Disusun Oleh :
Della sepnita
1914201012
Dosen Pengampu :
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, serta Inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA ANAK USIA TOODLER DENGAN
MASALAH GIZI BURUK ”
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
segi susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun menerima segala
saran dan kritikan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Harapan penyusun
yaitu semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat serta menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembacanya agar kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................
1. Kesimpulan .....................................................................................................................
2. Saran ..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum terselesaikan
sampai saat ini. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita). Masalah
gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia sebab penderita gizi buruk
umumnya adalah balita dan anak-anak yang tidak lain adalah generasi generus bangsa. Kasus
gizi buruk merupakan aib bagi pemerintah dan masyarakat karena terjadi di tengah pesatnya
kemajuan zaman (Republika, 2009). Dengan alasan tersebut, masalah ini selalu menjadi
program penanganan khusus oleh pemerintah. Upaya pencegahan yang dilakukan di
antaranya dengan selalu meningkatkan sosialisasi, kunjungan langsung ke para penderita gizi
buruk, pelatihan petugas lapangan, pengarahan mengenai pentingnya ASI eksklusif pada ibu
yang memiliki bayi, serta koordinasi lintas sektor terkait pemenuhan pangan dan gizi (Antara
News, 2011), Namun sampai saat ini penanganan yang diberikan, hanya mampu mengurangi
sedikit kasus gizi buruk pada balita. Hal ini membuktikan bahwa penanganan dan program
yang diberikan oleh pemerintah belum mampu menekan jumlah kasus gizi buruk yang ada.
Ketidakberhasilan penanganan dan program tersebut mungkin dikarenakan kurang tepatnya
perbaikan terhadap faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kasus gizi buruk pada balita.
Jika faktor-faktor yang mempengaruhi kasus gizi buruk pada balita diketahui dan diatasi
dengan tepat, otomatis kasus gizi buruk akan berkurang. Banyak faktor-faktor yang dianggap
mempengaruhi gizi buruk. Namun penyebab dasar terjadinya gizi buruk ada dua hal yaitu
sebab langsung dan sebab tidak langsung. Sebab langsung adalah kurangnya asupan gizi dari
makanan dan akibat terjadinya penyakit bawaan yang mengakibatkan mudah terinfeksi
penyakit DBD, HIV/ AIDS, dan lain-lain. Sedangkan kemiskinan diduga menjadi penyebab
utama terjadinya gizi buruk. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah
makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan
karena alasan sosial dan ekonomi yakni kemiskinan (Republika, 2009). Selain kemiskinan,
faktor lingkungan dan budaya turut andil dalam kasus gizi buruk. Surabaya adalah salah satu
kota yang memiliki kasus gizi buruk yang relatif tinggi. Kenaikan angka gizi buruk di daerah
lain di Jawa Timur mencapai 2% sedangkan di Surabaya tahun 2010 mencapai 1,06%.
4
Namun Dinas Kesehatan berupaya menekan angka tersebut sesuai dengan target harapan
yakni 0%. (Surabayakita, 2010). Oleh sebab itu gizi buruk menjadi perhatian khusus oleh
pemerintah kota Surabaya untuk ditangani. Salah satunya dengan melakukan pendampingan
keluarga menuju keluarga sadar gizi, pelatihan petugas lapangan, sosialisasi pemberian ASI
eksklusif. Namun upaya yang dilakukan pemerintah Surabaya belum berhasil secara
maksimal. Untuk mengetahui secara tepat program-program apa saja yang harus dilakukan
pemerintah, maka perlu diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gizi buruk.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) faktor-faktor yang diduga berpengaruh
terhadap kasus gizi buruk pada balita adalah kemiskinan, tingkat pengetahuan orang tua,
asupan gizi, dan faktor penyakit bawaan. Sedangkan menurut UNICEF faktor-faktor secara
langsungnya adalah asupan makanan, infeksi penyakit, dan faktor tak langsung meliputi pola
asuh anak, ketersedian pangan, layanan kesehatan/ sanitasi.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang
akan Bagaimana model gizi buruk pada balita.
3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
b. Tipe Keluarga Non Tradisonal
1) Commune family
Adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
2) Orang tua (ayah dan ibu) yang ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam
satu rumah tangga.
3) Homoseksual.
Adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga(Gusti,
2013).
C. Fungsi keluarga
Ada beberapa macam pendapat tentang fungsi keluarga :
a. Menurut Friedman, 1998 fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggoata keluarga berhubungan
dengan orang lain.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan soaial rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi(Gusti, 2013).
7
2. KONSEP DASAR GIZI BURUK
A. Definisi
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses
pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut
selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh.
Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang
akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan
yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang
digunakan.
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut
reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health
Organization – National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku
WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :
1) Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
2) Gizi baik untuk well nourished.
Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein
Calori
3) Malnutrition)/ disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM ) atau (MEP) Malnutrisi
Energi dan Protein.
4) Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan
kwasiorkor.
B. Etiologi
1) Agen
a. Makanan tidak seimbang
b. Penyakit infeksi yang mungkin di derita anak.
c. Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga
d. Pola pengasuhan anak yang tidak memadai
e. Keadaan sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih
f. Pelayanan kesehatan dasar yang tidak memad
8
2) Host
a. Berat Badan Lahir Anak Balita
b. Status Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian anak balita yang
disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak balita yang telah
memperoleh imunisasi yang lengkap sesuai dengan umurnya otomatis sudah memiliki
kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika ada kuman yang masuk ketubuhnya
secara langsung tubuh akan membentuk antibodi terhadap kuman tersebut.
c. Status ASI Eksklusif
ASI mengandung gizi yang cukup lengkap untuk kekebalan tubuh bayi.
Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat
gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan yang
diberikan secara dini kepada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus bayi
sehingga dapat menyebabkan susah buang air besar pada bayi. Proses pembuatan susu
formula yang tidak steril menyebabkan bayi rentan terkena diare. Hal ini akan
menjadi pemicu terjadinya kurnag gizi pada anak.
d. Pemberian Kolostrum
e. Tingkat pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting
yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidkan yang lebih
tingggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
lebih baik.
f. Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi masalah
yang timbul akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya ibu sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan bagi keluarga, ibu harus memiliki
pengetahuan tentang gizi baik melalui pendidikan formal maupun informal.
9
C. PATOFISIOLOGI
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host),
agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan)
memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan. Gopalan menyebutkan
marasmus adalah compensated malnutrition.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam
amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan
lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan
asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi
setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
D. KLASIFIKASI GIZI BURUK
Terdapat 3 tipe gizi buruk yaitu:
1) Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di
bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan,
gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya.
Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena
masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar.
10
2) Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya
mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian
tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan
atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada
penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas
3) Marasmik-Kwashiorkor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis
kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
A. Data Keluarga
1. Identitas Keluarga
a. Nama KK : Tn. N
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 33 Tahun
d. Pendidikan : SLTP
e. Pekerjaan : Buruh
f. Alamat : Rt 07 RW 37, Maguwoharjo, Depok, Sleman
g. Susunan Anggota Keluarga
12
l. Kegiatan Organisasi
Keluarga Tn. N termasuk keluarga yang aktif dalam organisasi di masyarakat. Tn. N
ikut dalam kegiatan pengajian, arisan dll Begitu pula dengan Ny. N aktif dalam
kegiatan kemasyarakat.
m. Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn. N termasuk keluarga sejahtera III karena keluarga sudah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social psikologinya seperti kebutuhan
akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat
tinggal dan transportasi, namun belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan
seperti kebutuhan menabung dan memperoleh informasi.
n. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga jarang mengikuti kegiatan rekreasi keluar rumah, Ny. N Beralasan karena
ekonomi mereka paspasan, sedangkan rekreasi di dalam rumah seperti menonton TV
bersama-sama.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga : Keluarga dengan anak sekolah
2. Riwayat Keluarga Inti An.R
An. R sudah menderita BGM sejak kecil hingga berumur 3 tahun dan An. R sering
sakit-sakitan. Dalam penimbangan diketauui bahwa nilai Z-score BB/U untuk an. R
adalah – 3,2 ini termasuk dalam kategori BB di bawah garis normal. An. R sewaktu lahir
cukup bulan. Waktu kecil An. R tidak diberi imunisasi lengkap hanya sewaktu lahir. Ny.
N, mengatakan bahwa Ny memang tidak mengimunisasi karena waktu itu keadaannya
repot. Dari kecil dan mulai bayi, anak R sering sakit-sakitan (batuk, pilek). Dalam
beberapa hari ini pipinya bengkak seperti sakit gigi, namun ternyata terdapat benjolan di
langit-langit mulutnya. Ketika dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan :
13
h. Leher : tidak ada peningkatan JVP
i. Thorax : simetris, pernafasan vesikuler
j. Abdomen : supel, H/L ttb, peristaltic usus (+)
k. Ektremitas : kedua ekstremitas tidak ada kelainan
l. TB : 78 cm
m. BB : 10 Kg
n. LLA : 13 cm
o. LK : 46 cm
p. LD : 46 cm
C. Pola Kesehatan Keluarga
1. Kebersihan Diri
Kebiasaan personal hygiene keluarga untuk mandi biasanya 2-3 x sehari dengan
sabun dan gosok gigi. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
2. Penyakit Yang Pernah Diderita
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny N mengatakan bahwa An. R memang dari kecil sering sakit-sakitan dan
sudah menderita kurang berat badannya sejak kecil.
b. Riwayat Penyakit Keturunan
Saat di konformasi untuk riwayat penyakit jantung di derita oleh ayah dari
suami serta untuk diabetes mellitus, ginjal, tidak di temukan ada penyakit
keturunan.
c. Riwayat Penyakit Kronis
An. A menderita BGM (Bawah Garis Merah) sejak bayi kecil dan an. D juga
dengan status gizi kurang.
3. Pola Nutrisi
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak sama. Tn.
N makan 3 kali sehari dan minum yang tidak tentu tergantung dari aktivitas yang di
lakukan oleh Tn. N biasanya 5-10 gelas perhari. Untuk Ny.N juga tidak pasti kadang
lebih 3 kali karena harus menghabiskan makanan anaknya dan untuk minum juga
tidak tentu antara 5-8 gelas sehari. Untuk anak-anak juga tidak pasti mereka akan
makan jika lapar namun biasanya mereka minimal makan 3 kali sehari dan untuk si
bungsu (An R) jarang sekali makan pada waktu sakit, namun jika sehat terkadang 4-5
kali sehari dengan di dukung lauk yang di sukai. Kebiasaan minum anak-anak
14
tergantung aktivitas, ketika aktivitasnya banyak minumnya bisa lebih dari 6 gelas
sehari biasanya berupa air putih, air teh dan susu.
4. Pola Istirahat
Sebisa mungkin Keluarga Tn. N ini tidur siang. Untuk Tn. N tidak tidak siang karena
harus bekerja. Untuk anak dan istri biasanya mereka tidur siang antar pukul 13.00 –
15.00 WIB. Untuk tidur malam biasanya anak-anak mulai tidur pukul 21.00 WIB.
Ny.N tidur pada pukul 22.00 – 05.00 WIB sedangkan untuk Tn. N tidur pada pukul
23.00 – 05.00 WIB, begitu pula An. A dan An. D tidur sebelum pukul 21.00 dan
bangun pada pukul 05.30
5. Pola Aktivitas
Kegiatan yang biasa Tn. N lakukan adalah bekerja sebagai buruh. sedangkan Ny. N
bisanya bekerja sebagai buruh pada malam hari dan siangnya mengurus anak-
anaknya. Untuk anak pertamanya sudah sekolah di SD untuk anak ke 2 di TK dan
anak 3 masih dalam pengawasan karena masih balita.
6. Sumber Pelayanan Kesehatan Yang Biasa Digunakan Keluarga
Keluarga Tn. N jarang sekali dan hampir tidak pernah berobat ke puskesmas terdekat,
mereka biasanya ke dokter terdekat karena mereka Ny,. N merasa repot tidak ada
waktu untuk ke puskesmas selain itu kendaraan juga tidak ada. Karena anak-anaknya
masih kecil, Ny. N memanfaatkan posyandu untuk memeriksakan anaknya setiap
bulan.
D. Pengkajian Lingkungan
1) Kharakteristik Rumah
Rumah Tn. N merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 60 m2.
Termasuk rumah permanen, berdinding tembok lantainya dari semen. Mempunyai 1
ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC. Ventilasi rumah sudah
mencukupi 10% dari total bangunan dan lingkungannya tampak sedikit kotor.
2) Pembuangan Air Kotor
Ada septic tank dan pembuangan air limbah rumah tangga dengan kontruksi semi
permanen yang terletak di belakang rumah. Saluran limbah menggunakan saluran
limbah terbuka.
3) Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah keluarga biasanya di letakkan ke dalam plastik kresek dan tidak
di bedakan antara sampah terurai dan tidak terurai kemudian di buang ke lubanng
sampah yang terletak di belakang rumah.
15
4) Sumber Air Minum
Keluarga memanfaatkan air sumur yang terletak di luar rumah dengan jarak antara
sumur dengan jamban kurang dari 10 meter. Ini di sebabkan karena tidak ada
pekarangan atau halaman lagi yang bias di manfaatkan.
5) Kharakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga Tn. N termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong
royongan tinggi dan selalu siap membantu keluarga Tn. N.
6) Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Tn. N sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah.
E. Struktur Keluarga
1) Cara Berkomunikasi Anggota Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga berkomunikasi dengan bahasa jawa. Keluarga
Tn. N merupakan keluarga yang terbuka, bila ada masalah selalu dikomunikasikan
bersama,
2) Struktur Kekuatan Keluarga
Struktur kekuatan keluarga cenderung bersifat afektif, kekuasaan / sifat merubah
perilaku keluarga timbul karena ada perasaan saling menyayangi. Dalam pengambilan
keputusan dimusyawarahkan. Sebagai pengambil keputusan setelah sependapat adalah
Tn. N sebagai kepala keluarga.
3) Struktur Peran
Peran Tn. N sebagai suami dan tulang punggung keluarga. Ny N sebagai istri dan
sebagai ibu dari anak-anaknya dan apabila malam menjelang membantu suami
mencukupi kebutuhan sehari-hari denngan menjadi buruh cuci di perumahan..
4) Nilai dan Norma Keluarga
Dalam keluarga tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat anggota keluarga.
Untuk masalah kesehatanpun dalam keluarga tidak ada praktik yang harus dilakukan
semua anggota keluarga. Sistem nilai yang dianut keluarga dipengaruh status sosial,
agama.
F. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hubungan dalam keluarga Tn. N terjalin akrab, antara satu dengan yang lain saling
mendukung, menghormati, membantu bila ada masalah.
16
2) Fungsi Perawatan Keluarga
a. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Keluarga sudah tahu bahwa anak R berada pada kondisi kurang berat badannya,
keluarga mengetahui dari posyandu dan waktu kecil tidak lengkap imunisasinya.
Keluarga mengetahui ketidaklengkapan imnunisasi, namun waktu itu dalam kondisi
repot sehabis pindahan dan mengurus anaknya yang nomer 2 sehingga tidak ada
waktu ke fasilitas kesehatan sehingga anaknya tidak mendapatkan imunisasi
b. Kemampuan Keluarga Mengambil keputusan
Masalah yang terjadi pada keluarga ini sebenarnya sudah tahu, namun untuk
mengambil keputusan yang belum optimal. Dibuktikan dengan tidak lengkapnnya
imunisasi anak.
c. Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit
Keluarga belum maksimal merawat anggota yang sakit. Ini di buktikan bahwa an. R
masih berada di bawah garis merah pada KMSnya. Dengan usia 3,5 tahun anak
mempunyai berat badan 9 kg. Sewaktu pengkajian pertama di dapatkan data bahwa
An. R menderita panas dan terdapat bengkak pada langit-langit mulutnya sudah 1
mingu belum sembuh.Waktu minggu ke dua nak eduanya sakit gigi dan hanya di
kasih pons
d. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah
Pemanfaatan rumah Ny T belum maksimal. Keluarga menyadari pentingnya
kebersihan lingkungan terhadap kesehatan, meskipun menyadari namun belum di
laksanakan secara maksimal. Rumah masih tampak berdebu, apabila hujan air masuk
karena struktur rumah tidak tertutup semua. Depan rumah sudah jalan raya sehingga
banyak sekali denu-debu yang berterbanngan. Halaman rumah tidak bias di
manfaatkan hanya pot-pot kecil sebagi penambah indahny pemandangan.
e. Kemampuan Keluarga Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan
Fasilitas yang di gunakan keluarga Tn. N adalah ke dokter terdekat dan menfaatkan
kartu jamsostek serta ke posyandu.
f. Fungsi Sosialisasi
Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab. Dengan masyarakat juga akrab, saling
tolong menolong bila ada masalah.
g. Fungsi Ekonomi
Tn. N sudah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai
sekolah anak-anaknya.. Untuk Ny. N juga bekerja di malam hari sebagi buruh cuci.
17
Untuk masalah ekonomi mereka berangapan sudah cukup hidup seperti ini walaupun
pas-pasan namun jika di turuti masih kurang.
G. Stres dan Koping Keluarga
a. Strategi Koping
Keluarga merasa apa yang terjadi merupakan kehendak Tuhan, Keluarga hanya bisa
pasrah. Bila ada masalah tidak dibuat tegang agar tidak stress berusaha berpikir
dengan pikiran dingin dan lebih santai.
b. Status Emosi
Tn. N termasuk orang yang tidak mudah untuk stress begitu juga Ny. N.
H. Persepsi Keluarga Terhadap Masalah
Keluarga mengganggap apa yang terjadi pada An. R adalah biasa namun segera
mendapatkan penanganan. Keluarga akan mencari pelayanan kesehatan ketika ada
anggota keluarga yang mempunyai keluhan atau mereka akan mencari dokter terdekat
atau langganan untuk berobat.Keluarga ini juga membeli obat di warung dan juga
menggunakan jamu tradisional.
2. ANALISA DATA
18
anaknya.
DO
o Rewel
19
warung.
DO:
Anak R
o BB 10kg
o LLA 13 cm
o LK 46 cm
o LD 46 cm
Anak D
o BB 12 Kg
o LLA 14
o LK 47 cm
o LD 47 cm
20
terhadap anaknya. keputusan
DO
Diagnosa prioritas:
21
3. RENCANA KEPERAWATAN
N
o Kriteria
Tupan Tupen Standar Evaluasi Intervensi
D Evaluasi
x
1 Setelah Setelah Verbal Keluarga dapat: Jelaskan dan
dilakukan dilakukan 5 psikomotor diskusikan tentang
memahami
perawatan X kunjungan hipertensi :
tentang ASI
selama 1 keluarga
memahami – ASI
bulan dapat :
tetang
keluarga
– Waktu pemberian
- Memahami waktu pemberi
dapat
ASI
tentang ASI - an ASI
mengambil
Memahami mampu
keputusan Motivasi keluarga
waktu menyapih
untu untuk menyapih
pemberian balitanya
menyapih Balitanya.
ASi yang
balitanya
Keluarga mampu
tepat
mengambil keputusan
- Menyapih
untuk menyapih
balitanya
balitanya.
2 Setelah Setelah Status Keluarga memahami Jelaskan dan
dilakukan dilakukan 5 verbal tentang : diskusikan tentang
perawatan X kunjungan psikomotor demam :
Pengertian
selama 1 keluarga
demam Pengertian
bulan dapat :
Tanda dan o Tanda
keluarga
- Mengenal gejala dan
dapat
masalah Factor yang gejala
melakukan
kesehatan mempengaruhi o Factor
perawatan
yang Cara yang
terhadap
terjadi pencegahan mempe
anggota
- Memahami ngaruhi
keluarga
Keluarga dapat
22
yang sakit tentang mengenali masalah o Cara
dan tidak penyakit yang terjadi pencega
terjadi demam dan han
Keluarga dapat
komplikasi cara
merawat anggota Lakukan pemeriksaan
penangann
keluarga yang sakit. TTV
an anak
demam
Jelaskan dan
demontrasikan
penanganan demam
Motivasi kelaurga
untuk membawa ke
pelayanan kesehatan
apabila tidak sembuh.
3 Setelah Setelah Verbal Keluarga memahami Jelakan dan diskusikan
dilakukan dilakukan 2 x Psikomotor tentang caries: tentang caries
perawatan kunjungan
Pengertian Pengertian
selama 1 keluarga
Tanda dan Tanda dan
bulan dapat
gejala gejala
nyeri mengenal
Cara Cara
hilang tentang
pencegahan pencegahan
caries, tanda
Penanganan penatalaksanaa
dan gejala
n
serta
penangan dari
Lakukan pemeriksaan
caries. Keluarga dapat
gigi
- Keluarga mengenal masalah
dapat Motivasi keluarga
mengenal untuk membawa ke
masalah, fasilitas kesehatan
Keluarga mampu
- Keluarga
23
mampu mengambil keputusan
mengambil
Keluarga mampu
keputusan.
menggunkan fasilitas
- Keluarga
kesehatan
mampu
menggunkan
fasilitas
kesehatan.
4. IMPLEMENTASI
1) Ketidak efektifan manajemen keluarga berhubungan dengan Ketidakmampuan
mengenal masalah, ketidakmampuan keluarga untuk merawat keluarga yang sakit
P Lakukan pencarian
Senin 14 Pengkajian tahap dua S Ny. T mengatkan nanti akan membawa ke
Mei 2006 Menganjurka untuk dokter.
periksa ke pelayanan
O Ny. T mengatakana akan menkompres
kesehatan
anaknya
Mengukur suhu badan A
Mengajarkan cara Mengonpres, langit-langit mulut tersapat
mengkompres benjolan.
P
Masalah teratasi sebagia
Lanjutkan intervensi
Selasa 15 Memberikan susu S Ny. T mengatakan nakanya susah makan
Mei 2006
24
Mengkaji gizi kelurga
O Anak mau makan, bermain Cuma sebentar,
Terapi bermain untuk
banyak di gensongan, rewel
anak agar mau makan
dengan bonekadan A Masalah teratasi sebagian
truk
P Lanjutkan intervensi
Rabu Terapi bermain S An. R mengatkan ambil boneknya di buat
boneka dan truk lucu
24 Mei O
Evaluasi
2006 Tertawa, mendekat, meberikan bonekanya
A
Masalah teratasi
P
pertahankan
Mengkaji
A
penannganan nyri Masalah belum teratasi
25
A Masalah teratsi sebagian
P Pertahankan
Jumat Evaluasi S Ny. N mengatakan akan merawat naknya
dan akan membawanya kle pelayanan
26 Mei
kesehatan nanti jika naknya sakit kembali
2006
O Tersenyum
A Masalah teratasi
P Pertahankan
3) Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
P Lakukan pencarian
Senin 14 Pengkajian tahap kedua S Ny. N mengatakan akan membuat
Mei 2006 Menayakan menu keluarga jadwal makan untuk nak-anaknya
khusunya untuk anak-anak naumn semua tergantung cengan
Menganjurkan untuk ekonomi
O
menganti menu makanan
Membuat daftar menu
dan mempercantik A
makanan Masalah teratasi
Berdiskusi bersama P
26
mengenai menu makanan Pertahankan
dan jadwal pemberian
makan
P Petahankan
25 Mei O An/ D
2006
TB : 88 cm
BB : 12 Kg
LLA : 14 cm
LK : 47 cm
LD : 47 cm
An. R
o BB 10kg
o LLA 13 cm
o LK 46 cm
27
o LD 46 cm
A Masalah teratsi
28
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum terselesaikan
sampai saat ini. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita).
2. SARAN
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa/mahasiswi yang membaca, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
29
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Ciri-Ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan
Online
Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008:
Republika Online.
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol.
5/XVII/ November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ke-
2. Jakarta: Rineka Cipta
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
30