Disusun oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, makalah yang berjudul
“Pertumbuhan Dan Perkembangan Wajah ” dapat diselesaikan.
Begitu banyak bimbingan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drg. Ketut Virtika Ayu, M.Biomed atas segala bimbingan dalam pembuatan
makalah.
2. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun turut
mendukung dalam terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan yang
patut untuk diperbaiki. Oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan sehingga penulis menjadi lebih baik lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
kedokteran gigi di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................3
1.4 Manfaat................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
2.1 Pertumbuhan Nasomaxillary...............................................................6
2.1.1 Gigi Berpindah Tempat..............................................................6
2.1.2 Penyesuaian Oklusal...................................................................7
2.2. Pertumbuhan Equivalen Craniofacial.................................................8
2.2.1 PertumbuhanEquivalen Hunter dan Enlow................................12
2.3 Faktor Pengontrol Pertumbuhan Pada Craniofacial...........................13
2.3.1 Faktor Lokal Morfogenesis Craniofacial ...................................17
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Osifikasi Endochondral................18
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Osifikasi Intramembran ...............17
2.4 Pengaruh Proses Pertumbuhan............................................................19
BAB III PENUTUP.............................................................................................21
3.1 Kesimpulan..........................................................................................21
3.2 Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Setiap makhluk hidup mengalami suatu proses yang sangat kompleks sejak pre-
natal (masa sebelum kelahiran) hingga post-natal (setelah kelahiran). Suatu proses yang
bisa kita sebut proses kuantitatif merupakan proses perubahan-perubahan normal yang
terjadi dalam hal jumlah bagian-bagian makhluk hidup tersebut, seperti ukuran, tinggi,
panjang, bentuk, volume dan lain-lain yang bisa dihitung serta dapat dinyatakan dengan
angka. Proses yang kedua yaitu suatu proses kwalitatif dimana berlangsung secara
bertahap menuju ke arah pematangan (maturity) yang tidak dapat di nyatakan dengan
angka (tidak bisa dihitung).
Diketahui ada tiga hal yang saling berkaitan dalam melaksanakan perawatan
ortodonsia pada kasus-kasus yang berhubungan dengan modifikasi (redirection)
pertumbuhan tulang-tulang wajah (Faruk, 2007). Pertama, terdapat asumsi bahwa
pertumbuhan tulang pada umumnya tidak dapat diubah secara klinis baik dengan alat-
alat ortodonti cekat yang konvensional, maupun dengan alat ortodonsia fungsional.
Kedua, pengalaman klinis menunjukkan bahwa bila pendekatan atau prosedur
perawatan yang diberikan berbeda, baik dalam hal waktu pelaksanaan serta lamanya
perawatan, maka akan diperoleh pula hasil yang berbeda. Ketiga, adanya perbedaan
persepsi mengenai diagnostik serta validitasnya dalam mengidentifikasi kaitan
pertumbuhan dengan kurangnya pertumbuhan atau perkembangan rahang pada usia
muda yang diyakini sebenarnya berpola normal khususnya pada anak-anak.
Pengetahuan biologi dasar dapat pula dipakai sebagai pertimbangan untuk menetapkan
waktu dimulainya perawatan ortodonti berdasarkan modifikasi pertumbuhan yang masih
ada, sehingga dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki kelainan dentofasial. Dikenal
empat faktor yang dapat menerangkan hal tersebut, yaitu pertama, proses ontogeni
secara umum; ke dua, prinsip ontogeny khusus, yaitu prinsip sutura dan kondila
temporo mandibula; ke tiga implikasi akibat adanya modifikasi pertumbuhan
dentofasial; dan ke empat, hasil riset di masa mendatang tentang hubungan perawatan ,
ortopedik-ortodonti pada kelainan dentofasial.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
Tengah: Ketegangan yang berubah elfeksi pada jahitan wajah mengarah ke deposisi
tulang sutural.
Gigi bawah berpindah tempat bersama dengan tulang alveolar, ke arah atas,
sehingga membentuk oklusi.Gigi seri yang lebih rendah dan proses alveolusnya
bergerak secara lingual akibat pertumbuhan remodeling. Pada saat yang sama, tulang
baru disimpan di sekitar dagu.
Tiga hipotesis pertumbuhan yang paling umum berbeda, yaitu bahwa fungsi
kontrol utama morfogenesis dikaitkan dengan jenis jaringan yang berbeda. Menurut
Sicher (1952), osteogenesis dari chondrocranium dan desmocranium di kontrol murni
secara genetik, dan jahitan adalah struktur jaringan yang dominan. Scott (1967)
menerapkan mekanisme kontrol ini ke jaringan tulang rawan dan periosteal, sedangkan
Moss dan Salentijn (1969) melokalisasi fungsi kontrol untuk osteogenesis kraniofasial
di jaringan lunak sekitarnya daripada jaringan keras.
Hipotesis yang lebih baru mengasumsikan bahwa perkembangan kerangka
wajah postnatal dikendalikan oleh sistem multifaktorial yang dipengaruhi oleh faktor
intrinsik, genetik, dan lokal (van Limborgh, 1970 dan Petrovic, 1970).
Faktor epigenetik adalah faktor yang ditentukan secara genetik, dan efektif di
luar sel dan jaringan tempat mereka diproduksi. Faktor epigenetik hanya terjadi secara
tidak langsung, karena reaksi dari struktur yang mereka pengaruhi. Menurut van
Limborgh, faktor-faktor ini dapat memiliki efek pada struktur yang berdekatan seperti
faktor epigenetik lokal (pengaruh induksi embrionik, otak, mata, telinga bagian dalam)
atau diproduksi pada jarak dan mengerahkan pengaruh epigenetik umum (jenis kelamin
dan hormon pertumbuhan).
Baik faktor lingkungan lokal dan umum mengatur atau memodifikasi
morfogenesis yang dikendalikan oleh genom. Faktor-faktor lingkungan setempat (mis.
Kekuatan otot selama terapi alat fungsional) jauh lebih besar pengaruhnya terhadap
kontrol pertumbuhan kraniofasial postnatal daripada faktor-faktor umum (mis.
Makanan, suplai oksigen). Untuk dapat menilai pentingnya faktor lokal terhadap
etiologi maloklusi dan jenis-jenis pengobatan yang mungkin, efeknya terhadap dua
bentuk pertumbuhan tulang kraniofasial yang berbeda, yaitu osifikasi endochondral dan
osifikasi intramembran.
Proses ini dipengaruhi secara minimal oleh faktor epigenetik dan lingkungan
setempat. Ini menjelaskan fakta bahwa dasar tengkorak lebih tahan terhadap deformasi
daripada desmocranium.