DISUSUN OLEH :
KELOMPOK XIII
ANGGOTA KELOMPOK : 1. FANINDA RAHMASARI (1710421011)
2. GHINA NUR HIKMAH (1710421019)
KELAS : BIOLOGI A
DOSEN PENGAMPU : RENO ANDIKA, S.Pdi, M.Pdi.
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1 Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz, Sunan Abi Daud, “Bab
Ijtihad Ra‟yi fil Qadha‟”. Juz : 9, hadis nomor 3119 (dalam software maktabah syamilah)
Hadis itu merupakan sebuah prinsip yang menjadikan keyakinan
umat Islam bahwasannya konsep ijtihad dibutuhkan dalam memecahkan
persoalan-persoalan hukum Islam yang tidak dijelaskan dalam al-Quran
dan Hadis.
2 Noor Faried Ma‟ruf, Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia, (Bandung: AlMa‟arif,
1983), hlm. 42
3 Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz,Musnad Ahmad, “Bab
Musnad Anas bin Malik ra.”. Juz : 27, hadis nomor 13080 (dalam software maktabah syamilah).
4 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam (Terjemahan),
(Surabaya: Bina Ilmu, 1993), hlm. 270.
5 A. Rahmat Rosyadi, Soeroso Dasar, Indonesia keluarga Berencana ditinjau dari
Hukum
Islam, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm. 12.
untuk melakukan usaha sendiri menggunakan metode alami,6 mereka lebih
memilih menggunakan alat-alat kontrasepsi, tetapi masih ada yang
menggunakan cara yang telah ada pada zaman Rasulullah yaitu dengan
cara ‘azl (Coitus Interruptus).
Program Keluarga Berencana (KB) tidak akan lepas dari yang
namanya kontrasepsi yaitu pencegahan konsepsi (pembuahan), atau
mencegah terjadinya pertemuan antara sel telur (ovum) dari wanita dengan
sel mani (sperma) dari pria saat bersetubuh sehingga tidak terjadi
kehamilan.7 Sesuai dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,
maka metode kontrasepsi telah banyak macamnya, sehingga bisa menjadi
pilihan dan solusi bagi suami istri yang akan melaksanakan program
Keluarga Berencana (KB). Oleh karena itu dalam pembahasan makalah
ini juga memaparkan mengenai alat-alat kontrasepsi modern tersebut.
diperhatikan dalam mencapai kehidupan keluarga yang sejahtera
sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi :
B. Rumusan Masalah
6 Dwi Anton, Dyah Andari, Memilih Kontrasepsi Alami dan Halal, (Solo: Aqwamedika,
2008), hlm. xi.
7 Ibid., hlm. 12-14.
8 Masjfuk Zuhdi, Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu,
1974), hlm. 15.
4. Bagaimana dalil hukum tentang alat-alat kontrasepsi?
C. Batasan Masalah
1. Pengertin alat kontrasepsi
2. Pandangan Islam tentang alat-alat kontrasepsi
3. Jenis-jenis alat kontrasepsi
4. Dalil hukum tentang alat-alat kontrasepsi
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian alat kontrasepsi
2. Untuk mengetahui dan memahami pandangan Islam tentang alat kontra-
sepsi
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis alat kontrasepsi
4. Untuk mengetahui dan memahami dalil hukum tentang alat-alat kontra-
sepsi
BAB II
PEMBAHASAN
14 Az- Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jilid 9, cet 1, Darul Fikr,
Jakarta, 2010, hlm. 104
15 Ahmad ad-Duwaisy, Fatawa al-Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta,
(Riyadh: Dar al-‘Ashamah, t.t), jilid 19, hlm. 300.
16 Bin Baz, Majmu’ Fatawa al-‘Allamah Abdul Aziz bin Baz, (Ttp: t.p., t.t.), jilid 21, hlm.
191
kemadharatan untuk pendidikan anak-anaknya. Jika kehamilan yang
berurutan (dalam waktu dekat) memberi kemadharatan pada pendidikan
anak atau kesehatan dirinya, maka tak masalah mengatur jarak kehamilan
setahun dua tahun selama masa menyusui. Karena sejatinya Rasulullah
SAW menganjurkan untuk memperbanyak keturunan.”
Adapun Syaikh Fauzan juga dimintai fatwa berkenaan hukum
mengkonsumsi pil pencegah hamil. Menurut beliau, hukumnya tidak boleh
mengkonsumsi pil pencegah hamil kecuali dalam keadaan darurat. Disebut
darurat jika dokter memvonis kehamilannya bisa berujung pada kematian.
Sedangkan mengkonsumsi pil tersebut dengan tujuan menunda kehamilan,
maka tidaklah mengapa selama hal tersebut memang diperlukan. Misalnya
jika kesehatannya tidak baik jika hamil yang satu dengan setelahnya
berdekatan, atau karena hal tersebut memberi kemadharatan bagi anak
pada masa penyusuannya. Sifat pil tersebut pun tidak menghentikan
kehamilan (permanen), tapi hanya sekedar bisa untuk menunda. Hal
tersebut tidak boleh dilakukan sesuai kebutuhan dan setelah berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter.17
Syaikh Abu Malik Kamal membagi pencegah hamil menjadi
3: ‘azl, kontrasepsi permanen, dan kontrasepsi temporal. Hukum azl
makruh. Ketentuan kontrasepsi temporal sama seperti ‘azl, lebih baik
dihindari, namun jika penggunaannya karena takut miskin maka
hukumnya menjadi haram. Adapun kontrasepsi permanen, bisa dengan
cara sterilisasi (mengikat atau memotong saluran sel telur) ataupun dengan
mengangkat rahim, maka tidak ada perbedaan pendapat akan
keharamannya. Kecuali jika memang ada kondisi darurat yang jika rahim
tidak diangkat atau langkah semisalnya bisa membahayakan jiwa ibu,
maka sterilisasi diperbolehkan.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makah ini yaitu :
1. Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah kehamilan menggunakan
alat atau obat pencagah kehamilan.
2. Alat kontrasepsi yang dibenarkan dan diperbolehkan syari’at islam
adalah jika memiliki alasan yang syar’i. Alat kontrasepsi yang
dilarang syari’at adalah jika ia merasa takut akan kemiskinan, atau
menganggap jika banyak anak, maka kebutuhan ekonomi semakin
meningkat sehingga harus lebih bekerja keras, maka hal tersebut
sangat dilarang oleh syari’at.
3. Jenis-jenis alat kontrasepsi yaitu menggunakan alat atau obat
pencagah kehamilan, seperti spiral, kondom, pil anti hamil.
4. Hukum menggunakan alat kontrasepsi makruh. Ketentuan
kontrasepsi lebih baik dihindari, namun jika penggunaannya karena
takut miskin maka hukumnya menjadi haram.
B. Saran
Maka diharapkan kepada pemakai kontrasepsi atau yang meng-
inginkan kontrasepsi ini harus memiliki alasan yang syar’i (kesehatan
ibu dan anak akan terganggu jika hamil, menjarak kelahiran, dan
mengatur kelahiran), dan tidak menggunakan kontrasepsi yang bersifat
permanen atau selamannya, dan tidak mengandung sesuatu yang
haram, dengan alasan-alasan di atas, diperbolehkan untuk
menggunakan kontrasepsi,
DAFTAR PUSTAKA
Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz, Sunan Abu Daud,
dalam software maktabah syamilah.
Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz, Shohih Muslim,
dalam software maktabah syamilah.
Ahmad ad-Duwaisy, Fatawa al-Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al
Ifta, (Riyadh: Dar al-‘Ashamah, t.t), jilid 19, hlm. 300.
Al-Ahkam ath-Thibiyah al-Muta’alliqah bi an-Nisa fi al-Fiqh al-Islami, hlm. 120.
Al-Utsaimin, dkk.2009. Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah, cet.2.Riyadh: Adhwa as
Salaf
Anton, Dwi. Dyah Andari. 2008. Memilih Kontrasepsi Alami dan Halal. Solo:
Aqwamedika.
Az- Zuhaili, Wahbah. 2010. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jilid 9, cet 1.
Jakarta: Darul Fikr.
Bin Baz, Majmu’ Fatawa al-‘Allamah Abdul Aziz bin Baz, (Ttp: t.p., t.t.), jilid 21.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Hlm 27 & 592
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis
Keluarga Berencana, Jakarta selatan: Pusat data dan informasi.
https://tips sehatkeluarga bunda.blogspot.co.id/2013 .
https://www. muslimafiyah.com