Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ORTHODONSIA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WAJAH

Disusun oleh :

Ida Ayu. E. Mentari (1806122010031)


I G.A.A. Indyra Intan Mutiarasari P. (1806122010032)
Kadek Agus Juni Saputra (1806122010033)
Kadek Audya Agrasidi (1806122010034)
Kadek Bagus Ranggadiputra M. (1806122010035)
Kadek Devi Dian Pratiwi (1806122010036)
Kadek Dhira Wigata (1806122010037)
Kadek Kuwera Paramartha (1806122010038)
Kadek Yoga Bagaskara (1806122010039)
Ketut Andri Sena (1806122010040)
Kharisma Prasanthi (1806122010041)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, makalah yang berjudul
“Pertumbuhan Dan Perkembangan Wajah ” dapat diselesaikan.
Begitu banyak bimbingan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drg. Ketut Virtika Ayu, M.Biomed atas segala bimbingan dalam pembuatan
makalah.

2. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun turut
mendukung dalam terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan yang
patut untuk diperbaiki. Oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan sehingga penulis menjadi lebih baik lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
kedokteran gigi di masa yang akan datang.

Denpasar, 12 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................3
1.4 Manfaat................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
2.1 Pertumbuhan Nasomaxillary...............................................................6
2.1.1 Gigi Berpindah Tempat..............................................................6
2.1.2 Penyesuaian Oklusal...................................................................7
2.2. Pertumbuhan Equivalen Craniofacial.................................................8
2.2.1 PertumbuhanEquivalen Hunter dan Enlow................................12
2.3 Faktor Pengontrol Pertumbuhan Pada Craniofacial...........................13
2.3.1 Faktor Lokal Morfogenesis Craniofacial ...................................17
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Osifikasi Endochondral................18
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Osifikasi Intramembran ...............17
2.4 Pengaruh Proses Pertumbuhan............................................................19
BAB III PENUTUP.............................................................................................21
3.1 Kesimpulan..........................................................................................21
3.2 Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Tabel 4.1 Variabel dan Definisi Operasional...................................................................25

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian........................................................................27


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup mengalami suatu proses yang sangat kompleks sejak pre-
natal (masa sebelum kelahiran) hingga post-natal (setelah kelahiran). Suatu proses yang
bisa kita sebut proses kuantitatif merupakan proses perubahan-perubahan normal yang
terjadi dalam hal jumlah bagian-bagian makhluk hidup tersebut, seperti ukuran, tinggi,
panjang, bentuk, volume dan lain-lain yang bisa dihitung serta dapat dinyatakan dengan
angka. Proses yang kedua yaitu suatu proses kwalitatif dimana berlangsung secara
bertahap menuju ke arah pematangan (maturity) yang tidak dapat di nyatakan dengan
angka (tidak bisa dihitung).

Di dalam bidang ortodonsia dibahas secara khusus mengenai pertumbuhan dan


perkembangan yang terjadi pada tulang wajah (craniofacial skleton), hal ini sangat
penting karena pengetahuan ini sangat membantu untuk suatu keadaan penyimpangan
dari keadaan normal, jika dokter gigi/mahasiswa menemukan suatu keadaan yang
berbeda ataupun menyimpang dari normal, maka dengan mempelajari pengetahuan
tentang pertumbuhan dan perkembangan craniofacial ini mampu menentukan diagnosa
yang tepat mengenai penyimpangan yang terjadi. Setelah menemukan kelainan yang
terjadi pada pasien, dokter gigi/mahasiswa bisa mempelajari penyebab utama mengapa
hal tersebut bisa terjadi, dan yang terakhir adalah rencana perawatan. Pengetahuan
tentang pertumbuhan dan perkembangan pada craniofacial dipadukan dengan diagnose
yang tepat sangat membantu dalam hal penentuan perawatan yang tepat pula.

Diketahui ada tiga hal yang saling berkaitan dalam melaksanakan perawatan
ortodonsia pada kasus-kasus yang berhubungan dengan modifikasi (redirection)
pertumbuhan tulang-tulang wajah (Faruk, 2007). Pertama, terdapat asumsi bahwa
pertumbuhan tulang pada umumnya tidak dapat diubah secara klinis baik dengan alat-
alat ortodonti cekat yang konvensional, maupun dengan alat ortodonsia fungsional.
Kedua, pengalaman klinis menunjukkan bahwa bila pendekatan atau prosedur
perawatan yang diberikan berbeda, baik dalam hal waktu pelaksanaan serta lamanya
perawatan, maka akan diperoleh pula hasil yang berbeda. Ketiga, adanya perbedaan
persepsi mengenai diagnostik serta validitasnya dalam mengidentifikasi kaitan
pertumbuhan dengan kurangnya pertumbuhan atau perkembangan rahang pada usia
muda yang diyakini sebenarnya berpola normal khususnya pada anak-anak.
Pengetahuan biologi dasar dapat pula dipakai sebagai pertimbangan untuk menetapkan
waktu dimulainya perawatan ortodonti berdasarkan modifikasi pertumbuhan yang masih
ada, sehingga dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki kelainan dentofasial. Dikenal
empat faktor yang dapat menerangkan hal tersebut, yaitu pertama, proses ontogeni
secara umum; ke dua, prinsip ontogeny khusus, yaitu prinsip sutura dan kondila
temporo mandibula; ke tiga implikasi akibat adanya modifikasi pertumbuhan
dentofasial; dan ke empat, hasil riset di masa mendatang tentang hubungan perawatan ,
ortopedik-ortodonti pada kelainan dentofasial.

Berdasarkan penelusuran kepustakaan diatas, terlihat bahwa pengetahuan dan


wawasan mengenai pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada craniofacial
sangat penting untuk dipahami dan merupakan suatu dasar dari perawatan ortodontik
yang diberikaan kepada penderita kelaianan pada daerah wajah. 1

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana pertumbuhan nasomaxillary?

1.2.2 Bagaimana pertumbuhan ekuivalen pada craniofacial?

1.2.3 Bagaimana pengaruh faktor pengontrol pertumbuhan pada craniofacial?

1.2.4 Bagaiamana pengaruh proses pertumbuhan osteogenesis pada craniofacial?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui pertumbuhan nasomaxillary

1.3.2 Untuk mengetahui pertumbuhan ekuivalen pada craniofacial


1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh faktor pengontrol pertumbuhan pada
craniofacial

1.3.4 Untuk mengetahui pengaruh proses pertumbuhan osteogenesis pada


craniofacial

1.4 Manfaat

1.4.1 Sebagai bahan informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan


craniofacial pada manusia.

1.4.2 Meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa kedokteran


gigi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pertumbuhan Nasomaxillary

Pertumbuhan nasomaxillary merupakan bagian dari tumbuh kembang


dentokraniofasial, dentokraniofasial itu sendiri memiliki arti struktur anatomi yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak, rahang, gigi ataupun
kombinasi gigi dan rahang yang akan mempengaruhi bentuk wajah. Pertumbuhan
nasomaxillary diproduksi/dihasilkan oleh 2 mekanisme dasar, yaitu:

1. Perpindahan pasif, dibentuk oleh pertumbuhan basis kranial yang


mendorong maksila maju kedepan.
2. Pertumbuhan aktif struktur maksila dan hidung.

Menurut Enlow, kompleks nasomaxillary dipindahkan ke arah interior karena


pembesaran jaringan lunak yang berdekatan.

Tengah: Ketegangan yang berubah elfeksi pada jahitan wajah mengarah ke deposisi
tulang sutural.

Kanan: Dengan demikian, kontak sutura berkelanjutan dipertahankan (Eniow, 1982).

2.1.1 Gigi berpindah tempat

Perpindahan kompleks nasomaxillary menyebabkan gigi atas bergerak secara


pasif dari posisi 1) ke 2). Kanan: Secara bersamaan, gigi bergerak secara aktif dari
posisi 2) ke 3) karena remodeling tulang pada soket alveolar mereka. Proses ini
berlangsung paralel dengan proses pembentukan ulang palatum keras dan premaxilla.

2.1.2 Penyesuaian oklusal

Gigi bawah berpindah tempat bersama dengan tulang alveolar, ke arah atas,
sehingga membentuk oklusi.Gigi seri yang lebih rendah dan proses alveolusnya
bergerak secara lingual akibat pertumbuhan remodeling. Pada saat yang sama, tulang
baru disimpan di sekitar dagu.

Perpindahan pasif maxilla merupakan mekanisme yang penting selama periode


gigi susu, namun menjadi kurang penting pada pertumbuhan syncondrosis dari basis
cranii secara lambat yang ditandai dengan kelengkapan pertumbuhan saraf sekitar umur
7 tahun.Struktur nasal terjadi pada perpindahan pasif yang sama sebagaimana maksila.
Hidung tumbuh lebih cepat dari wajah, selama pertumbuhan remaja. Pertumbuhan
hidung di dapat dari peningkatan ukuran kartilago nasal septum. Sebagai tambahan,
proliferasi lateral kartilago mengubah bentuk hidung, dan berkontribusi terhadap
peningkatan ukuran luarnya. Pertumbuhan hidung secara garis besar bervariasi,
bergantung dari masing-masing orang.
2.2 Pertumbuhan Ekuivalen Pada Craniofacial

Konsep pertumbuhan ekuivalen Hunter-Enlow adalah prinsip penting yang


meliputi pengembangan kerangka wajah. Ketika masing-masing komponen tengkorak
berkembang ke arah yang berbeda, mereka harus berinteraksi langsung untuk
mengimbangi berbagai kegiatan pertumbuhan. Ini dicapai dengan pertumbuhan
ekuivalen yang bertindak berlawanan arah.

Pertumbuhan ekuivalen ini mengoordinasikan gerakan-gerakan yang berbeda


dari dasar kranial, kompleks nasomaksilaris, dan mandibula, yang disebabkan oleh
perkembangan, dan dengan demikian menentukan perubahan adaptif dalam kaitannya
dengan masing-masing bagian tengkorak. Sebagai contoh, perpanjangan basis kranial
anterior berhubungan dengan pembesaran kompleks nasomaksilaris.

Gangguan selama realisasi pola pertumbuhan ini menyebabkan anomali


kraniofasial. Gangguan dapat terkait dengan disproporsional dari padanan dalam bidang
vertikal atau horizontal.

2.2.1 Pertumbuhan setara berdasarkan Hunter dan Enlow

1. Basis kranial anterior (a), kompleks spheno-oksipital


(b), kompleks nasomaxillary (c) dan mandibula (d)
adalah di antara masing-masing komponen
tengkorak.
2. Pemanjangan dasar kranial anterior (x) dikaitkan
dengan pembesaran yang sesuai dari kompleks
nasomaxillary. Yang terakhir tumbuh ke arah
posterior (g) dan dipindahkan ke anterior (f) pada
saat yang sama.
3. Pertumbuhan synchondrosis spheno-occipital (m, k)
merupakan pertumbuhan yang ekuivalen untuk
nasofaring (p) dan ramus mandibula (d). Ramus
tumbuh ke arah posterior (g) dan seluruh mandibula
bergeser ke depan (z). Proses ini mengkompensasi
hubungan sagital lengkung mandibula dengan kompleks nasomaxillary yang
menonjol.
4. Perpanjangan vertikal dari musus dan ramus (b dan d) membentuk pertumbuhan
yang ekuivalen untuk perkembangan vertikal kompleks nasomaxillary (c). Proses
yang disebutkan terakhir didasarkan pada pertumbuhan nasal (na) dan maxillo-
alveolar (av). Ramus tumbuh posterior dan ke atas (g) dan bergerak ke bawah
dengan kompensasi pertumbuhan kondilus (y).

2.3 Faktor Pengontrol Pertumbuhan Pada Craniofacial

Pertumbuhan tulang postnatal, terdiri dari pembesaran dan remodeling,


didasarkan pada proses osifikasi intramembran dan endochondral yang terjadi pada
tulang pipih, epifisis, dan sutura. (Tulang panjang dan pendek diafisis bayi yang baru
lahir sudah mengeras). Proses pertumbuhan postnatal berlangsung dalam kurun waktu
kurang lebih 20 tahun. Pertumbuhan terjadi dalam struktur individu masing-masing ke
berbagai arah. Kontrol morfogenesis yang kompleks membutuhkan mekanisme
regulator biologis yang tepat.

Tiga hipotesis pertumbuhan yang paling umum berbeda, yaitu bahwa fungsi
kontrol utama morfogenesis dikaitkan dengan jenis jaringan yang berbeda. Menurut
Sicher (1952), osteogenesis dari chondrocranium dan desmocranium di kontrol murni
secara genetik, dan jahitan adalah struktur jaringan yang dominan. Scott (1967)
menerapkan mekanisme kontrol ini ke jaringan tulang rawan dan periosteal, sedangkan
Moss dan Salentijn (1969) melokalisasi fungsi kontrol untuk osteogenesis kraniofasial
di jaringan lunak sekitarnya daripada jaringan keras.
Hipotesis yang lebih baru mengasumsikan bahwa perkembangan kerangka
wajah postnatal dikendalikan oleh sistem multifaktorial yang dipengaruhi oleh faktor
intrinsik, genetik, dan lokal (van Limborgh, 1970 dan Petrovic, 1970).

Jika diasumsikan bahwa pembentukan tulang hanya ditentukan oleh


pemograman endogenik saja (Sicher, 1952), perawatan ortodontik untuk maloklusi
herediter akan memiliki prognosis yang buruk selama seluruh periode pertumbuhan

2.3.1 Faktor Lokal Terkait Morfogenesis Craniofacial

Menurut van Limborgh (1970, 1972) morfogenesis kraniofasial dikendalikan


oleh lima faktor berbeda: faktor genetik intrinsik, faktor epignetik lokal dan umum, dan
faktor lingkungan lokal dan umum. Menurut teori pertumbuhan ini, faktor-faktor lokal
serta faktor genetik dan umum dapat menyebabkan anomali.

Faktor-faktor genetik intrinsik mengerahkan pengaruhnya di dalam sel-sel di


mana mereka terkandung dan menentukan karakteristik sel dan jaringan. Faktor Genetik
intrinsik penting untuk mengontrol diferensiasi kraniofasial, bahkan mungkin
pertumbuhan tulang intramembranosa.

Faktor epigenetik adalah faktor yang ditentukan secara genetik, dan efektif di
luar sel dan jaringan tempat mereka diproduksi. Faktor epigenetik hanya terjadi secara
tidak langsung, karena reaksi dari struktur yang mereka pengaruhi. Menurut van
Limborgh, faktor-faktor ini dapat memiliki efek pada struktur yang berdekatan seperti
faktor epigenetik lokal (pengaruh induksi embrionik, otak, mata, telinga bagian dalam)
atau diproduksi pada jarak dan mengerahkan pengaruh epigenetik umum (jenis kelamin
dan hormon pertumbuhan).
Baik faktor lingkungan lokal dan umum mengatur atau memodifikasi
morfogenesis yang dikendalikan oleh genom. Faktor-faktor lingkungan setempat (mis.
Kekuatan otot selama terapi alat fungsional) jauh lebih besar pengaruhnya terhadap
kontrol pertumbuhan kraniofasial postnatal daripada faktor-faktor umum (mis.
Makanan, suplai oksigen). Untuk dapat menilai pentingnya faktor lokal terhadap
etiologi maloklusi dan jenis-jenis pengobatan yang mungkin, efeknya terhadap dua
bentuk pertumbuhan tulang kraniofasial yang berbeda, yaitu osifikasi endochondral dan
osifikasi intramembran.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Osifikasi Endochondral

Pertumbuhan synchondroses kranial (mis. Synchondrosis sphenoethmoidal dan


spheno-occipital) dan bahwa osifikasi endokhondral selanjutnya ditentukan oleh
chondrogenesis. Chondrogenesis terutama dipengaruhi oleh faktor genetik, mirip
dengan pertumbuhan mesenkim wajah selama embriogenesis awal dan fase diferensiasi
dalam kartilago kranial dan jaringan tulang.

Proses ini dipengaruhi secara minimal oleh faktor epigenetik dan lingkungan
setempat. Ini menjelaskan fakta bahwa dasar tengkorak lebih tahan terhadap deformasi
daripada desmocranium.

Faktor-faktor epigenetik dan lingkungan lokal tidak dapat mempromosikan atau


menghambat jumlah pembentukan tulang rawan. Mereka hanya memiliki sedikit efek
pada bentuk dan arah osifikasi endochondral. Efek ini telah dianalisis selama
pertumbuhan kondilus mandibula (Gbr. 52).
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Osifikasi Intramembran
Osifikasi desmokranium intramembran (jahitan dan periosteum) dimediasi oleh
struktur mesenkimal skeletogenetik dan dicapai dengan deposisi tulang dan resorpsi
tulang.

Proses ini dikendalikan hampir seluruhnya oleh faktor-faktor lokal epigenetik


dan lingkungan lokal (yaitu dengan kekuatan otot, tekanan eksternal lokal, otak, mata,
lidah, saraf, dan secara tidak langsung, oleh osifikasi endokhondral). Faktor genetik
hanya memiliki efek morfogenetik tidak spesifik pada osifikasi intramembran dan hanya
menentukan batas eksternal dan jumlah pertumbuhan serta periode pertumbuhan.

Sedangkan anomali yang dihasilkan secara genetik terutama mempengaruhi


osifikasi endokhondral, faktor lingkungan lokal dan epigenetik, termasuk langkah-
langkah terapi ortodontik, mempengaruhi osifikasi intramembran secara langsung
(Gambar 53).

2.4 Pengaruh Proses Pertumbuhan


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. Faruk Hoesin.2007.Indikator Kebutuhan Perawatan Ortodonsia Sebagai


Instrumen Perencanaan Perawaan Ortodonsia.Jurnal Departemen Ortodonsia
Universitas Indonesia: (1-2)
2. http://www.jdentistry.ui.ac.id/index.php/JDI/article/viewFile/446/338
diakses pada hari Selasa, 12 Mei 2020
3. Enlow DH, Handbook of Facial Growth , Philadelphia,W.B Saunder
Co.,1966:66-100.
4. http://www.jdentistry.ui.ac.id/index.php/JDI/article/viewFile/446/338
diakses pada hari Selasa, 12 Mei 2020

Anda mungkin juga menyukai