Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA

“ PADA ANAK USIA SEKOLAH ”

OLEH :

DIYAN ZULFA INDANA

SEMESTER V

NIM : P07120620010

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI

D – III KEPERAWATAN KAMPUS BIAK

TAHUN 2022
Daftar isi

KATA PENGANTAR ………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………… 4

 A. Latar Belakang ………………………………………….. 4


 B. Tujuan penulisan ……………………………………… 5
 C. metode penulisan ……………………………………….. 5
 D. Sistematika Penulisan ……………………………………… 5

BAB II landasan teori …………………………. 6

 A. konsep asuhan keperawatan …………………………………… 6


 B. fungsi dan peran keluarga …………………………………….. 7
 C. tipe keluarga ………………………………………. 7
 D. Tahap perkembangan keluarga ………………………………. 9

 A. Simpulan …………………………………………………… 14
 B. Saran ………………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA ………………………………… 15


Kata pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan askep keluarga singkat tepat pada waktunya.
Adapun judul dari askep keluarga singkat ini adalah “asuhan keperawatan
keluarga pada anak usia sekolah”.

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
mata kuliah keperawatan keluarga yang telah membimbing saya untuk
menyelesaikan askep ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan askep ini.

Penulis menyadari bahwa dalam membuat askep keluarga ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan
dapat membuat makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
BAB I

Pendahuluan

A. latar belakang

Anak merupakan generasi penerus bangsa. Awal kokoh atau rapuhnya


suatu negara dapat dilihat dari kualitas para generasi penerusnya. Jika terlahir
anak-anak dengan tingkat kesehatan yang rendah, kondisi bangsa bisa menjadi
lemah dan tidak mampu membangun negaranya secara optimal. Indonesia
adalah negara keempat dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, yaitu 237,6
juta jiwa (Kamil,2016). Penduduk dengan jumlah banyak dan berkualitas akan
modal pembangunan. Namun, ternyata dari sekian banyaknya jumlah penduduk
Indonesia, terdapat hal yang menjadi masalah, yaitu kematian anak. Angka
kematian anak menjadi salah satu masalah serius di Indonesia. Mengurangi
angka kematian harus diimbangi dengan akses kesehatan yang baik. Fenomena
kesehatan anak di Indonesia menjadi hal yang menarik untuk dikaji karena anak
yang masih dalam masa perkembangan dan butuh perhatian lebih dari orangtua
maupun pengasuhnya. Jika kesehatan anak terganggu maka perkembangannya
juga bisa menjadi terhambat. Oleh karena itu, kebutuhan dasar anak harus
mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya agar kebutuhan dasar tersebut
dapat terpenuhi dengan baik sehingga kesehatannya menjadi terjaga dan juga
perkembangannya menjadi tidak terganggu. Dengan adanya fenomena ini,
pekerja sosial yang kompeten di bidangnya, yang dalam hal ini adalah pekerja
sosial medis, bisa berperan sebagai motivator, edukator, dan juga mediator.
Dalam menjalankan perannya tersebut, pekerja sosial medis tidak bekerja
sendiri namun, bekerja sama dengan anak yang mengalami gangguan
kesehatan itu sendiri, keluarga, orang terdekat anak tersebut, serta bersama
dengan tim medis lainnya. ( Kamil, 2015) Tahap perkembangan anak usia
sekolah merupakan waktu yang sangat penting bagi kelangsungan
perkembangan anak. Dukungan orang tua, guru dan masyarakat merupakan hal
yang sangat penting (Depkes RI, 2010) .

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak usia sekolah


dasar adalah penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri anak dan
lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai
sabun dan kebersihan diri (Saputra,2013). Keluarga dalam fungsi sosialisasinya
mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir
dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Aktivitas
orang tua yang dilakukan dengan teratur, teliti, cermat, akurat, terencana, dan
tidak melanggar hukum, maka anak-anak juga akan terdorong untuk mengikuti.

4
Interaktif sebagai orang tua untuk membangun dan membina interaksi
dan komunikasi secara aktif dengan anak. Pola interaktif memungkinkan terlibat
secara langsung dengan kehidupan anak (Surbakti, 2012).

Kontrol dan pengawasan orang tua sangat berperan dalam aktifitas


bermain anak, baik di sekolah, lingkungan bermain atau di dalam rumah.
Penanganan kecanduan game dapat berupa mengurangi waktu bermain game,
komunikasi yang baik agar tercipta suasana nyaman dan berada dalam kontrol
yang baik (Syahran, 2015) Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti
tertarik untuk menyusun laporan tugas akhir mengenai “Asuhan keperawatan
keluarga pada anak usia sekolah”.

B. tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini dibedakan menjadi dua, yaitu

 Tujuan umum

Tujuan Umum dalam penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran


tentang Asuhan Keperawatan Keluarga anak sekoalah spade tahap
perkembangan?.

 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keluarga pada anak sehat pada tahap


perkembangan.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada anak sehat pada tahap
perkembangan.
c. Menyusun Perencanaan tindakan Keperawatan yang sesuai dengan
masalah keperawatan pada anak pada tahap perkembangan.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan
tindakan keperawatan pada anak pada tahap perkembangan.
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada anak pada tahap perkembangan.

c. metode penulisan

Dalam penulisan ini menggunakan metode deskriptif dengan memaparkan


pentingnya asuhan keperawatan keluarga pada anak usia sekolah

d. sistematika penulisan

dalam penulisan asuhan keperawatan keluarga ini penulis membagi dalam


beberapa bab yaitu : BAB I PENDAHULUAN, BAB II LANDASAN TEORI serta
tahap tahap dalam proses keperawatan keluarga

5
BAB II

Landasan teori

A. konsep asuhan keperawatan

1. Pengertian keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).

2. Tipe keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai


macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe
keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran
serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat
perlu memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut
Harmoko (2012)

tipe keluarga yaitu :

 Nuclear Family : Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang
ditinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu/keduaanya dapat bekerja di luar rumah.
 Extended Family : Kelurga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
 Reconstituted Nuclear : Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan baru. Satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
 Middle Age/Aging Couple : Suami sebagai pencari uang, istri
dirumah/kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
 Dyadic Nuclear : Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya/salah satu bekerja dirumah.
 Single Parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian
pasangannyadan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.
 Dual Carier Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
 Commuter Married Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
 Single Adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah

6
 Three Generation Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
 Institutional Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
 Communal Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogamy
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
 Group Marriage Satu peruamahan terdiri atas orang tua dan keturunnya
di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan
yang laindan semua adalah orang tua dari anak-anak.
 Unmarried Parent and Child Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi.
 Cohibing Couple Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.

B. Fungsi dan peran keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga yang dapat
dijalankan. Fungsi keluarga adalah sebagai berikut :

 Fungsi keagamaan

Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak mengenal,


menanamankan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama,
sehingga bisa menjadi insan-insan yang agamis, berakhlak baik dengan
keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 Fungsi budaya

Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada seluruh anggota


keluarganya dalam mengembangkan kekayaan sosial budaya bangsa yang
beraneka ragam dalam satu kesatuan.

 Fungsi cinta kasih

Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan


suami dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak dengan anak,
serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi
tempat utama bersemainya kehidupan yang punuh cinta kasih lahir dan
batin.

 Fungsi perlindungan

Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam


menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap anggota
keluarganya.

7
 Fungsi reproduksi

Pada fungsi ini keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan


keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain banyak
kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan perkawinan, sehingga
lahirlah keluarga beru dengan satu orang tua.

 Fungsi sosialisasi

Fungsi ini dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dimana
individu secara kontinu mengubah perilakiwu mereka sebagai respons
terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka

alami. Sosialisasi merujuk pada proses perkembangan atau perubahan yang


dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial. Dimana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya, serta perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam
keluarga, sehingga individu mampu berperan di masyarakat.

 Fungsi ekonomi

Pada fungsi ini keluarga memerlukan sumber keuangan guna memenuhi


kebutuhan keluarga sepert: makanan, pakaian, dan perumahan. Fungsi ini
sulit dipenuhi oleh keluarga yang berbeda di bawah garis kemiskinan,
sehingga pada fungsi ini perawat bertanggung jawab untuk mencari sumber-
sumber di masyarakat yang dapat diguanakan oleh keluarga dalam
meningkatkan status kesehatan.

 Fungsi pelestarian lingkungan

Bagi para professional kesehatan keluarga, fungsi pelestarian lingkungan


merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga. Guna
menempatkan dalam sebuah perspektif, fungsi ini merupakan salah satu
fungsi keluarga yang memperhatikan keadaan lingkungan, seperti : keadaan
halaman, pembungan limbah keluarga , tempat tinggal dan perawatan
kesehatan.

8
C. perkembangan keluarga

1. tahap perkembangan

 Tahap 1: Keluarga Baru

Tahap pertama sebuah keluarga dimulai pada saat seorang laki-laki dan
seorang perempuan membentuk keluarga melalui proses perkawinan. Setelah
menikah, mereka berdua mulai diakui sebagai sebuah keluarga yang eksis di
tengah kehidupan masyarakat.Pengantin laki-laki dan pengantin perempuan
meninggalkan keluarga masing-masing, karena sudah memiliki keluarga
baru. Mereka sudah dianggap mandiri dan bertanggung jawab atas diri serta
keluarga yang dibentuknya bersama pasangan.Istilah "meninggalkan
keluarga" tidak selalu terjadi secara fisik karena kenyataannya banyak
keluarga baru yang masih tinggal bersama orang tua atau mertua. Namun
secara psikologis mereka sudah "meninggalkan" lingkaran keluarga masing-
masing, untuk memulai sebuah keluarga baru.Dalam keluarga baru ini,
hanya ada suami dan istri. Mereka melakukan proses penyesuaian peran dan
fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, seperti pola makan, tidur, bangun pagi,
kebiasaan berpakaian, bepergian, dan lain sebagainya.Mereka akan melewati
masa-masa indah saat fase romantic love, namun akan mengalami pula
masa ketegangan saat berada pada fase disappointment atau distress. Simak
kembali tahap cinta suami istri di sini.

 Tahap 2: Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama

Keluarga baru yang sudah terbentuk, akan mulai mengalami perubahan


ketika sudah terjadi kehamilan. Ada yang mulai berubah dalam interaksi di
antara suami dan istri karena hadirnya "pihak ketiga" berupa janin yang
harus dijaga dan dirawat oleh mereka berdua.Semula, hanya ada seorang
suami dan seorang istri, yang mereka bebas melalkan apapun dalam rumah
tangganya. Namun, kehadiran janin membuat ada yang mulai membatasi.
Ada aktivitas tertentu sebagai suami-istri yang harus menenggang kondisi
janin dan ibu hamil.Tahap kedua ini, menurut Duvall, dimulai dari kelahiran
anak pertama hingga bayi pertama ini berusia 30 bulan atau 2,5 tahun.
Namun saya cenderung menarik ke garis yang lebih awal, yaitu sejak mulai
terjadi kehamilan, karena sudah ada perubahan yang nyata pada keluarga
baru setelah sang istri hamil.Ada status yang mulai berubah pada diri suami
dan istri tersebut. Kini mereka menjadi calon ayah dan calon ibu bagi janin
yang tengah dikandung. Mereka harus mulai belajar dan bersiap untuk
menyambut kelahiran anak pertama.Apalagi ketika sudah lahir bayi pertama,
maka status sudah berubah lagi.

9
Kini mereka resmi menjadi ayah dan ibu. Mereka tidak lagi berdua, namun
sudah nyata bertiga. Ada bayi di antara mereka.Dulu mereka tidur, bangun,
berkegiatan, berdua saja. Kini harus bertiga, di mana si bayi tidak mungkin
ditinggalkan begitu saja tanpa pengawasan salah satu dari mereka atau
bahkan kedua-duanya.

 Tahap 3: Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Tahap ketiga sebuah keluarga dimulai ketika anak pertama melewati usia 2,5
tahun, dan berakhir saat ia berusia 5 tahun. Pada rentang waktu sekitar 2,5
tahun ini, ada hal yang spesifik pada sebuah keluarga. Anak pertama mereka
sudah mulai menjadi balita yang mungil, imut, dan lucu, dengan segala
tingkah polahnya.Orangtua mulai disibukkan oleh seorang balita yang
menyita habis waktu serta perhatian, terutama dari sang ibu. Anak mulai
berulah, anak mulai punya keinginan, dan anak mulai dipersiapkan untuk
memasuki bangku sekolah.Di Indonesia, ada Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) yang menampung anak-anak usia prasekolah. Pada contoh orangtua
yang keduanya bekerja serta sibuk, anak-anak dititipkan di PAUD, karena di
rumah tidak ada yang menjaga.Corak interaksi sudah sangat berubah
dibandingkan dengan dua tahap sebelumnya. Kondisi keluarga pada tahap
ketiga ini lebih majemuk. Ada status sebagai suami dan istri, ada status
sebagai ayah dan ibu, serta ada anak balita yang sudah mulai menyibukkan
orang tua dengan segala tingkah lakunya.Pada beberapa keluarga, di tahap
ketiga ini mereka sudah memiliki lebih dari satu anak. Pada keluarga muda
dengan dua atau tiga anak kecil-kecil, menjadikan suasana yang sangat
dinamis dalam keluarga tersebut. Orangtua merasakan kesibukan yang
sangat berubah dibanding dengan tahap sebelumnya.

 Tahap 4: Keluarga dengan Anak-anak Sekolah

Tahap keempat dalam kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama mulai
berumur 6 tahun, berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Anak pertama
mulai masuk Sekolah Dasar, maka orangtua harus menyesuaikan diri dengan
kebutuhan anak pada usia sekolah tersebut.Saat masih usia prasekolah,
kendatipun anak mengikuti program PAUD, akan tetapi isinya relatif lebih
banyak bermain dan bersenang-senang. Begitu sudah masuk SD, anak mulai
mengenal stress karena memasuki lingkungan dan tantangan baru. Mulai ada
PR yang harus dikerjakan di rumah.Pada tahap ini biasanya keluarga
mencapai jumlah maksimal sehingga suasana menjadi sangat sibuk. Selama
enam tahun pada tahap keempat, rata-rata keluarga di Indonesia sudah
memiliki lebih dari satu anak.

10
Jika anak pertama sudah kelas 6 SD, anak kedua mungkin sudah kelas 3 SD
dan anak ketiga mungkin sudah TK. Jika kita bayangkan satu keluarga
dengan tiga anak yang sekolah di SD dan TK seperti ini, tampak jelas betapa
tingkat kesibukan, kerepotan, keributan dalam keluarga tersebut sangat
tinggi.Ayah dan ibu yang harus mempersiapkan keperluan sekolah anak-
anak, urusan PR, urusan pembagian perhatian terhadap tiga anak. Di sisi
yang lain, suami dan istri sudah mencapai posisi yang lebih "tinggi" dalam
pekerjaan atau karier mereka, sehingga memiliki kesibukan yang juga sangat
padat. Pada keluarga yang belum mapan secara ekonomi, maka mengurus
tiga anak usia sekolah ini benar-benar membuat mereka harus bekerja ekstra
untuk biaya sekolah maupun biaya keperluan hidup keluarga secara layak.

 Tahap 5: Keluarga dengan Anak Remaja

Tahap kelima kehidupan sebuah keluarga dimulai ketika anak pertama


mencapai umur 13 tahun, berlangsung sampai 6 atau 7 tahun kemudian
ketika anak pertama berumur 19 atau 20 tahun.Suasana keluarga kembali
berubah, karena mulai ada anak usia remaja di antara mereka, di mana pada
tahap sebelumnya belum ada. Orangtua harus kembali belajar, bagaimana
mendidik anak remaja. Pada saat yang sama, bisa jadi mereka masih tetap
harus mendidik anak-anak lain yang masih sekolah SD dan TK.Pada tahap
kelima ini, orangtua harus mulai memberikan tanggung jawab serta
pendidikan yang lebih baik guna mempersiapkan anak mencapai kedewasaan
baik secara biologis maupun psikologis.

Corak interaksi di antara suami dan istri, demikian pula corak interaksi antara
orangtua dengan anak, termasuk interaksi antar-anak, sudah berubah lagi,
dibandingkan pada empat tahap sebelumnya.Anak usia remaja, yang sekolah
SMP dan SMA, memiliki kepribadian dan karakter yang khas. Di Indonesia
kita menyaksikan fenomena kenakalan remaja yang marak, yang menjadi
salah satu persoalan yang harus dihadapi dalam keluarga.Pada contoh
keluarga di Indonesia, banyak anak usia SMP dan SMA yang belajar di
sekolah boarding ataupun pondok pesantren. Ketika anak masuk asrama
atau pesantren, artinya mereka sudah meninggalkan rumah sejak masa
remaja. Interaksi dengan orangtua menjadi minim, dan bergenti dengan
interaksi di asrama atau di pesantren.Kondisi keluarga pun mengalami
perubahan, karena ada yang berkurang pada anggota keluarga. Meski
demikian, orangtua tetap memiliki tanggung jawab mendidik anak remaja
mereka yang tengah belajar di boarding school atau pesantren.

11
 Tahap 6: Keluarga dengan Anak Dewasa

Tahap keenam dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah, berakhir


pada saat anak terakhir meninggalkan rumah sehingga rumah menjadi
kosong. Maka disebut sebagai Launching Family, karena ada peristiwa
"pelepasan" anak meninggalkan rumah induk. Lamanya tahapan ini
tergantung jumlah anak dan ada tidaknya anak yang belum berkeluarga
serta tetap tinggal bersama orangtua.

Pada contoh anak tunggal, maka tahap keenam ini menjadi sangat pendek.
Saat satu-satunya anak pergi meninggalkan rumah, maka suasana keluarga
kembali tinggal suami dan istri saja, tanpa anak. Namun pada keluarga
dengan sepuluh anak, maka tahap ini menjadi panjang.

Fenomena di Indonesia, ketika anak sudah lulus SMA, sebagian dari mereka
melanjutkan kuliah, baik D3, S1 serta lanjut S2 maupun S3. Ada yang harus
pergi meninggalkan rumah karena kuliah di kota yang berbeda, ada pula
yang tetap tinggal bersama orangtua karena kuliah di kota yang
sama. Sebagian lagi memilih langsung bekerja, baik di kota yang sama
taupun di kota yang berbeda dari orangtua, tidak mengikuti studi lanjut ke
perguruan tinggi. Namun, anak yang sudah dewasa, memiliki kebutuhan
yang berbeda, dibanding pada tahap-tahap sebelumnya.Pada tahap keenam
ini, mulai ada sangat banyak perubahan dalam komposisi keluarga. Ada yang
berkurang, namun juga ada yang bertambah. Berkurang pada contoh anak
lulus SMA yang pergi kuliah atau bekerja di kota lain, sehingga mereka
meninggalkan rumah orangtua.

Namun ada saatnya bertambah, yaitu ketika anak sudah menikah. Setelah
anak menikah, maka dalam keluarga ada status baru, yaitu anak menantu.
Ditambah lagi ada relasi kekeluargaan yang baru, yaitu besan. Lagi-lagi, ada
perubahan corak interaksi, baik yang bersifat mengecil maupun membesar,
menyempit maupun meluas.Bertambah lagi ketika anak yang sudah menikah
sudah memiliki anak. Maka ada anak "baru" yang statusnya adalah cucu
dalam keluarga inti. Perubahan ini sangat nyata, yang pada tahap
sebelumnya belum ada. Hal-hal baru pada tahap ini adalah adanya menantu,
besan dan cucu. Maka anak-anak dalam keluarga ini pun mengalami
perubahan karena mulai memiliki saudara baru bernama ipar, dan keluarga
baru bernama kemenakan. Semua harus berusaha menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan ini.

 Tahap 7: Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ketujuh dalam kehidupan sebuah keluarga dimulai saat anak yang
terakhir telah meninggalkan rumah, dan tahap ini berakhir saat masa
pensiun kerja atau salah satu dari suami atau istri meninggal dunia.

12
Pada tahap sebelumnya, masih ada anak yang ikut bersama orangtua, pada
tahap ini sudah tidak ada lagi anak yang tinggal bersama mereka.Semua
anak sudah "meninggalkan" rumah, baik dalam artian fisik maupun dalam
artian psikologis.

Anak-anak sudah dewasa semua, sudah menikah, dan tinggal bersama


keluarga barunya.Pada beberapa pasangan, tahap ketujuh ini dianggap berat
dan sulit dilalui karena adanya perubahan suasana kejiwaan akibat orangtua
mulai memasuki usia lanjut Ada sangat banyak hal yang berubah, dimulai
dari peristiwa perpisahan dengan anak-anak, di mana anak-anak mulai
membentuk keluarga sendiri dan memulai tahapan perkembangannya
sendiri, hingga proses penuaan yang dalam beberapa kasus diserta perasaan
gagal sebagai orang tua.Pada contoh keluarga berantakan, anak-anak
berulah tidak seperti harapan orangtua, maka di masa ini orangtua
merasakan kegagalan dalam mendidik anak.

 Tahap 8 : Keluarga Orangtua Usia Lanjut

Tahap kedelapan yang menjadi tahap terakhir dari perjalanan sebuah


keluarga, dimulai ketika salah satu dari suami dan istri atau keduanya sudah
mulai pensiun kerja, sampai salah satu atau keduanya meninggal dunia.

13
B. Saran

1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan,


keterampilan, dan pengalaman, serta wawasan peneliti sendiri dalam
melakukan penelitian ilmiah khususnya dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien anak sehat usia prasekolah.

2. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan perawat mampu


melakukan kerjasama yang baik dalam melaksanakan asuhan keperawatan
secara profesional dan komprehensif.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat


menambah keluasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
keperawatan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
dengan klien anak usia batita secara komprehensif dan mengikuti
perkembangan di desa insrom

14
Daftar pustaka

chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/http://
repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1485/1/19.ELISA%20PRATIWI
%20P07220118079.pdf

https://www.kompasiana.com/pakcah/5b9b388143322f58582e8b93/8-tahap-
perkembangan-kehidupan-keluarga?page=all&page_images=1#:~:text=Yang
%20dimaksud%20dengan%20perkembangan%20keluarga,anggota%20keluarga
%20di%20sepanjang%20waktu.

chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/http://
eprints.ums.ac.id/50669/5/SKRIPSI%20BAB%20II.pdf

www.google.com/search?
q=leaflet+peran+orang+tua+dalam+anak+usia+sekolah&rlz=1C1CHBD_idID81
7ID817&sxsrf=ALiCzsZPIOm1pA_2DnoWk_9aN59RppWkig:1669468186569&sou
rce=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjWluXR9cv7AhUIZ2wGHb_qDtIQ_AUo
AXoECAIQAw&biw=1366&bih=657&dpr=1#imgrc=exRP0iXH

15

Anda mungkin juga menyukai