Pemeriksaan Objectif:
Pemeriksaan Intra Oral:
Atas 2 1 1 4 Jumlah DI = 17
2 2 1 5
Bawah 1 2 2 5
1 1 1 3
Jumlah 3 3 3 3 9 8
3 3 2 8
5 5 4
CI Kanan Atas Kiri Jumlah
Atas 3 1 2 6
1 1 1 3
2 5 5
Bawah 1 3 1
3 2 3 9 8
Jumlah 4 4 3 11 8
4 3 4 12 Jumlah CI = 22
11
6 6
Plak indeks
1 3 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1
31 x 4
- Gambaran gingiva tampak berwarna kemerahan, bengkak konsistensi lunak, papila interdental
membulat, tekstur unstipling pada region bukal & palatal gigi 17,16,26,27 bukal & lingual gigi
37,35,34,33,32,31,41,42,43,44,45, dan 47.
- PROBING DEPTH
Probing Dept (mm) Bleeding on Probing
17 1,5 2 3 2 2 2 - - - - - +
16 2 2 2 3 2 2 - - - - - -
26 2 3 3 2 2 2 - - - + - -
27 3 2 2 2 2 2 + - - - - -
37 2 2 2 2 2 3 - - - + - +
35 2 2 2 3 2 2 + - - + + +
34 2 2 2 2 2 3 - - - - + -
33 3 2 3 3 2 3 - - - + + +
32 3 2 3 3 3 3 + - - - - +
31 2 2 2 3 3 3 - - - - - -
41 3 3 3 3 3 3 + - - - - -
42 3 3 3 3 3 3 - - - - - -
43 2 2 3 3 3 3 - - + - + -
44 3 2 3 3 3 3 - - + - - -
45 2 2 2 3 3 3 - - - + - -
47 2 2 3 3 2 2 - - - - - -
I. Foto Klinis
Assesment :
Dx : Gingivitis
Penatalaksanaan :
Instruksi ke pasien :
• Menjaga kebersihan gigi dan mulut.
• Cara menyikat gigi yang baik dan benar, yaitu menggerakan sikat gigi naik turun pada bagian depan
dan gerakan sikat memutar pada bagian belakang, serta gerakan mencongkel pada bagian dalam.
• Waktu menyikat gigi yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.
• Menggunakan dental floss.
• Kumur menggunakan air putih setelah makan.
• Mengkonsumsi makanan yang tinggi serat dan buah- buahan yang mengandung banyak air.
• Minum banyak air putih minimal 8 gelas perhari
• Mengurangi jumlah rokok yang dihisap perharinya
I. Pemeriksaan subyektif
Pasien datang atas motivasi operator untuk melakukan kontrol pada giginya yang telah
dilakukan pembersihan karang pada tanggal 9 Januari 2020. Pasien sudah tidak mengeluhkan kasar
dan kotor pada giginya. Pasien juga sudah tidak mengeluhkan berdarah pada gusinya saat menyikat
gigi. Pasien menyikat gigi 2 kali sehari saat mandi pagi dan malam sebelum tidur, dengan cara
menggerakan sikat gigi naik turun pada bagian depan dan gerakan sikat memutar pada bagian
belakang. Pasien sudah mengurangi jumlah rokok perharinya sebanyak 3 batang. Pasien tidak
dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik.
Atas 0 0 0 0
0 1 0 1
Bawah 0 0 1 1 3
1 1 1 3
Jumlah 0 0 1 2 1
1 2 1 4
Jumlah DI = 5 2 3
CI Kanan Atas Kiri Jumlah
Atas 0 0 0 0
0
2
1 0 1 0 2 5
4
0
Jumlah CI =3 Bawah 0 0 0 0
3
2
1 1 3 2
1 3
Jumlah 0 0 0 0 0
40 40 5
4 13
12
3 0
2 2
OHI= DI+CI = 5+3 = 1.33 (OHI baik)
6 6
Plak indeks
0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1
PI =16 x 100% = 12.9 %
31 x 4
- Terdapat gingiva berwarna pink coral, tekstur stipling, konsistensi kenyal, dan papilla interdental
tumpul (tidak memenui bagian interdental).
17 2 0.5 2 2 2 2 - - - - - -
16 1 1 2 2 2 2 - - - - - -
26 1 1 2 2 2 2 - - - - - -
27 2 1 2 2 2 2 - - - - - -
37 2 2 2 2 2 1 - - - - - -
35 1 0.5 1 1 1 0.5 - - - - - -
34 1 0.5 1 1 1 2 - - - - - -
33 2 0.5 2 2 2 2 - - - - - -
32 2 1 2 2 2 2 - - - - - -
31 2 0.5 2 2 0.5 2 - - - - - -
41 2 2 2 2 2 2 - - - - - -
42 2 2 2 2 2 2 - - - - - -
43 2 2 2 2 2 2 - - - - - -
44 2 2 2 2 2 2 - - - - - -
45 2 2 2 2 2 2 - - - - - -
47 2 2 2 2 2 2 - - - - - -
III. Foto klinis
V. Assesment
• Kebersihan rongga mulut pasien dalam kategori baik.
• Proses penyembuhan berlangsung dengan baik.
• Terjadi penurunan probing depth, kebersihan mulut dan plak indeks pasien membaik.
VI. Treatment
1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi terkait keadaan rongga mulutnya.
2. Kontrol dengan tambahan tindakan karena masih terdapat karang gigi.
2. Brushing menggunakan pasta pumice.
PEMBAHASAN
I. Penyakit Periodontal
jaringan penunjang gigi-geligi seperti gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal dan
sementum yang disebabkan oleh bakteri. Plak merupakan penyebab terjadinya penyakit
periodontal yang diakibatkan ukuran akumulasi plak dan lamanya plak terakumulasi. Penyakit
didefinisikan sebagai peradangan pada jaringan gingiva yang disebabkan oleh akumulasi plak
gigi dan secara klinis ditandai dengan adanya kemerahan, pembengkakan, dan perdarahan pada
jaringan gingiva. Pada gingivitis, ligamen periodontal dan tulang alveolar tidak terlibat dan
perlekatan gigi tidak terpengaruh. Gingivitis dapat menetap untuk jangka waktu lama dan tidak
akan berkembang menjadi periodontitis, kecuali ada gangguan dalam kondisi lokal atau
kerentanan pada host. Di sisi lain, periodontitis didefinisikan sebagai peradangan irreversibel
yang diinduksi oleh plak dari jaringan periodontal. Pada periodontitis, terjadi kerusakan
periodontal yang merupakan tanda klinis dari periodontitis. Poket periodontal merupakan
tempat yang ideal untuk kolonisasi bakteri dan pembentukan plak subgingiva. (How, et al.,
2016).
gingiva, tulang dan ligamen (serat kolagen jaringan ikat yang melekatkan gigi ke tulang
alveolar) yang mendukung gigi. Penyakit periodontal dimulai dengan gingivitis, yaitu
peradangan lokal gingiva yang disebabkan oleh bakteri dalam plak gigi, yaitu biofilm mikroba
yang terbentuk pada gigi dan gingiva. Pada tahap awal, terjadi gingivitis yang merujuk pada
istilah gingivitis yang diinduksi oleh plak. Gingivitis yang tidak diobati, dapat berkembang
menjadi periodontitis kronis yang dapat menyebabkan hilangnya perlekatan gingiva, tulang dan
ligamen, yang menciptakan adanya kedalaman 'kantong' periodontal yang merupakan ciri khas
dari periodontitis dan pada akhirnya bisa menyebabkan terjadinya kehilangan gigi. (Kinane, et
al., 2017).
Hubungan mikrobiota periodontal dan host umumnya jinak tetapi ketika spesies
bakteri spesifik tumbuh di daerah subgingiva serta ada faktor host yang membuat individu
kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang. (Popova, et al., 2015). Faktor kerentanan host
sangat berperan dalam terjadinya periodontitis. Kerentanan host dapat dipengaruhi oleh
genetik, pengaruh lingkungan dan tingkah laku seperti merokok, stress serta dari penyakit
sistemik seperti diabetes. Respon host yang tidak adekuat dalam menghancurkan bakteri dapat
keseimbangan bakteri terganggu dengan respon dari host akibat subjek sangat rentan terhadap
infeksi jaringan periodontal atau bakteri menginfeksi subjek dalam jumlah yang besar. Sistem
imun berusaha menjaga host dari infeksi dengan mengaktifasi sel imun seperti neutrofil,
Plak gigi adalah lapisan massa lunak yang berisi kumpulan bakteri yang melekat pada
permukaan gigi didalam rongga mulut. Plak terbentuk melalui 3 tahap yaitu pembentukan
pelikel yang merupakan lapisan tipis protein saliva, terbentuk segera setelah pembersihan gigi
yang melekat pada permukaan gigi. Pelikel berfungsi sebagai lapisan pelindung gigi yang
membasahi dan mencegah kerusakan jaringan serta sebagai fasilitas untuk bakteri melekatkan
diri ke permukaan gigi. Selanjutnya, pembentukan plak dilanjutkan dengan kolonisasi awal
bakteri yang ditemukan pada permukaan luar pelikel gigi melalui molekul spesifik yang ada
pada permukaan sel bakteri yang disebut molekul adhesin. Bakteri awal yang berkolonisasi
adalah bakteri gram positif fakultatif seperti Actinomyces Viscous dan Streptococcus sanguis.
Bakteri satu sama lainnya melekat pada pelikel menggunakan ratusan struktur yang berupa
seperti rambut yang disebut dengan fimbriae. Tahap yang terakhir adalah terjadinya maturasi
plak dan kolonisasi sekunder yaitu bakteri melekat pada sel bakteri lain yang disebut dengan
poses koagregasi. Plak mulai bersifat patogen setelah 48 jam pembersihan gigi. Jika
pembentukan plak sama sekali tidak dihentikan selama beberapa hari, maka pada margin
gingiva akan menjadi radang dan bengkak kemudian akan meluas dan berkembang ke area
Plak gigi diklasifikasikan menjadi plak supra-gingiva dan sub-gingiva, dan keduanya
dominan dari plak supragingiva adalah bakteri anaerob fakultatif Gram-positif, khususnya
termasuk spesies Veillonella, spesies Prevotella serta Porphyromonas gingivalis dan Tannerella
forsythia. Sedangkan plak subgingiva terdiri dari spesies berikut, Streptococci, Prevotella
dan Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri sangat terkait dengan inisiasi penyakit
periodontal, perkembangan penyakit periodontal dan terapi periodontal yang tidak berhasil.
Periodontal patogen saat ini hanya menunjukkan sebagian kecil dari semua 600 bakteri
spesies yang dapat berkoloni pada permukaan gigi di atas dan di bawah margin gingiva dan
membran mukosa mulut. Bukti klinis dan bukti eksperimental mengkonfirmasi bahwa strain
bakteri tertentu di lingkungan periodontal dapat menginduksi peradangan pada jaringan gingiva
dan kerusakan tulang yang didefinisikan sebagai patogen periodontal. Hanya sebagian kecil
dari bakteri biofilm gigi didefinisikan sebagai patogen untuk jaringan periodontal, bahkan
bakteri yang hadir dalam jumlah yang sangat kecil serta memiliki kemampuan untuk merusak
berkoloni pada daerah subgingiva, untuk menghasilkan faktor virulensi yang secara langsung
(enzim dan racun) atau secara tidak langsung (antigen dan aktivator) mengarah pada inisiasi
reaksi inflamasi destruktif pada individu dan kerusakan jaringan periodontal. Kapasitas
virulensi bakteri bergantung pada produksi faktor-faktor tertentu untuk adhesi seperti adhesin,
lektin, fimbriae, dan vesikel. Agen yang langsung merusak jaringan periodontal adalah
protease, alkali dan asam fosfatase, chondroitinsulfatase dan produk beracun (endotoksin,
leukotoksin, mukopeptida dinding bakteri dan produk akhir metabolisme bakteri ) yang
Gingivitis yang diinduksi plak adalah penyakit periodontal yang lebih umum terjadi
dan lebih parah pada individu dengan kebersihan mulut yang buruk. Telah ditemukan bahwa
Streptococcus sanguis, S. mitis, Fusobacterium spp. (Popova, et al., 2015). Transisi dari
gingivitis ke periodontitis tidak terjadi secara otomatis baik pada setiap pasien, tetapi ditentukan
oleh tiga faktor utama: kerentanan host, bakteri patogen dan "bakteri pelindung".
gigi termasuk tulang alveolar, perlekatan jaringan ikat, dan gingiva. Pada periodontitis, bakteri
meningkatnya kedalaman probing dan perdarahan saat probing (BOP). Periodontitis kronis
adalah infeksi oral yang mengakibatkan kerusakan yang melibatkan gusi, sementum,
periodonsium, dan tulang alveolar. (Hashim, 2018). Pada periodontitis kronis, bakteri paling
Eubacterium spp. Dalam proses inisiasi dan perkembangan proses peradangan, bakteri
subgingiva jumlahnya meningkat dan menyerang sel-sel epitel dan selanjutnya jaringan di
menyerang jaringan gingiva dan berperan dalam terjadinya peridootitis kronis dan periodontitis
agresif.
Periodontitis agresif adalah suatu bentuk periodontitis yang disebabkan oleh kerusakan
periodontal yang cepat dan parah pada individu sehat yang masih muda. Etiologi periodontitis
adalah sangat kompleks termasuk biofilm gigi, yang memicu respons imun-inflamasi dalam
host yang rentan. (Hashim, 2018). Pada periodontitis agresif didominasi oleh bakteri Gram-
terbentuk hingga 90% dari mikroflora yang ada. Mikroorganisme lainnya seperti
terdapat bakteri yang berperan yaitu stafilokokus, khususnya Staphylococcus epidermidis dan
Staphylococcus aureus. Spesies ini sering ditemukan di kulit manusia, terisolasi dalam kasus
endokarditis dan juga habitat lingkungan oral. Namun, mikroorganisme ini tidak dianggap
sebagai bakteri yang menetap dirongga mulut,melainkan dianggap umumnya dikenal sebagai
organisme sementara. Sulkus gingiva dan kantong periodontal menyediakan suatu lingkungan
di mana adhesi bakteri non-spesifik dapat terjadi terjadi dan dapat dipertahankan di dekat aliran
darah inang . Dengan demikian, kolonisasi spesies stafilokokus dapat terlibat sebagai bakteri
Bui, F. Q., Hyunh, B., & Trinh, A. (2019). Association between periodontal pathogens and
systemic disease. Biomedic Journal.
How, K. Y., Song, K. P., & Chan, K. G. (2016). Porphyromonas Gingivalis: An Overview Of
Kinane, D. F., & Sthatopoulou, P. (2017). Periodontal Disease. Macmillan Publishers Limited,
1 - 14.
Popova, C., Panova, V., & Panov, V. (2015). Microbiology Of Periodontal Disease. A Review.
Medical Biotechnology.
Quamilla, N. (2016). Stres Dan Kejadian Periodontitis (Kajian Literatur). Journal Of Syiah Kuala .
Tyas, W. E., Susanto, H. S., & Adi, M. S. (2016). Gambaran Kejadian Penyakit Periodontal Pada
Usia Dewasa uda (15-30 Tahun) Di Puskesmas Srondol Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 510 - 513.