Anda di halaman 1dari 13

IDENTIFIKASI GIGI BERDASARKAN USIA

Pembimbing : drg. Sri Melvina RM, Sp.KG


Disusun oleh:

Ulyn ni mah 20190420032


Walid Abdullah 20190420033
Ummu aiman 20190420187
Yepa putri 20190420192

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas ini “IDENTIFIKASI
GIGI BERDASARKAN USIA” dengan lancar. Tugas ini disusun sebagai salah satu
tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian forensic RS. Bhayangkara
h.s. samsoeri mertojoso polda jatim, dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pengetahuan penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan tugas ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Sri Melvina RM, Sp.KG. selaku pembimbing
2. Para dokter di bagian forensic forensic RS. Bhayangkara h.s. samsoeri mertojoso
polda jatim
Penulis menyadari bahwa seminar yang disusun ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan.
Semoga seminar ini dapat memberikan manfaat.

Surabaya, januari 2020

Penulis

i
Daftar isi
Kata Pengantar .................................................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1

BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................................................. 2

2.1 Perkiraan Usia Pada Prenatal Hingga Bayi ................................................................... 2

2.1.1 Radiografi .................................................................................................................... 2

2.2 Perkiraan Usia Pada Anak Anak Hingga Remaja ........................................................... 2

2.2.1 Radiografi .................................................................................................................... 2

2.2.2 Demirjian ..................................................................................................................... 3

2.2.3 Pertumbuhan Premolar Ketiga .................................................................................... 5

2.3 Perkiraan Usia Pada Dewasa ......................................................................................... 5

2.3.1 Metode Gustafson ............................................................................................. 5

2.3.2 Metode Radiografi dari Kvaal ................................................................................... 6

2.3.3 Metode dentin johnson ........................................................................................ 7

2.3.4 Metode incremental line of cementum ................................................................... 7

2.3.5 Metode Rasemisasi asam aspartate .......................................................................... 8


BAB III PENUTUP....................................................................................................................... 9

4.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Blakang.

Identifikasi pada gigi untuk penentuan usia adalah suatu hal yang penting dalam perawatan
gigi untuk menentukan diagnosis yang akurat dan strategi terapi yang tepat. Gigi adalah data
forensik penting, karena gigi masih bisa ditemukan bahkan setelah semua jaringan lain telah
hancur (Yun et al., 2007). Penentuan usia di dunia forensik juga menjadi hal yang penting
bagi ahli forensik untuk bisa mengungkap identitas korban di lokasi kejadian.

Area anatomi manusia paling penting yang dapat digunakan untuk menentukan umur
seseorang adalah area gigi dan area pergelangan tangan (Tanner et al., 2001). Gigi dapat
memberikan informasi untuk estimasi usia kronologis seseorang sebelum dewasa (Grimoud
et al., 2012). Gigi dapat bertahan lebih lama daripada tulang sehingga gigi biasa dijadikan
bukti identifikasi forensik. Usia gigi bisa dinilai melalui observasi waktu erupsi dan derajat
mineralisasi pembentukan gigi pada hasil radiograf panoramik (Nakas et al., 2013)

Pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan hal yang harus diperhatikan, Usia
kronologis adalah usia berdasarkan periode waktu lahir (Dorland, 2012). Usia kronologis
banyak digunakan untuk mengetahui berapa umur seseorang secara cepat. Usia kronologi
menjadi indikator yang lemah untuk menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda
(Bhanat & Patel, 2013). Penentuan usia kronologis secara umum hanya berlaku apabila
identitas asli orang tersebut diketahui secara lengkap.

peneliti membuat metode penilaian untuk menentukan usia gigi berdasarkan tahap kalsifikasi
gigi pada gigi permanen, seperti Demirjian, Nolla, Goldstein dan Van der linden.
Tahun 2006, Roberto Cameriere menemukan sebuah metode untuk menentukan usia
kronologis berdasarkan pada hubungan antara usia dan pengukuran apeks terbuka di tujuh
gigi permanen rahang bawah sebelah kiri pada 455 anak di Italia dengan ras kaukasoid
(Cameriere et al., 2006).

GIGI mempunyai peran di bidang kedokteran forensik yaitu dalam proses identikasi individu.
dapat digunakan untuk menentukan identitas seseorang dan meninggal karena kecelakaan,
kejahatan ataupun karena bencana alam karena ini merupakan material biologis dan paling
tahan terhadap perubahan lingkungan. Dari semua arinan keras pada tubuh manusia gigi
memiliki kelebihan yaitu stabil dan tidak mudah rusak selama penimpanan. Berdasarkan
pengalaman di lapangan gigi mempunyai kontribusi.

1
BAB II
TINAJAUN PUSTAKA

2.1 Perkiraan usia pada prenatal hingga bayi


2.2.1 Radiografi
Radiografi dari rahang janin pada usia 4 sampai 5 bulan intra uteri menunjukkan proses
perkembangan dari maksila dan mandibula. Pada mandibula terlihat pembentukan crypta dari
insisivus sentral, lateral dan caninus decidui. Usia 6 sampai 7 bulan intrauterine akan
menunjukkan perkembangan yang lebih lanjut dari mandibula dan maksila. Bentuk dari ramus
mandibula dan processus coronoideus mulai terlihat, dan kalsifikasi insisivus terlihat sangat jelas
terutama pada rahang atas.

Pada saat kelahiran, perkembangan maksila dan mandibula telah berada pada tahap yang lanjut,
klasifikasi enamel dari gigi insisivus sentral sampai molar kedua sudah terloihat dengan jelas. Pada
mandibula, insisivus sentral telah mengalami kalsifikasi pada hamper setengah mahkota, dan
keadaan perkembangan ini hamper sama dengan insisivus lateral. Cups dari kaninus dan semua
molar decidui dapat terlihat dengan jelas, tapi masih sedikit terjadi kalsifikasi pada mahkota. Pada
maksila, kalsifikasi dari gigi hamper sama dengan mandibula, hanya pada mandibula tahap
perkembangan sedikit lebih maju.

Gambaran rahang bayi usia 6 bulan akan terlihat bentuk dari processus condyles dan coronoideus.
Pada mandibula, insisivus sentral decidui telah erupsi, dan akarnya terbentuk setengah. Tampak
seperti bitnik enamel yang terlihat paa satusisi dari akar masing – masing insisivus sentral decidui
adalah mahkota insisivus sentral permanen yang baru berkalsifikasi. Maksila tahap kalsifikasi gigi
geligi decidui hamper sama dengan mandibula dan insisivus sentral terlihat hamper erupsi.
Insisivus sentral permanen yang baru mengalami kalsifikasi juga terlihat di belakang insisivus
sentral decidui.

Gambaran radiografi dari rahang bayi usia 12 bulan menunjukkan bahwa insisivus sentral dan
lateral baik bawah maupun atas telah erupsi dan telah mengalami tahap pembentukan akar
yang lebih lanjut. Terdapat kalsifikasi awal dari mahkota dari mahkota insisivus, caninus, dan
molar pertama permanen kecuali insisivus lateral atas.

2.2 perkiraan usia pada anak anak hingga remaja


2.2.1Radiografi
Estimasi umur pada anak-anak dan remaja adalah berdasarkan pada waktu erupsi gigi
dan kalsifikasi gigi. Analisis radiografi ini dilakukan apabila anak sedang pada
perkembangan gigi, dan secara khusus pada saat tidak terdapatnya lagi keterangan-
keterangan lain yang dapat dijadikan
sebagai indikator dalam mengestimasi umur (dengan rentang umur 6 bulan – 2,5 tahun).
Metode estimasi umur pada anak-anak dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori:1)
model atlas yaitu sebuah diagram yang menggambarkan struktur perkembangan gigi
yang berkaitan dengan pola erupsi; dan 2)metode yang membutuhkan beberapa bentuk
tahapan inkremental dari perkembangan gigi. Kedua metode tersebut mengandalkan foto
panoramik dengan kualitas tinggi untuk mengetahui perkembangan gigi. Diagram tersebut
ditemukan oleh Schour dan Masseler pada tahun 1941 dan dimodifikasi di tahun 1944
yang secara historikal merupakan atlas estimasi umur yang paling banyak diteliti.

2
2.2.2 Demerjian
Metode ini didasarkan pada tahapan perkembangan 7 gigi permanen rahang bawah kiri
melalui foto rontgen panoramik, didasarkan pada kriteria bentuk dan nilai relative dan
bukan pada panjang mutlak gigi. Metode ini didasarkan pada estimasi usia kronologis
yang disederhanakan dengan membatasi jumlah tahapan perkembangan gigi menjadi
delapan tahapan dan memberinya skor mulai dari “A” hingga “H”. Delapan tahapan
tersebut mewakili klasifikasi masing – masing gigi, mulai dari klasifikasi mahkota dan
akar hingga penutupan apeks gigi.
Tahap mineralisasi menurut metode Demirjian adalah proses kalsifikasi benih gigi tetap
dari benih gigi tanpa kalsifikasi sampai selesainya pembentukan akar gigi (Gambar 1)
yaitu:
1. Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal, tanpa disertai fusi dari kalsifikasi bagian lain.
2. Tahap B: Fusi dari titik mineralisasi; kontur permukaan oklusal sudah terlihat.
3. Tahap C: Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan dimulai proses disposisi dentin.
4. Tahap D: Pembentukan mahkota sudah selesai
5. Tahap E: Panjang akar gigi lebih pendek daripada tinggi mahkotanya
6. Tahap F: Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota
7. Tahap G: Pembentukan akar sudah selesai, tetapi foramen apikalnya masih terbuka
8. Tahap H: Foramen apikal sudah tertutup.

Gambar 1. Tahap kalsifikasi gigi tetap menurut Demirjian, dkk. berakar tunggal (a) dan
berakar ganda (b).

3
(Sumber: Kartika A.D, Metode Penentuan Usia Melalui Gigi dalam Proses Identifikasi Korban.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Jember Indonesia. Vol 43 2016)
Demirjian menggunakan penilaian gigi yang diubah ke dalam skor dengan menggunakan
table untuk anak laki – laki dan anak perempuan secara sendiri – sendiri. Semua skor
untuk masing – masing gigi dijumlah dan skor maturasi dihitung. Skor maturasi kemudian
dikonversi langsung ke dalam usia gigi dengan menggunakan table konversi.
Tabel 1. Nilai dari berbagai macam pembentukan gigi. Tabel tersebut dibuat pada bagian
mandibula kiri.

4
Tabel 2. Tabel konversi chart untuk pengukuran usia gigi, dihitung berdasarkan sistem
nilai dari pembentukan gigi.

2.2.3 Pertumbuhan Molar ketiga


Estimasi umur berdasarkan radiografik menjadi permasalahan setelah mencapai umur 17 tahun
oleh karena pada umur ini terjadi pertumbuhan molar ketiga16. Namun hal tersebut justru
dijadikan acuan untuk molar ketiga sebagai indikator dalam mengestimasi umur. Terdapat dua
metode estimasi umur berdasarkan pertumbuhan molar ketiga yaitu metode Harris dan Nortje
dan metode sistem Heerden

2.3 perkiraan usia pada dewasa


2.3.1 Metode Gustafson

Pada tahun 1950, Gosta Gostafson mengembangkan sebuah metode estimasi umur berdasarkan
perubahan morfologis dan histologis pada gigi geligi. Perubahan-perubahan yang dimaksud antara
lain: Derajat atrisi (A), jumlah dentin sekunder (P), posisi perlekatan ginggiva (S), derajat resporasi
akar (C), transparansi dentin akar (R), dan ketebalan sementum (T). Untuk mendapatkan nilai
estimasi umur dengan metode Gustafson, maka setiap perubahan diberikan skor 0-3 berdasarkan
perubahan yang terjadi. Keenam skor tersenut dijumlahkan dan dimasukkan ke dalam rumus Y=
11.43 + 4.56X dimana X adalah total skor dan Y merupakan estimasi umur. Kekurangan dari
metode ini adalah tidak dapat digunakan pada individu yang masih hidup.

5
2.3.2 Metode Radiografi dari Kvaal

Kvaal dkk mengembangkan metode berdasarkan hubungan antara umur dan ukuran pulpa.
Pengukuran besar pulpa diambil dengan radiografi periapikal. Enam gigi yang harus diperiksa yaitu
insisivus sentral, insisivus lateral dan premolar kedua pada rahang atas dan insisivus lateral,
kaninus dan premolar pertama pada rahang bawah. Rumus metode Kvaal adalah:
Umur= 129,8 – (316,4 x M) (6,8 x [W-L]
Keterangan dari rumus tersebut:
R = panjang pulpa ke akar,
P = panjang pulpa ke gigi,
T = panjang gigi ke akar,
A = lebar pulpa ke akar pada CEJ,
C = lebar pulpa ke akar di pertengahan akar,
B = lebar pulpa ke akar pada titik tengah antara C dan A,
M = rata-rata semua rasio selain T,
W = rata-rata lebar rasio B dan C,
L = rata-rata panjang rasio P dan R.

Gambar : Diagram pengukuran Kvaal dkk. (1995) (sumber: Moshfeghi M, Ghojazadeh M,


Sadrabad ZK, Shadkar MM, Shadkar Z. Age estimation in an Iranian population based on
pulp/tooth ratio (PTR). Research Journal of Medicine 2014;8(3):117)

Rumus perhitungan ini dapat benar-benar akurat apabila meliputi pemeriksaan pada satu
rahang, dan menjadi lemah apabila hanya mengukur pada kaninus mandibula.
Pada dasarnya semua gigi dapat digunakan dalam mengestimasi umur dengan metode
Kvaal11. Namun di antara semua gigi tersebut adalah gigi kaninus yang paling baik karena
lebih sering ditemui pada orang yang dewasa. Hal ini dikarenakan gigi kaninus yang memiliki
ketahanan paling tinggi di antara gigi-gigi anterior lainnya dengan ruang pulpa yang paling
besar sehingga mudah untuk dianalisis.

6
2.3.3 Metode dentin johnson

 Gigi
Gigi insisivus
 Bagian yang diperiksa :
A=Atrisi, S=Dentin sekunder, P=Paradontosis, C=Sementum apoptosis, T=Transparansi/
translusensi akar, R=Resorpsi akar
 Cara aplikasi : Modifikasi metode Gustafson menggunakan 6 kriteria yang sama tetapi berbeda
dalam pembagian skoring yaitu 0, 0.5, 1, 1.5, 2, 2.5, 3. Masukkan dalam formula :Age = 11.02 +
(5.14*A) + (2.3*S) + (4.14*P) + (3.71*C) + (5.57*R) + (8.98*T)

2.3.4 Metode incremental line of cementum

Penentuan usia biologis seseorang secara akurat tetap menjadi masalah dalam
antropologi fisik. Dalam bioarkeologi, usia seorang individu adalah dasar untuk analisis
lebih lanjut dari karakteristik demografis dan adaptif populasi tulang (acsádi & nemeskéri
1970; ubelaker 1989). Dalam ilmu forensik, penentuan usia yang tepat adalah persyaratan
yang diperlukan untuk identifikasi individu (garmus 1996). Seluruh rangkaian metode
penentuan usia telah diuraikan - baik makroskopik (untuk ringkasan, lihat szilvássy 1988)
dan mikroskopis (uytter-schaut 1985). namun, baik antropolog dan pakar forensik menilai
metode ini jauh dari sempurna (lihat rösing & kvaal 1998). pencarian metode baru terus
berlanjut. Gigitiruan adalah yang paling tahan lama dan seringkali merupakan sistem yang
sangat informatif untuk organisme vertebrata, dan banyak metode penentuan usia
didasarkan pada gigi. warna dan fluoresensi, meskipun berkorelasi dengan usia, adalah
penggunaan terbatas pada bioarchaeol-ogy karena gigi rentan terhadap perubahan warna
karena kondisi tanah (rösing & kvaal 1998).
pengikisan permukaan pengunyahan, sering digunakan dalam bioarchaeology,
tergantung pada pola makanan (miles 1978; ubelaker 1989), dan, kecuali kalibrasi untuk
populasi tertentu dilakukan (mays 1998), hanya memberikan perkiraan hasil. penggunaan
sifat-sifat lain seperti resorpsi periodontal atau penebalan semen akar (lamendin et al.
1992) juga dapat menyebabkan kesalahan besar. sinar-x gigi secara teknis rumit, dan
kesalahan standarnya substansial (kvaal & solheim 1994). penebalan semen akar hanya
berkorelasi sedang dengan usia dan tergantung pada jenis kelamin individu (solheim
1990), serta penyakit periodontal (lihat hürzeller & zander 1959, tetapi disengketakan oleh
grosskopf et al. 1996). sejak tahun 1950-an, bagian tipis gigi yang tidak didekalsifikasi
telah digunakan (gustafson 1950, 1966; lampe & rötzscher 1994) untuk evaluasi enam
sifat pada bagian memanjang - gesekan mahkota, dentin sekunder, perubahan
periodontal, aposisi semen akar gigi, resorpsi dari root, dan root translucency.
menurut kilian (1975), metode ini memiliki kesalahan rendah hanya 3,6-1,8 tahun,
walaupun spesialis lain lebih skeptis (maples & rice 1979; lucy & pollard 1995). beberapa
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan dan / atau memodifikasi metode gustafson
(maples 1978; kashyap & koteswara rao 1990; xu dkk. 1991; lucy dkk. 1996; untuk yang
lain lihat rösing & kvaal 1998)
struktur lapisan dalam gigi telah dikenal selama bertahun-tahun (malpighi mencatat
lapisan dalam sementum pada abad ke-17, retzius dan owen dalam dentin pada abad ke-
19) dan mempelajari berbagai mamalia (misalnya, scheffer 1950; sergeant & pimlott 1959;

7
rausch 1961; saxon & higham 1968; stott et al. 1981, zvjagin & stanchev1986). kadang-
kadang lapisan tiga dimensi, seperti kerucut ini disebut cincin, karena pada penampang
melintang mereka memang muncul sebagai aneksasi konsentris. Meskipun mekanisme
yang tepat dari penampilan mereka masih diperdebatkan, diperkirakan bahwa mereka
terkait dengan pertumbuhan ontogenetik, sehingga istilah «garis inkremental» sering
digunakan. Karena lapisan-lapisan dentin sekunder diendapkan dalam rongga pulpa gigi,
proses ini dibatasi oleh ruang terbatas, yang kemudian mempersulit upaya untuk
menghitung garis. Dengan demikian, sementum akar gigi terlihat lebih menarik, karena
lapisan-lapisan diendapkan pada permukaan luar, dan tidak ada batasan untuk
peningkatan jumlah garis tambahan.
Deposisi tahunan garis-garis tersusun dari lapisan musim panas yang lebar dan ringan
yang kaya akan cementocytes, dan lapisan musim dingin yang lebih sempit dan lebih
gelap, hampir seluruhnya terdiri dari garam kalsium. Investigasi pada hewan
mengungkapkan bahwa keteraturan pengendapan dipengaruhi oleh lingkungan
(perubahan iklim, kuantitas dan kualitas makanan), serta fluktuasi metabolisme termasuk
siklus reproduksi dan kebiasaan makan (grue & jensen 1979; stallibrass 1982; gordon
1993). Dengan demikian, an annulasi tersebut sangat jelas untuk hewan dengan
perbedaan musiman yang mencolok dalam aktivitas dan makan (klevezal 1970; stott et
al. 1981). Metode ini digunakan untuk estimasi umur berbagai mamalia liar (sergeant &
pimlott 1959; mcewan 1963; wada et al. 1975; klevezal & kleineberg 1976; morris 1978).
Dalam penentuan usia tersebut, cincin tahunan dihitung dan usia erupsi gigi rata-rata
ditambahkan (zuhrt et al. 1978); penambahan usia yang dicapai pada panjang akar
tertentu (rösing & kvaal 1998) mungkin lebih presisi tetapi belum diuji sejauh ini. Dalam
estimasi usia manusia, bagian gigi yang mengalami demineralisasi dan mineralisasi,
bernoda dan tidak bernoda dapat digunakan.
Mayoritas peneliti menemukan korelasi tinggi antara jumlah garis inkremental dan usia
kronologis (stott et al. 1981; condon et al. 1986; kvaal & solheim 1995). direkomendasikan
untuk memperbaiki bagian-bagian dasar gigi yang tidak dikalsifikasi (naylor et al.1985),
terutama ketika jumlah komponen organik berkurang karena berbagai faktor seperti
kremasi dan kondisi tanah (grosskopf 1989, 1990). namun beberapa penelitian telah gagal
menemukan hubungan antara jumlah annulasi semen dan usia individu dan menganggap
penggunaan metode ini mustahil (miller et al. 1988).
2.3.5 Metode Rasemisasi asam aspartate

 Gigi :
Dentin, enamel, dan sementum gigi
 Bagian yang di periksa :
Rasio asam aspartat D/L pada gigi
 Cara aplikasi :
Teknik kromatografi gas (GC) maupun High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Rasio
D/L diukur dalam tiga fraksi yaitu TAA (total amino acid), SP (soluble peptide), dan IC (insoluble
collagen).

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode identifikasi usia melalui gigi dengan beberapa macam bentuk memiliki kelebihan dan
kekurangan. Hal tersebut bisa bergantung oleh beberapa faktor penyebab yang membutuhkan
penyesuaian. kemudian perlu juga di lanjutkan adanya penelitian lebih lanjut dengan metode
metode yang baru yang bisa menyesuaikan penggunaan teknologi yang baru sehingga
identifikasi usia melalui gigi memberikan info yang sangat akurat utk meningkatkan derajat
validitasnya.

9
Daftar Pustaka

1. Rakosi T, Jonas I, Greber TM. Orthodontic Diagnosis : Color Atlas Dental Medicine
Thieme 1992; 1: 98-107.

2. Kurita LM, Menezes AV, Casanova MS, Haiter-neto F. Dental Maturity as an


Indicator of Chronological Age: Radiograph Assesment of Dental Age in a Brazilian
Population. J Appl Oral Sci 2007; 2: 99-104.

3. Willems G, Van Otmen A, Spiessens B, carels C. Dental Age Estimation in Belgian


Children: Dermijian’s Technique Revisited. J Forensic Sci 2001;464(4):893-895.

4. Willershausen I, Forsch M, Willershausen B. Possibilities of dentalage assessment in


permanent teeth: a review. Dentistry, 2012; S:1

5. Adams C, Carabott R, Evans S. Forensic odontology An essential guide. UK: John Wiley
& Sons, Ltd, 2014; p.137-9, 152

6. Priyadarshini C, Puranik MP, Uma SR. Dental age estimation methods: A review.
International Journal of Advanced Health Sciences, 2015;12(1):20-2

7. Putri AS, Nehemia B, Soedarsono N. Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi
untuk kepentingan forensik kedokteran gigi. Jurnal PDGI 2013 Sept-Des;62(3):55-62

8. Kumar KK. Dental age estimation using amino acid racemization. Indian J Dent Res
2008; 19(2): 172-74.
9. Stavrianos C, Mastagas D, Stavrianou I, Karaiskou O. Dental Age Estimation of Adults:
A Review of Methods and Principals. Res J Med Sci 2008; 2(5): 258- 68.

10

Anda mungkin juga menyukai