Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KASUS

TORUS PALATINUS

Nama : Rizkyanisa N
NIPP : 20184020090

MODUL LESI ORAL


PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
LAPORAN KASUS
LESI ORAL

A. DATA PASIEN
Nama Pasien : Uray Vega
No. RM :
Usia : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Yogyakarta

B. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien seorang wanita berusia 23 tahun datang dengan keluhan terdapat
benjolan pada langit-langit di dalam rongga mulut. Pasien sudah menyadari
terdapat benjolan tersebut sejak 5 tahun yang lalu. Pasien mengaku tidak pernah
mengeluhkan adanya rasa sakit pada benjolan tersebut dan pasien belum pernah
memeriksakan ataupun mengobati benjolan tersebut ke dokter gigi. Pasien
mengaku tidak mengetahui apakah kedua orang tuanya memiliki keluhan hal
serupa. Pasien mengatakan bahwa ukuran benjolan tersebut tidak dirasakan
adanya pembesaran (konstan).

2. Pemeriksaan Objektif
Terdapat lesi noduler yang terletak pada midline palatum durum, berwarna
sewarna mukosa seperti area disekitarnya, berukuran 2x1,5 cm, berjumlah single,
konsistensi keras, berbatas jelas dan berbentuk lobuler.
C. ASSESSMENT
Ddx : - Eksistosis
- Torus Palatinus
Dx : Torus Palatinus

D. TERAPI
Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif dan objektif yang telah dilakukan, maka
pada kasus di atas dapat dilakukan observasi pada torus palatinus pasien.
Treatment planning :
1. KIE
- Terkait apa yang terjadi pada rongga mulut pasien.
- Menginformasikan kepada pasien bahwa hal tersebut merupakan salah satu
dari variasi normal dan merupakan suatu keganasan di dalam rongga mulut.
- Menginformasikan kepada pasien terkait perawatan dari keluhan pasien.
2. Observasi
Pasien tidak memiliki keluhan seperti rasa sakit atau rasa mengganggu perawatan
lain di rongga mulut seperti ortho lepasan, maka perawatan yang pilih adalah
melakukan observasi.
3. Kontrol dan evaluasi
E. PEMBAHASAN
Torus adalah suatu pembesaran, penonjolan yang membulat pada rongga mulut.
Torus yang terletak pada palatum keras disebut torus palatinus dan torus yang terletak
pada lingualis rahang bawah disebut torus mandibularis (Pederson, 1995). Torus
palatinus lebih umum ditemukan dibandingkan dengan torus mandibularis. Prevalensi
torus palatinus sebesar 42,9% sedangkan torus mandibularis sebesar 12,6%.
Torus palatinus merupakan penonjolan tulang yang umum terjadi di tengah
palatum durum. Torus palatinus pada rongga mulut biasanya terdiri dari tulang
kanselous yang matur dan padat dikelilingi tulang kortikal dengan ketebalan
bervariasi.
Torus palatinus memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi, berdasarkan
bentuknya, klasifikasi torus adalah sebagai berikut (Archer, 1975) :
1. Convex sessile : lunak, pertumbuhan keluar, bilateral, biasanya simetris.
2. Nodular : massanya bersifat semifuse (agak menyebar), ukurannya berariasi dan
ada sejumlah peninggian tulang yang semi pedunculated.
3. Lobular : kebanyakan menyerupai bentuk nodular yang pertumbuhannya lebih
cepat dan sangat luas serta memunyai banyak undercut. Bagian dasarnya
pedunculated tapi hal ini sangat sukar dilihat pada torus lobular yang besar sampai
beberapa segmennya sudah diekspose dengan refleksi dari membrane
mukoperiosteal.
4. Spindle : bentuknya panjang tipis, tampak disepanjang midline ridge. Spindle
juga dapat mempunyai bentuk tapered. Bentuk tapered ini merupakan bentuk
yang tidak biasa dari tori spindle yang besar

Faktor etiologi dari terjadinya torus palatinus, antara lain :


- Genetik
Beberapa penelitian menunjukan bahwa torus dapat diturunkan secara autosomal
dominan.
- Lingkungan
Adanya injury suoerfasial merupakan respon fungsional individual.
- Konsumsi obat
Penggunaan obat-obatan seperti phenitoin dalam jangka waktu panjang
merupakan faktor yang dapat meningkatkan ukuran torus karena phenitoin akan
mempengaruhi peningkatan hemostatis kalsium yang berfungsi sebagai agen
osteogenik.

Perawatan yang dapat dilakukan untuk menangani torus antara lain :


a. Tindakan Non Bedah
Perawatan torus secara non bedah ialah dengan observasi. Hal tersebut dapat
dilakukan apabila tidak ada keluhan dan tidak mengganggu perawatan lain.
b. Tindakan Bedah
Perawatan torus secara bedah ialah dengan torus removel. Indikasi dari
dilakukannya torus removal yaitu jika torus tersebut membesar dan pasien merasa
terganngu dengan adanya torus tersebut, sehingga dapat menghambat fungsi dari
rongga mulut itu sendiri, serta jika torus mengganggu perawatan dalam rongga
mulut yang lain.

F. KESIMPULAN
Torus palatinus adalah penonjolan tulang yang sering terjadi pada palatum durum
yang termasuk kedalam variasi normal pada rongga mulut. Torus palatinus apabila
tidak terdapat keluhan dan tidak mengganggu perawatan lain dirongga mulut, maka
perawatan yang dapat dilakukan ialah observasi.

Yogyakarta, 25 Juni 2019


Mengetahui,

Mahasiswa Dosen Pembimbing

Rizkyanisa N, S. KG drg. Erlina Sih Mahanani, M. Kes

Anda mungkin juga menyukai