Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN MASALAH TENTANG KB DAN

PENGAKHIRAN KESUBURAN
Di tulis diajukan untuk Memenuhi Tugas Ilmu Fiqh
Dibimbing oleh Bapak Bahrul Munib,M.pd

Kelas : PAI / A10


Kelompok 13 :

Moch. Abu Hanifa (T20181461)


Nur Azizah (T20181474)
Ulul Izzah (T20181477)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
Desember, 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..
A. Latar Belakang …………………………………………………………........
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….......
C. Tujuan………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..
A. Pengertian Keluarga Berencana (KB)………………………………………...
B. Sejarah Dunia Tentang KB………………………………………………….
1. KB di Inggris…………………………………………………….....
2. KB di Amerika Serikat……………………………………………...
3. KB di Indonesia.................................................................................................
C. Hukum Mengikuti KB....................................................................................................
D. Pengakhiran Kesuburan (STERILISASI)...................................................................
1. Pengertian Sterilisasi........................................................................................
2. Tujuan Sterilisasi..............................................................................................
3. Hokum Sterilisasi.............................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................
A. Kesimpulan………………………………………………………....
B. Saran………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di


dunia. Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang
sangat tinggi. Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi
kondisi tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia.
Tetapi di satu sisi kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin
besar. Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk
memberikan penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka
pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara
yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan program keluarga
berencana.
Keluarga Berencana (KB) dalam pengertian sederhana adalah merujuk
kepada penggunaan metode kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan
bersama, untuk mengatur kesuburan dengan tujuan untuk menghindari kesulitan
kesehatan, kemasyarakatan, dan ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka
memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Namun
ternyata gerakan pembatasan keturunan ini jika kita perhatikan dari sisi agama
ternyata hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran islam. Sebab Allah SWT serta Rosulullah SAW telah mensyari’atkan
kepada ummatnya untuk mendapatkan keturunan sekaligus memperbanyaknya
dan ada ayat Al-Qur’an yang menjelaskan diperbolehkannya membatasi
keturunan dikarenakan dalam keadaan darurat.
Meskipun demikian masih ada di sebagian kalangan yang menganggap
keluarga berencana adalah hal yang tabu dan dilarang oleh agama dengan alasan
karena rasulullah menginginkan kelak mendapatkan umat terbanyak di antara
umat-umat yang lain dan berkeyakinan bahwa rezeki seserorang sudah dijamin
oleh Allah SWT. Menariknya adalah bagaimana sebenarnya hukum keluarga

2
berencana dalam konteks keindonesiaan melihat keadaan masyarakatnya yang
banyak dan masih berada di bawah garis kemiskinan serta kualitas yang rendah.
Adapun Sterilisasi (pengakhiran kesuburan) adalah proses pemandulan karena
disengaja melalui proses operasi. Sedangkan Infertilitas adalah kemandulan
karena berkurangnya kesanggupan sel untuk berkembang biak, meskipun
Sterilisasi merupakan tindakan untuk memandulkan pria dan wanita tetapi tidak
dapat disamakan dengan istilah Infertilitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Keluarga berencana?
2. Bagaimana sejarah dunia tentang keluarga berencana?
3. Bagaimana hukum mengenai keluarga berencana?
4. Apa pengertian strelisasi elisasi (pengakhiran kesuburan)?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian keluarga berencana
2. Untuk mengetahui sejarah keluarga berencana
3. Untuk mengetahui hukum keluarga berencana
4. Untuk mengetahui pengertian strelisasi

BAB II

3
PENDAHULUAN
A. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) dalam pengertian sederhana adalah merujuk kepada
penggunaan metode kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama, untuk
mengatur kesuburan dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan,
kemasyarakatan, dan ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka memikul
tanggungjawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa KB adalah pengaturan
rencana kelahiran anak dengan melakukan suatu cara atau alat yang dapat
mencegah kehamilan. KB bukanlah berarti Birth Control atau Tahid al-Nasl yang
konotasinya pembatasan atau mencegah kelahiran, yang mana hal tersebut
bertentangan dengan tujuan perkawinan yaitu melanjutkan keturunan.
Perencanaan keluarga dengan jumlah anak yang mungkin mampu ia tanggungkan
sesuai dengan kondisinya masing-masing. Perencanaan keluarga adalah
merencanakan kelahiran dengan merencanakan kehamilan karena memakai atau
menggunakan suatu cara atau alat/obat yang disebut kontrasepsi. Dengan
demikian dapat dibedakan antara mencegah kelahiran dengan mencegah
kehamilan.1 KB adalah usaha untuk mencegah kehamilan merupakan hak dan
wewenang setiap manusia, termasuk perencanaan berkeluarga Ini meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusuan dan penjagaan
kesehatan ibu dan anak.
2. pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman.
3. mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga, melainkan
juga untuk kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan pemeliharaan
anak.

B. Sejarah Dunia tentang KB


1. KB di Inggris
Keluarga Berencana di inggris mula-mula timbul pada abad 19 atas prakasa
kelompok orang-orang yang menaruh perhatian kepada sebagian besar kaum
1 Al-Fauzi, “Keuarga Berencana Perpekstif Islam dalam berbagai Bingkai Kehidupan”,
LENTERA, Vol. 3, No. 1, 2017, hal. 3

4
buruh dikota-kota besar di inggris yang sedang mengalami kesulitan hidup,
miskin, gaya hidup yang buruk ditambah lagi dengan banyaknya anak.
Pencanangan Keluarga Berencana mulai dibicarakan oleh Marie Stopes
seorang bidan di inggris yang hidup pada tahun 1880-1950 dan dialah yang
menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan buruh saat itu dengan
mengkampanye kan kondom, secara berkala kepada masyarakat Inggris pada saat
itu
2. KB di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat pelopor KB adalah Margareth Sanger yang hidup pada
thn 1883-1966 ia adalah juru rawat yang pertama kali mencanangkan dengan
program “birth control” (KB) pada tahun 1912 nya merupakan pelopor KB
Modern.
Pada Nopember 1921 diadakan Amerika hasilnya terbentuknya Amirican Birth
Control League Dan Margareth Sanger diangkat sebagai ketuanya. Selanjutnya
pada tahun 1923 mulai dibuka biro klinik pengaturan kelahiran. Hal ini membuka
jalan terhadap pembukaan ratusan klinik sejenis di Amerika. Pada tahun 1925 ia
mengorganisir Konperensi International di New York yang menghasilkan
pembentukan International Federation of Birth Control League.
Pada tahun 1948 Margareth Sanger turut aktif di dalam pembentukan
International Committee on Planned Parenthood yang dalam konferensinya di
New Delhi pada tahun 1952 meresmikan berdirinya International Planned
Parenthood Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Lady
Rama Ran dari India sebagai pimpinannya. Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-
perkumpulan keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang
merupakan cabang-cabang IPPF tersebut.
3. KB di Indonesia

Pelopor gerakan KB di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga Berencana


Indonesia atau PKBI yang didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957 dan
diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak secara silent
operation. Dalam rangka membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara
sukarela, usaha KB terus meningkat terutama setelah pidato pemimpin negara
pada tanggal 16 Agustus 1967 di mana gerakan KB di Indonesia memasuki era

5
peralihan jika selama orde lama program gerakan KB dilakukan oleh sekelompok
tenaga sukarela yang beroperasi secara diam-diam karena pimpinan negara pada
waktu itu anti kepada KB maka dalam masa orde baru gerakan KB diakui dan
dimasukkan dalam program pemerintah. Struktur organisasi program gerakan KB
juga mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968 didirikanlah LKBN yaitu
Lembaga Keluarga Berencana Nasional sebagai semi Pemerintah, kemudian pada
tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi BKKBN atau Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional yang merupakan badan resmi pemerintah dan departemen dan
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program KB di Indonesia.

Terlepas dari perdebatan hukum yang telah dikemukakan diatas, bagaimana


hukum KB dalam konteks keindonesiaan. Hal ini dapat dilakukan karena adanya
latar belakang ragam motivasi, adakalanya motivasi individual dan juga motivasi
nasional yaitu suatu progaram yang dicanangkan oleh pemerintah suatu negara.
Beberapa negara di dunia saat ini menghadapi masalah kependudukan yang serius,
karena laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak seimbang dengan laju
pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor kehidupan lainnya. Sehingga usaha
pemerintah memakmurkan dan menjesahterakan rakyatnya menghadapi kendala
yang serius.31 Salah satu dari negara tersebut adalah Indonesia yang mayoritas
masyarakatnya beragama Islam. Motivasi ber-KB secara individual, penulis
berpendapat ada empat hal pokok yang menjadi pertimbangan masing-masing
individu dalam melaksanakan KB:

a. Segi ekonomi. Suami, istri hendaknya mempertimbangkan,


mengenai pendapatan dan pengeluaran dalam rumah tangga.

b. Segi social. Suami istri hendaknya dapat memikirkan mengenai


pendidikan anak, kesehatan keluarga, perumahan dan keperluan
rekseasi untuk keluarga.

c. Segi lingkungan hidup. Biasanya kalau penduduk banyak, sedang


sarana tidak memadai, maka akan terjadi kerusakan lingkungan,
seperti sampah, limbah yang kotor, air yang tidak bersih dan lainlain. Hal
ini memang tidak hanya tertuju pada satu keluarga, tetapi
berlaku umum, dan menyangkut dengan kepadatan penduduk.

6
d. Segi kehidupan beragama. Ketenangan hidup beragama dalam satu
keluarga, banyak factor penentuannya, seperti fakor ekonomi,
social, lingkungan tempat tinggal, kemampuan ilmu yang dimiliki
suami istri dalam mendidik anak dan keharmonisan antara semua
keluarga.

C. Tujuan Program Keluarga Berencana

Berdasarkan pengertian KB dan problem-problem yang ditimbulkan dari


beberapa faktor seperti diuraikan dalam bagian pendahuluan di atas, maka
program KB mempunyai beberapa tujuan yang dipandang akan membawa
kemaslahatan dan mencegah kemudaratan, baik bagi keluarga yang
bersangkutan maupun bagi negara yang mengalami masalah kependudukan.
Khususnya di Indonesia, program KB bertujuan untuk:

1. Tujuan demografis, yaitu upaya penurunan tingkat pertumbuhan


penduduk sebanyak 50% pada tahun 1990 dari keadaan tahun 1971. Kalau
ini berhasil, maka laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat ditekan
sampai 1% pertahun mulai 1990. Dengan demikian hasil pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi serta pendapatan negara semakin dapat
dirasakan, tidak sekedar memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang konsumtif
seperti pangan, pelayanan kesehatan dan masalah-masalah sosial lainnya,
tetapi meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara serta
membangun sarana-sarana yang lebih produktif. Dan juga untuk
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang melalui pelembagaan keluarga
kecil bahagia sejahtera.

2. Tujuan normatif, yaitu menciptakan suatu norma ke tengah-tengah


masyarakat agar timbul kecenderungan untuk menyukai keluarga kecil
dengan motto “dua anak lebih baik, tiga orang stop, lelaki perempuan
sama saja” sehingga melembaga dan merasa bangga dengan jumlah
keluarga yang relatif kecil yaitu Catur Warga atau Panca Warga.

Terlebih bagi anak-anak itu sendiri yang perlu dirawat secara intensif yaitu
diberi air susu ibu ASI selama dua tahun.7 Seterusnya disapih dari penyusuan
dengan memberikan makanan yang bergizi dan berprotein sampai anak tersebut

7
berumur lima tahun. Dengan kata lain, seorang ibu dituntut untuk merawat
seorang anak (bayi) secara intensif sampai anak berumur lima tahun. Sebelum
anak berumur lima tahun hendaknya sang ibu tidak diganggu oleh kelahiran anak
berikutnya. Apalagi dalam masa menyusui bayi, seorang ibu jangan sampai
menjadi hamil, karena dapat mengganggu kelancaran dan kemurnian air susu. Hal
ini disebab ghailah yang kurang terpuji, sebagaimana pernah disabdakan oleh
Nabi dalam suatu hadist, karena mengakibatkan terhentinya anak menyusu.

Lebih jauh, tujuan KB adalah untuk mempersiapkan secara dini sejumlah anak
yang memungkinkan bagi orang tua untuk membekali anak-anaknya, baik fisik
maupun mentalnya, agar dapat mandiri di hari depannya. Faktor dominan dalam
hal ini adalah agar anak mendapat pendidikan yang tinggi dan akhlak mulia yang
diperoleh dari rumah tangga seperti dicontohkan orang tuanya. Tujuan-tujuan ini
akan lebih mudah dicapai apabila suatu keluarga relative kecil, yang secara
ekonomis lebih mudah dijangkau, dan secara psikologis akan ada ketenangan serta
mawaddah wa rahmah antara suami istri. Hal ini merupakan pendidikan dasar
bagi anak-anak.

D. Hukum mengikuti KB
Keluarga Berencana atau KB adalah gerakan untuk membatasi jumlah
keluarga (yang sering kita dengar dengan istilah 2 anak cukup) yang dilakukan
dengan menggunakan alat kontrasepsi atau pencegahan kehamilan seperti spiral,
IUD dan lain-lain.
Namun ternyata gerakan pembatasan keturunan ini jika kita perhatikan dari
sisi agama, ternyata program Keluarga Berencana ini sangat bertentangan dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.
Sebab Allah subhanahuwata’ala dan Rasulullah SAW telah mensyariatkan
kepada umatnya untuk mendapatkan keturunan sekaligus memperbanyaknya.
Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda:
‫تزوجوا الودود الولود فإني مكاثر بكم المم يوم القيامة‬
”Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya akub
erlomba-lomba dalam banyak umat dengan umat-umat yang lain di hari
kiamat(dalam riwayat yang lain : dengan para nabi di hari kiamat)".

8
[Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Daud 1/320, Nasa'i 2/71, Ibnu Hibban no.
1229,Hakim 2/162 (lihat takhrijnya dalam Al-Insyirah hal.29 Adazbuz Zifaf hal
60) ; Baihaqi781, Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah 3/61-62]
Hukum asal untuk membatasi keturunan adalah Haram, Kecuali dalam keadaan-
keadaan tertentu yang mengharuskannya untuk tidak melahirkan lagi, seperti
dalam keadaan darurat. Maka jika bersandar dari dalil diatas, maka hukum asal
untuk membatasi keturunan adalah Haram. Namun pada kenyataannya timbul
banyak sekali pernyataan-pernyataan tentang keadaan tertentu yang
mengharuskan seseorang untuk berhenti dari memiliki keturunan. seperti dalam
keadaan darurat yang terkait faktor ekonomi, kesehatan dan pendidikan. maka
dalam hal ini pelaksanan KB diperbolehkan dalam ajaran islam sebagaimana
firman Alloh swt berikut :

‫اس سووليسلقوللواً قسوودل س‬


(9) ً‫سدديِددا‬ ‫ش اًلادذيِسن لسوو تسسرلكواً دمون سخولفددهوم لذرريِاةد د‬
‫ضسعاَدفاَ سخاَلفواً سعلسويدهوم فسوليستالقواً ا‬ ‫سووليسوخ س‬
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. ( QS An-Nisa ayat 9 )
Ayat ini menerangkan bahwa kelemahan ekonomi akan berpengaruh pada
kesehatan pisik dan IQ maka peranan kb diharapkan akan mampu menanggulangi
hal tersebut tidak untuk membatasi tetapi memberikan jarak kelahiran saja. Seperti
apabila Keadaan Istri yang sakit, yang tidak memungkinkan untuk hamil atau
melahirkan lagi. Dan jika mengandung atau melahirkan lagi akan membahayakan
kesehatan sang istri. Maka dalam kasus ini dibolehkan baginya untuk berhenti
memiliki keturunan. ( karena dalam kondisi darurat ). Atau Keadaan seseorang
yang sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri keberatanjika hamil lagi pada
saat itu. maka dalam keadaan seperti ini seorang istri dibolehkan untuk
mengkonsumsi pil pencegah kehamilan yang bersifat sementara
saja. Sepertisetahun
atau dua tahun dalam masa menyusui, sehingga ia merasa ringan untuk kembali
hamil, sehingga ia bisa mendidik dengan selayaknya. bagi yang tidak bermasalah
di anjurkan untuk menjarakkan proses persalinan dan tidak menstop keturunan
1. Perspektif Ulama Tentang KB

9
Imam Ramli, mengemukakan pendapatnya sebagai komentar atas pendapat
Ibn Hajar sebagai berikut:
Adapun suatu (alat) yang dapat menahan kehamilan untuk suatu masa tertentu,
tanpa memutus kehamilan dari sumbernya, hal itu tidaklah dilarang.
Dari dua pandangan di atas bila kita kompromikan maka dapat ditarik
kesimpulan, penggunaan alat kontrasepsi apapun, asal tidak menyebabkan
terhentinya kehamilan secara abadi dari sumber pokoknya (saluran/pembuluh
testis bagi pria, dan pembuluh ovorium bagi waninta) hal tersebut tidak dilarang.
Maka usaha pencegahan kehamilan yang tidak dibenarkan dalam Islam adalah
melakukan kebiri. Dalam medis, cara ini disebut dengan vasektomi pada pria atau
tubektomi pada wanita dan pengguguran kandungan yang popular dengan istilah
abortus. Abortus dengan cara apapun dilarang oleh jiwa dan semangat Islam baik
dikala janin sudah bernyawa atau belum kecuali memiliki alasan yang kuat seperti
membahayakan nyawa si Ibu.
Lebih lanjut Majlis Ulama Indonesia (MUI) dalam munasnya pada tahun 1983
tentang kependudukan, kesehatan dan keluarga berencana memutuskan bahwa
ber-KB tidaklah dilarang, dan penggunaan berbagai alat kontrasepsi dapat
dibenarkan dengan sedikit eksepsi yaitu pemasangan/pengontroan alat kontrasepsi
dalam Rahim (AKDR/IUD) harus dipasang oleh tenaga medis/ para medis wanita,
atau tenaga medis pria, dengan syarat harus didampingi oleh suami wanita
akseptor tersebut atau wanita lain (untuk menghilangkan fitnah). Adapun dengan
vasektomi atau tubektomi, tidaklah dapat
2. Dibolehkannya KB Pada Zaman Nabi Muhammad
Azal pernah dilakukan oleh sebagian Sahabat Nabi yang menjimaki bundak-
budaknya tetapi mereka tidak menginginkannya hamil. Demikian pula terhadap
istri mereka setelah mendapat izin sebelumnya. Peristiwa „azal ini mereka
ceritakan kepada Nabi seraya mengharapkan petunjuk Nabi tentang hukumnya.
Ternyata Nabi tidak menentukan hukumnya, sementara wahyu yang masih turun
juga tidak menentukan hukumnya. Mengenai „azal diungkapkan dalam sebuah
hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.

10
Dari sahabat Jabir berkata: kami melakukan „azal pada masa Nabi SAW
sedangkan ketika itu al-Quran masih turun, kemudian berita peristiwaini sampai
kepada Rasulullah dan beliau tidak melarang kami
Dalam riwayat yang lain disebutkan dan ketika itu al-Quran masih turun.
Dalam hadis lain dari sahabat Jabir yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan :
Dari sahabat Jabir berkata: salah seorang dari kalangan Anshar datang
menemui Rasulullah lalu ia berkata: sungguh aku memiliki seorang jariah sedang
aku sendiri menggaulinya, akan tetapi aku tidak menginginkannya hamil.
Kemudian Rasulullah memerintahkan lakukanlah „azal jika engkau menghendaki
karena dengan begitu hanya akan masuk sekedarnya saja. Atas dasar itulah
kemudian ia
melakukan „azal. Kemudian ia mendatangi rasul dan berkata: sungguh jariah itu
telah hamil, maka rasullahpun berkata: aku telah beritahu kamu bahwasanya
sperma akan masuk sekedarnya (kerahimnya) dan akan membuahi.
Kedua hadis di atas merupakan hadis taqriri yang menunjukkan bahwa
perbuatan „azal yang dilakukan dalam rangka upaya menghindari kehamilan
dapat dibenarkan (tidak ada larangan). Jika azal dilarang maka akan dijelaskan
dalam al-Quran yang masih turun pada waktu itu atau ditegaskan oleh nabi
sendiri. Nabi hanya mengingatkan „azal hanya ikhtiar manusia untuk mengindari
kehamilan, sedangkan kepastiannya berada ditangan Tuhan. Demikian pula alat-
alat kontrasepsi atau cara-cara lainnya, tidak menjamin sepenuhnya berhasil.
D. STERILISASI ( Pengakhiran Kesuburan )
1. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan atau metode yang menyebabkan seseorang
wanita tidak dapat hamil lagi Sterilisasi adalah cara proses pemandulan yang
dilakukan dengan sengaja.
Pengertian Sterilisasi sepintas mirip dengan apa yang disebut Infertilitas namun
sesungguhnya keduanya berbeda karena sebab Infertilitas bisa juga disebut
dengan kemandulan yaitu dimana berkurangnya kesanggupan sel untuk
berkembang biak tanpa melalui proses operasi. ada yang disebut Infertilitas
Primer adalah kemandulan yang sama sekali tidak pernah hamil.dan juga

11
Infertilitas Sekunder adalah keadaan wanita yang pernah hamil lalu menjadi
mandul karena factor usia
Letak perbedaan antara Sterilisasi dengan Infetilitas, kalau Sterisasi adalah
proses pemandulan karena disengaja melalui proses operasi,kalau Infertilitas
kemandulan karena berkurangnya kesanggupan sel untuk berkembang biak
meskipun Sterilisasi merupakan tindakan untuk memandulkan pria dan wanita
tetapi tidak dapat disamakan dengan istilah Infertilitas

2.Tujuan adanya Sterilisasi


Adanya faktor indikasi medis. karena wanita mengidap penyakit yang dapat
berbahaya seperti, jantung, ginjal, hypertensi disebut permintaan sendiri karena
yang bersangkutan tergolong mampu dalam hal ekonomi mereka menginginkan
untuk tidak mempunyai anak. Sterilisasi dilakukan dengan cara Radiasi yaitu
dengan merusak fungsi ovarium hingga wanita tidak dapat lagi menghasilkan
hormon-hormonnya hingga menjadi menupause. Dengan cara operatif dengan
mengangkat atau mengikat tuba sehingga tidak dapat lagi hamil.
3.BagaimanaHukumnya
Alat kontrasepsi berupa sterilisasi dilarang dalam islam karena sifat
pemandulannya untuk selama-lamanya yang akan mengakibatkan seseorang tidak
dapat mempunyai anak lagi. Pemandulan yang dibolehkan dalam islam yaitu yang
bersifat sementara saja yang dapat dilepaskan bila suatu saat ia inin menghendaki
anak kembali dan juga dalam kondisi apabila kesehatan istri atau suami terpaksa
maka sterilisasi boleh dilakukan karena dianggap darurat. addarurotu taqdiruhu bi
qodariha

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan intuk membatasi jumlah


keluarga yang dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan. Keluarga Berencana memiliki tujuan yang berbeda-beda dari setiap
keluarga. Dan hukum Keluarga berencana itu sebenarnya diharamkan, tetapi ada
juga ayat Al-Qur’an yang memperbolehkannya jika dalam keadaan darurat dan
dengan tujuan yang telah ditentukan.

Sterilisasi (Pengakhiran kesuburan) adalah metode yang menyebabkan


seorang wanita tidak hamil lagi. Pengertian strelisasi hampir mirip dengan
pengertiannya infetilitas, tetapi berbeda karena infetilitas bisa disebut dengan
kemandulan, yaitu dimana berkurangnya kesanggupan sel untuk berkembang

13
biak tanpa melalui proses operasi. Strelisasi dilakukan dengan cara radiasi yaitu
dengan merusak fungsi ovarium hingga wanita hingga tidak dapat lagi
menghasilkan hormon-hormonnya hingga menjadi menopause. Sterilisasi
dilarang dalam islam karena sifat pemandulannya selama-lamanya. Pemandulan
yang dierbolehkan dalam islam apabila bersifat sementara atau dalam keadaan
apabila kondisi kesehatan suami atau istri terpaksa maka sterilisasi boleh
dilakukan karena dianggap dalam keadaan darurat.

B. Saran

14

Anda mungkin juga menyukai