Anda di halaman 1dari 17

Pandangan Agama Terhadap Keluarga Berencana

Dosen Pengampu: RD. Garbito Pamboaji S.S., MARS

Di Susun Oleh
Kelompok 3 :
Agustina Poni Kristyani (202201003)
Bela Sapitri (202201011)
Diva Sri Anjani (202201020)
Hilma Fiani (202201028)
Meilani (202201035)
Muhammad Rizky Apriyana (202201043)
Titi (202201077)
Yuki Hermina Putri Sinaga (202201084)
Fikri Hardiana Prayoga (202101032)

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK

Jl. Jend. Sudirman Km.2 Rangkasbitung 42315 Lebak, Banten

Telp. (0252) 201116-209831

TAHUN AJARAN 2022/2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang telah
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kami tentang
“Pandangan Agama Mengenai KB”.
Makalah ini tentunya belum cukup sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan sarannya dari pembaca yang bersifat membangun.Penulis berharap, semoga makalah ini
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian KB
2.2 KB Menurut Pandangan Islam dan Pandangan hukum nya
2.3 Pandangan KB dalam Agama Kristen Protestan

2.4 Pandangan KB dalam Agama katolik

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.  Latar belakang


Indonesia merupakan Negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar serta menghadapi
masalah jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kelahiran 5.000.000 per
tahun. Untuk mengatasi peledakan yang tidak terkendali pemerintah mencetuskan program
Keluarga Berencana. Esensi tugas program Keluarga Berenacana (KB) dalam hal ini telah
jelas, yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi
terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
Program KB menurut UU No.10 tahun 1992 (tentang kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kependudukan dan peran serta masyarakat
melalaui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan
bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan social budaya penduduk
Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.
Paradigma baru program Keluarga Brencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berencana tahun 2015”.
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki
jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun pro dan kontra mengenai penggunaan alat kontrasepsi
sebagai upaya melaksanakan Keluarga Berencana masih menjadi salah satu topic utama yang
diangkat oleh sebagian para ahli agama di Indonesia seperti kaum ulama. Sehingga
pelaksanaan program KB masih harus dilihat dari pandangan hukum islam. Padahal telah
jelas disebutkan bahwa tujuan umum untuk tiga tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana
program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

2.      Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :


1. Mengetahui definisi tentang Keluarga Berencana,makna Keluarga Berencana, dan
Metode/ Alat Kontrasepsi serta Hukum Penggunaannya
2. Mengetahui pandangan hukum Islam tentang Keluarga Berencana meurut pandangan
Al-Qur’an, Al Hadist dan ulama.
3. Mengetahui cara KB yang diperbolehkan dan yang dilarang oleh Islam

ii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keluarga Berencana


keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai perencanaan
yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut
dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang
disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.

2.2 KB Menurut Pandangan Islam dan Pandangan hukum nya


1.      Hukum Ber-KB
KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan
keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan
dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, Kb
juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat
dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah
kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam.Namun persoalannya
kemudian adalah : sejauh mana ia diperbolehkan? dan apa saja batasannya?. Hal tersebut
akan terjawab pada penjelasan dibawah ini.
2.      Makna Keluarga Berencana
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang
dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha
pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi
tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti
sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al
nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti
pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang. Pemandulan dan
aborsi yang dilarang oleh Islam disini adalah tindakan pemandulan atau aborsi yang tidak
didasari medis yang syari`i. Adapun aborsi yang dilakukan atas dasar indikasi medis, seperti
aborsi untuk menyelamatkan jiwa ibu atau karena analisa medis melihat kelainan dalam
kehamilan, dibolehkan bahkan diharuskan. Begitu pula dengan pemandulan, jika dilakukan
dalam keadaan darurat karena alasan medis, seperti pemandulan pada wanita yang terancam
jiwanya jika ia hamil atau melahirkan maka hukumnya mubah. Kebolehan KB dalam batas
pengertian diatas sudah banyak difatwakan , baik oleh individu ulama maupun lembaga-

ii
lembaga ke Islaman tingkat nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kebolehan KB dengan pengertian /batasan ini sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI
(Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah
Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun 1983.
Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti
tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode
kontrasepsi yang akan digunakan untuk ber-KB.

A.     Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana


Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita
laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
Surat An-Nisa’ ayat 9:

‫وليخششش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقواهللا واليقولوا سديدا‬
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB
diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal:
53, dan at-Thalaq: 7.
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan
dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,
memperhitungkan biaya hidup berumah tangga.

B. Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana


Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

)‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه‬
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan
dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah
tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi
orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.

ii
C. Menurut Pandangan Ulama’
1)      Ulama’ yang memperbolehkan
Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh
Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti
progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari
kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan
keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin
mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat al-
Mu’minun ayat: 12, 13, 14.
2)      Ulama’ yang melarang
Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang diantaranya ialah Prof.
Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu
termasuk membunuh keturunan seperti firman Allah:

‫وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬


“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan
memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.

D. Hukum Keluarga Berencana


a. Menurut al-Qur’an dan Hadits
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang melarang atau
memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada
kaidah hukum Islam, yaitu:

‫اال صل فى األشياء االباحة حتى يدل على الدليل على تحريمها‬


Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti
program KB, yakni karena hal-hal berikut:
•     Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman
Allah:

)195 : ‫وال تلقوا بأيديكم إلى التهلكة (البقرة‬


“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.
•     Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai
dengan hadits Nabi:

‫كادا الفقر أن تكون كفرا‬


“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.

ii
 Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak
terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi:

‫وال ضرر وال ضرار‬


“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.

E.     Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam


1      Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara lain,
menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini
diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan
kepada azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya.
       Dari salah satu kasus yang telah dipaparkan diatas Banyak hal yang seyogyanya
membuat kita ragu tentang masalah KB ini. Untuk lebih mendalami Masalah ini berikut
uraian – uraian yang dapat disampaikan:

  Alasan tidak diperbolehkannya KB


Hukum KB bisa haram jika menggunakan alat atau dengan cara yang tidak dibenarkan dalam
syariat islam.
Ada beberapa ulama yang menolak KB dengan alasan antara lain, yaitu:
1. KB sama dengan pembunuhan bayi.
2. KB merupakan tindakan tidak wajar (non-alamiah) dan bertentangan dengan fitrah.
3. KB mengindikasikan pada ketidakyakinan akan perintah dan ketentuan Tuhan.
4. KB berarti mengabaikan doa Nabi agar umat islam memperbanyak jumlahnya.
5. KB akan membawa petaka konsekuensi-konsekuensi sosial.
6. KB adalah suatu jenis konspirasi Imperialis Barat terhadap negara-negara yang
berkembang.
7. KB dilakukan karena niat yang tidak baik misalnya takut mengalami kesulitan
ekonomi dan susah mendidik anak.
       Para ulama sepakat bahwa menggunakan metode KB yang bersifat permanen hukumnya
haram. Metode permanen adalah metode yang bersifat mantap, yang meliputi tindakan :

1. Vasektomi atau vas Ligation

2. Tubektomi atau Tubal Ligation (operasi ikat saluran telur)

ii
3. Histerektomi (operasi pengangkatan rahim)

      Ulama mengharamkan metode kontrasepsi permanent ini karena menilainya sebagai
bentuk pengebirian yang dilarang oleh Rasulullah saw. Sesuai dengan sabda Rasulullah :
Tidaklah termasuk golongan kami (umat islam) orang yang mengebiri orang lain atau
mengebiri dirinya sendiri. Disamping itu, tindakan sterilisasi juga dianggap sebagai
mengubah firth kejadian manusia yang dilarang dalam islam.
2)      Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara merubah
atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara
lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang
tujuan pernikahan untuk menghasilakn keturunan.
  Alasan diperbolehkannya KB
       Menurut kelompok ulama yang membolehkan, dari segi nash, tidak ada nash yang sharih
secara eksplisit melarang ataupun memerintahkan ber-KB.
Mereka juga beralasan dari sudut pandang ekonomi dan kesehatan, antara lain, sebagai
berikut:
a. Untuk memberikan kesempatan bagi wanita beristirahat antara dua kehamilan.
b. Jika salah satu atau kedua orang pasangan suami istri memiliki penyakit yang dapat
menular.
c. Untuk melindungi kesehatan ibu.
d. Jika keuangan suami istri tidak mencukupi untuk membiayai lebih banyak anak.
e. Imam al-ghazali menambahkan satu lagi, yaitu menjaga kecantikan ibu.
       Secara umum lembaga-lembaga fatwa di Indonesia menerima dan membolehkan KB.
Majelis Ulama Indonesia menjelaskan, bahwa ajaran islam membenarkan Keluarga
Berencana. Argumen yang membolehkannya adalah untuk menjaga kesehatan ibu dan anak,
pendidikan anak agar menjadi anak yang sehat, cerdas, dan sholeh. Majelis Tarjih
Muhamadiyah memandang KB sebagai jalan keluar dari keadaan mendesak, dibolehkan
sebagai hukum pengecualian, yakni:
a. Untuk menjaga keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.
b. Untuk menjaga keselamatan agama, orang tua yang dibebani kewajiban mencukupi
keperluan hidup keluarga dan anak-anaknya.
c. Untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak.
       Ulama-ulama NU termasuk memperbolehkan KB didasarkan pada prinsip kemaslahatan
keluarga (Mashalihul Usrah) bagi pengembangan kemaslahatan umum (al-mashalihul

ii
‘Ammah). Sedangkan menurut ulama PERSIS, KB dalam pengertian pengaturan jarak
kelahiran hukumnya ibadah, dan tidak terlarang.
       Bagi Negara, program KB dapat mengurangi beban negara. Contohnya sebelum tahun
1990 diprediksikan, tanpa program KB jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 akan
mencapai 285 juta jiwa. Namun dengan program KB, sensus pada tahun itu menunjukkan
jumlah penduduk hanya 205 juta jiwa. Artinya, ada penghematan energi, pangan, dan sumber
daya lain yang semestinya digunakan oleh 80 juta jiwa. Oleh karena itu program KB terus
digalakkan oleh pemerintah.

2.3 Pandangan KB dalam Agama Kristen Protestan

Pandangan Alkitabiah tentang KB sangat jelas dan detil. Manusia diperintahkan untuk
“beranak cucu dan bertambah banyak sampai memenuhi bumi” (Kej. 1:28). Perintah ini
tidak hanya ditujukan kepada orang Kristen saja, tetapi juga untuk non-Kristen, karena
perintah ini diberikan baik sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej. 1) dan juga
setelah peristiwa air bah (Kej. 9); yaitu setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Berdasarkan
alasan ini, mandat prokreasi haruslah dilakukan sesuai dengan kehendak dan pimpinan Tuhan
karena mandat prokreasi adalah mandat yang berasal dari Tuhan kepada seluruh umat
manusia. Kemudian dengan hikmat yang berasal dari Allah, seiring dengan waktu dan
kemajuan teknologi, manusia dimampukan untuk melakukan Kontrol Kelahiran melalui
Program KB.

Keluarga Berencana adalah suatu tindakan manusia secara sadar untuk mengontrol, baik
dalam hal jumlah dan atau jarak antara kelahiran anak, dengan tujuan utama mengendalikan
jumlah anak yang pada akhirnya secara lebih luas akan berdampak pada pengendalian jumlah
penduduk suatu negara ataupun dunia.

Tujuan utamanya sebenarnya adalah untuk memastikan terbentuk keluarga yang sesuai
dengan kehendak Allah.

Metode atau alat yang sering dipakai dalam KB disebut alat atau metode kontrasepsi. Alat
kontrasepsi ini bertujuan untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara, meskipun
ada juga teknik yang dapat bersifat permanen.

Ada beberapa metode kontrasepsi yang umum dipakai, seperti oral kontrasepsi atau yang
dikenal sebagai pil KB, KB suntik, Intra Uterina Device (IUD) atau dikenal dengan istilah
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yang oleh orang awam dikenal dengan istilah spiral
karena alat yang dipakai berbentuk spiral.

Selain itu juga dikenal metode-metode lain seperti kondom, spermisida, dan diafragma. Lalu,
masih ada yang disebut sebagai kontrasepsi mantap. Metode ini menghindari kehamilan
secara permanen. Metode ini sering juga disebut sebagai sterilisasi, yaitu di mana suatu
tindakan kontrasepsi dengan mengikat saluran indung telur pada perempuan atau memotong
saluran sperma pada pria.

ii
Sebagai orang percaya, menyadari bahwa “anak-anak adalah pemberian Allah” dan
“Keluarga adalah institusi duniawi yang paling pertama diberkati Allah”. Jadi, perintah
Tuhan tidak diberikan begitu saja, lalu kita boleh menjalankan sekehndak hati kita (meskipun
kita memiliki kehendak bebas) melainkan harus tetap dalam pimpinan Tuhan.

Berikut ini adalah beberapa ayat yang menjelaskan anak dari perfektif Allah.
1. Anak adalah hadiah dari Allah ( kejadian 4:1; kejadian 33:5 )
2. Anak adalah warisan dari Tuhan ( Mazmur 127:3-5 )
3. Anak adalah berkat dari Tuhan ( Lukas 1:42 )
4. Anak adalah mahkota orang-orang tua ( Amsal 17:6 )
5. Allah memberkati perempuan-perempuan mandul dengan anak-anak ( Mazmur113:9;
Kejadian 21:1-3; 25:21-22; 30:1-2; Samuel 1:6-8; Lukas 1:7, 24-25 )
6. Allah membentuk anak-anak dalam kandungan ( Mazmur 139:13-16 )
7. Allah mengetahui anak-anak sebelum mereka dilahirkan ( Yeremia 1:5; Galatia1:15)

Dalam konteks prokreasi, demi membangun Kerajaan Allah, maka bila kita dipimpin tidak
harus menikah, maka kita tidak menikah. Atau jika kita harus menikah, janganlah menahan
diri dari pimpinan Tuhan. Selanjutnya, demikian halnya dalam hal mengatur jumlah anggota
keluarga dan kapan untuk menambah anak dalam keluarga. Hidup ini tidaklah pernah boleh
lepas dari pimpinan Roh Kudus dalam setiap aspek kehidupan. Manusia tidak pernah
diberikan hak otonom yang mengatasnamakan kebijaksanaan dalam mengatur seinci dari
hidupnya.

Lewat pemahaman ini hendaknya orang percaya tidak menyalahgunakan perintah prokreasi
untuk memuaskan ambisi keberdosaan agar mendapatkan anak sebanyak-banyaknya atau
menahan jumlah anak sesedikit mungkin agar hidup kita tidak repot adanya. Atau yang lebih
buruk adalah, jika konsep prokreasi kemudian dipakai sebagai alasan untuk membenarkan
perilaku promiskuitas/berganti-ganti pasangan.

Panggilan hidup yang telah Tuhan tetapkan sebenarnya sangat sederhana: yaitu taat kepada
perintah Tuhan dalam firman-Nya dengan pimpinan Roh Kudus yang dinamis setiap saat.
Jadi, KB hanyalah bagian dari anugerah Tuhan yang diberikan bagi manusia untuk
menselaraskan hidup ini dengan kehendak Tuhan dalam konteks membangun keluarga kita
dalam keluarga Kerajaan Allah.

Dengan kesadaran yang didasari oleh hikmat Allah, hendaknya orang percaya memahami
bahwa Allah tetap mengendalikan seluruh kehidupan dan perencanaan kita baik kita
menggunakan KB ataupun tidak. Sadarlah bahwa tangan Allah yang Mahakuasa tidak diikat
oleh KB yang dikembangkan dan kemudian digunakan oleh manusia. Sepasang suami-istri
pasti akan memperoleh anak sesuai waktunya Tuhan, apakah itu dengan menggunakan KB
atau tidak, termasuk juga Allah dalam otoritasNya mengontrol jumlah anak dari sebuah
keluarga.

Melalui pergumulan kita dalam menjalankan KB, kita diajarkan mengenal kehendak-Nya
dalam kedaulatan-Nya. Seluruh kemampuan yang Tuhan berikan bagi kita adalah untuk

ii
dipakai mengejar pengenalan akan Tuhan, kehendak-Nya, dan penggenapan kehendak-Nya.
Melalui pengejaran inilah kita berelasi dengan Dia Sang Pencipta.

Pada konteks dunia berdosa zaman sekarang ini, tanpa mengatur jumlah keluarga, banyak
pasangan akan memiliki “lebih banyak” anak daripada yang mereka dapat
pertanggungjawabkan, baik secara emosional-relasi bahkan finansial pada akhirnya. Hal itu
tentu saja akan menyulitkan, bagi pasangan tersebut, anak anaknya, keluarga bahkan hingga
masyarakat, lingkungan dan negara.

Allah adalah Allah yang hidup, Allah yang berelasi dengan umat-Nya, Allah yang hadir
dalam setiap langkah umat-Nya yang mengasihi Dia. Sehingga bertanggungjawab, termasuk
dalam pengendalian kehamilan adalah bentuk tanggungjawab manusia kepada sang Pencipta.

2.4 Pandangan KB dalam agama katolik


• Keluarga berencana merupakan salah satu faktor penunjang terciptanya keluarga yang
bahagia, bahkan sampai negara pun ikut mengurusi masalah ini.

• Gereja Katolik yang hidup di tengah-tengah masyarakat mau

tidak mau harus ikut peduli dengan program pemerintah ini, sebab Gereja ada dan hidup di
tengah masyarakat yang ikut bertanggung jawab atas kehidupan warganya.

Tujuan Keluarga Berencana

1. Untuk Kesejahteraan Keluarga

Alasan pertama adalah demi terbangunnya satu keluarga yang sejahtera, karena keluarga
sebagai sel terkecil dari hidup masyarakat.

2. Kepentingan masyarakat dan umat manusia secara universal. Pelaksanaan KB dapat


berakibat pada berkurangnya laju pertumbuhan penduduk, keberhasilan program Keluarga
Berencana merupakan salah satu sarana yang penting untuk mengantar bangsa ini keluar dari

keterbelakangan, kemiskinan dan ketidakadilan. Dapat kita bayangkan bagaimana situasi


dunia global apabila laju pertumbuhan penduduk terus meningkat; dunia makin sempit,
sumber-sumber energi bumi terus berkurang serta akibat-akibat ngeri lainnya dengan
kepadatan penduduk dunia.

Faktor-faktor pendorong (motivasi) keluarga melakukan KB

1. Demi kesehatan Ibu.

ii
Baik sehat secara fifik maupun psikis. Setiap kehamilan dan persalinan memakan banyak
tenaga sang ibu. Dengan melakukan KB diharapkan resiko kematian ibu dan bayi lebih
diminimalisir.

2. Memperkaya relasi/hubungan suami istri.

Salah satu tugas utama suami istri adalah untuk pengadaan (melahirkan) dan membesarkan
anak, tetapi juga perlu dipikirkan resiko dari hubungan suami istri untuk menjadi hamil.
Maka dengan mengikuti KB pasangan suami istri mengalami kebebasan yang lebih besar
dalam hubungan intimnya serta bisa memelihara relasi cintanya secara lebih pantas.

3. Taraf hidup yang pantas.

Dengan kesanggupan para orang tua untuk mengatur lebih mudah kelahiran anak sesuai
dengan keinginan dan tanggung jawabnya, pastilah berakibat pada taraf/standar hidup
keluarga yang lebih baik.

4. Pendidikan anak lebih baik.

Dengan sedikit anak, para orang tua lebih bisa untuk memperhatikan pendidikan anak
anaknya, karena kesejahteraan keluarga nantinya sangat tergantung dari mutu pendidikan
anak.

Penanggungjawab berlangsungnya KB

1. Orang tua (pasangan suami istri).

Secara otomatis setiap pasangan suami istri yang pertama dan utama memikul tanggung
jawab program KB ini, sebab merekalah yang memiliki potensi vital untuk pengadaan anak.

2. Pemerintah

Pemerintah diberikan tugas berat untuk menjaga serta memelihara kepentingan umum.
Program NKKBS (norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera) dimaksudkan untuk
menghindari pertumbuhan penduduk yang melebihi kemampuan negara untuk menaikkan
produksi maupun untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat secara merata.

3. Pimpinan Agama.

Akhirnya juga pimpinan semua agama bertanggung jawab untuk menyuluh, membimbing
dan mendampingi para penganut agamanya yang sudah menikah.

Pedoman Gereja Katolik tentang KB

1. Tanggung jawab sepenuhnya diserahkan kepada pasangan suami istri untuk mengatur
kelahiran, jumlah anak, jarak waktu melahirkan.

ii
2. Tentang pemilihan alat-alat kontrasepsi.

Pada prinsipnya Gereja Katolik memperbo-lehkan pasangan suami istri keluarga Katolik
memakai alat-alat kontrasepsi dengan catatan

a. Tidak merendahkan martabat pasangan suami istri;

b. Tidak berlawanan dengan hidup manusia;

c. Alat-alat kontrasepsi yang menjadi pilihannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

ii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan visi dan misi yang telah sampaikan dalam pembahasan makalh ini,
Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya
meingkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut
dapat dilihat dalam pelaksanaan program Making Pregnancy Safer sehingga Keluarga
Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventive yang paling dasar dan utama.
Namun dalam pelaksanaannya, timbul perdebatan dari kaum ulama Islam serta pihak-pihak
yang bersangkutan terhadap jalannya program KB ini yang mempertimbangkan tentang
hokum penggunaan alat kontrasepsi / ber-KB dari sudut pandang hukum Islam. Program
keluarga berencana dilaksanakan atas dasar sukarela serta tidak bertentangan dengan agama,
kepercayaan dan moral Pancasila. Dengan demikian maka bimbingan, pendidikan serta
pengarahan amat diperlukan agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri dapat menghargai
dan, menerima pola keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu pelaksanaan program keluarga berencana tidak
hanya menyangkut masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi berbagai segi
penting lainnya dalam tata hidup dan kehidupan masyarakat.
Demikian makalah ini penulis buat. Menyadari bahwa tugas makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang konstruktif selalu
diharapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penggarapan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan berbagai pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr,Wb

ii
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (PT Toko Gunung Agung : Jakarta. 1997), h.
54
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 1997), h. 29
Prof. Abdurrahman Umran, Islam dan KB (PT Lentera Basritama: jakarta. 1997),h. 99
Drs. Musthafa Kamal, Fiqih Islam (Citra Karsa Mandiri: Yogyakarta. 2002), h. 293
Dr. H. Chuzamah, T. Yangro dkk. (ed), Problematika Hukum Islam Kontemporer (Pustaka
Firdaus: Jakarta. 2002), h. 164-165
Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan (Mizan:
Bandung. 1997), h. 70
Luthfi As-syaukani, Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer (Pustaka Hidayah:
Bandung. 1998), h. 157
Newcomer E. To Conceive or Not Conceive: A ChristianPerspective on

Family Planning. CedarEthics Online. 2013; 51.

Enriqueta B, Soler F. Religion and family planning. Eur J Contraception

Reproductive Health Care, 2017; 22(3):1-2

Grisanti MA. Birth control and the christian:recent discussion and basic

suggestions. MSJ 2012; 23(1): 85–112

Winnail SD. Family Planning and Contraception: A Biblical Perspective for

Christians. 2010. https://www.lcg.org/lcn/2010/january-february/family

planning-and-contraception-biblical-perspective-christians

Srikanthan A, Reid RL. Religious and Cultural Influences onContraception.

J Obstet Gynaecol Can 2008;30(2):129–137

ii
ii

Anda mungkin juga menyukai