KELUARGA
OLEH :
SEMESTER V
NIM : P07120620010
TAHUN 2022
Daftar isi
A. Simpulan …………………………………………………… 14
B. Saran ………………………………………………………… 15
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan askep keluarga singkat tepat pada waktunya.
Adapun judul dari askep keluarga singkat ini adalah “asuhan keperawatan
keluarga pada anak usia sekolah”.
Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
mata kuliah keperawatan keluarga yang telah membimbing saya untuk
menyelesaikan askep ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan askep ini.
Penulis menyadari bahwa dalam membuat askep keluarga ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan
dapat membuat makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
BAB I
Pendahuluan
A. latar belakang
4
Interaktif sebagai orang tua untuk membangun dan membina interaksi
dan komunikasi secara aktif dengan anak. Pola interaktif memungkinkan terlibat
secara langsung dengan kehidupan anak (Surbakti, 2012).
B. tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini dibedakan menjadi dua, yaitu
Tujuan umum
Tujuan Khusus
c. metode penulisan
d. sistematika penulisan
5
BAB II
Landasan teori
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
2. Tipe keluarga
Nuclear Family : Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang
ditinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu/keduaanya dapat bekerja di luar rumah.
Extended Family : Kelurga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
Reconstituted Nuclear : Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan baru. Satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
Middle Age/Aging Couple : Suami sebagai pencari uang, istri
dirumah/kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
Dyadic Nuclear : Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya/salah satu bekerja dirumah.
Single Parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian
pasangannyadan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.
Dual Carier Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
Commuter Married Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
Single Adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah
6
Three Generation Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
Institutional Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
Communal Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogamy
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
Group Marriage Satu peruamahan terdiri atas orang tua dan keturunnya
di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan
yang laindan semua adalah orang tua dari anak-anak.
Unmarried Parent and Child Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi.
Cohibing Couple Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga yang dapat
dijalankan. Fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
Fungsi keagamaan
Fungsi budaya
Fungsi perlindungan
7
Fungsi reproduksi
Fungsi sosialisasi
Fungsi ini dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dimana
individu secara kontinu mengubah perilakiwu mereka sebagai respons
terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka
Fungsi ekonomi
8
C. perkembangan keluarga
1. tahap perkembangan
Tahap pertama sebuah keluarga dimulai pada saat seorang laki-laki dan
seorang perempuan membentuk keluarga melalui proses perkawinan. Setelah
menikah, mereka berdua mulai diakui sebagai sebuah keluarga yang eksis di
tengah kehidupan masyarakat.Pengantin laki-laki dan pengantin perempuan
meninggalkan keluarga masing-masing, karena sudah memiliki keluarga
baru. Mereka sudah dianggap mandiri dan bertanggung jawab atas diri serta
keluarga yang dibentuknya bersama pasangan.Istilah "meninggalkan
keluarga" tidak selalu terjadi secara fisik karena kenyataannya banyak
keluarga baru yang masih tinggal bersama orang tua atau mertua. Namun
secara psikologis mereka sudah "meninggalkan" lingkaran keluarga masing-
masing, untuk memulai sebuah keluarga baru.Dalam keluarga baru ini,
hanya ada suami dan istri. Mereka melakukan proses penyesuaian peran dan
fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, seperti pola makan, tidur, bangun pagi,
kebiasaan berpakaian, bepergian, dan lain sebagainya.Mereka akan melewati
masa-masa indah saat fase romantic love, namun akan mengalami pula
masa ketegangan saat berada pada fase disappointment atau distress. Simak
kembali tahap cinta suami istri di sini.
9
Kini mereka resmi menjadi ayah dan ibu. Mereka tidak lagi berdua, namun
sudah nyata bertiga. Ada bayi di antara mereka.Dulu mereka tidur, bangun,
berkegiatan, berdua saja. Kini harus bertiga, di mana si bayi tidak mungkin
ditinggalkan begitu saja tanpa pengawasan salah satu dari mereka atau
bahkan kedua-duanya.
Tahap ketiga sebuah keluarga dimulai ketika anak pertama melewati usia 2,5
tahun, dan berakhir saat ia berusia 5 tahun. Pada rentang waktu sekitar 2,5
tahun ini, ada hal yang spesifik pada sebuah keluarga. Anak pertama mereka
sudah mulai menjadi balita yang mungil, imut, dan lucu, dengan segala
tingkah polahnya.Orangtua mulai disibukkan oleh seorang balita yang
menyita habis waktu serta perhatian, terutama dari sang ibu. Anak mulai
berulah, anak mulai punya keinginan, dan anak mulai dipersiapkan untuk
memasuki bangku sekolah.Di Indonesia, ada Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) yang menampung anak-anak usia prasekolah. Pada contoh orangtua
yang keduanya bekerja serta sibuk, anak-anak dititipkan di PAUD, karena di
rumah tidak ada yang menjaga.Corak interaksi sudah sangat berubah
dibandingkan dengan dua tahap sebelumnya. Kondisi keluarga pada tahap
ketiga ini lebih majemuk. Ada status sebagai suami dan istri, ada status
sebagai ayah dan ibu, serta ada anak balita yang sudah mulai menyibukkan
orang tua dengan segala tingkah lakunya.Pada beberapa keluarga, di tahap
ketiga ini mereka sudah memiliki lebih dari satu anak. Pada keluarga muda
dengan dua atau tiga anak kecil-kecil, menjadikan suasana yang sangat
dinamis dalam keluarga tersebut. Orangtua merasakan kesibukan yang
sangat berubah dibanding dengan tahap sebelumnya.
Tahap keempat dalam kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama mulai
berumur 6 tahun, berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Anak pertama
mulai masuk Sekolah Dasar, maka orangtua harus menyesuaikan diri dengan
kebutuhan anak pada usia sekolah tersebut.Saat masih usia prasekolah,
kendatipun anak mengikuti program PAUD, akan tetapi isinya relatif lebih
banyak bermain dan bersenang-senang. Begitu sudah masuk SD, anak mulai
mengenal stress karena memasuki lingkungan dan tantangan baru. Mulai ada
PR yang harus dikerjakan di rumah.Pada tahap ini biasanya keluarga
mencapai jumlah maksimal sehingga suasana menjadi sangat sibuk. Selama
enam tahun pada tahap keempat, rata-rata keluarga di Indonesia sudah
memiliki lebih dari satu anak.
10
Jika anak pertama sudah kelas 6 SD, anak kedua mungkin sudah kelas 3 SD
dan anak ketiga mungkin sudah TK. Jika kita bayangkan satu keluarga
dengan tiga anak yang sekolah di SD dan TK seperti ini, tampak jelas betapa
tingkat kesibukan, kerepotan, keributan dalam keluarga tersebut sangat
tinggi.Ayah dan ibu yang harus mempersiapkan keperluan sekolah anak-
anak, urusan PR, urusan pembagian perhatian terhadap tiga anak. Di sisi
yang lain, suami dan istri sudah mencapai posisi yang lebih "tinggi" dalam
pekerjaan atau karier mereka, sehingga memiliki kesibukan yang juga sangat
padat. Pada keluarga yang belum mapan secara ekonomi, maka mengurus
tiga anak usia sekolah ini benar-benar membuat mereka harus bekerja ekstra
untuk biaya sekolah maupun biaya keperluan hidup keluarga secara layak.
Corak interaksi di antara suami dan istri, demikian pula corak interaksi antara
orangtua dengan anak, termasuk interaksi antar-anak, sudah berubah lagi,
dibandingkan pada empat tahap sebelumnya.Anak usia remaja, yang sekolah
SMP dan SMA, memiliki kepribadian dan karakter yang khas. Di Indonesia
kita menyaksikan fenomena kenakalan remaja yang marak, yang menjadi
salah satu persoalan yang harus dihadapi dalam keluarga.Pada contoh
keluarga di Indonesia, banyak anak usia SMP dan SMA yang belajar di
sekolah boarding ataupun pondok pesantren. Ketika anak masuk asrama
atau pesantren, artinya mereka sudah meninggalkan rumah sejak masa
remaja. Interaksi dengan orangtua menjadi minim, dan bergenti dengan
interaksi di asrama atau di pesantren.Kondisi keluarga pun mengalami
perubahan, karena ada yang berkurang pada anggota keluarga. Meski
demikian, orangtua tetap memiliki tanggung jawab mendidik anak remaja
mereka yang tengah belajar di boarding school atau pesantren.
11
Tahap 6: Keluarga dengan Anak Dewasa
Pada contoh anak tunggal, maka tahap keenam ini menjadi sangat pendek.
Saat satu-satunya anak pergi meninggalkan rumah, maka suasana keluarga
kembali tinggal suami dan istri saja, tanpa anak. Namun pada keluarga
dengan sepuluh anak, maka tahap ini menjadi panjang.
Fenomena di Indonesia, ketika anak sudah lulus SMA, sebagian dari mereka
melanjutkan kuliah, baik D3, S1 serta lanjut S2 maupun S3. Ada yang harus
pergi meninggalkan rumah karena kuliah di kota yang berbeda, ada pula
yang tetap tinggal bersama orangtua karena kuliah di kota yang
sama. Sebagian lagi memilih langsung bekerja, baik di kota yang sama
taupun di kota yang berbeda dari orangtua, tidak mengikuti studi lanjut ke
perguruan tinggi. Namun, anak yang sudah dewasa, memiliki kebutuhan
yang berbeda, dibanding pada tahap-tahap sebelumnya.Pada tahap keenam
ini, mulai ada sangat banyak perubahan dalam komposisi keluarga. Ada yang
berkurang, namun juga ada yang bertambah. Berkurang pada contoh anak
lulus SMA yang pergi kuliah atau bekerja di kota lain, sehingga mereka
meninggalkan rumah orangtua.
Namun ada saatnya bertambah, yaitu ketika anak sudah menikah. Setelah
anak menikah, maka dalam keluarga ada status baru, yaitu anak menantu.
Ditambah lagi ada relasi kekeluargaan yang baru, yaitu besan. Lagi-lagi, ada
perubahan corak interaksi, baik yang bersifat mengecil maupun membesar,
menyempit maupun meluas.Bertambah lagi ketika anak yang sudah menikah
sudah memiliki anak. Maka ada anak "baru" yang statusnya adalah cucu
dalam keluarga inti. Perubahan ini sangat nyata, yang pada tahap
sebelumnya belum ada. Hal-hal baru pada tahap ini adalah adanya menantu,
besan dan cucu. Maka anak-anak dalam keluarga ini pun mengalami
perubahan karena mulai memiliki saudara baru bernama ipar, dan keluarga
baru bernama kemenakan. Semua harus berusaha menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan ini.
Tahap ketujuh dalam kehidupan sebuah keluarga dimulai saat anak yang
terakhir telah meninggalkan rumah, dan tahap ini berakhir saat masa
pensiun kerja atau salah satu dari suami atau istri meninggal dunia.
12
Pada tahap sebelumnya, masih ada anak yang ikut bersama orangtua, pada
tahap ini sudah tidak ada lagi anak yang tinggal bersama mereka.Semua
anak sudah "meninggalkan" rumah, baik dalam artian fisik maupun dalam
artian psikologis.
13
B. Saran
14
Daftar pustaka
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/http://
repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1485/1/19.ELISA%20PRATIWI
%20P07220118079.pdf
https://www.kompasiana.com/pakcah/5b9b388143322f58582e8b93/8-tahap-
perkembangan-kehidupan-keluarga?page=all&page_images=1#:~:text=Yang
%20dimaksud%20dengan%20perkembangan%20keluarga,anggota%20keluarga
%20di%20sepanjang%20waktu.
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/http://
eprints.ums.ac.id/50669/5/SKRIPSI%20BAB%20II.pdf
www.google.com/search?
q=leaflet+peran+orang+tua+dalam+anak+usia+sekolah&rlz=1C1CHBD_idID81
7ID817&sxsrf=ALiCzsZPIOm1pA_2DnoWk_9aN59RppWkig:1669468186569&sou
rce=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjWluXR9cv7AhUIZ2wGHb_qDtIQ_AUo
AXoECAIQAw&biw=1366&bih=657&dpr=1#imgrc=exRP0iXH
15