana DIII Keperawatan: 5 Orang
S1 Keperawatan : 5 Orang

Prosentase jumlah tenaga kerja


S1 keperawatan = 10/15 x 100% = 66,67 %
D3 keperawatan =5/15 x 100% = 33.33%

3. Tenaga Non – Keperawatan


No. Kualifikasi Jumlah (orang)
1 Ahli gizi 2
2 Cleaning service 5
Jumlah 7

4. Tenaga Medis
No Kualifikasi Jumlah
1 Supervisor 5
Jumlah 5

5. Pembagian dinas perawat Jasmine Silver Rs. Gatoel bulan Mei 2017
Tenaga Dinas Libur
Pagi Sore Malam
Karu 1
Penanggung jawab shift 2 2 2 3
Perawat pelaksana 2 2 2 2

6. Pola Ketenagaan
No Jabatan Kualifikasi Standar Keterangan

72
Jumlah

Tenaga
Pendidikan Sertifikat Tenaga
Yang

Ada
1 Kepala D3/ S1 Pelatihan 1 1 Cukup
Subdivisi Keperawatan Audit RS
Pelatihan
mutu
Pelatihan
BLS
Pelatihan
Nurse
Update
Pelatihan
IV insersi
2 Kepala Jaga/ D3/ S1 Pelatihan 4 4 Kurang 1
Penanggung Keperawatan BLS karena ada
Pelatihan
jawab Shift
Mutu yang cuti
Pelatihan hamil
IV Insersi

3 Perawat D3/ S1 Pelatihan 14 14 Terdapat 3


pelaksana Keperawatan BLS perawat
Pelatihan
Mutu magang

7. Pengaturan Ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan tergantung dari jumlah pasien dan
tingkat ketergantungannya.
Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:

73
1. Perawatan minimal (minimal care), memerlukan waktu 1 sampai 2
jam sehari
2. Perawatan sebagian( partial care), memerlukan waktu 3 sampai 4
jam sehari
3. Perawatan maksimal (total care), memerlukan waktu 5 sampai 6
jam sehari
Untuk menentukan tingkat tergantungan pasien kelompok
menggunakan klasifikasi dan kriteria tingkat tergantungan pasien
berdasarkan WISN (Workload Indikator Staff Need).

1) Ruang Jasmine Silver


NILAI NORMAL :
KLASIFIKASI PASIEN
Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

Tanggal 13 Juni 2017

Tingkat Ketergantungan

Tingkat ketergantungan Jumlah pasien


Minimal 14
Partial 2
Total 2
Jumlah 18

Total tenaga yang diperlukan :


Pagi Minimal Care = 14 x 0,17 = 2,38
Partial Care = 2 X 0,27 = 0,54
Total Care = 2 X 0,36 = 0,72 +
= 4 Orang
Sore Minimal Care = 14 X 0,14 = 1,96
Partial Care = 2 X 0,15 = 0,30
Total Care = 2 X 0,30 = 0,60 +
= 3 Orang

74
Malam Minimal Care = 14 X 0,10 = 1,4
Partial Care = 2 X 0,07 = 0,14
Total Care = 2 x 0,20 = 0,40 +
= 2 Orang

Jumlah perawat yang dibutuhkan :

Dinas pagi : 4 Orang

Dinas sore : 3 Orang

Dinas malam : 2 Orang

Karu : 1 Orang

Jumlah lepas dinas : 2 Orang

Perawat yang dibutuhkan dinas di Ruang Jasmin Silver berdasarkan


pengamatan Tgl 13 Juni 2017 adalah 10 orang. Sedang jumlah perawat
di ruang Jasmine Silver adalah 15 dan yang cuti 2. Dan terdapat 3
perawat adalah perawat magang yang mana masih belum berwenang

melalukkan tindakan invasive.

8. Pendidikan / pelatihan tambahan yang pernah diikuti perawat


Pelatihan
Nama Perawat Umur Masa Kerja
Internal Eksternal

75
1. Khoirun Nisak, 33 th 12 th APAR (Ppi Audit Rs, Komite
S.kep.Ns dasar), pelatiham Keperawatan,
ECG, Nurse
Management Update,pelatihan
bangsal BLS,

2. Eny H.S.kep,Ns 37 th 17 th PPI,BLS,SKP Wound Care


(Sasaran Management
Keperawatan,
APAR (Ppi
dasar), pelatiham
ECG,
Management
bangsal

3. Risa ARL 29 th 7 th APAR (Ppi Wound Care


S.kep,Ns dasar), pelatiham Management
ECG, Basic Life Support,
Management Management nyeri
bangsal

4. Hariyanti Y 31 th 6 th APAR (Ppi Wound Care


S.kep,Ns dasar), pelatiham Management
ECG,
Management -
bangsal

5. Helmi Riana Y, 32 th 8 th APAR (Ppi Wound Care


S.kep,Ns dasar), pelatiham Management
ECG,
Management
bangsal

76
6. Asih S.kep, Ns 34 th 11 th APAR (Ppi Wound Care
dasar), pelatiham Management
ECG,
Management
bangsal

7. Lilis S, Skep,Ns 26 th 3 th APAR (Ppi Wound Care


dasar), pelatiham Management
ECG,
Management
bangsal

8. Riska P,Skep,Ns 31 th 6 th APAR (Ppi Wound Care


dasar), pelatiham Management
ECG,
Management
bangsal

9. Nenda S.kep,Ns 32 th 5 th APAR (Ppi Wound Care


dasar), pelatiham Management
ECG,
Management
bangsal

10. Hermin S.kep,Ns 27 th 4 th APAR (Ppi Wound Care


dasar), pelatiham Management
ECG,
Management
bangsal

11. Dista 24 th 2 th APAR (Ppi Penanggulangan

77
N,Amd.Kep dasar), pelatiham Penderita Gawat
ECG, Darurat 2014,
Management Pertolongan &
bangsal Perawatan Pada
Kegawatdaruratan
Trauma Kepala
2012, Maternal
Emergency Update
2012

12. Ratna Sri Amd. 35 th 2 th APAR (Ppi Wound Care


Kep dasar), pelatiham Management
ECG,
Management
bangsal

13. Fendi F. Amd. 32 th 4 th APAR (Ppi Wound Care


Kep dasar), pelatiham Management
ECG,
Management
bangsal
14. Tri K. Amd.Kep

27 th 2 th APAR (Ppi Pelayanan Gadar


dasar), pelatiham Pediatrik 2015,
ECG, Perawatan Luka
Management Post Op dan
bangsal Managemnet Luka
Perawatan Terkini
(dengan Penekanan
Meist Wound
Healing),
15. Siti Novida Perawatan Luka

78
Amd.kep Applikasi dengan
Pasien,
Penatalaksanaan
DC Shock pada
Anak

23 th 1 bln APAR (Ppi Wound Care


dasar), pelatiham Management
ECG,
Management
bangsal

9. Reward
a. Untuk Reward di berikan berdasarkan penilaian kinerja sudah ada
format untuk mengatur reward tersebut. Termasuk indeks mutu
pelayanan. Sudah ada format dimana penilaian dilakukan oleh
kepala ruangan,teman sejawat dan teman dari unit lain. (terlampir).
b. Punishment untuk perawat
Area Etika Disiplin Hukum
Substansi Maslah moral baik Standar profesi/ Pelanggaran hokum
buruk perilaku pelayanan (benar/salah)
Bentuk Kode etik Peraturan disiplin UU, PP( peraturan
profesi pemerintah),
KEPMEN
Norma Norma disilin Pengaturan disiplin Pengaturan norma
internal profesi hokum
Sanksi Moral, hati nurani, Teguran, reedukasi, Pemarah, denda,
pengucilan pencabutan dan lain-lain.
str/SIPP
Ruang lingkup perilaku Kompetensi Peraturan hukum
professional pelayanan
keperawatan

79
UGD POLI UMUM POLI EKSEKUTIF

3.1.2 Pasien
PENDAFTARAN
1. Alur pasien masuk Ruang Jasmin Silver
TPPRI

INDIKASI PENYAKIT INDIKASI PENYAKIT


RAWAT JALAN RAWAT INAP

RAWAT JALAN MRS IRNA

RUANG JASMIN

KONDISI BAIK

KRS

2. BOR di Ruang Jasmin Tanggal 22 Mei – 17 Juni 2017

Standar BOR ruangan 80%

NO TANGGAL RUANG KAPASITAS JML.KLIEN BOR


1 22 MEI JASMINE 32 BED 13 40%
2017 SILVER

80
KELAS 1
2 23 MEI JASMINE 32 BED 19 59%
2017 SILVER
KELAS 1
3 24 MEI JASMINE 32 BED 18 56%
2017 SILVER
KELAS 1
4 25 MEI JASMINE 32 BED 21 66%
2017 SILVER
KELAS 1
5 26 MEI JASMINE 32 BED 25 78%
2017 SILVER
KELAS 1
6 27 MEI JASMINE 32 BED 11 34%
2017 SILVER
KELAS 1
7 28 MEI JASMINE 32 BED 20 62%
2017 SILVER
KELAS 1
8 29 MEI JASMINE 32 BED 23 72%
2017 SILVER
KELAS 1
9 30 MEI JASMINE 32 BED 25 78%
2017 SILVER
KELAS 1
10 31 MEI JASMINE 32 BED 29 91%
2017 SILVER
KELAS 1
11 01 JUNI JASMINE 32 BED 20 62%
2017 SILVER
KELAS 1
12 02 JUNI JASMINE 32 BED 18 56%
2017 SILVER
KELAS 1
13 05 JUNI JASMINE 32 BED 21 65,6 %
2017 SILVER

81
KELAS 1
14 06 JUNI JASMINE 32 BED 25 78,1 %
2017 SILVER
KELAS 1

15 07 JUNI JASMINE 32 BED 26 81,2 %


2017 SILVER
KELAS 1
16 08 JUNI JASMINE 32 BED 16 50 %
2017 SILVER
KELAS 1
17 09 JUNI JASMINE 32 BED
2017 SILVER 17 53,1%
KELAS 1
18 10 JUNI JASMINE 32 BED
2017 SILVER 17 53,1%
KELAS 1
19 12 JUNI JASMINE 32 BED 14 43,75%
2017 SILVER
KELAS 1
20 13 JUNI JASMINE 32 BED 18 56,25%
2017 SILVER
KELAS 1
21 14 JUNI JASMINE 32 BED 16 50%
2017 SILVER
KELAS 1
22 15 JUNI JASMINE 32 BED 17 53,1%
2017 SILVER
KELAS 1
23 16 JUNI JASMINE 32 BED 15 47%
2017 SILVER
KELAS 1
24 17 JUNI JASMINE 32 BED
2017 SILVER
KELAS 1

82
Rata-rata BOR periode 12-17 Juni 2017 (6 hari) :
43,75%+56,25%+50%+53,1%+47%+

Rata-rata BOR periode 22 Mei -17 Juni 2017 (24 hari) :

BOR yang didapat belum mencapai target

83
3. Kasus Yang Dirawat Di Ruang Jasmin Silver periode tanggal 13 Juni
2017
No Nama pasien Diagnosa Dpjp
1 Sdr. Daniel Hipertemi dr. Supiansyah Sp.PD

2 Tn. M.Ali Thypoid + colic abdoment dr. Supiansyah Sp.PD

3 Ny. Tatik Thypoid dr. Supiansyah Sp.PD

4 Ny. Suntamah HM+DM dr. Jumali Sp.PD

5 Ny. Mujiati HT Emergency + efusi pleura dr. Gembong W Sp.Jp


dr. Samsuri, Sp.P
6 Tn. Didik M Chest pain+vertigo dr. Gembong W Sp.Jp

7 Ny. Norvia M IMA NSTEMI+Gastroenteritis dr. Gembong W Sp.Jp


tanpa dehidrasi
8 An. Kurniawan Thypoid dr. Vita, Sp.A
9 An. Zaidan Z Thypoid dr. Triastutik, Sp.A
10 An. Nauval Thypoid dr. Triastutik, Sp.A
11 Ny. Rukhailah Tumor colli dr. Rudy Cahyo N, Sp.B
12 Tn. Juni I COR dr. Nur Cholis, Sp.Bs
13 Ny. Siti S Ca Mamae dr. Widhy Pramono,
Sp.B
14 Ny. Ellya I Tenocynocitis dr. Dian Kalista, Sp.OT
15 Tn. Nursaalam Hemoroid dr. Rudy Cahyo N, Sp.B
16 Nn. Firdaus Tumor umbilical Dr. Rudy Cahyo N, Sp.B
17 Ny. Wijawati Disconpensasi dr. Revi, Sp.Jp
cordis+DM+CVA
dr. Supiansyah, Sp.PD
dr. Heru Rustiadi, Sp.S
18 An. Dies Obs febris dr. Triastutik, Sp.A

3.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material)


Dari hasil pengumpulan data yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2017,
didapatkan:

84
c.2.1 Gambaran Umum Ruang jasmin
a. Lokasi
Ruangan Jasmine Silver terletak di lantai 2, di bawah ruangan
Jasmine Silver ada ruangan Jasmine Gold (VVIP). Sebelah utara ruang
Jasmine Silver ada parkiran karyawan. Di sebelah timur ada pagar batas
rumah sakit. Di sebelah selatan kearah mushollah dan di sebelah barata ada
tangga darurat yang menuju Jasmine Silver 201-220 dan deket ruang
Flamboyan.

KETERANGAN
1. UGD
2. R.1 (Ruang Anggrek VIP A)
3. R.2 (Ruang kana)
4. R.3 (Ruang Flamboyan)
5. R.4 (Ruang Dahlia)
6. R.5 A (Ruang Jasmine VIP B)
7. R.5 B (Ruang Jasmine Kelas 1)
8. R.6 (Ruang OK)
9. R.7 (Ruang ICU)
10. R.8 (Ruang Hemodialisa)
11. R.9 (Ruang Poli )
12. R.10 (Ruang Neonatus/VK)
13. R.11 (R.Administrasi)
14. R.12 (R.Pertemuan)
15. R.13 (R.linen)

DENAH RUANG JASMINE SILVER

202 201

204 203

85
206 205

208 207

210 209

212 211

214 213

RUANG PERAWAT

RUANG DOKTER RUANG LINEN

215
216

217
218

VIP C
VIP C

3.2.2 Fasilitas Pasien


a. Kelas1
1. Tempat tidur : 28 buah
2. Meja pasien : 28 buah
3. Kursi : 28buah
4. Sketsel gorden : 42 buah

86
5. Kursi roda : 2 buah
6. Kamar mandi& WC : 14 buah
7. AC : 14 buah
8. Tv : 14 buah

b. VIP
1. Tempat tidur : 4 buah
2. Meja pasien : 4 buah
3. Kursi : 8buah
4. Kursi roda : 2 buah
5. Kamar mandi& WC : 4 buah
6. Ac : 4 buah
7. Tv : 4 buah

3.2.3 Fasilitas Petugas Kesehatan


a. Nurse Station berada di dalam ruangan
b. Kamar mandi dan WC terletak di sebelah kamar VIP
c. Tempat kepala ruangan menjadi satu dengan kantor perawat
d. Kamar ganti terletak di sebelah kamar VIP

3.2.4 Buku-Buku Protap Dan Acuan


a. Buku protap rekam medik
b. Kumpulan SPO dan kebijakan pelayanan dari RS Gatoel
1. Komunikasi Terapiutik
2. Komunikasi secara langsung via lisan
3. Menyapu
4. Mengepel
5. Membersihkan kaca
6. Mengukur tekanan darah
7. Mengukur pernafasan
8. Memaki sarung tangan
9. Menyiapkan tempat tidur pasien
10. TTV
11. Mengganti alat tenun
12. Memandikan pasien
13. Mencuci rambut pasien
14. Menyisir rambut pasien

87
15. Membersihkan mulut
16. Menyuapi pasien
17. Melolong pasien bab diatas tempat tidur
18. Menjaga keselamatan pasien di tempat tidur
19. Ambulasi dini
20. Memeriksa suhu tubuh per anus
21. Skin tes
22. Pemberian obat/im
23. Pemberian obat/iv
24. Pemberian obat/sc
25. Pemberian obat/ic
26. Pemberian obat dengan penfill
27. Pemberian obat / oral
28. Pemberian obat / anus
29. Pemberian obat tetes hidung
30. Pemberian obat tetes telinga
31. Pemberian obat sublingual
32. Pemberian obat tetes mata
33. Memberikan kompres hangat atau dingin
34. Memberikan oksigen
35. Tesrumpet
36. Pemasangan infus
37. Menghitung tetesan infus
38. Melepas infus
39. Memasang ngt
40. Memberikan makan lewat ngt
41. Pemasangan kateter lewat urin
42. Mengukur cairan masuk dan keluar
43. Konsul dokter spesialis
44. Melakukan kumbah lambung
45. Memasang bidai
46. Memasang jalan nafas buatan naso dan oro
47. Penanganan syok anafilatik
48. Penanganan syk hemoragik
49. Penatalaksanaan syok hipovolemik
50. Pertolongan pertama pada pasien kejang
51. Mengganti balutan luka
52. Merawat luka bakar
53. Merawat pasien trakeostomi
54. Pemasangan oximetri
55. Pemasangan suction
56. Pemberian huqnah
57. Pemeriksaan bga
58. Penggunaan nebulizer
59. Timbang badan
60. Mengukur tinggi badan
61. Pasien pulang
62. Pasien melarikan diri

88
63. Bukul aporan jaga harian
64. Buku TTV
65. Buku injeksi
66. Buku konsultasi
67. Identifikasi pasien rumah sakit
68. Pemasangan gelang identitas pasien rawat inap
69. Pemasangan gelang identitas bayi baru lahir
70. Pelepasan gelang identitas pasien
71. Identifikasi pasien yang telah menjalani tindakan hemodialisa
72. Pemasangan kalung identitas hemodialisa
73. Pelepasan kalung identitas pasien
74. Pelepasan gelang jenazah
75. Komunikasi lewat telepon
76. Sistem komunikasi SBAR
77. Penandaan pasien operasi
78. Chek list keselamatan pasien operasi
79. Hand hygiene dengan sabun dan air mengalir
80. Cuci tangan dengan larutan berbahan alkohol
81. 5 momen cuci tangan
82. Asesmen resiko jatuh pada anak
83. Asesmen resiko jatuh pasien dewasa
84. Asesmen resiko jatuh pasien geriatri
85. Pemasangan stiker resiko jatuh pada pasien rawat inap
86. Pemasangan papan resiko jatuh pada tempat tidur pasien
87. Asesmen ulang pasien rawat inap
88. Asesmen tahap terminal
89. Cara penggunaan tempat tidur
90. Penggunaan manometer oksigen
91. Pemeliharaan manometer
92. Pemeliharaan alat-alat dari karet
93. Penggunaan nebulizer
94. Pemeliharaan nebulizer
95. Penggunaan ambubag
96. Pengunaan dan penerimaan telepon
97. Memakai sarung tangan steril
98. Menjaga keselamatan pasien di tempat tidur
99. Menolong pasien buang air besar di atas tempat tidur
100. Melaksanakan ambulasi dini
101. Test rumpleed
102. Rekaman ECG 12 Lead
103. Memasang monitor ECG
104. Lapor dokter
105. Resusitasi
106. Pertolongan pertama pada pasien kejang
107. Pasien melarikan diri
108. Pasien pulang meninggal
109. Pencegahan dikubitus
110. Pembagian souvenir di ruang rawat inap VIP

89
111. Penyuluhan kepada penderita
112. Pemberian angket instrumen B ke pasien
113. Pengelolaan stok obat pasien
114. Pemesanan darah di dalam wilayah
115. Orientasi tenaga perawat atau bidan baru
116. Pertemuan bidang perawatan
117. Penanggulangan bahaya kebakaran dan kewaspadaan
bencana
118. Penanggung jawab shift
119. Perencanaan kebutuhan tenaga perawatan
120. Penunjukan perawat pengganti kepada sub divisi
keperawatan
121. Pengawasan keperawatan sore / malam/ hari libur
122. Kriteria pasien masuk ICU
123. Persiapan tempat tidur pasien ICU
124. Menerima pasien masuk ICU
125. Operasional syring pump
126. Pengukuran dan pemantauan CVP
127. Postural drainage
128. Melakukan cardioversi
129. Melakukan defibrilasi
130. Perawatan trakheostomy
131. Membersihkan anak kanul trakheostomy

3.2.5 Peralatan

KET
No JENIS ALAT JUMLAH
Baik Rusak

90
1 ECG 1 1 -
2 Manometer oksigen / humidifier 18 18 -
3 Stetoskop 2 2 -
4 Tensi meter 2 2 -
5 Thermometer 2 2 -
6 BakInstrumen 1 1 -
7 Stadartinfus 32 32 -
8 Bengkok 2 2 -
9 Pispot Disposibel Disposibel -
10 Baskom mandi 32 32 -
11 Gunting perban 2 2 -
12 Tabung O2 Dari sentral Disposibel -
13 Timbangan badan 1 1 -
14 Tromol kassa CSSD CSSD -
15 Syring pump 1 1
16 Glukometer 2 2
17 Alat saturasi O2 1 1
18 Lampu UV 1 1
19 Suction 1 1

3.2.6 Pemeliharaan Alat


No Nama Alat Jumlah Kondisi Keterangan

1. Komputer 1 Dapat di pergunakan Bulan ini belum


dimaintenance dari
petugas IT
2. Trolly 1 Dapat di pergunakan Tempat menyimpan obat
Emergency dan alat emergency

91
3. ECG 1 Dapat dipergunakan Bulan ini belum
dimaintenance
4. Nebulizer 1 Dapat dipergunakan Bulan ini belum
dimaintenance
5. Suction 1 Dapat dipergunakan Bulan ini belum
dimaintenance
6. Tensimeter 1 Dapat dipergunakan Bulan ini sempat
Raksa mengalami kerusakan
sudah selesai diperbaiki
tanggal 20 Mei 2017
7 Tensimeter 1 Dapat dipergunakan Bulan ini sempat
Digital mengalami kerusakan
sudah selesai diperbaiki
tanggal 12 Mei 2017
8 Kursi Roda 2 Dapat dipergunakan Perawatan dan perbaikan
dilakukan jika ada
kerusakan
9 Stetoscope 2 Dapat dipergunakan Diperbaiki bila ada
kerusakan
10 AC 31 Kondisi sering Maintenance rutin
bermasalah, tidak dilakukan tapi masih
dingin,bocor,bunyi sering ada masalah.
nyaring
11 Televisi 21 Kondisi baik Maintenance rutin oleh
petugas IPS
12 Oxymeter 2 Bisa digunakan Bulan ini belum
dimaintenance
13 Glucometer 1 Bisa digunakan Bulan ini sudah
dilakukan maintenance
14 Timbang 2 Manual baik Bulan ini belum
berat badan dimaintenance
15 Lemari es 1 Kondisi baik Pengatur suhu lemari es
yang rusak sudah selesai

92
diperbaiki oleh tim IPS
pada tanggal 10 Mei
2017
16 Bed pasien 32 Manual baik Dibetulkan kalau rusak
saja atau ada keluhan.
Koordinasi denga
petugas IPSRS

17 Manometer 22 + 1 Untuk yang di bed Bulan ini untuk O2


(O2 pasien Bisa transport sudah
transpo digunakan, untuk O2 dimintakan memo DKB
rt transport rusak bulan Mei 2017 .
rusak)
18 Pesawat 1 Bisa digunakan Diperbaiki bila ada
telepun kerusakan
19 Hand Phone 1 Bisa digunakan Diperbaiki bila ada
Samsung kerusakan
20 Dispenser 2 1dispenser Sudah Diperbaiki oleh
mengalami petugas IPSRS selesai
kerusakan pada tanggal 19 Mei
2017

Analisa :

1. Jadwal maintenance alat pada bulan Januari 2017 sampai dengan bulan
Mei 2017 (Belum dilakukan maintenance alat). Kalibrasi alat hanya
glucometer saja)
2. Untuk Kebutuhan alat syring pump sangat diperlukan supaya tidak
bergantian dengan ruangan lain masih mengajukan permohonan alat

3.2.7 Inventaris Alat Tenun

93
No Nama Barang Jumlah Kondisi
Baik Rusak
1 Sprei 40 40 -
2 Selimut 40 40 -
3 Sarung bantal 40 40 -
4 Stik laken 40 40 -
5 Handuk 10 10 -
6 SarungOksigen 02centra 02centra -
7 Washlap Disposable Disposable -
8 Masker Dspossible Dispossible -

3.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan ( M3-Methods)


Penerapan pemberian Asuhan Keperawatan (MAKP)
Ruang Jasmine Silver saat ini menerapkan model asuhan
keperawatan Primary Nursing (perawat primer). Seluruh tugas perawat
dilaksanakan oleh empat orang perawat. Menurut kelompok ruangan
jasmin masih menjalankan model asuhan keperawatan profesional dengam
metode Primary Nursing (perawat primer). perawat senior lebih fokus
pada pendokumentasian sedangkan perawat junior lebih banyak
melakukan tindakan.
KUISONER MPK

KUISONER
TIMBANG TERIMA

1. Apakah timbang terima dilakukan setiap pergantian shift?


A selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
2. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
3. Timbang terima dilakukan dengan mengunjungi pasien
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
4. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
Tanya jawab dan validasi terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan

94
5. Dalam timbang terima difokuskan pada masalah keperawatan yang
kemungkinan masih muncul
a. Sangat sering c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
NB:
Selalu : nilai 4
Sering : nilai 3
Jarang dilakukan : nilai 2
Tidak pernah dilakukan : nilai 1
Kriteria
15-20 :baik
10-14 :cukup
5-9 :kurang

KUISONER
RONDE KEPERAWATAN

1. Apakah ruangan melakukan ronde keperawatan


a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
2. Pasien dilibatkan secara langsung
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
3. Pasien merupakan focus kegiatan
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
4. PA, PP, KONSELOR melakukan diskusi bersama
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
5. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan kepada
pasien
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan

NB:
Selalu : nilai 4
Sering : nilai 3
Jarang dilakukan : nilai 2
Tidak pernah dilakukan : nilai 1
Kriteria
15-20 :baik

95
10-14 :cukup
5-9 :kurang

KUISIONER
SENTRALISASI OBAT

1. Apakah ruangan melakukan sentralisasi obat


a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
2. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan pada staf yang ditunjuk
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
3. Keluarga mengetahui dan ikut serta mengontrol pengguna obat
a. Sangat sering c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
4. Dalam sentralisasi obat disediakan kartu control
a. Sangat sering c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
5. Informasi yang diberikan kepada pasien/keluarga diserahkan atau
ditunjukkan pada keluarga setelah pemberian
a. Sangat sering c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
6. Terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
NB:
Selalu : nilai 4
Sering : nilai 3
Jarang dilakukan : nilai 2
Tidak pernah dilakukan : nilai 1
Kriteria
17-24 :baik
11-17 :cukup
6-10 :kurang
KUISIONER
SUPERVISI

1. Apakah ruangan melakukan supervisi?


a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
2. Jika “ya” apakah supervisi dilakukan secara terstruktur
a. Selalu c. Jarang dilakukan

96
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
3. Supervisi yang dilakukan dengan menggunakan standart/kriteria
pengukuran
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
4. Kegiatan pasca supervisi dilakukan 3F
1) Fair ( penilaian )
2) Feedback ( timbale balik dan klarifikasi)
3) Follow up dan Reinforcement ( perbaikan dan imbalan )
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan

NB:
Selalu : nilai 4
Sering : nilai 3
Jarang dilakukan : nilai 2
Tidak pernah dilakukan : nilai 1
Kriteria
12-16 :baik
8-11 :cukup
4-9 :kurang

KUISIONER
DISCHARGE PLANNING

1. Apakah ruangan melakukan discharge planning


a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
2. Setiap pasien melaksanakan format discharge planning secara
lengkap sebelum pulang
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
3. Apakah PP memberikan konseling saat discharge planning
a. Selalu c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan
4. Apakah discharge planning disertai leaflet
a. Sangat sering c. Jarang dilakukan
b. Sering d. Tidak pernah dilakukan

NB:

97
Selalu : nilai 4
Sering : nilai 3
Jarang dilakukan : nilai 2
Tidak pernah dilakukan : nilai 1

Kriteria
12-16 :baik
8-11 :cukup
4-9 :kurang

Kesimpulan hasil analisis


1. Timbang Terima
Selama ini timbang terima sudah dilakukan pada pergantian shif jaga,
antara petugas shif dengan petugas shif selanjutnya. Timbang terima
sudah dilaksanakan secara sistematis tetapi dalam pendokumentasian isi
timbang terima berbeda dari satu individu ke individu lain tergantung
kondisi pasien. Timbang terima diawali dengan doa kemudian secara
lisan dilakukan timbang terima di nurse station dilanjutkan dengan
berkeliling di dalam ruangan perawatan dari satu pasien ke pasien yang
lain dan diakhiri di nurse station. Namun timbang terima belum ada
format pendokumentasian tertulis. Dari hasil analisa tanggal 12-17 juni
timbang terima yang dilakukan nilainya adalah 17 kriteria baik
2. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan sudah di lakukan dengan semua profesi tenaga
kesehatan. Pada bagian farmasi belum berjalan. Dari hasil analisa tanggal
12-17 juni ronde keperawatan yang dilakukan nilainya adalah 19 kriteria
baik
3. Sentralisasi Obat
Dari hasil pengumpulan data yang kami lakukan didapatkan hasil telah
dilakukan menggunakan UDD ( Unit Dosdis Pending). Dari hasil analisa

98
tanggal 12-17 juni sentralisasi obat yang dilakukan nilainya adalah 15
kriteria cukup
4. Supervisi Keperawatan
Ada supervisiornya sendiri yang bertanggung jawab selama 24 jam.
Supervisi keperawatan dilakukan oleh kepala ruangan secara tidak
langsung melalui pengamatan terhadap pelaksanaan tugas perawat.
Kepala ruangan mengamati pekerjaaan yang dilakukan perawat
kemudian memberikan evaluasi kepada perawat yang bersangkutan.
Perawat yang melakukan pekerjaan dengan baik mendapatkan reward
dari kepala ruangan yang berupa pujian sedangkan perawat yang
melakukan tugas kurang baik akan mendapat teguran dari kepala
ruangan. Dari hasil analisa tanggal 12-17 juni supervisi yang dilakukan
nilainya adalah 16 kriteria baik
5. Discharge planning
Perawat melakukan discharge planning tidak kepada semua pasien yang
akan keluar rumah sakit. Namun hanya pada pasien dengan indikasi
tertentu. Discharge planning diberikan di awal pasien tersebut masuk
sampai rencana pulang dan perawat menjelaskan ttg kondisi pasien,
anjuran dokter,kegiatan dirumah setelah keluar rumah sakit dan obat
yang akan di bawa pulang serta meminta tanda-tangan kepada pasien.
Dari hasil analisa tanggal 12-17 juni discharge planning yang dilakukan
nilainya adalah 13 kriteria baik

Pendokumentasian Keperawatan
Sistem pendokumentasian di ruang jasmin silver berdasarkan SOAP yang di
dokumentasikan dalam CPPT ( catatan perkembangan pasien terintegrasi). Teknik
komunikasi yang efektif menggunakan SBAR dan di dokumentasi kan di CPPT.

Tabel bagian dari dokumentasi pasien


URAIAN BAGIAN SUMBER
(DRM 1)
1 Ringkasan masuk keluar Dokter
2 Assesment Pre-admisi TPPRI

99
3 Perencanaan edukasi pasien dan keluarga TPPRI,Perawat dan
dokter
4 Persetejuan umum general consent TPPRI
5 Pernyataan pelepasan inforamsi medis TPPRI
6 Surat pernyataan pasien rawat inap TPPRI
7 Tata tertib pembiayaan pasien rawat inap TPPRI
8 Formulir pernyataan TPPRI,Perawat dan
dokter
(DRM 2)
1. Assesment medis gawat darurat Dokter
2 Assessment keperawatan gawat darurat Perawat
3 Assessment resiko jatuh Perawat
4 Assessment nyeri Perawat dan dokter
5 Assessment tahap terminal Dokter dan perawat
6 Form rekonsilisasi obat Apoteker,Dokter dan
Perawat
7 Formulir transfer pasien internal Dokter Perawat IGD
Perawat Ruangan
8 Ceklist persiapan transfer pasien external Dokter Perawat RS
Gatoel dan Dokter
serta Perawat RS
Rujukan
(DRM 3)
1 Assememnt awal medis rawat inap Dokter DPJP
2 Catatan perkembangan pasien terintegrasi Semua Tenaga
kesehatan RS Gatoel
3 Rencana asuhan keperawatan Semua Perawat
4 Implementasi perawat Semua perawat
5 Pengkajian pasien tahap akhir kehidupan Dokter
6 Formulir pemulangan pasien Dokter DPJP dan
perawat
(DRM 4)
1 Formulir edukasi pasien dan keluarga Semua Tenaga
terintegrasi Kesehatan RS Gatoel
2 Pengkajian ulang perawatan dan tindakan Semua perawat
3 Lembar observasi Semua perawat
4 Grafik perkembangan Semua perawat
5 Daftar pemberian obat perenteral Semua Perawat
6 Daftar pemberian obat non parenteral Semua Perawat
(DRM 5)
1 Formulir rencana pmulangan pasien / Dokter dan Perawat
discharge planning)

100
2 Resume medis pasien Dokter DPJP
3 Surat kelahiran Dokter, Bidan
4 Surat kematian Dokter DPJP
5 Laporan operasi Dokter DPJP, Perawat
Anastesi, Perawat
OK, Perawat Ruangan
(DRM 6)
1 Data surveilans pemakaian IV perifer Perawat, Kepala
Ruangan
2 Assessment kamar operasi (16 asesment) soft Dokter Anastesi
copy Perawat OK
3 Assessment Gizi (2 asesment) soft copy Ahli Gizi
4 Formulir ICU Dokter DPJP, Perawat
ICU

Penerimaan Pasien Baru


Selama ini setiap pasien baru di Ruang jasmine silver diantar kekamar kemudian
dilakukan pemeriksaan TTV. Dilakukan penjelasan/orientasi tentang fasilitas
ruangan dan fasilitas perawatan, dan perawat memperkenalkan diri. Menjelaskan
kepada pasien dokter siapa yang merawat atau DPJP ( dokter penanggung jawab
pasien) serta tindakan apa yang akan di lakukan kepada pasien.

3.4 Money (M4)


b. Upah
Standart UMK kota mojokerto Rp.1.750.000 PKWT.
Pegawai Magang Rp.500.000
Gaji pokok dan santunan khusus disesuaikan berdasarkan grade
level’sebagai berikut:

c.
Inseti ve

101
Dalam hal target kinerja perusahaan dapat dicapai dan keuangan
perusahaan memungkinkan,kepada karyawan dapat diberikan insentive
atau penghargaan yang ditetapkan dan di atur oleh Direksi dengan pola
pembagian sesuai kinerja masing-masing unit dan setelah mendapat ijin
pemegang saham.
Apabila kinerja perusahaan tidak mencapai target, maka bagi unit yang
realisasinya diatas RKAP,kepada karyawan unit tersebut dapat
diberikan insentive dengan memperhatikan pendapat SP PT Nusantara
Medika Utamadan setelah mendapat persetujuan Direksi.
c. Tunjangan
1. Tunjangan kesehatan: Bpjs, ketenagakerjaan+kesehatan
2. Tunjangan lembur
3. Tunjangan hari raya 1X gaji
4. Tunjangan hari tua/pension
5. Tunjangan sift malam @10.000
6. Tunjangan jabatan
7. Tunjangan struktural
8. Tunjangan fungsional
9. Tunjangan peralihan
10. Tunjangan siaga
11. Tunjangan pelaksanaan tugas( biaya perjalanan dinas dalam dan
luar negeri)
12. Tunjangan lokasi
13. Tunjangan pengumandahan
14. Tunjangan pisah keluarga
15. Biaya pindah
16. Biaya pendidikan.

d. Bantuan
1. Bantuan sarana transportasi
2. Bantuan komunikasi
3. Pakaian dinas
4. Asuransi personil

102
5. Santunan sosial
Semua gaji,tunjangan dan bantuan sudah ada ketentuan sendiri dan
sudah ada undang-undangnya.

e. Fasilitas : rawat inap untuk perawat di sesuiakan dengan level pangkat.


1. Level 12: rawat inap di kelas 2 ( tapi kebijakan kepala rumah sakit
penempatan di ruang kelas 1)
2. Level 11-6 (kepala ruangan) : rawat inap kelas 2 ( kebijakan dari
kepala rumah sakit penempatan di VIP)
3. Level 5: rawat inap di VIP
4. Level 4-1 : rawat inap di super VIP
5. Ini hanya berlaku untuk karyawan/karyawati tidak untuk Batih
( anak dan suami)
f. Tarif Kelas Satu Jasmine Silver
1. Tarif kamar : Rp. 350.000/ hari
2. Visite Dr. Spesialis : Rp.100.000
3. Visite Dr. Perusahaan : Rp. 70.000
4. Visite dr. Umum : Rp. 85.000
5. Foto terapi : Rp. 200.000
6. Pemakaian Ambubag : Rp. 35.000
7. RJP : Rp. 55.000
8. Drainage/ Suction : Rp. 85.000
9. ECG : Rp. 60.000
10. Pembacaan ECG : Rp. 15.000
11. Syringe Pump : Rp. 90.000
12. Infus Pump : Rp. 40.000
13. Monitor Pasien : Rp.125.000
14. Askep Kelas 1 : Rp. 55.000
15. Pasang Infus Dewasa : Rp. 70.000
16. Pasang Infus Balita : Rp.100.000
17. Pengawasan Transfusi : Rp. 75.000
18. O2 : 3000/jam
19. Rawat Luka : Rp. 35.000
20. Supcosutoria : Rp. 11.000
21. Drain : Rp. 33.000
22. Sonde : Rp. 17.000/tindakan
23. Pasang Cateter : Rp. 90.000
24. Lepas Cateter : Rp. 20.000
25. Perawatan luka stoma : Rp. 75.000
26. Scherens : Rp. 15.000
27. TTV : Rp. 15.000
28. Nebulizer : Rp, 40.000
29. Konsultasi terapi,advice : Rp. 40.000/ telepon
30. Ganti linen : Rp. 30.000
31. Tindakan IV/SC/IM : Rp. 20.000/tindakan

103
32. Bladder training : Rp. 70.000
33. Keramas : Rp. 75.000

104
3.5 Marketing (M5)
3.5.1 Daftar Dokter Dan Jabatan
NO. DOKTER JABATAN
1. Dr. Sri Harnowo, Sp.KFR Dokter Spesialis Rehab Medik
2. Dr. Moh. Jumali, Sp.PD Dokter Spesialis Penyakit Dalam
3. Dr. Rudy Cahyo Nugroho, Sp.B Dokter Spesialis Bedah Umum
4. Dr. Jan Frederik Tahalele, Sp.B Dokter Spesialis Bedah Umum
5. Dr. Samsuri, Sp.P Dokter Spesialis Paru
6. Dr. M. Fikry Firdaus, Sp.An Dokter Spesialis Anastesi
7. Dr. Widhy Pramono, Sp.B Dokter Spesialis Bedah Umum
8. Dr. Albert Liangtono T, Sp.S Dokter Spesialis Syaraf
9. Dr. Gembong Witjaksono, Sp.Jp Dokter Spesialis Jantung
10. Dr. Dian Kalista, Sp.OT Dokter Spesialis Bedah Orthopedi
11. Dr. Tutut Sriwiludjeng Tirto, Sp.THT Dokter Spesialis THT
12. Dr. Syamsul Arief, Sp.THT-KL Dokter Spesialis THT
13. Dr. Sugeng Mulyadi, Sp.U Dokter Spesialis Urologi
14. Dr. Supiansyah, Sp.PD Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Dokter Spesialis Syaraf (Ketua
15. Dr. Heru Rustiadi, Sp.S
Komite Medik)
16. Dr. Nur Cholis, Sp.Bs Dokter Spesialis Bedah Syaraf
17. Dr. Revi, Sp.Jp Dokter Spesialis Jantung
18. Dr. Triastutik, Sp.A Dokter Spesialis Anak
19. Dr. Vita, Sp.A Dokter Spesialis Anak
Dokter Spesialis Bedah Umum,
20. Dr. Djoko, Sp.Bu (Onk) (K)
Onkologi (Konsultan)
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
21. Dr. Chandra
(Konsultan Ginjal dan HT)

105
Indeks kepuasan pasien
a. Perhitungan per triwulan.
b. Untuk ruang Jasmine
Bulan Mei Dari 221 pasien rawat inap menyatakan puas dan ada 6 pasien
yang memberikan masukan , kami kategorikan sebagai tidak puas
Rumus : standart indikator kepuasaan – hasil pembagian= hasil
Hasil pembagian : 6÷221═ 0.027
Standart : 90%
Hasil standart- pembagian : 90-0.027= 89.97%

Standart Analisa Data Hasil


Angka ≥90% Dari 221 pasien 89,97 %
kepuasan rawat inap
pasien
menyatakan

puas , ada 6

pasien yang

memberikan

masukan , kami

kategorikan

sebagai tidak

puas

Strategi marketing
1. Penyuluhan keperusahaan
2. Penyuluhan kemasyarakatan
3. Penyuluhan PKK,kelurahan+kabupaten
4. Talk show dengan radio
5. Gathering dengan agenasuransi dan dr. spesialis
6. RTD(rountablediskusion) dengan perusahaan
CSR :
1. Check up Gratis
2. SenamDiabet
3. Khitanmassal gratis tiap 6 bulansekali

106
4. CFD denganperusahaan bank di mojokerto
5. Fasilitas HD
6. Onkologi
7. Poli eksekutif
8. Trauma center
Debit (non tunai)
Pasien swasta. Proses pembayaran tunai
Tunai

 Swasta asuransi/rekanan => Biling =>klaimkan keanggaran


/ perusahaan oleh pihak rumah sakit
 BPJS sesuai hak =>tidak membayar sama sekali
 BPJS selisih : II-I
III-II perhitungannya Ina cbg 5, bpjs kls tertinggi-
kelasterendah
III-I

 BPJS selisih - VIP Perhitungannya 75% dari INA dan di


tambah kamar
 BPJS selisih - VVIP B
- VVIP A perhitungannya biling ke Rs-Ina
CBG’5
- Anggrek Platinum

Semua harus melalui inform Concent bermaterai.

107
BAB 4
ANALISA SWOT

4.1 Man (M1)


MAN (M1) BOBOT RATING SKOR

Internal Faktor (IFAS)


Strength
1. Jumlah perawat di ruang Jasmine Silver 0,1 3 0.3
sudah sesuai dengan perhitungan menurut
WISN
2. Adanya struktur organisasi ruangan 0,2 4 0.8
3. Setiap perawat yang bertugas di ruangan 0,2 4 0.8
Jasmine Silver telah mendapat pelatihan
sebanyak ± 3 kali.
4. Sebanyak 66,67 % perawat di ruang 0,2 4 0.8
Jasmine Silver berpendidikan S1
Keperawatan
5. Adanya reward bagi perawat yang 0,2 4 0.8
kinerjanya baik
6. Adanya ketentuan dalam pemberian 0,1 3 0.3
reward
Weakness
1. Masih ada tenaga kerja perawat 0,3 2 0.6
berpendidikan D3
2. Kurangnya tenaga kerja perawat laki-laki 0,3 2 0.6
3. BOR ruangan periode 12-17 Juni belum 0,4 4 1.6
memenuhi target (80%)

108
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Dengan adanya pelatihan maka akan 0,5 4 2
terjadinya peningkatan kualitas pelayanan.
2. Adanya peningkatan kunjungan pasien 0,5 4 2
baru
Threat 0,2 2 0,4
1. Kesejahteraan perawat menurun 0,8 3 2,4
2. Kunjungan pasien menurun

Ifas = 3.8 – 2.8 = 1


Efas= 4 – 2.8= 1,2

109
4.2Material (M2)
MATERIAL (M2) BOBOT RATING SKOR

Internal Faktor (IFAS)


Strength
1. Kapasitas tempat tidur 32 bed 0,2 4 0,8
2. Adanya buku-buku protab dan SPO di 0,1 3 0,3
ruangan
3. Ners Station berada di tengah-tengah 0,1 3 0,3
ruangan
4. Fasilitas, sarana dan prasarana menunjang 0,1 3 0,3
pemberian pelayanan kesehatan.
5. Bila alat tenun kotor saat itu juga langsung 0,1 3 0,3
diganti dilakukan oleh petugas linen.
6. Persediaan O2 secara sentral 0,2 4 0,8
7. Adanya tombol on call di setiap rungan 0,1 3 0,3
pasien
8. Mobilitas klien yang tinggi, yaitu rata-rata 3 0,1 3 0,3
hari perawatan

Weakness
1. Perawat tidak bisa mengawasi seluruh klien, 0,4 4 1,6
karena kondisi ruangan tidak
memungkinkan.
2. Ada sebagian alat yang belum dilakukan 0,3 3 0.9
maintenance
3. Ada sebagian alat yang belum tersedia sesuai 0,3 2 0.6
standar Depkes
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Dengan adanya O2 sentral kebutuhan pasien 0,5 4 2
segera terpenuhi
2. Adanya penambahan alat tenun sesuai 0,5 4 2

110
program rumah sakit tiap tahun.

Threat
1. Kerusakan alat-alat kesehatan baik disengaja 0,8 4 3,2
atau tidak karena kurangnya perawatan.
2. Tidak adanya waktu untuk maintenence alat 0,2 3 0,6
sesuai jadwal yang sudah dijadwalkan

Ifas = 3,7 – 3.1 = 0.6


Efas = 4– 3.8 = 0.2

111
4.3 Metode (M3)

METODE (M3) BOBOT RATING SKOR

Internal Faktor (IFAS)


Strength
1. Timbang terima dilakukan setiap pergantian 0,2 4 0,8
shift
2. Timbang terima dilakukan dengan 0,2 4 0,8
mengunjungi pasien
3. Perawat yang melakukan timbang terima 0,1 3 0,3
dapat melakukan klarifikasi, Tanya jawab
dan validasi terhadap hal-hal yang
ditimbang terimakan
4. Terdapat supervisi yang bertanggung jawab 0,1 3 0,3
selama 24 jam.
5. Sistem pendokumentasian di ruang Jasmine 0,2 4 0,8
Silver berdasarkan SOAP yang di
dokumentasikan dalam CPPT ( catatan
perkembangan pasien terintegrasi)
6. Di ruang Jasmine Silver menerapkan model 0,2 4 0,8
asuhan keperawatan Primary Nursing
(Perawat Primer)
Weakness
1. Ronde keperawatan sudah di lakukan 1 2 2
dengan semua profesi tenaga kesehatan tapi
belum didokumentasikan
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Kejadian misskomunikasi rendah 0,8 4 3,2
2. Adanya kejelasan tugas 0,2 3 0,6

112
Threath
1. Tidak adanya bukti tertulis tentang obat 1 3 3
jika terjadi insiden.
Ifas = 3,8 – 2 = 1.8
Efas = 3,8– 3 = 0.8

113
4.4 Money (M4)
MONEY (M4) BOBOT RATING SKOR
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Gaji karyawan sudah disesuaikan dengan 0,2 4 0,8
Standart UMK kota mojokerto
2. Banyak tunjangan untuk karyawan yang 0,2 4 0,8
bisa sangat bermanfaat bagi hidupnya.
3. Adanya daftar tarif pelayanan di Ruang 0,2 4 0,8
Jasmin Silver Lt.2
4. Adanya tunjangan lembur, tunjangan hari 0,2 4 0,8
raya 1Xgaji, tunjangan haritua/pension, dan
tunjangan sift malam @10.000
5. Adanya tarif yang ditentukan untuk setiap 0,2 4 0,8
tindakan yang telah dilakukan
Weakness
1. Tarifnya mahal 0,8 4 3,2
2. Job disk perawat lebih banyak 0,2 3 0,6
pendelegasian dari profesi lain

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya tunjangan kesehatan: Bpjs, 1 4 4
ketenagakerjaan+kesehatan bagi perawat.
Threat
1. Kunjungan pasien menurun karena 0,8 4 3,2
adanya tarif yang mahal
2. karyawan yang mengundurkan diri 0,2 3 0,6
karena terbebani pekerjaan yang bukan
job disk nya.

114
Ifas = 4 – 3,8 = 0,2
Efas = 4 – 3,8= 0,2

115
4.5 Marketing (M5)

N
STRENGHT BOBOT RATING SKOR
O
1. Lokasi rumah sakit yang strategis yang 0,2 4 0,8
berada di kota dengan tempat yang
mudah ditemukan, dan dekat dengan
bisnis lokal (minimarket, warung, toko)
2. Bermitra dengan banyak asuransi dan 0,2 4 0,8
perusahaan.
3. Pelayanan yang lengkap dilihat dari poli 0,1 4 0,4
yang ada, dokter spesialis berjumlah 21
orang
4. Struktur organisasi yang dilengkapi 0,1 3 0,3
subbag marketing
5. Memiliki keunggulan HD, onkologi, poli 0,1 4 0,3
eksektif dan trauma center
6. Adanya upaya pemasaran yang telah 0,1 4 0,4
dilaksanakan disuatu rumah sakit
7. Adanya kerja sama dengan bank swasta 0,1 4 0,4
dalam proses pembayaran
8. Adanya kerjasama institusi pendidikan 0,1 3 0,3
kesehatan
WEAKNESS
1. Masyarakat mencari mutu pelayanan 1 3 3
kesehatan yang baik dan murah
OPPORTUNITY
1. Di ruang jasmine menerima segala 1 4 4
kritikan dan keluhan pasien yang dapat
membangun dan meningkatkan kualitas
pelayanan
THREATS

116
1. Adanya Rumah sakit swasta yang lebih 0,8 4 3,2
2 baik fasilitasnya sebagai pesaing

2. Terdapat rumah sakit yang mematok 0,2 3 0,6


harga murah

Ifas = 3,7 – 3 = 0.7


Efas = 4 – 3,8 = 0.2

4.6 Matrix

M3 (1.8,0.8)

M1 (1,1.2)

M5 (0.7,0.2)

M2 (0.6,0.2)

M4 (0.2,0.2)

KETERANGAN:
M14.7
= 1,Kesimpulan
1.2
M2 = 0.6 , 0.2
M3 = 1.8 , 0.8
M4 = 0.2Setelah
, 0.2 dilakukan analisis swot dan dibuat diagram maka kami
M5 = 0.7menyimpulkan
, 0,2 bahwa hasil swot M1-M5 berada pada posisi kuadran 1
(positif,positif) dimana ruangan tersebut dapat menggunakan strategi
strenght-opportunity yaitu dapat memanfaatkan seluruh kekuatan dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

117
Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi
dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan
secara maksimal.

4.8Strategi
1. Sebaiknya pelatihan yang diberikan kepada perawat bersifat continue dan
dilakukan monitoring evaluasi dalam pelaksanaanya guna meningkatkan
mutu pelayanan di Ruang Jasmin Silver.
2. Komunikasi yang efektif tetap ditingkatkan antar profesi guna
meningkatkan mutu pelayanan.
3. Sarana dan Prasarana (baik medis / non medis) yang ada di ruang Jasmin
Silver sebaiknya dilakukan kalibrasi sesuai jadwal dan maintenence secara
berkala.
4. Melakukan koordinasi dengan keluarga pasien berhubungan dengan
sentralisasi obat.
5. Tetap koordinasi dengan marketing dalam upaya meningkatkan jumlah
kunjungan pasien.

118
BAB 5
EVALUASI KEGIATAN
5.1 Kekurangan Gelombang 1-3
Masih kurang lengkap data:
1. M1 jumlah kepegawaian masih salah, penilaian reward atau mutu kerja
karyawan.
2. Data M2 kurang lengkap jumlah buku protap serta analisa sarana
prasarana lainnya.
3. Data M3 kurang format timbang terima,discharge planning dan sentralisasi
obat.
4. Data M4 kurang detail penjelasan tentang gaji karyawan dan macam-
macam tunjangannya.
5. Data M5 kurang format reward atau penilaian mutu kerja karyawan,indeks
kepuasaan pasien.
6. Kesimpulan tidak sesuai matriks dan dalam memberi rating terdapat
kesalahan penempatan sehingga menghasilkan kuadran yang salah
padahal banyak strenght-opportunity dari pada weakness- threat.
5.2 Evaluasi Hasil Akhir Gelombang 4
Validasi data sudah lengkap dan Kekurangan M1-M5 sudah dilengkapi.
1. Sudah melengkapi jumlah kepegawaian , penilaian reward atau mutu kerja
karyawan(format terlampir).
2. Sudah melengkapi buku protap dan menganalisa sarana prasarana yang
kurang.
3. Format timbang terima dari rumah sakit memang belum diterbitkan, ada
format discharge planning dan sentralisasi obat.(terlampir).
4. Penjelasan tentang gaji karyawan dan macam-macam tunjangannya sudah
dijelaskan beserta rincian grade level.
5. Format reward atau penilaian mutu kerja karyawan,penjelasan indeks
kepuasaan pasien. (terlampir).
6. Kesimpulan sesuai matriks dan dalam memberi rating sesuai yang
menjadi penilaian prioritas, sehingga menghasilkan kuadran yang tepat.

119
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kajian SWOT merupakan alat analisis yang cukup baik, efektif, dan
efisien sebagai alat yang cepat dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan
yang berkaitan dengan organisasi, baik itu kemungkinan hal terbaik maupun
yang terburuk.
Kajian SWOT sebagai alat bantu untuk memeperluas dan mengembangkan
visi dan misi suatu organisasi, juga dapat melihat kemungkinan perubahan
masa depan suatu perusahaan.
Kunci keberhasilan didukung oleh sumber daya manusia, dukungan
manajemen yang baik, kualitas media yang baik, pelayanan yang memuaskan,
serta harga yang cukup bersaing.
Analisis lingkungan internal dan eksternal merupakan faktor terpenting
dalam mempengaruhi suatu keberhasilan. Empat komponen utama yaitu
efisiensi, inovasi, kualitas serta respon terhadap pelanggan/ masyarakat yang
menentukan keunggulan kompetitif.

6.2 Saran
Dengan kajian SWOT ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
perkembangan sumber daya manusia,sarana prasarana,metode, keuangan,dan
sistem marketingnya. Nilai-nilai tersebut secara bersamaan dianalisis dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi, baik
lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Agar bisa menjadi ruangan
yang lebih inovasi dan berkualitas.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan kita tentang kajian SWOT dalam membangun ruangan atau
organisasi agar lebih berkembang dan maju.

120

Anda mungkin juga menyukai