Anda di halaman 1dari 6

Internalisasi Nilai-nilai PMII Untuk Persatuan Bangsa

1. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau yang biasa kita sebut
dengan Indonesia merupakan negara kesatuan yang menggunakan bentuk
pemerintahan republik dengan tiga lembaga pemerintahan, yaitu legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Indonesia mempunyai landasan yang sekaligus menjadi
filosofi berbangsa yang kita kenal dengan Pancasila dengan lambang negara
burung Garuda. Selain itu Indonesia juga mempunyai dasar negara yaitu Undang-
undang Dasar (UUD) 1945. Kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini
mendeskripsikan tentang problematika yang begitu kompleks seperti
permasalahan ekonomi, politik dan sosial. Dari contoh problematika tersebut
harus segera diminimalisir guna menciptakan kemakmuran dalam masyarakat.
Mahasiswa merupakan kaum intelektual yang sedang mencari ilmu di
perguruan tinggi sebagai penerus tongkat estafet perjuangan (the founding father)
dimana peran mahasiswa sebagai pengawas dan juga sebagai penyambung lidah
rakyat, agent of change (generasi perubahan), agen of control (generasi
pengontrol) dan agent of analicys (menganalisis). Sebagai mahasiswa dan juga
kader penerus bangsa kita harus mampu menjawab tantangan serta persoalan
bangsa dan negara.
Maka PMII hadir diharapkan menjadi pintu keluar dari problematika yang
ada. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi
kemahasiswaan yang didirikan pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya. Pada
awalnya PMII merupakan underbow dari NU, akan tetapi adanya desakan dari
mahasiswa yang ingin mendirikan organisasi kemahasiwaan yang berdiri sendiri
akhirnya pada tanggal 14 Juli 1971 PMII menyatakan diri sebagai organisasi
kemahasiswaan yang independent.
PMII merupakan manifestasi dalam wujud masyarakat yang berbangsa
dan bernegara yang beragama dengan berlandaskan ahlussunnah wal jama’ah
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam PMII diantaranya yaitu kePMIIan,
keindonesiaan, aswaja, NDP (nilai dasar pergerakan) dan Gender. Dari nilai-nilai
tersebut diharapkan PMII menjadi suatu wadah yang berguna bagi bangsa dan
negara dengan dasar yang islami. PMII mempunyai nilai dasar pergerakan yang
biasa kita kenal dengan NDP yang merupakan hasil dari sublimasi pemikiran
islam di Indonesia yang terdiri dari a) tauhid b) hubungan manusia dengan Allah
c) hubungan manusia dengan manusia d) hubungan manusia dengan alam.
Dengan NDP tersebut diharapkan akan terbentuk sosok muslim yang berbudi
luhur, berilmu, bertaqwa, cakap dan bertanggung jawab dalam menggunakan ilmu
pengetahuaannya sehingga cita-cita ideal PMII dalam mencetak kader Ulul Albab
dengan ciri menjalankan dzikir, fikir, amal sholeh bisa tercapai secara dialektis,
kritis dan transformatif.
Nilai yang kedua dari PMII ialah aswaja. Jika kita renungkan lagi paham
aswaja dalam akidah (iman), syariat (islam) dan akhlak (ihsan ) maka dari aswaja
dapat kita jadikan kerangka berfikir (manhaj fikr), dari kerangka berfikir inilah
aswaja mengkonstruk keimanan, akal, perilaku dan gerakan. Kerangka berfikir
dapat kita klasifikasikan sebagai berikut: a) tawasuth (moderat) ialah sebuah
sikap tengah yang tidak condong ke kanan maupun ke kiri. Contoh dari hal ini
yaitu ketika ada sebuah konflik antara dua pihak maka kita harus memutuskan
perkara tersebut tanpa ada yang lebih diberatkan ataupun lebih diringankan. b)
tawazun (seimbang) ialah sikap berimbang dan harmonis dalam kehidupan sehari-
hari. Contoh dari hal ini yaitu ketika kita mempunyai anak SMA dan anak SD
tidak mungkin kita memberikan uang saku yang sama pada anak kita tersebut.
Sikap tawazun ini jangan hanya diterapkan dalam memberikan uang saku saja
tapi dalam kehidupan bernegara sikap ini harus diterapkan. c) ta’adul (adil) yaitu
tindakan yang berupa sikap, melihat, menimbang dan menyikapi suatu hal. Maka
hal ini tidak mungkin menuntut perbedaan dan pengutamaan. Contoh dari ta’adul
ialah menghargai hak orang lain dengan cara tidak bertentangan dengan keadilan
itu sendiri. d) tasamuh (toleransi) ialah sikap saling menghargai satu sama lain
tanpa adanya pelebelan apapun. Dari sikap ini aswaja merumuskan konsep
persaudaraan (ukhuwwah) yang meliputi ukhuwwah islamiyah, ukuwwah
wathaniyyah, ukhuwwah basyariyyah atau insaniyyah. Dari hal inilah akan
meningkatkan integritas berbangsa dan bernegara.
Melihat situasi Indonesia sekarang yang mengalami gejala dan gejolak
perpecahan yang salah satunya yakni aksi sparatis GAM (Gerakan Aceh
Merdeka), aksi sparatis Papua bergejolak serta tersebarnya pemikiran golongan
penegakan khilafah yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Maka
dari itu penanaman nilai empat pilar kebangsaan yakni pancasila, UUD 1945,
NKRI dan Bhineka Tunggal Ika perlu menjadi modal dasar dalam berbangsa dan
bernegara. Dari lahirnya pancasila yang disampaikan pada pidato tanggal 1 Juni
1945 dalam sidang BPUPKI, rumusan oleh panitia sembilan dalam piagam
Jakarta tanggal 22 juni 1945, karena pancasila merupakan karya bersama dan
konsensus bersama yang menyatukan keberagaman yang multikultural maka
dengan demikian jelas bahwa pancasila merupakan suatu hal yang harus di
junjung tinggi oleh setiap warga negara Indonesia dalam berbangsa dan
bernegara. UUD 1945 sebagai konstitusi negara hukum dasar yang dijadikan
pegangan atau penyelenggaraan suatu negara. Maka dengan demikian Undang-
undang Dasar merupakan sumber tertinggi yang menjadi norma hukum bagi
peraturan perundang-undangan dibawahnya, NKRI sebagai bentuk negara,
bhineka tunggal ika sebagai semboyan negara yang merupakan suatu kekuatan
yang bisa memepersatukan bangsa dan negara dalam mewujudkan cita-cita.
Sebagai kaum muda atau kaum terpelajar yang terdidik seyogyanya kita
harus sadar akan kebahagiaan masyarakat hari ini dan masa depan dengan watak
yang bernalar kritis, ketajaman sisi akademis dimana independensi mahasiswa
identik dengan perubahan sosial kemasyarakatan terutama anggota dan kader
PMII yang mempunyai tanggung jawab besar dalam tonggak perubahan bangsa
dan negara ini kedepannya.
2. Silabus Tema MAPABA 2019

No Tema Kisi-kisi Tujuan


1. Internalisasi 1. Pentingnya menjaga 1. Membentuk anggota
Nilai-nilai kesatuan dan yang bernalar kritis,
PMII Untuk keutuhan NKRI aktif-progresif dan peka
Persatuan 2. Urgensi internalisasi terhadap realitas sosial,
Bangsa Nilai-nilai PMII sebagai modal dasar
dalam berbangsa dan berbangsa dan
bernegara bernegara
3. Relevansi Nilai-nilai 2. Mencetak Anggota
PMII dalam menjaga yang berjiwa Agamis
kesatuan dan dan Nasionalis
keutuhan NKRI 3. Mencetak anggota yang
mampu merelevansikan
nilai nilai pmii dalam
kehidupan berbangsa
dan bernegara.
4. Membentuk anggota
yang bernalar kritis,
aktif-progresif dan peka

3. Landasan Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), internalisasi secara
etimologi berasal dari kata intern yang berarti sisi dalam yang berarti proses
penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga menjadi keyakinan
dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam bersikap
dan berperilaku.
Nilai berarti sesuatu, kadar, atau sifat-sifat yang berharga. PMII
merupakan singkatan dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Sedangkan
persatuan secara bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.
Bangsa menurut bahasa berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal
keturunan dan sejarahnya serta ada pemerintahannya sendiri atau juga bisa berarti
golongan manusia, binatang atau tumbuhan yang mempunyai asal-usul dan sifat
khas yang sama.
4. Landasan Pemikiran
1. UUD 1945
2. AD/ART PMII
3. Pancasila
4. MUSPIMNAS 2019 di Boyolali
5. MUSPIMCAB
6. Blueprint Kaderisasi
7. Multi Level Setrategi (MLS)
5. Landasan Historis

PMII sebagai organisasi mahasiswa Islam nusantara, harus terus


meningkatkan perannya untuk menjaga NKRI. Komitmen PMII menjaga NKRI
sudah sangat tidak diragukan lagi. Selama ini, kader-kader PMII memiliki
pemahaman ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang moderat dan toleran.

Mereka sudah terbiasa berkumpul dengan orang yang berbeda agama dan
berbeda budaya. Nilai-nilai at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, at-tawazun
atau seimbang dan al-i’tidal atau tegak lurus sudah menjadi praktik sehari-hari.
PMII yang kini menjadi salah satu organisasi ekstra kampus harus terus
melakukan fungsinya merawat perdamaian dan keberagaman. PMII harus menjadi
organisasi garda terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI.
PMII perlu melakukan berbagai upaya agar NKRI tetap terjaga. Namun,
jika PMII ingin menjaga NKRI maka juga harus mampu menjadi organisasi yang
kuat, sinergis, solid dan memiliki visi dan misi yang jelas. Tanpa itu semua maka
PMII tak akan bisa memiliki fungsi apa-apa. Lalu bagaimana agar PMII bisa solid
dan kuat?

Pertama PMII harus melahirkan paradigma yang sesuai dengan kondisi


kekinian. Di era orde baru, PR yang dihadapi PMII sangat jelas yaitu
pemerintahan yang otoriter dan tidak demokratis. Untuk itulah, kala itu PMII
menjadi organisasi advokasi yang terus menerus turun ke bawah memberikan
pendampingan kepada kaum-kaum lemah. Kedua, agar PMII mampu berperan
seperti itu, maka PMII harus memiliki sistem kaderisasi yang matang dan
terkonsep secara jelas. Selama ini PMII masih lemah di kampus/perguruan tinggi
umum. PMII belum bisa masuk dan solid ke perguruan tinggi umum. Ke depan,
kaderisasi di kampus umum ini harus tergarap serius agar kader-kader bangsa di
masa mendatang memiliki pemahaman konsep keIndonesiaan dan keIslaman
sesuai dengan yang diusung PMII.

Anda mungkin juga menyukai