Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM

KURIKULUM DAN BELAJAR PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Semester Ganjil Tahun Akademik 2018/2019

Dosen Pembimbing : Ahmad Royani, M. Pd. I

Anggota Kelompok :

ERNALIA NALA SABILA (T20181475)

M. LUTVI KUNCORO ADI (T20181486)

ACHMAD IQBALIL KHAIR (T20181488)

M. RISQI HIDAYATULLOH (T20181493)

IBROHEM DUERAMEA (T20181499)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JEMBER
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan Islam terdapat suatu sistem yang menentukan generasi-generasi
yang akan meneruskan sepak terjang umat Islam yang akan datang. Sistem tersebut
merupakan salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan
Islam sebab komponen tersebut berjalan seiring tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan
pendidikan. Yaitu kurikulum yang menjadi salah satu penentu keberhasilan pendidikan dan
terlepas dari itu kurikulum merupakan sistem yang mengantisipasi kebutuhan masyarakat
yang berorientasi pada masa depan. Melihat fenomena tersebut, di mana kurikulum sejalan
dengan tujuan pendidikan bahkan sebagai aplikasi dari tujuan pendidikan itu sendiri.
Sehingga kemana arah dan tujuan pendidikan melaju maka kurikulkum akan mengikuti dan
menyelaraskan tujuan tersebut dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan masyarakat dan
menjadi penyeimbang diantara dunia pendidikan islam dengan masyarakat. Hal tersebut
dikarenakan tujuan pendidikan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan tentunya merujuk pada
budaya dan latar belakang suatu Negara dimana pendidiakn itu berada, karena tujuan
pendidikan tidak bisa lepas dari pola hidup dan budaya negara tersebut baik secara teoritis
maupun praktis.
Adapun keberadaan kurikulum dalam perspektif pendidikan islam memiliki bebErapa
kandungan yang sangat urgen, sehingga perlu dikaji dan dikembangkan baik secara teoritis
maupun praktis. Akan tetapi sebelum membahas mengenai kurikulum tersebut alangkah
baiknya kita mengupas terlebih dahulu makna kurikulum secara epistemology maupun
pengertiannya dalam pendidikan Islam juga mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan
perspektif kurikulum dalam perspektif Pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kurikulum pendidikan islam?
2. Apa ciri-ciri kurikulum pendidikan islam?
3. Apa prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam?
4. Apa isi kurikulum pendidikan islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu kurikulum pendidikan islam
2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri kurikulum pendidikan islam
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam
4. Untuk mengetahui apa isi kurikulum pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam


Kurikulum (manhaj/curriculum) adalah seperangkat perencanaan dan media untuk
mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.1
Konsep dasar kurikulum sebenarnya tidak sesederhana itu, tetapi kurikulum dapat
diartikan menurut fungsinya sebagaimana dalam pengertian berikut ini :
1. Kurikulum sebagai program studi. Pengertiannya adalah seperangkat mata
pelajaran yang mampu dipelajari oleh peserta didik disekolah atau diinstitusi
pendidikan lainnya.
2. Kurikulum sebagai konten. Pengertiannya adalah data atau informasi yang tertera
dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lain yang
memungkinkan timbulnya belajar.
3. Kurikulum sebagai kegiatan terencana. Pengertiannya adalah kegiatan yang
direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal
itu dapat diajarkan dengan berhasil.
4. Kurikulum sebagai hasil belajar. Pengertiannya adalah seperangkat tujuan yang
utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasi cara-cara yang
dituju untuk memperoleh hasil itu, atau seperangkat hasil belajar yang
direncanakan dan diinginkan.
5. Kurikulum sebagai reproduksi kultural. Pengertiannya adalah transfer dan refleksi
butir-butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan dipahami anak-anak
generasi muda masyarakat tersebut.
6. Kurikulum sebagai produksi. Pengertianya adalah seperangkat tugas yang harus
dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.2

Adanya pandangan bahwa kurikulum hanya berisi rencana pelajaran di sekolah


disebabkan adanya pandangan tradisional yang mengatakan bahwa kurikulum memang
hanya rencana pelajaran. Pandangan tradisional ini sebenarnya tidak terlalu salah, mereka
membedakan kegiatan belajar kulikuler dan kegiatan belajar ekstrakulikuler dan

1
Muhammad Ali al- khawli, Qomus Tarbiyah, English-Arab, Beirut : Dar al-‘ilm al-Maliyyin,tt.
Hal:103
2
Muhammad Ansyar, Dasar Dasar Pengembangan Kurikuum. Jakarta : Dirjen PT-PPLPTK
Depdikbut, 1989. Hal 8
kokulikuler. Kegiatan kulikuler ialah kegiatan belajar untuk mempelajari pelajaran wajib,
sedangkan kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler disebut mereka sebagai kegiatan
penyerta. Praktik kimia, fisika atau biologi, kunjungan ke museum untuk pelajaran sejarah
misalnya, dipandang mereka sebagai kakulikuler (penyerta kegiatan belajar bidang studi).
Apabila kegiatan itu tidak berfungsi sebagai penyerta, seperti pramuka dan olahraga, maka
yang ini disebut kegiatan di luar kurikulum (kegiatan ekstrakulikuler).
Menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau
bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern ialah semua yang secara nyata terjadi
dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini bertolak dari sesuatu yang actual dan
nyata, yaitu yang actual terjadi disekolah dalam proses belajar. Dalam pendidikan,
kegiatan yang dilakukan siswa dapat memberikan pengalaman belajar, seperti berkebun,
olahraga, pramuka dan pergaulan serta beberapa kegiatan lainnya di luar bidang studi yang
dipelajari. Semuanya merupakan pengalaman belajar yang bermanfaat. Pandangan modern
berpendapat bahwa semua pengalaman belar itulah kurikulum.
Atas dasar ini, maka inti kurikulum adalah pengalaman belajar. Ternyata pengalaman
belajar yang banyak berpengaruh dalam pendewasaan anak, tidak hanya mempelajari mata
pelajaran interaksi sosial di lingkungan sekolah, kerja sama dalam kelompok, interaksi
dalam lingkungan fisik, dan lain-lain, juga merupakan pengalaman belajar.3
Baik dilihat dari fungsi kurikulum dan maupun tujuannya, hakekat kurikulum adalah
kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa
bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-
pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan
yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.
Melalui konsep dasar kerikulum tersebut, dapat disusun ‘teori kurikulum’ sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Beauehamp (1975) mendefinisikan teori
kurikulum dengan “...a set of related statement that gives meaning to a school’s
curriculum by pointing up the relationships among its elements and by directing its
development, it use, and its evaluation” (...seperangkat pernyataan yang terkait yang
memberi arti bagi suatu kurikulum sekolah dengan jalan menunjukkan hubungan-
hubungan di antara unsur-unsurnya dan dengan mengarahkan pengembangan, penggunaan

3
Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Amzah 2010. Hal:163-164
dan evaluasinya). Menurut Jaweer dan Bair, teori kurikulum pendidikan tersebut harus
didasari atas asumsi tentang hakekat masyarakat, manusia, dan pendidikan sendiri.4

B. Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam


Kurikulum Pendidikan Islam tidak akan terlepas dari asas Islam itu sendiri yakni Al-
Qur`an dan Al-Hadits, maka ciri utama yang bisa diketahui adalah mencantumkan Al-
Qur`an dan Al-Hadits sebagai sumber utama. Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam
menurut Al-Syaibani, yaitu:
1. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak.
Agama dan akhlak itu harus diambil dari Al-Qur`an dan Al-Hadit serat contoh-contoh
dari tokoh terdahulu yang saleh.
2. Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek
pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan rohani. Untuk pengembangan
menyeluruh ini kurikulum harus berisi mata pelajaran yang banyak, sesuai dengan
tujuan pembinaan setiap aspek itu. Oleh karena itu, di perguruan tinggi diajarkan mata
pelajaran seperti ilmu-ilmu Al-Qur`an termasuk tafsir dan qiro`ah serta mata pelajaran
lainnya.
3. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan
masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.
4. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus seperti ukir, pahat, tulis-
indah, gambar dan sejenisnya. Selain itu, memperhatikan juga pendidikan jasmani,
latihan militer, teknik, keterampilan dan bahasa asing sekalipun semuanya ini
diberikan kepada perseorangan secara efektif berdasar bakat, minat dan kebutuhan.
5. Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan kebudayaan yang sering
terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan juga perbedaan zaman.
Kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu.
Adapun ciri-ciri khusus kurikulum pendidikan Islam, yaitu:
1. Dalam kurikulum pendidikan Islam, tujuan utamanya adalah pembinaan anak didik
untuk bertauhid. Oleh karena itu, semua sumber yang dirunut berasal dari ajaran
Islam.
2. Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang memiliki
keyakinan kepada Tuhan.

4
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kharisma Putra Utama. Hal :123-124
3. Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan landasan Al-
Qur`an dan Al-Hadits.
4. Mengarahkan minat dan bakat serta meningkatkan kemampuan akliah peserta didik
serta keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan konkret.
5. Pembinaan akhlak peserta didik, sehingga pergaulannya tidak keluar dari tuntunan
Islam.
6. Tidak ada kadaluarsa kurikulum karena ciri khas kurikulum Islam senantiasa relevan
dengan perkembangan zaman bahkan menjadi filter kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam penerapannya didalam kehidupan masyarakat.5
Beberapa ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam yang telah disebutkan diatas, dapat
dipahami bahwa kurikulum pendidikan Islam menekankan aspek spiritual tinggi dan
akhlak yang mulia.

C. Prinsip-Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam


Untuk menghindari persoalan yang mungkin muncul dalam penyusunan kurikulum
dan juga dalam proses belajar-mengajar maka perlu dikemukakan prinsip-prinsip
pendidikan Islam yang berkenaan dengan proses belajar-mengajar ini. Suatu kesulitan
dalam mengemukakan prinsip-prinsip pendidikan Islam secara normatif adalah timbulnya
masalah yang sering tercampur dengan hal-hal yang bersifat mikro sehingga para ahli
biasanya berbeda dalam menetapkan. Mana hal-hal yang termasuk prinsip dan mana yang
bukan. Tidak diragukan lagi bahwa ide mengenai prinsip-prinsip pendidikan Islam
memang banyak tertuang dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits nabi. Oleh karena itu,
berikut ini akan dikemukanan prinsip-prinsip pendidikan Islam beserta ayat atau hadits
yang dapat mewakili dan mengandung ide tentang prinsip-prinsip tersebut.
1. Prinsip Integrasi
Integrasi adalah sebuah prinsip yang memandang adanya wujud kesatuan
kehidupan dunia-akhirat. Kehidupan di dua alam ini dipandang sebagai satu
perjalanan yang tiada terputus. Dunia diletakkan sebagai jembatan menuju alam
akhirat yang abadi. Oleh karena itu, setiap muslim dalam menjalani kehidupan ini
juga harus mempertimbangkan pentingnya kebahagiaan hidup di masa depan:
kehidupan akhirat.
2. Prinsip Keseimbangan

5
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, Bandung: Pustaka Setia,
2010. Hal: 176-177.
Sudah lazim diketahui bahwa manusia dalam perkembangan fisik, mental, dan
pengetahuannya dibentuk oleh keluarga, sekolah dan lingkungannya yang beragam
dan berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam penentuan materi atau kebijakan
kependidikan tidak lepas dari perbedaan individualitas dan kolektivitas subjek didik.
Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan di dalam menyusun kurikulum dan
menetapkan materi ajar. Keseimbangan tidak harus sama, tetapi seimbang
berdasarkan porsi yang diberikan pada suatu hal secara proporsional.
3. Prinsip Persamaan dan Pembebasan
Prinsip ini berasal dari adanya keyakinan bahwa manusia diciptakan oleh
Tuhan yang sama dan juga dari asal yang sama (QS. Al-An’am [6]: 98, QS. an-Nisa
[4]:189, dan QS. az-Zumar [39]:6) sehingga tidak ada perbedaan unsur jenis kelamin,
kedudukan sosial-politik, warna kulit, dan lain-lain. Dari prinsip persamaan inilah
muncul pendidikan kerakyatan, dalam arti seluruh rakyat berhak mendapatkan
pendidikan dan pengajaran yang layak.
Selain prinsip persamaan, pendidikan (Islam) juga menganut prinsip
pembebasan dalam arti sebuah proses menuju ke arah kemerdekaan. Sebab, ketika
manusia tumbuh dan berintegrasi secara sosial dalam bidang pendidikan, ekonomi,
politik dan seni budaya maka pada saat itu terkuak realitas dan gambaran bahwa kaum
yang lemah dalam berbagai segi berhadapan secara tidak seimbang dengan kaum kuat,
masyarakat awam berhadapan dengan kaum terdidik atau intelektual, warga
masyarakat berbenturan dengan elite kekuasaan, masyarakat ekonomi lemah
dibelenggu oleh kelompok konglomerat yang semena-mena, dan masyarakat
teknologi-industrial merasakan keterasingan yang dahsyat yang mengungkungi
eksistensinya.
Di sini, manusia menghadapi problem kemanusiaannya sendiri. Untuk itu,
dibutuhkan pendidikan yang mampu membebaskan dalam arti mengembalikan unsur-
unsur kemanusiaannya sehingga terwujud manusia terdidik yang mampu
menyuarakan sisi kemanusiaan bila ia mendapatkan adanya kekurangan atau gejala
penyelewengan. Manusia yang mampu dan mau ber-amar makruf nahi munkar.
4. Prinsip Pendidikan Berkelanjutan
Prinsip ini disebut juga prinsip pendidikan seumur hidup. Penulis cenderung
memakai bahasa kontinu-berkelanjutan dengan dasar bahwa pendidikan Islam akan
terus berjalan di mana saja dan kapan saja. Proses pendidikan akan terus berjalan
seiring perkembangan zaman. Oleh karena itu, proses ini tidak akan berhenti hanya
dengan kematian seorang ilmuan. Jasa dan pahala ilmuan akan terus mengalir sampai
hari akhir selama ilmunya terus bermanfaat atau dimanfaatkan.
5. Prinsip Kemaslahatan dan Keutamaan
Kemaslahatan (al-mashlahah) dan keutamaan (al-fadhilah) adalah sebuah
prinsip yang mengharuskan pendidikan membawa manusia ke arah yang mashlahah
(baik bermanfaat) dan menuju ke arah yang lebih utama. Prinsip ini adalah ruh
pendidikan yang membawanya menuju fungsi yang sebenarnya. Prinsip ini berasal
dan berawal dari ruh tauhid yang menyebar dalam sistem moral, akhlak kepada Allah
dengan menjaga kebersihan hati dan kepercayaan serta jauh dari kekotoran syirik (QS.
Al-Kahfi[18]:110, QS. Luqman[31] :13 dan 22 ), dan memancar ke moralitas sosial.
Dengan prinsip kemaslahatan dan keutamaan ini, pendidikan bukan hanya sebuah
kerja mekanis, melainkan sebuah proses yang agung guna mengembalikan dan
meningkatkan potensi-potensi dan moral utama manusia.6

Adapun prinsip-prinsip utama kurikulum pendidikan Islam menurut al-Syaibani


adalah sebagal berikut :

1. Berorientasi pada Islam, termasuk dalam ajaran serta nilai- nilainya yang ada
didalamnya. Adapun kegiatan kurikulurn baik berupa falsafah, prosedur, tujuan
kandungan, metode, cara melakukan serta hubungan-hubungan yang berlaku atau
diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan haruslah berdasarkan Islam. Harus
sesuai dengan ajaran yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadist.
2. Prinsip menyeluruh (syumiuliyah/universal) baik dalam tujuan maupun isi
kandungannya. Jadi dalam sebuah kurikulum yang diterapkan dalam sebuah
pendidikan Islam. Sebuah prinsip atau pedomannya harus memiliki tujuan atauun isi
yang bersifat universal. Tidak terlalu kaku dengan satu hal pokok saja.
3. Prinsip keseimbangan (tawazun) antara isi atau kandungan kurikulum dengan tujuan
dari adanya kurikulum. Isi dan tujuan dari kurikulum harus seimbang. Tidak bisa jika
sebuah kurikulum yang diterapkan bersifat berat sebelah. Memiliki tujuan yang jelas
namun isinya tidak sesuai dengan pendidikan Islam atau bahkan tidak ada isinya.
4. Prinsip interaksi (inttishohiyah) antara kebutuhan Siswa dan kebutuhan masyarakat.
5. Prinsip pemeliharaan (wiqoyah) antara perbedaan-perbedaan individualitas.
Kurikulum yang dijalankan harus bisa mengajarkan pentingnya sebuah toleransi dan

6
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, LkiS Cemerlang, Yogyakarta, 2009, hal. 84-87
juga manfaatnya. Serta dampak negatif jika tidak bersikap negataif terhadap adanya
sebuah perbedaan.
6. Prinsip perkembangan (tanmiyah) dan perubahan (taghoyyur) seiring dengan tuntutan
yang ada dengan tidak mengabaikan nilai-nilai absolut. Jadi sebuah kurikulum
pendidikan Islam harus bisa beradaptasi seiring dengan perkembangan zaman, namun
tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadist.
7. Prinsip integritas (muwahhadah) antara mata pelajaran, pengalaman dan aktivitas
kurikulum dengan kebutuhan anak didik, masyarakat dan tuntutan zaman, tempat
anak didik berada.7

D. ISI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Ibnu Kholdun membagi isi kurikulum pendidikan Islam dengan dua tingkatan, yaitu:
1. Tingkatan pemula (manhaj -ibtida’i)
Materi kurikulum pemula difokuskan pada pembelajaran Al-quran dan As-Sunnah.
Ibnu Kholdun memandang bahwa Al-Qur’an merupakan asal sumber berbagai ilrnu
pengetahuan dan pelaksanaan pendidikan Islam. Di samping mengingat isi Al-quran
mencakup materi aqidah dan keimanan dalam jiwa anak didik serta memuat akhlak
mulia dan pembinaan pribadi, menuju ke arah yang baik dan benar.
2. Tingkat Atas (manhaj ‘aali)
Kurikulum tingkatan ini mempunyai dua klasifikasi yaitu :
a. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan dzatnya sendiri, seperti ilmu syari’ah yang
mencakup fiqh, tafsir, hadist, ilmu kalam, ilmu bumi, ilmu ketuhanan dan juga
ilmu filsafat.
b. Ilmu-ilmu yang ditujukan untuk ilmu-ilmu lain dan bukan berkaitan dengan
dzatnya sendiri. Misalnya ilmu bahasa (linguistik), ilmu matematik, dan juga ilmu
mantik (logika).8

Al-Ghazali membagi isi kurikulum pendidikan Islam kedalam empat kelompok dengan
mempertimbangkan jenis dan kebutuhan ilmu itu sendiri, yaitu:

1. Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu Fiqh, as-Sunnah, tafsir,
Ilmu Tauhid.

7
Akh. Muzakki dan Kholilah, Ilmu Pendidikan Islam, Kopertais IV Press, Surabaya, 2010, hal. 86
8
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung 1989, hal. 6-8
2. Ilmu-ilmu bahasa sebagai alat untuk mempelajari ilmu Al-Qu’an dan ilmu agama.
Misalnya ilmu nahwu dan sharaf.
3. Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah untuk dipelajari, seperti halnya ilmu kedokteran,
matematika, industri, pertania, teknologi, dan lain-lain.
4. Ilmu-ilmu beberapa cabang ilmu filsafat.9

9
Akh. Muzakki dan Kholilah, Ilmu Pendidikan Islam, Kopertais IV Press, Surabaya, 2010, hal. 88
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa didapat dalam materi yang ada dalam makalah ini adalah,
kurikulum itu merupakan sesuatu yang penting dan sangat dibutuhkan dalam sebuah lembaga
pendidikan. Baik itu pendidikan Islam maupun pendidikan lainnya. Hal ini dikarenakan
kurikulum merupakan semua hal yang secara nyata diterapkan dalam proses pendidikan di
sekolah. Jadi semua pembelajaran yang terjadi dalam kegiatan pendidikan di sekolah itu
tidaklah lepas dari yang namanya kurikulum, dan kurikulum disini adalah kurikulum
pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan islam haruslah mengajarkan hal-hal yang
menjunjung tinggi agama, akhlaq yang mulia serta tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Kurikulum pendidikan Islam juga harus memiliki prinsip-prinsip yang sesuai dengan isi
kandungan yang ada dalam Al-Qur’an. Contoh mata pelajaran yang ada dalam kurikulum
pendidikan Islam adalah Ilmu Fiqh, Ilmu Nahwu dan Sharaf, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Akh. Muzakki dan Kholilah, 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Kopertais IV Press, Surabaya.

Muhammad Ali, 1989. Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung.

Muhammad Ali al- khawli, Qomus Tarbiyah, English-Arab, Beirut : Dar al-‘ilm al-
Maliyyin,tt.

Muhammad Ansyar, 1989. Dasar Dasar Pengembangan Kurikuum. Jakarta : Dirjen PT-
PPLPTK Depdikbut.

Bukhori Umar, 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Amzah.

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kharisma Putra Utama

Moh. Roqib, 2009.Ilmu Pendidikan Islam, LkiS Cemerlang, Yogyakarta,

Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, 2010. Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, Bandung:
Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai